Anda di halaman 1dari 21

HERPES ZOSTER

Pembimbing:
Prof. dr. Soenarto K., Sp.KK (K), FINSDV, FAADV

Siti Salimah Hanifah Novizar


04054822022070

BAGIAN DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA/
RSUP DR MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2020
OUTLINE

01 PENDAHULUAN

02 TINJAUAN PUSTAKA

03 KESIMPULAN
PENDAHULUAN
1 2

Reaktivasi Virus
Lebih dari 2/3 kasus
Varisela Zoster (VVZ)
terjadi pada usia lebih
yang laten di ganglia
dari 50 tahun.
sensorik spinalis dan
kranial setelah infeksi
primer
3 4
Wanita hamil dapat
Klinisi kesehatan terkena VZV. Namun,
perlu memahami kejadian herpes zoster
herpes zoster serta pada ibu hamil masih
penatalaksanaannya sangat sedikit.
DEFINISI
Herpes zoster (HZ) adalah penyakit neurokutan dengan manifestasi
dermatom terlokalisasi yang ditandai nyeri radikuler unilateral dan ruam
dermatom vesikuler.

Herpes zoster terjadi akibat reaktivasi virus endogen secara laten di dalam
neuron ganglia sensoris radiks dorsalis, ganglia saraf kranialis atau ganglia
saraf autonomik, menyebar ke jaringan saraf dan kulit pada dermatom yang
sama setelah infeksi primer.
EPIDEMIOLOGI
KOREA SELATAN
Tidak terdapat perubahan grafik
tingkat kejadian herpes zoster
dengan puncak berusia 60-79
tahun.

INDONESIA
Infeksi varisela 2/3 populasi
pada usia lebih dari 50 tahun

RAS KONDISI IMUNITAS Angka kejadian


JENIS KELAMIN SELULER infeksi VZV pada
USIA Kulit hitam memiliki ibu hamil jarang
Perempuan > Laki-laki RENDAH
risiko lebih rendah terjadi
Risiko lebih tinggi
PATOGENESIS
4. Imunitas Spesifik VVZ
1.
Virus Varisela Zoster turun
VVZ tidak dapat ditahan
2. Infeksi varisela dan multiplikasi
pindah dari lesi kulit ke
ujung saraf sensorik dan 5. VVZ
serabut saraf Menyebar ke s. sensorik
dan dilepaskan ke
3. Ganglia ujung saraf sensorik di
Membentuk infeksi laten kulit
6. Gambaran Khas
Cluster vesikula zoster
• Pada kehamilan, transmisi transplasental dari ibu ke janin terjadi selama viremia maternal
• Masa inkubasi untuk infeksi neonatal adalah 11 hari (kisaran 9-11 hari) sejak timbulnya
penyakit pada ibu

• Belum terdapat hasil penelitian penyebaran virus dapat melalui ASI


MANIFESTASI KLINIS

FASE PRODROMAL LESI KULIT SEMBUH


Tanpa sisa ruam,
Awal terkena herpes zoster hipopimentasi atau
Nyeri dan terasa panas Menjadi vesikel dan
hiperpigmentasi
pustula di hari ke-
3

12-24 jam 7-10 hari

LESI PERTAMA

Makula atau papula


eritematosa Pustula mengering  krusta
Bertahan 2-3 minggu
MANIFESTASI KLINIS

Gambar 1. Ruam unilateral Gambar 2. Herpes Zoster dengan


pada satu atau dua dermatom.
banyak lesi pustula dan krusta.1

Gambar 5. Zoster oftalmikus Gambar 6. Oral Zoster


DIAGNOSIS
• Penampilan klinis seringkali 1. Apusan cairan vesikuler Tzanck
cukup untuk menentukan diagnosis menunjukkan giant cell berinti banyak.
• Pemeriksaan penunjang dapat Sensitivitas dan spesifisitas << direct
dilakukan untuk membedakan Herpes fluorescent antibody (DFA) atau
Zoster dan Herpes Simpleks polymerase chain reaction (PCR).
2. Antibodi IgM
3. Tes antibodi fluoresen langsung
4. Tes PCR
DIAGNOSIS
Pada kehamilan

• Anamnesis: Riwayat vaksinasi sebelumnya, untuk mengkonfirmasi signifikansi paparan


dan kerentanan pasien.
• Pemeriksaan Fisik
• Tes darah igG untuk menilai ada tidaknya kekebalan terhadap virus varisela zoster.
• Diagnosis prenatal
• Ultrasonografi (USG)
• Magnetic resonance imaging (MRI) yang berguna untuk mencari anomali ekstremitas
atau kelainan morfologi lainnya yang disebabkan oleh varisela intrauterus.
• Faktor risiko diketahui dengan pemeriksaan USG dan polymerase chain reaction (PCR).
DIAGNOSIS BANDING

Berdasarkan lesi kulit: Dermatitis Herpetiformis, Impetigo, Dermatitis


kontak, Reaksi obat, dan Gigitan serangga

Beberapa pasien memiliki sindrom prodormal sehingga mengecohkan seperti


kolesistitis dan kolik bilier, kolik ginjal, neuralgia trigeminal, atau infeksi gigi
lainnya.
TATALAKSANA
TOPIKAL SISTEMIK
• Kompres dengan larutan garam Menurunkan durasi lesi HZ dan derajat
steril, larutan Burowi (aluminium keparahan nyeri akut
asetat 5%), atau lotion calamine
Antivirus OAINS
• Krim antibiotik topikal: Mupirocin
atau Soframycin • Antivirus famsiklovir • menurunkan nyeri akut
3x500 mg • Co: piroxicam,
• Valasiklovir 3x1000 ibuprofen, diklofenak
mg • Analgetik non opioid =
• Asiklovir 5x800 mg paracetamol, as.
• diberikan selama 7-10 mefenamat
hari • Nyeri hebat  opioid
TATALAKSANA
Pada Kehamilan

Sistemik Persalinan
• Asiklovir intravena 10mg/Kg 3 • Persalinan secara Caesar
kali sehari selamam minimal 5 dengan anestesi epidural
hari atau 7-10 hari
• Lokasi yang bebas dari
lesi kulit
EDUKASI DAN PENCEGAHAN
• Menutup lesi dengan balutan agar lesi Zostavax  60 tahun ke atas
tidak melekat.
Shingrix  50 tahun ke atas
• Mandi secara terautur dengan saline untuk
menghilangkan eksudat dan krusta.

• Terdapat vaksin dengan virus yang


dilemahkan, yaitu Zostavax untuk >60
tahun.

• Pasien berisiko tinggi tidak dapat vaksin


VVZ hidup  Shingrix.

• Vaksin dapat mengurangi kejadian zoster


50%, NPH 67%, dan durasi nyeri lebih
singkat.
KOMPLIKASI PROGNOSIS

a. Neuralgia paskaherpetik (NPH)


• Rasa nyeri dan gejala mereda
b. Zoster oftalmikus
• Herpes tanpa komplikasi  pulih
c. Sindrom Ramsay Hunt dalam 2-3 minggu (anak dan
d. Sindrom neurologis: dewasa muda). 3-4 minggu
• Myelitis (dewasa tua)
• Ensefalitis • Pasien imunosupresi  infeksi
• Meningitis. lama. Sejumlah lesi berkembang
menjadi nodul verukosa atau
krusta
KESIMPULAN
Herpes zoster merupakan penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus
Varisela Zoster (VVZ) yang laten di ganglia sensorik spinalis dan kranial setelah
infeksi primer. Gambaran ruam makulopapular yang nyeri, eritematosa, dan lesi
menjadi berisi cairan sebelum mengeras yang umumnya terbatas di satu dermatom.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit ini ialah usia tua, jenis kelamin
perempuan, dan trauma fisik di daerah dermatom.

Diagnosis herpes zoster dapat ditegakkan dengan anamnesis dan


pemeriksaan fisik, dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang seperti tes Tzank,
polymerase chain reaction (PCR), dan direct fluorescent antibody (DFA).

Pengobatan herpes zoster bertujuan untuk menghilangkan nyeri secepat


mungkin dengan membatasi replikasi virus sehingga dapat mengurangi kerusakan
saraf lebih lanjut. Prognosis herpes zoster akan baik bila ditangani dengan cepat
dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Levin MJ, Schmader KE, Oxman MN. Varicella and Herpes Zoster. Dalam: Kang Sewon, Amagai Masayuki, Bruckner Anna L, Enk
Alexander H. Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer, JS, editor. Fitzpatrick's Dermatology. Edisi ke-9. New York: McGraw Hill
Companies;2019.h.3036-49.
2. James WD, Elston DM, Berger TG, Neuhaus IM. Andrews’ Disease of the Skin Dermatology. Edisi ke-13. 2020.h.374-6.
3. Pusponegoro EHD. Herpes Zoster. Dalam: Menaldi SW. Bramono K. Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: FK
UI. 2018.h.121-4.
4. Jein T. Dilly, Marlyn G. Kapantow, Pieter L.Suling. Profil herpes zoster di poliklinik kulit dan kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode Januari - Desember 2013. Jurnal e-Clinic (eCl). 2016;4(2):1-5.
5. Choi JK, Park SH, Park S, et al. The changing epidemiology of herpes zoster over a decade in South Korea, 2006-2015. Vaccine.
2019;37(36):5153-60.
6. Schmader K. Herpes Zoster. Clin Geriatr Med. 2016; 32(3): 539-53.
7. Al-Dahshan A, Chehab M, Ganesan N, Bansal D, Farag E, Al-Romaihi H. Epidemiology Of Herpes Zoster In The State Of Qatar 2012–
2017. Qatar Medical Journal. 2020;1:1-9.
8. Ruth Harbecke, Nancy J. Jensen, Daniel P. Depledge, Gary R. Johnson, Mark E. Ashbaugh, D. Scott Schmid, Judith Breuer, Myron J.
Levin, Michael N. Recurrent Herpes Zoster In The Shingles Prevention Study: Are Second Episodes Caused By The Same Varicella-
Zoster Virus Strain. Vaccine. 2020; 38(2): 150-7.
9. Nair PA, Patel BC. Herpes Zoster (Shingles). Dalm: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):StatPearls Publikasi: 2020.h.1-10.
Tersedia di:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441824/
DAFTAR PUSTAKA
10. K. Kawai, B.P. Yawn. Risk Factors For Herpes Zoster: A Systematic Review And Meta-Analysis. Mayo Clin Proc. 2017; 92: 1806-21.
11. Kim YJ, Lee CN, Lee MS, et al. Recurrence Rate of Herpes Zoster and Its Risk Factors: a Population-based Cohort Study. J Korean
Med Sci. 2018;34(2): 1-10.
12. Centers for Disease Control and Prevention; Shingles (Herpes Zoster): Diagnosis & Testing. CDC [Serial dalam internet]. 2019.
[Disitasi 25 September 2020]. Tersedia di:https://www.cdc.gov/shingles/hcp/diagnosis-testing.html.
13. Dommasch ED, Joyce CJ, Mostaghimi A. Trends in Nationwide Herpes Zoster Emergency Department Utilization From 2006 to

14. James,
2013. JAMA Dermatol.
WD, Elston DM,2017; 153(9):
Treat JR, 874-81.MA, Neuhaus IM. Andrew’s Diseases of the Skin. Edisi ke-13. New York: Elsevier Inc;
Rosenbach
2020.h.377-8.
15. Luciana A, Camila R, Rafael B, Luciano Z. Goldani. Epidemiology And Clinical Characteristics Of Herpes Zoster In A Tertiary Care
Hospital In Brazil. The Brazilian Journal of Infectious Diseases. 2019; 23(2):143-5.
16. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP, Roh EK. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. Edisi ke-8. New York: Mc
Graw-Hill Companies. 2017.h.696-9.
17. Poole CL, James SH. Antiviral Therapies for Herpesviruses: Current Agents and New Directions. Clin Ther. 2018;40(8):1282-98.
18. Saade EA, Canaday DH, Davidson HE, Gravenstein S. VZV-containing vaccines and hospitalization for herpes zoster: careful
19. Aninditya N, Irawati NA. Infeksi Varisela Zoster pada Kehamilan. Medical Journal of Lampung University.2018;7(3):1-5.
optimism. Aging Clin Exp Res. 2019;31(9):1347-8.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai