Skenario 2
“Malnutrisi”
NPM : 117170023
Blok : 6.1
Kelompok : 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
SKENARIO 2
Malnutrisi
STEP 1 :
STEP 2 :
1. Apa saja faktor – faktor yang dapat menyebabkan malnutrisi pada anak ?
2. Apakah ada hubungan antara benjolan dengan malnutrisi pada pasien ?
3. Bagaimana patofisiologi keluhan (benjolan) yang tidak nyeri dihubungkan
dengan tempat tinggal pasien tersebut ?
4. Mengapa dokter dapat mengatakan pasien tersebut malnutrisi sertakan
patofisiologinya ?
5. Bagaimana penegakan diagnosis dari kasus tersebut ?
6. Apakah interpretasi dari pemeriksaan laboratorium tersebut ?
STEP 3 :
5. Penegakan diagnosis :
Dilakukan pemeriksaan T3 – T4 rendah dapat membedakan lagi dari
Ft4
Sentral hipotiroid Ft4 meningkat, primer Ft4 menurun.
Identifikasi benjolan ; Goiter difus non toksik
Palpsi benjolan :
Grade 0 tidak teraba, tidak terlihat
Grade 1 teraba dan terlihat pada posisi
Grade 2 pembengkakan terlihat dalam posisi normal
6. Interpretasi pada pemeriksaan laboratorium
Kelenjar t3 – t4 kurang akan menyebabkan feedback pada hipotalamus
sehingga TSH meningkat.
Hipotiroid : T3 – T4 menurun, TSH meningkat
Hipertiroid : T3 – T4 meningkat, TSH menurun.
MIND MAP
FAKTOR
- PATOFISIOLOGI
FAKTOR
MALNUTRISI
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
DEFISIENSI vit A
JENIS - JENIS
TATALAKSANA MALNUTRISI
MARASMUS
KWASIOKOR
STEP 5
STEP 6
BELAJAR MANDIRI
STEP 7
1. Jenis-jenis Malnutrisi
A. Defisiensi Vitamin A
a. Definisi
Defisiensi vitamin A merupakan keadaan dimana seseorang
kekurangan intake vitamin A di dalam tubuhnya. Vitamin A berfungsi
sebagai pertumbuhan jaringan epitel, perumbuhan tulang, berperan
dalam penglihatan dalam keadaan gelap, dan anti infeksi. 1
b. Etiologi
Defisiensi vitamin A ini disebabkan oleh kurangnya intake
vitamin A. Vitamin A sendiri terkandung dalam minyak ikan, minyak
kelapa sawit, hati, ubi jalar berwarna, wortel (carrot), dan bayam.
Selain itu juga dapat terjadi karena gangguan transport dan penyerapan
di dalam tubuh, dan tidak cukupnya perubahan dari karoten. 1
c. Patofisologi
Pada keadaan ini, akan terjadi gagguan metabolism zat besi
yang berasal dari hepar sehingga akan menyebabkan penurunan
ferritin, selain itu juga dapat menyebabkan rendahnya kandungan zat
besi dalam plasma yang akan memengaruhi proses sintesis
hemoglobin, sehingga dapat membuat rendahnya kadar Hb. 1
d. Penegakkan Diagnosis
o Manifestasi Klinis
Penurunan selera makan
Terhambatnya pertumbuhan
Lemahnya kekebalan tubuh
Keratinisasi jaringan epitel mata, paru - paru, kelenjar
eksokrin, traktus digestive, dan traktus urinarius. 1
Manifestasi mata seperti xeroftalmia
Klasifikasi Xeroftalmia (WHO):
o X1A Xerosis konjungtiva
o X1B Noda bitot dengan xerosis konjungtiva
o X2 Xerosis kornea
o X3A Ulserasi kornea dengan xerosis
o X3B Keratomalasia
o XN Buta malam (night blindness)
o XF Xeroftalmia fundus
o XS Parut-parut pada kornea (corneal scar). 1
o Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan
serum retinol < 20 ug/dl, berarti dapat dikatakan menderita
defisiensi vitamin A. 1
e. Tatalaksana
o Nonfarmakologi
Setiap hari anak diberi makanan yang mengandung
sumber vitamin A
Setiap hari anak dianjurkan makan sayuran hijau dan
buah-buahan berwarna. 1
o Farmakologi
Pengobatan segera :
o Vitamin A (Retinil Palmitat) 100.000 si p.o
o Diulangi hari kedua. 1
o Bila muntah atau diare : Injeksi Intra Muskular
Pengobatan pemeliharaan :
o Minyak hati ikan 1 sendok teh.
o Minyak hati lain 3 x sehari (beberapa minggu).
Pencegahan
o Kapsul vitamin A 66. 000 ug (4-6 bulan sekali). 1
o
B. Defisiensi Vitamin B2
a. Definisi
Defisiensi vitamin B2 merupakan keadaan dimana seseorang
kekurangan intake vitamin B2 di dalam tubuhnya. Fungsi vitamin B2
ini diantaranya adalah sebagai koenzim, FMN (flavin mono
nukleotida), dan FAD (flavin adenin dinukleotida).1
b. Etiologi
Defisiensi vitamin B2 ini disebabkan oleh kurangnya intake
vitamin B2, gangguan transport dan penyerapan di dalam tubuh.1
c. Patofisologi
Ragi, hati dan ginjal merupakan sumber riboflavin yang baik
dan vitamin ini diabsorbsi dalam intestinum lewat rangkaian reaksi
fosforilasi –defosforilasi di dalam mukosa. Berbagai hormon
(misalnya hormone tiroid dan ACTH), obat-obatan (misalnya
klorpromazin, suatu inhihibitor kompetitif) dan factor-faktor nutrisi
memengaruhi konversi riboflavin menjadi bentuk-bentuk
kofaktornya.1
d. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
angular stomatitis
cheilosis
glossitis.1
Pemeriksaan Penunjang
Pada urinalisis kadar riboflavin kurang dari 50 µg.1
e. Tatalaksana
Pemberian vitamin B2, dengan dosis
Bayi : 0,4 - 0,6 mg/hari
10 tahun : 0,8 - 1,2 mg/hari
Dewasa : 1,2 – 1,6mg/hari. 1
D. Defisiensi Vitamin C
a. Definisi
Defisiensi vitamin C merupakan keadaan dimana seseorang
kekurangan intake vitamin C di dalam tubuhnya. Fungsi vitamin C ini
diantaranya adalah sebagai pembentukan kolagen (tulang, dinding
pembuluh darah, jaringan ikat), membantu penyerapan fe, dan
mencegah oksidasi vitamin A, E & asam lemak tidak jenuh.1
b. Etiologi
Defisiensi vitamin C ini disebabkan oleh kurangnya intake vitamin C,
gangguan transport dan penyerapan di dalam tubuh.1
c. Patofisiologi
d. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Kegagalan pertumbuhan pada bayi
Kegagalan pertumbuhan tulang
Sakit sendi
Luka yang sulit sembuh
Mudah infeksi
Perdarahan (gusi dan kulit)
Kulit kering
Anemia
Fatique (kelelahan).1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
kadar vitamin C dalam lapisan sel darah putih trombosit(huffy
coat) dari darah oksalat yang diputar.1
e. Tatalaksana
Pemberian vitamin C, dengan dosis :
Anak/dewasa : 20 – 30 mg/hari
Ibu hamil & menyusui (buteki) : + 20 mg.1
E. Defisiensi Vitamin D
a. Definisi
Defisiensi vitamin D merupakan keadaan dimana seseorang
kekurangan intake vitamin D di dalam tubuhnya. Fungsi vitamin D ini
diantaranya adalah sebagai penyerapan kalsium dan fosfor,
pembentukan tulang, menurunkan diferensiasi sel, dan modulasi
fungsi imun.1
b. Etiologi
Defisiensi vitamin D ini disebabkan oleh kurangnya intake
vitamin D, kurangnya terpapar sinar matahri, atau gangguan transport
dan penyerapan di dalam tubuh.1
c. Patofisiologi
Pada keadaan defisiensi vitamin D akan mengakibatkan
kalsifikasi tulang yang tidak normal, yang disebabkan oleh rendahnya
kadar saturasi kalsium dan fosfor di dalam cairan tubuh. Sehingga
pada proses resorpsi tulang akan terjadi kelebihan pembentukannya
yang akan menyebabkan demineralisasi umum pada tulang rangka
yang akan membuat lunaknya tulang-tulang serta deformitas toraks,
tulang punggung, pelvis, dan tulang-tulang panjang.1
d. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Edema radius dan ulna
Pelebaran garis epifisis.
Ostemalasia tulang-tulang yang harus menyangga
tubuh bengkok
Tulang vertebra menjadipendek dan tulang pelvis
mendatar.1
Pemeriksaan Penunjang
Kadar kalsium rendah atau normal
Fosfataselindi tinggi.1
e. Tatalaksana
Pemberian vitamin D 400 iu (10 mg)/hari untuk bayi &anak-anak.1
F. Defisiensi Vitamin E
a. Definisi
Defisiensi vitamin E merupakan keadaan dimana seseorang
kekurangan intake vitamin E di dalam tubuhnya. Fungsi vitamin E ini
diantaranya adalah bertindak sebagai antioksidan dengan memutuskan
berbagai reaksi rantai radikal bebas sebagai akibat kemampuannya
untuk memindahkan hydrogen fenolat kepada radikal bebas perksil
dari asam lemak tak jenuh ganda yang telah mengalami peroksidasi.1
b. Etiologi
Defisiensi vitamin E ini disebabkan oleh kurangnya intake
vitamin E, atau gangguan transport dan penyerapan di dalam tubuh.1
c. Patofisiologi
Asupan minyak mineral, keterpaparan terhadap oksigen
(seperti dalam tenda oksigen) atau berbagai penyakit yang
menyebabkan tidak efisiennya penyerapan lemak akan menimbulkan
defisiensi vitamin E yang menimbulkan gejala neurology.1
d. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Gejala neurologi seperti pusing
Hilangnya reflaks tendon dalam
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin ; anemia.1
e. Tatalaksana
Pemberian vitamin E dengan dosis 100 – 600 mg vitamin E tiap
harinya.1
G. Defisiensi Vitamin K
a. Definisi
Defisiensi vitamin K merupakan keadaan dimana seseorang
kekurangan intake vitamin K di dalam tubuhnya. Fungsi vitamin K
ini diantaranya adalah sebagai pemeliharaan dan pengaktifan
faktor pembekuan II, VII, IX dan X di dalam hepar.1
b. Etiologi
Defisiensi vitamin K ini disebabkan oleh kurangnya intake
vitamin K, atau gangguan transport dan penyerapan di dalam
tubuh.1
c. Patofisiologi
Diare pada bayi, terutama bayi yang mendapat ASI, akan
menyebabkan defisiensi vitamin K. Selainitu APCD (Acquired
Prothrombin Complex Deficiency) seringterdapat pada bayi yang
mendapat ASI. Hipoprotrombinemia karenapenyakit hepar biasanya
tidak responsive dengan pemberian vitamin K. Hipoprotrombinemia
dapat juga terjadi sebagai akibat penggunaan obat tertentu, misal
dikumarol yang digunakan untuk menimbulkan keadaan
hipoprotombinemia dan pengobatan trombosis pada pembuluh
darah vena.1
d. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Perdarahan umbilicus
Ekimoses
Epistaksis
perdarahan gastrointestinal karena pada orang normal
tidak biasa terjadi karena mikroba usus
mensistensi menakuinon. 1
Pemeriksaan Penunjang
Hb rendah.1
e. Tatalaksana
Pemberian vitamin K dengan kebutuhan vitamin K : 1 g/kgbb
yang berasal dari beras dari malaka atau flora mikroba usus.1
H. Defisiensi Kalsium
a. Definisi
Defisiensi kalsium merupakan keadaan dimana seseorang
kekurangan intake kalsium di dalam tubuhnya sehingga akan
terjadi gangguan otot dan massa tulang. Fungsi kalsium ini
diantaranya adalah membentuk tulang dan gigi, mengatur transmisi
impuls sel saraf dan otot, dan mengatur kontraktilitas otot
termasuk otot pembuluh darah.2
b. Etiologi
Defisiensi kalsium ini disebabkan oleh kurangnya intake
kalsium, atau gangguan transport dan penyerapan di dalam tubuh.2
c. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Pertumbuhan terganggu
Malformasi tulang
Gejala berupa manifestasi osteoporosis dan gejala
hipokalsemi.2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah
X-ray
Rontgen dan CT-Scan.2
d. Tatalaksana
Mengkonsumsi makanan atau minuman yang kaya akan
kandungan kalsium. Kebtutuhan kalsium, diatarany
adalah :
o 1-3 tahun: 700 mg per hari
o 4-8 tahun: 1,000 mg per hari
o 9-18 tahun: 1,300 mg per hari
o 19-50 tahun: 1,000 mg per hari
o 51-70 tahun: 1,200 mg per hari untuk wanita; 1,000
mg per hari untuk pria
o >71 tahun: 1,200 mg per hari
Menjemur di bawah sinar matahari pagi (sebelum jam 10
pagi) secara rutin, yaitu sekitar 10-15 menit setiap hari.2
I. Defisiensi Fosfor
a. Definisi
Defisiensi fosfor merupakan keadaan dimana seseorang
kekurangan intake fosfor di dalam tubuhnya. Fungsi fosfor ini
diantaranya adalah pembentuk tulang, persenyawaan organik,
metabolisme energi, karbohidarat, asam amino dan lemak, tarnsportasi
asam lemak dan baagian koenzim.2
b. Etiologi
Defisiensi fosfor ini disebabkan oleh kurangnya intake fosfor,
atau gangguan transport dan penyerapan di dalam tubuh.2
c. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Gangguan metabolisme
Pembentukan tulang terganggu.2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah
X-ray
Rontgen dan CT-Scan.2
d. Tatalaksana
Pemberian fosfor, dengan dosis 100 mg per hari untuk bayi
usia 0-6 bulan, dosis 275 mg per hari untuk bayi usia 7-12 bulan, dosis
sebanyak 460 mg per hari untuk anak-anak usia 1-3 tahun, dosis
sebanyak 500 mg per hari untuk anak-anak usia 4-8 tahun, dosis 250
mg per hari untuk anak-anak usia 9-18 tahun, dosis 700 mg per hari
untuk usia 19 tahun ke atas, dosis 250 mg per hari untuk wanita hamil
dan menyusui usia 18 tahun ke bawah, dan dengan dosis 700 mg per
hari untuk wanita hamil dan menyusui usia 19 tahun ke atas.2
J. Defisiensi Natrium
a. Definisi
Defisiensi natrium merupakan keadaan dimana seseorang
kekurangan intake natrium di dalam tubuhnya dan dapat menyebabkan
hyponatremia yaitu menurunnya kadar natrium plasma < 130 mEq/dl.
Fungsi natrium ini diantaranya adalah menjaga tekanan osmotic sel
dan vaskuler, menjaga status asam-basa, dans ebagai metabolisme sel.
b. Etiologi
Defisiensi natrium ini disebabkan oleh kurangnya intake
natrium di dalam tubuh, dan dapat juga disebabkan oleh adanya
gangguan transport dan penyerapan di dalam tubuh.2
c. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Lemas dan lesuh,
Anorexia
Berat badan turun
Hiperpigmentasi kulit.2
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Tes darah, Tes ACTH,
Radiologi : MRI, CT-Scan.2
d. Tatalaksana
Pemberian natirum, dengan dosis :
• Anak-anak : 3 gram garam per hari
• Dewasa : 6 gram garam sehari.2
K. Defisiensi Kalium
a. Definisi
Defisiensi kalium merupakan keadaan dimana seseorang
kekurangan intake kalium di dalam tubuhnya yaitu kadar kalium di
dalam darahnya berada di bawah normal. Fungsi kalium ini
diantaranya adalah membantu sistem saraf agar bekerja lebih optimal,
menyeimbangkan kadar cairan, dan meningkatkan kesehtan tulang.2
b. Etiologi
Defisiensi kalium ini disebabkan oleh kurangnya intake kalium, atau
gangguan transport dan penyerapan di dalam tubuh.2
c. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Cepat Lelah dan Merasa Lemah
Otot sering kram
Diare
Jantung berdebar
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan faal ginjal
Pemeriksaan elektrolit
d. Tatalaksana
Pemberian kalium, dengan dosis :
Bayi usia 0-6 bulan membutuhkan 500 mg.
Bayi usia 7-11 bulan membutuhkan 700 mg.
Anak usia 1-3 tahun membutuhkan 3000 mg.
Anak usia 4-6 tahun membutuhkan 3800 mg.
Anak usia 7-9 tahun membutuhkan 4500 mg.
Perempuan usia 10-15 tahun membutuhkan 4500 mg.
Perempuan usia 16-80 tahun ke atas membutuhkan 4700 mg.
Laki-laki usia 10-12 tahun membutuhkan 4500 mg.
Laki-laki usia 13-80 tahun ke atas membutuhkan 4700 mg.2
L. Defisiensi Magnesium
a. Definisi
Defisiensi magnesium merupakan keadaan dimana seseorang
kekurangan intake magnesium di dalam tubuhnya. Fungsi
magnesium ini diantaranya adalah metabolism zat gizi, transmisi sel
saraf, pembekuan darah, relaksasi otot dan mencegah kerusakan gigi.2
b. Etiologi
Defisiensi ini disebabkan oleh kurangnya intake magnesium,
atau gangguan transport dan penyerapan di dalam tubuh.2
c. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Gangguan absorpsi
Penurunan fungsi ginjal
Penurunan nafsu makan
Gangguan pertumbuhan,
Mudah tersinggung
Gugup
Kejang/tetanus
Gangguan system saraf pusat
Halusinasi
Koma
Gagal jantung.
d. Tatalaksana
Pemberian magnesium dengan dosis orang dewasa untuk pria
280 mg/hari dan wanita 250 mg/ hari.2
J. Defisiensi Seng
a. Definisi
Defisiensi seng merupakan keadaan dimana seseorang kekurangan
intake seng di dalam tubuhnya. Fungsi ini diantaranya adalah sebagai
bagian dari enzim atau sebagai kofaktor pada kegiatan lebih dari 200
enzim, berperan dalam berbagai aspek metabolisme seperti reaksi yang
berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida, dan
asam nukleat.2
b. Etiologi
Defisiensi ini disebabkan oleh kurangnya intake seng, atau gangguan
transport dan penyerapan di dalam tubuh.2
c. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Pertumbuhan badan tidak sempurna(kerdil)
Gangguan dan keterlambatan pertumbuhan kematangan
seksual
Gangguan pencernaan
Gangguan fungsi pancreas
Menganggu pusat system saraf dan ungsi otak.2
d. Tatalaksana
Pemberian seng dengan angka kecukupan
Bayi : 3-5 mg
Anak-anak : 8-10 mg
Remaja dan dewasa : 15 mg(baik pria maupun wanita)
Ibu hamil : + 5 mg
Ibu menyusui : + 10 mg.2
K. Defisiensi Fe
a. Definisi
Defisiensi fe merupakan keadaan dimana seseorang kekurangan intake
fe di dalam tubuhnya. Fe merupakan unsur hemoglobin, mioglobin, dan
beberapa enzim oksidatif yang erdapat dalam semua sel tubuh, tetapi di
simpan sebagai feritin di dalam hati, limfa, dan sumsung tulang terutama
dalam jaringan reticulo endothelial.2
b. Etiologi
Defisiensi ini disebabkan oleh kurangnya intake fe, atau gangguan
transport penyerapan di dalam tubuh, dan peningkatan kebutuhan pada ibu
hamil.2
c. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Pucat yang berlangsung lama (kronis)
Lemas, mudah lelah
Gangguan prestasi belajar
Menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi dan
gangguan perilaku.1
Pemeriksaan Penunjang
Tes darah
Tingkat sel darah merah di bawah normal
Volume sel darah merah yang lebih kecil
Tingkat hemoglobin di bawah normal
Tingkat feritin di bawah normal.2
d. Tatalaksana
Pemberian fe, dengan angka kecukupan :
Bayi 3-5mg
Balita 8-9mg
Anak sekolah 10mg.2
L. Defisiensi Mangan
a. Definisi
M. Defisiensi Tembaga
a. Definisi
Defisiensi tembaga merupakan keadaan dimana seseorang kekurangan
intake tembaga di dalam tubuhnya. Fungsi tembaga ini diantaranya adalah
bagian dari enzim yang berkaitan dengan reaksi yang menggunakan
oksigen atau radikal oksigen, mencegah anemia dengan cara membani
absorbsi besi, merangsang sisntesis hemoglobin, melepas simpanan besi
dari feritin dalam hati dan sebagai bagian dari enzim seruloplasmin.2
b. Etiologi
Defisiensi ini disebabkan oleh kurangnya intake tembaga, atau
gangguan transport dan penyerapan di dalam tubuh.2
c. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Gangguan pertumbuhan
Gangguan metabolisme
Demineralisasi tulang-tulang
Edema
Gangguan fungsi kekebalan.2
Pemeriksaan Penunjang
Serum albumin rendah.2
d. Tatalaksana
Pemberian tembaga dengan angka kecukupan 1,5-3,0 mg sehari.2
N. Defisiensi Selenium
a. Definisi
Defisiensi selenium merupakan keadaan dimana seseorang kekurangan
intake selenium di dalam tubuhnya. Fungsi selenium ini diantaranya
adalah sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida yang terbentuk di
dalam tubuh menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik, berperan dalam
sistem enzim yang mencegah terjadinyaa radikal bebas dengan
menurunkan konsentrasi peroksida dalam sel.
b. Etiologi
Defisiensi ini disebabkan oleh kurangnya intake selenium, atau
gangguan transport dan penyerapan di dalam tubuh.2
c. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Kardiomiopati
Degenerasi otot jantung
Kaku
Edema
Aras sakit pada sendi jari-jari yang di kuti osteoarthritis.2
d. Tatalaksana
Pemberian selenium <1 mg sehari.2
O. Marasmus
a. Etiologi
Etiologi keadaan ini adalah karena adanya defisiensi kalori.3
b. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
BB sangat rendah
Degenerasi hebat jaringan lemak subkutan
Atrofi otot (wasting hebat)
Ekspresi wajah orang tua (old man’s face)
Rasio BB/TB rendah
Tidak ada edema
Kelainan kulit/rambut ringan & jarang
Diare berulang tetapi lebih ringan
Resistensi tubuh rendah
Pemeriksaan Penunjang
Protein serum normal/subnormal
Anemia tidak ada/ringan. Bila berat ankilostomiasis,
amubiasis
Kadar enzim pencernaan normal
Biopsi hepar/pankreas tak ada kelainan.3
c. Tatalaksana
Prisnsip sama dengan kwashiorkor
Bila tak ada diare, TKTP penunh mgg I
o KCl : mgg I : 2-4 mEq/kgBB/hr
mgg II + III : 1-2 mEq/kgBB/hr.3
P. Kwasiokor
a. Etiologi
Etiologi dari keadaan ini adalah defisiensi protein bernilai biologik
tinggi dalam waktu yang lama.4
b. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Wujud umum :
o Pucat, kurus, atrofi tungkai bawah + bokong
o Edema (pedis/pretibial) ascites
o Moon face
Retardasi pertumbuhan :
o Tidak khas
o BB kurang atau menurun
Perubahan mental + motorik
o Mental : cengeng, kesadaran menurun, pasif
o Motorik : ggn fungsi-fungsi statis
Edema
o Pedis, pretibial, ascites, anasarka
o Bersifat pitting
o Koreksi edema :
Laten + pedis + pretibial : 10-15 %
Ascites ringan : 15-20 %
Ascites berat : 20-25 %.4
c. Tatalaksana
Diitetik
Tujuan : makanan TKTP = 1½ x kebutuhan normal
0-3 thn = 150-175 kcal/kg BB/hr
Bertahap 1½ - 2 x normal
o Minggu I : - Fase stabilisasi
½ TKTP
Kalori 80 % kal. Normal
o Mingg II : - Fase transisi
1 – 1½ TKTP
Kalori 100-150 % normal
o Mingg III : - Fase rehabilitasi
1½ – 1 TKTP
Kalori 150-175 % normal.4
Vitamin : • Vit. A oral dosis tinggi 200.000 SI > 1 tahun, 100.000 SI
6 bulan – 1 tahun, dan 50.000 SI < 6 bulan
Vitamin D + B kompleks + C.4
Q. Marasmuskwasiokor
a. Definisi
Penyakit ini merupakan gabungan dari penyakit marasmus dan
kwashirko. Gejala yang timbul juga merupakan gejala gabungan dari
marasmus dan kwashiorkor.5
b. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini adalah defisiensi protein bernilai biologik
tinggi dalam waktu yang lama, dan defisiensi kalori.5
c. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinsi
Berat badan menurun
Berkurangnya otot dan lemak
Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan.5
d. Tatalaksana
Diitetik
Tujuan : makanan TKTP = 1½ x kebutuhan normal
0-3 thn = 150-175 kcal/kg BB/hr
Bertahap 1½ - 2 x normal
o Minggu I : - Fase stabilisasi
½ TKTP
Kalori 80 % kal. Normal
o Mingg II : - Fase transisi
1 – 1½ TKTP
Kalori 100-150 % normal.5
o Mingg III : - Fase rehabilitasi
1½ – 1 TKTP
Kalori 150-175 % normal.5
Vitamin A oral dosis tinggi 200.000 SI > 1 tahun, 100.000 SI 6
bulan – 1 tahun, dan 50.000 SI < 6 bulan
Vitamin D + B kompleks + C.5
R. GAKY
a. Definisi
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan keadaan
dimana di dalam tubuh mengalami kekurangan yodium.5
b. Etiologi
Makanan dan air yang setiap hari digunakan tidak atau kurang
mengandung zat yodium, tidak menggunakan garam beryodium dalam
makanannya sehari-hari, khususnya keluarga yang tinggal di daerah
gondok endemik. 6
c. Penegakkan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Perkembangan kemampuan dan tingkat kecerdasan anak
terhambat (IQ nya rendah)
Gangguan perkembangan fisik, seperti tinggi badan
terhambat, gangguan pada syaraf gerak sehingga gerakan
anak sangat lamban, gangguan pendengaran sehingga
penderitanya tuli.
Anak yang kekurangan zat yodium berat dapat menjadi anak
yang kerdil (kretinisme). 6
Pada orang dewasa sering terjadi pembesaran kelejar gondok
pada leher
Wanita usia subur sering sulit mempunyai anak.
Jika ibu hamil menderita GAKY, kemungkinan dapat
mengalami keguguran atau bayi mati saat dilahirkan.6
d. Tatalaksana
Pengobatan sesuai dengan penyakit utamanya ditambah dengan terapi
edukatif berupa penyesuaian asupan yodium yang adekuat dengan angka
kecukupan iodium yang dianjurkan untuk orang Indonesia antara lain :
Usia 0 sampai 9 tahun kebutuhannya sebesar 50 – 120 µg
Usia 10 – 59 dan > 60 tahun sebesar 150 µg (Pria)
Usia1 0 – 59 dan > 60 tahun sebesar150 µg
Wanita Hamil mendapat tambahan + 25 µg ; wanita laktasi 0 – 12
bulansebesar + 50 µg.6
S. Obesitas
a. Definisi
Obesitas didefiniskan sebagai ketidak sesuaian berat badan dengan
tinggi badan. Dimana aringan lemak (Jaringan Adiposa) di dalam tubuh
berlebih.7
b. Faktor Risiko
Genetik
Lingkungan
Neuropsikiatrik.7
c. Penegakkan Diagnosis
Imt > 22
Sleep apnea
Kelainan ortopedi
Gangguan fungsi hati
Gangguan psikososial
Timbul faktor risiko penyakit jantung
Kelainan kulit
Prestasi belajar
Cepat menstruasi
Perawakan pendek
Diabetes tipe II.7
d. Tatalaksana
Konsultasikan dengan tenaga profesional untuk menentukan
asupan kalori, pengaturan komposisi makanan dan pola makan
yang sesuai seperti pengaturan asupan lemak dan pembatasan
asupan lemak
KOMPOSISI MAKANAN YANG BAIK ADALAH Rendah
Lemak – Karbohidrat Cukup
Pola makan Makan 3 kali sehari tanpa snack Sarapan pagi dengan
bubur/sereal
Aktivitas fisik seperti jalan kaki (minimal 10 menit).7
T. Kelebihan Vitamin
a. Kelebihan Vitamin A
Pada orang dewasa: pusing, rasa nek, rambut rontok, kulit
mengering. Sakit kepala hebat, peningkatan tekanan dalam otak
dan kelemahan umum terjadi kemudian, Keracunan Kronis,
Keracunan Akut, Hati dan limfa dapat membesar.
Pada bayi : pembesaran kepala, hidrosefalus, dan mudah
tersinggung. Pertumbuhan tulang dan nyeri sendi sering terjadi,
terutama pada anak-anak. Bayi yang lahir dari ibu yang
mengkonsumsi isotretinoin (vitamin A buatan yang digunakan
untuk mengobati kelainan kulit) selama kehamilan bisa memiliki
cacat lahir.8
b. Kelebihan Vitamin C
Manifestasi klinis yang terjadi pada keadaan kelebihan vitamin C
diantaranya adalah sakit kepala, diare, gampang lelah, insomnia, sariawan.
c. Kelebihan Vitamin D
Manifestasi klinis yang terjadi pada keadaan kelebihan vitamin D
diantaranya adalah nyeri tulang, lemah otot, mual, cepat lelah, kehilangan
nafsu makan.
d. Kelebihan Vitamin
Dampak kelebihan vitamin E adalah hipertensi, lemah otot, mudah
terkena resiko perdarahan dalam tubuh. 8
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiyaningrum, E. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 tahun. Edisi
pertama. Indomedia Pustaka. Sidoarjo. 2017.
2. Marchdante, Karen J. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi ke-6.
Singapur: Elsevier; 2018.
3. Setiati S., Alwi I., Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.
Edisi 7. Jakarta : Interna Publishing ; 2016.
4. Nadila F., Anggraini DI. Manajemen Anak Gizi Buruk Tipe Marasmus
dengan TB Paru. JURNAL Medula Unila. Desember 2016 : 6(1) ; 36-42.
5. Ismael, S. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2016.
6. Pudjiadi, S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2016.
7. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diagnosis Tatalaksana dan Pencegahan
Obesitas Pada Anak dan Remaja. Jakarta : IDAI ; 2015.
8. Salvam YP, Tjahya AEM. Nutrition. Bagian / SMF Ilmu Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rsup Sanglah
Denpasar. 2017.