A. Pengantar
Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu (MMT) lahir dan
berkembang di bidang manufaktur atau pabrik. Dalam kajian literatur banyak ahli yang
sudah memberi pengertian MMT. Berikut ini tiga pengertian dari sekian banyak yang
dideskripsikan dari penulis MMT. Pengertian yang pertama dan kedua adalah pengertian
MMT di bidang bisnis, sedangkan pengertian yang ketiga adalah pengertian MMT yang
ditulis oleh Edward Sallis (2002, dalam bukunya Total Quality Management in Education.
produce goods or services which satisfy customers’ requirements”, atau MMT adalah
sebuah sistem yang dimaksudkan untuk memproduksi barang atau memberikan jasa
adalah perpaduan semua fungsi dari perusahaan kedalam falsafah holistik yang
kepuasan pelanggan.” Ketiga, Sallis (1993: 13) mendifinisikan: “TQM is philosophy and
methodology which assists institution to manage change and to set their own agendas
for dealing with the plethora of new external pressure”, atau MMT adalah falsafah dan
tubi mendesak.
Page 2 of 9
B. Konsep MMT
Berangkat dari huruf dalam TQM, Sallis (2005: p.35) mendeskripsikan konsep MMT
atau TQM secara harfiah terdiri dari huruf besar T, Q, dan M dengan masing-masing
berikut. T in TQM dictates that everything and everybody in the organization is involved
benda/fasilitas dan setiap orang yang ada di organisasi dilibatkan dalam peningkatan
yang berkelanjutan. Q in TQM is total customer satisfaction which becomes the center of
the all organization managers and their staff”, atau Q dalam TQM adalah total kepuasan
pelanggan adalah focus utama dari semua manager dan staf. M in TQM means everyone
in the institution whatever their status, position or role is the manager of their own
responsibility”, atau M dalam TQM bermakna setiap orang dalam organisasi apapun
status mereka, posisi atau peran mereka adalah menejer di bidangnya masing-masing.
Penggagas MMT mulanya adalah ahli-ahli manajemen mutu dari Amerika. Namun,
tumbuh berkembang dimulai dari Jepang. Sebagai pemenang Perang Dunia ke II,
Amerika dan sekutu menurut Marshall Plan (Perjanjian Dunia), berkewajiban membantu
negara yang dikalahkan khususnya Jepang. Untuk itu Eisen Hower mengutus banyak
ahli manajemen mutu untuk berangkat ke Jepang dan salah satunya adalah Edward
tersebut menjadi pemicu universitas di Amerika yang kemudian meminta Deming untuk
berkembang juga di negara sekutu Amerika seperti Inggris dan Perancis dan juga
Ajaran yang menonjol dari MMT dibandingkan dengan manajemen lainnya adalah
dan kontribusi dalam rantai proses produksi atau jasa guna memenuhi tuntutan pengguna
yang terus berkembang sehingga menumbuhkan budaya mutu bagi semua pihak di
dan institusi yang menganut Non-MMT sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
Page 4 of 9
Dalam penerapan MMT di institusi manapun, Goetsch dan Davis (1994, 14)
menegaskan perlunya aktualisasi dari 10 ajaran utamanya, yaitu (1) Fokus pada
Page 5 of 9
Pelanggan; (2) Obsesi Mutu; (3) Pendekatan Ilmiah: (4) Komitmen Jangka Panjang; (5)
Kerja tim: (6) Sistem Peningkatan Mutu Berkesinambungan; (7) Pendidikan dan
Pelatihan; (8) Kebebasan yang Terkendali;(9) Penyatuan Tujuan; (10) Pelibatan dan
1) Fokus Pelanggan
pelanggan/klien adalah tempat tujuan perjalanan, yaitu yang menentukan kemana arah
mutu produk/jasa ditujukan. Hal ini berlaku untuk pelanggan eksternal maupun pelanggan
2) Obsesi Mutu
Dalam seting MMT, pelanggan eksternal dan internal adalah penentu mutu. Dengan mutu
yang tertentu tersebut, institusi harus berobsesi untuk memenuhi bahkan melampaui
ditentukan tersebut. Ini artinya semua individu di institusi pada semua level melakukan
tugas dan kewajiban masing-masing dan berupaya bagaimana dapat bekerja lebih baik.
Ketika institusi terobsesi dengan mutu maka mereka akan bersemboyan: “good enough
3) Pendekatan Ilmiah
Makna utama dari pendekatan ilmiah adalah pengambilan kesimpulan berdasarkan data.
dominan berdasarkan keinginan atau intuisi pimpinan. Dalam penerapan MMT biasanya
MMT merupakan hal yang baru, sehingga hal tersebut perlu disosialisasikan dan di
Semua upaya ini memang merupakan hal utama dan penting, tetapi belum cukup. Hal
lain yang penting dalam seting MMT adalah penggunaan pendekatan ilmiah dalam
berarti perlu dikumpulkan data dan informasi kinerja institusi, dianalisis, dan disimpulkan
yang selanjutnya dipakai sebagai basis dalam menentuan patok duga (benchmarks),
Institusi yang menerapkan MMT biasanya setelah mereka mengikuti seminar atau
mendapat saran dari staf sering gagal dalam menerapkan model manajemen ini. Hal ini
MMT adalah sebagai “falsafah” kerja yang memerlukan perubahan budaya baru dari
seluruh organisasi.
5) Kerja tim
meningkatkan daya saing. Namun hal ini justru merugikan organisasi dalam persaingan
lainnya. Organisasi dengan menerapkan MMT membangun kerja tim antar departemen,
Setiap produk/jasa dihasilkan dalam suatu lingkungan yang dirancang sedemikian pula
sehingga dapat dihasilkan produk/jasa dengan mutu yang terbaik. Lingkungan yang
bagian dari satu sistim yang harus ditingkatan untuk menghasilkan mutu produk/jasa
yang maksimal.
Pendidikan dan pelatihan merupakan hal yang esensial dalam MMT karena hal ini
merupakan cara peningkatan karyawan selaras dengan prinsip peningkatan mutu yang
berkesinambungan. Dalam
dan ketrampilannya sehingga mereka menjadi karyawan yang cerdas, terampil, dan
satu cara pemberdayaan. Hal ini juga menumbuhkan rasa memiliki karyawan terhadap
Keterlibatan karyawan di atas bukan kebetulan tetapi merupakan hasil dari perencanaan
prosedur dan proses produksi dan antar mereka saling komitmen sebagai kendali
organisasi.
9) Kesatuan Tujuan
Ditinjau dari sejarah di industri, hubungan manajer dan karyawan umumnya selalu
dengan gaji yang seminimum mungkin agar biaya produksi menjadi rendah dan
kerja yang minimum, fasilitas dengan kompensasi dan gaji yang tinggi. Dalam seting
daya dan upaya secara total untuk membangun kesatuan tujuan mencapai mutu
keputusan menjadi lebih baik karena lebih banyak individu terlibat di dalamnya. Hal ini
Pustaka
Fandy Tjiptono & Anastasia Diana (2000). Total Quality Management. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Fasli Jalal & Dedi Supriadi (2001). Reformasi Pendidikan dalam Kontek Otonomi Daerah.
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Goetsch D. & Davis S. (1994). Introduction to Total Quality Management: Quality, Productivity,
Competitiveness. London: Prentice Hall Int. Inc.
George S. & Weimerskirch A. (1994). Total Quality Management: Strategies and Techniques
Proven at Today’s Most Successful companies. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Juran, J.M. And Gryna, Frank M. (1993). Quality Planning and Analysis. New York: McGraw Hill. Bab
X.
Sallis E. (2002, 3rd. ed.). Total Quality Management in Education. London: Kogan Page Ltd.