Anda di halaman 1dari 13

RESUME

MANAJEMEN KEUANGAN DAN AKUNTANSI

KELOMPOK I

ENI KURNIATI

NOVI SUHERMI

SUGIYATMI

LOLIN RARA MARSELA

RYAN AJENG MUSTIKA RENY

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA


JAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pengelolaan sarana kesehatan seperti rumah sakit dituntut untuk dikelola dengan
manajemen modern dan bersifat sosio-ekonomi. Sebuah rumah sakit harus selalu tanggap akan
perubahan-perubahan yang terjadi cukup cepat dan kemudian segera mengantisipasinya sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat dengan selalu mengacu pada kepuasan konsumen
(Customer satisfaction). Tuntutan masyarakat saat ini adalah pelayanan kesehatan yang mudah,
cepat dan nyaman, yang pada akhirnya dapat memberikan kepuasan dalam hasil perawatan
sesuai dengan penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu rumah sakit sebagai suatu organisasi
yang bergerak dibidang layanan kesehatan public makin dituntut untuk memberikan layanan
kesehatan yang lebih baik. Rumah sakit dengan kualitas yang baik akan sangat tergantung pada
sumber daya yang ada dirumah sakit seperti kualitas pelayanan dokter, perawat, staf, dan
karyawan serta fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia. Rumah sakit yang berkualitas
hendaknya dapat mengetahui apa yang diharapkan pasien-pasiennya karena pasien memiliki hak
untuk menilai kualitas pelayanan yang diterimanya. Pada beberapa rumah sakit masih terdapat
perbedaan antara apa yang diharapkan pasien dengan kenyataan yang dirasakan pasien terhadap
kualitas pelayanan rumah sakit tersebut. Hal itu dapat kita lihat dari beberapa keluhan antara lain
yang disampaikan salah satu pasien di Rumah sakit umum, seorang pasien poli mata dibentak-
bentak oleh pegawainya ketika bertanya mungkin terdapat kekeliruan hasil pemeriksaan mata
pada dua minggu sebelumnya. Selain itu masalah keamanan lingkungan rumah sakit perlu juga
diperhatikan. Sehingga dengan adanya perbedaan harapan pelayanan dan kenyataan yang
diperoleh tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien.

Memperhatikan kondisi rumah Sakit Umum selama kurun waktu 5 tahun anggaran,
sangatlah menarik untuk mengetahui sistem kerja dalam mendapatkan data informasi kesehatan
dari masyarakat sehingga tindakan kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit yang
bersangkutan. Pengukuran haruslah bersifat berkelanjutan di dalam upaya menciptakan
perbaikan maupun peningkatan pelayanan. Salah satu faktor penyebab keterbatasan sumber daya
manusia khususnya medis tersebut adalah implikasi dari lemahnya manajemen mutu terpadu.

Permasalahan kurang terampilnya pegawai dalam mengelola pelayanan rumah sakit,


masih terdapat pasien yang merasa kurang nyaman dalam pelayanannya. Dan hal ini berkaitan
dengan masih lemahnya penerapan Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu
Terpadu yang belum optimal. Fenomena belum optimalnya penerapan TQM, merupakan
tantangan berat bagi pimpinan rumah sakit dan karyawan di Rumah sakit Umum. Hasil
pengamatan lapangan sementara dari peneliti menunjukkan bahwa pasien masih sering
mengelukan kesigapan tenaga medis dalam menangani keluhan masyarakat, tenaga medis sering
menunda tindakan medis dalam waktu lama, masih kurangnya fasilitas layanan, serta masih
terbatasnya tenaga medis terutama dokter Spesialis. Sehingga antara harapan dan kenyataan yang
dirasakan oleh konsumen atau pasien Rumah Sakit Umum masih perlu menerapkan Manajemen
Mutu Terpadu atau (TQM) dalam rangka meningkatkan jaminan kualitas kesehatan masyarakat.
Kebijakan bidang manajemen bisnis mengacu pada prospek tersebut, yaitu peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan secara berkelanjutan yang ditopang oleh otonomi Umum dalam semua
jenjang dan unit kerja guna menjamin akuntabilitas dan kelancaran startegi bersaing rumah sakit.
Kebijakan ini antara lain diwujudkan dalam program penerapan TQM secara efektif dan efisien.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi TQM

Mendefinisikan mutu / kualitas memerlukan pandangan yang komprehensif. Ada


beberapa elemen bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yakni :

1) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.


2) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
3) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas saat ini
mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain).
4) Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Mutu terpadu atau disebut juga Total Quality Management (TQM) dapat didefinisikan
dari tiga kata yang dimilikinya yaitu: Total (keseluruhan), Quality (kualitas, derajat/tingkat
keunggulan barang atau jasa), Management (tindakan, seni, cara menghendel, pengendalian,
pengarahan). Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM adalah: “sistem manajemen
yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dengan kegiatan yang
diupayakan benar sekali (right first time), melalui perbaikan berkesinambungan (continous
improvement) dan memotivasi karyawan “ (Kid Sadgrove, 1995)

Seperti halnya kualitas, Total Quality Management dapat diartikan sebagai berikut;
1) Perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun
berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan
pelanggan(Ishikawa,1993,p.135).
2) Sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada
kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi (Santosa, 1992, p.33).
3) Suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya
saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungannya.
4) Pengertian lain dikemukakan oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. mengatakan bahwa
Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang
mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus
atas produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya

2. Unsur-unsur utama TQM


a) Fokus pada pelanggan.
b) Obsesi terhadap kualitas.
c) Pendekatan ilmiah.
d) Komitmen jangka panjang.
e) Kerja sama tim.
f) Perbaikan sistem secara berkesinambungan.
g) Pendidikan dan pelatihan.
h) Kebebasan yang terkendali.
i) Kesatuan tujuan.
j) Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

3. Prinsip-prinsip TQM

Ada beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip TQM. Salah satunya adalah Bill
Crash, 1995, mengatakan bahwa program TQM harus mempunyai empat prinsip bila ingin
sukses dalam penerapannya. Keempat prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1) Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan berorientasi pada
kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang program, termasuk dalam setiap proses dan
produk.
2) Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam memberlakukan
karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya inspirasi.
3) Progran TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan
wewenang disemua tingkat, terutama di garis depan, sehingga antusiasme keterlibatan
dan tujuan bersama menjadi kenyataan.
4) Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip,
kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.

Lebih lanjut Bill Creech, 1996, menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam sistem TQM harus
dibangun atas dasar 5 pilar sistem yaitu; Produk, Proses, Organisasi, Kepemimpinan, dan
Komitmen.

Lima Pilar TQM :

1) Produk
2) Proses
3) Organisasi
4) Pemimpin
5) Komitmen

Produk adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk tidak
mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu di dalam proses tidak mungkin ada tanpa
organisasi yang tepat. Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang memadai.
Komitmen yang kuat dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua yang lain.
Setiap pilar tergantung pada keempat pilar yang lain, dan kalau salah satu lemah dengan
sendirinya yang lain juga lemah.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hensler dan Brunnell (dalam Scheuing dan Christopher,
1993: 165-166) yang dikutip oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. dalam bukunya yang
berjudul Manjemen Mutu Terpadu, mengatakan bahwa TQM merupakan suatu konsep yang
berupaya, melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu, diperlukan
perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi. ada empat prinsip utama
dalam TQM, yaitu :

1) Kepuasan pelanggan.
2) Respek terhadap setiap orang.
3) Manajemen berdasarkan fakta.
4) Perbaikan berkesinambungan.
4. Manfaat Program TQM

TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.

 Manfaat TQM bagi pelanggan adalah:


a) Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan.
b) Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan.
c) Kepuasan pelanggan terjamin.
 Manfaat TQM bagi institusi adalah:
a) Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan
b) Staf lebih termotivasi
c) Produktifitas meningkat
d) Biaya turun
e) Produk cacat berkurang
f) Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
 Manfaat TQM bagi staf Organisasi adalah:
a) Pemberdayaan
b) Lebih terlatih dan berkemampuan
c) Lebih dihargai dan diakui
o Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh institusi di
masa yang akan datang adalah:
a) Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya sekedar pengikut
(follower)
b) Membantu terciptanya tim work
c) Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan
d) Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan
e) Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah

5. Persyaratan Implementasi TQM

Agar implementasi program TQM berjalan sesuai dengan yang diharapkan diperlukan
persyaratan sebagai berikut:

a) Komitmen yang tinggi (dukungan penuh) dari menejemen puncak.


b) Mengalokasikan waktu secara penuh untuk program TQM
c) Menyiapkan dana dan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
d) Memilih koordinator (fasilitator) program TQM
e) Melakukan banchmarking pada perusahaan lain yang menerapkan TQM
f) Merumuskan nilai (value), visi (vision) dan misi (mission)
g) Mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai bentuk hambatan
h) Merencanakan mutasi program TQM.

6. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan TQM


TQM merupakan suatu pendekatan suatu pendekatan baru dan menyeluruh yang
membutuhkan perubahan total atas paradigama manajemen tradisional, komitmen jangka
panjang, kesatuan tujuan, dan pelatihan-pelatihan khusus.
Selain dikarenakan usaha pelaksanaan yang setengah hati dan harapan-harapan yang tidak
realitis, ada pula beberapa kesalahan yang secara umum dilakukan pada saat organisasi memulai
inisiatif perbaikan kualitas. Beberapa kesalahan yang sering dilakukan antar lain :

a) Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior.


Inisiatif upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan sepatutnya simulai dari pihak
manajemen dimana mereka harus terlibat secara langsung dalam pelaksanaannya. Bila
tanggungjawab itu didelegasikan kepada pihak laik maka peluang terjasinya kegagalan sangat
besar.

b) Team mania
Untuk menunjang dan menumbuhkan kerja sama dalam tim, paling tidak ada dua dua hal
yang perlu diperhatikan. Pertama, baik penyelia maupun karyawan harus memiliki pemahaman
yang baik terhadap perannya masing-masing. Kedua. Organisasi harus melakukan perubahan
budaya supaya kerjasama tim `tersebut dapat berhasil. Apabila kedua hal tersebut tidak
dilakukan sebelum pembentukan tim, maka hanya akan timbul masalah, bukannya pemecahan
masalah.

c) Proses penyebarluasan
Ada organisasi yang mengembangkan inisiatif kualitas tanpa secara berbarengan
mengembangkan rencana untuk menyatukan kedalam seluruh elemen-elemen organisasi.
Seharusnya pengembangan inisiatif tersebut melibatkan para manajer, serikat pekerja, pemasok,
dan bidang produksi lainnya, karena usaha itu meliputi pemikiran mengenai struktur,
penghargaan, pengembangan keterampilan, pendidikan dan kesadaran.

d) Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis


Ada pula organisasi yang hanya menggunakan pendekatan Deming, pendekatan Juran,
atau Pendekatan Crosby dan hanya menerapkan prinsip-prinsip yang ditentukan disitu. Padahal
tidak ada satupun pendekatan yang disarankan oleh ketiga pakar tersebut maupun pakar-pakar
kualitas lainnya yang merupakan satu pendekatan yang cocok untuk segala situasi.
e) Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis
Bila hanya mengirimkan karyawan untuk mengikuti suatu pelatihan selama beberapa
hari, bukan berarti telah membentuk waktu untuk mendidik, mengilhami dan membuat karyawan
sadar akan pentingnya kualitas. Selain itu dibutuhkan waktu yang sangat lama pula untuk
mengimplementasikan perubahan-perubahan proses baru, bahkan seringkali perubahan proses
baru, bahkan seringkali perubahan tersebut memakan waktu yang sangat lama untuk sampai
terasa pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas dan daya saing perusahaan.

f) Emprowerment yang bersifat premature


Banyak perusahaan yang kurang memahami makna dari pemberian emprowerment
kepada karyawan. Mereka mengira bahwa bila karyawan telah dilatih dan diberi wewenang baru
dalam mengambil suatu tindakan, maka para karyawan tersebut akan dapat menjadi self-directed
dan meberikan hasil-hasil positif. Seringkali dalam praktik, karyawan tidak tahu apa yang harus
dikerjakan setelah suatu pekerjaan diselesaikan. Oleh karena itu sebenarnya mereka
membutuhkan sasaran dan tujuan yang jelas sehingga tidak salah dalam melakukan sesuatu.

7. Elemen Pendukung Dalam TQM


Elemen-elemen pendukung TQM dimaksud adalah sebagai berikut.
o Kepemimpinan
Manajer senior harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan dengan memberikan,
menggunakan alat dan bahan yang komunikatif, menggunakan data dan menggali siapa-
siapa yang berhasil menerapkan konsep manajemen mutu terpadu. Ketika memutuskan
untuk menggunakan MMT/TQM sebagai kunci proses manajemen, peranan manajer
senior sebagai penasihat, guru, dan pimpinan tidak bisa diremehkan.Pimpinan Senior
suatu organisasi harus sepenuhnya menghayati implikasi manajemen di dalam suatu
ekonomi internasional di mana manajer yang paling berhasil, paling mampu, dan paling
hebat pendidikannya di dunia harus diperebutkan melalui persaingan yang ketat.
Kenyataan hidup yang berat ini akan menyadarkan manajer senior mengakui bahwa
mereka harus mengembangkan secara partisipatif, baik misi, visi, maupun proses
manajemen, yang dapat mereka gunakan untuk mencapai keduanya. Pimpinan bisnis
harus mengerti bahwa MMT adalah suatu proses yang terdiri atas tiga prinsip dan
elemen-elemen pendukung yang harus mereka kelola agar mencapai perbaikan mutu yang
berkesinambungan sebagai kunci keunggulan bersaing.
o Pendidikan dan Pelatihan
Mutu didasarkan pada keterampilan setiap karyawan yang pengertiannya tentang apa
yang dibutuhkan oleh pelanggan ini mencakup mendidik dan melatih semua karyawan,
memberikan informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin perbaikan mutu dan
memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini memastikan bahwa suatu bahasa dan suatu set
alat yang sama akan diperbaiki di seluruh perusahaan. Pelatihan tambahan pada bench
marking, statistik, dan teknik lainnya juga digunakan dalam rangka mencapai kepuasan
pelanggan yang paripurna.
o Struktur Pendukung
Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk melakukan perubahan yang
dianggap perlu dalam melaksanakan strategi pencapaian mutu. Dukungan semacam ini
mungkin diperoleh dari luar melalui konsultan. Akan tetapi, lebih baik kalau diperoleh
dari dalam organisasi itu sendiri. Suatu staf pendukung yang kecil dapat membantu tim
manajemen senior untuk mengartikan konsep mengenai mutu, membantu melalui
“network” dengan manajer mutu di bagian lain dalam organisasi, dan membantu sebagai
narasumber mengenai topik-topik yang berhubungan dengan mutu bagi tim manajer
senior.
o Komunikasi
Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh dengan cara
berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada seluruh karyawan mengenai suatu
komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan dalam usaha peningkatan
mutu. Secara ideal manajer harus bertemu pribadi dengan para karyawan untuk
menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab pertanyaan dari setiap
karyawan.
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Dalam rangka meningkatkan mutu layanan Rumah Sakit umum, pihak pengelola
seharusnya berupaya melakukan dan mensinergikan manajemen mutu terpadu rumah
Sakit berdasarkan ketersediaan fasilitas dan peralatan medis yang didukung oleh tenaga
medis yang cukup handal dalam bidangnya. Langkah yang ditempuh oleh pihak rumah
sakit antara lain bekerja sama dengan pemerintah, membuka peluang bagi hubungan
kemitraan bagi investor asing untuk mengembangkan Rumah sakit ini menjadi lebih baik
dimasa datang.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan manajemen mutu terpadu antara
kurangnya fasilitas medis, kurangnya tenaga medis spesialisasi penyakit, kurangnya dana
pemerintah, dan masih terbatasnya peralatan yang mendukung peningkatan pelayanan
medis.
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Asrul. (2000), Mutu Pelayanan Kesehatan:, PT. Gramedia. Jakarta.


Gordon, B. Davis, (1999), Sistem Informasi Manajemen : Struktur dan
Pengembangannya, PT. Gramedia.
Handito. 2002. Manajemen Hubungan Pelanggan: Erlangga, Jakarta.
La Mijan, dan Susanto Azhar (1995), Sistem Informasi Akuntansi I : Pendekatan
Manual, Praktika Penyusunan Metode dan Prosedur, Edisi 9, Lembaga Informatika
Akuntansi, Bandung.
Massie, Anwar (1987), Sistem Organisasi, Erlangga, Jakarta.
Muhamad Fakhri Husein, dan Amin Wibowo (2002), Sistem Informasi Manajemen, Edisi
Revisi, Yunit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Mc. Leod, Raymond (1996), Sistem Informasi Manajemen, PT. Bhuana Ilmu Populer,
Jakarta.
Nazir, 2003, Metode Penelititan, Ghalia Indonesi, Jakarta.
Schiffman, Leon dan Kanuk,Leslie.Lazar. 2007, Perilaku Konsumen; edisi Bahasa Indo

Anda mungkin juga menyukai