1. Definisi TQM
Mendefinisikan mutu / kualitas memerlukan pandangan yang komprehensif. Ada beberapa elemen
bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yakni :
Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas saat ini mungkin
dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain).
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses,
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Mutu terpadu atau disebut juga Total Quality Management (TQM) dapat didefinisikan dari tiga kata
yang dimilikinya yaitu: Total (keseluruhan), Quality (kualitas, derajat/tingkat keunggulan barang atau
jasa), Management (tindakan, seni, cara menghendel, pengendalian, pengarahan). Dari ketiga kata
yang dimilikinya, definisi TQM adalah: “sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan (customer satisfaction) dengan kegiatan yang diupayakan benar sekali (right first time),
melalui perbaikan berkesinambungan (continous improvement) dan memotivasi karyawan “ (Kid
Sadgrove, 1995)[3]
Seperti halnya kualitas, Total Quality Management dapat diartikan sebagai berikut;
1) Perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan
konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan (Ishikawa, 1993,
p.135).
2) Sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada
kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi (Santosa, 1992, p.33).
3) Suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.
[4]
Pengertian lain dikemukakan oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. mengatakan bahwa Total
Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, tenaga
kerja, proses, dan lingkungannya.
c) Pendekatan ilmiah.
i) Kesatuan tujuan.
3. Prinsip-prinsip TQM
Ada beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip TQM. Salah satunya adalah Bill Crash,
1995, mengatakan bahwa program TQM harus mempunyai empat prinsip bila ingin sukses dalam
penerapannya. Keempat prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan berorientasi pada kualitas dalam
semua kegiatannya sepanjang program, termasuk dalam setiap proses dan produk.
Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam memberlakukan karyawan,
mengikutsertakannya, dan memberinya inspirasi.
Progran TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan wewenang
disemua tingkat, terutama di garis depan, sehingga antusiasme keterlibatan dan tujuan bersama
menjadi kenyataan.
Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip, kebijaksanaan, dan
kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.
Lebih lanjut Bill Creech, 1996, menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam sistem TQM harus dibangun
atas dasar 5 pilar sistem yaitu; Produk, Proses, Organisasi, Kepemimpinan, dan Komitmen.
Lima Pilar TQM :
1) Produk
2) Proses
3) Organisasi
4) Pemimpin
5) Komitmen
Produk adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk tidak
mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu di dalam proses tidak mungkin ada tanpa organisasi
yang tepat. Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang memadai. Komitmen yang
kuat dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua yang lain. Setiap pilar tergantung
pada keempat pilar yang lain, dan kalau salah satu lemah dengan sendirinya yang lain juga lemah.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hensler dan Brunnell (dalam Scheuing dan Christopher, 1993: 165-
166) yang dikutip oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. dalam bukkunya yang berjudul Manjemen
Mutu Terpadu, mengatakan bahwa TQM merupakan suatu konsep yang berupaya, melaksanakan
sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu, diperlukan perubahan besar dalam budaya dan
sistem nilai suatu organisasi. ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu :
1) Kepuasan pelanggan.
4) Perbaikan berkesinambungan.[7]
TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.
1) Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan.
3) Produktifitas meningkat
4) Biaya turun
1) Pemberdayaan
– Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh institusi di masa
yang akan datang adalah:
1) Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya sekedar pengikut (follower)
Agar implementasi program TQM berjalan sesuai dengan yang diharapkan diperlukan persyaratan
sebagai berikut:
Sumber : ichwanfile.wordpress.com
Share this:
Click to share on Twitter (Opens in new window)Click to share on Facebook (Opens in new window)
Like this:
Anda Perlu Tahu Hebatnya Implementasi Total Quality Management dalam Perusahaan
In "Advanced Quality"
In "Event"
In "Advanced Quality"
PREVIOUS POST
NEXT POST
Thanks a lot for the knowledge.. this is the material I look for..
Loading...
Reply
Leave a Reply
Find Us on Facebook
Bincang Malam Produktif
Training IRCA
Training FMEA
Pengenalan Kalibrasi
HEAD OFFICE
Permata Kuningan Building 17th Floor, Kawasan Epicentrum, HR Rasuna Said, Jl. Kuningan Mulia,
RT.6/RW.1, Menteng Atas, Setiabudi, South Jakarta City, Jakarta 12920
cs@ipqi.org
IPQI sebagai Lembaga Pengembangan bidang Mutu dan Produktifitas yang dilahirkan dan disupport
oleh Proxsis, selalu berusaha meningkatkan peran sertanya dalam peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan sumber daya manusia di Indonesia dalam bidang Productivity dan Quality melalui
berbagai kegiatan seperti education, professional certification, knowledge sharing dan kegiatan
penunjang lainnya.
ARTIKEL
Meraup Relasi Bisnis Lewat Media Sosial
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah mutu dalam era sekarang ini merupakan masalah yang berkaitan dengan dan matinya suatu
organisasi. Untuk menjadikan organisasi tetap bertahan, masalah kualitas harus menjadi perhatian
termasuk dalam pendidikan, dan oleh karenanya maka penjaminan kualitas menjadi suatu
keharusan untuk diterapkan dalam suatu organisasi dalam kerangka Manajemen Kualitas Terpadu
(Total Quality Management).
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam membangun sebuah Negara. Dapat kita lihat
negara-negara maju di dunia, faktor utama yang bisa menentukan Negara tersebut maju adalah dari
faktor pendidikan. Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial
budaya dan masyarakat.
Pendidikan telah merebak hingga dipelosok negeri, namun tidak semua telah merasakan apa itu
pendidikan. Pembangunan infrastruktur sekolah yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun
swasta semakin membantu perkembangan pendidikan, bahkan dikota-kota besar semakin banyak
bermunculan sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta. Pembangunan infrastruktur yang pesat
juga harus diimbangi oleh terpenuhinya kualitas sumber daya manusia yang ada. Sumber daya
manusia yang dimaksud dapat meliputi komponen-komponen pendidikan yaitu guru, kepala sekolah,
tenaga administrasi, peserta didik, dan lainnya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien
dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era
globalisasi.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat
penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu perlu peran serta
seluruh masyarakat dan pemerintah untuk mewujudkan hal tersebut. Perbaikan mutu pendidikan
harus segera dilakukan secara terus menerus dengan cara memperbaiki manajemen mutu
pendidikannya. Organisasi-organisasi pendidikan memegang peranan awal dalam proses
peningkatan mutu pendidikan.
Berdasarkan latar belakang tersebut makalah ini akan membahas manajemen mutu pendidikan
melalui pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
B. Permasalahan
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan manajemen mutu terpadu (MMT).
3. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan manajemen berbasis sekolah (MBS).
BAB II
Karena itu pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi komperhensip dengan melibatkan
semua pihak yang berkepentingan dengan produk yang dihasilkan. Masalah kualitas juga tidak lagi
dimaknai dan dipandang sebagai masalah teknis, tetapi lebih berorientasi pada terwujudnya
kepuasan konsumen atau pelanggan. MMT juga melibatkan faktor fisik dan faktor non fisik, semisal
budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan pengikut. Keterpaduan factor-faktor ini akan
mengakibatkan kualitass pelayanan menjadi lebiih meningkat dan bermakna.
1. Pengertian Mutu
Mutu telah menjadi isu kritis dalam persaingan modern dewasa ini, dan hal itu telah menjadi beban
tugas bagi para manager menengah. Mutu merupakan konsep yang terus mengalami perlembangan
dalam pemaknaannya.
Menurut Uhar Suharsaputra, mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dan
merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini
mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).[1]
Sedangkan Fandy Tjiptono dalam Uhar, mendefinisikan mutu sebagai the best product that you can
produce with the materials that you have to work.
Jadi, mutu merupakan konsep relatif yang mengikuti keinginan pelanggan. Mutu ditentukan oleh
spesifikasi standar yang telah ditetapkan dan selalu disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Mutu
pada kondisi sekarang belum tentu menjadi ukuran mutu dimasa datang. Kepala sekolah harus bisa
merancang kebutuhan masa depan dengan visi dan misi sekolah yang menantang. Untuk itu sekolah
harus merumuskan program-programnya terlebih dahulu dengan kejelasan target yang akan dicapai.
2. Mutu Pendidikan
Secara substantif, mutu mengandung sifat atau taraf. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan
keadaan, sedangkan taraf menunjukkan kedudukan dalam skala. Keragaman cara pandang mengenai
sifat dan taraf itu memungkinkan perbedaan pendekatan terhadap mutu pendidikan. Pendekatan
pertama, mendasarkan diri pada deskripsi mengenai relevansi pendidikan dengan dunia kerja.
Pendekatan ini sering kali disebut pendekatan ekonomi. Pendekatan kedua, disebut pendekatan nilai
intrinsik pendidikan yang diekspresikan dalam ukuran-ukuran sikap, kepribadian, dan kemampuan
intelektual yang sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan nasional.[2]
Dari sudut prosesnya, mutu pendidikan merujuk kepada kegiatan penanganan transformasi
masukan-masukan melalui subsistem pemrosesan menjadi keluaran, serta hasil-hasil yang berasal
dari masuan dan tindakan berikutnya melalui umpan balik dan evaluasi keluaran. Konsep proses
tersebut didasarkan atas asumsi bahwa pendidikan sebagai sistem terbuka mengandung subsistem
masukan, keluaran, dan umpan balik secara internal dan eksternal. Berdasarkan pemahaman
demikian, mak amutu proses pendidikan menunjukkan kebermutuan subsistem dalam setaip proses,
yang meliputi tindakan kerja, komunikasi, dan monitoring.
Sebagaimana yang terjadi pada dunia produksi pada umumnya, kepedulian akan mutu produk
pendidikanpun didorong oleh persoal-persoalan dasar, bagaimana mengintegrasikan semua fungsi
dan proses dalam suatu organisasi agar tercapai eningkatan mutu secara berkelanjutan. Konsep
Manajemn Mutu Terpadu (MMT) yang saat ini telah diadaptasi oleh banyak organisasi modern,
memang berorientasi kepada persolan dasar tersebut.
Pola pikir MMT bersifat futuristik dan sistemik. Futuristik, karena berwawasan kedepan. Sistemik,
karena ia menekankan efektivitas sistem daripada jumlah keluaran-parsial per subsistem. Dalam
keseluruhan fungsi organisasi bagi siklus kehidupan suatu produk, suatu sistem dinilai efektif apabila
integrasi dan sinergisme fungsi-fungsi subsistem desain, perencanaan, produksi, distribusi, dan
pelayanan.
Lembaga pendidikan sebagai industri jasa dari sudut pandang penerapan MMT, dituntut untuk
mengutamakan pelayanan terbaik yang didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut: (1)
berorientasi pada kebutuhan dan harapan pengguna jasa; (2) bekerja secara tim dalam proses
manajemen; (3) pengambilan keputusan berdasarkan fakta dan data; (4) continuous improvement;
dan (5) perbaikan yang konsisten untuk memenuhi dan berusaha melampaui kebutuhan dan
harapan pelanggan. Prinsip-prinsip tersebut mempunyai tujuan pokok untuk mencegah terjadinya
kesalahan dan perbaikan mutu secara berkelanjutan.[3]
Sistem pendidikan nasional sudah mengatur segala proses pendidikan yang mencakup segala aspek.
Salah satunya adalah peningkatan mutu pendidikan nasional. Hal ini juga dijelaskan dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, tentang standar nasional pendidikan dalam
pasal 91 bahwa:
a. Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjamin mutu
pendidikan.
b. Penjamin mutu pendidikan sebagiamana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi
atau melampaui standar nasional pendidikan.
c. Penjamin mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap,
sistematis, dan terencana dalam suatu program penjamin mutu yang memiliki target dan kerangka
waktu yang jelas.
Adanya pengelolaan mutu pendidikan nasional, dan kebijakan otonomi pendidikan daerah
pemerintah seharusnya lebih maksimal lagi dalam meningkatkan mutu. Ada beberapa elemen dasar
dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia:
Konsep “guru profesionalisme” ini selalu dikaitkan dengan pengetahuan tentang wawasan dan
kebijakan pendidikan, teori belajar dan pembelajaran, penelitian pendidikan (tindakan kelas),
evaluasi pembelajaran, kepemimpinan pendidikan, manajemen pengelolaan kelas/ sekolah, serta
teknologi informasi dan komunikasi.
Sekolah yang diharapkan menjadi benteng pertahanan yang menjunjung nilai-nilai kejujuran justru
mempertontonkan praktik korupsi kepada peserta didik.
Sekolah harus memiliki persyaratan minimal untuk menyelenggarakan pendidikan dengan serba
lengkap dan cukup, seperti luas lahan, perabotan lengkap, peralatan/ laboratorium/ media,
insfrastruktur, sarana olahraga, dan buku dengan rasio.[4]
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh organisasi dalam mengimplementasikan
manjemen mutu, sehingga dicapai suatu kondisi dimana produk atau jasa yang diberikan oleh suatu
organisasi dapat dikatakan bermutu.
Peningkatan mutu pendidikan bagi sebuah lembaga pendidikan saat ini merupakan prioritas utama.
Hal ini bagian terpenting dalam membangun pendidikan yang berkelanjutan. Adapun prinsip-prinsip
dalam manajemen mutu pendidikan, yaitu sebagai berikut.
a. Prinsip Pelanggan
Kelangsungan hidup organisasi sangat ditentukan oleh pelanggan. Oleh karena itu organisasi harus
memahami kebutuhan saat ini dan yang akan datang dari pelanggan, dan selalu berusaha untuk
dapat melampaui harapan pelan. Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian dengan
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam membangun sebuah Negara. Dapat kita
lihat negara-negara maju di dunia, faktor utama yang bisa menentukan Negara tersebut maju adalah
dari faktor pendidikan. Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial
budaya dan masyarakat. Dengan perubahan-perubahan pemikiran masyarakat, tentunya pendidikan
akan sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam menghadapi tantangan
masa depan. Oleh karena itu meningkatkan mutu pendidikan pada zaman globalisasi saat ini harus
dikelola dengan baik.
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) adalah filosofi dan sistem untuk pengembangan secara terus
menerus (continuous improvement) terhadap jasa atau produk untuk memenuhi kepuasan
pelanggan (customer satisfaction). Sistem pengembangan secara terus menerus dan kepuasan
pelanggan merupakan kalimat yang selalu ada dalam setiap definisi yang dikemukakan pakar
terhadap MMT. Karena itu, pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi komperhensip
dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan produk yang dihasilkan. Masalah
kualitas juga tidak lagi dimaknai dan dipandang sebagai masalah teknis, tetapi lebih berorientasi
pada terwujudnya kepuasan konsumen atau pelanggan. MMT juga melibatkan faktor fisik dan faktor
non fisik, semisal budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan pengikut. Keterpaduan faktor-faktor ini
akan mengakibatkan kualitass pelayanan menjadi lebih meningkat dan bermakna.
Kemudian manajemen berbasis sekolah, menuntut adanya sekolah yang otonom dan kepala
sekolah yang memiliki otonomi, khususnya otonomi kepemimpinan atas sekolah yang dipimpinnya.
Oleh karena itu, perlu langkah-langkah yang bersifat implementatif dan aplikatif untuk merealisir
manajemen pendidikan berbasis sekolah di lembaga pendidikan persekolahan. Keberhasilan
penerapan manajemen pendidikan berbasis sekolah sangat ditentukan oleh political will pemerintah
dan kepemimpinan di persekolahan.
Penerapan MBS yang efektif seyogianya dapat mendorong kinerja kepala sekolah dan guru yang
pada gilirannya akan meningkatkan prestasi murid. Oleh sebab itu, harus ada keyakinan bahwa MBS
memang benar-benar akan berkontribusi bagi peningkatan prestasi murid. Ukuran prestasi harus
ditetapkan multidimensional, jadi bukan hanya pada dimensi prestasi akademik. Dengan taruhan
seperti itu, daerah-daerah yang hanya menerapkan MBS sebagai mode akan memiliki peluang yang
kecil untuk berhasil.
Kemudian sekolah efektif adalah sekolah yang mampu mengoptimalkan semua masukan dan
proses bagi ketercapaian output pendidikan, yaitu: prestasi sekolah, terutama prestasi siswa yang
ditandai dengandimiliknya semua kemampuan berupa kompetensi yang dipersyaratkan di dalam
belajar. Efektivitas sekolah dapat tercermin dari profil sekolah yang memeiliki keteraturan dalam
berbagai aspek untuk mencapai tujuan (aspek-aspek tersebut antara lain: guru, siswa, dan tenaga
kependidikan lainnya). Orang yang harus bertanggungjawab atas manajemen sekolah adalah
seorang kepala sekolah yang memeiliki karakteristik kepimpinan.
Alhamdulillah penulis panjatkan sebagai implementasi rasa syukur atas selesainya makalah
Manajemen Strategi Pendidikan tentang manajemen mutu pendidikan melalui pendekatan
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) ini. Namun, dengan selesainya bukan berarti telah sempurna,
karena penulis sebagai manusia, sadar bahwa dalam diri penulis tersimpan berbagai sifat
kekurangan dan ketidak sempurnaan yang tentunya sangat mempengaruhi terhadap kinerja.
Oleh karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis
perlukan guna penyempurnaan dalam tugas berikutnya dan dijadikan suatu pertimbangan dalam
setiap langkah sehingga penulis terus termotivasi ke arah yang lebih baik dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Idochi. 2013. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Amerika Serikat pernah menikmati situasi dimana standar hidupnya paling tinggi di dunia
untuk jangka waktu lebih dari 100 tahun. Mereka pernah jadi pelopor dan pemimpin dalam
perkembangan faktor-faktor pendorong utama bagi peningkatan standar hidup, yaitu dalam
perbaikan produktivitas, pertumbuhan, dan inovasi. Kemampuan pemanufakturan Amerika
saat ini memberikan basis ekonomi yang memungkinkan mereka membangun masyarakat
yang berstandar hidup terbaik di dunia. Akan tetapi, semenjak tahun 1980-an terjadi
perubahan besar.
Dominasi Amerika semakin tergerogoti. Amerika mulai kehilangan pasarnya,
produktivitasnya tertinggal dari Jepang, tingkat penganggurannya meningkat dalam sector
manufaktur, dan posisi kompetitifnya semakin terkikis dalam pasar global. Semua ini
merupakan gejala dari penurunan sektor industri Amerika. Para pesaingnya, terutama Jepang,
telah merebut banyak pasar dimana sebelumnya didominasi Amerika.
Permasalahan tersebut sebenarnya dimulai semenjak berakhirnya Perang Dunia II. Pada saat
itu kualitas produk yang dihasilkan Jepang masih kurang baik untuk bersaing dalam pasar
internasional. Satu-satunya keunggulan yang dimiliki Jepang saat itu adalah harga yang
murah. Perusahaan-perusahaan Amerika dan Negara-negara Barat lainnya memusatkan
perhatian pada biaya, secara bertahap dan terus-menerus perusahaan-perusahaan Jepang
berusaha menciptakan infrastruktur sebagai dasar kualitas, yaitu aspek manusia, proses, dan
fasilitas. Berbagai upaya perbaikan dilakukan Jepang, misalnya mengirimkan tim khusus
keluar negeri untuk mempelajari pendekatan-pendekatan yang dilakukan perusahaan asing
dan menerjemahkan literature asing yang terseleksi kedalam bahasa Jepang. Mereka juga
mengundang dosen-dosen asing untuk dating ke Jepang dan memberikan kursus-kursus
pelatihan kepada para manajernya. Jepang akhirnya menemukan strategi-strategi untuk
menciptakan revolusi dalam kualitas. Beberapa diantaranya adalah:
1. Para manajer tingkat atas secara personal mengambil alih pimpinan revolusi tersebut
2. Semua level dan fungsi menjalani pelatihan untuk mengelola kualitas
3. Perbaikan kualitas dilakukan dengan revolusioner dan terus-menerus
4. Tenaga kerja dilibatkan dalam perbaikan kualitas melalui konsep Pengendalian Kualitas
Berkat usaha-usaha tersebut, maka pada pertengahan 1970-an kualitas barang-barang
manufaktur Jepang, seperti mobil dan produk elektronika, melampaui kualitas yang
dihasilkan para pesaingnya dari Barat. Sebagai akibatnya, ekspor Jepang mengalami
peningkatan drastic sementara ekspor negara-negara Barat mengalami penurunan. Disamping
itu dominasi Amerika dalam beberapa industri kunci seperti baja, otomotif, mesin industri,
dan elektronika, mulai digantikan oleh Jepang.
Penyebab lain atas kegagalan Amerika dalam bersaing adalah aspek perhatian atau
penekanan. Alasan mengapa Amerika unggul pada aspek-aspek kuantitatif dari suatu
pekerjaan adalah karena aspek-aspek tersebut semenjak Perang Dunia II sangat diperhatikan,
dihargai, dan diberi status lebih baik. Hal ini menyebabkan industri Amerika kurang
memperhatikan masalah kualitas produk.
Selama decade 1980-an, dimana pangsa pasar Amerika menurun tajam, pilihan para
mahasiswa Amerika untuk jenjang pendidikan perguruan tinggi adalah program MBA. Pada
periode yang sama, sebagian besar mahasiswa universitas-universitas teknik di Amerika
adalah mahasiswa asing.
Jadi, misalnya persaingan global dalam sektor industri diibaratkan arena balap mobil, maka
Amerika pada decade 1980-an lebih memfokuskan pada upaya mengiklankan mobilnya
secara lebih intensif dan lebih baik sementara para pesaingnya menekankan pada usaha
meningkatkan kemampuan mobil, pengemudi, mekanik, dan pit crewnya. Pada saat Amerika
terlambat menyadari bahwa untuk memenangkan pasar global perlu penekanan lebih besar
pada kualitas daripada pemasaran, gerakan total quality muncul dan memberikan harapan
perbaikan.
Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar dapat
bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas terbaik.
Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap
kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki
kemampuan komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan
menerapkan TQM.
Penerapan TQM dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa manfaat utama yang
pada gilirannya meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan. Dengan
melakukan perbaikan kualitas secara terus-menerus maka perusahaan dapat meningkatkan
labanya melalui dua rute. Rute pertama, yaitu rute pasar. Perusahaan dapat memperbaiki
posisi persaingannya sehingga pangsa pasarnya semakin besar dan harga jualnya dapat lebih
tinggi. Kedua hal ini mengarah pada meningkatnya penghasilan sehingga laba yang diperoleh
juga semakin besar. Sedangkan pada rute kedua, perusahaan dapat meningkatkan output yang
bebas dari kerusakan melalui upaya perbaikan kualitas. Hal ini menyebabkan biaya operasi
perusahaan berkurang. Dengan demikian laba yang diperoleh akan meningkat.
Iklan
Share this:
Terkait
Sifat Mutu
Juni 6, 2012
dalam "Mutu"
Mei 7, 2012
dalam "Mutu"
Mei 7, 2012
dalam "Mutu"
Berikan Komentar
Blog
8. Komunikasi (Communications)
Dalam operasional sehari-hari, perusahaan pasti akan mengalami perubahan
baik perubahan dalam strategi, kebijakan, jadwal maupun metode
pelaksanaan. Perubahan tersebut perlu dikomunikasikan dengan baik kepada
semua karyawan yang bersangkutan. Komunikasi yang baik juga akan
menimbulkan motivasi dan semangat kerja dalam mencapai tujuan
perusahaannya.
Sumber: ilmumanajemenindustri.com
Related
Related Posts
Meningkatkan Kesadaran Aparatur Pemkot Tangsel Mengenai Keamanan
Informasi Melalui Sosialisasi SMKI
April 12, 2017
10 Strategi Meningkatkan Pengelolaan Rantai Pasokan (Supply Chain
Management)
August 2, 2019
8 Tips Cara Membangun Strategi Bisnis Yang Baik
September 10, 2020
Leave a Reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is
processed.
Find Us On Facebook
IPQI Favourite Training
Training Kalibrasi
Training 5R
Training IT Masterplan
Training CISA
Training CISSP
Training CISM
Training CGEIT
Training CRISC
Training Cobit 5
Leadership Training
Training of Trainer
Map Location
COMPANY
About Us
Contact Us
Recruitment
Proxsis TV
E-Book
Infographic
SERVICES
Consulting
Professionals Development, Training and Executive Programs
Assessment & Audit
BPO & Managed Services
Business Technology
Digital
Management Apps & Smart Office
SOLUTIONS
Strategic and Business Solutions
Productivity Improvement
Business Process Management
Risk Management
Safety, Security, & HSE
Quality & Operation Excellence
Environment Solutions
Agro & Forestry Solutions
Compliance & ISO certification
Information Technology
Human Capital Management
INDUSTRIES
Oil & Gas
Industry & Manufacturing
Banking
Mining
Government
Food Chain & Industry Service Industry
Agro & Forestry
Information Technology
Service Industry
FOLLOW US
ADDRESS
HEAD OFFICE
Permata Kuningan Bld, Lt 17, Suite 1707
Jl. Kuningan Mulia Kav. 9, Kawasan Bisnis Epicentrum
Jakarta Selatan- Indonesia 12980
OFFICE SURABAYA
AMG Tower Lt. 17
Jl. Raya Dukuh Menanggal No. 1A, Gayungan
Surabaya – Indonesia 60234
© 2020 All rights reserved. Proxsis Consulting Group
Pilar