Anda di halaman 1dari 26

RESUME PBL

SKENARIO 5

NAMA : AUSSIE NENDEN HANIFAH


NPM : 118170029
KELOMPOK : 2A
NAMA TUTOR : dr. MUHAMMAD AJMAL UNNAS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GUNUNG JATI
CIREBON
2020
SKENARIO 5

Prioritas penggunaan ventilator

Seorang pasien laki-laki berusia 65 tahun datang ke RS dengan keluhan panas,


batuk dan sesak. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tersebut curiga terkena
COVID-19 dan memerlukan ventilator serta ruangan isolasi. Disaat bersamaan
ada pasien yang menjalani perawatan di bangsal mengalami penurunan kesadaran
akibat stroke perdarahan dan membutuhkan alat ventilator juga, sedangkan alat
ventilator yang tersedia di ruangan ICU hanya tersisa untuk satu pasien. Dokter
menghadapi dilema etik terhadap prioritas penggunaan ventilator tersebut dan
berkonsultasi untuk dapat memutuskan untuk memecahkan masalah tersebut
dalam waktu yang singkat.

STEP 1

1. Dilema etik : suatu situasi yang dihadapi dokter, dimana dokter harus
memutuskan tindakan apa yang tepat.

STEP 2

1. Bagaimana prioritas dari ICU ?


2. Apa yang dimaksud dengan dilema etik ?
3. Kepada siapakah dokter tersebut berkonsultasi dengan memutuskan
masalah yang berkaitan dengan etik kedokteran ?
4. Prinsip moral apakah yang dilakukan dokter tersebut ?
5. Bagaimana penyelesaian dilema etik ?

STEP 3

1. Bagaimana prioritas dari ICU ?


Terdapat 3 prioritas : kelompok pasien tidak kritis, memerlukan
pelayanan canggih di ICU, dan pasien sangat kritis
Pengecualian dengan pertimbangan dengan indikasi jika pasien golongan
bisa di keluarkan, contohnya ada kriteria masuk tapi pasien menolak,
pasien dengan vegetative permanen, dan pasien mati batang otak.
Fasilitas dan tenaga medis leboh berpengalaman dari pada di bangsal
sehingga harus ada prioritas di ICU

2. Apa yang dimaksud dengan dilema etik ?


Situasi yang dihadapi seorang dokter, dimana dokter harus mengambil
keputusan dimana keputusannya ada 2 alternatif dengan pertimbangan
secara moral.
Berdasarkan KODEKI yaitu kewajiban terhada pasien, diri sendiri.
Dilema etik yaitu secara etik dilihat dari KODEKI dan dilihat dari moral
itu salah dilakukan.
Prinsip etika yaitu teori etika deontology, teleology, virtue.
Memegang prinsip etika yaitu beneficence, otonomy, justice, dan
maleficence

3. Kepada siapakah dokter tersebut berkonsultasi dengan memutuskan


masalah yang berkaitan dengan etik kedokteran ?
WMA yaitu menjalankan standar umum etika kedokteran di seluruh
dunia, yang dipegang dokter tanpa memandang dia dimana
WMA membuat kebijakan baru dan revisi dalam pertemuan tahunan
dengan konsultasi dengan komite etik kedokteran
Konsultasi terlebih dahulu ke senior pada rumah sakit tersebut atau
komite etik rs teresebut

4. Prinsip moral apakah yang dilakukan dokter tersebut ?


Ada 4 : autonomy, justice, beneficence dan nonmalficence
Pada kasus dokter menerapkan prinsip moral beneficence dan justice
Pada kasus dokter menerapkan prinsip moral nonmalficence

5. Bagaimana penyelesaian dilema etik ?


Model pemecahan masalah megan, kerangka pemecahan etik kozier
2004, model murphy, langkah-langkah menurut purtilo dan cassel 1981,
langkah-langkah menurut Thompson 1981
Strategi pemecahan dilemma etis dilihat dari indikasi, individu, moral
right, dan keadilan.
Pendekatan rasional dan non rasional
Indikasi dilakukan dengan cara double effect, extraoridanary ordinary,
minus manum
Double effect yaitu dirinya harus berbuat baik, ordinary adalah suatu
yang layak extraordinary adalah suatu yang luar biasa atau lebih dari
kelayakan terdapat 2 kelompok secara medis dan secara moral.
Menurut jhonson ada 4 pendekatan yaitu medical indication, patient
preference, quality of life, konteksual feature

STEP 4

1. Bagaimana prioritas dari ICU ?


Ada 3 prioritas
Prioritas 1  pasien kritis contoh pasien pasca bedah, pasien gangguan
asam basa
Prioritas 2  contoh pasien gagal jantung, pasien gagal ginjal
Prioritas 3  contohpasien dengan keganasan metastasik, pasien
pericardial temponade
Pengecualian  pasien dengan prioritas 1 atau 2 atau 3 dikeluarkan dari
prioritas yaitu jika pasien menolak, ps dengan vegetative permanen,
pasien dengan dipastikan mati batang otak
Pasien keluar ICU jika kebutuhan terapi tidak ada lagi contoh pasien
dengan 3 atau lebih gagal organ, prioritas 2 jika terapi intensif berkurang,
prioritas 3 dikeluarkan jika tidak ada pengobatan lagi.
Kriteria pasien masuk berdasarkan diagnosis contoh pasien syok
kardiogenik, cardiac arrest, blockade jantung akut, emboli paru, gagal
nafas, stroke akut dengan penurunan kesadara, status epileptikus,
vasospasme, keracunan obat hemodinamik tdk stabil, perdarahan gi,
pankreatitis berat, ketoasidosis, hipokalsemia berat. Td kurang dari 80
atau lebih dari 120 bisa dilihat dari hasil lab dan radiologi
Menurut Permenkes  indikasi yang benar di rawat di ICU adalah pasien
yang memerlukan tindakan medi segera, pasien sakit kritis
Prosedur pasien masuk ICU pertama harus disleksi berdasarkan kriteria
inklusi dan ekslusi  konsul ke konsulen lalu bisa dilakukan juga
menggunakan skala prioritas

2. Apa yang dimaksud dengan dilema etik ?


Kriteria dilemma etik yaitu ada 6 : memperoleh fakta-fakta yang relevan
tentang masalah, mnentukan isu-isu. Menentukan faktor yang
mempengaruhi dilemma etik, menentukan cara alternative, mementukan
konsekuensi, menetapkan tindakan yang tepat.
Menurut jhonson yaitu mengumpulkan infomasi, mengidentifikasi isu
etik, mengidentifikasi konflik yang ada.
Etik dibagi menjadi 2, etik adalah kumpulan asas dengan akhlak, etika
adalah ilmu tentang hak dan kewajiban, moral adalah standar benar atau
salah. Jadi moral adalah etik.

3. Kepada siapakah dokter tersebut berkonsultasi dengan memutuskan


masalah yang berkaitan dengan etik kedokteran ?
Menurut WMA yang dapat diterapkan seluruh dunia, Peran koordinasi
dan kerja sama tim juga sangat penting.
WMA mengatur prilaku seorang dokter, standar tersebut bersifat legal
tergantung Negara dimana dokter tersebut berada.

4. Prinsip moral apakah yang dilakukan dokter tersebut ?


Menurt 4 prinsip :
Beneficence yaitu berbuat baik dengan kriteria yaitu alturisme, menjamin
harkat dan martabat, menjamin kehidupan bai,
Nonmalficence yaitu menolong pasien emergensi, mengobati pasien yg
luka, mencegah ps dari bahaya, memberikan semangat hidup pasien.
Autonomy yaitu menghargai hak pasien dengan kriteria menghargai hak
nasib sendiri, berterus terang terhdap pasien
Justice yaitu bersifat adil memberikan segala suatu secara universal,
menghargai hak pasien dan orang lain.
Pada kasus dokter menerapkan prinsip maleficence karena pasien dalam
keadaan gawat darurat yaitu tidak membahayakan pasien

5. Bagaimana penyelesaian dilema etik ?


Prinsip double effect  mengintesikan efek baik, dengan efek buruk yang
bukan merupakan efek samping, diterapkan saat penyakit terminal,
keganasan rahim
Ordinary-extraordinary  ordinary (layak) dan extraordinary (luar biasa
diluar kelayakan) dengan tdk memaksakan jika kondisi pasien tidak
memungkinkan
Sunum bonum  baik dari yang baik, berpangkal pd hokum manusia dan
kodratnya
Totalitas dan itegritas  kewajiban menghormati bagian tubuh pasien

Medical indication  beneficence dan maleficence dengan melihat


kondisi pasien dengan probabilitas pengobatannya
Dilihat dari diagnosisnya apakah bersifat akut atau kronik, dilihat
prognosisnya
Patient preference  dengan autonomy dengan menghargai pilihan
pasien
Quality of life  menjaga kualitas hidup pasien, dilihat apakah pasien
ada gangguan fisik atau mental setelah menjalankan pengobatan
Contextual feature  dengan prinsip justice, mengkondisikan keadaan
ekonomi, norma-norma pasien, berhubungan dengan pemngambilan
keputusan pasien

Untuk menyelesaikan etis atau tidak dengan pendekatan non rasional dan
rasional
Non rasional : kepatuhan, imitasi, perasaan atau kehendak,, intuisi,
kebiasaan
Rasional : pendekatan subjektif terhadap moral yaitu deontology,
konsekunsialisme, prinsipialisme
MIND MAP

Dilema etik

Strategi Etika medis dan


Definisi Prinsip moral Identifikasi Dasar hukum
pemecahan ruang lingkup

STEP 5

1. Jelaskan etika medis dan ruang lingkupnya serta prinsip dasar etika moral

2. Jelaskan dilema etika dan kapan dapat mengidentifikasi dilemma etika itu
terjadi

3. Strategi pemecahan masalah dilemma etika

STEP 6

BELAJAR MANDIRI
STEP 7

1. Ruang lingkup etika medis dan etika moral

Tabel 1. Etika Medis dan Etika Klinis.

Etika Medis
Definisi
Etiomologi Umum
Berasal dari kata Yunani yaitu: Sebuah cabang filsafat yang
Ethikos, ethos yang berarti adat, kebiasaan berbicara mengenai nilai dan norma
praktik. moral yang menentukan
perilakumanusia dalam hidupnya
yang mengandung permusyawaratan
dan argument eksplisit untuk
membenarkan tindakan tertentu, juga
membahas asas-asas yang mengatur
karakter manusia ideal atau kode
etik profesi tertentu (etika normative
 tujuannya mencari prinsi-prinsip
dasar yang memungkinkan kita
menghadapi pandangan-pandangan
normative moral yang terdapat
dalam masyarakat atau
diperjuangkan oleh berbagai
ideologi secara rasional dan kritis.).
Etika Klinis
Definisi
Suatu metodologi dalam proses pengambilan keputusan klinis yang etik.

Gambar 1. Fondasi etika kedokteran.


Casuistry Moral Pluralism
Metodologi pengambilan keputusan etik Dikembangkan oleh Jonsen, Siegler
adalah menganalogikan situasi dan kondisi dan Winslade yang membagi 4 jenis
suatu kasus terhadap kasus terdahulu yang kategori yang memerlukan analisis
sudah ada pemecahan masalahnya secara moral. Langkah yang dilakukan
konsensus. Kelemahan metode ini adalah adalah mengkontekstualitas kan
bahwa tidak ada konsensus yang abadi. masalah-masalah yang ada ke dalam
masing-masing kategori. Untuk
selanjutnya dilakukan pertimbangan
keputusan apa yang akan diambil
bila ada dua kategori yang
berseberangan. Sebagai catatan
bahwa 4 kategori yang ada hanya
merupakan alat bantu untuk
meninjau ulang kasus dan bukan
ditujukan sebagai prioritas etik.
Keputusan tetap harus diambil dari
pertimbangan ke empat kategori
tersebut. Kekurangan metode ini
adalah bahwa tidak ada analisis
kritik terhadap hasil keputusan yang
telah kita ambil.
Tabel 2. Prinsip-prinsip Bioetika.

Definisi
Penerapan prinsip-prinsip etika dalam bidang kedokteran dan kesehatan
Etika Kedokteran Terapan
Principles Artenative Principlism
Memetingkan prinsip etik dalam Artenative principlism termasuk
bertindak. Termasuk dalam korteks ini dalam etika ini adalah komunitarian,
adalah etika normatif, 4 basic moral etika naratif dan etika kasih sayang.
principle, konsep libertarianism
(mengutamakan automi), beneficence in
trust (berbuat baik dalam suasana
kepercayaan), non-malficence, dan
justice. Dasar utama dalam principlism
adalah bahwa memilih salah satu prinsip
etik ketika akan mengambil keputusan.
Teori Etika Normatif
Deontology Teleology Virtue
Benar tidaknya tindakan Benar tidaknya tindakan Benar tidaknya
bergantung pada bergantung pada akibat- tindakan tergantng
perbuatan atau cara akibatnya. Dasar: dari norma-norma
tindakan itu sendiri, pengalaman (efektif-efisien). yang diambil.
buakan pada akibat
tindakan. Dasar:
kewajiban atau
keharusan.
Beauhamp dan Childress  4 Kaidah Dasar Moral (Basic Moral Principle)
Beneficence Autonomy Non- Justice
malficence
Bene  bonum  Menghargai Non  Tidak Justice 
baik atau kebaikan. pilihan-pilihan Mal  Jahat Keadilan.
Ficence  pasien. Pilihan Ficence  Konsep keadilan
Membuat. pasien yang harus Membuat. tidak selalu sama
Beneficence berarti dihormati dokter Non-malficent rata dan sama rasa.
berbuat kebaikan. adalah pilihan yang dapat diartikan Ada dua konsep
Kewajiban berbuat bersifat otonom, sebagai tidak justice:
baik ini seharusnya artinya tidak ada berbuat jahat, a. Fairness 
bisa menjadi paksaan dan first do no Adil sama rasa
keutamaan. pengaruh dariluar harm, primum sama rasa
Tujuan: dirinya. Ketika non nocere. b. Equitable 
Untuk membantu seseorang tidak Tujuan  Sesuai asas
orang lain melebihi bisa memilihi Untuk kepatutan.
kepentingan dan secara otonom, melindungi
minat mereka. maka bisa saja seseorang yang
Dasar mengandung orang tersebut tidak mampu
dua elemen, yaitu termasuk kaum (cacat) atau
a. Keharusan yang vulnerable orang yang
secara aktif atau rentan. non-otonomi.
untuk Seorang pasien
kebaikan dapat dikatakan
berikutnya kompeten untuk
b. Tuntutan menentukan
untuk melihat pilihannya sendiri
berapa banyak dapat dilihat pada:
aksi kebaikan a. UU Pemilu
berikutnya dan a) UU No. 23
berapa banyak Tahun
kekerasan 2003
yang terlibat. Tentang
Pemilihan
Umum
Presiden
dan Wakil
Presiden
Pasal 7.
b) UU No. 10
Tahun
2008
Tentang
Pemilihan
Umum
Anggota
Dewan
Perwakilan
Rakyat,
Dewan
Perwakilan
Daerah,
dan Dewan
Perwakilan
Rakyat
Daerah
pasal 19
(1).
c) UU No. 32
Tahun
2004
Tentang
Pemerintah
Daerah
Pasal 68.
b. UU No. 23
Tahun 2002
Tentang
Perlindung
Anak Pasal 1
(1).
c. KUHP Pasal
330.

2. Dilema Etik

Definisi

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai
perilaku yang layak harus di buat. Dilema etik merupakan suatu masalah yang
sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif
yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Untuk itu diperlukan
pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut.

Identifikasi dilema etik

Dilema etik adalah situasi yang dihadapi seseorang dalam membuat keputusan
mengenai perilaku yang layak harus dibuat. Untuk itu diperlakukan pengambilan
keputusan untuk menghadapi dilema etik. Terdapat enam pendekatan yang
dilakukan seseorang untuk membuat keputusan etis, yaitu :

1. Memperoleh fakta-fakta yang relevan tentang masalah


2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta yang relevan
3. Menentukan faktor yang mempengaruhi dilema etik
4. Menentukan cara alternative dalam memecahkan masalah etika
5. Menentukan konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan aternatif
6. Menetapkan tindakan yang tepat.

Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau


menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi:
1) Semua orang melakukannya
2) Jika legal maka disana terdapat keetisan dan
3) Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan stress pada tenaga kesehatan karena dia tahu apa yang harus
dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul
akibat nilai-nilai, pasien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga
timbul pertentangan dalam mengambil keputusan.

Semua pertanyaan-pertanyaan pasien-pasien pada umumnya dapat direduksi


menjadi tiga pertanyaan yaitu:

 Apa yang dapat menjadi salah? Ini adalah pertanyaan yang menyangkut
diagnostik dan klasifikasi masalah. Dalam hal ini dokter akan menggunakan
segenap kemampuan medis yang dimilikinya untuk dapat meminimalisir
kesalahan diagnosis yang akan dibuat.
 Apa yang dapat dilakukan? Ini adalah pertanyaan selanjutnya yang menyangkut
terapi terhadap pasien bila diagnosis atau penyakit pasien sudah dapat ditegakkan.
Dokter akan mempetimbangkan segala kemampuannya untuk memberikan yang
terbaik bagi pasien.
 Apa yang seharusnnya dilakukan pada pasien ini? Saat diagnosis sudah dapat
ditegakkan dan pilihan terapi sudah diputuskan berdasarkan keilmuan, pertanyaan
kemudian yang akan timbul adalah, haruskah terapi yang sudah dipilih diberikan
pada pasien ini? Kalau memang benar, apakah sudah tepat dan sesuai dengan
keadaan dan kondisi pasien? Atau apakah pasien menyetujui pilihan terapi yang
kita berikan?

3. Strategi pemecahan masalah

Tabel 3. Strategi Pemecahan Masalah Etik.

Four Topics Approach


Pendekatan Pendekatan Pendekatan Pendekatan
Indikasi Individu Moral-right Keadilan
Pemilihan etis Pemilihan yang Pilihan etis terbaik Pendekatan
menghasilkan dilakukan oleh melibatkan moral yang secara
kelebihan manfaat individu biasanya dalam diri seorang etis
terbesar dari pada dalam penanganan pemeriksa/dokter memperlakuka
bahayanya dan kegawatdaruratan untuk mengambil n semua orang
harus memilih karena sebagai keputusan yang sama rata tanpa
tindakan yang seorang dokter baik untuk semua membeda-
paling terbaik untuk harus segera pihak,baik dokter bedakan atau
semua pihak. mengambil maupun pasien. diskriminasi,
keputusan sendiri dan sebagai
dan secara etis seorang dokter
memajukan juga dituntut
kebaikan bersama untuk seberapa
baik dokter sebagai adil dalam
pemeriksa maupun mengambil
pasien, bagaimana keputusan
anda harus bersikap maupun
dan berpikir dalam tindakan
melakukan sehingga dapat
tindakan yang menghasilkan
dirasa paling aman. suatu
kebijakan yang
sangat baik.
Gambar 2. Empat dimensi analisis etika klinis.
Prinsip Double Effect
a. Perbuatan yang mempunyai dua efek itu dirinya harus berbuat baik atau
sekurang-kurangnya indifferent.
a) Efek buruk yang terjadi haruslah efek samping yang tidak terelakan dan
bukan yang dituju.
b) Efek yang baik harus dalam perbandingan yang proporsional lebih besar
dari pada efek buruk itu.
c) Efek buruk tidak boleh menjadi sarana untuk mendapatkan efek baik.
d) Yang menjadi intensi dari perbuatan itu adalah efek baik.
b. Yang menjadi intensi dari perbuatan itu adalah efek yang baik dan bukan
efek yang buruk.
c. Efek buruk itu tidak boleh menjadi sarana untuk mendapatkan efek baik.
d. Efek buruk yang terjadi itu haruslah efek samping yang tak terelakan dan
bukan yang dituju.
e. Kausalitas  Efek yang buruk itu hanya diperbolehkan kalau itu adalah efek
yang merupakan konsekuensi logis dari efek baik.
f. Alasan yang proporsional: Efek yang baik harus dalam perbandingan yang
proporsional lebih besar daripada efek buruk itu.
Contoh:
a. Abortic Terapeutic tidak langsung
b. Pemberian pain killer
c. Amputasi
d. 4. Ectopic pregnancy.
Summum Bonum Minus Mallum
Summum Bonum Minus Mallum
Definisi Definisi
Summum bonum adalah sebuah kata kunci Minus mallum adalah memilih satu
yang cukup dikenal orang dalam filsafat st. diantara satu dari yang lain
Thomas Aquinas. Istilah ini memuat bukanlah hal yang mudah ada bayak
kebaikan tertinggi, yang tidak hanya berarti faktor yang perlu dipikirkan,
hal yang baik yang mungkin ada, tetapi konsekuensi yang perlu
juga menunjuk kepada baik yang dipertimbangkan, keluarga dan
mengandung hal dan melahirkan semua hal sahabat yang perlu didengarkan,
yang baik, yang diinginkan, yang informasi yang perlu didengarkan,
memuaskan hasrta atau keinginan hati kemampuan yang perlu ditakardan
manusia. Pengertian sumumbonum menurut banyak lagi pertimbangannya.
Plato merupakan ide yang baik dan Memilih satu yang lain, suatu
kedengaran merupakan suatu ide yang keharusan yang harus diputuskan
abstrak. Prinsip summum bonum ini juga secara sadar. Tiada memilih satu
berpangkal pada panggilan manusia pada diantara yang lain, itu juga pilihan.
kesempurnaan dan hukum kodratnya. Suatu pilihan menyimpang dari
pilihan satu diatara yang lain.
Prinsip minus mallum adalah jika
kita harus memilih dari antara
beberapa pilihan yang semuanya
jelek maka pilihan harus dijatuhkan
kepada sesuatu pilihan yang paling
sedikit nilai kejahatannya.
Prinsip Prinsip
Prinsip sumum bonum ini juga berpangkal a. Pilihan. Dengan kata lain,
pada panggilan manusia kepada kemungkinan untuk tidak
kesempurnaan dan hukum kodratnya. memilih dari semua pilihan itu
Semual hal –terutama makhluk hidup- tidak ada atau idak memilih pun
berevolusi kepada kesempurnaan atau mempunyai nilai atau
kebaikan yang lebih baik lagi. konsekuensi jahat. Harus
dihindarkan dilema palsu,
seolah-olah pilihannya hanya
itu, padahal sebenarnya masih
ada pilihan lainnya.
b. Secara objektif memang tidak
ada kemungkinan lain selain
dari kemungkinan yang sudah
tersedia.
c. Semua pilihan itu memunyai
nilai (inherent) dan / atau
dampak yang jahat (tidak baik).
d. Dalam situasi demikian maka
orang harus memilih suatu
pilihan yang mempunyai
nilai/konsekuensi kejahatan
yang paling minimum.
Penerapan Penerapan
Pilihan summum bonum terjadi, kalau Terjadi kalau semua kemungkinan
semua pilihan yang ada adalah baik, tetapi yang ditawarkan itu semuanya jelek
bisa mendapat semuanya dan harus atau tidak ada satu pun yang
memilih salah satu dari semua pilihanitu. mempunyai nilai/konsekuensi baik.
Dalam situasi semacam ini, secara moral Kita terpaksa harus memilih
kita wajib memilih dan mengusahakan semuanya mengandung unsur
kebaikannya paling tinggi (summum kejelekan; dalam situasi ini yang
bonum-supreme good/ the highest good). harus dipilih adalah yang
Tidak cukup memilih yang baik, tetapi kejelekannya paling sedikit (minus
harus memilih yang terbaik. malum). Dia dipilih bukan karena
baik, tetapi karena kejelekannya
yang paling sedikit.
Ordinary-Extraordinary
Ordinary Extraordinary
Suatu yang bersifat biasa/layak dalam hal Suatu yang bersifat luarbiasa/diluar
melakukan dindakan (medis) Harus kelayakan dalam hal melakukan
mempertimbangkan hal ini guna diterapkan tindakan (medis) Harus
kepada pasien, atrinya masih sanggup mempertimbangkan tindakan ini
ditrrima dengan baik oleh pasien sesuai guna diterapkan kepada pasien,
kondisi kesehatannya. atrinya jangan memksakannya
bilamana tidak sanggup diterima
dengan baik oleh pasienapalagi jika
kondisi kesehatannya tidak
memungkinkan.
Prinsip
a. Secara medis, sarana itu digolongkan sebagai yang ordinary bila:
a) Sudah teruji secara ilmiah
b) Berhasil secara statistic
c) Tersedia secara rasional
b. Secara moral, sarana itu digolongkan sebagai yang ordinary bila:
a) Menguntungkan
b) Bermanfaat
c) Tidak menjadi beban fisik, psikologis dan keuangan bagi pasien secara
berlebihan.
KODEKI

Gambar 3. KODEKI.
4 Kaidah Dasar Moral
Beneficence Autonomy Non-malficence Justice
Bene  bonum  Menghargai Non  Tidak Justice 
baik atau kebaikan. pilihan-pilihan Mal  Jahat Keadilan.
Ficence  pasien. Pilihan Ficence  Konsep keadilan
Membuat. pasien yang harus Membuat. tidak selalu sama
Beneficence berarti dihormati dokter Non-malficent rata dan sama
berbuat kebaikan. adalah pilihan dapat diartikan rasa.
Kewajiban berbuat yang bersifat sebagai tidak Ada dua konsep
baik ini seharusnya otonom, artinya berbuat jahat, first justice:
bisa menjadi tidak ada paksaan do no harm, c. Fairness 
keutamaan. dan pengaruh primum non Adil sama
Tujuan: dariluar dirinya. nocere. rasa sama
Untuk membantu Ketika seseorang Tujuan  Untuk rasa
orang lain melebihi tidak bisa memilihi melindungi d. Equitable
kepentingan dan secara otonom, seseorang yang  Sesuai
minat mereka. maka bisa saja tidak mampu asas
Dasar mengandung orang tersebut (cacat) atau orang kepatutan.
dua elemen, yaitu termasuk kaum yang non-otonomi.
c. Keharusan yang vulnerable
secara aktif atau rentan.
untuk Seorang pasien
kebaikan dapat dikatakan
berikutnya kompeten untuk
d. Tuntutan menentukan
untuk melihat pilihannya sendiri
berapa banyak dapat dilihat pada:
aksi kebaikan d. UU Pemilu
berikutnya d) UU No. 23
dan berapa Tahun
banyak 2003
kekerasan Tentang
yang terlibat. Pemilihan
Umum
Presiden
dan Wakil
Presiden
Pasal 7.
e) UU No. 10
Tahun
2008
Tentang
Pemilihan
Umum
Anggota
Dewan
Perwakila
n Rakyat,
Dewan
Perwakila
n Daerah,
dan
Dewan
Perwakila
n Rakyat
Daerah
pasal 19
(1).
f) UU No. 32
Tahun
2004
Tentang
Pemerinta
h Daerah
Pasal 68.
e. UU No. 23
Tahun 2002
Tentang
Perlindung
Anak Pasal 1
(1).
f. KUHP Pasal
330.
Decide Model
Model Pemecahan Masalah (Megan, 1998)
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Melaksanakan rencana
d. Mengevaluasi hasil.
Kerangka Pemecahan Dilema Etik (Kozier & Erb 2004)
a. Mengembangkan data dasar
b. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
c. Apa tindakan yang diusulkan
d. Mengidentifikasi kewajiban perawat
e. Membuat keputusan.
Model Murphy
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Mengidentifikasi peran
d. Mempertimbangkan berbagai alternatifalternatif yang mungkin dilaksanakan
e. Memberi keputusan.
Langkah-langkah Menurut Purtilo dan Cassel (1981)
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilemma
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan.
Langkah-langkah Menurut Thompson & Thompson (1981)
a. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklarifikasi situasi
b. Mengidentifikasi issue etik
c. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
d. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

1. Afandi D. Kaidah Dasar Bioetika Dalam Pengambilan Keputusan Klinis Yang


Etis. Vol. 40 No. 2. Riau: Majalah Kedokteran Andalas; 2017.
2. Amin Y. Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehtan
Republik Indonesa; 2017.
3. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek voor Indonesie).
Indonesia: Kitab undang-Undang Hukum Perdata. 1847.
4. Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Jakarta: Presiden Republik
Indonesia; 2002.
5. Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Jakarta:
Presiden Republik Indonesia; 2003.
6. Kusmaryanto. Bioetika. Edisi 1. Jakarta: PT. Gramedia; 2018.
7. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Kode Etik Kedokteran Indonesia.
Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2012.
8. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. Kode Etik Rumah Sakit
Indonesia (KODERSI) dan Penjelasannya. Jakarta: Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (PERSI); 2015.

Anda mungkin juga menyukai