Anda di halaman 1dari 10

RESUME PBL

Skenario 4
“Bayi Kembar dari Ibu Ketuban Pecah Dini”

Nama :
NPM :
Kel. : 4B
Blok : 6.1 (Safe Motherhood & Infancy)
Tutor : dr. Erma Permatasari

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GUNUNG JATI
CIREBON
2021
SKENARIO 4
Bayi Kembar dari Ibu Ketuban Pecah Dini
Seorang ibu berusia 38 tahun P2A0 baru melahirkan 2 bayi perempuan
dengan nilai APGAR score 3 semua. Kedua bayi lahir diusia kehamilan 34
minggu dengan ketuban pecah dini. Kedua bayi lahir pervaginam, dengan berat
badan lahir 1600 gram dan 1700 gram. Setelah dilakukan perawatan rutin di
kamar bersalin, bayi dirawat di Ruang NICU.

KLARIFIKASI ISTILAH (STEP 1)

1. APGAR score : score yang digunakan untuk penilaian bayi baru lahir
(refleks, tonus otot, warna kulit, denyut jantung, usaha pernapasan)
2. Ketuban Pecah Dini : Kondisi dimana pecahnya ketuban sebelum terjadinya
persalinan aterm
3. Ruang NICU (neonatal intensive care unit) : ruangan di Rumah Sakit yang
disedikan untuk bayi yang lahir prematur

RUMUSAN DAFTAR MASALAH (STEP 2)

1. Bagaimana faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini?


2. Bagaimana hubungannya persalinan yang belum cukup bulan memicu
terjadinya KPD?
3. Bagaimana hal yang harus dinilai dari APGAR score dan interpretasinya?
4. Bagaimana interpretasi kelahiran menurut berat badan bayi dan usia kelahiran
pada skenario?
5. Bagaimana tatalaksana yang dapat dilakukan pada bayi yang di rawat di
ruang NICU?
6. Bagaimana perawatan rutin yang dilakukan pada bayi baru lahir?
7. Bagaimana komplikasi yang dapat terjadi pada KPD?
ANALISIS MASALAH (STEP 3)
1. Bagaimana faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini?
 Usia, sosial ekonomi, paritas, anemia, merokok, riwayat KPD sebelumnya,
serviks yang inkopetensik
 Infeksi bakteri, kehamilan kembar, kurang asupan ion, kelainan letak janin
(seperti sungsang)
 Trauma (seperti hubungan seksual, pemeriksaan dalam, dan amniosintesis)
Usia yang ideal (20 – 35 tahun), karena > 35 tahun organ reproduksinya
sudah ada penurunan fungsi, < 20 tahun organ reproduksinya belum terlalu
matang
 Infeksi vagina seperti infeksi bakteri, abnormal serviks, perdarahan
postpartum, riwayat KPD di kehamilan sebelumnya
 Kekurangan vitamin C  akan mengurangi kolagen dalam ketuban

2. Bagaimana hubungannya persalinan yang belum cukup bulan memicu


terjadinya KPD?
 KPD karena adanya kontraksi uterus dan peregangan berulang  salah
satu faktor karena ada kehamilan kembar. Adanya perubahan dari aktivitas
kolagen  ketuban pecah

3. Bagaimana hal yang harus dinilai dari APGAR score dan


interpretasinya?
 Appearance (warna kulit), Pulse (denyut jantung), Grimace (refleks),
Activity (tonus otot), Respiration (usaha bernafas)
 Klasifikasi asfiksia : APGAR Score 7-10 (Asfiksia ringan), APGAR Score
4-6 (asfiksia sedang), 0-3 (asfiksia berat)
 Penilaian dengan APGAR score dilakukan 1 menit kemudian, 5 menit
kemudian dan 10 menit kemudian

4. Bagaimana interpretasi kelahiran menurut berat badan bayi dan usia


kelahiran pada skenario?
 BB merupakan indikator untuk kesehatan BBL, rerata BBL 37 - 41
minggu dengan BB 3700 gr.
< 2500 gr  BBLR
2500 – 4000 gr  normal
> 4000 gr  bayi berat lahir lebih
 Usia kehamilan kurang bulan  gestasi < 37 minggu
Usia kehamilan normal/aterm  gestasi 37 – 40 minggu
Usia kehamilan lebih bulan  gestasi > 40 minggu
 BBLR (1500 -2499 gram), BBLSR (1000 – 1499 gram), BBLER ( < 1000
gram)
 Klasifikasi KPD : sangat preterm 24 – 34 minggu kehamilan, PROM 34 –
36 minggu kehamilan, PPROM ketuban pecah > 24 jam

5. Bagaimana tatalaksana yang dapat dilakukan pada bayi yang di rawat di


ruang NICU?
 Memantau suhu tubuh, jika terdapat gangguan pernapasan bisa diberikan
terapi oksigen dan bantuan ventilasi, pemantauan kadar bilirubin, jika ada
indikasi infeksi berikan antibiotik
 Bayi harus dilingkungan yang hangat, keringkan bayi segera, lakukan
pendekatan bayi dan ibu dengan melakukan IMD

6. Bagaimana perawatan rutin yang dilakukan pada bayi baru lahir?


 Bayi harus tetap hangat, hisap lendir di mulut dan hidung, menilai dengan
APGAR score, memotong tali pusat, lakukan IMD, injeksi vitamin K IM,
diberikan salep tetrasiklin pada mata, memberikan imunisasi hepatitis B

7. Bagaimana komplikasi yang dapat terjadi pada KPD?


 Mudah terjadi infeksi intrauterin, prolaps uteri, bayi prematur, adanya
komplikasi selama persalinan baik pada ibu dan janin
 Hipoksia dan asfiksia, oligoahidramnion,
 Ibu : korionamnionitis, bayi : anemia, RDS (respiratory distress syndrome)
 Ibu : endomiometritis, amnionitis  sepsis. Bayi/janin  persalinan lebih
awal / kelahiran preterm

SISTEMATIKA MASALAH (STEP 4)


1. Bagaimana faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini?
 Usia, sosial ekonomi, paritas, anemia, merokok, riwayat KPD sebelumnya,
serviks yang inkopetensik
 Infeksi bakteri, kehamilan kembar, kurang asupan ion, kelainan letak janin
(seperti sungsang)
 Trauma (seperti hubungan seksual, pemeriksaan dalam, dan amniosintesis)
Usia yang ideal (20 – 35 tahun), karena > 35 tahun organ reproduksinya
sudah ada penurunan fungsi, < 20 tahun organ reproduksinya belum terlalu
matang
 Infeksi vagina seperti infeksi bakteri, abnormal serviks, perdarahan
postpartum, riwayat KPD di kehamilan sebelumnya
 Kekurangan vitamin C  akan mengurangi kolagen dalam ketuban

 Usia  usia optimal 20 – 35 tahun, lebih tua akan mempengaruhi organ


reproduksi yang sudah berkurang
 Sosial ekonomi  pendapat yang kurang dapat mempengarui kebutuhan
 Paritas  primipara (baru melahirkan), multipara (sudah pernah
melahirkan > 2 kali kelahiran), grand multipara (paritas > 5 kali)  sudah
terjadi penurunan fungsi sistem reproduksi
 Merokok  kehamilan ektopik, meningkatkan resiko lahir mati
 Infeksi dan inflamasi → produksi IL-1 dan prostaglandin → mengganggu
sintesis kolagenase jaringan → terjadi degradasi kolagen pada selaput
amnion/korion → selaput ketuban tipis dan lemah → mudah pecah
spontan
 Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan
sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah
 Adanya reaksi perioksidasi  peningkatan regangan ketuban  lemahnya
lapisan selaput ketuban  ketuban pecah
 Riwayat preterm, perdarahan post partum tindakan kuretasi, ph vagina >
6,5, defisiensi gizi, ukuran serviks yang pendek, IMT rendah, status sosial
rendah
 IMT untuk kehamilan : < 18,5  underweight, 18,5 – 24, 9  normal, 25
– 29,9  overweight, > 30  Obesitas
 Jarak kehamilan > 2 tahun, karena tubuh membutuhkan proses untuk
berevolusi terlebih dahulu, seperti uterus

2. Bagaimana hubungannya persalinan yang belum cukup bulan memicu


terjadinya KPD?
 KPD karena adanya kontraksi uterus dan peregangan berulang  salah
satu faktor karena ada kehamilan kembar. Adanya perubahan dari aktivitas
kolagen  ketuban pecah

 Kehamilan gemelli  peregangan uterus  perubahan struktur, dan


katabolisme kolagen  selaput tipis  mengganggu protein amnion 
pecah amnion  cairan ketuban bocor. Hal lain yang berbahaya  janin
terpapar flora normal dari vagina  endometritis  kolonisasi  infeksi
janin  korionitis  neutrofil dari plasenta  solusio plasenta. Amnion
pecah  oligohiirdoamnion  mempengaruhi perkembangan janin,
turunnya tali pusat  prolaps tali pusat. Anomali wajah  paru-paru
anoplastik  terjadi komplikasi  memicu hipotalamus  prostaglandin,
keluar sebelum gestasi < 37 minggu  BBLR
 Faktor dari bayi : genetik (kelainan kromosom), asupan nutrisi dan
pertukaran oksigen, infeksi janin, faktor lingkungan (fungsi plasenta)
3. Bagaimana hal yang harus dinilai dari APGAR score dan
interpretasinya?
 Appearance (warna kulit), Pulse (denyut jantung), Grimace (refleks),
Activity (tonus otot), Respiration (usaha bernafas)
 Klasifikasi asfiksia : APGAR Score 7-10 (Asfiksia ringan), APGAR Score
4-6 (asfiksia sedang), 0-3 (asfiksia berat)
 Penilaian dengan APGAR score dilakukan 1 menit kemudian, 5 menit
kemudian dan 10 menit kemudian

 Tanda dan Gejala asfiksia neonatorum :


1) Asfiksia ringan: Tachypnea, napas > 90x/menit, bayi tampak sianosis,
ada retraksi sela-iga, bayi merintih,adanya pernapasan cuping hidung, bayi
kurang aktivitas.
2) Asfiksia sedang: frekuensi jantung menurun disini, usaha napas lambat,
tonus otot biasanya dalam keadaan baik, bayi masih bisa memberi reaksi
terhadap rangsangan yang diberikan, bayi tampak sianosis.
3) Asfiksia berat: Pada pemeriksaan fisis ditemukan’ frekuensi jantung
kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
 APGAR score pada skenario 3  Asfiksia berat  kejang, sianosis.
Terjadi karena gangguan dari tali pusat yang mengkompresi atau menekan
 cairan paru akan berada tetap di paru  asupan oksigen berkurang
4. Bagaimana interpretasi kelahiran menurut berat badan bayi dan usia
kelahiran pada skenario?
 BB merupakan indikator untuk kesehatan BBL, rerata BBL 37 - 41
minggu dengan BB 3700 gr.
< 2500 gr  BBLR
2500 – 4000 gr  normal
> 4000 gr  bayi berat lahir lebih
 Usia kehamilan kurang bulan  gestasi < 37 minggu
Usia kehamilan normal/aterm  gestasi 37 – 40 minggu
Usia kehamilan lebih bulan  gestasi > 40 minggu
 BBLR (1500 -2499 gram), BBLSR (1000 – 1499 gram), BBLER ( < 1000
gram)
 Klasifikasi KPD : sangat preterm 24 – 34 minggu kehamilan, PROM 34 –
36 minggu kehamilan, PPROM ketuban pecah > 24 jam

5. Bagaimana tatalaksana yang dapat dilakukan pada bayi yang di rawat di


ruang NICU?
 Memantau suhu tubuh, jika terdapat gangguan pernapasan bisa diberikan
terapi oksigen dan bantuan ventilasi, pemantauan kadar bilirubin, jika ada
indikasi infeksi berikan antibiotik
 Bayi harus dilingkungan yang hangat, keringkan bayi segera, lakukan
pendekatan bayi dan ibu dengan melakukan IMD

 Untuk mencegah gangguan terhadap organ vital pada BBL. Ruang NICU
untuk perawatan untuk bayi sakit/kritis dengan CPAP, bayi dengan BB <
1200 gram, ada hernia diafragmatika, atresia ani, bayi yang membutuhkan
ventilator mekanik, bayi yang memebutuhkan akses vena

6. Bagaimana perawatan rutin yang dilakukan pada bayi baru lahir?


 Bayi harus tetap hangat, hisap lendir di mulut dan hidung, menilai dengan
APGAR score, memotong tali pusat, lakukan IMD, injeksi vitamin K IM,
diberikan salep tetrasiklin pada mata, memberikan imunisasi hepatitis B
7. Bagaimana komplikasi yang dapat terjadi pada KPD?
 Mudah terjadi infeksi intrauterin, prolaps uteri, bayi prematur, adanya
komplikasi selama persalinan baik pada ibu dan janin
 Hipoksia dan asfiksia, oligoahidramnion,
 Ibu : korionamnionitis, bayi : anemia, RDS (respiratory distress syndrome)
 Ibu : endomiometritis, amnionitis  sepsis. Bayi/janin  persalinan lebih
awal / kelahiran preterm

MIND MAP

Bayi Resiko
Tinggi

Indikasi
Kriteria Faktor Resiko Etiologi Tatalaksana Komplikasi
NICU

BBLR Ibu

KPD Janin

Prematur Plasenta

Asfiksia Lingkungan

Gambar 1. Mind Map.

SASARAN BELAJAR (STEP 5)

1. Bagaimana kriteria bayi dengan resiko tinggi?


2. Bagaimana faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya bayi resiko tinggi
(dari ibu dan bayi)?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya faktor resiko yang mempengaruhi
terjadinya bayi resiko tinggi?
REFLEKSI DIRI

Alhamdulillah PBL skenario 4 dengan judul “Bayi Kembar dari Ibu Ketuban
Pecah Dini” di pertemuan pertama kali ini berjalan cukup baik dan lancar. Selain
itu, semua anggota diskusi berpartisipasi cukup aktif selama diskusi berlangsung.
Semoga pada pertemuan selanjutnya semakin lebih baik lagi, Aamiin

BELAJAR MANDIRI (STEP 6)

PENJELASAN (STEP 7)

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai