Anda di halaman 1dari 88

Buku Panduan Keterampilan

Klinis
SAFE MOTHERHOOD
6.1 & INFANCY

TA 2020-2021
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

TIM PENYUSUN

dr. Tissa Octavira Permatasari, MMed.Ed

dr. Vivi Meidianawaty, MMedEd

dr. Kati Sriwiyati, M.Biomed

dr. Deni W., SpOG.

dr. Defa Rahmatunnisa, SpA., M.Kes

2
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

VISI DAN MISI FK UNSWAGATI

Visi Program Studi Pendidikan Dokter Unswagati Cirebon :


Terwujudnya Program Studi Sarjana Kedokteran dan Program Studi Profesi Dokter
yang unggul di bidang pendidikan kedokteran berbasis masyarakat yang bereputasi
nasional pada tahun 2025.

Misi Program Studi Pendidikan Dokter Unswagati Cirebon :


1. Melaksanakan pendidikan yang unggul dalam bidang pendidikan kedokteran
berbasis masyarakat
2. Melaksanakan penelitian kedokteran dasar dan terapan berbasis masyarakat
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat berlandaskan pendidikan
kedokteran berbasis masyarakat.

3
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

DAFTAR ISI

Visi dan Misi Fakultas Kedokteran Unswagati .................................................. 3

Daftar Isi .......................................................................................................... 4

Deskripsi Modul ............................................................................................... 5

Tata Tertib Laboratorium Ketrampilan Klinik .................................................... 6

Aspek Yang Dinilai Dalam Keterampilan Klinis ................................................ 7

Daftar Masalah Kesehatan Individu Dan Masyarakat ....................................... 9

Daftar Penyakit ................................................................................................ 10

Daftar Keterampilan Klinis................................................................................ 13

Integrated Patient Management Antenatal Care ............................................. 14

Pemeriksaan ANC dan Leopold ....................................................................... 17

Diskusi Kasus Asuhan Persalinan Normal Dan Pemeriksaan Fisik Neonatus . 41

Asuhan Persalinan Normal dan Partograf ........................................................ 43

Pemeriksaan Fisik pada Neonatus ................................................................... 71

Integrated Patient Management Resusitasi Neonatus ...................................... 82

Resusitasi Neonatus ........................................................................................ 84

Pemasangan dan Pencabutan IUD .................................................................. 94

Pemasangan dan Pencabutan Implan ............................................................. 105

4
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

DESKRIPSI MODUL

Kemampuan ketrampilan klinik yang baik ditunjang dengan kemampuan


prosedural dan tingkah laku professional, merupakan bekal utama menjadi seorang
dokter. Untuk mencapai hal tersebut, disusunlah buku panduan ketrampilan klinik blok
6.1 dengan materi “Safe Motherhood and Infancy”. Pada blok 6.1 ini mahasiswa
semester 6 akan mempelajari pemeriksaan antenatal care, leopold serta pemeriksaan
fisik neonatus, dan resusitasi neonatus
Pada pemeriksaan antenatal care dan leopold, mahasiswa diharapkan mampu
melakukan pemeriksaan antenatal care dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik
termasuk pemeriksaan leopold, diagnosis dan penatalaksanaan yang sesuai. Pada
pemeriksaan fisik neonatus, diharapkan mahasiswa mampu melakukan teknik
pemeriksaan fisik pada neonatus dengan teknik yang benar. Selain itu, mahasiswa
diharapkan mampu melakukan resusitasi neonatus pada kondisi kegawatdaruratan
neonatus.
Metode pembelajaran yang akan dilaksanakan melalui daring secara asinkronus
dan sinkronus. Pada saat asinkronus mahasiswa akan mempelajari keterampilan
melalui media audiovisual dan mendapatkan tugas membuat membuat video yang
merekam mahsiswa mempraktekan keterampilan tersebut. Pada saat sinkronus
mahasiswa akan belajar dibawah bimbingan instruktur secara daring. Penilaian hasil
belajar keterampilan klinis dilaksanakan dengan menggunakan metode OSCE pada
akhir semester

5
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

TATA TERTIB LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK SECARA DARING

1. Mahasiswa terdaftar sebagai mahasiswa aktif.


2. Mahasiswa join zoom meeting menggunakan format yang telah ditentukan.
3. Mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan skills lab harus menggunakan
pakaian yang rapih, tidak menyolok, sederhana dan sopan.
4. Mahasiswa harus join meeting 30 menit sebelum dimulainya kegiatan
keterampilan klinis
5. Mahasiswa datang tepat waktu dengan mempersiapkan buku panduan
keterampilan klinis, mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit atau
tidak mempersiapkan buku panduan keterampilan klinis, tidak diperbolehkan
mengikuti keterampilan klinis pada hari itu
6. Setiap mahasiswa berhak untuk melakukan kegiatan di skills lab sesuai
ketentuan dan jadwal yang berlaku.
7. Mahasiswa harus mengikuti semua materi kegiatan keterampilan klinis, apabila
mahasiswa tidak mengikuti kegiatan keterampilan klinis maka mahasiswa
harus menunjukkan surat keterangan sakit atau surat keterangan yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dikirimkan ke bagian akademik serta admin
keterampilan klinis melalui WhattsApp atau email.
8. Mahasiswa dibagi atas kelompok dengan masing-masing kelompok sebanyak
kurang lebih 10 mahasiswa yang difasilitasi oleh satu instruktur.
9. Semua mahasiswa harus aktif dalam mengikuti kegiatan keterampilan klinis.
10. Selama kegiatan keterampilan klinis mahasiswa dilarang menyalakan atau
menggunakan handphone, dan alat elektronik lainnya selain perangkat yang
digunakan untuk join meeting. Mahasiswa juga dilarang merokok, makan, dan
minum pada saat kegiatan keterampilan klinis, serta meninggalkan zoom
meeting tanpa seijin instruktur.
11. Setiap mahasiswa wajib menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam
proses pembelajaran keterampilan klinik secara daring.
12. Kehadiran mahasiswa 75% per Blok sebagai syarat mengikuti OSCE

6
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

ASPEK YANG DINILAI DALAM KETERAMPILAN KLINIS

1. Keterampilan komunikasi: kemampuan mahasiswa menanyakan keluhan utama,


riwayat penyakit sekarang. riwayat pengobatan sebelumnya, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang
berhubungan.
2. Pemeriksaan fisik/psikiatri: kemampuan mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik
sesuai dengan masalah klinik pasien dengan menerapkan prinsip menggunakan
teknik pemeriksaan yang benar, sistematik/runut
3. Melakukan tes/prosedur klinik atau intepretasi data untuk menunjang
diagnosis banding/diagnosis: kemampuan mahasiswa melakukan tes/prosedur
yang lengkap dan menyampaikan hasil prosedur atau mengintepretasikan hasil
pemeriksaan penunjang dengan lengkap dan menjelaskan kepada pasien dengan
tepat
4. Menentukan diagnosis: kemampuan mahasiswa menetapkan diagnosis kerja dan
diagnosis banding secara lengkap, sesuai dengan masalah pasien
5. Tata laksana farmakoterapi: kemampuan mahasiswa memilih obat dengan tepat
sesuai indikasi, menentukan bentuk sediaan obat dengan tepat, menetapkan dosis
dengan tepat, menuliskan resep dengan benar
6. Tata laksana non-farmakoterapi: kemampuan mahasiswa melakukan tindakan
yang sesuai perintah dan lengkap tetapi dan menyampaikan alasan dan prosedur
pelaksanaan tindakan.
7. Komunikasi dan edukasi pasien: kemampuan mahasiswa mengucapkan
salam,menanyakan identas pasien, menggunakan bahasa yang bisa dimengerti,
menanggapi setiap pertanyaan/pernyataan pasien baik verbal maupun non verbal,
memberikan kesempatan bertanya kepada pasien, membina hubungan baik dengan
pasien, dan atau memberikan penyuluhan yang isinya sesuai dengan masalah
pasien namun dengan cara yang tidak tepat
8. Perilaku profesional: kemampuan mahasiswa meminta informed consent,
melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti sehingga tidak

7
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

membahayakan pasien, memperhatikan kenyamanan pasien, melakukan tindakan


sesuai prioritas, menunjukkan rasa hormat kepada pasien

8
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

DAFTAR MASALAH KESEHATAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT

9
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

DAFTAR PENYAKIT

Sistem Reproduksi

10
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

11
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

12
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

DAFTAR KETERAMPILAN KLINIS

Tingkat
No Keterampilan
Keterampilan
PEMERIKSAAN FISIK
1 Penilaian skor APGAR 4A
2 Pemeriksaan fisik bayi baru lahir 4A
3 Resusitasi bayi baru lahir 4A
4 Ventilasi tekanan positif pada bayi baru lahir 4A

13
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

INTEGRATED PATIENT MANAGEMENT (IPM)


ANTENATAL CARE

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti latihan keterampilan IPM, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menggali riwayat penyakit pada pasien terkait kasus.
2. Melakukan pemeriksaan fisik yang terkait pada kasus.
3. Melakukan pemeriksaan penunjang yang terkait pada kasus.
4. Melakukan diagnosis yang terkait pada kasus.
5. Melakukan tatalaksana yang terkait pada kasus.
6. Melakukan komunikasi dan edukasi yang terkait pada kasus

Instruksi Untuk Mahasiswa


1. Mahasiswa mempelajari teori yang terdapat pada buku panduan keterampilan klinik
dan sumber lain.
2. Tahapan pelaksanaan IPM secara daring meliputi :
a. Mahasiswa melakukan anamnesis kepada pasien simulasi terkait keluhan
penyakit
b. Mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik pada manekin/boneka yang ada di
rumah.
c. Mahasiswa menanyakan hasil pemeriksaan fisik pada instruktur dan
menginterpretasikan hasil pemeriksaan fisik
d. Mahasiswa menanyakan hasil pemeriksaan penunjang pada instruktur dan
menginterpretasikan hasil pemeriksaan penunjang
e. Mahasiswa melakukan diagnosis yang terkait pada kasus.
f. Mahasiswa melakukan tatalaksana yang terkait pada kasus.
g. Mahasiswa melakukan komunikasi dan edukasi yang terkait pada kasus pada
pasien

14
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang harus dipersiapkan pada keterampilan klinis ini adalah:
a. Pasien probandus atau manekin/boneka yang memiliki anggota tubuh seperti
manusia (ada kepala, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah).
b. Alat dan bahan untuk pemeriksaan fisik umum dan obstetri meliputi tensimeter,
stetoskop, termometer, pita ukur, Selimut/kain penutup, Stetoskop monoaural
(Laenec) yang dapat terbuat dari kardus atau kertas.
c. Alat tulis untuk mencatat

Pelaksanaan Pembelajaran online

Posisikan boneka/manekin atau alat di tempat/lokasi yang datar (seperti meja/tempat


tidur) dan dapat terlihat oleh kamera seperti tampak pada gambar dibawah ini.

Keterangan : A. Pasien simulasi, B. Alat

15
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

LESSON PLAN

NO KEGIATAN WAKTU
1 - Instruktur memperkenalkan diri
- Mengenal nama mahasiswa
- Menjelaskan tujuan latihan 5 menit
- Menilai persiapan mahasiswa mengenai topik
keterampilan yang akan dipelajari
2 - Meminta salah seorang mahasiswa untuk mencoba
melakukan Integrated Patient Management secara
daring
20 menit
- Meminta mahasiswa untuk refleksi
- Meminta mahasiswa lain untuk memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mencoba secara bergantian kemudian memberikan
3 feedback 70 menit
- Instruktur mengobservasi dan memberikan feedback
pada masing-masing mahasiswa

4 Penutup 5 menit

16
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

PEMERIKSAAN KEHAMILAN/ ANTENATAL CARE (ANC)


DAN PEMERIKSAAN LEOPOLD

Pengantar
Pemeriksaan antenatal care merupakan kunjungan ibu hamil dengan tenaga
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan.
Pemeriksaan ANC dan pemeriksaan Leopold ini bertujuan untuk mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mungkin. Pada blok Safe Motherhood and Infancy, mahasiswa
diharapkan dapat melakukan pemeriksaan ANC sesuai dengan Standar Kompetensi
Dokter Indonesia.

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti latihan keterampilan pemeriksaan kehamilan, mahasiswa mampu :
1. Melakukan pemeriksaan ANC dan leopold
2. Mampu mengenali dan mengobati penyaki-penyakit yang mungkin diderita sedini
mungkin, misalnya adanya penyakit hipertensi yang menyertai kehamilan.
3. Mampu mengetahui penyakit-penyakit sesuai Standar Kompetensi Dokter Indonesia
4. Melakukan pemeriksaan leopold I
5. Melakukan pemeriksaan leopold II
6. Melakukan pemeriksaan leopold III
7. Melakukan pemeriksaan leopold IV

Dasar Teori
Antenatal Care
Pemeriksaan kehamilan atau ANC sangat disarankan bagi para ibu hamil untuk
memonitor kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Pemeriksaan kehamilan adalah
serangkaian pemeriksaan yang dilakukan secara berkala dari awal kehamilan hingga
proses persalinan untuk memonitor kesehatan ibu dan janin agar tercapai kehamilan
yang optimal.

17
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan


bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit
yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap
untuk menjalani persalinan normal.
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami
penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara
rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas.
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
1. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini (Keluhan
utama).
2. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan dan
penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil:
a. Muntah berlebihan. Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan
muda terutama pada pagi hari namun kondisi ini biasanya hilang setelah
kehamilan berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan, kecuali
kalau memang cukup berat, hingga tidak dapat makan dan berat badan
menurun terus.
b. Pusing. Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu diwaspadai.
c. Sakit kepala. Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin
dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.
d. Perdarahan. Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah
merupakan tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.
e. Sakit perut hebat. Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan
ibu dan janinnya.
f. Demam. Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan
dari liang rahim dan kadang-kadang berbau merupakan salah satu tanda
bahaya pada kehamilan.

18
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

g. Batuk lama. Batuk lama Lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut.
Dapat dicurigai ibu menderita TBC.
h. Berdebar-debar. Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah
satu masalah pada kehamilan yang harus diwaspadai.
i. Cepat lelah. Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul
rasa lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang biasanya terjadi
pada sore hari. Kemungkinan ibu menderta kurang darah.
j. Sesak nafas atau sukar bernafas. Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil
sering merasa sedikit sesak bila bernafas karena bayi menekan paru-paru
ibu. Namun apabila hal ini terjadi berlebihan maka perlu diwaspadai.
k. Keputihan yang berbau. Keputihan yang berbau merupakan salah satu
tanda bahaya pada ibu hamil.
l. Gerakan janin. Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir
bulan ke empat. Apabila gerakan janin belum muncul pada usia kehamilan
ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada gerakan maka ibu hamil
harus waspada.
m. Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah, menarik diri,
bicara sendiri, tidak mandi, dsb. Selama kehamilan, ibu bisa mengalami
perubahan perilaku. Hal ini disebabkan karena perubahan hormonal. Pada
kondisi yang mengganggu kesehatan ibu dan janinnya maka akan
dikonsulkan ke psikiater.
n. Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama kehamilan.
Informasi mengenai kekerasan terhadap perempuan terutama ibu hamil
seringkali sulit untuk digali. Korban kekerasan tidak selalu mau berterus
terang pada kunjungan pertama, yang mungkin disebabkan oleh rasa takut
atau belum mampu mengemukakan masalahnya kepada orang lain,
termasuk petugas kesehatan. Dalam keadaan ini, petugas kesehatan
diharapkan dapat mengenali korban dan memberikan dukungan agar mau
membuka diri.
3. Menanyakan Riwayat Haid/Menstruasi

19
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

a. Usia menarche pertama kali


b. Siklus haid : ….hari. Teratur/tidak. Lama menstruasi : ….hari
c. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
d. Usia Kehamilan dan taksiran persalinan
4. Menanyakan Riwayat kehamilan yang sekarang
a. Identifikasi kehamilan termasuk riwayat pemeriksaan kehamilan (asuhan
antenatal)
b. Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan)
c. Penyakit lain yang diderita
d. Gerakan janin
5. Menanyakan Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya
• Asuhan antenatal, persalinan dan nifas kehamilan sebelumnya
• Cara persalinan
• Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
• Berat badan lahir
• Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
• Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
6. Menanyakan Riwayat imunisasi (status imunisasi Tetanus Toksoid)
7. Menanyakan Riwayat penyakit dahulu
a. Penyakit yang pernah diderita
b. Dm, penyakit jantung, hipertensi, infeksi saluran kemih, infeksi virus, dll.
c. Alergi obat atau makanan tertentu
d. Pernah mendapatkan transfusi darah dan indikasi tertentu tindakan
tersebut
e. Inkompatibilitas rhesus
f. Paparan sinar x/rontgen
8. Menanyakan Riwayat Penyakit Keluarga (relevan)
9. Menanyakan Riwayat Pribadi dan Sosial
a. Jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.

20
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

b. Obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi, diuretika, anti vomitus,


antipiretika, antibiotika, obat TB, dan sebagainya.
c. Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat
pemakaian obat Malaria.
d. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit
pada pasangannya. Informasi ini penting untuk langkah langkah
penanggulangan penyakit menular seksual.
e. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah, frekuensi
dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya.
f. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi
kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain:
1) Siapa yang akan menolong persalinan? Setiap ibu hamil harus
bersalin ditolong tenaga kesehatan.
2) Dimana akan bersalin? Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes,
Puskesmas atau di rumah sakit? o Siapa yang mendampingi ibu saat
bersalin? Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami atau
keluarga terdekat. Masyarakat/organisasi masyarakat, kader, dukun
dan bidan dilibatkan untuk kesiapan dan kewaspadaan dalam
menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
3) Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi pendarahan?
Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon donor darah yang
sewaktu-waktu dapat menyumbangkan darahnya untuk keselamatan
ibu melahirkan.
4) Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harus dirujuk?
Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai dengan
kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar
calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan. Alat
transportasi tersebut dapat berupa mobil, ojek, becak, sepeda, tandu,
perahu, dsb.

21
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

5) Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan? Suami diharapkan


dapat menyiapkan dana untuk persalinan ibu kelak. Biaya persalinan
ini dapat pula berupa tabulin (tabungan ibu bersalin) atau dasolin
(dana sosial ibu bersalin) yang dapat dipergunakan untuk membantu
pembiayaan mulai antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan.

Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kader
ataupun sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya. Setiap ibu hamil, pada
kunjungan pertama perlu diinformasikan bahwa pelayanan antenatal selama kehamilan
minimal 4 kali dan minimal 1 kali kunjungan diantar suami.
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1. Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Kenaikan berat badan normal
pada waktu hamil ialah sebesar pada Trimester I 0,5 Kg perbulan dan Trimester II-
III 0,5 Kg perminggu.Dengan kenaikan berat badan rata-rata sebesar 6-12 kg
selama kehamilan, Maksimal mengalami kenaikan berat badan sebesar 12 Kg dan
minimal sebesar 6-7 Kg. Perhatikan besar kenaikan berat badan ibu, jangan
sampai ibu mengalami penurunan berat badan atau jangan sampai ibu mengalami
obesitas. Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan
atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin.
2. Ukur lingkar lengan atas (LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil
berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya ibu
hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

22
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

3. Ukur tekanan darah


Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah >140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria)
4. Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika
tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan
pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah
kehamilan 24 minggu.
5. Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari
160/menit menunjukkan adanya gawat janin.
6. Tentukan presentasi janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui
letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala
janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada
masalah lain.
7. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-
nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu
saat ini. Selama kehamilan bila ibu hamil statusnya T0 maka hendaknya
mendapatkan minimal 2 dosis (TT1 dan TT2 dengan interval 4 minggu dan bila
memungkinkan untuk mendapatkan TT3 sesudah 6 bulan berikutnya). Ibu hamil
dengan status T1 diharapkan mendapatkan suntikan TT2 dan bila memingkinkan
juga diberikan TT3 dengan interval 6 bulan (bukan 4 minggu / 1 bulan). Bagi bumil

23
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

dengan status T2 maka bisa diberikan 1 kali suntikan bila interval suntikan
sebelumnya 6 bulan. Bila statusnya T3 maka suntikan selama hamil cukup sekali
dengan jarak minimal 1 tahun dari suntikan sebelumnya. Ibu hamil dengan status
T4 pun dapat diberikan sekali suntikan (TT5) bila suntikan terakhir telah lebih dari
satu tahun dan bagi ibu hamil dengan status T5 tidak perlu disuntik TT lagi karena
mendapatkan kekebalan seumur hidup (25 tahun).
8. Beri tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi
minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
9. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah. Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil
tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila
terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb). Pemeriksaan kadar hemoglobin
darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali
pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil
tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi
anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam
kandungan.
c. Pemeriksaan protein dalam urin. Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu
hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan
ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria
merupakan salah satu indikator terjadinya pre- eklampsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah. Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes
Melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya
minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali
pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).

24
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

e. Pemeriksaan darah Malaria. Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria


dilakukan pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak
pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan
darah Malaria apabila ada indikasi.
f. Pemeriksaan tes Sifilis. Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan
risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya
dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
g. Pemeriksaan HIV. Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko
tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah
menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusannya untuk menjalani tes HIV.
h. Pemeriksaan BTA. Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai
menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
10. Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang
tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
11. KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:
a) Kesehatan ibu. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil
agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9- 10 jam per hari)
dan tidak bekerja berat.
b) Perilaku hidup bersih dan sehat. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga
kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum
makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi
setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.

25
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan.



Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami
dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan
biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah.
Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar
segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi. Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-
tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya
perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada
jalan lahir saat nifas, dan sebagainya. Mengenal tanda-tanda bahaya ini
penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan
kesehatan.
e) Asupan gizi seimbang. Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan
asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini
penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu.
Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk
mencegah anemia pada kehamilannya.
f) Gejala penyakit menular dan tidak menular. Setiap ibu hamil harus tahu
mengenai gejala-gejala penyakit menular (misalnya penyakit IMS,
Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular (misalnya hipertensi) karena dapat
mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.
g) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu
(risiko tinggi). Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang
risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan
sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil
tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu ke
janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV negatif maka diberikan

26
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya, menyusui dan


seterusnya.
h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif. Setiap ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir
karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan
bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
i) KB paska persalinan. Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut
KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya
waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
j) Imunisasi. Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.
k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster). Untuk
dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil
dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi
pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.

Jadwal Pemeriksaan ANC


Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak
minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut: sampai dengan
kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, kehamilan trimester
kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester ketiga (28-36
minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan.
Walaupun demikian, disarankan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya
dengan jadwal sebagai berikut: sampai dengan kehamilan 28 minggu periksa empat
minggu sekali, kehamilan 28-36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali,
kehamilan 36-40 minggu satu minggu sekali.
Sebaiknya tiap wanita hamil segera memeriksakan diri ketika haidnya terlambat
sekurang-kurangnya satu bulan. Pemeriksaan dilakukan tiap 4 minggu sampai
kehamilan. sesudah itu, pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu, dan sesudah 36 minggu.

27
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Pemeriksaan Leopold
Tujuan Pemeriksaan Leopold
- Leopold I bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan bagian lain yang
terdapat pada bagian fundus uteri
- Leopold II bertujuan untuk menentukan bagian janin pada sisi kanan dan kiri ibu
- Leopold III bertujuan untuk menentukan bagian janin yang terletak di bagian bawah
uterus
- Leopold IV bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan pada pemeriksaan
Leopold III dan mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk pintu atas
panggul, memberikan informasi tentang bagian presentasi janin

Prosedur Pemeriksaan
1. Menyapa, perkenalan, menjelaskan prosedur (tujuan dan hasil yang diharapkan).
2. Meminta persetujuan pasien. Meminta pasien jika ingin berkemih, meminta
pasien tidur dengan kaki sedikit fleksi.
3. Mempersilahkan pasien untuk berbaring, menutupi bagian bawah tubuh dengan
selimut.
4. Mencuci tangan, menggunakan sabun, air hangat, membilas, lalu mengeringkan.
Berdiri di sisi kanan pasien, wajah pemeriksa menghadap ke abdomen pasien.
5. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan abdomen

Inspeksi
a. Wajah: adakah cloasma gravidarum, konjungtiva pucat/merah, oedem pada muka,
bagaimana keadan lidah, gigi/gusi.
b. Leher: apakah vena terbendung di leher ( misal pada penyakit jantung), apakah
kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfa membengkak.
c. Thoraks: bentuk payudara, pigmentasi puting susu, keadaan puting susu, adakah
kolostrum

28
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

d. Abdomen: perut membesar ke depan atau ke samping (asites membesar ke


samping), keadaan umbilicus, pigmentasi linea alba, nampak gerakan anak atau
kontraksi, adakah striae gravidarum atau bekas luka (scar).

Palpasi Abdomen
Leopold I
1. Manuver ini untuk menentukan tinggi fundus uteri dan mengidentifikasi bagian
janin yang terdapat di fundus uteri.
2. Pemeriksa menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari kedua tangan untuk
mempalpasi fundus uteri.
− Bagian kepala, jika teraba bentuknya bulat, keras, mudah digerakkan.
− Bagian bokong, jika teraba bentuknya bulat tidak beraturan, lunak, dan tidak
mudah digerakkan.

Gambar 1. Leopold I

Leopold II
Pemeriksa menghadap ke kepala pasien. Letakkan kedua tangan pada kedua sisi
abdomen. Pertahankan uterus dengan tangan yang satu, dan palpasi sisi lain untuk
menentukan bagian kanan dan kiri janin.
− Punggung: Bagian tubuh akan teraba, jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat
digerakan.

29
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

− Ekstremitas: Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk/ posisi
tidak jelas, dan menonjol dan mungkin dapat bergerak aktif atau pasif.

Gambar 2. Leopold II

Leopold III
1. Letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen pasien tepat
diatas simphisis dan minta pasien untuk menarik nafas dalam dan
menghembuskannya.
2. Pada saat pasien menghembuskan nafas, tekan jari tangan kebawah secara
perlahan dan dalam ke sekitar bagian presentasi. Catat kontur, ukuran dan
konsistensinya
− Bila itu adalah kepala, maka teraba benda bulat dan keras, sedangkan bila bokong
ia teraba sebagai bangunan yang tidak bulat dan lunak.

Gambar 3. Leopold III

30
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Leopold IV
1. Pemeriksa berubah posisi menghadap ke kaki pasien
2. Kedua telapak tangan ditempatkan di sisi kiri dan kanan bagian terendah janin
3. Tentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul, dan
seberapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.
4. Menentukan dengan kedua tangan kedua tangan apakah divergen (sudah masuk
PAP) atau konvergen (belum masuk PAP).

Gambar 4. Leopold IV

MENGUKUR TINGGI FUNDUS UTERI


Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simphisis pubis digunakan sebagai salah satu
indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi fundus
uteri juga dapat dijadikan perkiraan usia kehamilan. Tinggi fundus yang stabil/tetap atau
menurun merupakan indikasi adanya retardasi pertumbuhan janin, sebaliknya tinggi
fundus yang meningkat secara berlebihan mengindikasikan adanya jumlah janin lebih
dari satu atau kemungkinan adanya hidramnion.
Pengukuran tinggi fundus uteri ini harus dilakukan dengan teknik pengukuran yang
konsisten pada setiap kali pengukuran dan dengan menggunakan alat yang sama. Alat
ukur ini dapat berupa pita/tali, atau dengan menggunakan pelvimeter.
Posisi yang dianjurkan pada saat melakukan pengukuran adalah klien berbaring (posisi
supinasi) dengan kepala sedikit terangkat (menggunakan satu bantal) dan lutut

31
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

diluruskan.
Alat ukur (pita atau pelvimeter) diletakkan dibagian tengah abdomen dan diukur mulai
dari batas atas simpisis pubis hingga batas atas fundus. Alat ukur tersebut diletakkan
mengikuti kurve fundus.
Cara pengukuran lain yaitu dengan meletakkan alat ukur dibagian tengah abdomen dan
diukur mulai dari batas simphisis pubis hingga batas fundus tanpa mengikuti kurve atas
fundus.
Untuk mendapatkan ketepatan hasil pengukuran digunakan rumus McDonald’s
(McDonald’s rule):
− Usia kehamilan (hitungan bln) = Tinggi fundus uteri (cm) x 2/7 (atau +3.5)
− Usia kehamilan (hitungan mgg) = Tinggi fundus uteri (cm) x 8/7

Pengukuran tinggi fundus uteri ini dilakukan pada usia kehamilan memasuki trisemester
kedua dan ketiga.

Gambar 5. Mengukur Tinggi Fundus Uteri

MENGHITUNG DENYUT JANTUNG JANIN


Pergerakkan janin biasanya dirasakan oleh ibu di usia kehamilan 16 minggu
(multigravida) atau 20 minggu (primigravida).
Denyut jantung janin dapat terdengar melalui Doppler (12 minggu), fetoscope (18 – 20
minggu) atau ultrasound stetoscope (awal tri semester).
Pemeriksaan USG kehamilan dapat lebih tepat memperkirakan usia kehamilan dan

32
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

digunakan apabila tanggal menstruasi terakhir tidak dapat dipastikan atau jika ukuran
uterus tidak sesuai dengan kepastian tanggal menstruasi terakhir.
Lokasi untuk mendengar denyut jantung janin berada disekitar garis tengah fundus 2 –
3 cm diatas simpisis terus ke arah kuadran kiri bawah.
Hitung DJJ pada (5 detik pertama+5 detik ketiga+5 detik kelima) x 4 akan didapatkan
jumlah DJJ/menit. (Untuk DJJ yang regular).

Gambar 6. Menghitung Denyut Jantung Janin

Stetoskop monoaural (Laenec)

33
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Langkah Sistematis

Persiapan

Anamnesis

Pemeriksaan ANC

Manuver Leopold I
(Menentukan tinggi fundus dan bagian janin yang terdapat di
fundus)

Manuver Leopold II
(Menentukan posisi punggung janin)

Manuver III
(Menentukan bagian terbawah janin, dan apakah
bagian terbawah janin sudah masuk PAP atau belum)

Manuver IV
(Menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh
sudah masuk PAP)

34
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Menuliskan dalam rekam medis


IDENTITAS PASIEN (IBU)
1. Nama Ibu:
2. Agama:
3. Pendidikan:
4. Pekerjaan:
5. Gol. Darah:
6. Alamat:

IDENTITAS PENDAMPING(AYAH)
1. Nama Ayah :
2. Agama:
3. Pendidikan:
4. Pekerjaan:
5. Gol. Darah:
6. Alamat:

ANAMNESIS
- Keluhan utama
- Riwayat Penyakit Sekarang
- Riwayat Haid/Menstruasi
- Riwayat kehamilan yang sekarang
- Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya
- Riwayat imunisasi
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat Pribadi dan Sosial
-
PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan Umum
- Kesadaran
- Tinggi badan
- Berat badan
- Lingkar lengan atas (lila)
- Tanda-tanda Vital : tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan dan suhu

35
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

- Pemeriksaan fisik umum


- Pemeriksaan Leopold
1.Leopold I
TFU = …..cm
Teraba:……………… ……… ………… ……… ……… …… …… ……… ……… … …
2.Leopold II
Bagian Kanan Teraba : ………………………………………………………………………
Bagian Kiri Teraba :……………………………………………………………………………
3.Leopold III
Bagian Bawah Teraba :………………………………………………………………………
4.Leopold IV
Konvergen/ Divergen Perlimaan (Skala Penurunan Janin) = …/….

DJJ: (+/-), Frekuensi: ….x/ menit, Irama: Regular/ Iregular


Kontraksi: (+/-) Frekuensi: ….x/ menit, Durasi: ……. Detik, Kekuatan: …….
TBJ: ……….. Gram (TFU-12 x 155)

PEMERIKSAAN PENUNJANG (SESUAI INDIKASI)


DIAGNOSIS
GxPxAx, Usia kehamilan …-… minggu, janin tunggal/ganda, hidup/mati, presentasi
kepala/bokong, belum/sudah masuk PAP, sesuai masa kehamilan/kecil masa
kehamilan/besar masa kehamilan, + penyakit penyerta/penyulit, jika ada (Anemia,
diabetes gestasional, preeklampsia, dll)

36
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Referensi
1. Saifuddin AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.
2. Kemenkes RI. Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Kemenkes RI; 2010.
3. Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan Pedoman bagi tenaga Kesehatan. Edisi ke-1. Jakarta: Kemenkes RI;
2013.

LEMBAR KERJA
LANGKAH KLINIK Dilakukan
PEMERIKSAAN Ya Tidak
A. IDENTITAS PASIEN
B. ANAMNESIS
C. PERSETUJUAN
1. Jelaskan prosedur pemeriksaan ini kepada ibu.
2. Jelaskan tujuan atau hasil yang diharapkan dari pemeriksaan ini
3. Jelaskan bahwa pemeriksaan ini kadang-kadang menimbulkan
perasaan khawatir atau tidak enak tetapi tidak akan membahayakan
bayi yang ada dalam kandungan.
4. Bila ibu mengerti apa yang telah disampaikan, mintakan persetujuan
lisan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
D. PERSIAPAN
a. Ranjang obtetrik/periksa
b. Selimut/kain penutup
c. Stetoskop monoaural (Laenec)
d. Tensimeter
e. Stetoskop
f. Termometer
g. Pita ukur
h. Air hangat dan wadahnya
i. Handuk bersih dan kering
E. PEMERIKSAAN
1. Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan air hangat
kemudian keringkan kedua tangan dengan handuk
2. Beritahukan kepada ibu bahwa pemeriksa akan memulai proses
pemeriksaan
3. Pemeriksaan Keadaan Umum
4. Pemeriksaan Kesadaran
5. Pemeriksaan Tinggi Badan
6. Pemeriksaan Berat Badan
7. Pemeriksaan LiLA

37
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

8. Persilahkan ibu untuk berbaring


9. Sisihkan pakaian ibu hingga seluruh bagian perut ibu tampak jelas
kemudian minta ibu untuk meletakkan telapak kaki pada ranjang,
sehingga terjadi sedikit fleksi pada sendi paha (coxae) dan lutut
(genu) untuk mengurangi ketegangan dinding perut.
10. Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah disediakan.
11. Pemeriksa berada di sisi kanan ibu, menghadap bagian lateral
kanan.
12. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
13. Pemeriksaan Fisik Umum (sesuai keluhan)
Pemeriksaan Leopold
14. Leopold I
• Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk
menentukan tinggi fundus. Perhatiakan agar jari tersebut tidak
mendorong uterus ke bawah (jika diperlukan, fiksasi uterus
bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan kanan di
bagian lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi atas simfisis).
• Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus
bawah) kemudian atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke
bagian kepala ibu.
• Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri
dan rasakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan
jalan menekan secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri
dan kanan secara bergantian.
15. Leopold II
• Pemeriksa menghadap ke kepala pasien. Letakkan kedua tangan
pada kedua sisi abdomen. Pertahankan uterus dengan tangan
yang satu, dan palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi
punggung janin..
• Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk/
posisi tidak jelas, dan menonjol dan mungkin dapat bergerak aktif
atau pasif
16. Leopold III
• Letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen
pasien tepat diatas simphisis dan minta pasien untuk menarik
nafas dalam dan menghembuskannya.
• Pada saat pasien menghembuskan nafas, tekan jari tangan
kebawah secara perlahan dan dalam kesekitar bagian
presentasi. Catat kontur, ukuran dan konsistensinya
17. Leopold IV
• Pemeriksa berubah posisi menghadap ke kaki pasien
• Kedua telapak tangan ditempatkan di sisi kiri dan kanan bagian
terendah janin

38
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

• Tentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu


atas panggul, dan seberapa masuknya bagian bawah ke dalam
rongga panggul.
• Menentukan dengan kedua tangan kedua tangan apakah
divergen (sudah masuk PAP) atau konvergen (belum masuk
PAP).
18. DJJ: (+/-), Frekuensi: ….x/ menit, Irama: Regular/ Iregular

19. Kontraksi: (+/-) Frekuensi: ….x/ menit, Durasi: ……. Detik,


Kekuatan: …….
20. TBJ: ……….. Gram (TFU-12 x 155)

21. Memberitahukan ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai


22. Melakukan pemeriksaan penunjang
23. Menegakkan diagnosis
24. memberikan tatalaksana (farmakoterapi dan/non-farmakoterapi)
25. melakukan komunikasi dan edukasi

39
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

DISKUSI KASUS
ASUHAN PERSALINAN NORMAL DAN PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS

Tujuan pembelajaran:
Setelah mengikuti kegiatan keterampilan penalaran klinis ini, mahasiswa mampu
menggunakan penalaran klinik dalam :
1. Menanyakan identitas pasien dan suami
2. Penggalian riwayat penyakit pasien yang berhubungan dengan asuhan
persalinan normal (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat antenatal
care, riwayat obstetrik, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat ginekologi, riwayat menstruasi, riwayat penggunaan kontrasespi, riwayat
sosial ekonomi)
3. Menentukan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan masalah yang dialami pasien
(keadaan umum, kesadaran, tanda vital, tinggi badan, berat badan, IMT,
pemeriksaan fisik umum, status obstetrik meliputi pemeriksaan abdomen,
genitalia eksterna dan pemeriksaan genitalia interna (Vaginal toucher)
4. Mengusulan pemeriksaan penunjang yang diperlukan
5. Menentukan diagnosis kerja
6. Menentukan penatalaksanaan awal
7. Mengisi lembar observasi partograf
8. Melakukan pemeriksaan fisik neonatus

Instruksi Untuk Mahasiswa


1. Mahasiswa mempelajari teori yang terdapat pada buku panduan keterampilan
klinik dan sumber lain.
2. mahasiswa menyiapkan kertas untuk anamnesis dan minimal 2 lembar partograf
kosong.
3. Mahasiswa melakukan diskusi kasus dengan instruktur meliputi :
a. Menanyakan identitas pasien dan suami
b. Penggalian riwayat penyakit pasien yang berhubungan dengan asuhan
persalinan normal (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
antenatal care, riwayat obstetrik, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat ginekologi, riwayat menstruasi, riwayat penggunaan
kontrasespi, riwayat sosial ekonomi)

40
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

c. Menentukan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan masalah yang dialami


pasien (keadaan umum, kesadaran, tanda vital, tinggi badan, berat badan,
IMT, pemeriksaan fisik umum, status obstetrik meliputi pemeriksaan
abdomen, genitalia eksterna dan pemeriksaan genitalia interna (Vaginal
toucher)
d. Mengusulan pemeriksaan penunjang yang diperlukan
e. Menentukan diagnosis kerja
f. Menentukan penatalaksanaan awal
g. Mengisi lembar observasi partograf
h. Melakukan pemeriksaan fisik neonatus

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang harus dipersiapkan pada keterampilan klinis ini adalah alat tulis
untuk mencatat.

Lesson Plan

NO KEGIATAN WAKTU
1. - Mereview kegiatan pembelajaran yang akan berjalan 5 menit
2. - Mahasiswa melakukan diskusi kasus dengan instruktur
- Meminta mahasiswa untuk refleksi
85 menit
- Meminta mahasiswa lain untuk memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback
3. Penutup 10 menit

41
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

ASUHAN PERSALINAN NORMAL DAN MEMBUAT PARTOGRAF

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pelatihan keterampilan pemeriksaan fisik mahasiswa mampu
melakukan :
1. Mengetahui tugas penolong persalinan pada asuhan persalinan normal
2. Mengetahui langkah-langkah asuhan persalinan normal
3. Melakukan keterampilan klinis persalinan normal dengan baik
4. Melakukan intervensi terhadap jalannya proses persalinan yang
fisiologis/alamiah

Tugas Penolong Persalinan pada Asuhan Persalinan Normal


1. Memberikan dukungan pada ibu, suami dan keluarga selama proses persalinan,
saat melahirkan bayi dan pada masa sesudahnya
2. Melakukan pemantauan terhadap ibu dan janin dalam proses persalinan dan
setelah persalinan, menilai adanya factor resiko, melakukan deteksi dini
terhadap komplikasi persalinan yang mungkin muncul
3. Melakukan intervensi minor bila diperlukan seperti melakukan amniotomi,
episiotomy pada kasus gawat janin
4. Melakukan rujukan pada fasilitas yang lebih lengkap sesuai dengan masalah/
kasus yang dihadapi .

Pendahuluan
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
kedalam jalan lahir.Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar
melalui jalan lahir.Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin

42
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Proses persalinan dapat terjadi dengan adanya perubahan hormon


estrogen, progesteron, prostaglandin, uterus yang menjadi besar dan meregang,
tekanan pada ganglion cervicale dan penurunan fungsi plasenta. Selain hal tersebut,
persalinan juga dipengaruhi oleh 4 faktor P, yaitu:
a. Power
b. Passenger
c. Passage
d. Psyche (Psikologi)

Kala Persalinan:
1. Kala I (pembukaan)
Kala I merupakan tahap yang paling lama, rata–rata 8–12 jam untuk
primigravida atau 6 – 8 jam untuk multipara.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase yaitu:
1. Fase laten dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan
3 cm berlangsung dalam 7-8 jam
2. Fase aktif, berlangsung selama 6 jam fase ini dibagi menjadi 3 subfase:
a. Periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm
b. Periode dilatasi maksimal maksimal selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm
c. Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm atau lengkap
Fase-fase yang dikemukakan diatas dijumpai pada primigravida bedanya dengan
multigravida adalah:
a. Primigravida
1. Serviks mendatar (effacement) dulu baru dilatasi
2. Berlangsung 13-14 jam
b. Multigravida
1) Serviks mendatar dan membuka bisa bersamaan
2) Berlangsung 6-7 jam

43
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Saat Kala 1 fase aktif, tenaga kesehatan yang akan membantu persalinan ibu
mulai mengisi partograf. Adapun cara pengisian partograf akan dibahas di subbab
selanjutnya.
2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Dimulai ketika serviks sudah berdilatasi penuh dan berakhir dengan kelahiran
lengkap bayi. Normalnya kala 2 berlangsung <30 menit.
1. His terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali.
2. Kepala janin telah turun masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbukan rasa
mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau BAB dengan
tanda lubang anus terbuka.
3. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his.
4. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar
his, dan dengan his kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan
dengan suboksiput dibawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati
peritoneum
5. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota
bayi. Kala II pada primigravida 1 ½ - 2 jam pada multigravida ½ - 1 jam

Gambar 7. Pengeluaran kepala janin

44
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Keterangan: A. Kepala tampak dalam vulva.; B. Kepala dilahirkan lewat perineum; C.


Kepala sudah lahir seluruhnya; D. Putaran paksi luar

3. Kala III atau kala pelepasan dan pengeluaran plasenta (uri)


Periode sejak lahirnya bayi hingga 1 jam setelah lahirnya plasenta. Cepatnya
pelepasan dan metode pengeluaran placenta menentukan lama kala III.
4. Kala IV
Kala pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.

Tabel 1. Perbedaan Lamanya Persalinan Primigravida dan Multigravida

Primigravida Multigravida

Kala I 13 jam 7 jam

Kala II 1 jam ½ jam

Kala III ½ jam ¼ jam

Lama persalinan 14 ½ jam 7 ¾ jam

PARTOGRAF
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas
kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan, yang digunakan
selama fase aktif persalinan.
Menurut depkes RI (2004), tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai servikss melalui
pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan normal.
3. Melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.

45
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Kapan Partograf digunakan? Menurut depkes RI (2004) partograf harus digunakan :


1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I, persalinan sebagai elemen penting asuhan
persalinan. Partograf harus dilakukan, baik adanya penyulit maupun tidak.
2. Untuk membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan
membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan
penyulit.
3. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat ( rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll).
4. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu
selama pesalinan dan kelahiran ( dr. spesialis obstetric ginekologi, bidan, dokter
umum, residen dan mahasiswa kedokteran).

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :
✓ Denyut jantung janin: setiap ½ jam.
✓ Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam.
✓ Nadi: setiap ½ jam.
✓ Pembukaan serviks: setiap 4 jam.
✓ Penurunan: setiap 4 jam.
✓ Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam.
✓ Produksi urine, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam

46
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Partograf halaman Depan

Gambar 8. Partograf halaman depan

47
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Partograf halaman belakang

Gambar 9. Partograf halaman belakang

48
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Cara pengisian Partograf (halaman depan):


1. Informasi tentang ibu :
Berisi: nama, umur, GPA (gravida, para, abortus), nomor catatan medik/nomor
puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat/kedatangan (tertulis sebagai “jam”
pada partograf) , waktu pecahnya selaput ketuban.
2. Kondisi Janin :
a. Denyut Jantung Janin (DJJ)
Penilaian dan pencatatan DJJ dilakukan setiap 30 menit (lebih sering jika ada
tanda – tanda gawat janin).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal 180 dan
100. Penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160.
b. Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna
air ketuban bila sudah pecah. Catat temuan–temuan dalam kotak yang
sesuai di bawah lajur DJJ.
Gunakan – gunakan lambang berikut ini :
U : ketuban utuh (belum pecah)
J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : ketuban sudah pecah dan air ketuan bercampur darah
K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)
Bila terdapat mekonium, pantau DJJ, apakah ada tanda-tanda gawat janin
(DJJ<100 atau DJJ>180 kali permenit) atau tidak.
c. Penyusupan (molase) kepala janin.
Penyusupan merupakan indikator penting seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang
saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukan kemungkinan adanya
disproporsi tulang panggul ( CPD). Ketidakmampuan akomodasi terjadi jika
tulang kepala yang saling menyusup dan tidak dapat dipisahkan. Apabila
diduga adanya CPD, tetap pantau kondisi janin dan kemajuan persalinan.

49
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin.


Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan
lambang-lambang berikut ini :
0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi.
1 : tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : tulang –tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat
dipisahkan.
3 : tulang – tulang kepala janin tupang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
3. Kemajuan Persalinan : pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah atau
presentasi janin, garis waspada dan garis bertindak.
a. Pembukaan Serviks
Penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan setiap 4 jam ( lebih
sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase
aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan.
Tanda ’X ” harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya
pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan – temuan dari pemeriksaan
dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis
waspada. Hubungkan tanda ’X’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh
(tidak terputus).
b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Penilaian dan pencatatan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin
dilakukan bersamaan dengan pembukaan serviks (setiap 4 jam), karena
pada persalinan normal, kemajuan pembukaan umumnya diikuti dengan
turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Namun kadangkala,
turunnya bagian terbawah /presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan
serviks sebesar 7 cm.
Kata-kata ”turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5 tertera di sisi
yang sama dengan angka pembukaan serviks.

50
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Berikan tanda ” O ” pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika
kepala bisa di palpasi 4/5, tulis tanda ”O” di nomor 4, hubungkan tanda ” O ”
dari setiap pembukaan dengan garis tidak terputus.
c. Garis waspada dan Garis bertindak
Garis Waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada
titik pembukaaan lengkap dengan laju pembukaan 1 cm / jam (10 cm).
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai digaris waspada jika
pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada (pembukaan
< 1 cm/jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase
aktif yang memanjang, macet, dll ).
Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8
kotak atau 4 jalur kesisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah
kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus
dilakukan.Ibu harus tiba ditempat rujukan sebelum garis bertindak
terlampaui.
4. Jam dan Waktu : waktu mulai fase aktif persalinan, waktu aktual saat
pemeriksaan atau penilaian.
a. Waktu mulainya fase aktif persalinan.
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera
kotak- kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu
jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b. Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif.Tertera kotak-kotak
untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak
menyatakan 1 jam penuh dan berkaitan dengan 2 kotak waktu 30 menit
pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi dibawahnya. Saat ibu masuk
dalam fase aktif persalinan, catat pembukaan serviks di garis waspada
kemudian catat waktu aktual pemeriksaan ini dikotak waktu yang sesuai.
Contoh: jika pemeriksaan dalam menunjukan ibu mengalami pembukaan 6
cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda X digaris waspada yang sesuai

51
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu
yang sesuai pada kotak waktu dibawahnya ( kotak ketiga dari kiri )
5. Kontraksi uterus
Yang dinilai adalah frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit dan lama kontraksi
(dalam detik). Pada persalinan normal, makin persalinan berlangsung, his akan
makin lama, makin sering, dan semakin sakit.
1. Mengamati his.
Pengamatan his dilakukan setiap jam dalam fase laten, dan setiap setengah
jam dalam fase aktif. Yang harus diamati adalah :
• frekuensi : diukur jumlah his / 10 menit
• lama : dalam detik dari permulaan his terasa dengan palpasi perut sampai
hilang.
2. Mencatat his pada partograf :
Di bawah garis waktu, ada 5 kotak kosong melintang sepanjang partograf,
yang pada sisi kirinya tertulis “ his/10 menit”. Satu kotak menggambarkan satu
his.Kalau ada 2 his dalam 10 menit, ada 2 kotak yang diarsir. Ada 3 cara
mengarsir :
1. < 20 detik ( berupa titik-titik)
2. 20-40 detik (garis miring/arsiran)
3. > 40 detik ( dihitamkan penuh).
6. Obat-obatan dan cairan yang diberikan : oksitosin, obat-obatan lainnya dan
cairan IV yang diberikan.
• Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan intravena dan dalam
satuan tetesan per menit.
• Obat-obatan lain dan cairan intravena
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dqan atau cairan intravena
dalam kotak yang seuai dengan kolom waktunya.

52
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

7. Kondisi Ibu : nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, urin (volume, aseton
atau protein)
➢ Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu.Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit).Beri tanda titik pada
kolom yang sesuai (.)
➢ Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan
(lebih sering jika dianggap akan ada penyulit). Beri tanda panah pada
partograf pada kolom waktu yang sesuai.
➢ Nilai dan catat temperatur tubuh ibu ( lebih sering jira meningkat, atau
dianggap adanya infeksi ) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam
kotak yang sesuai.
➢ Volume urine, protein, aseton.
Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali
ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap ibu berkemih, lakukan
pemeriksaan adanya ketón atau proten dalam urine.
8. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya.
Berisi mengenai:
• Jumlah cairan peroral yang diberikan.
• Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur.
• Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgyn, bidan, dokter
umum)
• Persiapan sebelum melakukan rujukan.
• Upaya rujukan.

53
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Cara pengisian Partograf (halaman belakang):


Pengisian data di lembar belakang partograf baru dilengkapi setelah seluruh proses
persalinan selesai. Informasi pada halaman belakang partograf meliputi unsur-unsur :
data dasar, Kala I, kala II, Kala III, Kala IV, dan Bayi Baru lahir. Pada pencatatan Kala I
maupun II ditulis masing-masing lamanya kala persalinan.

54
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Contoh Penulisan Partograf pada Persalinan Lama

Gambar 10. Contoh Penulisan Partograf

55
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

PERTOLONGAN PERSALINAN
Seorang ibu dikatakan dalam persalinan (in partum) bila telah timbul His
(keinginnan untuk mengedan) yaitu kontraksi yang teratur, makin sering, makin lama,
dan makin kuat, mengeluarkan lendir bercampur darah (bloody show), serviks mulai
membuka atau mendatar, merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya, perineum menonjol, Vulva-vagina dan sfingter anal sudah
membuka. Bila ketuban telah pecah, ibu harus berbaring.
Sebelum melakukan pertolongan persalinan, Ibu harus diperiksa secara cermat
untuk mengetahui bahwa ia memang benar dalam persalinan dan dinilai adanya
kelainan (misalnya disproporsi sefalopelvik, gangguan his). Beberapa prosedur yang
harus dilakukan:
a. Gali riwayat kesehatan saat pemeriksaan terakhir.
b. Catat tanda vital, keadaan umum, dan segala kelainan fisik yang ditemukan pada
pasien
c. Lakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan.
d. Bila terdapat fasilitas, periksa protein dan glukosa urin.
e. Periksa abdomen, inspeksi adanya jaringan parut atau bekas trauma lama.
Palpasi dengan cara Leopold untuk menentukan presentasi janin, turunnya bagian
terbawah janin, dan posisi janin. Hitung frekuensi detak jantung janin (misalnya
dengan Laenec atau Doppler).
f. Perhatikan frekuensi, keteraturan, kekuatan, dan lama kontraksi uterus.
g. Jika ada pendarahan dari vagina atau keluarnya air ketuban, catat sifat dan
jumlahnya.
h. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai pembukaan dan penipisan seviks,
posisi bagian bawah janin.
Penatalaksanaan selanjutnya tergantung proses persalinan yang terjadi.
1. Memimpin persalinan kala I
a. Menilai kondisi ibu
1. Nilai keadaan umum dan kesadaran ibu
2. Nilai tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan.

56
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

3. Lakukan pemeriksaan tubuh secara sistematis dan per-organ.


b. Melakukan pemeriksaan luar
1. Lakukan pemeriksaan Leopold I-IV
2. Lakukan pemeriksaan bunyi jantung janin.
3. Tentukan kondisi janin: janin di dalam atau diluar rahim, jumlah janin, letak
janin, presentasi janin, menilai turunnya kepala janin, menaksir berat janin.
4. Tentukan his: lama kontraksi (detik), simetri, dominasi fundus, relaksasi
optimal, interval (menit), dan intensitas kontraksi.
c. Melakukan pemeriksaan dalam
1. Lakukan pemeriksaan vulva/vagina.
2. Lakukan pemeriksaan colok vagina.
3. Nilai kondisi janin (presentasi, turunnya presentasi sesuai bidang Hexigen,
posisi, molase, kaput suksedaneum, bagian kecil disamping presentasi,
dan anomaly congenital)
4. Nilai kondisi pangggul dalam (promontorium, konjugata diagonalis,
konjugata vera, linea inominata, tulang sakrum, dinding samping, spina
iskiadika, arkus pubis, coccigis, panggul patologi, kesimpulan panggul
dalam).
d. Nilai adanya tumor jalan lahir
e. Tentukan imbang fotopelvik
f. Tetapkan diagnosis in partu dan rencana persalinan.
g. Pantau kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin sesuai petunjuk partograf.
Hasil pemeriksaan dimasukkan ke lembar partograf. Bila kemajuan persalinan
normal, lanjutkan pemantauan hingga tercapai kala II, namun bila nilai
kemajuan persalinan tidak normal, tentukan tindakan yang perlu dilakukan
atau rujuk ibu ke sarana medis yang memadai.
h. Kosongkan kandungan kemih dan rectum.
i. Persiapkan pasien, alat dan penolong.

57
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

2. Memimpin persalinan kala II


a. Penolong mengenakan apron.
b. Cuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril/DTT.
c. Aseptik daerah vulva dan perineum.
d. Ibu dipimpin mengejan saat ibu terus-menerus ingin mengejan, perineum
teregang, anus terbuka, dan tampak bagian mukosa anus, kepala bayi mulai
crowning (kepala bayi tampak di vulva dengan diameter 3-4 cm).
e. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu
f. Lakukan episiotomi medialis/mediolateralis bila diperlukan. Episiotomi
dilakukan pada primipara atau multipara bila dinding introitus vagina kaku,
sebelumnya lakukan anestesi lokal infiltrasi di tempat episiotomi
menggunakan lidokain 1% 3-4 ml. Saat perineum sudah sangat tipis atau
diameter pembukaan vulva 4-5 cm bertepatan dengan his, lakukan episiotomi
dengan cara jari II dan III tangan kiri dirapatkan, dimasukkan antara kepala
janin dan dinding vagina menghadap ke penolong. Pagang gunting episiotomi
dengan tangan kanan, masukan secara terbuka dengan perlindungan jari II
dan III.
g. Saat his, ibu di minta menarik napas dalam dan menutup mulut rapat-rapat
dengan menempelkan dagu ke dada kemudian mengejan pada perut dengan
kekuatan penuh.
Lahirkan kepala bayi dengan cara menahan perineum, dengan cara Ibu jari
dan jari II-V tangan kanan yang ditutup/beralaskan kain duk steril/DTF dan
menekan ke arah cranial. Tangan kiri menahan defleksi maksimal kepala bayi
dengan suboksiput sebagai hipomoklion, berturut-turut akan lahir dahi, mata,
hidung, mulut, dan dagu. Bersihkan lendir di mulut dan hidung bayi. Biarkan
kepala bayi mengadakan putaran paksi luar.
Bila perlu, bantuan paksi luar dilakukan bila ada lilitan tali pusat pada leher
bayi, dengan cara:
- Tali pusat kendor : longgarkan dan bebaskan tali pusat dengan bantuan
jari penolong.

58
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

- Tali pusat ketat : jepit tali pusat dengan klem di dua tempat dan tali pusat
di potong di antara 2 klem tersebut dengan gunting tali pusat.
h. Lahirkan bahu bayi dengan cara tetap memegang kepala bayi secara
biparietal dan menarik ke belakang untuk melahirkan bahu depan dahulu,
kemudian ke arah atas untuk melahirkan bahu belakang.
i. Lahirkan badan dan tungkai bayi dengan cara tetap memegang kepala bayi
secara biparietal, melakukan tarikan searah lengkung panggul sampai lahir
seluruh badan bayi. Bila terasa berat dapat di bantu dengan dorongan ringan
pada fundus uteri oleh asisten atau dengan cara mengait ketiak bayi dan
menariknya secara perlahan.
j. Letakkan bayi pada kain duk steril di atas perut ibu.
k. Lakukan resusitasi bayi baru lahir bila diperlukan dan tentukan nilai APGAR.
l. Sesegera mungkin lakukan pembersihan mulut/jalan napas.
m. Jepit tali pusat dengan klem kocher I berjarak 5 cm dari perut bayi, tali pusat
dikosongkan dari darah dengan diurut ke arah plasenta, kemudian dijepit
dengan klem kocher II, jarak 1-2 cm dari klem kocher I ke arah plasenta. Tali
pusat digunting di antara 2 klem kohler, kemudian ikat tali pusat dengan
benang/klem tali pusat. Tali pusat dibalut dengan kasa steril yang dibasahi
antiseptik ringan.
n. Palpasi abdomen untuk memastikan apakah bayi tunggal/tidak.
o. Berikan suntikan oksitosin 10 unit IM/IV di sisi lateral paha ibu.
p. Lakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini)

3. Memimpin persalinan kala III


1. Sebelum memimpin persalinan kala III, lakukan palpasi kontraksi uterus. Nilai
apakah kontraksi uterus baik atau tidak.
2. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
3. Lakukan tekanan dorso kranial pada abdomen.
4. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat ke arah bawah dan ke atas sampai plasenta lahir lengkap.

59
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

5. Periksa kelengkapan selaput dan ukuran plasenta.


6. Periksa lagi ke dalam uterus apakah masih ada pendarahan atau jaringan
yang tertinggal periksa juga kontraksi uterus. Bila kontraksi baik, akan terlihat
fundus uteri setinggi pusat dan keras seperti batu.
7. Lakukan masase uterus.

Cara mengetahui lepasnya plasenta:


1. Perasat Kustner. Tangan kanan menegangkan tali pusat; tangan kiri
menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat tidak masuk lagi kedalam
vagina berarti plasenta telah lepas.
2. Perasat Strassman, tangan kanan mengangkat tali pusat; tangan kiri
mengetok fundus uterus. Bila berasa getaran pada tangan kanan, berate
plasenta belum lepas.
3. Perasat Klein, ibu di minta mengejan, tali pusat akan turun. Bila berhenti
mengedan dan tali pusat masuk lagi, berarti plasenta belumlepas dari dinding
uterus.

Pentingnya mengetahui apakah plasenta telah lepas atau belum ialah untuk
melahirkan plasenta dengan meminimalisir terjadinya komplikasi. Bila plasenta
dipaksa untuk dilahirkan saat belum terlepas dari dinding uterus, akan
menimbulkan perdarahan (retensio plasenta, sisa plasenta).

4. Memimpin persalinan kala IV


Sebelum meninggalkan wanita postpartum, harus diperhatikan beberapa
hal yaitu kontraksi uterus harus baik, tidak ada perdarahan dari vagina atau alat-
alat genital lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
kandung kemih harus kosong, luka-luka perineum terawat dengan baik (menjahit
perineum bila terdapat laserasi dengan perdarahan aktif) dan tidak ada
hematoma, bayi dan ibu dalam keadaan baik (dengan memeriksa tanda-tanda

60
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

vital). Keadaan ini harus sudah dicapai dalam waktu 1 jam setelah plasenta lahir
lengkap.

Gambar 11. Presentasi bayi

Gambar 12. Gerakan defleksi kepala janin dan putaran paksi luar

61
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Gambar 13. Melahirkan bahu depan dan bahu belakang

REFERENSI
1. Asosiasi Unit Pelatihan Klinik Organisasi Profesi. Buku Acuan Asuhan Persalinan
Normal Asuhan Esensial bagi Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir serta
Penatalaksanaan Komplikasi Segera Pascapersalinan dan Nifas. Jakarta: JNPK-
KR; 2014.
2. Waspodo D. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini.
Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik; 2007.

62
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

LANGKAH KERJA

PENUNTUN BELAJAR PERSALINAN NORMAL

DILAKUKAN
LANGKAH / TUGAS
YA TIDAK
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua :
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya
c. Perineum menonjol
d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan, yaitu :
• Partus set :
♠ 2 klem kelly atau kocher
♠ Gunting tali pusat
♠ Benang tali pusat
♠ Kocher
♠ Sarung tangan steril
♠ Kateter nelaton/folley
♠ Gunting episiotomi
♠ Kassa secukupnya
• Kapas steril
• Spuit 3 ml
• 1 ampul oksitosin 10 U
• Kapas alkohol
• DeLee
• 2 kain bersih
• 2 handuk
• Celemek plastik
• Perlengkapan perlindungan pribadi : masker, kaca mata,
alas kaki tertutup
• Perlak
• Stetoskop Laenec
• Tensimeter
• Larutan klorin 0,5 % dalam tempatnya

63
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

• Air dalam wadah


• 3 buah tempat sampah : basah, kering, tempat benda tajam
• Kantung plastik
• Kain ibu
• Pembalut
• Gurita
• Waslap
3. Mematahkan ampul oksitosin 10 U, dan menempatkan tabung
suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
4. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih
5. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku. Mencuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
mengeringkan tangan dengan haduk satu kali pakai / pribadi yang
bersih.
6. Memakai sarung tangan steril
7. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan steril) dan meletakkannya kembali di
partus set/ wadah steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP & KEADAAN JANIN BAIK
8. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa
yang sudah dibasahi air steril. Jika mulut vagina, perineum atau
anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan
seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.
Membuang kapas atau kassa yang terkontaminasi dalam wadah
yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam
larutan dekontaminai, langkah # 10)
9. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan sudah lengkap
 Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan
sudah lengkap, lakukan amniotomi.
10. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik
serta merendamnya di larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
11. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus
berakhir untuk memastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160
x/mnt)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan

64
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf

IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES PIMPINAN


MENERAN
12. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan
keinginannya.
 Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan.
 Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka
dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu
mulai meneran.
13. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ibu merasa nyaman)
14. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
kuat untuk meneran :
• Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran
• Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran
• Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(tidak meminta ibu berbaring terlentang)
• Menganjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi
• Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu
• Menganjurkan asupan cairan per oral
• Menilai denyut jantung janin setiap lima menit
• Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk
segera
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
• Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60
menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak
kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi
• Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera

65
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan
bayi.
 Sediakan tempat untuk mengantisipasi terjadinya komplikasi
persalinan (asfiksia), sebelah bawah kaki ibu tempat yang datar
alas keras. Beralaskan 2 kain dan 1 handuk. Dengan lampu
sorot 60 watt (jarak 60 cm dari tubuh bayi)
16. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong
ibu
17. Membuka partus set
18. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan
VII. MENOLONG KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan
tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut
dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala
keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-
lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir
 Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut
dan hidung bayi setelah kepala lahir menggunakan penghisap
lendir DeLee steril atau bola karet penghisap yang baru dan
bersih
20. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kassa yang bersih
21. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi:
 Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
 Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di
dua tempat, dan memotongnya.
22. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan
Lahirnya Bahu
23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke
arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan
ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior

66
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Lahirnya Badan dan Tungkai


24. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala
bayi yang berda di bagian bawah ke arah perineum tangan,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterio (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya
lahir.
25. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di
atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua
mata kaki bayi dan dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
VII. PENANGAN BAYI BARU LAHIR
26. Menilai bayi dengan cepat (jika dalam penilaian terdapat jawaban
tidak dari 5 pertanyaan, maka lakukan langkah awal), kemudian
meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah
dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di
tempat yang memungkinkan)
27. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian tali pusat
28. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu
dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu)
29. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting, dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut
30. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, mengambil tindakan yang
sesuai.
31. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III
Oksitosin
32. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
33. Memberi tahu ibu bahwa ia akan disuntik
34. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dulu.

67
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Penegangan Tali Pusat Terkendali


35. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva
36. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat
dan klem dengan tangan yang lain.
37. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
perengangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus
dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso-
kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya
inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,
menghentikan peragangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.
 Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang
anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu
Mengeluarkan Plasenta
38. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke atas, mengikuti
kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada
uterus.
• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva
• Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan peregangan tali
pusat selama 15 menit :
➢ Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
➢ Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih
dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu
➢ Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
➢ Mengulangi peregangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya
➢ Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi
39. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut dan perlahan melahirkan
selaput ketuban tersebut.
• Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu
dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau
forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepasakan
selaput yang tertinggal

68
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Rangsangan Taktil (Pemijatan) Uterus


40. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus, meletakkan telapak tangan kanan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras ).
IX. MENILAI PERDARAHAN
41. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput
ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
• Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase
selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai
42. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif

69
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mengikuti latihan keterampilan pemeriksaan fisik mahasiswa mampu :
1. Mengetahui prinsip pemeriksaan bayi baru lahir
2. Melakukan pemeriksaan Fisik Neonatus di kamar bersalin dan di ruang gawat
3. Melakukan refleks rooting, sucking, moro, grasp, dan plantar

Keterampilan klinik ini bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi


adanya penyimpangan pada bayi baru lahir/neonates. Selain itu, untuk mengetahui
seberapa baik bayi mampu melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus
dan bantuan apa yang diperlukan. Pemeriksaan neontatus/ Bayi Baru Lahir (BBL)
sebaiknya dimulai dengan melihat riwayat kehamilan dan persalinan, sehingga mampu
mendeteksi/ menentukan kondisi bayi yang akan dilahirkan.
Pemeriksaan fisik BBL dilakukan minimal 3x yaitu: pada saat lahir; dalam 24 jam
pertama; pada waktu pulang.
Pemeriksaan yang pertama pada BBL harus dilakukan di kamar bersalin.
Tujuannya adalah:
1. Menilai gangguan adaptasi BBL yang memerlukan resusitasi
2. Menentukan kelainan yang perlu tindakan segera (atresia ani, atresia esofagus),
trauma lahir
3. Menentukan apakah BBL dapat rawat gabung atau ruang perawatan khusus atau
segera operasi
Pemeriksaan kedua dilakukan di ruang perawatan dan dilakukan di depan ibu, yang
bertujuan agar kelainan yang luput dari pemeriksaan pertama dapat ditemukan.
Pemeriksaan yang ketiga adalah sebelum bayi dipulangkan. Hal ini ditujukan untuk
menilai kelainan BBL yang masih ada, misal: ikterus, cephalhematom, aspirasi
pneumonia, atau infeksi nosokomial.

70
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir


a. Persiapan : lingkungan hangat, bayi hangat, cahaya cukup
b. Melibatkan ibu dan keluarga
c. Bidan harus waspada terhadap tanda abnormal
d. Menyeluruh dan sistematis
e. Dilakukan dengan lembut
f. Head to toe
g. Perhatikan kesimetrisan kanan dan kiri
h. Sebelum pakaian bayi dibuka periksa daerah kepala dan refleks
i. Periksa tanda-tanda vital di awal sebelum bayi menangis
j. Pemeriksaan panggul dilakukan akhir karena kurang nyaman

A. PEMERIKSAAN DI KAMAR BERSALIN


1. Menilai adaptasi
a. Penilaian Awal
Begitu bayi lahir, langsung dikaji dengan cepat 3 hal dari Skor APGAR
WARNA KULIT: Apakah warna kulit bayi merah muda? Atau pucat/biru?
TONUS OTOT: Apakah bayi aktif atau lemas?
USAHA NAFAS: Apakah bayi menangis kuat? Atau merintih, lemah?
Jika penilaian awal didapatkan hasil buruk (kulit biru, bayi lemas, tidak menangis)
maka
SEGERA dilakukan tindakan resusitasi
b. Penilaian APGAR Score
Dilakukan pada 1 menit, 5 menit dan 10 menit setelah lahir.

Tabel 2. APGAR Score

0 1 2
Appearance Seluruh badan biru Ekstremitas biru Seluruh tubuh
(Warna kulit) merah muda
Pulse Tidak ada <100x/mnt >100x/mnt
(Denyut jantung)

71
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Grimace Tidak merespon Merintih/ menangis Menangis kuat


(Refleks) stimulasi lemah

Activity Tonus Otot Lemah/Tidak ada Sedikit gerakan


Aktif
Respiration Tidak ada Lemah, tidak Menangis kuat,
(Pernafasan/Usaha teratur pernafasan
Nafas) teratur

Keterangan: APGAR Score TIDAK digunakan untuk mendiagnosa asfiksia atau


memulai resusitasi. Pengukuran pada menit pertama, kelima dan kesepuluh hanya
dicantumkan sebagai penilaian keberhasilan resusitasi dan ada peningkatan Skor
APGAR. Diagnosis asfiksia dibuat dari penilaian 3 hal (di poin a)

2. Mencari kelainan kongenital


a. Anamnesis ibu mengenai riwayat kehamilan: konsumsi obat, infeksi virus,
penyakit ibu, kelainan bawaan
b. Memeriksa jumlah cairan ketuban
1) Hidramnion (>2000ml), berkaitan dengan obstruksi (penyumbatan) usus; ibu
DM, Preeklamsia (PE)
2) Oligohidramnion (<500 ml), berkaitan dengan kelainan ginjal
c. Memeriksa tali pusat : segar atau tidak, ada simpul atau tidak, jumlah arteri dan
vena
d. Memeriksa plasenta: pengapuran, nekrosis/infark, bentuk dan ukuran berkaitan
dengan fungsi plasenta, kecukupan gizi dan O2 bayi
e. Berat lahir dan kehamilan
Bayi kurang bulan dan Intra Uterine Growth Restriction/Retardation (IUGR)
memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kelainan kongenital
f. Memeriksa mulut: utuh atau ada labio-palatoschizis
g. Memeriksa kesimetrisan wajah saat menangis. Hal ini menunjukkan ada atau
tidaknya paralisis nervus fasialis (cacat saraf wajah)
h. Melihat adakah defek tabung saraf (meningokel, omfalokel, meningokel, spina
bifida)
i. Melihat jenis kelamin

72
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

B. PEMERIKSAAN DI RUANG RAWAT


1. Pemeriksaan Umum
a. Tonus otot
b. Keaktifan
Dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan lengan. Pada BBL cukup
bulan yang sehat, ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai
serta lengan aktif dan simetris
c. Tangisan bayi
Tangisan melengking ditemukan pada kelainan neurologis, sedangkan tangisan
lemah dan merintih ditemukan pada kesulitan bernafas
2. Tanda-tanda Vital
HR, RR, Suhu (normalnya 36,5-37,5°C). Beberapa metode pengukuran suhu:
a. Aksiler
Tempat pengukuran paling tepat. Pada Hipotermi, hasil lebih tinggi daripada
rektal karena tertimbunnya brown fat di daerah ketiak
b. Rektal
Digunakan pada pemeriksaan fisik sekaligus memastikan anus ada atau jika
temperatur aksiler tidak normal. Lebih traumatik dibanding aksiler.
c. Timpani (telinga)
Dipengaruhi suhu lingkungan sehingga kurang akurat.
d. Kulit
Perabaan kulit diperlukan untuk pengukuran cepat. Dilakukan di bagian dahi,
punggung atau leher
e. Pita Pengukur
Metode non-invasif, aman dan bisa dilakukan dengan mudah
3. Ukuran Antropometri
Adalah ukuran fisik yang dapat diukur dengan alat pengukur seperti timbangan atau
pita pengukur, terdiri dari:
a. Berat Badan
a. Kain alas atau pelindung diletakkan

73
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

b. Skala penimbangan diatur ke titik nol sebelum penimbangan.


c. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi
d. BBL normal berat lahirnnya 2500-4000 gram
b. Panjang Badan
a. Bayi diletakkan di tempat yang datar
b. Panjang badan diukur dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi
diluruskan
c. Bayi aterm panjang kepala ke tumit rata-rata 45 – 53 cm
c. Lingkar Kepala
a. Lingkar kepala bayi aterm 34- 39 cm.
b. Lingkar kepala diukur dari oksiput mngelilingi kepala, tepat di atas alis
c. Pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menaksir pertumbuhan otak.
d. Lingkar Dada
o Ukuran normal 31-35 cm, pengukurnnya dilakukan saat bernafas biasa
pada tulang
o xipoideus, ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke
dada melalui kedua puting susu
o Ukuran lingkar dada biasanya 2 cm kurang dr lingkar kepala/ kadang
sama namun tidak melebihi lingkar kepala.
e. Lingkar Lengan Atas
− Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak
dan otot.
− Berguna untuk menilai keadaan gizi.
− Ukuran normal LiLA saat lahir kira-kira 11 cm
4. Kulit
a. Warna
✓ Normalnya BBL berwarna merah muda
✓ BBL yg kulitnya berwarna merah sekali menunjukkan kerapuhan system
vasomotor
✓ Akrosianosis (kebiruan pada ekstremitas) menunjukkan bayi kedinginan

74
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

✓ Sianosis (kebiruan) menunjukkan bayi kekurangan O2


✓ Kulit seperti marmer (cutis marmorata) menunjukkan penyakit berat
✓ Pewarnaan mekonium (mekonium staining) pada verniks caseosa, kulit,
kuku, dan tali pusat ditemukan pada bayi dengan riwayat fetal distress
✓ Ikterus (warna kuning) paling mudah dilihat di daerah dahi
b. Rash, lesi, bintik-bintik ada atau tidak.
Jika ada seperti apa warna, bentuknya, ada cairan atau tidak
c. Vernix caseosa, lanugo ada atau tidak
Vernix Caseosa: subtansi putih yg berlemak yg disekresi oleh kelenjar sebasea
dan sel
epitel yang melapisi tubuh BBL. Ini akan menghilang sendiri beberapa hari
setelah lahir,
berfungsi untuk menjaga suhu bayi. Dapat dibersihkan dengan kapas dan
minyak kelapa
yg steril.
Lanugo: rambut halus yang melapisi permukaan tubuh, sering pada kulit kepala,
dahi dan
muka.
d. Kelembaban, turgor kulit baik atau tidak
Kulit bayi prematur tipis, halus dan berwarna merah. Kulit bayi lebih bulan
tampak seperti
kertas perkamen dan mengelupas
e. Tanda lahir ada atau tidak. Jika ada di mana letaknya, bentuk, warna seperti
apa.
5. Kepala
a. Sutura ada molase atau tidak
b. Fontanela anterior dan posterior (bentuk, ukuran, rata, cekung atau
mencembung)
c. Tulang2 tengkorak ada fraktur atau tidak
d. Simetris atau tidak, adakah molding

75
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

e. Kaput suksedaneum, cephal hematoma ada atau tidak

Tabel 3. Perbedaan Chepal hematome dan Caput Succedaneum


Cephal Hematom Caput Suksedaneum
Lunak, berisi cairan, bengkak di Edema jaringan lunak lokal,
salah satu sisi kepala melewati sutura
Muncul beberapa jam setelah lahir Muncul segera stlh lahir
Membesar dalam 2-3 hari Tidak membesar
Menghilang 2-6 bulan Hilang beberapa hari
Berbatas tegas Tidak berbatas tegas
Disebabkan perdarahan Disebabkan adanya cairan akibat
subperiosteal pembengkakan jaringan lunak
Komplikasi: ikterik, fraktur tulang kepala, Jarang ada komplikasi
perdarahan intrakranial, syok

6. Wajah
a. Adakah kelainan khas misal: Sindrom Down atau bayi Mongol
b. Apakah wajah simetris atau tidak
7. Mata
a. Sklera tampak tanda perdarahan atau tidak, ada sekret atau tidak, ukuran dan
reaktivitas pupil baik atau tidak, arah pandangan, jarak dan bentuk mata, gerak
bola mata simetris atau tidak.
b. Jarak antara kantus medial mata tidak boleh lebih dari 2.5 cm
c. BBL kadang menunjukkan gerak mata berputar dan tidak teratur (strabismus)
8. Telinga
a. Posisi dan hubungan dengan mata dan kepala
Jika ditarik garis horisontal melewati mata, seharusnya melewati sedikit bagian
atas telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi
yang mengalami sindrom tertentu (Pierre-robin). Kemiringan telinga terhadap
garis vertikal maksimal 10°.
b. Adakah daun telinga, posisi lubang, bentuk lekukan bagaimana, tulang rawan
terbentuk atau tidak. Bayi prematur biasanya tulang rawan belum terbentuk.
9. Hidung

76
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

a. Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, adakah milia (bintik keputihan yg
khas terlihat di hidung, dahi dan pipi yg menyumbat kelenjar sebasea yg belum
berfungsi), adakah pernafasan cuping atau tidak
b. Adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah, hal ini kemungkinan
adanya sifilis kongenital.
c. Adanya pernapasan cuping hidung (gangguan pernapasan)
10. Mulut
a. Bentuk bibir, lihat dan raba langit2 keras (palatum durum) dan lunak (palatum
molle), tenggorokan, bentuk dan ukuran lidah, lesi, sekret.
b. Daerah bibir dan palatum diraba apakah utuh atau tidak. Ketidaksimetrisan bibir
menunjukkan adanya palsi wajah. Salivasi tidak tdp pd bayi normal, karena
grandula saliva belum matur. Bila terdapat sekret yang berlebihan mungkin ada
kelainan di esofagus.
11. Leher
Massa, pembesaran kelenjar ada atau tidak, pergerakan leher apakah ada
hambatan, kesan nyeri saat bayi menggerakkan kepala.
12. Dada
a. Kesimetrisan saat tarikan nafas, adakah rintihan, adakah retraksi. Rintihan dan
retraksi dada tidak normal, menunjukkan gangguan nafas
b. Payudara tampak membesar atau tidak, adakah sekresi seperti susu. BBL
payudara kadang membesar dan tampak sekresi susu akibat pengaruh hormon
estrogen maternal.
c. Tulang klavikula.
Ada fraktur atau tidak, dilihat dari gerakan ekstremitas
13. Abdomen
Raba hepar, limpa, ginjal, adakah distensi, massa, hernia, perdarahan tali pusat,
jumlah arteri dan vena umbilikalis. Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat
hernia diafragmatika. Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-
splenomegali atau tumor lainnya. Jika bayi menangis dan muncul benjolan di perut,
menunjukkan hernia di dinding abdomen.

77
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

14. Genitalia dan Rektum


a. Lubang anus ada atau tidak
b. Meconium dan urin sudah keluar atau belum
c. Testis sudah turun ke skrotum atau belum, jumlah skrotum 2, lubang kencing
ada atau tidak, letaknya di mana, hidrokel ada atau tidak;
d. Labia mayora menutupi labia minora, lubang vagina, adakah sekcret atau bercak
darah. Pada bayi wanita, terkadang tampak adanya sekret atau bercak darah
dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu.
15. Ekstremitas atas
Kesimetrisan, bentuk dan ukuran, jumlah jari, ada selaput atau tidak, tampak garis
telapak tangan atau tidak
16. Ekstremitas bawah
Dislokasi kongenital, kesimetrisan, bentuk, ukuran, jumlah jari, ada selaput atau
tidak, tampak garis telapak kaki atau tidak. Tes Ortolani dan Barlow positif atau
negatif.

Gambar 14. Tes Ortolani dan Barlow

78
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

17. Punggung
Bentuk, adakah tonjolan di kulit, adakah celah, adakah rambut abnormal
18. Pemeriksaan Sistem Saraf (Refleks Primitif)
1. Refleks rooting.
a. Refleks ini karena stimulasi taktil pada pipi dan daerah mulut, bayi akan
memutar kepala seakan-akan mencari putting susu.
b. Pola perkembangan :menghilang di usia 3 – 7 bulan
c. Bila tak ada respons: Bayi kurang bulan (prematur) atau kemungkinan
adanya kelainan sensorik
2. Reflek sucking
a. Refleks menghisap bila ada objek disentuhkan / dimasukkan ke mulut
b. Pola perkembangan menghilang di usia 3 – 7 bln
c. Bila tidak ada respon : kelainan saluran pernapasan dan kelainan pada
mulut termasuk langit-langit mulut
3. Refleks Moro/Startle.
a. Refleks di mana bayi akan mengembangkan tangan & jari lebar-lebar, lalu
mengembalikan dengan yang cepat seakan – akan memeluk jika tiba-tiba
dikejutkan oleh suara atau gerakan
b. Pola perkembangan:hilang di usia 3 – 4 bulan
c. Bila tidak ada respons, menunjukkan : fraktur atau cedera pada bagian
tubuh tertentu
4. Refleks menggenggam (Grasp)
a. Refleks yang timbul bila ibu jari diletakkan pd telapak tangan bayi, maka
bayi akan menutup telapak tangannya.
b. Menghilang di usia 3-4 bulan
c. Bila tak ada respons:menunjukkan kelainan pada saraf otak.
5. Reflek Plantar
a. Refleks yang timbul bila telapak kaki disentuh, maka bayi akan menutup
telapak kakinya.
b. Menghilang di usia 8 bulan

79
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Lesson Plan Pertemuan I


No. KEGIATAN WAKTU
- Instruktur memperkenalkan diri
1 5 menit
- Mengenal nama mahasiswa
- Menjelaskan tujuan latihan
2 - Menilai persiapan mahasiswa mengenai 5 menit
topik keterampilan yang akan dipelajari
- Meminta salah seorang mahasiswa untuk
mencoba melakukan pemeriksaan APN
dan Pemeriksaan Neonatus
3 - Meminta mahasiswa untuk refleksi 15 menit
- Meminta mahasiswa lain untuk
memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback
- Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk mencoba secara
bergantian kemudian memberikan
4 feedback 70 menit
- Instruktur mengobservasi dan
memberikan feedback pada masing-
masing mahasiswa
Penutup
5 Diskusi, penugasan, rencana untuk 5 menit
pertemuan II

Lesson Plan Pertemuan II


No. KEGIATAN WAKTU
1 - Mereview kegiatan pembelajaran pada pertemuan I 5 menit
- Meminta salah seorang mahasiswa untuk mencoba
menjadi dokter dengan kasus yang sudah disiapkan
2 - Meminta mahasiswa untuk refleksi 15 menit
- Meminta mahasiswa lain untuk memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa secara
bergantian untuk berlatih kemudian saling memberikan
3 75 menit
feedback
- Instruktur mengobservasi dan memberikan feedback
4 Penutup 5 menit

80
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

INTEGRATED PATIENT MANAGEMENT (IPM)


RESUSITASI NEONATUS

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti latihan keterampilan IPM, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menggali riwayat penyakit pada pasien terkait kasus.
2. Melakukan pemeriksaan fisik awal yang terkait pada kasus.
3. Melakukan tatalaksana yang terkait pada kasus.

Instruksi Untuk Mahasiswa


1. Mahasiswa mempelajari teori yang terdapat pada buku panduan keterampilan klinik
dan sumber lain.
2. Tahapan pelaksanaan IPM secara daring meliputi :
a. Mahasiswa penggalian riwayat terkait keluhan penyakit
b. Mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik awal pada manekin/boneka yang ada di
rumah.
c. Mahasiswa menanyakan hasil pemeriksaan fisik pada instruktur
d. mahasiswa mempersiapkan alat dan bahan
e. Mahasiswa melakukan tahapan tatalaksana yang terkait pada kasus.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang harus dipersiapkan pada keterampilan klinis ini adalah:
d. manekin/boneka yang memiliki anggota tubuh seperti manusia (ada kepala,
thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah).
e. Alat dan bahan untuk pemeriksaan fisik umum meliputi tensimeter, stetoskop,
termometer, pita ukur, Selimut/kain penutup,
f. Alat dan bahan untuk resusitasi neonatus meliputi ambubag bayi (cara pembuatan :
https://drive.google.com/file/d/1v_u6drMD2PvRmlL8dmuqElG3hpw8l7JI/view?usp=
sharing )
g. Alat tulis untuk mencatat

81
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Pelaksanaan Pembelajaran online

Posisikan boneka/manekin atau alat di tempat/lokasi yang datar (seperti meja/tempat


tidur) dan dapat terlihat oleh kamera seperti tampak pada gambar dibawah ini.

Keterangan : A. Pasien simulasi, B. Alat

LESSON PLAN

NO KEGIATAN WAKTU
1 - Instruktur memperkenalkan diri
- Mengenal nama mahasiswa
- Menjelaskan tujuan latihan 5 menit
- Menilai persiapan mahasiswa mengenai topik
keterampilan yang akan dipelajari
2 - Meminta salah seorang mahasiswa untuk mencoba
melakukan Integrated Patient Management secara 15 menit
daring
3 - Meminta mahasiswa untuk refleksi
- Meminta mahasiswa lain untuk memberikan feedback 5 menit
- Instruktur memberikan feedback
- Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mencoba secara bergantian kemudian memberikan
4 feedback 70 menit
- Instruktur mengobservasi dan memberikan feedback
pada masing-masing mahasiswa

5 Penutup 5 menit

82
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

RESUSITASI PADA NEONATUS

Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu melakukan prosedur resusitasi pada bayi baru lahir

A. Landasan Teori
Bayi baru lahir memerlukan adaptasi untuk dapat bertahan hidup di luar rahim,
terutama pada menit-menit pertama kehidupannya. Bila di dalam rahim kebutuhan
nutrisi dan terutama oksigen dipenuhi seluruhnya oleh ibu melalui sirkulasi
uteroplasenter, saat lahir dan tali pusat dipotong, bayi baru lahir harus segera
melakukan adaptasi terhadap keadaan ini yaitu harus mendapatkan atau memproduksi
oksigennya sendiri.
Sebagian besar (80%) bayi baru lahir dapat bernafas spontan, sisanya mengalami
kegagalan bernafas karena berbagai sebab. Keadaan inilah yang disebut asfiksia
neonatorum. Pertolongan untuk bayi ini disebut resusitasi. Tujuan dari resusitasi ialah
memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup
untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat vital lainnya. Asfiksia sendiri
didefinisikan sebagai gagal nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat sesudah lahir.
Kata asfiksia juga dapat memberi gambaran atau arti kejadian di dalam tubuh bayi
berupa hipoksia progresif, penimbunan CO2 (hiperkarbia) dan asidosis. Penyebab
asfiksia neonatorum dapat digolongkan ke dalam 3 faktor: faktor ibu, faktor janin, dan
faktor plasenta.
Apapun penyebab yang melatarbelakangi asfiksia, segera setelah penjepitan tali
pusat menghentikan penyaluran oksigen dari plasenta, bayi akan mengalami depresi
dan tidak mampu untuk memulai pernafasan spontan yang memadai dan akan
mengalami hipoksia yang berat dan secara progresif akan menjadi asfiksia. Bila bayi
mengalami keadaan ini untuk pertama kalinya (apneu primer/gasping primer), berarti ia
mengalami kekurangan oksigen, maka akan terjadi pernafasan cepat dalam periode
yang singkat. Bila segera diberikan pertolongan dengan pemberian oksigen, biasanya

83
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

dapat segera merangsang pernafasan spontan. Bila tidak diberi pertolongan yang
adekuat, maka bayi akan mengalami gasping sekunder/apneu sekunder dengan tanda
dan gejala yang lebih berat. Pertolongan dengan resusitasi aktif dengan pemberian
oksigen dan nafas buatan harus segera dimulai. Dalam penanganan asfiksia
neonatorum, setiap apneu yang dilihat pertama kali harus dianggap sebagai apneu
sekunder. Perubahan biokimiawi yang terjadi dalam tubuh bayi asfiksia, dengan
penilaian analisa gas darah akan didapatkan hasil pada saat kejadian akan terjadi
metabolisme aerob, hipoksia (paO2 < 50 mmHg), hiperkarbia (paCO2 > 55 mmHg) dan
asidosis (PH <7,2). Bila tidak segera dilakukan resusitasi akan berlanjut menjadi
metabolisme anaerob dengan hasil akhir terbentuk dan tertimbunnya asam laktat dalam
darah dan jaringan tubuh bayi yang akan berakibat kerusakan sel dan jaringan yang
berujung pada kegagalan fungsi organ dan kematian. Diagnosis asfiksia dapat
ditegakkan melalui :
1. Dengan mengamati 3 variabel yaitu: usaha nafas, denyut jantung dan warna kulit.
Bila bayi tidak bernafas atau nafas megap-megap, denyut jantung turun, dan kulit
sianosis atau pucat, maka secara klinis dapat ditegakkan diagnosis asfiksia
neonatorum
2. Dengan pemeriksaan analisis gas darah
3. Dengan skor apgar dan skor sigtuna
Tabel 4. APGAR Score

0 1 2
Appearance Seluruh badan biru, Ekstremitas biru Seluruh tubuh
(Warna kulit) Pucat merah muda
Pulse Tidak ada <100x/mnt >100x/mnt
(Denyut jantung)
Grimace Tidak merespon Merintih/ menangis Menangis kuat
(Refleks) stimulasi lemah

Activity Tonus Otot Lemah/Tidak ada Sedikit gerakan


Aktif
Respiration Tidak ada Lemah, tidak Menangis kuat,
(Usaha Nafas) teratur pernafasan teratur

84
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

Cara menghitung :
Setelah bayi lahir pada pengamatan berturut-turut menit I, V, dan X diamati dan dihitung
jumlah skor apgar. Normal skor 10, disebut asfiksia ringan bila skor 7, bila skor 4-6
disebut asfiksia sedang, asfiksia berat bila skor ≤ 3. Skor Sigtuna lebih sederhana
karena hanya menggunakan 2 variabel yaitu usaha nafas dan denyut jantung.

Tabel 5. Sigtuna Score


Skor 2 Skor 1 Skor 0
Usaha Napas Menangis Kuat Megap-megap Tidak menangis
(gasping)
Denyut Jantung >100x/menit ≤100x/menit 0 x/menit

Skor Sigtuna dilakukan 5 menit selelah bayi lahir.

Tabel 6. Klasifikasi Asfiksia berdasarkan skor Sigtuna


Klasifikasi Asfiksia Skor Sigtuna
Tidak Asfiksia 4
Asfiksia Sedang 2-3
Asfiksia Berat 1

85
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

PROSEDUR RESUSITASI NEONATUS

Gambar 15. Skema Prosedur Resusitasi Neonatus

86
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

LEMBAR KERJA

NO Kegiatan Ya Tidak
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Melakukan penilaian terhadap bayi baru lahir :
- Menilai prematur/aterm
- Melihat apakah bernapas atau menangis lemah?
- Melihat tonus otot lemah atau tidak?
3. Bila pertanyaan dijawab “Ya”, melakukan perawatan
rutin pada bayi :
- pastikan bayi tetap hangat
- keringkan bayi
- lanjutkan observasi pernafasan, LDJ, dan tonus

Bila salah satu ada yang dijawab “Tidak”, melakukan


tindakan dengan
persiapan alat dan langkah awal resusitasi
Langkah awal resusitasi :
- Pastikan bayi tetap hangat
- Atur posisi dan bersihkan jalan nafas
- Keringkan dan stimulasi
- Posisikan kembali
4. Observasi:
- Usaha napas (megap-megap atau apneu)
- Frekuensi denyut jantung
- Tonus otot
5. Setelah di Observasi, ternyata didapatkan:
a. Bila jawaban bernafas spontan, maka tentukan:
i. Distress nafas (takipneu, retraksi, atau merintih)
Berikan CPAP, apabila CPAP gagal maka
pertimbangkan intubasi
ii. Sianosis sentral persisten
Pertimbangkan suplementasi oksigen,
pemantauan SPO2
b. Bila jawaban: tidak bernafas atau megap-megap dan
atau LDJ (Laju Denyut Jantung) < 100 x/menit,
maka:
- Berikan VTP
- Pemantauan SPO2

87
BLOK 6.1 SAFE MOTHERHOOD AND INFANCY T.A 2020-2021

6. Evaluasi:
- Frekuensi denyut jantung (FJ di bawah 100 dpm)

7. Nilai pengembangan dada apakah adekuat atau tidak


- Apabila jawaban ya maka:
a. VTP + Kompresi (3 kompresi tiap 1 nafas)
b. Pertimbangkan Intubasi
c. Observasi LDJ dan usaha nafas tiap 30 detik
- Apabila jawaban tidak, maka evaluasi:
a. Posisi kepala bayi
b. Obstruksi jalan nafas
c. Kebocoran sungkup
d. Tekanan puncak inspirasi cukup atau tidak

7 Bila Frekuensi jantung di bawah 100 dpm, maka


dilakukan langkah-langkah perbaikan ventilasi
8 Evaluasi:
- Frekuensi denyut jantung (FJ di bawah 60 dpm)
9 Bila Frekuensi jantung di bawah 60 dpm, maka
pertimbangkan pemberian obat dan cairan intravena

88

Anda mungkin juga menyukai