Anda di halaman 1dari 22

SKENARIO 4

Seorang ibu berusia 38 tahun P3A0 baru saja melahirkan seorang bayi perempuan
dengan nilai APGAR 1 score 3. bayi ini lahir di usia kehamilan 38 minggu dengan
ketuban pecah dini. Bayi lahir pervaginam, dengan BB lahir 2000 gram. Setelah
dilakukan perawatan rutin dikamar bersalin, bayi dirawat di ruang NICU.

STEP 1

1. Ketuban pecah dini : kondisi pecahnya kantung ketuban yang membuat air
ketuban merembes meskipun HPL belum datang
2. APGAR score : skor resusitasi bayi baru lahir, untuk menilai bayi dalam
keadaan baik atau membutuhkan pertolongan medis yang dinilai 5 aspek
warna tubuh bayi, denyut jantung bayi,refleks dan respon bayi,aktifitas
otot bayi, dan pernapasan bayi, dilakukan pada menit ke 1,5,10 setelah
kelahiran.
3. Ruang NICU : ruang perawatan khusus untuk bayi baru lahir, dan juga
bayi prematur sampai usia 30 hari yang memerlukan perawatan khusus.
4. Lahir pervaginam: bayi lahir dengan cara alamiah memlalui jalan lahir
atau vagina (lahir normal).

STEP 2

1. Bagaimana ketuban pecah dini bisa terjadi dan penyebabnya ?


2. Bagaimana penegakan diagnosis dan tatalaksananya?
3. Bagaimana klasifikasi usia kehamilan dan berapa nilai normal BB bayi
baru lahir ?
4. Apa perawatan pertama yang dapat dilakukan pada bayi tsb?
5. Bagaimana cara menilai APGAR score dan interpretasinya ?
6. Bagaimana bayi tersebut mengalami BBLR dan bagaimana mekanismenya
?

STEP 3

1. Mekanisme KPD
- Ketuban bersifat kuat menahan janis diuterus pd trisemester ke 3
terjadi perubahan karena janin semakin berat shg ketuban mudah
pecah, selain itu terdapat peningkatan hormon kortisol.
- Penyebabnya dari regangan uterus semakin tua kehamilan maka
semakin berkontraksi dan dapat menyebabkan infeksi.
- Faktor infeksi, menyebabkan respon inflamasi akan mengeluarkan
mediator inflamasi yaitu enzim protease dan dapat mengganggu
keseimbangan TIMT dan tidak seimbang sehingga kulit ketubannya
akan mengelupas.
2. Penegakan diagnosis :
- spekulum , melihat dan mencium air dari vagina ibu terdapat bau
khas, agar cairan keluar disuruh batuk, suhu ibu untuk melihat adanya
infeksi
- pH asam pd vagina dapat dilakukan pem. Kertas lakmus
- darah rutin : leukosit meningkat > 15 rb per menit
- USG, adanya pengurangan vol cairan amnion
- Tes fern, adanya pola kristalisasi natrium klorida berbentuk seperti
pakis
- Pem. Ultrasound gambaran oligohidramnion
Tatalaksana
- Masing-masing
3. Bayi prematur dengan BB < 2000 gr
Klasifikasi ada 4
- Lahir 34-36 kehamilan
- 32-34 minggu kehamilan
- Lahir sebelum 32 minggu kehamilan
- Sebelum usia 25 minggu kehamilan

Klasifikasi BBLR

- BBLR, 1500-2500 gr
- Bblsr, 1000-1500 gr
- Bbasr,< 1000 gr
- Normal 2000-2500 gr

Usia kehamilan dibagi menjadi 3 :

- Aterm 38-40 minggu


- Preterm
- Posterm
4. Perawatan pertama :
- pada saat first golden hour ABCD resusitasi, stabilisasi, tranportasi
dilakukan ketika bayi sudah stabil
- Khusus 3 trias hipo, temperature hipotermi, blood pressure hipotensi,
emotional support memberi dukungan kepada keluarga.
- Cukup bulan, jernih atau tidak, bernapas atau menangis. Apabila
normal dilakukan perawatan nilai kulit, temperaturnya.
5. Penilaian awal 1,5,10 menit.
- Appearance warna kulit dinilai 0,1,2,3.
- Pulse denyut jantung tidak ada 0, < 100 (1),> 100 ( 2)
- grimace refleks pada rangsangan
- activity tonus otot,
- respirasi usaha napas.
- Warna kulit 0 seluruh badan pucat 1 normal merah muda tangan kaki
biru, 2 semuanya biru.
- Asfiksia ringan 7-10
- Asfiksia sedang 4-6
- Asfiksi berat 0-3.
6. Penyebab BBLR : umur ibu saat melahirkan, umur kehamilan, nutrisi ibu,
jarak kehamilan, koplikasi kehamilan, merokok,alkohol.
- Mekanisme faktor ibu adanya riwayat prematur, umur kehamilan <30
minggu, adanya riwayat komplikasi kehamilan
- Dari janin, cacat, prematur. Apabila BBLR akan menyebabkan imatur
pada organ-organnya.
STEP 4

1. Faktor bayi resiko tinggi dari ibu :


- adanya riwayat penyakit pada ibu (preeklamsia) dan penyakit sistemik
- usia bayi > 35 dan < 20
- jumlah anak > 4
- jarak antar kelahiran
- sosial ekonimo rendah
- tinggi ibu < 145 cm
- BB ibu < 40
- Abortus

Dari bayi :

- BB bayi < 2500 gr


- skor apgar < 3
- gemeli atau bayi kembar
- sectio caesar
- anemia.
2. Sudah jelas
3. Kriteria bayi normal :
- bayi normal berat 2000-2500
- bergerak aktif
- panjang badan 48-50 cm
- DJJ 160 menit
- sudah mulai terbentuk refleks-refleks seperti refleks moro
- adanya refleks menyusu.
4. Tatalaksana : tidak boleh hipoksia, resusitasi ABC tidak boleh dilakukan
pd bayi hipotermi, tidak hipertermi maupun hipotermi, dilakukan pem.
Lab kadar gula darah > 50 mg, diberikan dukungan kepada ibu dan
keluarganya. Resusitasi,stabilisasi, ketika bayi lahir kurang dari 34 minggu
maka diberikan tpm secara oral 1 jam.
- Tanda bahaya bayi baru lahir :
tidak bisa menyusu, kejang, peningkatan frekuensi pernapasan,
penarikan dada yang kuat, sianosis sentral, bayi merintih. Tatalaksana
dicek gula darah tetap kurang diberikan bolus 10 %, resusitasi ABC.
resusitasi,stabilisasi, tranportasi rujuk ke ruang nicu.
- Algoritma resusitasi mekonium,warna kulit. Dilakukan penanganan
kangguru care agar tidak hipertermi. Skor dwone respirasi kurang dari
4 diberikan nasal kanul, jika bayi bernapas kemudian berwarna merah
hanya diberkan penanganan pendukung, jika terjadi apneu diberikan
intubasi. DJJ kurang dari 60 dilakukan kompresi jantung. Pemantauan
bayi BBLR dapat dipulangkan apabila tidak ada tanda bahaya lagi.
Bayi dipulangkan apabila suhu 36 derajat tanpa pakaian, diberikn ASI
ekslusif, Diberikan edukasi pada orang tua.
5. faktor yang mempengaruhi skor apgar :
- usia ibu
- penyakit sitemik ibu
- perdarahan ante partum
- partus lama
- partus dengan tindakan menggunakan vakum dan forcep
- bayi prematur
6. Faktor ibu, faktor kehamilan, faktor janin
- Faktor ibu : usia ibu, gizi kurang
- Faktor kehamilan : preeklamsia, penyakit bawaan
- Faktor janin: cacat bawaan, semua tadi mengakibatkan terbukannya
ketuban tadi sehingga mengakibatkan bayi tadi BBLR. Dan jika BBLR
akan mengalami imatur untuk imaturnya yaitu organ paru-paru tidak
optimal dan mengakibatkan ketidakefektifan pola napas, imatur
hipotalamus tidak efektif pd sistem termoregulasi, imatur jaringan
pada kulit kerusakan integritas pada kulit, imaturitas pada proses
pencernaan yaitu mengakibatkan kekurangan nutrisi pada janin
- Faktor janin pada bayi gemeli meningkatkan resiko BBLR, untuk
tatalaksananya dapat diberikan ASI ekslusif.
MIND MAP

Bayi resiko tinggi

Kriteria bayi resiko Perawatan bayi baru


tinggi lahir :

- Resusitasi
- Stabilisasi
- Transportasi

STEP 5

1. Kegawatan pada bayi baru lahir ?


2. Kriteria bayi resiko tinggi ?
3. Faktor yang dapat mempengaruhi bayi resiko tinggi ( faktor ibu, faktor
janin ) ?
4. Mekanisme dari faktor yang mempengaruhinya bayi dengan resiko
tinggi ?

Refleksi Diri : Alhamdulillah semoga pbl pertemuan ke 2 terbahas semua sasaran


belajarnya dan saya dapat mengerti semua sasaran belajarnya

STEP 6

BELAJAR MANDIRI

STEP 7

1. Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan


manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28
hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan
psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja
timbul sewaktu-waktu.
Terdapat banyak kondisi yang menyebabkan kegawatdaruratan neonatal
yaitu BBLR Asfiksia BBL, Hipotermi, Hipoglikemia, Ikterus,Gangguan
Nafas Pada BBL, Kejang pada BBL, Infeksi Neonata, Perdarahan,
Syok/Renjatan.
A. BBLR Asfiksia BBL

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR termasuk faktor utama
dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan
anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya
dimasa depan.
karakteristik Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah sebagai berikut:
 Berat kurang dari 2.500 gram
 Panjang badan kurang dari 45 cm
 Lingkar dada kurang dari 30 cm.
 Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
 Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
 Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tcgak
 Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot
hipotonik- lemah.
 Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40- 50
kali per menit.
 Kepala tidak mampu tegak
 Frekuensi nadi 100-140 kali per menit.
B. ASFIKSIA
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi:
1.Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan
tidak memerlukan tindakan istimewa.
2.Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik
akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik
atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3.Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis
berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia
dengan henti jantung yaitu bunyi jantung  fetus menghilang tidak lebih dari
10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum 
pemeriksaan fisik sama asfiksia berat.
Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal
sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1.Memastikan saluran terbuka
a.Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
b.Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
c.Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.
2.Memulai pernafasan
a.Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
b.Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau
mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3.Mempertahankan sirkulasi
a.Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
b.Kompresi dada.
c.Pengobatan
Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat
resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1.  2 helai kain / handuk.
2.  Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,
handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur
posisi kepala bayi.
3.  Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
4.Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
5. Kotak alat resusitasi.
6.Jam atau pencatat waktu.

C. Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh <360C atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping
sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir
dengan kematian.
Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia),
terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan
menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori
tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan
meningkatkan intake kalori. Etiologi dan faktor predisposisi dari hipotermia
antara lain: prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis
dan perdarahan cerebral, pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran dan
eksposure suhu lingkungan yang dingin.
Penanganan hipotermia ditujukan pada:
 Mencegah hipotermia
 Mengenal bayi dengan hipotermia
 Mengenal resiko hipotermia
 Tindakan pada hipotermia.
Tanda-tanda klinis hipotermia :
 Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C - < 360C), tanda-tandanya antara
lain: kaki teraba dingin, kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah
dan kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.
 Hipotermia berat (suhu tubuh < 320C), tanda-tandanya antara lain: sama
dengan hipotermia sedang, dan disertai dengan pernafasan lambat tidak
teratur, bunyi jantung lambat, terkadang disertai hipoglikemi dan asidosis
metabolik.
 Stadium lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain: muka, ujung kaki
dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit
mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan
tangan (sklerema).
D. HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia merupakan sebuah kondisi yang menyebabkan bayi memiliki kadar
gula yang rendah sehingga itu termasuk sangat rendah dibandingkan pada bayi
yang sehat. Jika pemeriksaan menunjukkan kadar gula dibawah 50 mg/dL maka
bayi tersebut termasuk menderita hipoglikemia.
Perawatan hipoglikemia pada bayi
1.  Berikan ASI atau susu formula
Ibu bisa memberikan ASI atau susu formula secara terus menerus sehingga kadar
gula darah dalam tubuh bayi bisa meningkat dengan baik. Ada beberapa tips yang
bisa dilakukan untuk memberikan ASI atau susu formula pada bayi dengan kadar
gula darah yang rendah, yaitu:
 memberikan ASI atau susu formula secara sering meskipun itu dalam waktu
yang singkat.
 memberikan kolostrum pada bayi karena ini sangat baik untuk meningkatkan
kadar gula darah. Jika bayi dirawat di NICU maka biasanya perawat yang
akan memberikan lewat botol susu.
 Biasakan untuk menawarkan payudara pada bayi sehingga bayi bisa terdesak
untuk minum dengan baik.
 Jika bayi memang tidak bisa menerima ASI maka bisa memberikan susu
formula yang bisa dilakukan lebih rutin. Susu formula dianggap lebih baik
dari ASI karena mengandung gula yang dibutuhkan oleh tubuh bayi.
2. Pemberian cairan IV untuk bayi
Pemberian Glukosa 10mg/kgBB IV

2. Kriteria Bayi-Bayi Resiko Tinggi Yaitu :


a. Bayi lahir dengan masa gestasi < 37 minggu atau > 42 minggu
b. Bayi dengan berat badan lahir < 2500 gram atau > 4000 gram
c. Bayi besar atau kecil untuk umur kehamilan
d. Bayi dengan riwayat penyakit neonatus yang berat atau dengan
kematian saudaranya.
e. Bayi dengan keadaan lahir yang buruk (nilai Apgar 0-3 pada menit
pertama) atau yang memerlukan resusitasi dikamar bersalin.
f. Bayi lahir dengan penyakit infeksi, adanya riwayat penyakit selama
kehamilan, ketuban pecah dini, riwayat masalah sosial yang berat
seperti kehamilan dimasa remaja, tidak adanya perawatan prenatal,
hampir tidak ada kenaikan berat badan selama kehamilan, lama tidak
mempunyai bayi, mempunyai 4 atau lebih anak sebelumnya, ibu yang
mempunyai anak pertama pada usia 35 tahun atau lebih, pecandu obat,
peminum obat-obat atau tidak kawin.
g. Bayi yang lahir dengan kehamilan ganda atau ibu hamil lagi setelah 3
bulan melahirkan.
h. Bayi yang lahir dengan bedah caisar atau adanya komplikasi
kehamilan seperti hidramnion, abrupsio plasenta, plasenta previa, atau
letak plasenta tidak normal.
i. Bayi yang mempunyai satu pembuluh darah arteri tali pusat atau setiap
kecurigaan akan cacat bawaan.
j. Bayi yang dikenal menderita anemi atau inkompatibilitas darah
k. Bayi lahir dari ibu yang sangat menderita selama hamil seperti masalah
emosi yang berat,hiperemesis, kecelakaan yang membahayakan,
anastesi umum. 1
3. PATOFISIOLOGI
A. Kelahiran Kurang Bulan
a. Patofisiologi
Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan
dalam 4 golongan yaitu :
a) Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan
b) Inflamasi/infeksi
c) Perdarahan plasenta
d) Peregangan yang berlebihan pada uterus. 1
B. Bayi Lewat Bulan
a. Pengaruh hormon progesteron
i. Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting
dalam memacu proises biomelekuler pada persalinan dan
meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin,
sehingga terjadinya kehgamilan postterm adalah karena
masih pengaruh progesteron.1
b. Teori oksitosin
i. Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada
kehamilan postterm memberi kesan bahwa oksitosin secara
fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan
persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis. Ibu
hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga
sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan postterm.1
c. Teori kortisol
i. Diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma
janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progersteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen,
selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anesefalus
dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik
sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.1

d. Saraf uterus
i. Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus
frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada
keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini seperti
pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan bagian bawah
masih tinggi diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan
postterm. 1
ii. Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya
komplikasi pada kehamilan postterm dan meningkatnya
risiko pada janin. Penurunan fungsi plasenta dapat
dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasental
laktogen. Perubahan yang terjadi pada plasenta sebagai
berikut:
B. Penimbunan kalsium. Pada kehamilan postterm terjadi peningkatan
penimbunan kalsium pada plasenta. Hal ini dapat menyebabkan gawat
janin dan bahkan kematian janin intrauterin yang dapat meningkat sampai
2-4 kali lipat. Timbunan kalsium plasenta meningkat sesuai dengan
progresivitas degenerasi plasenta. Namun, beberapa vili mungkin
mengalami degenerasi tanpa mengalami kalsifikasi. 1
C. Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang.
Keadan ini dapat menurunkan mekanisme transpor plasenta.
D. Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan
fibrinoid, fibrosis, trombosis intervili, dan infark vili. 1
E. Perubahan biokimia. Adanya insufisiensi plasenta menyebabkan protein
plasenta dan kadar DNA di bawah normal, sedangkan konsentrasi RNA
meningkat. Transpor kalsium tidak terganggu, aliran natrium, kalium, dan
glukosa menurun. Pengangkutan bahan dengan berat molekul tinggi
seperti asam amino, lemak, dan gama globulin biasanya mengalami
gangguan sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin
intrauterin.1

Gambar 3.1 Patofisiologi prematur.1


Mekanisme pertama ditandai dengan stres yang biasa terjadi
pada primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya
stres fisik maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari
aksis Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan
terjadinya persalinan prematur. Aksis HPA ini menyebabkan
timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stres
pada janin. Stres pada ibu maupun janin akan mengakibatkan
peningkatan pelepasan hormon Corticotropin Releasing Hormone
(CRH), perubahan pada Adrenocorticotropic Hormone (ACTH),
prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix metaloproteinase (MMP),
interleukin-8, cyclooksigenase-2, dehydroepiandrosteron sulfate
(DHEAS), estrogen plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal. 1
Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis, yaitu
infeksi bakteri yang menyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan
ini merupakan penyebab potensial terjadinya persalinan prematur.
Infeksi intraamnion akan terjadi pelepasan mediator inflamasi seperti
pro-inflamatory sitokin (IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α ). Sitokin
akan merangsang pelepasan CRH, yang akan merangsang aksis HPA
janin dan menghasilkan kortisol dan DHEAS. Hormon-hormon ini
bertanggung jawab untuk sintesis uterotonin (prostaglandin dan
endotelin) yang akan menimbulkan kontraksi. Sitokin juga berperan
dalam meningkatkan pelepasan protease (MMP) yang
mengakibatkan perubahan pada serviks dan pecahnya kulit ketuban.1
Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan
dengan perdarahan plasenta dengan ditemukannya peningkatan
hemosistein yang akan mengakibatkan kontraksi miometrium.
Perdarahan pada plasenta dan desidua menyebabkan aktivasi dari
faktor pembekuan Xa (protombinase). Protombinase akan mengubah
protrombin menjadi trombin dan pada beberapa penelitian trombin
mampu menstimulasi kontraksi miometrium.1
Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari
uterus yang bisa disebabkan oleh kehamilan kembar,
polyhydramnion atau distensi berlebih yang disebabkan oleh
kelainan uterus atau proses operasi pada serviks. Mekanisme ini
dipengaruhi oleh IL-8, prostaglandin, dan COX-2.1

C. BBLR
Patofisiologi

Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat


untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Secara umum bayi
berat badan lahir rendah ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan atau prematur dan disebabkan karena dismaturitas. Biasanya hal
ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh faktor ibu, komplikasi hamil, komplikasi
janin, plasenta yang menyebabkan suplai makanan ibu ke bayi berkurang.
Faktor lainnya yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor
genetik atau kromosom, infeksi, kehamilan ganda, perokok, peminum
alkohol. 5

Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang, bayi prematur
cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan
dikelola pada masa neonatal. Berkaitan dengan hal itu, maka menghadapi bayi
prematur harus memperhatikan masalah masalah sebagai berikut :

a) Sistem pengaturan suhu tubuh (Hipotermia)


Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang
normal dan stabil yaitu 36° sampai dengan 37° C. Segera setelah lahir bayi
dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan
suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia
terjadi apabila suhu tubuh turun dibawah 36,5° C. Apabila seluruh tubuh
bayi teraba dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu
32° C sampai dengan 36° C). Disebut hipotermia berat apabila suhu tubuh
kurang dari 32°C. Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksipanas sangat
terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belumcukup memadai, lemak
subkutan yang sedikit, belum matangnyasistem saraf pengatur suhu tubuh,
luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badan
sehingga mudah kehilangan panas.
b) Gangguan pernafasan
Asfiksia adalah suatu keadaan kegagalan bernafas secara spontan
dan teratur beberapa saat setelah lahir. Kegagalan ini menyebabkan
terjadinya hipoksia yang diikuti dengan asidosis respiratorik. Apabila
proses berlanjut maka metabolisme sel dalam suasana anaerob akan
menyebabkan asidosis metabolik yang selanjutnya terjadi perubahan
kardiovaskuler. Menurunnya atau terhentinya denyut jantung
menyebabkan iskemia. Iskemia setelah mengalami asfiksia selama 5 menit
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah kecil dimana akan
mengakibatkan kerusakan-kerusakan menetap.
c) Hipoglikemia
Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin.
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah
ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan
terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar
gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat
badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan
glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah
sama dengan atau kurang dari 20 mg/dL.
d) Sitem imunologi
Kemungkinan terjadi kerentanan pada bayi dengan berat lahir
rendah terhadap infeksi mengalami peningkatan. Konsentrasi Ig G serum
pada bayi sama dengan bayi matur. Imunoglobulin G ibu ditransfer secara
aktif melalui plasenta ke janin pada trimester terakhir. Konsentrasi Ig G
yang rendah mencerminkan fungsi plasenta yang buruk berakibat
pertumbuhan janin intra uterin yang buruk dan meningkatkan risiko
infeksi post natal. Oleh karena itu bayi dengan berat lahir rendah
berpotensi mengalami infeksi lebih banyak dibandingkan bayi matur.
e) Perdarahan intrakranial
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah pembuluh darah masih
sangat rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan intracranial dapat terjadi
karena trauma lahir, disseminated intravascular coagulopathy atau
trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh
darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama
minggu pertama kehidupan.
f) Rentan terhadap infeksi
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada
minggu terakhir masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah
mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih
kurang hingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu, karena kulit dan
selaput membran bayi dengan berat badan lahir rendah tidak memiliki
perlindungan seperti bayi cukup bulan.
g) Hiperbilirubinemia
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah lebih sering mengalami
hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini dapat
terjadi karena belum maturnya fungsi hepar sehingga konjugasi bilirubin
indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna. Kadar bilirubin normal
pada bayi dengan berat badan lahir rendah 10 mg/dL. Sesungguhnya
hiperbilirubinemia merupakan keadaan normal pada bayi baru lahir selama
minggu pertama, karena belum sempurnanya metabolisme bilirubin bayi.5
Gambar 3.2 Patofisiologi Bayi Baru Lahir dengan BBLR.5

D. Asfiksia
Patofisiologi

Proses kelahiran selalu meimbulkan asfiksia ringan yang


bersifat sementara. proses ini dianggap perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pemafasan agar terjadi primary gasping yang
kemudian berlanjut dengan pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak
mempunyai pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat
mengatasinya. kegagalan pernafasan mengakibatkan gangguan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida sehingga menimbulkan
berkurangnya oksigen dan meningkatnya karbondioksida, diikuti
dengan asidosis respiratorik. apabila proses berlanjut maka
metabolisme sel akan berlangsung dalam suasana anaerobik yang
berupa glikolisis glikogen sehingga sumber utama glikogen terutama
pada jantung dan hati akan berkurang dan asam organik yang terjadi
akan menyebabkan asidosis metabolik. Padatingkat selanjutnya akan
terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan beberapa keadaan
diantaranya:

a.hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi


fungsi jantung

b. terjadinya asidosis metabolik mengakibatkan menurunnya sel


jaringan termasuk otot sehingga menimbulkan kelemahan jantung

c. pengisian udara alveolus yang kurang adekuat menyebabkan tetap


tingginya resistensi pembuluh darah paru, sehingga sirkulasi darah
ke paru dan sistem sirkulasi tubuh lain mengalami gangguan.

Sehubungan dengan proses faali tersebut maka fase awal


asfiksia ditandai dengan pernafasan cepat dalam selama tiga menit
(periode hiperpneu) diikuti dengan apneu primer kira kira 1 menit
dimana pada saat ini denyut jantung dan tekanan darah menurun
kemudian bayi akan mulai bernafas (gasping) 8-10 kali/menit,
gasping ini akan semakin melemah sehingga akhirnya timbul apneu
sekunder. Pada fase normal keadaan ini tidak jelas terlihat karena
setelah pembersihan jalan nafas bayi maka bayi akan segera bernafas
dan menangis kuat.

Pemakaian sumber glikogen untuk energi dalam metabolisme


anaerob menyebabkan dalam waktu singkat tubuh bayi akan
menderita hipoglikemia. Pada saat asfiksia berat menyebabkan
kerusakan membran sel teruta sel susunan saraf pusat sehingga
mengakibatkan gangguan elektrolit, berakibat pada hiperkalemia dan
pembengkakan sel. Kerusakan otak terjadi setelah asfiksia
berlangsung 8-15 menit. 6

E. Sepsis Neonatal
Patofisiologi
Sesuai dengan patogenesis, secara klinik sepsis neonatal
dapat dikategorikan dalam : sepsis dini, terjadi pada 5-7 hari
pertama, tanda distres pernapasan lebih mencolok, organisme
penyebab penyakit didapat dari intrapartum, atau melalui saluran
genital ibu. Pada keadaan ini kolonisasi patogen terjad pada
periode perinatal. Beberapa mikroorganisme penyebab, seperti
treponema, virus, listeria dan candida, transmisi ke janin melalui
plasenta secara hematogenik. Cara lain masuknya mikroorganisme,
dapat melalui proses persalinan. Dengan pecahnya selaput ketuban,
mikroorganisme dalam flora vagina atau bakteri patogen lainnya
secara asenden dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini
memungkinkan terjadinya khorioamnionitis atau cairan amnion
yang telah terinfeksi teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang
kemudian berperan sebagai penyebab kelainan pernapasan. Adanya
vernix atau mekoneum merusak peran alami bakteriostatik cairan
amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui
jalan lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring,
orofaring, konjungtiva, dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini
mempercepat proses infeksi. Penyakit dini ditandai dengan
kejadian yang mendadak dan berat, yang berkembang dengan cepat
menjadi syok sepsis dengan angka kematian tinggi. 7

Sepsis lambat mudah menjadi berat, tersering menjadi


meningitis. Bakteri penyebab sepsis dan meningitis, termasuk yang
timbul sesudah lahir yang berasal dari saluran genital ibu, kontak
antar manusia atau dari alat-alat yang terkontaminasi. Di sini
transmisi horisontal memegang peran. Insiden sepsis lambat sekitar
5-25%, sedangkan mortalitas 10-20% namun pada bayi kurang
bulan mempunyai risiko lebih mudah terinfeksi, disebabkan
penyakit utama dan imunitas yang imatur. 7

Anda mungkin juga menyukai