KELOMPOK 1 :
DOSEN PEMBIMBING :
dr.Ahmad Syauqy M.Biomed
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS JAMBI
SKENARIO
Saat bayi lahir didapatkan bayi tidak bernafas, tonus otot kurang baik.
Setelah dilakukan resusitasi sampai dengn pemberian ventilasi tekanan positif,
didapatkan bayi bernafas spontan, tidak ada retraksi, denyut jantung 100x/menit,
skor APGAR 5-7-10.
Keesokan harinya bayi tampak kuning dari ibu mengeluh ASInya masih
sedikit, namun dokter mengatakan agar bahwa hal tersebut bukan suatu
kegawatdaruratan dan tetap menyarankan ibu untuk tenang dan terus memberikan
ASI eklusif ibu tersebut khawatir apakah kuning pada bayinya disebabkan
perkembangan yang tiak optimal selama kandungan.
KLARIFIKASI ISTILAH
2. PB tidak normal
BB normal
3. Manajemen BBL
1. Nilai APGAR skor
2. Bersihkan badan bayi tidak dimandikan, kecuali telapak tangan
3. Lakukan IMD selama 1 jam
4. Berikan antibiotik salep mata
5. Hitung BB,PB dan lingkar kepala
6. Setelah 1 jam imunisasi hepatitis B dan vitamin K
4. Lahir spontan berati lahir normal
Warna ketuban jernih tidak ada tercampur darah dan mekonium
Tidak ada mekonium menandakan bayi cukup bulan
5. Perubahan pernafasan
bayi menangis untuk menghilangkan cairan di paru
sirkulasi ada arteriosus menutup foramen ovale
6. Menandakan adanya masalah pada saluran napas bayi
7. Tujuan : ventilasi yang adekuat, menghilangkan hambatan jalan nafas,
membuat jantung bayi yang berhenti menjadi berdetak
Prosedur : lingkungan bayi mendukung
Tidurkan bayi telentang
Hisap lendir dari mulut
Menyentil kaki dan punggung bayi
Nilai nafas bayi
Denyut jantung setelah kompresi dada
Tanda keberhasilan: adanya denyut jantung 100x/menit
8. Cara menghitung APGAR
0 1 2
Appearance Biru Biru pada Tidak biru
ekstremitas
Pulse - <100x/menit >100x/menit
Grimence - Nangis dgn Batuk, nangis
stimulasi dan menendang
saat ada
stimulasi
Activity Tdk ada Beberapa Gerakan aktif
gerakan gerakan
Respirasi - Lambat lemah Menangis kuat
Intrepetasi 7-10 kondisi baik
Topic Subtopic
Neonatus Kriteria bayi lahir normal
Klasifikasi neonatus
Manajemen BBL
Fisiologis neonatus
Kegawatdaruratan neonatus
Pencegahan komplikasi
Ikterus Klasifikasi
neonatorum Etiologi
Patofisiologi
Diagnosis
Tatalaksana
Komplikasi
ASI Asi eksklusif
Kandungan aASI
ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana kriteria dari bayi normal dan klasifikasinya?1
Jawab :
Kriteria bayi normal menurut antropometri:
TB normal 48-52 cm
BB normal 2500-4000 gr
Lingkar dada 30-38 cm
Lingkar kepala 33-35 cm
Lingkar lengan 11-12 cm
Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium
APGAR skor menit 1 : 7-10 dan skor menit 5 : 8-10
b. Menurut BB lahir
normal 2,5-4 kg
Rendah <2,5kg
Lebih >4 kg
i. Pemeriksaan fisik.
4. Bagaimana intrepetasi bayi lahir spontan, ketuban jernih dan tidak ada
mekonium?2
Jawab :
Janin Lahir spontan artinya tidak ada Kelainan baik Dari Jalan
Lahir Ibu, posisi bayi, atau Ukuran Janin. Ketika neonatus dilahirkan,
hubungan plasental dan dukungan metabolik yang berasal dari ibu secara
otomatis akan hilang. Kejadian ini memaksa neonatus untuk segera
beradaptasi memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya dengan mulai
bernapas. Neonatus akan mengalami kejadian asfiksia ringan dan
menerima impuls sensorik kulit yang dingin, dimana kedua hal ini akan
menginisiasi pernapasan awal pada neonatus.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun,
sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester
II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan
hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-
paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
Peredaran darah
Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta melalui
vena umbilikalis lalu sebagian ke hati dan sebagian lainnya langsung ke
serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah
di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan
darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus
ke aorta.
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan
mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti dengan
menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan
tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung
kanan, dan hal tersebutlah yang membuat foramen ovale secarafungsional
menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh
karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik
dan juga karena rangsangan biokimia (PaO2 yang naik) serta duktus
arteriosus yang berobliterasi. Hal ini terjadi pada hari pertama.
Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4-5 liter per
menit/m² (gessner, 1965). Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah
yaitu 2,96 liter/menit/m² dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54
liter/m²) karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah pada waktu
lahir di pengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfuse plasenta yang
pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan
menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
Perubahan imunitas
Pada kehamilan 8 minggu telah ditemukan limfosit, dengan tuanya
kehamilan maka limfosit juga banyak di temukan dalam ferifer dan terdapat
pula limfe. Sel –sel limfoid membentuk molekul immunoglobulin gamma G
yang merupakan gabungan immunoglobulin gamma A dan gamma M.
Gamma G dibentuk paling banyak setelah 2 bulan bayi dilahirkan. Gamma G
globulin janin di dapat dari ibu melalui plasenta. Bila terjadi infeksi maka
janin mengadakan reaksi dengan plasmasitosis, penambahan penambahan
folikel limfoid dan sintesis gamma M immunoglobulin. Gamma A
immunoglobulin telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan banyak
ditemukan segera setelah lahir, khususnya sekret dari traktus
digestifus,respiratorus,kelenjar ludah,pancreas dan traktus urogenital.
Gamma M immunoglobulin meningkat segera setelah bayi dilahirkan
setara dengan keadaan flora normal dalam saluran pencernaan. Akan tetapi
bayi hanya dilindungi oleh Gamma G immunoglobulin dari ibu dan terbatas
kadarnya juga kurangnya Gamma A immunoglobulin yang menyebabkan
neonatus berkemungkinan besar rentan infeksi dan sepsis.
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di
dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah
atau meminimalkan infeksi.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah
yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL
se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu
melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan
kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi
antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan
sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan
balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Bayi memiliki imunoglobulin waktu lahir, namun keberadaannya
dalam rahim terlindung membatasi kebutuhan untuk bereaksi pada kekebalan
trhadap antigen tertentu. Ada tiga macam imunoglobulin (Ig) atau antibodi
(huruf menunjukan masing-masing golongan ),yaitu IgG,igA, dan IgM.
Hanya IgG yang cukup kecil melewati pembatas plasenta , IgG merupakan
golongan antibodi yang sangat penting dan kira-kira 75% dari seluruh
antibodi. IgG mempunyai kekebalan terhadap infeksi kuman virus tertentu.
Pada waktu lahir, tingkat IgG bayi sama dengan atau sedikit lebih banyak
daripada ibu. Tingkat Ig ini memberikan kekebalan pasif selama beberapa
bulan kehidupan.
IgM dan IgA tidak melintasi pembatas plasenta, namun dibuat oleh
janin. Tingkat IgM pada periode kehamilan besarnya 20% dari IgM orang
bisa dan diperlukan waktu 2 tahun untuk dapat menyamai tingkat orang
dewasa. Tingkat IgM yang relative rendah membuat bayi rentan terkena
infeksi. IgM juga penting sebab sebagian besar antibodi yang terbentuk pada
sewaktu terjadi respons primer adalah golongan ini. Tingkat IgA sangat
rendah dan diproduksi dalam waktu yang lama walaupun tingkat salive
sekresi mencapai tingkat oreang dewasa dalam kurun waktu 2 bulan. IgA
melindungi dari infeksi saluran pernafasan , saluran usus lambung ,dan mata.
Sedangkan ,imunoglobulin jenis lainnya, yaitu IgD dan IgE, tidak begitu
berkembang pada masa awal bayi/neonatus.
Ikterus Neonatorum Fisiologis
Ikterus sendiri sebenarnya adalah perubahan warna kuning akibat
deposisi bilirubin berlebihan pada jaringan; misalkan yang tersering terlihat
adalah pada kulit dan konjungtiva mata.
Sedangkan definisi ikterus neonatorum adalah keadaan ikterus yang
terjadi pada bayi baru lahir dengan keadaan meningginya kadar bilirubun di
dalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva,mukosa dan alat
tubuh lainnya berwarna kuning.
Ikterus juga disebut sebagai keadaan hiperbilirubinemia (kadar
bilirubin dalam darah lebih dari 12 mg/dl). Keadaan hiperbilirubinemia
merupakan salah satu kegawatan pada BBL karena bilirubin bersifat toksik
pada semua jaringan terutama otak yang menyebabkan penyakit kern icterus
(ensefalopati bilirubin) yang pada akhirnya dapat mengganggu tumbuh
kembang bayi.
.
6. Apa penyebab bayi tidak bisa bernafas dan tonus otot berkurang?4
Jawab :
Prosedur Resusitasi
g) Kompresijantung
Perbandingankompresijantungdenganventilasiadalah3 : 1, ada
2 carakompresijantung :
Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain
mengelilingi tubuh bayi.
Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain
menahan belakang tubuh bayi.
h) Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi
dada.
i) Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan
PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas
spontan.
j) Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat
epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.
k) Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika> 100 x / menit hentikan
obat.
l) Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai
dosis di atas tiap 3 – 5 menit. 12. Lakukan penilaian denyut jantung,
jika denyut jantung tetap / tidak respon terhadap di atas dan tanpa ada
hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV
selama 2 menit.
Resusitasi dinilai tidak berhasil jika :
a) Bayi tidak bernapas spontan
b) Tidak terdengar denyut jantung
c) Setelah dilakukan resusitasi secara efektif selama 15 menit
1. Appearance (warna kulit) : Menilai kulit bayi. Nilai 2 jika warna kulit
seluruh tubuh bayi kemerahan, nilai 1 jika kulit bayi pucat pada
bagian ekstremitas , dan nilai 0 jika kulit bayi pucat pada
seluruh badan (Biru atau putih semua).
2. Pulse (denyut jantung) : Untuk mengetahui denyut jantung bayi, dapat
dilakukan dengan meraba bagian atas dada bayi di bagian apeks
dengan dua jari atau dengan meletakkan stetoskop pada dada bayi.
Denyut jantung dihitung dalam satu menit, caranya dihitung 15 detik,
lalu hasilnya dikalikan 4 sehingga didapat hasil total dalam 60 detik.
Jantung yang sehat akan berdenyut di atas 100 kali per menit dan
diberi nilai 2. Nilai 1 diberikan pada bayi yang frekuensi denyut
jantungnya di bawah 100 kali per menit . Sementara bila
denyut jantung tak terdeteksi sama sekali maka nilainya 0.
3. Grimace (respon reflek) : Ketika selang suction dimasukkan ke dalam
lubang hidung bayi untuk membersihkan jalan nafasnya akan terlihat
bagaimana reaksi bayi. Jika ia menarik, batuk, ataupun bersin saat di
stimulasi, itu pertanda responnya terhadap rangsangan bagus
dan mendapat nilai 2. Tapi jika bayi hanya meringis ketika di
stimulasi, itu berarti hanya mendapat nilai 1 dan jika bayi tidak ada
respon terhadap stimulasi maka diberi nilai 0.
4. Activity (tonus otot) : Hal ini dinilai dari gerakan bayi. Bila bayi
menggerakkan kedua tangan dan kakinya secara aktif dan spontan
begitu lahir, artinya tonus ototnya bagus dan diberi nilai 2. Tapi jika
bayi dirangsang ekstermitasnya ditekuk, nilainya hanya 1. Bayi yang
lahir dalam keadaan lunglai atau terkulai dinilai 0.
5. Respiration (pernapasan) : Kemampuan bayi bernafas dinilai dengan
mendengarkan tangis bayi. Jika ia langsung menangis dengan kuat
begitu lahir, itu tandanya paru-paru bayi telah matang dan mampu
beradaptasi dengan baik. Berarti nilainya 2. Sedangkan bayi yang
hanya merintih rintih, nilainya 1. Nilai 0 diberikan pada bayi yang
terlahir tanpa tangis (diam). Kriteria keberhasilannya adalah sebagai
berikut :
o Hasil skor 7-10 pada menit pertama menunjukan bahwa bayi berada
dalam kondisi baik atau dinyatakan bayi normal .
o Hasil skor 4-6 dinyatakan bayi asfiksia ringan sedang , sehingga
memerlukan
bersihan jalan napas dengan resusitasi dan pemberian oksigen
tambahan sampai bayi
dapat bernafas normal .
o Hasil skor 0-3 dinyatakan bayi asfiksia berat , sehingga memerlukan
resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen secara
terkendali .
0 1 2
Appearance Biru Biru pada Tidak biru
ekstremitas
Pulse - <100x/menit >100x/menit
Grimence - Nangis dgn Batuk, nangis
stimulasi dan menendang
saat ada
stimulasi
Activity Tdk ada Beberapa Gerakan aktif
gerakan gerakan
Respirasi - Lambat lemah Menangis kuat
Interpretasi Tindakan
Suction
Observasi ketat
Ventilasi
tekanan positif
Kompresi dada
9. Apa hubungan riwayat ANC tidak teratur, ketuban pecah 24 jam dan ibu
tidak demam dengan keadaan neonatus?6
Jawab:
b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati, c.
Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan
metal
e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal
Keuntungan Antenatal Care
a. Kunjungan Pertama
6) Pemeriksaan obstetric
9) Penyuluhan/konseling.
10. Apa tujuan dari pemeriksaan TORCH,HbsAg dan gula darah pada ibu
hamil?17,18,19,20
Jawab :
infeksi virus Hepatitis B berpotensi tinggi dapat dijumpai pada ibu hamil,
sehingga perlu adanya skrining/deteksi dini infeksi virus Hepatitis B pada ibu
hamil yang terprogram di pusat-pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Deteksi
dini infeksi virus Hepatitis B pada ibu hamil penting untuk mencegah penularan
virus kepada janin, dan meminimalisir terjadinya komplikasi pada ibu dan janin.
GDM memiliki efek yang berbahaya bagi ibu hamil dan janin.
Meskipun bersifat sementara, GDM dapat meningkatkan risiko ibu hamil
untuk terserang diabetes tipe 2 dalam rentang waktu 5 - 10 tahun pasca
melahirkan.
Pada diabetes tipe 2, tubuh semakin sulit mengontrol kadar gula darah
karena kurangnya produksi insulin. Kemampuan saraf untuk menerima
rangsangan juga semakin menurun. Ditambah lagi dengan adanya risiko
gangguan penglihatan, pendengaran serta ginjal.
Tak sulit untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan bayi saat hamil agar
terhindar dari GDM. Pengecekan rutin ke dokter kandungan dan penyakit
dalam dapat membantu mendeteksi potensi GDM. Nantinya dokter akan
menyarankan untuk pemeriksaan kadar gula darah secara detail. Ibu hamil
juga disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi guna menyiapkan
pola makan dengan gizi seimbang.
11. Apa indikasi dan kontraindikasi serta keuntungan dilakukannya rawat
gabung?7
Jawab :
Rawat Gabung
a. Pengertian
Adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama sama
atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan
sewaktu-waktu, setiap saat, ibu tersebut dapat menyusui anaknya.
b. Tujuan
Bantuan emosional
Penggunaan ASI
Pencegahan infeksi
Pendidikan kesehatan
Keadaan bayi :
o Bayi kejang atau kesadaran menurun
o Sakit berat pada jantung dan paru
o Bayi yang memerlukan pengawasan intensif atau terapi
khusus
o Cacat bawaan sehingga tidak mampu menyusui
d. Keuntungan :
Menggalakkan pemakaian ASI
Kontak emosi ibu-anak lebih dini dan lebih rapat
Ibu dapat segera melaporkan keadaan-keadaan bayi yang
aneh ditemuinya
Ibu dapat belajar cara merawat bayi
Mengurangi ketergantungan ibu pada perawat/bidan dan
membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar dalam
perawatan bayi
Dapat tukar pengalaman dengan ibu-ibu lain, termasuk juga
dapat menimbulkan motivasi penggunaan KB
Berkurangnya infeksi silang dan berkurangnya infeksi
nosokmial
Mengurangi bbeban perawatan terutama dalam pengawasan
sehingga paramedic bisa melakukan pekerjaan lain yang
bermanfaat misalnya penyuluhan serta cara-cara perawatan
payudara dan cara perawatan bayi.
e. Kerugian :
Ibu kurang dapat istirahat,terganggu oleh bayinya sendiri atau
bayi lain yang menangis
Bisa terjadi salah pemberian makan oleh karena pengaruh
rekan-rekannya. Hal ini dapat diatasi bila sudah dilakukan
penyuluhan serta demonstrasi/peragaan
Ibu-ibu yang sakit atau kurang tahu hygiene/kebersihan
Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung
Pada pelaksanaannya kadang-kadang ada hambatan-
hambatan teknis serta hambatan fasilitas.
Ikterus Patologi
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar
patologis atau kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut
hiperbilirubinemia. Adapun tanda-tandanya sebagai berikut :
Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonates cukup bulan
atau melebihi 12,5% pada neonates kurang bulan.
Pengangkatan bilirubin lebihdari 5 mg% per hari.
Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari factor ibu, janin dan
plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan
perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang
berperan pada kejadian asfiksia.9
Gejala klinik
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut
jantung kurang dari 100 x/ menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot
menurun, tidak ada respon terhadap reflex rangsangan.9
Tatalaksana
Langkah-LangkahResusitasi:4
1) Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan
tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2) Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada
alas yang datar.
3) Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifingpositor).
4) Hisap lender dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila
mulut sudah bersih kemudian lanjutkan kehidung.
5) Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki
bayi dan mengusap usap punggung bayi.
6) Nilai pernafasan.
Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama
6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit,
nilai warna kulit jika merah / sinosis perifer lakukan
observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x
/ menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi
tekanan positif. Ventilasi tekanan positif / PPV dengan
memberikan O2 100 % melalui ambubag atau masker,
masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak
menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari
mulut kemulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit. Setelah 30
detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
kalikan 10.
100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan
pemberian PPV.
60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung,
lakukan PPV, disertai kompresi jantung.
< 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
7) Kompresijantung
Perbandingankompresijantungdenganventilasiadalah3 :
1, ada 2 carakompresijantung :
Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan
lain mengelilingi tubuh bayi.
Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain
menahan belakang tubuh bayi.
8) Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah
kompresi dada.
9) Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan
PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas
spontan.
10) Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat
epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.
11) Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika> 100 x / menit
hentikan obat.
12) Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin
sesuai dosis di atas tiap 3 – 5 menit. 12. Lakukan penilaian denyut
jantung, jika denyut jantung tetap / tidak respon terhadap di atas
dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg
BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)
2. BBLR
BBLR adalah setiap bayi baru lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram. BBLR dibagi menjadi dua yaitu:
a) Prematuritas Murni
Sering disebut neonatus kurang bulan-sesuai untuk masa
kehamilan, yaitu neonatus yang lahir dengan masa gestasi kurang
dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu.9
b) Dismaturitas
Merupakan bayi yang mempunyai berat badan kurang dari
berat badan seharusnya pada masa gestasi saat dilahirkan.9
Pastikankehangatanbayidenganbungkusdengankainlunak,
kering, selimutdanpakaitopi
Jikapadariwayatibuterdapatkemungkinaninfeksibakteriberidosi
spertamaantibiotikagentamisin 4 mg/kg BB IM
(ataukanamisin) ditambahampisilin 100mg/kg BB IM
Bilabayisianosis (biru) atausukarbernafas (frekuensi<30 atau>
60 X/menit, tarikandinding dada kedalamataumerintih,
berioksigen 0,5 l /menitlewatkateterhidungatau nasal prong
Segerarujukketempatpelayanankesehatankhusus yang
sesuaiuntukbayibarulahirsakitataukecil
Manifestasi klinis:9
Bayi yang semula dapat menetek tiba-tiba sulit menetek karena kejang
otot rahang dan faring
Mulut bayi mencucu seperti mulut ikan (oportotunus)
Kejang terutama bila kena ransang cahaya, suara, sentuhan
Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah membiru
Faktor risiko: 9
Untuk Ibu:
a) Terjalin hubungan emosional yang lebih erat antara ibu dan
bayi karena secara alami dengan adanya kontak kulit bayi akan
merasa aman
b) Dengan menyusui menyebabkan uterus berkontraksi sehingga
pengembalian uterus kekeadaan fisiologis (sebelum
kehamilan) lebihcepat
c) Dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang selama
beberapa bulan, hal ini membantu dalam program KB
(Keluarga Berencana). Dengan menyusui, ibu akan mengalami
amenore selama 12-13 bulan dikarenakan adanya hormone
prolactin dan laktogenik kompleks dari kelenjar hipofisis yang
akan menghambat ovulasi.
Kontraindikasipemberian ASI
Kontraindikasipadaibu:
a) Ibu dengan fungsi kardiorespiratorik yang tidak baik, penyakit
jantung klasifikasi II dianjurkan untuk sementara tidak
menyusu sampai keadaan jantung cukup baik. Bagi pasien
jantung klasifikasi III tidak dibenarkan untuk menyusu.
Penilaian akan hal ini harus dilakukan dengan hati-hati. Jika
penyakit jantungnya tergolong berat, tak dianjurkan memberi
ASI. Mekanisme oksitosin dapat merangsang otot polos.
Sementara organ jantung bekerja dibawah pengaruh otot polos.
Jadi, menyusu dapat memunculkan kontraksi karena kelenjar
tersebut terpacu hingga kerja jantung jadi lebih keras sehingga
bisa timbul gagal jantung.
b) Ibu dengan eklamsia dan pre-eklamsia berat. Keadaan ibu
biasanya tidak baik dan dipengaruhi obat-obatan untuk
mengatasi penyakit. Biasanya menyebabkan kesadaran
menurun sehingga ibu belum sadar betul. Tidak diperbolehkan
ASI dipompa dan diberikan pada bayi. Sebaiknya pemberian
ASI dihentikan meski tetap perlu dimonitor kadar gula
darahnya. Konsultasi kan pada dokter mengenai boleh-
tidaknya pemberian ASI pada bayi dengan
mempertimbangkan kondisi ibu serta jenis obatobatan yang
dikonsumsi.
c) Ibu dengan penyak itinfeks iakut dan aktif. Bahaya penularan
pada bayi yang dikhawatirkan. Tuberkulosis paru yang aktif
dan terbuka merupakan kontraindikasi mutlak. Pada sepsis
keadaan ibu biasanya buruk dan tidak akan mampu menyusu.
Banyak perdebatan mengenai penyakit infeksi apakah
dibenarkan menyusu ataut idak. Ibu yang positif mengidap
AIDS belum tentu bayinya juga positif AIDS. Itu sebabnya ibu
yang mengidap AIDS, sama sekali tak boleh memberi ASI
pada bayi.
d) Ibu dengan karsinoma payudara, harus dicegah jangan sampai
ASInya keluar karena mempersulit penilaian penyakitnya.
Apabila menyusu, ditakutkan adanya sel – sel karsinoma yang
terminum si bayi. Kalau semasa menyusu ibu ternyata harus
menjalani pengobatan kanker, disarankan menghentikan
pemberian ASI. Obat-obatan antikanker yang dikonsumsi,
bersifat sitostatik yang prinsipnya mematikan sel. Jika obat-
obatan ini sampai terserap ASI lalu diminumkan kebayi,
dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan sel-sel bayi.
e) Ibu dengan gangguan psikologi. Keadaan jiwa si ibu tidak
dapat dikontrol bila menderita psikosis. Meskipun pada
dasarnya ibu sayang pada bayinya, tetapi selalu ada
kemungkinan penderita psikosis membuat cedera pada
bayinya.
f) Ibu dengan gangguan hormon. Bila ibu menyusu mengalami
gangguan hormon dan sedang menjalani pengobatan dengan
mengonsumsi obat-obatan hormon, sebaiknya pemberian ASI
dihentikan. Dikhawatirkan obat yang menekan kelenjar tiroid
ini akan masuk ke ASI lalu membuat kelenjar tiroid bayi jadi
terganggu.
g) Ibu dengan hepatitis. Bila ibu terkena hepatitis selama hamil,
biasanya kelak begitu bayi lahir akan ada pemeriksaan khusus
yang ditangani dokter anak. Bayi akan diberi antibodi untuk
meningkatkan daya tahan tubuhnya agar tidak terkena penyakit
yang sama. Sedangkan untuk ibunya akan ada pemeriksaan
laboratorium tertentu berdasarkan hasil konsultasi dokter
penyakit dalam. Dari hasil pemeriksaan tersebut baru bisa
ditentukan, boleh-tidaknya ibu memberi ASI. Bila hepatitisnya
tergolong parah, umumnya tidak dibolehkan memberi ASI
karena dikhawatirkan bisa menularkan pada si bayi.
Kontraindikasipadabayi:
a) Bayi kejang. Kejang – kejang pada bayi akibat cedera
persalinan atau infeksi tidak memungkinkan untuk menyusu.
Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat bayi menyusu.
Kesadaran bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi
untuk menyusu.
b) Bayi yang sakit berat. Bayi dengan penyakit jantung atau paru-
paru atau penyakit lain yang memerlukan perawatan intensif
tidak memungkinkan untuk menyusu, namun setelah keadaan
membaik tentu dapat disusui. Misalnya bayi dengan kelainan
lahir dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (Very Low
Birth Weight) .Refleks menghisap dan refleks lain pada
BBLSR belum baik sehingga tidak memungkinkan untuk
menyusu.
c) Bayi dengan cacat bawaan. Diperlukan persiapan mental si ibu
untuk menerima keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan
yang mengancam jiwa si bayi merupakan kontraindikasi
mutlak. Cacat ringan seperti labioskhisis, palatoskisis bahkan
labiopalatoskisis masih memungkinkan untuk menyusu.
15.Apa alasan pemberian asi eklusif dengan kasus?
Jawab:
Kandungan ASI
Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung
komponen makro dan mikro nutrien. Yang termasuk makronutrien
adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien
adalah vitamin & mineral. Air susu ibuhampir 90%nya terdiridari
air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu
bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi
di atas juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi,
ASI matang dan ASI pada saat penyapihan). Kandungan zat gizi
ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang menyusui juga
berbeda10,11.
Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya
akan zat gizi terutama protein. ASI transisi mengandung banyak
lemak dan gula susu (laktosa). ASI yang berasal dari ibu yang
melahirkan bayi kurang bulan (prematur) mengandung tinggi
lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI yang berasal
dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan
kadar lemak dan protein meningkat seiring bertambah banyaknya
kelenjar payudara. Walapun kadar protein, laktosa, dan nutrien
yang larut dalam air sama pada setiap kali periode menyusui, tetapi
kadar lemak meningkat.10,11
Kolostrum10,11
a) Merupakan cairan yang pertama kali disekresikan oleh kelenjar
payudara.
b) Berupa cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan
lebih kuning dibandingkan susu matur
c) Memiliki kandungan protein yang lebih banyak dari pada susu
matur, terutama protein globulin (gama globulin).
d) Mengandung lebih banyak antibody dibandingkan dengan ASI
matur, guna memberikan perlindungan pada bayi sampai umur
6 bulan
e) Kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah dibandingkan ASI
matur
f) Vitamin yang larut dalam lemak rendah jika dibandingkan
dengan ASI matur.
g) Bila dipanaskan akan menggumpal
h) pH lebih alkalis disbanding ASI matur
i) Kandungan lipid didominasi kolestrol dan lesitin
j) Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein didalam
usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak
menambah kadar antibody pada bayi
k) Volume berkisae 150-300ml/24 jam
Air susutransisi10,11
a) Merupakan air susu peralihan dari kolostrum ke susu matur
b) Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar lemak dan
karbohidrat makin tinggi
c) Air susu Matur
d) Komposisi ASI relative konsisten
e) Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI
merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup
untuk bayi sampai umur 6 bulan
f) Tidak menggumpal jika dipanaskan
g) Terdapat antimicrobial antara lain:
Antiboditerhadapbakteridan virus
Selfagositgranulositdanmakrofagdanlimfosit T
Protein
Resistance factor terhadap staphylococcus
komplemen
Sintesis masalah
b. Diagnosis
Anamnesis 13
a) Riwayat kehamilan dengan komplikasi (obat-obatan, ibu DM,
gawa tjanin, malnutrisi intrauterine, infeksi intranatal)
b) Riwayat persalinan dengan tindakan/komplikasi
c) Riwayat ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi
sebelumnya
d) Riwayatin kompatibilitas darah
e) Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar
dan limpa,
Pemeriksaan fisik13
Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera
setelah lahir atau setelah beberapa hari. Amati icterus pada siang
hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih
jelas dengan sinar lampu dan bias tidak terlihat dengan
penerangan yang kurang, terutama pada neonatus yang berkulit
gelap. Penilaian icterus akan lebih sulit lagi apabila penderita
sedang mendapatkan terapisinar.
Pemeriksaanlaboratorium
Pemeriksaan serum bilirubin (direk dan indirek) harus
dilakukan pada neonatus yang mengalami ikterus. Terutama
pada bayi yang tampak sakit atau bayi-bayi yang tergolong
resiko tingggi terserang hiperbilirubinemia berat.
Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk
evaluasi menentukan penyebab ikterus antara lain adalah
golongan darah dan‘Coombs test’, darah lengkap dan hapusan
darah, hitung retikulosit, skrining G6PD dan bilirubin direk.
Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap 4-24 jam
tergantung usia bayi dan tingginya kadar bilirubin. Kadar serum
albumin juga harus diukur untuk menentukan pilihan terapi sinar
atau transfusi tukar.
Penatalaksanaan14,15,16
Pada dasarnya, pengendalian bilirubin adalah seperti berikut:
a) Stimulasi proses konjugasi bilirubin menggunakan feno
barbital. Obat ini kerjanya lambat, sehingga hanya
bermanfaat apabila kadar bilirubinnya rendah dan ikterus
yang terjadi bukan disebabkan oleh proses hemolitik. Obat
ini sudah jarang dipakai lagi.
b) Menambahkan bahan yang kurang pada proses metabolisme
bilirubin (misalnya menambahkan glukosa pada
hipoglikemi) atau (menambahkan albumin untuk
memperbaiki transportasi bilirubin). Penambahan albumin
bias dilakukan tanpa hipoalbuminemia. Penambahan
albumin juga dapat mempermudah proses ekstraksi
bilirubin jaringan kedalam plasma. Hal ini menyebabkan
kadar bilirubin plasma meningkat, tetapi tidak berbahaya
karena bilirubin tersebut ada dalam ikatan dengan albumin.
Albumin diberikan dengan dosis tidak melebihi 1g/kgBB,
sebelum maupun sesudah terapi tukar.
c) Mengurangi peredaran entero hepatic dengan pemberian
makanan oral dini
d) Memberi terapi sinar hingga bilirubin diubah menjadi
isomer foto yang tidak toksik dan mudah dikeluarkan dari
tubuh karena mudah larut dalam air.
e) Mengeluarkan bilirubin secara mekanik melalui transfuse
tukar.Pada umunya, transfuse tukar dilakukan dengan
indikasi sebagai berikut:
Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek
≤20mg%
Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat yaitu 0,3-
1mg%/jam
Anemia yang berat pada neonates dengan gejala gagal
jantung
Bayi dengan kadar hemoglobin tali pusat < 14 mg%
dan uji Coombs direct positif
f) Menghambat produksi bilirubin. Metalloprotoporfirin
merupakan competitor inhibitif terhadap heme oksigenase.
Ini masih dalam penelitian dan belum digunakan secara
rutin.
g) Menghambat hemolisis. Immunoglobulin dosis tinggi
secara intravena (500-1000mg/Kg IV>2) sampai 2 hingga 4
jam telah digunakan untuk mengurangi level bilirubin pada
janin dengan penyakit hemolitikisoimun. Mekanismenya
belum diketahui tetapi secara teori immunoglobulin
menempatisel Fc reseptor pada sel retikulo endotel dengan
demikian dapat mencegah lisisnya sel darah merah yang
dilapisi oleh antibody.
Terapi sinar pada icterus bayi baru lahir yang di rawat di rumah
sakit. Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar,yang perlu diperhatikan
sebagai berikut :
a. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sina rdapat seluas
mungkin dengan membuka pakaian bayi.
b. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang
dapat memantulkan cahaya agar tidak mem bahayakan retina mata
dan sel reproduksi bayi.
c. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap
jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.
d. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh
bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh.
e. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.
f. Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.
g. Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi
dengan hemolisis.
Komplikasi
Terjadi kern icterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan
bilirubin indirek pada otak. Pada kern ikterus, gejala klinis pada
permulaan tidak jelas antara lain: bayi tidak mau menghisap, letargi,
mata berputar-putar, gerakan tidak menentu, kejang tonus otot
meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus. Bayi yang selamat
biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan
atetosis, gangguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan
dysplasia dentalis.
Daftar pustaka