Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus

dermatititis kontak
alergi(DKA)
Pembimbing: dr. Silvia T. Bangun Sp.Kk
Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kulit dan
Kelamin
2017
 Nama : Ny. Tabita Br Ginting
 Umur : 31 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : IRT
 Alamat : Desa Suka
 Status Perkawinan : Menikah
 Agama : Kristen
 Bangsa/ suku : Karo
 Tanggal Pemeriksaan : 9 Februari 2017
 No. MR : 14-56-21

IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS
 A. Keluhan Utama
Tampak bintil kemerahan berkelompok
disertai krusta terasa gatal pada leher sejak
5 hari yang lalu
 B. Telaah
2 minggu yang lalu ruam merah bintil kecil,
bintil bertambah banyak dan berkelompok
dan disertai krusta, Os sebelumnya
diberikan kalung oleh suaminya dan
sebelumnya Os tidak pernah memakai
kalung. Os pernah berobat di puskesmas
tetapi tidak ada perubahan
ANAMNESIS
 C. Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang
ke IGD RSU Kabanjahe dengan keluhan bintil
bintil merah disertai rasa gatal sejak 5 hari yang
lalu.
 D. Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien tidak
pernah mengalami sakit seperti inisebelumnya.
Hipertensi (-), diabetes mellitus (-)
 E. Riwayat Pengobatan :Pasien tidak
tahu nama obat pemberian Puskesmas
 F. Riwayat Keluarga :Dari hasil
Autoanamnesa tidak ada riwayat penyakit seperti
ini di keluarga.
 Keadaan Umum : Compos Mentis
 Tanda Vital
 Tekanan Darah : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
 Denyut Nadi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
 Laju Pernafasan : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
 Suhu Aksila : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
 Kepala/Leher
 Konjungtiva Anemis :-
 Sklera Ikterik :-
 Palpebra edema :-
 Perdarahan subkonjungtiva : -
 Konjungtivitis :-
 Sekret pada mata :-
 JVP :-
 Mulut :-
PEMERIKSAAN FISIK
 Toraks :-
 Jantung : tidak dilakukan pemeriksaan
 Paru : tidak dilakukan
pemeriksaan
 Abdomen :-
 Ekstremitas :
 Ikterik (-)
 Sianosis (-)
 Edema (-)
 Lokasi :
Regio Colli
 Inspeksi :
Efloresensi tampak makula eritem,
disertai krusta
 Palpasi :
Perabaan penonjolan di atas
permukaan kulit, nyeri tekan (-),
kalor (-), rubor(+), edema (-)
STATUS DERMATOLOGIS
 Dermatitis kontak alergi
 Dermatits kontak iritan
 Psoriasis

DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis kontak alergi

DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN
Non-Medikamentosa
 Hindari kontak ulang dengan
alergen penyebab (pemakaian
kalung)

Medikamentosa
 Cetirizin 10mg tab 1x1
 Dexosimethason cream 2x1
 Quo ad sanam : bonam
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad fungsionam : bonam

Dengan mengetahui dan menghindari


faktor penyebab

PROGNOSIS
Dermatits kontak alergi merupakan reaksi
hipersensitivitas tipe lambat, atau reaksi
imunologi tipe IV, dimediasi terutama oleh
limfosit yang sebelumnya tersensitisasi,
yang menyebabkan peradangan dan
edema pada kulit.

DEFINISI
Epidemiologi
Epidemiologi DKA sering terjadi.
Penyakit ini terhitung sebesar 7% dari
penyakit yang terkait dengan pekerjaan di
Amerika Serikat. Data terakhir, lebih
banyak perempuan (18,8%) ditemukan
memiliki DKA dibandingkan laki-laki
(11,5%).
Tidak ada data yang cukup tentang
epidemiologi dermatitis kontak alergi di
Indonesia, namun berdasarkan penelitian
pada penata rias di Denpasar, sekitar 27,6
persen memiliki efek samping kosmetik,
dimana 25, 4 persen dari angka itu
menderita DKA.

Di Indonesia?
Usia
Individu yang lebih muda (18 sampai 25
tahun) memiliki onset lebih cepat dan
resolusi cepat untuk terjadi dibandingkan
orang tua.

Sedangkan, kompetensi reaksi imun yang


dimediasi sel T pada anak-anak masih
kontroversi.
PREDISPOSISI
Meskipun sebagian besar variasi yang
berkaitan dengan jenis kelamin dan
Pola paparan
geografis pada DKA telah dikaitkan
dengan faktor-faktor sosial dan
lingkungan, kegemaran dan pekerjaan
memiliki efek yang lebih menonjol.
Pekerjaan
yang Umumnya Terkait
Ada pekerja industri tekstil, dokter gigi,
pekerja konstruksi, elektronik dan
industri lukisan, rambut, industri sektor
makanan dan logam, dan industri produk
pembersih. Dan masih banyak pekerjaan
yang berhubungan dengan DKA dan hal
itu berkaitan dengan alergen yang sering
terpapar pada pekerjaan tertentu.
Manifestasi Klinis
Pada kebanyakan kasus, erupsi akut
ditandai dengan makula dan papula
eritema, vesikel, atau bula, tergantung
pada intensitas dari respon alergi DKA
akut di daerah tertentu dari tubuh
(kelopak mata, penis, dan skrotum)
eritema dan edema biasanya
mendominasi dibandingkan vesikel.
DKA pada wajah dapat mengakibatkan
pembengkakan periorbital yang menyerupai
angioedema. Pada fase subakut, vesikel
kurang menonjol, dan pengerasan kulit,
skala, dan lichenifikasi dini bisa saja terjadi.
Pada DKA kronis hampir semua kulit
muncul scaling, lichenifikasi, dermatitis
yang pecah-pecah (membentuk fisura),
dengan atau tanpa papulovesikelisasi
yang menyertainya.
Pengobatan dermatitis kontak adalah
upaya pencegahan terulangnya kontak
kembali dengan alergen penyebab dan
menekan kelainan kulit yang timbul.
Kortikosteroid dapat diberikan dalam
jangka pendek untuk mengatasi
perdangan pada DKA akut

TATA LAKSANA
Untuk DKA ringan atau DKA akut yang
telah mereda (setelah mendapat
pengobatan kortikosteroid sistemik),
cukup diberikan kortikosteroid atau
makrolaktam (pimecrolimus dan
tacrolimus) secara topical.
 Uji Tempel atau Patch Test (In Vivo)Tes
Kutan
Uji tempel dapat diadministrasikan
dengan thin-layer rapid-use epicutaneous
(TRUE). Digunakan untuk mendeteksi
hipersensitivitas terhadap zat yang
bersentuhan dengan kulit sehingga alergen
dapat ditentukan dan tindakan korektif
dapat diambil.

PEMERIKSAAN
Zat uji biasanya PENUNJANG
diaplikasikan pada
punggung atas, dan lengan luar atas juga
Prognosis DKA umumnya baik, sejauh
bahan kontaknya dapat disingkirkan.
Prognosis kurang baik dan menjadi kronis
bila terjadi bersamaan dengan dermatitis
oleh faktor endogen.

PROGNOSIS
KESIMPULAN
 Dermatitis kontak alergi (DKA) merupakan salah
satu penyakit kulit akibat kerja yang cukup sering.
Hal ini tidak terkait dengan atopi dan merupakan
reaksi imunologi tipe IV.

 Tanda dan gejala klinis yang sering yaitu pruritus,


menyengat, nyeri, eritema berbatas tegas, edema,
vesikel, papula, bula, erosi, kerak.

 Setelah kita mengetahui etiologi, kita dapat


mencegah penyakit dengan menghindari alergen.
Untuk mengurangi keparahan DKA, kita dapat
memberikan terapi simtomatis, seperti aluminium
sulfat topikal, antihistamin oral, glukokortikoid,
macrolaktam, dan radiasi ultraviolet.

Anda mungkin juga menyukai