Anda di halaman 1dari 6

SISTEM OBAT MUSKOLOSKULETAL

OLEH :
KELOMPOK VII

1. VISENTA DA SILVA
2. YAYU ASMIYATI TANAEM
3. RESIN REMALIN NEOLAKA
4. NIMAI FRANSISKA XIMENES NORONHA
5. EXSAL KADJA KORE
6. RUBEN BONI HAU

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2022
A. Macam – macam penyakit pada gangguan system Muskuloskeletal
1. Osteo porosis
2. Osteomalacia
3. Scoliosis
4. Osteomielitis
5. Osteoarthritis
6. Artrisis rheumatoid
7. Spondylitis
8. Kanker tulang
9. Kelainan otot
10. Amputasi
11. Fraktur
B. Obat – obatan pada system Muskuloskeletal
Berikut beberapa obat yang digunakan pada gangguan Muskuloskuletal
 Obat Analgesik
Berikut obat yang menghilangkan/ meringankan rasa nyeri
Mekanisme kerja obat :
 Sentral → hipotalamus
 Pinggiran → pembentukan prostaglandin ditempat terjadinya, mencegah sensitasi
reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik dan kimiawi
1. Analgesik non opiate
▪ Parasetamol
o Untuk nyeri ringan - sedang
o Juga mempunyai efek antipiretik/ menurunkan demam
o Efek analgesic dan antipiretiknya sama dengan aspirin
o Mempunyai efek anti inflamasi/ radang sangat lemah sehingga tidak
digunakan untuk rematik
o Efek samping : alergi, kurang/ tidak mengiritasi lambung
o Dosis lazim : 500 – 1000 mg, tiap 4 – 6 jam/ hari
o Pada dosis toksik ( > 4000 mg/ hari) → kerusakan hati/ hepatotoksik
▪ Non Steroidal Antiinflamotory Drugs (NSAIDs)
o Untuk nyeri ringanm- berat
o Mempunyai efek analgesic dan anti inflamasi/ radang
o Mempunyai efek antipiretik, tetapi karena efek antipiretiknya baru terlihat dari
dosis yang lebih besar dari efek lainnya, dan relative lebih toksik sehingga
hanya digunakan untuk terapi penyakit inflamasi; seperti RA, OA, spondylitis
ankilosa, dan penyakit piria
o Dapat mengiritasi lambung
o Untuk mengurangi efek samping pada saluran cerna dapat diberikan pada
kondisi lambung terisi/ setelah makan
o Bekerja pada enzim siklooksigenase (COX);
 COX₁→ enzim yang penting pada pembentukan prostaglandin (PG) yang
melindungi saluran cerna, trombosit dan ginjal
 COX₂→ enzim yang bertanggung jawab terhadap produksi prostaglandin
oleh sel yang terlibat dalam peradangan

Contoh obat :
1. Ibuprofen (peroral)
- Dosis 1200- 1800 mg/ hari, dalam 3-4 kali/ hari
2. Diklofenak (peroral, topikal)
- Dosis peroral : 50- 150 mg/hari, dalam 2-3 kali/ hari
3. Ketoprofen (peroral, rektal)
- Dosis peroral : 100- 200 mg/ hari, dalam 2-4 kali/ hari
4. Piroksikam (peroral, topikal)
- Dosis peroral : 100- 300 mg/ hari, dalam 1-3 kali/ hari
5. Ketorolac (parenteral)
- Dosis : 10- 30 mg/ hari, tiap 4-6 selai/ hari
6. Celecoxib (peroral) → selektif terhadap COX₂
- Dosis peroral : 100- 400 mg/ hari, dalam 1-2 kali/ hari
7. Aspirin/ asetosal (peroral)
- Dosis lazim : 300- 900 mg, tiap 4-6 jam/ hari

2. Analgesik Opioid
 Adalah obat kirim kirim alami,semisintetis dan sintetis yang sifat sifatnya sama
atau hampir sama dengan opiumatau morfin
 Penggunaan utama opioid ini untuk menghilangkan rasa nyeri yang tidak hilang
dengan analgesik biasa
 Analgesia terjadi tampa hentikesadaraan
 Efek samping;mual dan muntah,depresi pusat pernafasaan dan menimbulkan
adiksi (kecanduan)serta ketergantungan psikis dan fisik → pengadaan dan
distribusi UU dan ketatanegaraan
 Disebut juga sebagai candu (obat yang diturunkan dari candu, seperti morfin,
kodein) atau narkotik (karena menurunkan kesadaran)

Penggolongan analgesic opioid, menurut sumber dan zat kimianya :


1. Golongan morfin dan alkaloid alami lainnya
2. Golongan opioid semi sintesis → diturunkan dari rumus molekul morfin, contoh;
heroin, kodein
3. Sintesis opioid Golongan , tidak memiliki kaitan dengan rumus molekul opioid
tetapi efek yang hampir sama dengan opioid, contoh; meperidin.
Contoh obat opioid yang sering digunakan dalam terapi :
o Morfin (peroral, parenteral)
- Morfin dan alkaloid opium diperoleh dari opium (candu) yang berasal dari
getah kering tanaman papaver somniferum
- Morfin dosis terapi pada pasien yang mengalami nyeri → nyeri berkurang/
nyeri hilang. Selain itu beberapa pasien mengalami euphoria.
- Morfin dosis terapeutik pada individu normal yang tidak mengalami nyeri
→ timbul akibat yang tidak menyenangkan, mual dan muntah bisa terjadi,
- Dosis perenteral (im, sc) : 10 mg setiap 4 jam (nyeri akut)
- Dosis peroral : 5-20 mg/ hari, dalam 4 kali/ hari
o Kodein (peroral, parenteral) → diubah menjadi morfin →timbul efek
- Dosis oral/ parenteral : 15-60 mg/ hari, tiap 4-6 jam/hari
o Tramadol (peroral, parenteral) → kode analog sintetik
- Untuk nyeri ringan- sedang
- Untuk nyeri berat kurang efektif
- Dosis peroral/ parenteral : 50-100 mg 4kali/ hari
o Fentanyl (parenteral, topikal)
- Suatu opioid sintetik
- 100 kali lebih kuat disbanding morfin sebagai analgesic
 Obat Kortikosteroid
 Memberikan efek sebagai anti inflamasi/ radang
 Manifestasi awal dan akhir inflamasi, yakni tidak hanya tanda- tanda sakit
(kemerahan, panas, edema, gangguan fungsi), tetapi juga stadium lanjut
penyembuhan luka dan perbaikan dan reaksi proliferasi yang terlihat pada
inflamasi kronis
 Efek samping penggunaan jangka panjang/ dosis besar
 Supresi respon terhadap infeksi
 Osteoporosis
 Wajah bulan
 Hiperglikemia
 Euphoria, dll

Contoh obat kartikoteroid :


1. Deksametason (peroral, parenteral)
Dosis peroral/ parenteral : 0,75-9 mg/hari, dalam 6-12 jam/hari
2. Metilprednision (peroral, parenteral)
 Dosis peroral : 2-60 mg/hari, dalam 1-4 kali/hari
 Dosis parenteral : 10-80 mg/hari, dalam 1kali/hari
3. Triamsinolon (peroral)
Dosis peroral : 4-48 mg/hari, dalam 2-3 kali/hari
 Obat anti Pirai/Gout
 Srangan pirai akut terjadi akibat peradangan terhadap Kristal natrium urat yang
terdeposit dalam jaringan sendi
 Contoh obat- obatan yang digunakan dalam penanganan serangan pirai :
1. Kolkisin
 Efek anti kolkisin efektif hanya terhadap arthrirtis pirai akut
 Tidak memiliki efek analgesic
 Tidak mempengaruhi eksresi, sintesis kadar asam urat dalam darah
 Dosis tunggal iv 2 mg, diencerkan dalam 10-20 ml larutan NaCl 0,9%.
Dosis maks : 4 mg (serangan akut)
 Dosis oral : 0,5 mg dalam 2-4 kali/minggu (profilaksis)
 Sebelum dan setelah pembedahan pada pasien pirai, diberikan selama 3
hari (dosis :0,5 mg, 3 kali/hari), ini sangat turun insiden serangan arthritis
akut pirai yang sangat tinggi dipicu oleh tindakan operasi
 Efek samping : mual, muntah, diare, depresi sumsum tulang, alergi,
2. Allopurinol
 Menghambat tahap akhir biosintesis asam urat
 Turunkan konsentrasi asam urat hingga <6mg/dl
 Dosis lazim 100-300 mg/hari
 Dosis >300 mg/hari harus dalam dosis terbagi.
 Dosis maks 800 mg/hari
 Efek samping; kulit kemerahan, demam, pruritus, leukopenia, gangguan
saluran cerna,
3. Probenesid
 Peningkatan laju ekskresi asam urat
 Dosis 250 mg, diberikan 2 kali/hari
 Efek samping; gangguan saluran cerna, nyeri kepala, alergi
 Obat- obatan Immunosupressan/DMARD
Hanya digunakan untuk radang sendi rematoid; pada dosis rendah.
 Penisilamin
 Dosis oral : 125-250 mg/hari, selama 1 bulan
 Dosis maks : 1500mg/hari
 Es : ruam kulit, nefrotoksik
 Metotreksat
 Dosis oral : 7,5-15 mg1x/minggu
 Es : mual, muntah, diare, hepatotoksisitas, toksisitas paru
 Sulfalazin
 Dosis oral : 500 mg/hari, selama 1 minggu
 Es : mual, muntah, sakit kepala, heart burn
 Bloker Neuromuskular
 Bekerja transmisi kolinergik antara ujung saraf motoric dengan reseptor nikotinik
pada reseptor nikotinik
 Reseptor nikotinik yang terdapat dalam SSP, medulla adrenal, ganglion-ganglion
otonom, dan disambungan saraf otot (sambungan mioneural)
 Mekanisme kerja :
a. Blockade nondepolarisasi → bekerja dengan penghambatan kompetitif,
berikatan dengan reseptor nikotinik dan mencegah ACh, berkombinasi dengan
reseptor. Contoh : tubokurarin, atrakurium, pankuronium, rokuronium,
vekuronium
b. Depolarisasi blockade → berkaitan dengan ACh dan menyebabkan
depolarisasi. Contoh : suksinikolin

C. Antibiotik Pada Penyakit Muskuloskuletal


Antibiotic adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau
dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri
dan organisme lainnya. Secara umum terapi dengan antibiotika dibagi 2:
1. Terapi secara empiris
Pemilihan berdasarkan antibiotic perkiraan kuman penyebab. Pertimbangan terapi ini
untuk memperkecil komplokasi atau perkembangan lebih lanjut dari infeksinya.
2. Terapi definitive
Berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis yang sudah pasti, yaitu jenis kuman
dan ketahanan terhadap antibiotika.

Kuman penyebab infeksi :


1. Kuman gram positif
a. Aerob : streptokokus, stafilokokus, bsilus, treponema, kosinbakteria
b. Anaerob : klostridium (C.tetani, C.ganggren)
2. Kuman gram negative :
a. Aerob : N.gonorhoe, E.coli, klebsiela, salmonella, sigella, pseudomonas,
b. Anaerob : bakteriuodes, fusobakterium

Contoh antibiotic yang sering digunakan :


 Sefalosforin generasi III : missal, cefotaxime, ceftriaxone. Paling sering
digunakan pada terapi infeksi yang berkaitan dengan penyakit muskuloskuletal
 Makrolida : misal, klindamisin. Didistribusikan secara luas kepada tulang, cairan
dan jaringan. Tidak efektif untuk bakteri gram negative.
 Aminoglikosida : misal, gentamisin, tobramisin, amikasin, streptomisin, neomisin.
Obat utama untuk pengobatan infeksi gram negative.
 Meropenem : untuk pengobatan infeksi gram negative.

Anda mungkin juga menyukai