SKENARIO I
KELOMPOK : 6B
NPM : 118170130
BLOK : 4.3
FAKULTAS KEDOKTERAN
CIREBON
2020
SKENARIO 1
Seorang pria berusia 41 tahun, datang ke klinik dokter umum dengan keluhan
timbul lenting di punggung dengan dasar merah sejak 2 hari ynag lalu. Keluahan
tersebut disertai rasa nyeri terutama bila tersentuh dan tubuh terasa pegal. Keluhan
gatal dan demam diasangka. Terdapat riwayat cacar air waktu kecil. Riwayat
konsumsi obat obatan tidak ada. Riwayat hipertensi dan DM tidak ada. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran CM, hemodinamik stabil, suhu afebris,
status dematologikus tampak lesi dermatomal sesuai T4-T5 berupa vesikel
multiple berkelompok dengan dasar eritematosa. Keluhan nyeri diukur dengan
Visual Analog Scale dengan skor 2. Dokter lalu melakukan tatalaksana lebih
lanjut pada pasien.
STEP I
STEP II
STEP III
STEP IV
farmako
nonfarmako
STEP V
REFLEKSI DIRI
Belajar Mandiri
STEP VII
- Herpes Zooster
Herpes Zoster (HZ) merupakan salah satu penyakit kulit akibat infeksi virus,
yaitu akibat reaktivasi virus Varicella-zoster(VZV) yang laten. Setelah seseorang
menderita cacar air, VZV akan menetap dalam kondisi dorman terutama dalam sel
neuronal dan terkadang didalam sel satelit ganglion radiks d orsalis dan ganglion
sensorik saraf kranial dan kemudian menyebar ke dermatom atau jaringan saraf
yang sesuai dengan segmen yang dipersarafinya. Gejala awal herpes zoster yang
tidak spesifik meliputi sakit kepala, demam, dan malaise. Gejala-gejala tersebut
lalu diikuti oleh sensasi nyeri terbakar, gatal, hyperesthesia atau paresthesia pada
dermatum yang terkena. Gejala yang timbul ini bisa berkembang menjadi ringan
maupun berat. Gejala herpes zoster pada anakanak lebih sering tidak
menimbulkan rasa nyeri, sedangkan pada usia lanjut cenderung lebih nyeri dan
berkembang menjadi lebih parah. Sensasi yang sering dirasakan pada dermatom
dapat berupa rasa tersengat, tertusuk, nyeri, mati rasa, maupun rasa seperti
tertimpa beban berat.2
- Herpes Simplex
Herpes simplex adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus yang menyerang
bagian kulit, mulut, dan alat kelamin. Virus herpes simplex dikategorikan dalam 2
tipe: tipe 1 (HSV-1 atau herpes oral) dan tipe 2 (HSV-2 atau herpes genital).
HSV-1 menyebabkan luka (kadang-kadang disebut demam lepuh atau luka
dingin) di sekitar mulut dan bibir. HSV-1 dapat menyebabkan herpes genital,
namun sebagian besar kasus herpes genital disebabkan oleh HSV-2. Sementara
itu, HSV-2 menyebabkan orang yang terinfeksi mungkin memiliki luka di sekitar
alat kelamin atau dubur.2
Gejala umum Herpes simplek adalah bentol berisi cairan yang terasa perih dan
panas. Bentolan ini akan berlangsung beberapa hari. Bintil kecil ini bisa meluas
tidak hanya di wajah tapi bisa di seluruh tubuh. Bisa juga terlihat seperti jerawat,
dan pada wanita timbul keputihan. Rasa sakit dan panas di seluruh tubuh yang
membuat tidak nyaman ini bisa berlangsung sampai beberapa hari disertai sakit
saat menelan makanan, karena kelenjar getah bening sudah terganggu. Gejala ini
datang dan pergi untuk beberapa waktu. Bisa saja setelah sembuh, gejala ini
“tidur” untuk sementara waktu sampai satu tahun lamanya. Namun akan tiba-tiba
kambuh dalam beberapa minggu. Sering terasa gatal yang tidak jelas di sebelah
mana, kulit seperti terbakar di bagian tubuh tertentu disertai nyeri di daerah
selangkangan atau sampai menjalar ke kaki bagian bawah.Gejala herpes dapat
melukai daerah penis, buah pelir, anus, paha, pantat- vagina, dan saluran kandung
kemih.2
- Dermatitis
Dermatitis merupakan penyakit kulit yang bersifat akut, sub-akut, atau kronis
yang disebabkan adanya peradangan pada kulit. Penyakit ini terjadi karena adanya
faktor eksogen dan endogen. Tanda adanya kelainan klinis berupa polimorfik dan
keluhan gatal pada kulit.Terdapat dua macam dermatitis, diantaranya adalah
dermatitis kontak dan dermatitis atopik.2
Gejala dermatitis kontak sangat bervariasi, mulai dari kemerahan yang ringan
dan hanya berlangsung sekejap sampai kepada pembengkakan hebat dan kulit
melepuh. Adanya ruam yang terdiri dari lepukan kecil yang terasa gatal (vesikel).
Awalnya ruam hanya pada bagian kulit yang kontak langsung dengan alergen (zat
yang menyebabkan reaksi alergi), tetapi selanjutnya ruam bisa menyebar.
- HFMD3
Hand, foot and mouth disease (HFMD) atau penyakit tangan, kaki dan mulut
adalah penyakit yang umum terjadi pada anak-anak dan disebabkan oleh
enterovirus seperti coxsackieviruses dan enterovirus 71 (EV71). Manifestasi
klinisnya HFMD umumnya diawali dengan demam, nyeri tenggorokan/menelan,
nafsu makan yang menurun, dan nyeri/tidak enak badan. Setelah demam satu
sampai dua hari, timbul bintik-bintik merah di rongga mulut (umumnya berawal
di bagian belakang langit-langit mulut) yang kemudian pecah menjadi sariawan.
Kemudian, 1-2 hari timbul juga ruam-ruam kulit dan bintik-bintik merah di
telapak tangan dan kaki. Meskipun kelainan selaput lendir dan kulit pada HFMD
terutama melibatkan rongga mulut, telapak tangan dan kaki, namun ruam dapat
juga timbul di tungkai, lengan, bokong dan kulit sekitar kemaluan. Orang dewasa
dan orang dengan sistem kekebalan tubuh baik mungkin saja terinfeksi virus
HFMD namun tidak menunjukkan gejala sama sekali (asimtomatik). Kelompok
ini bukanlah kelompok penderita namun potensial sebagai pembawa (carrier)
virus HFMD dan menyebarkan virus ini.3
Ujud Kelainan Kulit di bagi menjadi primer dan sekunder yaitu di bagi menjadi :
Primer : makula, papul, plakat, nodul, tumor, urtika, vesikel, bula, pustula, kista
Sekunder : skuama, krusta, erosi, eskoriasi, ulkus, likenfikasi, skar, atropi
Anamnesis
Pasien tinea versicolor umumnya datang dengan keluhan bercak pada kulit
yang disertai pruritus. Lesi umumnya muncul di dada dan punggung, namun juga
bisa melibatkan wajah, leher, dan lengan atas. Pada pasien dengan warna kulit
yang cerah, lesi depigmentasi dapat berwana putih hingga merah-kecoklatan. Pada
pasien berkulit gelap, area yang terkena bisa mengalami hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi. Pasien akan mengeluhkan lesi yang bertambah banyak seiring
waktu. Lesi juga akan dirasakan lebih gatal ketika pasien berkeringat atau berada
di tempat yang panas dan lembap.5
Pemeriksaan fisik
Pada pasien dengan tinea versicolor dapat dijumpai makula
hipopigmentasi atau hiperpigmentasi, disertai skuama halus. Dengan
melakukan Zireli’s propedeutic maneuver, suatu manuver dengan cara
meregangkan kulit yang terinfeksi dengan kedua ibu jari tangan membuat
pelepasan pada sisik korneum, membuat tinea versicolor lebih mudah
diidentifikasi.5
Pemeriksaan penunjang
Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh
Malassezia fulfur diagnosa Pityriasis versicolor harus dibantu dengan pemeriksaan-
pemeriksaan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%. Pemeriksaan ini
memperlihatkan kelompokan sel ragi bulat berdinding tebal dengan
miselium kasar, sering terputus-putus (pendek-pendek), yang akan lebih
mudah dilihat dengan penambahan zat warna tinta Parker blue-black atau
biru laktafenol. Gambaran ragi dan miselium tersebut sering dilukiskan
sebagai “meat ball and spaghetti”. Bahan-bahan kerokan kulit diambil
dengan cara mengerok bagian kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit
dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, lalu dikerok dengan skalpel steril
dan jatuhannya ditampung dalam lempenglempeng steril pula. Sebagian
dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH% yang diberi tinta
Parker Biru Hitam, Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup
dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur,
maka kelihatan garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan
jarak - jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butir
yang bersambung seperti kalung. Pada Pityriasis versicolor hifa tampak
pendekpendek, bercabang, terpotong-potong, lurus atau bengkok dengan
spora yang berkelompok.1
2. Pemeriksaan dengan Sinar Wood Pemeriksaan dengan Sinar Wood,dapat
memberikan perubahan warna pada seluruh daerah lesi sehingga batas lesi
lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan
fluoresensi warna kuning keemasan sampai orange.2
Tatalaksana
Pengobatan Pityriasis versicolor dapat diterapi secara topikal maupun
sistemik. Tingginya angka kekambuhan merupakan masalah, dimana mencapai
60% pada tahun pertama dan 80% setelah tahun kedua. Oleh sebab itu diperlukan
terapi, profilaksis untuk mencegah rekurensi:
1. Pengobatan Topikal
2. Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat
yang dapat digunakan ialah : a. Selenium sulfida 1,8% dalam bentuk shampoo
2-3 kali seminggu. Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan selama 15-30
menit sebelum mandi b. Salisil spiritus 10% c. Turunan azol, misalnya :
mikozanol, klotrimazol, isokonazol dan ekonazol dalam bentuk topikal d.
Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20% e. Larutan Natrium Tiosulfas
25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi selama 2 minggu.2
3. Pengobatan Sistemik Pengobatan sistemik diberikan pada kasus Pityriasis
versicolor yang luas atau jika pemakaian obat topikal tidak berhasil. Obat yang
dapat diberikan adalah : a. Ketoconazole Dosis: 200 mg per hari selama 10 hari
b. Fluconazole Dosis: dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu c. Itraconazole
Dosis: 100 mg per hari selama 2 minggu. 3
4. Terapi hipopigmentasi (Leukoderma) a. Liquor carbonas detergent 5%, salep
pagi/malam b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam c. Jemur di
matahari ±10 menit antara jam 10.00-15.00. Pityriasis versicolor cenderung
untuk kambuh, sehingga pengobatan harus diulangi. Daerah hipopigmentasi
perlu Waktu yang lama untuk repigmentasi, dan keadaan yang bertahan lama
ini janganlah dianggap sebagai suatu kegagalan pengobatan.
Komplikasi4
Pemeriksaan fisik
Hasil tanda patognomonis papul berwarna kulit sampai keabuan dengan
permukaan verukosa. Papul bisa dijumpai pada kulit, mukosa dan kuku. Apabila
digores akan timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena koebner).
Pemeriksaan penunjang4
Histopatologi Veruka vulgaris memberikan gambaran histopatologi berupa
epidermal akantosis dengan papilomatosis, hiperkeratosis dan parakeratosis.
Terdapat pemanjangan rete ridge pada bagian tengah veruka. Pembuluh darah
kapiler dermis menonjol dan dapat terjadi trombosis.
Selain histopatologi, jika diagnosis veruka vulgaris meragukan, dapat
dilakukan pemotongan sedikit permukaan lesi veruka vulgaris dengan mata pisau
bedah nomor 15 dan dilihat karakteristik berupa bintik hitam yang merupakan
gambaran dari trombosis kapiler.1
Tatalaksana
Pengobatan yang ideal sebaiknya dapat mengeliminasi lesi veruka tanpa
rasa nyeri, terapi dapat diselesaikan dalam 1-3 kali pengobatan, tidak
menimbulkan parut, dapat mencegah timbulnya kekambuhan dan dapat
diaplikasikan pada seluruh pasien. Kebanyakan pengobatan veruka vulgaris secara
dekstruksi fisik sel yang terinfeksi. Ada beberapa modalitas pengobatan veruka di
kulit yang dapat dipilih, mulai dari terapi topikal, terapi bedah, terapi sistemik,
hipnoterapi dan terapi dengan agen imunosupresif.
Komplikasi 3
c. Pustula
- Folikulitis
Patofisiologi
Patofisiologi folikulitis dimulai dari masuknya organisme penyebab ke
dalam folikel rambut sehingga menyebabkan peradangan. Patogen yang paling
sering terjadinya folikulitis yang paling tersering diantarnya
adalah Staphylococcus aureus, Streptococcuspyogenes, Pseudomonas aeruginosa,
tetapi dapat pula disebabkan oleh autoimun, infeksi virus, ataupun infeksi jamur.
Jika terjadi infeksi, neutrofil akan menginfiltrasi folikel rambut. Pada
infeksi yang superfisial, neutrofil akan ditemukan terbatas pada infundibulum.
Pada infeksi yang lebih dalam, neutrofil dapat ditemukan hingga lapisan dermis di
sekeliling folikel rambut.3
Anamnesis4
Pasien datang ke dokter dengan keluhan rasa gatal dan terbakar pada
daerah kulit yang berambut. Pertumbuhan rambut tidak terganggu.
Pemeriksaan fisik 4
Lokalisasi : daerah kulit berambut, paling sering pada kulit kepala dan
ekstremitas.
Efloresensi : makula eritematosa, papula, pustula, dan miliar sampai
lentikular, regional sesuai dengan pertumbuhan rambut. Terlihat pustula
folikuker kecil dan berbentuk kubah, sering ditembus oleh rambut halus.
Krusta tipis dapat menutupi muara folikel yang menyembul. Biasanya lesi
banyak, meskipun lesi tunggal dapat terjadi. Masing-masing lesi saling
terpisah, yang diantarai kulit normal, tanpa ada kecenderungan untuk
bergabung.4
Pemeriksaan penunjang
Gambaran histopatologi : Khas, terdapat pustula subkorneal di muara folikel
rambut. Folikel rambut tampak edematosa dengan sebukan sel-sel radang
akut. Infiltrate peradangan terdiri dari netrofil yang mengelilingi bagian atas
folikel. Pada bentuk kronik, terdapat abses folikuler yang segera berubah
menjadi nekrosis.
Pemeriksaan bakteriologis dari sekret lesi dengan pewarnaan Gram.
Tatalaksana
- Sistemik : diberikan jika luas
Eritromisin 3 x 250 mg selama 7-14 hari, atau
Penisilin 600.000-1,5 juta IU im selama 7-14 hari - Topikal
Kemicetin 2%
Jika terjadi eksudasi kompres dengan PK 1/5.000
- Konseling dan edukasi
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Makan tinggi protein dan tinggi kalori 5
- Kriteria rujukan : Pasien dirujuk apabila terjadi:
Komplikasi mulai dari selulitis.
Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5-7 hari.
Terdapat penyakit sistemik (gangguan metabolik endokrin dan
imunodefisiensi).
Komplikasi
b. Skar 5
- Scar hipertrofik dan keloid
Angka penderita scar pasca-luka terus meningkat baik karena luka penyembuhan
operasi elektif maupun luka karena luka bakar, laserasi, tato, akne, abses, dan
injeksi. Karena sering disertai gatal hingga nyeri juga kontraktur, scar sering
menurunkan kualitas hidup. Secara umum scar dibedakan menjadi dua bentuk,
yaitu scar hipertrofik dan scar keloid. Gambaran klinis kedua jenis ini dapat sulit
dibedakan, salah identifikasi dapat menyebabkan manajemen yang tidak tepat dan
sering menghasilkan keputusan operasi yang salah.
Patofisiologi
Ada 3 fase penyembuhan luka, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase
remodelling.
Fase Inflamasi
Fase ini dimulai saat terjadi luka dan berlangsung selama 2 hingga 3 hari.
Diawali dengan vasokonstriksi untuk mencapai hemostasis. Pada fase ini keping
darah melepaskan growth factor seperti platelet-derived growth factor (PDGF)
dan transforming growth factor β (TGF-β). Neutrofil mencapai area luka dan
memenuhi rongga perlukaan. Neutrofil akan memfagosit jaringan mati dan
mencegah infeksi. Selanjutnya monosit akan memasuki area luka. Makrofag
memfagosit debris dan bakteri serta berperan pada produksi growth factor yang
dibutuhkan untuk pembuatan matriks ekstraseluler oleh fibroblas dan pembuluh
darah baru untuk penyembuhan luka. Oleh karena itu, ketidakhadiran monosit
atau makrofag akan menghambat fase penyembuhan luka. Terakhir, sel limfosit
dan sel mast akan berdatangan ke area luka, tetapi peranannya masih belum
diketahui pasti.5
Fase Proliferasi
Fase ini dimulai pada hari ke-4 hingga minggu ke-3 setelah luka.
Makrofag terus memproduksi growth factor seperti PDGF dan TNF-β1 yang
membuat fibroblas dapat terus berproliferasi dan migrasi membentuk jaringan
matriks ekstraseluler. Selain itu, juga menstimulasi sel endotel untuk membentuk
pembuluh darah baru. Kolagen tipe III juga mulai terbentuk yang nantinya akan
digantikan oleh kolagen tipe I pada fase remodelling. Yang penting pada fase ini
adalah saat mulai terjadi pengisian rongga luka dengan kolagen maka fibroblas
harus sudah berkurang dan proses angiogenesis juga harus mulai melambat agar
didapatkan scar normal.5
Fase Remodelling
Anamnesis 3
Pemeriksaan fisik3
Lokasi munculnya
Skar hipertrofi bisa muncul di bagian tubuh mana pun yang mengalami
luka. Sementara keloid adalah bekas luka yang biasanya muncul di bagian tubuh
tertentu seperti bahu dan lengan bagian atas, belakang telinga, serta pipi.
Pertumbuhan
Skar hipertrofi termasuk bekas luka yang bisa hilang dengan sendirinya
seiring dengan berjalannya waktu. Biasanya skar hipertrofi akan muncul di kulit
dalam waku satu bulan setelah luka mulai mengering.
Sementara keloid adalah bekas luka yang tidak bisa membaik sendiri dan butuh
penanganan dokter jika ingin dihilangkan. Keloid juga masih bisa terus tumbuh
dan membesar. Biasanya keloid muncul setelah tiga bulan pascaluka sembuh.
Ukuran
Skar hipertrofik biasanya muncul dengan ukuran tak lebih dari 4 milimeter
di atas kulit. Sementara keloid adalah bekas luka ukuran tonjolannya lebih dari
lebih dari 4 milimeter di atas permukaan kulit. Oleh karena itu, keloid biasanya
tumbuh lebih besar dari luka yang Anda miliki.
Warna
Pemeriksaan penunjang
Tata laksana