HERPES ZOSTER
OFTALMIKUS
Oleh:
MELDA WATI
10101063
Pembimbing :
Dr. Imawan Hardiman. Sp.KK
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah
dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul herpes zoster oftalmikus yang diajukan sebagai persyaratan untuk
mengikuti KKS Ilmu Kulit dan Kelamin. Terima kasih penulis ucapkan kepada
dokter pembimbing yaitu dr. Imawan Hardiman, Sp.KK yang telah bersedia
membimbing penulis, sehingga laporan kasus ini dapat selesai pada waktunya.
Penulis memohon maaf jika dalam penulisan laporan kasus ini terdapat
kesalahan, dan penulis memohon kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan
laporan kasus ini. Atas perhatian dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
: PENDAHULUAN
4
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1 Definisi
6
2.2 Epidemiologi
6
2.3 Etiologi
6
2.4 Patogenesis...
7
2.5 Mnaifestasi klinis
8
2.6 Pemeriksaan penunjang
9
2.7 Diagnosis banding
9
2.8 Penatalaksanaan
9
2.9 Prognosis
10
BAB III
: LAPORAN KASUS
11
DAFTAR PUSTAKA
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Herpes zoster oftalmikus adalah infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus
saraf trigeminus (N.V) yang ditandai dengan erupsi herpetik unilateral pada
kulit.
Insidensi herpes zoster terjadi pada 20 % populasi dunia dan 10 %
diantaranya adalah herpes zoster oftalmikus. Penyakit ini cukup berbahaya
karena dapat menimbulkan penurunan visus.Virus Varicella zoster dapat laten
pada sel syaraf tubuh dan pada frekuensi yang kecil di sel non-neuronal satelit
dari akar dorsal, berhubung dengan saraf tengkorak dan saraf autonomik
ganglion, tanpa menyebabkan gejala apapun. Infeksi herpes zoster biasanya
terjadi pada pasien usia tua dimana specific cell mediated immunity pada
umumnya menurun seiring dengan bertambahnya usia atau pasien yang
mengalami penurunan system imun seluler. Morbiditas kebanyakan terjadi
pada individu dengan imunosupresi (HIV/AIDS), pasien yang mendapat terapi
dengan imunosupresif dan pada usia tua.
Herpes zoster oftalmik merupakan bentuk manifestasi lanjut setelah
serangan varicella.virus ini dapat menyerang saraf cranial V. Pada nervus
trigeminus, bila yang terserang antara pons dan ganglion gasseri, maka akan
terjadi gangguan pada ketiga cabang nervus V (cabang oftalmik, maksilar,
mandibular) akan tetapi yang biasa terkena adalah ganglion gasseri dan yang
terganggu adalah cabang oftalmik. Bila cabang oftalmik yang terkena, maka
terjadi pembengkakan kulit di daerah dahi, alis, dan kelopak mata disertai
kemerahan yang dapat disertai vesikel, dapat mengalami supurasi, yang bila
pecah akan menimbulkan sikatriks. Bila cabang nasosiliar yang terkena,
kemungkinan komplikasi pada mata sekitar 76 %. Jika saraf ini tidak terkena
maka resiko komplikasi pada mata hanya sekitar 3,4%.
Virus herpes zoster bisa dorman atau menetap (laten) pada ganglion N.V
dan reaktivasinya didahului oleh gejala prodormal seperti demam, malaise,
sakit kepala dan nyeri pada daerah saraf yang terkena tapi sebelumnya
terbentuk lesi kulit. Kulit kelopak mata dan sekitarnya berwarna merah dan
bengkak diikuti terbentuknya vesikel, kemudian menjadi pustule lalu pecah
menjadi krusta. Jika krusta lepas akan meninggalkan jaringan sikatrik.
Manifestasi herpes zoster oftalmikus antara lain sakit mata, mata merah,
penurunan visus dan mata berair. Penegakan diagnosis sebagian besar dilihat
dari manifestasi nyeri dan gambaran ruam dermatom serta adanya riwayat
menderita cacar air. Penatalaksanaan infeksi akut herpes zoster oftalmikus
yaitu antivirus, kortikosteroid sistemik, antidepresan, dan analgesic yang
adekuat. Jika terjadi komplikasi mata seperti keratitis, iritis dan iridosiklitis
dapat diberikan steroid topical dan siklopegik. Pengobatan akan optimal bila
dimulai dalam 72 jam dari onset ruam kulit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi 2
Herpes zoster oftalmikus adalah infeksi virus herpes zoster yang
Epidemiologi 2,3
Insidensi herpes zoster terjadi pada 20 % populasi dunia dan 10 %
Etiologi 1,2,3
Herpes zoster disebabkan oleh Varisela Zoster Virus (VZV),
kelompok virus herpes tergolong virus sedang dengan inti DNA. VZV
mempunyai kapsid yang tersusun dari 162 sub unit protein dan berbentuk
simetri isohedral dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter
150-200 nm, dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius.
Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organik,
deterjen, enzim proteolitik, panas, dan lingkungan dengan pH yang tinggi.
HZO merupakan reaktivasi dari VZV di N.V divisi oftalmik (N.V1)
2.4
Patogenesis 1,2,4,5
Seperti herpes virus lainnya, VZV menyebabkan infeksi primer
(varisela/ cacar air) dan sebagian lagi bersifat laten, dan ada kalanya
diikuti dengan penyakit yang rekuren di kemudian hari (zoster/shingles).
Infeksi primer VZV menular ketika kontak langsung dengan lesi kulit
VZV atau sekresi pernapasan melalui droplet udara. Infeksi VZV biasanya
merupakan infeksi yang self-limited pada anak-anak, dan jarang terjadi
dalam waktu yang lama, sedangkan pada orang dewasa atau imunosupresif
bisa berakibat fatal. Pada anak-anak, infeksi VZV ini ditandai dengan
adanya demam, malaise, dermatitis vesikuler selama 7-10 hari, kecuali
pada infeksi primer yang mengenai mata (berupa vesikel kelopak mata dan
konjungtivitis vesikuler). VZV laten mengenai ganglion saraf dan rata-rata
20% terinfeksi dan bereaktivasi di kemudian hari.
HZO timbul akibat infeksi N.V1. Kondisi ini akibat reaktivasi VZV yang
diperoleh selama masa anak-anak. Varisela zoster adalah virus DNA yang
termasuk dalam famili Herpes viridae. Selama infeksi, virus varisela
berreplikasi secara efisien dalam sel ganglion. Bagaimanapun, jumlah
VZV yang laten per sel terlalu sedikit untuk menentukan tipe sel apa yang
terkena. Imunitas spesifik sel mediated VZV bertindak untuk membatasi
penyebaran virus dalam ganglion dan ke kulit.
Kerusakan jaringan yang terlihat pada wajah disebabkan oleh infeksi yang
menghasilkan inflamasi kronik dan iskemik pembuluh darah pada cabang
N. V. Hal ini terjadi sebagai respon langsung terhadap invasi virus pada
berbagai jaringan. Walaupun sulit dimengerti, penyebaran dermatom pada
N.V dan daerah torak paling banyak terkena.
Tanda-tanda dan gejala HZO terjadi ketika N.V1 diserang virus, dan
akhirnya akan mengakibatkan ruam, vesikel pada ujung hidung (dikenal
sebagai tanda Hutchinson), yang merupakan indikasi untuk resiko lebih
tinggi terkena gannguan penglihatan. Dalam suatu studi, 76 % pasien
dengan tanda Hutchinson mempunyai gangguan penglihatan.
2.5
Manifestasi Klinis1,3,5
Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah
2.6
Pemeriksaan Penunjang 1,2
Diagnosis laboratorium terdiri dari beberapa pemeriksaan :
a. Pemeriksaan langsung secara mikroskopik (Tzanck)
kerokan palpebral diwarnai dengan pewarnaan
giemsa, untuk melihat adanya sel-sel raksasa berinti
banyak (Tzanck) yang khas dengan badan inklusi
intranukleus asidofil.
b. Biakan jaringan
c. Imunofluorosensi
2.7
2.8
Penatalaksaan1
Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk
Prognosis1
Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis
BAB III
ILUSTRASI KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama
: M. Nasir
Pendidikan
: SD
Umur
: 62 tahun
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Laki-laki
Suku
: Caniago
Pekerjaan
: Swasta
No.MR
: --
Alamat
: Siabu
Tanggal
: 11-05-2015
f. Pemeriksaan thorax
g. Pemeriksaan abdomen
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa
3 Status Dermatologis
a. Lokasi
: Regio facialis (oftalmika sinistra)
b. Distribusi
: Herpetiformis
c. Bentuk
: Tidak teratur
d. Susunan
: berkelompok
e. Batas
: Difus
f. Ukuran
: miliar sampai numular
g. Efloresensi
: Primer (vesikel, urtika)
Sekunder (krusta)
4
5
6
7
8
Kelainan mukosa
Kelainan Mata
Kelainan kuku
Kelainan Rambut
Kelainan KGB