Anda di halaman 1dari 15

Laporan kasus

HERPES ZOSTER
OFTALMIKUS

Oleh:
MELDA WATI
10101063
Pembimbing :
Dr. Imawan Hardiman. Sp.KK

KKS BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD. BANGKINANG


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah
dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul herpes zoster oftalmikus yang diajukan sebagai persyaratan untuk
mengikuti KKS Ilmu Kulit dan Kelamin. Terima kasih penulis ucapkan kepada
dokter pembimbing yaitu dr. Imawan Hardiman, Sp.KK yang telah bersedia
membimbing penulis, sehingga laporan kasus ini dapat selesai pada waktunya.
Penulis memohon maaf jika dalam penulisan laporan kasus ini terdapat
kesalahan, dan penulis memohon kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan
laporan kasus ini. Atas perhatian dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih.

Bangkinang, Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
3
BAB I

: PENDAHULUAN
4

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
6

2.1 Definisi
6
2.2 Epidemiologi
6
2.3 Etiologi
6
2.4 Patogenesis...
7
2.5 Mnaifestasi klinis
8
2.6 Pemeriksaan penunjang
9
2.7 Diagnosis banding
9
2.8 Penatalaksanaan
9
2.9 Prognosis
10

KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

BAB III

: LAPORAN KASUS
11

DAFTAR PUSTAKA
15

KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Herpes zoster oftalmikus adalah infeksi virus herpes zoster yang mengenai

bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus
saraf trigeminus (N.V) yang ditandai dengan erupsi herpetik unilateral pada
kulit.
Insidensi herpes zoster terjadi pada 20 % populasi dunia dan 10 %
diantaranya adalah herpes zoster oftalmikus. Penyakit ini cukup berbahaya
karena dapat menimbulkan penurunan visus.Virus Varicella zoster dapat laten
pada sel syaraf tubuh dan pada frekuensi yang kecil di sel non-neuronal satelit
dari akar dorsal, berhubung dengan saraf tengkorak dan saraf autonomik
ganglion, tanpa menyebabkan gejala apapun. Infeksi herpes zoster biasanya
terjadi pada pasien usia tua dimana specific cell mediated immunity pada
umumnya menurun seiring dengan bertambahnya usia atau pasien yang
mengalami penurunan system imun seluler. Morbiditas kebanyakan terjadi
pada individu dengan imunosupresi (HIV/AIDS), pasien yang mendapat terapi
dengan imunosupresif dan pada usia tua.
Herpes zoster oftalmik merupakan bentuk manifestasi lanjut setelah
serangan varicella.virus ini dapat menyerang saraf cranial V. Pada nervus
trigeminus, bila yang terserang antara pons dan ganglion gasseri, maka akan
terjadi gangguan pada ketiga cabang nervus V (cabang oftalmik, maksilar,
mandibular) akan tetapi yang biasa terkena adalah ganglion gasseri dan yang
terganggu adalah cabang oftalmik. Bila cabang oftalmik yang terkena, maka
terjadi pembengkakan kulit di daerah dahi, alis, dan kelopak mata disertai
kemerahan yang dapat disertai vesikel, dapat mengalami supurasi, yang bila
pecah akan menimbulkan sikatriks. Bila cabang nasosiliar yang terkena,
kemungkinan komplikasi pada mata sekitar 76 %. Jika saraf ini tidak terkena
maka resiko komplikasi pada mata hanya sekitar 3,4%.

KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

Virus herpes zoster bisa dorman atau menetap (laten) pada ganglion N.V
dan reaktivasinya didahului oleh gejala prodormal seperti demam, malaise,
sakit kepala dan nyeri pada daerah saraf yang terkena tapi sebelumnya
terbentuk lesi kulit. Kulit kelopak mata dan sekitarnya berwarna merah dan
bengkak diikuti terbentuknya vesikel, kemudian menjadi pustule lalu pecah
menjadi krusta. Jika krusta lepas akan meninggalkan jaringan sikatrik.
Manifestasi herpes zoster oftalmikus antara lain sakit mata, mata merah,
penurunan visus dan mata berair. Penegakan diagnosis sebagian besar dilihat
dari manifestasi nyeri dan gambaran ruam dermatom serta adanya riwayat
menderita cacar air. Penatalaksanaan infeksi akut herpes zoster oftalmikus
yaitu antivirus, kortikosteroid sistemik, antidepresan, dan analgesic yang
adekuat. Jika terjadi komplikasi mata seperti keratitis, iritis dan iridosiklitis
dapat diberikan steroid topical dan siklopegik. Pengobatan akan optimal bila
dimulai dalam 72 jam dari onset ruam kulit.

KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi 2
Herpes zoster oftalmikus adalah infeksi virus herpes zoster yang

mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari


cabang oftalmikus saraf trigeminus (N.V) yang ditandai dengan erupsi
herpetik unilateral pada kulit.
2.2

Epidemiologi 2,3
Insidensi herpes zoster terjadi pada 20 % populasi dunia dan 10 %

diantaranya adalah herpes zoster oftalmikus. Penyakit ini cukup berbahaya


karena dapat menimbulkan penurunan visus.Virus Varicella zoster dapat
laten pada sel syaraf tubuh dan pada frekuensi yang kecil di sel nonneuronal satelit dari akar dorsal, berhubung dengan saraf tengkorak dan
saraf autonomic ganglion, tanpa menyebabkan gejala apapun. Infeksi
herpes zoster biasanya terjadi pada pasien usia tua dimana specific cell
mediated immunity pada umumnya menurun seiring dengan bertambahnya
usia atau pasien yang mengalami penurunan system imun seluler.
Morbiditas kebanyakan terjadi pada individu dengan imunosupresi
(HIV/AIDS), pasien yang mendapat terapi dengan imunosupresif dan pada
usia tua. Insidensi pada pria dan wanita sama.
2.3

Etiologi 1,2,3
Herpes zoster disebabkan oleh Varisela Zoster Virus (VZV),

kelompok virus herpes tergolong virus sedang dengan inti DNA. VZV
mempunyai kapsid yang tersusun dari 162 sub unit protein dan berbentuk
simetri isohedral dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter
150-200 nm, dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius.
Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organik,
deterjen, enzim proteolitik, panas, dan lingkungan dengan pH yang tinggi.
HZO merupakan reaktivasi dari VZV di N.V divisi oftalmik (N.V1)

KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

2.4

Patogenesis 1,2,4,5
Seperti herpes virus lainnya, VZV menyebabkan infeksi primer

(varisela/ cacar air) dan sebagian lagi bersifat laten, dan ada kalanya
diikuti dengan penyakit yang rekuren di kemudian hari (zoster/shingles).
Infeksi primer VZV menular ketika kontak langsung dengan lesi kulit
VZV atau sekresi pernapasan melalui droplet udara. Infeksi VZV biasanya
merupakan infeksi yang self-limited pada anak-anak, dan jarang terjadi
dalam waktu yang lama, sedangkan pada orang dewasa atau imunosupresif
bisa berakibat fatal. Pada anak-anak, infeksi VZV ini ditandai dengan
adanya demam, malaise, dermatitis vesikuler selama 7-10 hari, kecuali
pada infeksi primer yang mengenai mata (berupa vesikel kelopak mata dan
konjungtivitis vesikuler). VZV laten mengenai ganglion saraf dan rata-rata
20% terinfeksi dan bereaktivasi di kemudian hari.
HZO timbul akibat infeksi N.V1. Kondisi ini akibat reaktivasi VZV yang
diperoleh selama masa anak-anak. Varisela zoster adalah virus DNA yang
termasuk dalam famili Herpes viridae. Selama infeksi, virus varisela
berreplikasi secara efisien dalam sel ganglion. Bagaimanapun, jumlah
VZV yang laten per sel terlalu sedikit untuk menentukan tipe sel apa yang
terkena. Imunitas spesifik sel mediated VZV bertindak untuk membatasi
penyebaran virus dalam ganglion dan ke kulit.
Kerusakan jaringan yang terlihat pada wajah disebabkan oleh infeksi yang
menghasilkan inflamasi kronik dan iskemik pembuluh darah pada cabang
N. V. Hal ini terjadi sebagai respon langsung terhadap invasi virus pada
berbagai jaringan. Walaupun sulit dimengerti, penyebaran dermatom pada
N.V dan daerah torak paling banyak terkena.
Tanda-tanda dan gejala HZO terjadi ketika N.V1 diserang virus, dan
akhirnya akan mengakibatkan ruam, vesikel pada ujung hidung (dikenal
sebagai tanda Hutchinson), yang merupakan indikasi untuk resiko lebih
tinggi terkena gannguan penglihatan. Dalam suatu studi, 76 % pasien
dengan tanda Hutchinson mempunyai gangguan penglihatan.

KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

2.5

Manifestasi Klinis1,3,5
Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah

disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan,. Gejala prodromal


berlangsung 1-4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak
keluar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
Secara subyektif biasanya penderita datang dengan rasa nyeri serta
edema kulit yang tampak kemerahan pada daerah dahi, alis dan kelopak
atas serta sudah disertai dengan vesikel. Secara obyektif tampak erupsi
kulit pada daerah yang dipersarafi cabang oftalmik nervus trigeminus.
Erupsi ini unilateral dan tidak melewati garis median. Rima palpebra
tampak menyempit bila kelopak atas mata mengalami pembengkakan. Bila
cabang nasosiliar nervus trigeminus yang terkena, maka erupsi kulit terjadi
pada daerah hidung dan rima palpebra biasanya tertutup rapat. Bila kornea
atau jaringan yang lebih dalam terkena maka timbul lakrimasi, mata silau
dan sakit dan penderita tampak kesakitan yang parah. Kelainan mata
berupa bercak-bercak atau bintik-bintik putih kecil yang tersebar di epitel
kornea yang dengan cepat sekali melibatkan stroma. Bila infeksi mengenai
jaringan mata yang lebih dalam dapat menimbulkan iridosiklitis disertai
sinekia iris serta menimbulkan glaucoma sekunder. Komplikasi lain adalah
paresis otot penggerak mata serta neurirtis optic.

KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

2.6
Pemeriksaan Penunjang 1,2
Diagnosis laboratorium terdiri dari beberapa pemeriksaan :
a. Pemeriksaan langsung secara mikroskopik (Tzanck)
kerokan palpebral diwarnai dengan pewarnaan
giemsa, untuk melihat adanya sel-sel raksasa berinti
banyak (Tzanck) yang khas dengan badan inklusi
intranukleus asidofil.
b. Biakan jaringan
c. Imunofluorosensi
2.7

Disgnosis Banding 1,2


Kondisi yang memperlihatkan penampakan luar
yang sama:
Herpes simplek
Impetigo vesikobulosa

2.8

Penatalaksaan1
Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk

nyerinya diberi analgesik. Jika disertai infeksi sekunder


diberikan antibiotik.
Indikasi obat antiviral ialah herpes zoster oftalmikus
dan pasien dengan defisiensi imunitas mengingat
komplikasinya. Obat yang biasa digunakan adalah asiklovir
dan modifikasinya, misalnya valasiklovir. Obat yang lebih
baru adalah famsiklovir dan pensiklovir yang mempunyai
waktu paruh eliminasi yang lebih lama sehingga cukup
diberikan 3x250 mg sehari. Obat-obat tersebut diberikan
dalam tiga hari pertama sejak lesi muncul.
KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

Dosis asiklovir yang dianjurkan adalah 5x800 mg


sehari dan biasanya diberikan 7 hari, sedangkan
valasiklovir cukup 3x1000 mg sehari karna konsentrasi
dalam plasma lebih tinggi. Jika lesi baru masih tetap timbul
obat-obatan tersebut masih dapat diteruskan dan
dihentikan sesudah dua hari sejak lesi baru tidak timbul
lagi.
Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya.
Jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan
protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak
menjadi infeksi sekunder. Bila erosive diberikan kompres
terbuka. Kalau ulseratif dapat diberikan salap antibiotik
2.9

Prognosis1
Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis

bergantung pada tindakan perawatan secara dini.

BAB III
ILUSTRASI KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama

: M. Nasir

Pendidikan

KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

: SD

Umur

: 62 tahun

Agama

: Islam

Jenis kelamin

: Laki-laki

Suku

: Caniago

Pekerjaan

: Swasta

No.MR

: --

Alamat

: Siabu

Tanggal

: 11-05-2015

Status perkawinan: Menikah


3.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan
mata sebelah kiri membengkak sejak 4 hari yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan
mata sebelah kiri membengkak sejak 2 minggu yang lalu.
Pasien mengeluhkan timbul bintil-bintil berisi cairan di
sekitar mata sebelah kiri disertai rasa gatal dan nyeri.
Kemudian bintil-bintil tersebut bertambah dan menyebar
ke dahi sebelah kiri. Pasien sering menggaruk bintil
tersebut sehingga pecah.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengeluh seperti ini sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa
seperti pasien tersebut.
5. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah berobat ke klinik dokter 1 minggu yang lalu
diberi obat salap dan tablet tiga macam berwarna ungu,abu-abu dan merah
jambu.
6. Riwayat kebiasaan
Mandi 2x sehari menggunakan air sumur
3.3 Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalisata
a. Keadaan umum
: Tidak tampak sakit
b. Kesadaran
: Composmentis kooperatif
2
Tanda vital
a. Tekanan darah
: Tidak diperiksa
b. Nadi
: Tidak diperiksa
c. Nafas
: Tidak diperiksa
d. Suhu
: Tidak diperiksa
e. Keadaan gizi
: Baik

KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

f. Pemeriksaan thorax
g. Pemeriksaan abdomen

: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa

3 Status Dermatologis
a. Lokasi
: Regio facialis (oftalmika sinistra)
b. Distribusi
: Herpetiformis
c. Bentuk
: Tidak teratur
d. Susunan
: berkelompok
e. Batas
: Difus
f. Ukuran
: miliar sampai numular
g. Efloresensi
: Primer (vesikel, urtika)
Sekunder (krusta)

KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

4
5
6
7
8

Gambar 1 : kondisi pasien saat


datang ke poli

Kelainan mukosa
Kelainan Mata
Kelainan kuku
Kelainan Rambut
Kelainan KGB

: Tidak ditemukan kelainan


: Tidak ditemukan kelainan
: Tidak ditemukan kelainan
: Tidak ditemukan kelainan
: Tidak ditemukan pembesaran KGB

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Apusan Tzanck
3.5 Resume
Pasien datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan
mata sebelah kiri membengkak sejak 2 minggu yang lalu.
Pasien mengeluhkan timbul bintil-bintil berisi cairan di
sekitar mata sebelah kiri disertai rasa gatal dan nyeri.
Kemudian bintil-bintil tersebut bertambah dan menyebar
ke dahi sebelah kiri. Pasien sering menggaruk bintil
tersebut sehingga pecah.
Lokasi lesi pada Regio facialis (oftalmika sinistra) dengan
Distribusi Herfertiformis, bentuk tidak teratur, Susunan berkelempok,
Batas difus, Ukuran miliar sampai numular dengan Efloresensi Primer
(vesikel dan urtika) dan efloresensi Sekunder (krusta).

KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

3.6 Diagnosis Kerja


Herpes zoster oftalmikus sinistra
3.7 Diagnosis Banding
Herpes simplek
Impetigo vesikobulosa
3.8 Penatalaksanaan
1. Umum
a. Istirahat yang cukup
b. Makan makanan yang bergizi
c. Jangan menggaruk lesi
2. Khusus
a. Sistemik
: - asiklovir 5x 800 mg sehari selama 7
hari
- ibuprofen 3x500 mg
3.9 Prognosis
1. Quo ad sanam : Bonam
2. Quo ad vitam
: Bonam
3. Quo ad functionam
: Bonam
4. Quo ad kosmetikum : Dubia ad Bonam
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2011
2. Siregar, RS. Atlas Bewarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua.
Jakarta: EGC; 2013
3. Herpes zoster from http://www.emedicine.com/oph[disc257.htm,2006
4. Herpes Zoster Information from http://www.emedicinehealth.com/articles
5. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2014

KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG

Anda mungkin juga menyukai