Seorang ibu berusia 38 tahun P3A0 baru saja melahirkan seorang bayi perempuan
dengan nilai APGAR 1 score 3. bayi ini lahir di usia kehamilan 38 minggu dengan
ketuban pecah dini. Bayi lahir pervaginam, dengan BB lahir 2000 gram. Setelah
dilakukan perawatan rutin dikamar bersalin, bayi dirawat di ruang NICU.
STEP 1
1. Ketuban pecah dini : kondisi pecahnya kantung ketuban yang membuat air
ketuban merembes meskipun HPL belum datang
2. APGAR score : skor resusitasi bayi baru lahir, untuk menilai bayi dalam
keadaan baik atau membutuhkan pertolongan medis yang dinilai 5 aspek
warna tubuh bayi, denyut jantung bayi,refleks dan respon bayi,aktifitas
otot bayi, dan pernapasan bayi, dilakukan pada menit ke 1,5,10 setelah
kelahiran.
3. Ruang NICU : ruang perawatan khusus untuk bayi baru lahir, dan juga
bayi prematur sampai usia 30 hari yang memerlukan perawatan khusus.
4. Lahir pervaginam: bayi lahir dengan cara alamiah memlalui jalan lahir
atau vagina (lahir normal).
STEP 2
STEP 3
1. Mekanisme KPD
- Ketuban bersifat kuat menahan janis diuterus pd trisemester ke 3
terjadi perubahan karena janin semakin berat shg ketuban mudah
pecah, selain itu terdapat peningkatan hormon kortisol.
- Penyebabnya dari regangan uterus semakin tua kehamilan maka
semakin berkontraksi dan dapat menyebabkan infeksi.
- Faktor infeksi, menyebabkan respon inflamasi akan mengeluarkan
mediator inflamasi yaitu enzim protease dan dapat mengganggu
keseimbangan TIMT dan tidak seimbang sehingga kulit ketubannya
akan mengelupas.
2. Penegakan diagnosis :
- spekulum , melihat dan mencium air dari vagina ibu terdapat bau
khas, agar cairan keluar disuruh batuk, suhu ibu untuk melihat adanya
infeksi
- pH asam pd vagina dapat dilakukan pem. Kertas lakmus
- darah rutin : leukosit meningkat > 15 rb per menit
- USG, adanya pengurangan vol cairan amnion
- Tes fern, adanya pola kristalisasi natrium klorida berbentuk seperti
pakis
- Pem. Ultrasound gambaran oligohidramnion
Tatalaksana
- Masing-masing
3. Bayi prematur dengan BB < 2000 gr
Klasifikasi ada 4
- Lahir 34-36 kehamilan
- 32-34 minggu kehamilan
- Lahir sebelum 32 minggu kehamilan
- Sebelum usia 25 minggu kehamilan
Klasifikasi BBLR
- BBLR, 1500-2500 gr
- Bblsr, 1000-1500 gr
- Bbasr,< 1000 gr
- Normal 2000-2500 gr
Dari bayi :
- Resusitasi
- Stabilisasi
- Transportasi
STEP 5
STEP 6
BELAJAR MANDIRI
STEP 7
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR termasuk faktor utama
dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan
anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya
dimasa depan.
karakteristik Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah sebagai berikut:
Berat kurang dari 2.500 gram
Panjang badan kurang dari 45 cm
Lingkar dada kurang dari 30 cm.
Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tcgak
Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot
hipotonik- lemah.
Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40- 50
kali per menit.
Kepala tidak mampu tegak
Frekuensi nadi 100-140 kali per menit.
B. ASFIKSIA
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi:
1.Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan
tidak memerlukan tindakan istimewa.
2.Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik
akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik
atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3.Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis
berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia
dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari
10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum
pemeriksaan fisik sama asfiksia berat.
Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal
sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1.Memastikan saluran terbuka
a.Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
b.Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
c.Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.
2.Memulai pernafasan
a.Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
b.Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau
mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
3.Mempertahankan sirkulasi
a.Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
b.Kompresi dada.
c.Pengobatan
Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat
resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
1. 2 helai kain / handuk.
2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,
handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur
posisi kepala bayi.
3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
4.Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
5. Kotak alat resusitasi.
6.Jam atau pencatat waktu.
C. Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh <360C atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping
sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir
dengan kematian.
Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia),
terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan
menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori
tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan
meningkatkan intake kalori. Etiologi dan faktor predisposisi dari hipotermia
antara lain: prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis
dan perdarahan cerebral, pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran dan
eksposure suhu lingkungan yang dingin.
Penanganan hipotermia ditujukan pada:
Mencegah hipotermia
Mengenal bayi dengan hipotermia
Mengenal resiko hipotermia
Tindakan pada hipotermia.
Tanda-tanda klinis hipotermia :
Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C - < 360C), tanda-tandanya antara
lain: kaki teraba dingin, kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah
dan kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.
Hipotermia berat (suhu tubuh < 320C), tanda-tandanya antara lain: sama
dengan hipotermia sedang, dan disertai dengan pernafasan lambat tidak
teratur, bunyi jantung lambat, terkadang disertai hipoglikemi dan asidosis
metabolik.
Stadium lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain: muka, ujung kaki
dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit
mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan
tangan (sklerema).
D. HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia merupakan sebuah kondisi yang menyebabkan bayi memiliki kadar
gula yang rendah sehingga itu termasuk sangat rendah dibandingkan pada bayi
yang sehat. Jika pemeriksaan menunjukkan kadar gula dibawah 50 mg/dL maka
bayi tersebut termasuk menderita hipoglikemia.
Perawatan hipoglikemia pada bayi
1. Berikan ASI atau susu formula
Ibu bisa memberikan ASI atau susu formula secara terus menerus sehingga kadar
gula darah dalam tubuh bayi bisa meningkat dengan baik. Ada beberapa tips yang
bisa dilakukan untuk memberikan ASI atau susu formula pada bayi dengan kadar
gula darah yang rendah, yaitu:
memberikan ASI atau susu formula secara sering meskipun itu dalam waktu
yang singkat.
memberikan kolostrum pada bayi karena ini sangat baik untuk meningkatkan
kadar gula darah. Jika bayi dirawat di NICU maka biasanya perawat yang
akan memberikan lewat botol susu.
Biasakan untuk menawarkan payudara pada bayi sehingga bayi bisa terdesak
untuk minum dengan baik.
Jika bayi memang tidak bisa menerima ASI maka bisa memberikan susu
formula yang bisa dilakukan lebih rutin. Susu formula dianggap lebih baik
dari ASI karena mengandung gula yang dibutuhkan oleh tubuh bayi.
2. Pemberian cairan IV untuk bayi
Pemberian Glukosa 10mg/kgBB IV
d. Saraf uterus
i. Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus
frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada
keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini seperti
pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan bagian bawah
masih tinggi diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan
postterm. 1
ii. Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya
komplikasi pada kehamilan postterm dan meningkatnya
risiko pada janin. Penurunan fungsi plasenta dapat
dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasental
laktogen. Perubahan yang terjadi pada plasenta sebagai
berikut:
B. Penimbunan kalsium. Pada kehamilan postterm terjadi peningkatan
penimbunan kalsium pada plasenta. Hal ini dapat menyebabkan gawat
janin dan bahkan kematian janin intrauterin yang dapat meningkat sampai
2-4 kali lipat. Timbunan kalsium plasenta meningkat sesuai dengan
progresivitas degenerasi plasenta. Namun, beberapa vili mungkin
mengalami degenerasi tanpa mengalami kalsifikasi. 1
C. Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang.
Keadan ini dapat menurunkan mekanisme transpor plasenta.
D. Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan
fibrinoid, fibrosis, trombosis intervili, dan infark vili. 1
E. Perubahan biokimia. Adanya insufisiensi plasenta menyebabkan protein
plasenta dan kadar DNA di bawah normal, sedangkan konsentrasi RNA
meningkat. Transpor kalsium tidak terganggu, aliran natrium, kalium, dan
glukosa menurun. Pengangkutan bahan dengan berat molekul tinggi
seperti asam amino, lemak, dan gama globulin biasanya mengalami
gangguan sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin
intrauterin.1
C. BBLR
Patofisiologi
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang, bayi prematur
cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan
dikelola pada masa neonatal. Berkaitan dengan hal itu, maka menghadapi bayi
prematur harus memperhatikan masalah masalah sebagai berikut :
D. Asfiksia
Patofisiologi
E. Sepsis Neonatal
Patofisiologi
Sesuai dengan patogenesis, secara klinik sepsis neonatal
dapat dikategorikan dalam : sepsis dini, terjadi pada 5-7 hari
pertama, tanda distres pernapasan lebih mencolok, organisme
penyebab penyakit didapat dari intrapartum, atau melalui saluran
genital ibu. Pada keadaan ini kolonisasi patogen terjad pada
periode perinatal. Beberapa mikroorganisme penyebab, seperti
treponema, virus, listeria dan candida, transmisi ke janin melalui
plasenta secara hematogenik. Cara lain masuknya mikroorganisme,
dapat melalui proses persalinan. Dengan pecahnya selaput ketuban,
mikroorganisme dalam flora vagina atau bakteri patogen lainnya
secara asenden dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini
memungkinkan terjadinya khorioamnionitis atau cairan amnion
yang telah terinfeksi teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang
kemudian berperan sebagai penyebab kelainan pernapasan. Adanya
vernix atau mekoneum merusak peran alami bakteriostatik cairan
amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui
jalan lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring,
orofaring, konjungtiva, dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini
mempercepat proses infeksi. Penyakit dini ditandai dengan
kejadian yang mendadak dan berat, yang berkembang dengan cepat
menjadi syok sepsis dengan angka kematian tinggi. 7