Anda di halaman 1dari 40

RESUME PBL BLOK 5.

SKENARIO 5

NAMA : PRISKA FEBIOLA SUTRISNA

NPM : 118170138

KELOMPOK : 1B

BLOK : 5.2

NAMA TUTOR : dr. Yandri Naldi MH., MKM

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

FAKULTAS KEDOKTERAN

CIREBON

2020
SKENARIO V

Prioritas Penggunaan Ventilator

Seorang pasien laki-laki berusia 65 tahun datang ke RS dengan keluhan


panas, batuk dan sesak. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tersebut curiga
terkena COVID-19 dan memerlukan ventilator serta ruangan isolasi. Disaat yang
bersamaan ada pasien yang menjalani perawatan di bangsal mengalami penurunan
kesadaran akibat stroke perdarahan dan membutuhkan alat ventilator juga,
sedangkan alat ventilator yang tersedia di ruang ICU hanya tersisa untuk satu
pasien. Dokter menghadapi dilema etik terhadap prioritas penggunaan ventilator
tersebut dan berkonsultasi untuk dapat memutuskan untuk memecahkan masalah
tersebut dalam waktu yang singkat.

Step I
1. Dilema etik : Sistem penilaian perilaku dan keyakinan untuk menentukan
perbuatan yang pantas untuk menjamin adanya perlindungan atas hak
individu
2. Ruang ICU : uatu ruangan yang digunakan untuk merawat pasien dengan
kondisi yang sangat buruk dengan perawatan intensif
3. Etik :
- Sistem penilaian prilaku dan keyakinan untuk menentukan perbuatan
yang pantas untuk menjamin atas hak individu
- Norma-norma untuk menentukan baik dan buruknya tingkah manusia
- Etik (Ethics) berasal dari kata Latin yaitu berkaitan dengan kata mores
dan ethos, yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap
yang baik, dan yang layak
- Dari bahasa indonesia dibagi menjadi etik dan etika. Etika merupakan
ilmu apa yang baik dan buruk
4. Ventilator : Mesin yang berfungsi untuk menunjang atau membantu
pernapasan
Step II
1. Bagaimanakah unsur-unsur yang terkait dalam ethic medical yang berkaitan
dengan dilema etik?
2. Bagaimana prinsip penyelesaian dilema etik dalam kasus tersebut?
3. Bagaimana prioritas ICU ?
4. Kepada siapakah dokter tersebut berkonsultasi berkaitan dengan masalah
etik?

Step III
1. Bagaimanakah unsur-unsur yang terkait dalam ethic medical yang berkaitan
dengan dilema etik?
Jawab :
- Dilema etika merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang yang layak
dibuat
- Medical etik, berasal dari bahasa yunani : ethicos
- Etika menilai menusia dalam perilaku hidupnya, etika berasal dari filsafat
yang membenarkan tindakan tertentu dan mengatur karakter manusia
ideal dan kode etik tertentu. Fondasi dari medical etik yaitu sumpah
hipocrates, kodeki, internal morality dan external morality
- Prinsip-prinsip etika kedokteran
a. Autonomy : dokter menghormati martabat manusia
b. Beneficence : setiap dokter harus berbuat baik, dan mengutamakan
pasien dirawat dalam kesehatan dan memberikan yang terbaik
c. Non malficence : do not harm, jangan menambah luka terhadap pasien
d. Justice : kesamaan, dokter tidak boleh membeda-bedakan pasien
- Teori etika : deontologi, Telelogi, virtue
a. Deontology
Benar tidaknya tindakan bergantung pada perbuatan atau cara
tindakan itu sendiri, bukan pada akibat tindakan. Dasar:
kewajibanataukeharusan.
b. Teleology
Benar tidaknya tindakan bergantung padaakibatakibatnya. Dasar:
pengalaman (efektif-efisien).
c. Virtue
Keutamaan, benar tidaknya tindakan tergantng darinormanorma
yangdiambil.
- Cara
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa moral
c. Merencanakan
d. Memtuskan.

2. Bagaimana prinsip penyelesaian dilema etik dalam kasus tersebut?


Jawab :
Mengenali dilema etik
- klarifikasi dan klasifikasi
- kemudian review informasi
- analisis masalah etika
- akumulasi pilihan yang akan dipilih
Strategi pemecahan masalah
- Kodeki
- 4 kaidah dasar moral
- Memecahkan dengan prinsip-prinsip : minus malum, sunum bonum
- Pendekatan rasional, non rasional : konsekuensionalisme, tindakan yang
benar yaitu tindakan yang menghasilkan hal baik
Konsul ke senior, konsul ke MKEK IDI
6 pendekatan yang dilakukan seseorang
- Memperoleh fakta yang relevan
- Menentukan isu
- Menentukan cara alternatif
- Menentukan konsekuensi yang terjadi
- Menetapkan tindakan yang tepat
Prinsip non malficence :
- Jika ruangan hanya satu, dan terdapat pasien bukan coovid, tidak boleh
dimasukan pasien covid dan sebaiknya di rujuk
- Jika ruangan ada dua, yaitu khusus covid dan non covid
Penyelesaian
- Identifikasi
a. Double effect
b. Sumum bonum dan minus manum
c. Ordinary – ekstraordinary
d. 4 topics chart
- Mencari informasi
- Menentukan solusi
Yang dilakuan oleh dokter :
- Konsul ke senior
- Konsul ke Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit
- Konsul ke MKEK IDI.

3. Bagaimana prioritas ICU ?


Jawab :
pasien prioritas 1, 2 dan 3
- Prioritas 1 :
Pasien yang sakit kritis dan tidak stabil dan memerlukan terapi
intensif : pasien pasca bedah, sepsis berat, gangguan keseimbangan asam-
basa dan gangguan elektrolit yang mengancam jiwa.
- Prioritas 2
Pasien yang memerlukan pelayanan yang canggih di ICU dan
beresiko jika tidak mendapattkan terapi intensif segera contoh pasien
gagal jantung dan paru, pasien GGA, pasien pasca pembedahan mayor
- Prioritas 3
Pasien golongan sakit kritis dan tidak stabil status kesehatannya,
penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya secara sendirian atau
kombinasi contoh pasien dengan keganasan, pasien pericardial
temponade, pasien dengan sumbatan jalan napas, pasien dengan penyakit
jantung stadium terminal.
Dengan pertimbangan luar biasa dan atas persetujuan kepala ICU
indikasi masuk pada beberapa pasien bisa dikecualikan dengan catatan bahwa
pasien-pasien golongan demikian sewatu-waktu harus bisa dikeluarkan dari
ICU agar fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien-
pasien dengan prioritas 1,2,3, contoh:
- Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan
hidup yang agresif dan hanya demi “ perawatan yang aman saja”
- Pasien dengan keadaan vegetatif permanen
- Pasien yang telah dipastikan mati batang otak.

4. Kepada siapakah dokter tersebut berkonsultasi berkaitan dengan masalah


etik?
Sebagai dokter umum harus berkonsultasi kepada dokter senior (dokter
spesialis yang ada di RS tersebut), lanjut konsul ke komisi etik yang di RS,
kemudian konsul ke MKEK IDI, MKDKI
- Komisi medik (mencakup keseluruhan dokter-dokter)
- Komisi etik (dokter-dokter yang berhubungan dengan masalah etik).

Step IV
1. Bagaimanakah unsur-unsur yang terkait dalam ethic medical yang berkaitan
dengan dilema etik?
Jawab :
- Dilema etika merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang yang layak
dibuat
- Medical etik, berasal dari bahasa yunani : ethicos
- Etika menilai menusia dalam perilaku hidupnya, etika berasal dari filsafat
yang membenarkan tindakan tertentu dan mengatur karakter manusia
ideal dan kode etik tertentu. Fondasi dari medical etik yaitu sumpah
hipocrates, kodeki, internal morality dan external morality
- Prinsip-prinsip etika kedokteran
e. Autonomy : dokter menghormati martabat manusia
f. Beneficence : setiap dokter harus berbuat baik, dan mengutamakan
pasien dirawat dalam kesehatan dan memberikan yang terbaik
g. Non malficence : do not harm, jangan menambah luka terhadap pasien
h. Justice : kesamaan, dokter tidak boleh membeda-bedakan pasien
- Teori etika : deontologi, Telelogi, virtue
d. Deontology
Benar tidaknya tindakan bergantung pada perbuatan atau cara
tindakan itu sendiri, bukan pada akibat tindakan. Dasar:
kewajibanataukeharusan.
e. Teleology
Benar tidaknya tindakan bergantung padaakibatakibatnya. Dasar:
pengalaman (efektif-efisien).
f. Virtue
Keutamaan, benar tidaknya tindakan tergantng darinormanorma
yangdiambil.
- Cara
e. Mengkaji situasi
f. Mendiagnosa moral
g. Merencanakan
h. Memtuskan.

2. Bagaimana prinsip penyelesaian dilema etik dalam kasus tersebut?


Jawab :
Mengenali dilema etik
- klarifikasi dan klasifikasi
- kemudian review informasi
- analisis masalah etika
- akumulasi pilihan yang akan dipilih
Strategi pemecahan masalah
- Kodeki
- 4 kaidah dasar moral
Autonomy memperhatikan pasien furnureble seperti anak-anak, ibu hamil,
pasien gangguan jiwa, respect for autonomy dan respect for person
- Memecahkan dengan prinsip-prinsip : minus malum, sunum bonum
- Pendekatan rasional, non rasional : konsekuensionalisme, tindakan yang
benar yaitu tindakan yang menghasilkan hal baik
Konsul ke senior, konsul ke MKEK IDI
6 pendekatan yang dilakukan seseorang
- Memperoleh fakta yang relevan
- Menentukan isu
- Menentukan cara alternatif
- Menentukan konsekuensi yang terjadi
- Menetapkan tindakan yang tepat
Prinsip non malficence :
- Jika ruangan hanya satu, dan terdapat pasien bukan coovid, tidak boleh
dimasukan pasien covid dan sebaiknya di rujuk
- Jika ruangan ada dua, yaitu khusus covid dan non covid
Penyelesaian
- Identifikasi
e. Double effect
f. Sumum bonum dan minus manum
g. Ordinary – ekstraordinary
h. 4 topics chart
- Mencari informasi
- Menentukan solusi
Yang dilakuan oleh dokter :
- Konsul ke senior
- Konsul ke Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit
- Konsul ke MKEK IDI
Melihat kondisi pasien antara satu dan yang lainnya, untuk memindahkan
ke ruangan isolasi, jika pasien covid masih baik dapat dimasukan ke ruang
isolasi tersendiri, jika kondisi buruk di rujuk ke rumah sakit lain, melihat
sunum bonum dan minus manum.
3. Bagaimana prioritas ICU ?
Jawab :
pasien prioritas 1, 2 dan 3
- Prioritas 1 :
Pasien yang sakit kritis dan tidak stabil dan memerlukan terapi
intensif : pasien pasca bedah, sepsis berat, gangguan keseimbangan asam-
basa dan gangguan elektrolit yang mengancam jiwa.
- Prioritas 2
Pasien yang memerlukan pelayanan yang canggih di ICU dan
beresiko jika tidak mendapattkan terapi intensif segera contoh pasien
gagal jantung dan paru, pasien GGA, pasien pasca pembedahan mayor
- Prioritas 3
Pasien golongan sakit kritis dan tidak stabil status kesehatannya,
penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya secara sendirian atau
kombinasi contoh pasien dengan keganasan, pasien pericardial
temponade, pasien dengan sumbatan jalan napas, pasien dengan penyakit
jantung stadium terminal.
Dengan pertimbangan luar biasa dan atas persetujuan kepala ICU
indikasi masuk pada beberapa pasien bisa dikecualikan dengan catatan bahwa
pasien-pasien golongan demikian sewatu-waktu harus bisa dikeluarkan dari
ICU agar fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien-
pasien dengan prioritas 1,2,3, contoh:
- Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan
hidup yang agresif dan hanya demi “ perawatan yang aman saja”
- Pasien dengan keadaan vegetatif permanen
- Pasien yang telah dipastikan mati batang otak.

4. Kepada siapakah dokter tersebut berkonsultasi berkaitan dengan masalah


etik?
Sebagai dokter umum harus berkonsultasi kepada dokter senior (dokter
spesialis yang ada di RS tersebut), lanjut konsul ke komisi etik yang di RS,
kemudian konsul ke MKEK IDI, MKDKI
- Komisi medik (mencakup keseluruhan dokter-dokter)
- Komisi etik (dokter-dokter yang berhubungan dengan masalah etik).

Mind map

Definisi Dasar
hukum

Prinsip
moral
DILEMA ETIK

Etika
medis Strategi

Ruang
lingkup

Step V
1. Menjelaskan etika medis dan ruang lingkupnya serta 4 prinsip dasar etika
moral
2. Menjelaskan dilema etika dan kapan bisa mengidentifikasi dilema etika itu
terjadi
3. Strategi pemecahan masalah dilema etika.

Refleksi Diri

Alhamdulillah pada PBL skenario 5 di blok 5.2 ini saya dapat lebih
memahami kembali mengenaI Dilema Etik. Terimakasih kepada dr. Yandri yang
telah membimbing dan mengarahkan kelompok kami sehingga diskusi dapat
berjalan dengan lancar dan sistematis sehingga kami mudah memahaminya.
Walaupun terdapat beberapa materi yang belum saya pahami, tetapi saya akan
berusaha mencari tau kembali melalui sumber-sumber terpercaya lainnya, semoga
pada pertemuan PBL kedepannya bisa lebih baik lagi aamiin.

Step VI

Belajar Mandiri

Step VII

1. Menjelaskan etika medis dan ruang lingkupnya serta 4 prinsip dasar etika
moral
- Etika medis
Etika menurut penjelasan Bartens berasal dari bahasa Yunani kuno
yaitu ethos, sedangkan dalam bentuk tunggal yang berarti adat kebiasaan,
adat istiadat, akhlak yang baik. Bentuk jamak dari ethos adalah to ether
artinya adat kebiasaan. (1)
Secara etimologi, ada dua pendapat mengenai asal-usul kata etika
(Ayi Sofyan, 2010) yakni; pertama, etika berasal dari bahasa Inggris, yang
disebut dengan ethic (singular) yang berarti suatu sistem, prinsip moral,
aturan atau cara berperilaku. Akan tetapi, terkadang ethics (dengan
tambahan huruf s) dapat berarti singular. Jika ini yang dimaksud maka
ethics berarti suatu cabang filsafat yang memberikan batasan prinsip-
prinsip moral. Jika ethics dengan maksud plural (jamak) berarti prinsip-
prinsip moral yang dipengaruhi oleh perilaku pribadi. (1)
Kedua, etika berasal dari bahasa Yunani, yang berarti ethikos yang
mengandung arti penggunaan, karakter, kebiasaan, kecenderungan, dan
sikap yang mengandung analisis konsep-konsep seperti harus, mesti
benar-salah, mengandung pencarian ke dalam watak moralitas atau
tindakan-tindakan moral, serta mengandung pencarian kehidupan yang
baik secara moral. (1)
Sedangkan dalam bahasa Yunani kuno, etika berarti ethos, yang
apabila dalam bentuk tunggal mempunyai arti tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, adat akhlak, watak perasaan, sikap, cara
berpikir. Dalam bentuk jamak artinya adalah adat kebiasaan. Jadi, jika
kita membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka “etika” berarti ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Arti
inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya etika yang oleh
Aristoteles (384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat
moral (Mohammad Adib, 2010). (1)
Pendapat para ahli mengenai etika.
1) Ahmad Tafsir, 2012. Etika merupakan budi pekerti menurut akal.
Etika merupakan ukuran baik buruk perbuatan manusia menurut akal.
2) Amsal Bakhtiar, 2013. Mengartikan etika dalam dua makna, yakni;
etika sebagai kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap
perbuatan-perbuatan manusia dan etika sebagai suatu predikat yang
dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatanperbuatan, atau
manusia-manusia yang lain.
3) Asmoro Achmadi, 2014. Etika dibagai 2 yaitu menyangkut “tindakan”
dan “baik-buruk”. Apabila permasalahan jatuh pada “tindakan” maka
etika disebut sebagai filsafat praktis, sedangkan jatuh pada “baik-
buruk” maka etika disebut “filsafat normatif”.
4) Surahwardi K. Lubis, dalam istilah Latin, ethos atau ethikos selalu
disebut dengan mos, sehingga dari perkataan tersebut lahirlah
moralitas atau yang sering diistilahkan dengan perkataan moral.
Namun demikian, apabila dibandingkan dalam pemakaian yang lebih
luas, perkataan etika dipandang sebagai lebih luas dari perkataan
moral, sebab terkadang istilah moral sering dipergunakan hanya untuk
menerangkan sikap lahiriah seseorang yang biasa dinilai dari wujud
tingkah laku atau perbuatan nyata.
5) Menurut Bertens dalam Abdulkadir Muhammad, arti etika dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a) Etika dipakai dalam arti: nilai-nilai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangana bagi seseorang atau sekelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Arti ini dapat juga disebut sebagai
“sistem nilai” dalam hidup manusia perseorangan atau hidup
bermasyarakat. Misalnya Etika orang jawa, etika agama Budha,
dll.
b) Etika dipakai dalam arti: kumpulan asas atau nilai moral. Yang
dimaksud disini adalah kode etik.
c) Etika dipakai dalam arti: ilmu tentang yang baik atau yang buruk.
Arti etika disini sebagai filsafat moral. (1)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia etika dirumuskan dalam:
1) Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak kewajiban
moral (akhlak)
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3) Nilai mengenai yang benar atau salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Etika adalah masalah sifat pribadi yang meliputi apa yang kita sebut
“menjadi orang baik”, tetapi juga merupakan masalah sifat keseluruhan
segenap masyarakat yang tepatnya disebut "ethos"nya. Jadi etika adalah
bagian dan pengertian dari ethos, usaha untuk mengerti tata aturan sosial
yang menentukan dan membatasi tingkah laku kita, khususnya tata aturan
yang fundamental seperti larangan membunuh dan mencuri dan perintah
bahwa orang harus "menghormati orang tuanya" dan menghormati hak-
hak orang lain yang kita sebut moralitas. (1)
Hubungan erat antara etika dan adat sosial ("adat-istiadat" yang
mempunyai akar etimologis yang sama dengan kata "moralitas") mau
tidak mau menimbulkan pertanyaan apakah moralitas adalah adat istiadat
masyarakat tertentu, dan apakah etika adalah suatu hukum tertentu.
Jelaslah bahwa etika dan moralitas berkaitan erat sekali dengan hukum
dan adat istiadat/kebiasaan masyarakat. Misalnya di Indonesia pada
umumnya berpelukan di depan umum atau mencari untung dengan
berlipat-lipat dalam transaksi bisnis dianggap tak bermoral dalam
masyarakar tertentu. (1)
Etik kedokteran mengatur masalah yang berhubungan dengan sikap
para dokter terhadap sejawat, para pembantunya serta terhadap
masyarakat dan pemerintah, dan yang sangat penting adalah mengatur
tentang sikap dan tindakan seorang dokter terhadap penderita yang
menjadi tanggung jawabnya. Etika kedokteran diperlukan dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan, karena itu disebut juga etika
klinik/medis. (2)
Etik profesi kedokteran merupakan seperangkat perilaku dokter dalam
hubungannya dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat dan
mitra kerja. Rumusan perilaku dokter sebagai anggota profesi disusun
oleh organisasi profesi bersama pemerintah menjadi satu kode etik profesi
yaitu Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) (MKEK, 2002 &
2012). (3)

- Ruang lingkup
Etika medis mencakup penilaian terhadap gejala ksehatan baik
yang disetujui maupun tidak disetujui, serta mencakup rekomendasi
bagaimana bersikap/ bertindak secara pantas dalam bidang kesehatan.
Etika yang berhubungan dengan :
a. Orang yang membutuhkan penanganan medis
Kewajiban Ketika ada pasien datang berobat
b. Pasien
Kewajiban setelah terjalin hubungan terapetik
c. Tenaga Kesehatan
Kewajiban terhadap anggota tim yang ikut menangani
d. Masyarakat
Tanggung jawab kepada masyarakat
e. Profesi
Tanggung jawab terhadap profesi
Etika kesehatan mencakup ruang lingkup, minimal :
a. Treatment pada pasien yang menghadapi ajal
b. Mengijinkan unsur mengakhiri penderitaan dan hidup pasien dengan
sengaja atas permintaan pasien sendiri, pembatasan perilaku, dan
informed concent
c. Bioetika (aborsi, pembatasan kelahiran, …)
d. Pengungkapan kebenaran dan kerahasiaan dalam bidang kedokteran. (2)

- 4 dasar etika moral


Filosofi moral dari etika kedokteran tertuang dalam empat Prinsip Dasar
Etika Kedokteran sebagai berikut:
a. Autonomy:
- Menghargai pilihan-pilihan pasien
- Pilihan pasien yang harus dihormati dokter adalah pilihan yang
bersifat otonom, artinya tidak ada paksaan dan pengaruh dari luar
dirinya
- Ketika seseorang tidak bisa memilihi secara otonom, maka bisa
saja orang tersebut termasuk kaum yang vulnerable atau rentan.
- Penghormatan terhadap martabat manusia sebagai pribadi yang
bebas berkehendak, memiliki dan sekaligus bertanggung jawab
secara pribadi terhadap keputusannya sendiri
Tujuan
Menghormati otonomi  Mengambil keputusan mandiri (self
determination)
Melindungi manusia yang otonominya terganggu / kurang 
Manusia yang berketergantungan (dependent) / rentan (vulnerable)
 Perlindungan terhadap kerugian dan penyalahgunaan (harm &
abuse)
- Kaum vulnarable  harus dilindungi
Kelompok rentan yang dijelaskan pada UU No. 39 tahun 1999,
yaitu orang lanjut usia, anak-anak, fakir miskin, wanita hamil dan
penyandang cacat. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa
setiap orang yang termasuk dalam kelompok masyarakat yang
rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih
berkenaan dengan kekhususannya
- Pasien berhak menentukan apa yang dilakukan terhadap tubuhnya,
artinya pasien berhak untuk mendapat informasi dan pelayanan
yang terbaik, ikut serta pada penentuan tindakan klinik dalam
kedudukan yang setara. Orang dewasa yang kompeten dapat
menolak atau menerima perawatan dan obat-obatan atau tindakan
operasi karena mereka bebas dan rasional. Keputusan itu harus
dihormati, bahkan jika keputusan tersebut tidak dalam kepentingan
yang terbaik untuk pasien. (2)
b. Beneficence:
- Secara terminologis :
Bene = bonum = baik atau kebaikan
Ficence = membuat
- jadi beneficence berarti berbuat kebaikan
- kewajiban berbuat baik ini seharusnya bisa menjadi keutamaan
- Semua penyedia layanan kesehatan harus berusaha untuk
meningkatkan kesehatan pasien, dengan melakukan yang paling
baik untuk pasien dalam setiap situasi. Walaupun apa yang baik
untuk satu pasien mungkin tidak baik bagi pasien yang lain,
sehingga setiap situasi harus dipertimbangkan secara individual.
Artinya apapun yang dilakukan oleh seorang dokter kepada
pasiennya, hanya demi kebaikan pasien tersebut. (2)
c. Non malficence:
- Secara terminologis :
Non : tidak
Male : jahat
Ficence : membuat
- Jadi non malficent dapat diartikan sebagai tidak berbuat jahat, first
do no harm, primum non nocere
- "Pertama, tidak membahayakan" adalah landasan etika kedokteran.
Dalam setiap situasi, penyedia layanan kesehatan harus
menghindari tindakan yang menyebabkan kerugian kepada pasien.
Dokter juga harus menyadari doktrin efek ganda, di mana
pengobatan yang ditujukan untuk kebaikan, dapat saja secara tidak
sengaja menyebabkan kerugian. Artinya walaupun tindakan yang
dilakukan adalah dengan niat baik, tapi tetap harus dijaga agar
tidak merugikan pasien. (2)
d. Justice:
- Justice = keadilan
- Konsep keadilan tidak selalu sama rata dan sama rasa.
- Ada dua konsep justice :
Fairness : adil sama rasa sama rasa
Equitable : sesuai asas kepatutan
- keadilan pemberian pelayanan kesehatan. (2)

Beneficence dan non malficence, bila dilaksanakan dengan benar


sudah menggambarkan kompetensi klinik, sedangkan autonomy dan
justicia adalah gambaran niat, sikap dan perilaku dokter dalam
menyampaikan kompetensi klinis tersebut secara manusiawi, yang
merupakan ciri Kompetensi etik. Autonomy atau hak penentuan nasib
sendiri diaplikasikan dalam praktik kedokteran sebagai persetujuan atas
dasar informasi atau dikenal dengan istilah Informed Consent untuk setiap
tindakan, baik yang bersifat diagnostik maupun terapeutik. Pasal 2
Peraturan Mentri Kesehatan No.585/Men.Kes/Per/IX/1989 menyatakan
bahwa semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus
mendapat persetujuan. Persetujuan dimaksud diberikan setelah pasien
mendapat informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis yang
akan dilakukan serta risiko yang dapat ditimbulkannya. (2)

2. Menjelaskan dilema etika dan kapan bisa mengidentifikasi dilema etika itu
terjadi
- Definisi Dilema Etik
a. Dilema adalah situasi sulit yang mengharuskan orang yang
menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak
menyenangkan atau tidak menguntungkan; situasi sulit dan
membingungkan (KBBI).
b. Etik (Ethics) berasal dari kata Latin yaitu berkaitan dengan kata
mores dan ethos, yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan,
sikap yang baik, dan yang layak.
c. Maka dari itu Dilema etika adalah suatu situasi yang dihadapi oleh
seseorang dimana ia harus membuat keputusan tentang perilaku
seperti apa yang tepat untuk dilakukannya. (3)

- Identifikasi Dilema Etik


a. Algoritma Identifikasi Dilema Etik. (4)

Identifikasi dilema yang


mungkin terjadi

Kumpulkan analisi dan


interpretasi data

Tetapkan dilema etik

Dilema dapat
Dilema tidak dapat
diselesaikan
diselesaikan

Penyelesaian masalah yang


Tidak ada tindakan
mungkin digunakan

konsekuensi

Diterima Tidak dapat


Diterima

Keputusan etik
b.

c. Terdapat enam pendekatan dapat dilakukan seseorang untuk membuat


keputusan etis :
1) Memperoleh fakta-fakta yang relevan dengan permasalahan
2) Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta yang relevan
3) Menentukan faktor yang mempengaruhi dilema etika
4) Menentukan cara alternatif dalam memecahkan masalah etika
5) Menentukan konsekuensi yang mungkin terjadi dari pemilihan
alternatif
6) Menetapkan tindakan yang tepat.
d. Terdapat 4 langkah dalam pengambilan keputusan dilema etik

Gambar 1 Pengambilan Keputusan Etik

e. The 4-Step Approach


Etika diskusi kasus adalah jenis khusus metodologi resolusi
konflik. Oleh karena itu, tentu saja pendekatan ini terkenal dalam
kehidupan profesional dapat digunakan sebagai titik awal dan
kemudian dimodifikasi kemudian. Kursus ini kemudian berkembang
di empat langkah.
Tabel 1 Kursus Diskusi
- Langkah pertama, kasus ini disajikan oleh salah satu peserta,
paling sering orang yang disebut dalam konsultasi etika. Bagian
deskriptif ini melibatkan fakta-fakta medis dan keperawatan yang
relevan. Hal yang paling penting bahwa dalam fase ini dokter
alasan tentang indikasi medis untuk perawatan dan tentang
prognosis pasien. Ada juga harus pertukaran tentang situasi
hukum yang terlibat. Jika itu tidak bisa dibersihkan, diskusi
mungkin harus ditunda.
- Langkah kedua meninggalkan tingkat deskriptif dan tingkat
fakta-fakta medis. Sekarang melibatkan penilaian etis dan
argumentasi. Konflik biasanya disajikan dalam istilah medis dan
bahasa. Peran moderator adalah untuk mendukung klarifikasi
norma-norma di balik argumentasi. Seringkali peserta hadir
argumen mereka dengan cara yang berbeda dalam bahasa klinis
sementara yang berarti sama, misalnya, kepentingan terbaik
pasien. Klarifikasi dari norma-norma yang mendasari ini dengan
moderator dapat menjadi titik awal untuk memecahkan konflik.
Argumen yang relevan kemudian tertimbang dan seimbang.
- Langkah ketiga, cara alternatif pemecahan kasus yang dibahas
termasuk konsekuensi yang relevan mereka. Argumen dari
langkah kedua diterapkan. Langkah ini diskusi terbuka peserta
untuk beberapa cara solusi tanpa mengutuk atau menolak solusi
segera. Seringkali pada tahap ini, solusi yang mungkin
digabungkan atau solusi baru yang ditemukan.
- Langkah keempat, diskusi bertujuan konsensus untuk orang-
orang yang terlibat agar mampu bertindak. Langkah ini biasanya
berakhir dengan konsensus tentang salah satu solusi yang dibahas.
Dalam kasus yang jarang terjadi di mana tidak ada konsensus
dapat membantu bahwa argumen yang ditulis. Sebuah suara harus
dihindari karena tidak membantu. moderator meringkas hasil dan
jika perlu menunjuk tugas. (4)
Ada berbagai cara berbeda dalam pendekatan masalah-masalah
etika seperti dalam contoh kasus pada bagian awal Manual ini yang
secara kasar dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu rasional dan
non-rasional. Non-rasional bukan berarti irrasional namun hanya
dibedakan dari sistematika, dan alasan yang dapat digunakan dalam
mengambil keputusan. (4)
f. Pendekatan-pendekatan non-rasional
1) Kepatuhan : hanya mengikuti aturan atau perintah dari penguasa
tidak memandang apakah anda setuju atau tidak.
2) Imitasi : hanya mengikuti contoh yang diberikan oleh orang yang
menjadi panutan. Contoh seorang dokter panutannya adalah
konsultan senior dan cara belajar dengan cara mengobservasi.
3) Perasaan atau kehendak merupakan pendekatan subjektif
terhadap keputusan dan perilaku moral yang diambil. Yang
dianggap benar adalah apa yang dirasakan benar atau dapat
memuaskan kehendak seseorang sedangkan apa yang salah adalah
yang dirasakan salah atau tidak sesuai dengan kehendak
seseorang.
4) Intuisi merupakan persepsi yang terbentuk dengan segera
mengenai bagaimana bertindak di dalam sebuah situasi tertentu.
Intuisi serupa dengan kehendak dimana sifatnya sangat subjektif,
namun berbeda karena intuisi terletak pada pemikiran dibanding
keinginan. Karena itu intuisi lebih dekat kepada bentuk rasional
dari keputusan etis yang diambil dari pada kepatuhan, imitasi,
perasaan, dan kehendak.(4)
g. Pendekatan rasional
Seperti juga kajian moralitas etika mengakui keumumam
pendekatan-pendekatan non-rasional tersebut dalam pengambilan
keputusan dan perilaku. Meskipun demikian etika lebih terfokus
kepada pendekatan-pendekatan rasional. Keempat pendekatan tersebut
adalah:
1) Deontologi dasarnya dapat berupa agama (seperti kepercayaan
bahwa manusia sebagai ciptaan Tuhan adalah sama) atau juga
non-religius (seperti manusia memiliki gen-gen yang hampir
sama). Sekali aturan ini terbangun maka hal tersebut harus
diterapkan dalam situasi ilmiah, dan akan sangat mungkin terjadi
perbedaan aturan mana yang diperlukan (seperti apakah aturan
bahwa tidak boleh membunuh orang lain atau hukuman yang
menjadi dasar larangan aborsi).
2) Konsekuensialisme mendasari keputusan etis yang diambil
karena merupakan cara analsis bagaimana konsekuensi atau hasil
yang akan didapatkan dari berbagai pilihan dan tindakan.
Tindakan yang benar adalah tindakan yang memberikan hasil
yang terbaik.
3) Prinsiplisme, seperti yang tersirat dari namanya, mempergunakan
prinsip-prinsip etik sebagai dasar dalam membuat keputusan
moral. Prinsip-prinsip tersebut digunakan dalam kasus-kasus atau
keadaan tertentu untuk menentukan hal yang benar yang harus
dilakukan, dengan tetap mempertimbangkan aturan dan
konsekuensi yang mungkin timbul. (4)
4) Etika budi pekerti
Kurang berfokus kepada pembuatan keputusan tetapi lebih
kepada karakter dari si pengambil keputusan yang tercermin dari
perilakunya. Nilai merupakan bentuk moral unggul. Seperti
disebutkan di atas, satu nilai yang sangat penting untuk dokter
adalah belas kasih. Yang lain termasuk kejujuran, bijak, dan
dedikasi. Dokter dengan nilai-nilai tersebut akan lebih dapat
membuat keputusan yang baik dan mengimplementasikannya
dengan cara yang baik juga. Namun demikian, ada juga bahkan
orang yang berbudi tersebut sering merasa tidak yakin bagaimana
bertindak dalam keadaan tertentu dan tidak terbebas dari
kemungkinan mengambil keputusan yang salah.
Tidak satupun dari empat pendekatan ini, ataupun
pendekatan yang lain dapat mencapai persetujuan yang universal.
Setiap orang berbeda dalam memilih pendekatan rasional yang
akan dipilih dalam mengambil keputusan etik seperti juga orang
yang lebih memilih pendekatan yang non-rasional. Hal ini
dikarenakan setiap pendekatan mempunyai kelebihan dan
kekurangannya sendiri.
Dengan mengkombinasikan keempat pendekatan tersebut maka
akan didapatkan keputusan etis yang rasional. Namun harus
diperhatikan arturan dan prinsip-prinsip dengan cara mengidentifikasi
pendekatan mana yang paling sesuai untuk situasi yang baru dihadapi
dan juga dalam mengimplementsikan sebaik mungkin. (4)
Harus juga dipikirkan mengenai konsekuensi dari keputusan
altenatif dan konsekuensi mana yang akan diambil. Yang terakhir
adalah mencoba memastikan bahwa perilaku si pembuat keputusan
tersebut dalam membuat dan mengimplementasikan keputusan yang
sudah diambil juga baik. (4)
h. Proses yang dapat ditempuh adalah:
- Tentukan apakah masalah yang sedang dihadapai adalah masalah
etis.
- Konsultasi kepada sumber-sumber kewenangan seperti kode etik
dan kebijakan ikatan dokter serta kolega lain untuk mengetahui
bagaimana dokter biasanya berhadapan dengan masalah tersebut.
- Pertimbangkan solusi alternatif berdasarkan prinsip dan nilai yang
dipegang serta konsekuensinya.
- Diskusikan usulan solusi anda dengan siapa solusi itu akan
berpengaruh.
- Buatlah keputusan dan lakukan segera, dengan tetap
memperhatikan orang lain yang terpengaruh.
- Evaluasi keputusan yang telah diambil dan bersiap untuk
bertindak berbeda pada kesempatan yang lain. (4)

3. Strategi pemecahan masalah dilema etika


Five-Steps Decision-making Processes (Knapp and VandeCreek)
1) Identifikasi masalah
Dalam mengidentifikasi masalah hal yang pertama kali dilakukan
adalah dengan mengidentifikasi prinsip etika yang paling berpengaruh
dengan dilemma yang dihadapi. Kemungkinan besar prinsip etika yang
berkaitan dan yang menjadi dasar dilema adalah beneficence,
nonmaleficence serta autonomy. (6)
2) Mengembangkan alternative dan membuat hipotesis untuk
pemecahan masalah
Dalam Langkah ini dapat dilakukan dengan cara mendengarkan
dan berbicara. Hal ini untuk mendapatkan masukan yang dilakuakn
melalui konsultasi formal dengan professional lain (dokter lain) yang
dapat membantu dalam menilai aspek kognitif (pengetahuan) dan
emosional dalam pengambilan keputusan. Dari perspektif kognitif
konsultan dapat mengidentifikasi sumber pengetahuan, jenis
intervensiyang dilakukan dsb. Dari persektif emosional dapat membantu
psikolog mengetahui pengaruh emosional, sehingga dapat mengetahu
persepsi, maupun kerangka berpikir. (6)
3) Analisis dan Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan analisis , evaluasi dan memilih intervensi
yang optimal. Solusi terbaik terkadang dapat ditemukan Ketika
mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dalam analisis keputusan yang
akan diambil. (6)
4) Bertindak atau lakukan
Dalam Langkah ini dapat terjadi perimbangan yang sangat rumit.
Langkah ini membahas tentang bagaimana solusi yang didapatkan pada
Langkah 4 akan diimplementasikan atau dilakukan. (6)
5) Evaluasi Langkah
Langkah ini dilakukan untuk mengevaluasi solusi yang dihasilkan
pada Langkah-langkah sebelumnya.
Five steps decision making model pada banyak kasus akan menghasilkan
solusi yang menyelesaikan dilemma etika. (6)

Strategi pemecahan masalah dilema etik


- Lihat di dalam kodeki
- 4 kaidah dasar moral
- prinsip double effect
- prinsip ordinary-extra ordinary
- prinsip minus malum – summum bonum
- totalitas integritas
- common good
- 4 topics chart
- decide model
penjelasan
- Lihat di dalam kodeki
Kode Etik Kedokteran Indonesia mengemukakan betapa luhurnya
pekerjaan profesi dokter. Meskipun dalam melaksanakan pekerjaan
memperoleh imbalan, tapi berbeda dengan usaha penjual jasa lainnya.
Pekerjaan profesi dokter tidak ditujukan untuk memperoleh keuntungan
pribadi, tetapi lebih mengutamakan kepentingan pasien didasari sikap
perikemanusiaan. Dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia, tertulis
penjelasan pasalpasal yang memberi penekanan pada kewajiban dokter
dan larangan bagi dokter yang harus dipahami dan dipergunakan sebaga
pedoman dalam melaksanakan pekerjaan keprofesiannya (MKEK, 2002
& 2012).
Etik profesi kedokteran merupakan seperangkat perilaku dokter
dalam hubungannya dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat
dan mitra kerja. Rumusan perilaku dokter sebagai anggota profesi disusun
oleh organisasi profesi bersama pemerintah menjadi satu kode etik profesi
yaitu Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) (MKEK, 2002 &
2012). (2)
Kode Etik Kedokteran Indonesi terdiri dari:
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Sumpah dokter
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah dan atau janji dokter.
Pasal 2
Standard pelayanan kedokteran yang baik
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan
profesional secara independen, dan mempertahankan perilaku
professional dalam ukuran yang tertinggi.
Pasal 3
Kemandirian profesi
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.5
Pasal 4
Memuji diri
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat
memuji diri .
Pasal 5
Perbuatan melemahan psikis dan fisik
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan
psikis maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan pasien/keluarganya
dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.
Pasal 6
Bijak dalam penemuan baru
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau
menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum
diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan
keresahan masyarakat.
Pasal 7
Keterangan dan pendapat yang baik
Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat
yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
Pasal 8
Profesionalisme
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih saying (compassion) dan penghormatan
atas martabat manusia.
Pasal 9
Kejujuran dan kebaijikan sejawat
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien
dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat
menangan pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau
kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.
Pasal 10
Penghormatan hak-hak pasien dan sejawat
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya,
dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.5
Pasal 11
Pelindung kehidupan
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi
hidup makhluk insani.
Pasal 12
Pelayanan kesehatan holistik
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan
keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif ), baik fisik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.
Pasal 13
Kerjasama
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di
bidang kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling
menghormati. (1)
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal 14
Konsul dan rujukan
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh
keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia
tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas
persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter
yang mempunyai keahlian untuk itu.
Pasal 15
Kebebasan beribadat
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa
dapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam
beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.
Pasal 16
Rahasia jabatan
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 17
Pertolongan darurat
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud
tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan
mampu memberikannya. (1)
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 18
Memperlakukan teman sejawat bagaimana dia ingin diperlakukan
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan.
Pasal 19
Mengambil alih pengobatan
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat,
kecuali dengan persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang
etis.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 20
Memelihara kesehatan diri sendiri
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat
bekerja dengan baik.
Pasal 21
Mengikuti perkembangan
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan. (1)

- 4 kaidah dasar moral


Filosofi moral dari etika kedokteran tertuang dalam empat Prinsip Dasar
Etika Kedokteran sebagai berikut:
a. Autonomy:
- Menghargai pilihan-pilihan pasien
- Pilihan pasien yang harus dihormati dokter adalah pilihan yang
bersifat otonom, artinya tidak ada paksaan dan pengaruh dariluar
dirinya
- Ketika seseorang tidak bisa memilihi secara otonom, maka bisa
saja orang tersebut termasuk kaum yang vulnerable atau rentan.
- Kaum vulnarable  harus dilindungi
- Pasien berhak menentukan apa yang dilakukan terhadap tubuhnya,
artinya pasien berhak untuk mendapat informasi dan pelayanan
yang terbaik, ikut serta pada penentuan tindakan klinik dalam
kedudukan yang setara. Orang dewasa yang kompeten dapat
menolak atau menerima perawatan dan obat-obatan atau tindakan
operasi karena mereka bebas dan rasional. Keputusan itu harus
dihormati, bahkan jika keputusan tersebut tidak dalam kepentingan
yang terbaik untuk pasien. (4)
b. Beneficence:
- Secara terminologis :
Bene = bonum = baik atau kebaikan
Ficence = membuat
- jadi beneficence berarti berbuat kebaikan
- kewajiban berbuat baik ini seharusnya bisa menjadi keutamaan
- Semua penyedia layanan kesehatan harus berusaha untuk
meningkatkan kesehatan pasien, dengan melakukan yang paling
baik untuk pasien dalam setiap situasi. Walaupun apa yang baik
untuk satu pasien mungkin tidak baik bagi pasien yang lain,
sehingga setiap situasi harus dipertimbangkan secara individual.
Artinya apapun yang dilakukan oleh seorang dokter kepada
pasiennya, hanya demi kebaikan pasien tersebut. (4)
c. Non malficence:
- Secara terminologis :
Non : tidak
Male : jahat
Ficence : membuat
- Jadi non malficent dapat diartikan sebagai tidak berbuat jahat, first
do no harm, primum non nocere
- "Pertama, tidak membahayakan" adalah landasan etika kedokteran.
Dalam setiap situasi, penyedia layanan kesehatan harus
menghindari tindakan yang menyebabkan kerugian kepada pasien.
Dokter juga harus menyadari doktrin efek ganda, di mana
pengobatan yang ditujukan untuk kebaikan, dapat saja secara tidak
sengaja menyebabkan kerugian. Artinya walaupun tindakan yang
dilakukan adalah dengan niat baik, tapi tetap harus dijaga agar
tidak merugikan pasien. (4)
d. Justice:
- Justice = keadilan
- Konsep keadilan tidak selalu sama rata dan sama rasa.
- Ada dua konsep justice :
Fairness : adil sama rasa sama rasa
Equitable : sesuai asas kepatutan
- keadilan pemberian pelayanan kesehatan. (4)

Beneficence dan non malficence, bila dilaksanakan dengan benar


sudah menggambarkan kompetensi klinik, sedangkan autonomy dan
justicia adalah gambaran niat, sikap dan perilaku dokter dalam
menyampaikan kompetensi klinis tersebut secara manusiawi, yang
merupakan ciri Kompetensi etik. Autonomy atau hak penentuan nasib
sendiri diaplikasikan dalam praktik kedokteran sebagai persetujuan atas
dasar informasi atau dikenal dengan istilah Informed Consent untuk setiap
tindakan, baik yang bersifat diagnostik maupun terapeutik. Pasal 2
Peraturan Mentri Kesehatan No.585/Men.Kes/Per/IX/1989 menyatakan
bahwa semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus
mendapat persetujuan. Persetujuan dimaksud diberikan setelah pasien
mendapat informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis yang
akan dilakukan serta risiko yang dapat ditimbulkannya. (4)

- Prinsip double effect


Prinsip di mana tindakan manusia memiliki dua efek:
1) Sasaran/akibat langsung dan tindakan; dan
2) Sasaran sampingan/akibat yang menyertai tindakan itu yang tidak
dikehendaki/tidak langsung. (4)

Manusia biasanya menghendaki efek dari suatu tindakan yang


langsung berhubungan dengan tindakan itu sendiri. Tetapi efek dari suatu
tindakan tidak tunggal, melainkan ganda. 23 Paling sedikit demikian dan
sudut pandang sejauh akibatnya dikehendaki/ tidak, sejauh akibatnya
baik/buruk. Prinsip ini menyentuh realitas perbuatan sehari-hari, jadi
merupakan salah satu perkara etika sangat aktual. (4)

Bagaimana penilaian moral prinsip tindakan dengan akibat ganda?

1) Akibat buruk dari suatu tindakan tidak pernah boleh dikehendaki


secara langsung. Misalnya, dalam rangka menyelamatkan nyawa ibu,
kematian janin yang ada di dalam rahimnya kita kehendaki. Atau, kita
menghendaki kematian janin supaya ibu bisa diselamatkan. Dengan
kata lain, keburukan tidak pernah boleh/tidak pernah bisa menjadi
sasaran/ objek tindakan secara langsung.
2) Tujuan yang baik tidak menghalalkan/mengesahkan/memverifikasi
segala cara. Misalnya, mematikan janin sebagai cara untuk
menyelamatkan jiwa ibu. Keburukan tidak pernah diperbolehkan
sebagai sarana untuk suatu tujuan, betapa pun tujuan itu baik
sekalipun. Tujuan yang baik harus diraih juga dengan sarana yang
baik pula.
3) Perbuatan itu–tanpa jatuh dalam pertimbangan fisikalis–harus
didasarkan pada alasan yang seimbang (recta ratio). Misalnya ada
kehidupan dari dua manusia yang sedang bersaing, dalam suatu
tindakan yang tidak suksesif (karena suksesif mengandaikan tindakan
mematikan janin sebagai cara untuk menyelamatkan jiwa ibu),
melainkan harus serentak (artinya, akibat buruk, yaitu kematian janin,
sungguh merupakan akibat sekaligus dalam arti sebagai yang tidak
dikehendaki). Di sini, dalam pertimbangan suksesif atau
serentak/simultan bukan pertamatama menyentuh proses tindakan
fisiknya, melainkan pertimbangan moralnya. Mengapa? Karena
seluruh proses tindakan fisik seorang dokter tidak mungkin direduksi
dalam pertimbangan-pertimbangan spekulatif moral sebagai demikian.
Maksudnya, tidak mungkin dokter melakukan aktivitasnya yang
sekaligus, yaitu sekaligus menyelamatkan jiwa ibu sekaligus dengan
akibat yang tidak dikehendaki mematikan janinnya. Kesekaligusan
suatu tindakan, di sini, jelas bukan memaksudkan proses kronologis
tindakan seorang dokter, melainkan mengatakan pertimbangan moral.
Dari pertimbangan ini, kita hendak menegaskan bahwa realitas
perbuatan manusiawi memiliki karakter dua sekaligus: realitas fisik
dan realitas moral–yang keduanya tidak bisa dipisahkan tetapi bisa
dibedakan. Realitas fisik artinya perbuatan manusia merupakan
rentetan gerakan tubuh manusia. Realitas moral memaksudkan bahwa
perbuatan itu tidak hanya sekadar gerakan badan manusia, melainkan
juga mencetuskan kemanusiaannya. Sama halnya dengan ibu yang
mengandung. Ibu yang mengandung adalah realitas fisik dan realitas
moral sekaligus. Realitas fisik sudah jelas. Realitas moral artinya fakta
bahwa ibu itu mengandung mencakup aneka elemen pertimbangan
moral yang akan menyertaisetiap pemikiran dan keputusan tindakan
yang mungkin berkenaan dengan pengandungannya.
4) Jadi, prinsip tindakan dengan akibat ganda sesungguhnya bukan hanya
berkaitan dengan soal bahwa suatu perbuatan itu memiliki dimensi
akibat buruk/baik, melainkan juga mengungkapkan realitas moral dari
suatu perbuatan manusia. Realitas moral perbuatan manusia itu soal
apa? Pertama-tama kita harus berkata bahwa realitas moral dalam
hidup manusia itu diandaikan karena kebebasannya. Artinya, setiap
tindakan manusia sebagai manusia dalam kualifikasi moral memiliki
karakter langsung, yaitu kebebasan.
Karena kebebasan, realitas fisik gerakan tubuh manusia memiliki
moralitas. Karena kebebasan, realitas fisik suatu perbuatan manusia
langsung mengajukan nilai-nilai yang dalam kesempatan-kesempatan
tertentu saling bersaing. Francesco Suarez berkata bahwa tindakan
manusia punya nilai moral karena secara bebas dikehendaki.
Jadi, kehendak bebaslah sumber penilaian moral tindakan manusia.
Thomas Aquinas mengajukan pertimbangan akal budi manusia.
Artinya, kebebasan manusia terletak pada akal budinya. Dari sebab
itu, menurut Aquinas, hanya tindakan yang lahir dari akal budi yang
bebas saja yang masuk dalam kualifikasi moral. Gagasan Suarez dan
Aquinas tidak saling bertentangan, tetapi keduanya memiliki
penekanan yang berbeda. Pemikiran Suarez memiliki karakter
voluntaristik (dari voluntas: kehendak) sedangkan pandangan Aquinas
sangat rasionalistik (mengedepankan akal budi manusia). (4)
- Prinsip Ordinary-Extra ordinary
Extraordinary: Suatu yang bersifat luar biasa/diluar kelayakan
dalam hal melakukan tindakan (medis) Harus mempertimbangkan
tindakan ini guna diterapkan kepada pasien, atrinya jangan
memksakannya bilamana tidak sanggup diterima dengan baik oleh
pasienapalagi jika kondisi kesehatannya tidak memungkinkan.
Ordinary: suatu yang bersifat biasa/layak dalam hal melakukan
tindakan (medis) harus mempertimbangkan hal ini guna diterapkan
kepada pasien, atrinya masih sanggup ditrrima dengan baik oleh pasien
sesuai kondisi kesehatannya.
Dalam prinsip ordinary ekstraordinary ada dua kelompok besar
yang dipakai, yakni secara medis dan moral:
1) Secara medis, sarana itu digolongkan sebagai yang ordinary bila:
a) Sudah teruji secara ilmiah
b) Berhasil secara statistik
c) Tersedia secara rasional
2) Secara moral, sarana itu digolongkan sebagai yang ordinary bila:
a) Menguntungkan
b) Bermanfaat
c) Tidak menjadi beban fisik, psikologis dan keuangan bagi pasien
secara berlebihan. (4)
- Prinsip minus malum – summum bonum
• Minus malum : Minus = kurang, malum = jelek/buruk 
kurang/sedikit jeleknya/buruknya
• Summum bonum: Summum = lebih, bonum = bagus/baik 
lebih/banyak bagusnya/baiknya
• Yaitu suatu pilihan atas suatu masalah/kasus yang dihadapi
(khususnya dalam bidang kedokteran), sehingga dapat terhindar dari
hal-hal yang merugikan ataupun dapat menjadi masalah baru lagi. (4)
- Totalitas integritas
• Semua agama mengajarkan bahwa hidup manusia ini adalah anugerah
dari Allah dan bukan milik 100% dari manusia.
• Karena bukan pemilik absolut dari hidupnya, maka pada umumnya
kita tidak boleh mengambil hidup sendiri (bunuh diri) ataupun
mengambil hidup orang lain (membunuh).
• Nemo dat quod non habet
• Oleh karena itu, tugas manusia adalah untuk menjaga dan
memeliharanya
• Memelihara keutuhan dan integritasnya
• Hanya oleh karena alasan tertentu, kita boleh melakukan perubahan,
memodifikasi, memotong, menyambung dsb
• Untuk keperluan ini, maka prinsip Totalitas dan Integritas akan
menolong kita. (4)

Apa itu prinsip Totalitas dan Integritas?

• Manusia itu terdiri dari berbagai anggota tubuh (bagian-bagian).


Keseluruhan anggota tubuh bersama-sama akan membentuk
keseluruhan badan manusia
• Ketika semua anggota badan itu sehat, maka seluruh badan bisa
berfungsi secara optimal. (4)

Bagaimana kalau suatu ketika, salah satu anggota tidak sehat dan malah
mengancam seluruh badan manusia?Dalam kasus ini, maka semua orang
sepakat untuk menghilangkan bagian yang mengancam keseluruhan itu
(amputasi). Mengapa boleh:
1) Antara bagian dan keseluruhan, yang dipentingkan adalah
keseluruhan, sebab hanya dalam keseluruhan itulah ada hidup. Dkl
Bagian-bagian itu dari dirinya sendiri tidak bisa hidup.
2) Oleh karena itu, jika ada pertentangan antara keduanya, maka yang
bagian boleh dikurbankan demi kebaikan keseluruhan. (4)

Prinsip ini totalitas dan integritas ini juga biasa dikenal dengan istilan
pars pro toto yakni adanya bagian-bagian itu ada untuk keseluruhan
sehingga dengan syarat-syarat tertentu dapat dibenarkan untuk
mengorbankan bagian tubuh (anggota badan) demi kebaikan dan keutuhan
seluruh manusia. (4)

Hal ini berkenaan dengan eksistensi manusia sebagai makluk yang


untuh dan integral (menyatu). Keutuhan dan integritas manusia ini sangat
penting artinya sebab ketiadaan integritas manusia secara biologis akan
menjadikan ketiadaan manusia. Keutuhan dan integritas manusia itu
secara biologis diatur oleh otak manusia. (4)

Supaya penerapannya dalam bidang amputasi bisa benar secara moral


maka diperlukan syarat-syarat sebagai berikut.

1) Membiarkan organ tubuh itu dan tidak memo-tongnya akan


menyebabkan kerusakan yang serius atau menyebabkan kematian
orang itu
2) Apabila ada harapan yang masuk akal bahwa hanya dengan amputasi
organ tubuh itulah maka kerusakan serius (kematian) itu bisa
dihindarkan.
3) Apabila pemotongan organ itu atau menjadikan organ itu tidak
berfungsi sebagaimana mestinya akan mengurangi resiko bagi orang
itu, baik secara substansial ataupun menghilangkannya secara total. (4)
- Common good (pendekatan kebaikan bersama)
a. Ide dasar lahirnya pendekatan ini : Hidup di dalam komunitas
merupakan sebuah anugerah, sehingga sudah seharusnya kita
berkontribusi di dalamnya.
b. Aksi etis didasarkan atas hubungan di dalam masyarakat:
1) Saling menghormati dan berkasih sayang sesama manusia,
terutama kaum lemah – Keadilan dalam kesejahteraan
2) Diterapkan di dalam berbagai sistem, seperti hukum, kepolisian,
kesehatan, pendidikan, bahkan dalam area rekreasi untuk publik. (4)
- 4 topics chart
1) Medical indication
Terkait prosedur diagnostic dan terapi yang sesuai  prinsip
beneficence dan non maleficence
2) Patient preferences
Terkait nilai dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban yang
akan diterimanya  prinsip otonomi
3) Quality of life
Aktualisasi salah satu tujuan kedokteran : memperbaiki, menjaga atau
meningkatkan kualitas hidup manusia  prinsip beneficence,
nonmaleficence dan otonomi
4) Contextual feature
Menyangkut aspek non medis yang mempengaruhi pembuatan
keputusan, seperti factor keluarga, ekonomi, budaya  prinsip
justice.
- decide model
• Define Problems
• Ethical Review
• Consider Option
• Investigate
• Decide On Action
• Evaluate Result.(4)
Daftar Pustaka

1. Amin Y. etika profesi dan hokum kesehaan. Kementrian kesehatan RI ; 2017.


Hlm 1-16
2. Darwin E, Hardisman. Etika profesi kesehatan. Yogyakarta : deepublish
publisher ; 2014. Hlm : 11-24
3. Dewantara WA. Filsafat moral. Yogyakarta : PT Kanisius ; 2017. Hlm : 22-
25
4. Kusmaryanto. Bioetika. Jakarta : Buku kompas ; 2016. Hlm 189-208
5. Wiliam, John R. Medical ethics manual. Yogyakarta : FK UMY ; 2006
6. Knapp SJ, VandeCreek LD. Portions of this chapter are adapted from
Practical Ethics for Psychologists: A Positive Approach, Second Edition.
Washington, DC: American Psychological Association ; 2012. Hlm 35-48.

Anda mungkin juga menyukai