Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. W.

DENGAN BBLR
DI RUANG PERINATOLOGI RSUD BANYUMAS
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
STASE KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH:

1. IVAN BAYU AJI (1611040082)


2. RAHMAT HIDAYATULLOH (1611040035)
3. WIWIT RAKHMAWATI (1611040033)
4. LIA YULIANTI (1611040037)
5. GILANG IKRAR D (1611040099)
6. EKA FEBRI SETYOWATI (1611040047)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi dengan Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) (WHO, 2003). Kelahiran BBLR sebagian

disebabkan oleh lahir sebelum waktunya (prematur), dan sebagian oleh karena

mengalami gangguan pertumbuhan selama masih dalam kandungan yang disebut

PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat). Menurut perkiraan World Health

Organization (WHO), terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun dengan

angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34

per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara

berkembang. Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39

per 1000 kelahiran hidup. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the

worlds mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian

neonatus disebabkan oleh BBLR. Di Indonesia, menurut Survei Ekonomi

Nasional (SUSENAS) 2005, kematian neonatus yang disebabkan oleh BBLR saja

sebesar 38,85% (Depkes RI, 2008). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia 2002-2003, angka kematian neonatal sebesar 20 per 1.000 kelahiran

hidup. Dalam 1 tahun, sekitar 89.000 bayi usia 1 bulan meninggal. Artinya setiap

6 menit ada 1 (satu) neonatus meninggal. Penyebab utama kematian neonatal

adalah BBLR sebanyak 29%. Di negara berkembang, kelahiran BBLR masih

cukup tinggi. Di Asia Selatan menurut insidensi BBLR berkisar 22%. Demikian

halnya di Indonesia, insidensi BBLR di Rumah Sakit berkisar 20%. Di pusat

rujukan regional Jawa Barat setiap tahunnya antara 20-25% kelahiran BBLR,
sedangkan di daerah pedesaan/rural 10,5%. Di daerah rural sebagian besar BBLR

meninggal dalam masa neonatal. Sementara di level II di tingkat kabupaten di

Jawa Barat sebagian besar Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan

berat lahir < 1500 gram, meninggal pada masa neonatal (Depkes RI, 2006).

Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia menurun lambat dari 65,4% pada

tahun 1987 menjadi 45,7% pada tahun 2007 dan pada tahun 2010 menjadi 41%.

Sementara angka kematian di Vietnam (38%), Filipina (36%), Thailand (30%),

Malaysia (11%), Singapura (5%). Angka Kematian Neo-natal di Indonesia sebesar

47% dari ang-ka kematian bayi dan 3.5% dari kematian neonatal yang disebabkan

hipotermi (Diosko, 2013).

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai

dan dapat dengan cepat kedinginan jika ke-hilangan panas tidak segera dicegah.

Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipo-termia) berisiko tinggi untuk jatuh

sakit atau meninggal jika bayi dalam keadaan basah dan tidak diselimuti mungkin

akan mengalami hipotermia meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat.

Bayi prematur atau berat badan rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipoter-

mia (Agnes, 2009). Metode Kanguru adalah metode pera-watan dini dengan

sentuhan kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi kanguru. Pelaksanaan

perawatan metode kanguru dilakukan pada semua bayi-bayi kecil, ada dua cara

yaitu PMK (Perawatan Metode Kanguru) intermiten (sewaktu-waktu) adalah

perawatan pada bayi-bayi yang masih terpasang infuse, oksigen dan masih dalam

perawatan inkubator dilakukan selama 1-2 jam sedangkan PMK kontinu (terus

menerus selama 24 jam/ hari) dilakukan pada bayi-bayi yang sudah stabil tanpa
infuse, oksigen dan bayi aktif, reflek isap baik serta ibu mendukung dila-kukan

PMK (Efar, 2008).

Keberhasilan pelaksanaan metode kanguru sangat dipengaruhi oleh

dukungan ibu dalam melaksanakan PMK, ibu yang melaksanakan PMK dengan

baik akan berdampak pada peningkatan suhu tubuh bayi dan terhindar dari

kejadian hipotermi (Nurrohman, 2008). Ditambahkan pula oleh Boy (2007)

bahwa perilaku ibu dalam melaksanakan PMK akan sangat membantu

peningkatan suhu tubuh bayi dan menghindari terjadinya hipotermi. Pelekatan

bayi BBLR pada ibu selama 24 jam akan membantu suhu tubuh bayi tetap stabil

karena ibu mengkondisikan tempat yang sama dengan kondisi pada rahim ibu tapi

banyak ibu-ibu post partum yang tidak melaksanakan PMK ini dengan baik dan

menyebabkan bayi mengalami hipotermi.

B. TUJUAN
1. Menganalisa pasien bayi BBLR di ruang Perinatalogi RSUD Banyumas.

2. Memberikan asuhan keperawatan bagi pasien bayi BBLR.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari

2500 gram pada waktu lahir.

Dalam hal ini dibedakan menjadi :

1. Prematuritas murni

Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.

2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan

usia kehamilan.

B. ETIOLOGI

Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang

berhubungan, yaitu :

1. Faktor ibu

Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau

diaatas 35 tahun

Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu

berat

Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh

darah, perokok

2. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum

Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini

3. Faktor janin

Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

4. Faktor yang masih belum diketahui

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Bayi Premature

BB < 2500 gr

PB < 45 cm

LD < 30 cm

LK < 33 cm

Kepala > badan

Kulit tipis transparan, lanugo banyak

Ubun-ubun dan sutura lebar

Genetalia immature

Rambut halus, tipis, teranyam

Elastisitas daun telinga kurang

Tangis lemah

Tonus otot leher lemah

2. Bayi KMK, dibagi dalam stadium :

- I = Kurus relatif lebih panjang, kulit tipis & kering

- II = I + warna kehijauan pada kulit, plasenta, umbilicus


- III = I + warna kuning pada kulit, kuku dan tali pusat

D. PATHWAY
E. PATOFISIOLOGI

Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi

risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;

1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh

sedikit. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi,

kalsium, fosfor, dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.

2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan

dibandingkan BBLC.

3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan.

Koordinasi antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis

untuk mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik

sampai kehamilan 32 34 minggu. Penundaan pengosongan lambung atau

buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.

Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm

mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk

mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi

amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak

dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang

diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.

Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan

kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan

secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding
dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini

akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.

F. KOMPLIKASI

Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres

respirasi, penyakit membran hialin.

Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu.

Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak.

Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan

darah.

Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC).

Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal.

D. PENATALAKSANAAN MEDIS

Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen.

Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus).

Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup.

Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik

yang tepat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S. DENGAN BBLR


DI RUANG PERINATOLOGI RSUD BANYUMAS
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
STASE KEPERAWATAN ANAK

I. Identitas Pasien
Nama Pasien : By. Ny. W. Nama Ayah/Ibu : Ny. W
Usia : 4 hari Usia Ayah/Ibu : 34 th
Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam
Anak ke 2 dari 2 bersaudara Alamat : Sampang
Tanggal Masuk : 13 April 2017 Suku bangsa : Jawa
Tanggal Pengkajian : 17 April 2017 Pendidikan : SD
Diagnosa Medis : BBLR Pekerjaan : IRT

II. Riwayat Bayi


Pengkajian tanggal 19 November 2016
APGAR Skore : 7/9
Usia Gestasi : 34+2 Minggu
Berat Badan Lahir : 1656 gram
Panjang Badan : 41 cm
Lingkar Kepala : 28 cm
Lingkar Dada : 25 cm
Lingkar Perut : 32 cm
Lingkar Lengan Atas : 8 cm
Komplikasi Persalinan : Tidak ada
Aspirasi Mekonium : Tidak
Denyut jantung janin abnormal : Ya
Prolaps tali pusat/lilitan tali pusat : Tidak
Ketuban pecah dini : Tidak
Pengkajian tanggal 17 April 2017
Berat Badan Sekarang : 1690 gram
Panjang Badan : 42 cm
Lingkar Kepala : 31cm
Lingkar Dada : 32 cm
Lingkar Perut : 32 cm
Lingkar Lengan Atas : 8 cm
III. Riwayat Ibu
No Usia Ibu Gravidarum Partus Abortus
1. 41 tahun 2 1 -

Jenis Persalinan : Pervaginan () Secsio cesaria (-)


Komplikasi Kehamilan : Tidak ada () Ada (-)
Perawatan antenatal : Ya (), berapa kali : 8 kali Tidak (-)
Ruptur plasenta/plasenta previa : Ya (-) Tidak ()
Pre eklamsi/toxemia : Ya (-) Tidak ()
Suspect sepsis : Ya (-) Tidak ()
Persalinan prematur/post matur : Ya () Tidak (-)
Masalah lain :-

IV. Pengkajian Fisik Neonatus


Beri tanda (cek) pada istilah yang tepat dari data-data di bawah ini.
Gambarkan semua temuan abnormal secara objektif, gunakan kolom
komentar bila perlu.
1. Reflek
() Moro () Menggenggam (-) Menghisap
() Rooting () Postur () Tonus
Kesimpulan: By. Ny. W mempunyai reflek moro, menggenggam, rooting,
postur, tonus dan reflek menghisap belum ada. Tidak ada kelainan dalam
pengkajian reflek semua masih dalam batas normal.
2. Tonus / aktivitas
a. () Kuat (-) Letargi (-) Kejang
b. () Menangis kuat (-) Lemah (-) Melengking (-) Sulit menangis
Kesimpulan: Tonus/ aktivitas By. Ny. W dalam batas normal
3. Kepala / Leher
a. Fontanel anterior
() Lunak (-) Tegas (-) Datar
(-) Menonjol (-) Cekung
b. Bentuk
() Mesochepal
c. Warna rambut
() Hitam (-) Coklat
d. Sutura Sagitalis
() Tepat (-) Terpisah (-) Menjauh
e. Gambaran wajah
() Simetris (-) Asimetris
f. Molding
(-) Caput succ/2 jamudaneum (-) Chepalohematome
Kesimpulan: Pada pengkajian kepala/ leher tidak ditemukan hal-hal
yang tidak sesuai dengan kondisi abnormal, warna rambut hitam halus
dan tipis
4. Mata
a. Kondisi mata
() Bersih (-) Ada sekret
b. Sklera
(-) Ikterik () Non ikterik
c. Pupil
() Anisokor (-) Isokor
d. Alis
() Simetris mendekati tulang hidung
(-) Tidak simetris menjauhi tulang hidung
Kesimpulan: Kornea berwarna gelap dan sklera putih letak simetris,
palpebra dapat dibuka dan menutup rapat ketika bayi tidur. Pupil bundar,
ukuran kedua pupil sama besar yaitu 2 mm dan bereaksi terhadap cahaya.
5. THT
a. Telinga
() Normal (-) Abnormal
Kesimpulan: Telinga simetris sejajar dengan muka, tidak ada serumen,
kondisi daun telinga lunak dan menutup ke dalam.
b. Hidung
() Normal (-) Abnormal
Kesimpulan: Hidung simetris, pernafasan tidak ada kesulitan, tidak ada
nafas cuping hidung, tidak ada polip.
6. Abdomen
a. () Lunak (-) Tegas (-) Datar (-) Kembung
Kesimpulan: Tidak ada jejas pada abdomen, kontur abdomen silindris,
terdapat bising usus 4x/ menit, perkusi timpani, tidak ada distensi
abdomen, tidak ada tanda-tanda hematomegali.
7. Thoraks
a. () Simetris (-) Asimetris
b. Klavikula : () Normal (-) Abnormal
Kesimpulan: Bentuk silindris, tulang rusuk lentur, prosesus xipoideus
menonjol dalam batas normal.
8. Paru-paru
a. Suara nafas : () Sama Kanan kiri (-) Asimetris
Kesimpulan: Suara nafas vesikuler di kedua lapang paru, tidak ada
tanda-tanda bunyi suara nafas yang abnormal seperti ronchi, gurgling,
mengi.
b. Respirasi
() Spontan jumlah : 56 x/mnt
(-) Sungkup/boxhead, jumlah : - x/mnt
(-) ventilasi assisted CPAP
Kesimpulan: Bayi bernafas tenang, irama teratur, tidak menggunakan
alat bantu pernafasan.
9. Jantung
a. () Bunyi Normal Sinus Rytm (NSR) : 145 x/mnt
(-) Murmur (-) lain-lain, sebutkan
CRT : <3 detik
10. Ekstremitas
() Semua ekstremitas gerak (-) ROM terbatas (-) tidak dapat dikaji
b. Ekstremitas atas dan bawah : () Simetris (-) Asimetris
Nadi Perifer Keras Lemah Tidak Ada
Brakial Kanan
Brakial Kiri
Femoral Kanan
Femoral Kiri

Kesimpulan: Nadi perifer teraba kuat


11. Umbilikus : Mengering, tidak ada tanda-tanda infeksi,
12. Genital : Laki-laki, letak muara uretra ditengah, testis sudah
turun
13. Anus : Tidak ada atresia ani, feses berwarna kuning
14. Spinal : Normal, tidak ada kelainan tulang belakang
15. Kulit
Warna : Pink, keriput, sedikit lapisan lemak, terdapat
lanugo
16. Suhu
a. Lingkungan : Suhu inkubator
b. Suhu kulit : 36,70
V. Riwayat Sosial (Struktur keluarga dalam genogram dua keturunan)
Ny. N (75 th) Sehat
Tn. S Ny. T Tn. A
(56 th) (55 th) (78 th)
Hipertensi

Ny.W Tn. S (44 TH)


(34 TH)
By.Ny. W(4 hr)
BBLR

Keterangan :
: Garis Keturunan
: Laki-laki

: Perempuan : Garis Perkawinan

: Meninggal Laki-laki : Tinggal satu rumah

: Pasien
Berdasarkan dengan genogram diatas, ayah Tn. S tidak memili riwayat
penyakit tertentu, jika sakit hanya pergi ke dokter terdekat dan ibu Ny. W
mempunyai riwayat hipertensi. dan dalam keluarga tidak mempunyai riwayat
penyakit keturunan seperti Hipertensi, Diabetes maupun penyakit menular
seperti TBC. Tn. S dalam kondisi sehat, Ny. W dalam kondisi post partus
spontan 4 hari dan By. Ny. W berumur 4 hari menderita BBLR.

a. Budaya : Jawa
b. Suku : Jawa
c. Agama : Islam
d. Bahasa Utama : Jawa
e. Perencanaan makanan bayi : ASI ekslusif selama 6 bulan
f. Hubungan orang tua dengan bayi :
Ibu Ayah
Menyentuh -
Memeluk -
Berbicara -
Berkunjung
Kontakmata -

g. Orang terdekat yang dapat dihubungi : Ayah dan Ibu


h. Orang tua berespon terhadap penyakit : Ya
i. Orang tua berespon terhadap hospitalisasi: Ya
j. Riwayat Anak lain:
Jenis Kelamin Anak Riwayat Persalinan Riwayat Imunisasi
Perempuan Normal Polio, BCG,
Campak,
Pentavalen ( DPT-
HB-Hib)

h. Data Tambahan (pemeriksaan diagnostik)


Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil
Leukosit 13500
Hemoglobin 22,9
Hematokrit 61,9%
Golongan Darah A
CRP < 2,5

Ringkasan Riwayat Keperawatan:


Data Fokus ( DS dan DO) :
DS :-
DO : Ny. W datang ke RSUD Banyumas, usia gestasi 34+2 minggu melahirkan
bayi Perempuan pada tanggal 13 April 2017 dengan proses persalinan
spontan menangis kuat, reflek menghisap lemah dengan diagnosa medis
BBLR, KMK, dengan BBL 1656 gram BBS 1690 gram, keadaan
umum: Kompos mentis, suhu: Suhu pagi 38,70C, suhu siang 370C, suhu
sore 38,30C, suhu malam 37,90C HR: 145 x/mnt, Respirasi: 57 x/mnt.
Kebutuhan cairan: 180 cc/2 jam/ kg bb/ hari
ASI/PASI 12 x 22,5 - 28 cc/2 jam (28 cc/2 jam/kg bb/hari)
Pasien terpasang OGT, pasien terpasang injeksi plug

ANALISA DATA:
DATA MASALAH PENYEBAB
DS: - Resiko Infeksi
DO: Dengan faktor risiko
- Pasien tampak terpasang Pertahanan tubuh primer
OGT. tidak adekuat
- Prematuritas
UK 34+2 minggu.
- BBL 1656 gram
- BBS 1690 gram
- Kebutuhan cairan: 180
cc/2 jam/ kg bb/ hari
- ASI/PASI 12 x 22,5 - 28
cc/2 jam (28 cc/2 jam/kg
bb/hari)
- WBC 13500 mg/dl

DS: - Hipertermi Suhu lingkungan yang


DO: Suhu pagi 38,70C, suhu Tinggi
siang 370C, suhu sore
38,30C, suhu malam 37,90C,
HR 145 x/menit,Rr 57 x/m,
akral teraba hangat,kulit
tampak kemerahan, BBL
1656 gram, BBS 1690 gram
dan
DS: - Ketidakefektifan Prematuritas
DO: pemberian ASI
- BBL 1656 gram, BBS
1690 gram, UK:
34+2minggu, terpasang
OGT, reflek hisap
lemah, UK 34+2
minggu.
- Kebutuhan cairan: 180
cc/2 jam/ kg bb/ hari
- ASI/PASI 12 x 22,5 - 28
cc/2 jam (28 cc/2 jam/kg
bb/hari)
- Reflek menelan buruk
- BAB 3x sehari konsistensi
lunak
- BAK 3x sehari, bau khas

PRIORITAS MASALAH
1. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan Prematuritas
2. Hipertermi berhubungan dengan Suhu lingkungan yang tinggi
3. Resiko infeksi dengan faktor resiko pertahanan tubuh primer tidak adekuat

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : By. Ny. W Usia : 4 hari
Jenis Kelamin : Perempuan Dx Medis : BBLR
Tgl Masuk RS : 13 April 2017 Tgl Pengkajian : 17 April 2017
No Dx Keperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan NOC NIC
pemberian asi b.d - Breastfeeding Breastfeding Assistence
Prematuritas Inefektive - Evaluasi pola
- Breathing pattern
menghisap/ menelan bayi
- Breasfeeding
- Tentukan keinginan
interupted
dan motivasi bayi untuk
Kriteria hasil:
menyusui
- Kemantapan - Kaji kemampuan
pemberian ASI: Bayi : bayi untuk latch on dan
perlekatan bayi yang sesuai menghisap secara efektif
- Pantau berat badan
pada dan proses menghisap
dan pola eliminasi bayi
dari payudara ibu untuk
Lactation counseling
memperoleh nutrisi selama
- Sediakan informasi
3 minggu pertama
tentang keuntungan dan
pemberian ASI
- Kemantapan kerugian pemberian asi
- Demonstrasikan
Pemberian ASI: Ibu,
latihan menghisap, jika
kemantapan ibu untuk
perlu
membuat bayi melekat
- Diskusikan metode
dengan tepat dan menyusu
alternative pemberian
dari payudara ibu untuk
makan bayi
memperoleh nutrisi selama - Lakukan pemberian
3 minggu pertama ASI
pemberian ASI
2. Hipertermi b.d Suhu NOC NIC
lingkungan yg tinggi - Thermoregulasi Temperature Regulation
Kriteria hasil: (Pengukuran suhu)
- Suhu tubuh dalam - Monitor suhu
rentang normal (36,5 - minimal tiap 2 jam
- Monitor warna dan
37,5oC)
- Nadi dalam keadaan suhu kulit
- Monitor nadi dan
normal
(120-160 x/ menit) RR
- Respirasi dalam - Berikan antipiretik
- Tingkatkan sirkulasi
rentang normal (40-60 x/
udara
menit)
- Kompres pasien
pada lipat paha dan aksila
-
3. Resiko infeksi NOC NI C
dengan faktor - Klien terbebas dari Control infeksi
resiko Pertahanan tanda dan gejala ifeksi - Bersihkan
- Menunjukan
tubuh primer tidak lingkungan setelah
kemampuan untuk
adekuat dipakai pasien lain
mencegah timbulnya infeksi - Batasi pengunjung
- Jumlah leukosit dalam - Intruksikan pada
batas normal (9000- pengunjung untuk
12.000/mm3) mencuci tangan sebelum
memegang bayi
- Cuci tangan sebelum
dan ssudah tindakan
keperawatan
- Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan
panas dan drainase.
CATATAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : By. Ny. W. Usia : 4 hari
Jenis Kelamin : Perempuan Dx Medis : BBLR
Tgl Masuk RS : 13 April 2017 Tgl Pengkajian : 17 April 2017
Tgl/Jam No Dx Implementasi Paraf
17 April 1 - Member
2017 ikan informasi tentang keuntungan dan kerugian
07.30 wib 1 pemberian ASI
08.00 wib
1
08.00 wib 2 - Mengak
3
09.00 wib aji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
1
09.30 wib 1 dibutuhkan
1 - Melaku
09.45 wib
1
kan pemberian ASI via OGT 29cc/2 jam/2 jam
10.05 wib 2
- Memoni
1
10.30 wib
1 toring suhu
11.30 wib 1 - Mengga
1
12.00 wib nti popok
1
- Melaku
12.15 wib 2
1 kan pemberian ASI via OGT 29cc/2 jam/2 jam
14.05 wib
1 - Memoni
15.00 wib 1
tor adanya muntah (gumoh)
1
16.00 wib - Memoni
3
16.30 wib 1 toring TTV
2 - Melaku
17.00 wib
1
kan pemberian ASI via OGT 29cc/2 jam/2 jam
17.30 wib 1
- Mengga
1
18.00 wib
1 nti popok dan monitor output
18.30 wib 1 - Melaku
1
19.00 wib kan pemberian ASI via OGT 29cc/2 jam/2 jam
1
- Melatih
20.05 wib 1
3 netek
20.30 wib
2 - Melaku
22.00 wib 1
kan pemberian ASI via OGT 29cc/2 jam/2 jam
2
22.20 wib - Memoni
00.00 wib toring TTV
- Melihat
00.30 wib
adanya tanda gumoh
02.00 wib
- Mempo
02.30 wib sisikan bayi semi ekstensi
- Melaku
04.05 wib
kan pemberian ASI via OGT 29cc/2 jam/2 jam
04.30 wib
- Mengev
05.30 wib
aluasi pola menghisap atau menelan bayi
05.35 wib - Mengga
05.40 wib nti popok
- Melaku
05.50 wib
kan pemberian ASI via OGT 29cc/2 jam/2 jam
06.05 wib
- Memoni
06.20 wib
toring TTV
- Melaku
kan pemberian ASI via OGT 29cc/2 jam/2 jam
- Memoni
tor adanya muntah (gumoh)
- Melaku
kan pemberian ASI via OGT 29cc/2 jam/2 jam
- Memoni
tor adanya muntah (gumoh)
- Melaku
kan pemberian ASI via OGT 29cc/2 jam/2 jam
- Memoni
tor adanya muntah (gumoh)
- Melaku
kan pemberian ASI via OGT 29cc/2 jam/2 jam
- Memoni
tor adanya muntah (gumoh)
- Memant
au berat badan dan pola eliminasi bayi
- Memoni
tor output
- Meman
dikan pasien
- Memoni
toring TTV
- Melaku
kan pemberian ASI via OGT 29cc/2 jam/2 jam
- Memoni
tor adanya muntah (gumoh)
18 April 1 - Member
2017 ikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
07.20 wib 1
08.00 wib - Mengak
1
08.00 wib 2 aji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
1
09.00 wib dibutuhkan
1
- Melaku
09.30 wib 1
3 kan pemberian ASI via OGT 30cc/2 jam/2 jam
09.45 wib
1 - Memoni
10.00 wib 1
toring TTV
1
10.05 wib - Mengga
3
10.30 wib 1 nti popok
1 - Melaku
11.30 wib
1
kan pemberian ASI via OGT 30cc/2 jam/2 jam
12.00 wib 2
- Memoni
1
12.15 wib
1 toring TTV
14.05 wib 1 - Melaku
1
15.00 wib kan pemberian ASI via OGT 30cc/2 jam/2 jam
3
- Mengga
16.00 wib 1
1 nti popok dan monitor output
16.30 wib
2 - Melaku
17.00 wib 1
kan pemberian ASI via OGT 30cc/2 jam/2 jam
1
17.30 wib - Memant
1
18.00 wib 1 au integritas kulit putting ibu
1 - Melaku
18.30 wib
1
kan pemberian ASI via OGT 31cc/2 jam/2 jam
19.00 wib 3
- Memoni
2
21.00 wib
1 toring TTV
20.05 wib - Melaku
20.30 wib kan pemberian ASI via OGT 31cc/2 jam/2 jam
- Memoni
22.00 wib
tor adanya muntah (gumoh)
22.20 wib
- Mengga
00.00 wib
nti popok
00.30 wib - Memoni
02.00 wib tor output
- Melaku
04.05 wib
kan pemberian ASI via OGT 31cc/2 jam/2 jam
05.35 wib
- Memoni
05.50 wib
toring TTV
06.05 wib - Melaku
06.30 wib kan pemberian ASI via OGT 31cc/2 jam/2 jam
- Memoni
tor adanya muntah (gumoh)
- Melaku
kan pemberian ASI via OGT 31cc/2 jam/2 jam
- Memoni
tor adanya muntah (gumoh)
- Melaku
kan pemberian ASI via OGT 31cc/2 jam/2 jam
- Memoni
tor adanya muntah (gumoh)
- Melaku
kan pemberian ASI via OGT 31cc/2 jam/2 jam
- Memoni
tor adanya muntah (gumoh)
- Menimb
ang berat badan
- Memoni
tor output
- Melaku
kan pemberian ASI via OGT 32cc/2 jam/2 jam
- Meman
dikan pasien
- Memoni
toring TTV
- Melaku
kan pemberian ASI via OGT 32cc/2 jam/2 jam
- Memoni
tor adanya muntah (gumoh)
19 April 1 - Member
2017 ikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
07.30 wib
1
- Mengak
1
08.00 wib aji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
2
09.00 wib 3 dibutuhkan
1 - Melaku
09.30 wib
2
kan pemberian ASI via OGT 32cc/2 jam/2 jam
09.45 wib 1
- Memoni
3
10.00 wib
1 toring TTV
10.30 wib 1 - Mengga
2
12.00 wib nti popok
1
- Melaku
14.00 wib 3
1 kan pemberian ASI via OGT 32cc/2 jam/2 jam
14.05 wib
2 - Memoni
16.00 wib 1
toring TTV
1
16.30 wib - Melaku
1
18.00 wib 3 kan pemberian ASI via OGT 32cc/2 jam/2 jam
1 - Mengga
18.30 wib
2
nti popok dan monitor output
19.00 wib 1
- Melaku
1
19.25 wib
1 kan pemberian ASI via OGT 32cc/2 jam/2 jam
20.00 wib 1 - Melaku
3
22.00 wib kan pemberian ASI via OGT 32cc/2 jam/2 jam
1
- Memoni
22.20 wib 1
toring TTV
00.30 wib
- Melaku
02.00 wib
kan pemberian ASI via OGT 32cc/2 jam/2 jam
04.05 wib - Mengga
04.30 wib nti popok
- Melaku
05.30 wib
kan pemberian ASI via OGT 32cc/2 jam/2 jam
05.35 wib
- Memoni
05.40 wib
toring TTV
05.50 wib - Melaku
06.05 wib kan pemberian ASI via OGT 32cc/2 jam/2 jam
- Memoni
06.20 wib
tor adanya muntah (gumoh)
- Melaku
kan pemberian ASI via OGT 32cc/2 jam/2 jam
- Melaku
kan pemberian ASI via OGT 32cc/2 jam/2 jam
- Memoni
tor adanya muntah (gumoh)
- Melaku
kan pemberian ASI via OGT 32cc/2 jam/2 jam
- Memoni
tor adanya muntah (gumoh)
- Menimb
ang berat badan
- Memoni
tor output
- Meman
dikan pasien
- Memoni
toring TTV
- Melaku
kan pemberian ASI via OGT 32cc/2 jam/2 jam
- Memoni
tor adanya muntah (gumoh)

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN


Nama Klien : By. Ny. W. Usia : 4 hari
Jenis Kelamin : laki-laki Dx Medis : BBLR
Tgl Masuk RS : 13 April 2017 Tgl Pengkajian : 17 April 2017
Tgl/Jam Dx Keperawatan Evaluasi (SOAP) Paraf
18 April Ketidakefektifan S: - Ibu pasien mengatakan ASI lancar,
2017 Pemberian ASI b.d Asi di berikan lewat OGT
07.00 wib Prematuritas O: BBL: 1745 gram, BBS: 1500 gram,
pemberian ASI via OGT 15 cc/2
jam, bayi gumoh, reflek hisap
lemah, BB bayi masih tetap lemah.
-
Kulit putting ibu bersih,
A: Masalah belum teratasi
Indikator Awa Saa Akhi
l i ini r
1. Adany 3 3 5
a
peningkata
n berat
badan
sesuai 3 3
tujuan 5
2. Berat
badan ideal
sesuai
dengan
3 3
panjang
badan 5
3. Tidak
2 3
ada tanda-
tanda
malnutrisi 5
4. Menu
njukan
adanya
peningkata
n fungsi 3 2
pengecapan
dari
menelan
5. Tidak
5
terjadi
penurunan
berat badan
yang berarti

P: Lanjutkan intervensi
Berikan nutrisi ASI tiap 2 jam sekali
18 April Hipertermi b.d Suhu S: -
2017 lingkungan yang tinggi O : N : 140x/menit
.
07.15 wib RR : 43x/menit
S pagi, 38,30C siang 370C, malam 37,
90C
Akral teraba hangat
Kulit tampak kemerahan
A: Masalah belum teratasi
Indikator Awal Saai Akhir
ini
1. Suh 2 3 5
u tubuh
dalam
rentang
normal 2 3
5
(36,5 -
37,5oC)
2. Nad
i dalam
2 3
keadaan
5
normal
(120-160
x/ menit)
3. Res
pirasi
dalam
rentang
normal
(40-60 x/
menit)

P: Lanjutkan intervensi
18 April Resiko infeksi dengan S :-
2017 faktor resiko O : - Pasien terlihat terpasang OGT
07.30 wib ketidakadekuatan WBC: 13000
pertahan tubuh primer N : 140x/menit
RR : 43x/menit
S : 38,30C
A: Masalah belum teratasi
Indikator Awal Saai Akhir
ini
1. Pasi 3 3 5
en tidak
terdapat
tanda
infeksi
2. Leu
3 3
kosit 5

dalam
batas
normal
(9000-
12.000/
mm3)

P: Lanjutkan intervensi
- Berikan nutrisi ASI tiap 2 jam
sekali
- Ganti popok setelah BAB/BAK

Tgl/Jam Dx Keperawatan Evaluasi (SOAP) Paraf


19 April Ketidakefektifan S: -
2017 pemberian ASI b.d O: BBS: 1450 gram, pemberian ASI via
07.00 wib prematuritas OGT 31 cc/2 jam, bayi gumoh, reflek
hisap lemah, BB bayi masih tetap
lemah.
A: Masalah belum teratasi
Indikator Aw Sa Akh
al ai ir

ini
1. Adanya 3 3 5
peningkata
n berat
badan
sesuai 3 3
5
tujuan
2. Berat
badan
ideal
sesuai
3 3
dengan 5
panjang
badan
2 3
3. Tidak
5
ada tanda-
tanda
malnutrisi
4. Menunj
3 2
ukan
adanya
peningkata 5
n fungsi
pengecapa
n dari
menelan
5. Tidak
terjadi
penurunan
berat
badan
yang
berarti
P: Lanjutkan intervensi
Berikan nutrisi ASI tiap 2 jam sekali
19 April Hipertermi b.d suhu S: -
2017 lingkungan yang O: - N : 120x/menit
07.15 wib tinggi RR : 46x/menit
.
S : pagi 37,30C Siang : 37,50C Sore : 37,40C
malam 37,70C
A: Masalah belum teratasi
Indikator Awal Saai Akhir
ini
1. Suh 2 3 5
u tubuh
dalam
rentang
normal
(36,5 -
37,5oC)
2. Nad
2 3
i dalam
5
keadaan
normal
(120-160
x/ menit)
3. Res
2 4
pirasi
dalam
rentang 5
normal
(40-60 x/
menit)
P: Lanjutkan intervensi
19 April Resiko infeksi S :-
2017 dengan faktor risiko O : - Pasien terlihat terpasang OGT , klien
07.30 wib ketidakadekuatan terpasang plug
pertahanan tubuh BBS: 1450 gram
primer N : 120x/menit
RR : 46x/menit
S : 37,30C
A: Masalah belum teratasi
Indikator Awal Saai Akhir
ini
1. Pasi 3 3 5
en tidak
terdapat
tanda
infeksi
2. Leu
3 3
kosit 5

dalam
batas
normal
(9000-
12.000/
mm3)

P: Lanjutkan intervensi
- Berikan nutrisi ASI tiap 2 jam sekali
- Ganti popok setelah BAB/BAK

Tgl/Jam Dx Keperawatan Evaluasi (SOAP) Paraf


20 April Ketidakefektifan S: -
2017 pemberian ASI b.d O: BBS: 1450 gram, pemberian ASI via
07.00 wib prematuritas OGT 19 cc/2 jam, bayi gumoh, reflek
hisap lemah.
A: Masalah belum teratasi
Indikator Aw Sa Akh
al ai ir

ini
1. Adanya 3 4 5
peningkata
n berat
badan
sesuai 3 3
5
tujuan
2. Berat
badan
ideal
sesuai
3 3
dengan
panjang 5
badan
2 3
3. Tidak
ada tanda-
tanda 5

malnutrisi
4. Menunj
ukan
adanya
3 2
peningkata
n fungsi
pengecapa 5
n dari
menelan
5. Tidak
terjadi
penurunan
berat
badan
yang
berarti
P: Lanjutkan intervensi
Berikan nutrisi ASI tiap 2 jam sekali
20 April Hipertermi b.d suhu S: -
2017 lingkungan yang O:-
07.15 wib tinggi N : 130x/menit
.
RR : 40x/menit
S : Pagi 37,90C siang 37,20C Sore 37,40C
malam 37,50C
A: Masalah belum teratasi
Indikator Awal Saai Akhir
ini
1. Suh 2 3 5
u tubuh
dalam
rentang
normal
(36,5 -
37,5oC)
2. Nad
2 4
i dalam
5
keadaan
normal
(120-160
x/ menit)
3. Res
2 4
pirasi
dalam
rentang 5
normal
(40-60 x/
menit)
P: Lanjutkan intervensi
20 April Resiko infeksi S :-
2017 dengan faktor risiko O : - Pasien terlihat terpasang OGT , pasien
07.30 wib ketidak adekuatan terpasang plug
pertahanan tubuh BBS: 1450 gram
primer N : 130x/menit
RR : 40x/menit
S : 37,50C
A: Masalah belum teratasi
Indikator Awal Saai Akhir
ini
1. Pasi 3 4 5
en tidak
terdapat
tanda
infeksi
2. Leu
3 3
5
kosit
dalam
batas
normal
(9000-
12.000/
mm3)
Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Berikan nutrisi ASI tiap 2 jam sekali
- Ganti popok setelah BAB/BAK

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil dan pengkajian dan pengelalolaan kasus bayi Ny. W yang sudah

dilakukan selama tiga hari didapatkan hasil bahwa secara umum kasus yang

dialami oleh bayi Ny. W merupakan hal yang sering terjadi pada anak-anak di

Negara Indonesia ini. Hal itu disebabkan karena pada saat proses kehamilan

kemungkinan asupan nutrisi dan gizi dari ibu hamil kurang sehingga

menyebabkan bayi lahir dengan BBLR. Pada kasus BBLR bayi Ny. W didapatkan

beberapa masalah yang timbul dikarenakan bayi mengalami berat badan yang

kurang dari batas normal yaitu diatas 2500 gram. Adapun masalah tersebut seperti

kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh, termoregulasi tidak efektif serta resiko

infeksi pada bayi.


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menjadi hal

utama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan keperawatan dan

implementasi yang dilakukan. Karena nutrisi menjadi hal yang prioritas pada bayi

untuk segera diatasi agar berat badan bayi dapat naik secara cepat sehingga

pertumbuhan bayi dapat berjalan sebagaimana mestinya.dalam implementasi yang

diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu pemberian nutrisi berupa susu

melalui OGT secara berkala yaitu 2/jam sekali dengan dosis yang sudah

ditentukan yaitu mulai dari 15cc/2jam samapi naik menjadi 19 cc/2jam dan begitu

seterusnya ada rentang peningkatan jumlah cc cariran yang dimasukan tiap

harinya selama dirawat diruang perina.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah termoregulasi suhu yang terjadi

pada bayi Ny. W. hal tersebut perlu menjadi perhatian karena kondisi suhu bayi

yang sering berubah-ubah serta mudahnya bayi mengalami hipotermi ataupun

hipertermi. Untuk implementasi yang dilakukan yaitu memonitor tanda-tanda vital

bayi secara berkala serta dengan melakukan pengaturan suhu saat bayi masih

berada dalam tabung incubator. Hal yang yang dilakukan adalah dengan

mengenakan pakaian pada bayi dan selimut agar bayi tidak mudah mengalami

hipotermia. Suhu pada bayi Ny. W beberapa kali mengalami perubahan antara

suhu pada pagi hari, siang dan malam hari. Seperti dari hasil pengecekan yang

sudah dilakukan pada Suhu pagi 38,70C, suhu siang 370C, suhu sore 38,30C, suhu

malam 37,90C, HR 145 x/menit, Respirasi 57 x/menit, BBL 1656 gram, BBS 1690

gram dan UK 34+2 minggu.


Pada implentasi yang lain yang dilakukan yaitu tidnakan yang dilakukan

untuk meminimalisir resiko infeksi yang dapat dialami oleh bayi Ny. W. adapun

implentasi yang dialakukan yaitu seperti memandikan pasien dan mengganti

popok bayi. Pergnatian popok prlu menjadi perhatian karena kulit bayi yang

masih sangat lebut sehingga sangat mudah mengalami infeksi atau bintik

kemerahan pada area bokong Karena pemakaian popok yang lama. Oleh karena

pergantian dan pengecekan popok secara berkala dilakukan agar bayi terhindar

dari infeksi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa ada

diagnosa yang muncul yang menjadi prioritas terkait dengan BBLR dari

bayi Ny. W yaitu :


1) Ketidakefektifan pemberian ASI b.d prematuritas
2) Hipertermi b.d suhu lingkungan yang tinggi
3) Resiko inveksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan

tubuh primer
Selajutnya hasil dari implementasi yang sudah dilakukan

menunjukan bahwa setelah dilakukan perawatan pada bayi Ny. W

didapat hasil bahwa berat badan bayi Ny. W mengalami


peningkatan dari BBL 1656 gram setelah mendapat perawatan naik

menjadi 1690 gram pada hari pertama kelolaan dan BB klien

belum mengalami peningkatan selama 3hari kelolaan, karena setiap

hari klien mengalami gumoh.


Pada perubahan suhu bayi juga setelah dilakukan implentasi

keperawatan didapat hasil jika suhu bayi berada dalam rentang

yang seimbang dan normal antara suhu pagi, siang dan sore serta

untuk resiko infeksi dapat diatasi yaitu dengan tidak adanya tanda-

tanda infeksi pada bayi seperti bercah kemerahan dan akibat

prosedur invasi yaitu pemasanagn OGT.

B. SARAN

1) Perlu diperhatikan adanya masalah baru yang muncul

terkait dengan akibat pemasangan OGT dalam rentang waktu

yang cukup lama.


2) Kaji masalah lebih lain terkait dengan kurangnya nutrisi

yang dialami bayi Ny.W


3) Kaji lebih lanjut mengenai masalah lain yang timbul akibat

dari permasalahan termolegulasi suhu pada bayi.

DAFTAR PUSTAKA
Agnes. (2009). Penatalaksanaan Bayi Hipotermi, http//www.pdpersi.com,
diakses: 17 April 2017.

Boy, Simorangkir.(2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan metode


kanguru di rumah sakit, (online), http//www.pdpersi.co.id, diakses: 17
April 2017.

Depkes RI, 2007, Penatalaksanaan Bayi Sakit, Jakarta, 2009, Asuhan Ibu Post
Partum, http//www.google.com, diakses: 17 April 2017.

Doenges, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata :


EGC.

Donna L. Wong. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Efar, Pustika. (2008). Buah hati harapan kita, (online) (http//buah-hati-


harapan/blogspot.com, diakses: 17 April 2017.

Nurrohman. (2008). Keperawatan Bayi BBLR, http//www.wordpress.com, diakses


17 April 2017.

Anda mungkin juga menyukai