Anda di halaman 1dari 173

Konsep, Ruang Lingkup dan Sejarah Manajemen Mutu

BAB 1
KONSEP, RUANG LINGKUP DAN SEJARAH
MANAJEMEN MUTU

Dr. H. Aep Tata Suryana, M.M


aeptatasuryana@gmail.com

A. Konsep Manajemen Mutu


Menurut Nasution (2001), ada tiga pakar utama TQM
yang menjelaskan metode dalam TQM yaitu:
1. Metode W. Edwar Deming
Metode Deming yang terkenal yaitu Deming Cycle
dengan empat tahapan yaitu: plan, do check and act
Gambar 1 Model Deming Cycle

2. Metode Joseph M. Juran


a. Juran’s Ten Steps to Quality Improvement

1
Konsep, Ruang Lingkup dan Sejarah Manajemen Mutu

Sepuluh langkah untuk memperbaiki kualitas


menurut Juran meliputi sebagai berikut (Ross, 1994
: 8)
1. Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan
akan perbaikan dan peluang untuk melakukan
perubahan
2. Menetapkan tujuan perbaikan
3. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan
4. MeneMenyediakan pelatihan
5. Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan
untuk pemecahan masalah
6. Melaporkan perkembangan
7. Memberikan penghargaan
8. Mengkomunikasikan hasil-hasil yang dicapai
9. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang
dicapai
10. Memelihara momentum dengan melakukan
perbaikan dalam sistem reguler perusahaan
b. The Juran Trilogy
1) Quality Planning (meliputi pengembangan
produk, sistem dan proses yang dibutuhkan
memenuhi atau melampaui harapan pelanggan
2) Quality Control (meliputi penilaian kinerja
kualitas, membandingkan kinerja dengan tujuan
dan bertindak berdasarkan perbedaan antara
kinerja dengan tujuan)
3) Quality Improvement (dilakukan secara on-
going dan terus menerus

2
Konsep, Ruang Lingkup dan Sejarah Manajemen Mutu

3. Metode Philip B. Crosby


Crosby’s Fourteen Steps to Quality Improvement
1) Komitmen Manajemen
2) Membentuk Tim Kualitas
3) Mengidentifikasi sumber masalah
4) Menilai biaya kualitas
5) Meningkatkan kesadaran akan kualitas
6) Melakukan tindakan dengan segera dalam
memperbaiki masalah yang telah teridentifikasi
7) Mengadakan program zero defect
8) Melatih para penyelia untuk bertanggung jawab
dalam program kualitas tersebut
9) Mengadakan zero defect day
10) Mendorong individu dan tim untuk tujuan
perbaikan pribadi
11) Mendorong para karyawan untuk mengungkapkan
hambatan yang mereka hadapi
12) Mengakui para karyawan yang berpartisipasi
13) Membentuk dewan kualitas untuk mengembangkan
komunikasi secara terus menerus
14) Mengulangi setiap tahap untuk menjelaskan bahwa
perbaikan kualitas adalah proses yang tidak pernah
berakhir
Prinsip TQM pada dasarnya berkenaan dengan
pengelolaan secara berkualitas seluruh atau setiap unsur sistem
untuk mencapai hasil yang berkualitas sehingga akan tercapai
zero defect (gagasan tanpa cacat) yang pertama kali dipelopori
oleh Philips B. Crosby.

3
Konsep, Ruang Lingkup dan Sejarah Manajemen Mutu

Untuk dapat menerapkan TQM pada industri jasa


diperlukan beberapa konsep dasar, teknik dan langkah-langkah
penerapannya, antara lain:
a) Memfokuskan pada produk (yang dalam hal ini adalah jasa
yang ditawarkan) dan pelanggan.
b) Kepemimpinan dalam organisasi jasa yang mendukung
pelaksanaan filosofi TQM.
c) Budaya organisasi (yaitu budaya organisasi yang
berorentasi mutu).
d) Komunikasi yang efektif antar seluruh personil dalam
organisasi maupun antara para personil organisasi dengan
pelanggan.
e) Pengetahuan atau keahlian karyawan dalam melaksanakan
filosofi TQM.
f) Tanggung jawab para karyawan.
g) Manajemen berdasarkan data dan fakta.
h) Sudut pandang jangka panjang.
Menurut Edwar Salis (1993), Dalam konsep TQM, sebuah
produk/jasa dapat dikatakan bermutu apabila mampu
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.Secara
operasional, mutu/kualitas ditentukan oleh dua faktor, yaitu
terpenuhinya spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya dan
terpenuhinyaspesifikasi yang diharapkan menurut tuntutan dan
kebutuhan pelanggan. Mutu yang pertama disebut quality in
fact (mutu sesungguhnya) dan yang kedua disebut quality in
perception (mutu persepsi). Dalam quality in fact, para
produsen menunjukkan bahwa mutu memilikisebuah sistem,
yang biasa disebut sistem jaminan mutu (quality assurance
system) yang memungkinkan roda

4
Konsep, Ruang Lingkup dan Sejarah Manajemen Mutu

produksi menghasilkan produk-produk yang secara konsisten


sesuai dengan standard atau spesifikasi tertentu. Dengan
demikian sebuah produk dikatakan bermutu selama produk
tersebut secara konsisten sesuai dengantuntutan pembuatnya.
Adapun dalam quality in perception, mutu didefinisikan
sebagai sesuatu yangmemuaskan atau melampaui keinginan
dan kebutuhan pelanggan. Dalam hal ini yangmenentukan atau
menilai sebuah produk atau jasa bermutu ataupun tidak adalah
parapelanggan. Dengan demikian mutu dalam persepsi diukur
dari kepuasan pelanggan atau pengguna serta meningkatnya
minat pelanggan terhadap produk atau jasa .
Berdasarkan beberapa pengertian quality di atas,
tampak bahwa quality hampir selalu berfokus pada pelanggan
(customer focused quality) sehingga produk-produk didesain
diproduksi, serta pelayanan diberikan untuk memenuhi
keinginan pelanggan.
Total quality management merupakan sekumpulan
langkah yang harus dilalui tingkat demi tingkat untuk dapat
menerapkannya. Pada dasarnya untuk dapat menerapkan total
quality management yang paling diperlukan adalah dukungan
atau komitmen dari pimpinan puncak, komunikasi antar
seluruh anggota organisasi, dan adanya perubahan budaya.
TQM merupakan suatu konsep yang berupaya
melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk
itu diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai
suatu organisasi. Menurut Hensler dan Brunell (dalam
scheuning dan Christopher, 1993: 165-166) (Vita, 2011), ada
empat prinsip utama dalam TQM. Keempat prinsip tersebut
adalah:

5
Konsep, Ruang Lingkup dan Sejarah Manajemen Mutu

1. Kepuasan pelanggan
Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan
diperluas. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan
spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi ditentukan oleh
pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal
dan pelanggan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan
untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalamnya
harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, segala
aktivitas perusahaan harus dikoordinasikan untuk memuaskan
para pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan
sama dengan nilai yang diberikan dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup para pelanggan. Makin tinggi nilai yang
diberikan, maka makin besar pula kepuasan pelanggan.
2. Resfect terhadap setiap orang
Dalam perusahaan yang kualitasnya tergolong kelas dunia,
setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki
talenta dan kreativitas yang khas. Dengan demikian, karyawan
merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh
karena itu, setiap orang dalam organisasi diperlukan dengan
baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi
dalam tim pengambil keputusan.
3. Manajemen Berdasarkan Fakta
Perusahaan kelas dunia berorientasi pada fakta. Maksudnya
bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan
sekedar perasaan (feeling). Ada dua konsep pokok yang
berkaitan dengan hal ini. Pertama, prioritas (prioritization),
yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan
pada semua aspek pada saat yang bersamaan mengingat
katerbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu, dengan

6
Konsep, Ruang Lingkup dan Sejarah Manajemen Mutu

menggunakan data, maka manajemen dan tim dalam organisasi


dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital.
Kedua, variasi atau variabilitas kinerja manusia. Data statistik
dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang wajar
dari setiap sistem organisasi. Dengan demikian, manajemen
dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan
yang dilakukan.
4. Perbaikan Berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perubahan perlu melakukan
proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara
berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus
PDCAA (plan-do-check-act-analyze) yang terdiri atas
langkah-langkah perencanaan, dan melakukan tindakan
korektif terhadap hasil yang diperoleh.
Sepuluh unsur utama TQM adalah:
a. Fokus pada Pelanggan,
b. Terobsesi dengan mutu,
c. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah,
d. Komitmen jangka panjang.
e. Kerja tim (teamwork),
f. Continual process improvement.
g. Pendidikan dan pelatihan
h. Tidak ada pengendalian (freedom from control).
i. Keseragaman tujuan.
j. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
Menurut Field (Vita, 2011) , bahwa ada sepuluh langkah-
langkah untuk menerakan Total Quality Management dalam
pendidikan:

7
Konsep, Ruang Lingkup dan Sejarah Manajemen Mutu

1. Mempelajari dan memahami Total Quality Management


secara menyeluruh.
2. Memahami dan mengadopsi jiwa dan filosofi untuk
perbaikan terus-menerus.
3. Menilai jaminan kualitas saat ini dan program
pengendalian mutu.
4. Membangun sistem kualitas terpadu (kebijakan kualitas,
rencana strategi mutu, impelmentasi rencana, rencana
pelatihan, organisasi dan struktur, prosedur bagi tindakan
perbaikan, pendefinisian terhadap nilai tambah tindakan).
5. Mempersiapkan orang-orang untuk perubahan, nilai
budaya mutu sebagai tujuan untuk mempersiapkan
perbaikan, melatih orang-orang untuk bekerja pada suatu
kelompok.
6. Mempelajari teknik untuk menyerang atau mengatasi akar
persoalan (penyebab) dan mengaplikasikan tindakan
koreksi dengan menggunakan teknik dan alat Total Quality
Management .
7. Memilih dan menetapkan pilot project untuk
diaplikasikan.
8. Menetapkan prosedur tindakan perbaikan dan sadari akan
keberhasilannya.
9. Menciptakan komitmen dan strategi yang benar mutu
terpadu oleh pemimpin yang akan menggunakannya.
10. Memelihara jiwa mutu terpadu dalam penyelidikan dan
aplikasi pengetahuan yang amat luas .
Dari sepuluh langkah-langkah yang harus ditempuh untuk
mencapai total quality sebagaimana disebut di atas, bagaimana

8
Konsep, Ruang Lingkup dan Sejarah Manajemen Mutu

TQM bisa di implementasikan terhadap lembaga pendidikan,


maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Pengembangan secara berkesinambungan
2. Perubahan budaya
3. Komunikasi organisasi
4. Menjaga hubungan dengan pelanggan
5. Kolega sebagai pelanggan
6. Pemasaran internal
7. Profesionalisme dan fokus pelanggan
8. Kualitas belajar
9. Mengatasi hambatan dalam memperkenalkan TQM

B. Ruang Lingkup Manajemen Mutu


Manajemen mutu merupakan sebuah sistem yang
bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan
memungkinkan perbaikan yang berkelanjutan. Manajemen
mutu juga dapat diartikan kemampuan suatu organisasi dalam
menjaga kualitas mutu dari jasa atau barang yang dilayankan.
Sehingga manajemen mutu merupakan usaha manajerial
seperti merencanakan kualitas, mengorganisasi kualitas,
mengontrol kualitas, mengendalikan dan mengevaluasi
kualitas yang dilakukan oleh setiap anggota manajemen yang
ada dalam organisasi untuk meningkatkan kinerja dalam
artian kualitas kerja. Manajemen mutu memastikan bahwa
suatu organisasi, produk atau jasa konsisten. Manajemen
mutu memiliki empat komponen utama: perencanaan mutu,
jaminan kualitas, pengendalian kualitas, dan peningkatan
kualitas.

9
Konsep, Ruang Lingkup dan Sejarah Manajemen Mutu

Manajemen mutu difokuskan tidak hanya pada produk dan


kualitas layanan, tetapi juga pada cara untuk mencapainya,
oleh karena itu menggunakan jaminan kualitas dan kontrol
proses serta produk untuk mencapai lebih konsisten
kualitasnya. Melihat perjalanan standar kualitas yakni The
International Organization for Standardization (ISO)
menciptakan standar Sistem Manajemen Mutu (SMM) pada
tahun 1987 yaitu standar ISO 9000 seri 1987 yang terdiri dari
ISO 9001, ISO 9002, ISO 9003 yang berlaku diberbagai jenis
kegiatan atau proses perancangan, produksi atau pelayanan.
Selanjutnya ISO merilis revisi minor, ISO 9001 pada tanggal
14 Oktober 2008. Hal ini tidak mengandung persyaratan baru
serta memiliki banyak perubahan. Hal tersebut untuk
meningkatkan konsistensi dalam tata bahasa, memfasilitasi
terjemahan dari standar ke dalam bahasa lain untuk digunakan
oleh lebih dari 950.000 organisasi bersertifikat dan di 175
negara (seperti pada bulan Desember 2007) yang
menggunakan standar baru tersebut. Sebernarnya standar
Sistem Manajemen Mutu yang dibuat oleh ISO dimaksudkan
untuk mengesahkan proses dan sistem organisasi, bukan
produk atau jasa itu sendiri. Disamping itu ISO 9000 tidak
menyatakan kualitas produk atau jasa.
C.Sejarah Manajemen Mutu
Evolusi gerakan manajemen mutu dimulai dari masa studi
waktu dan gerak oleh Bapak Manajemen Ilmiah, Frederick
Winston Taylor, pada dekade 1920-an.
Aspek yang paling fundamental dari manajemen ilmiah
adalah adanya pemisahan antara perencanaan dan
pelaksanaan. Meskipun pembegian tugas telah menimbulkan

10
Konsep, Ruang Lingkup dan Sejarah Manajemen Mutu

peningkatan besar dalam hal produktivitas, sebenarnya


konsep pembagian tugas tersebut telah menyisihkan konsep
lama mengenai keahlian/keterampilan, dimana individu yang
sangat terampil melakukan semua pekerjaan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Manajemen
ilmiah Taylor mengatasi hal ini dengan membuat
perencanaan tugas manajemen dan tugas tenaga kerja, untuk
mempertahankan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan,
maka dibentuklah departemen kualitas yang terpisah.
Seiring dengan meningkatnya volume dan kompleksitas
manufakturing, kualitas jasa menjadi hal yang makin sulit.
Volume dan kompleksitas manufakturing, kualitas juga
menjadi hal yang semakin sulit.
Volume dan kompleksitas mendorong timbulnya quality
engineering pada tahun 1920-an dan reliability engineering
pada tahun 1950-an. Quality engineering sendiri mendorog
timbulnya penggunaan metode-metode statistik dalam
pengendalian kualitas, yang akhirnya mengarah pada konsep
control charts dan statistical process control. Kedua konsep
terakhir ini merupakan aspek fundamental dari total quality.
Sekalipun konsep TQM banyak dipengaruhi oleh
perkembangan-perkembangan di Jepang, tetapi tidak dapat
dinyatakan bahwa TQM ‘Made in Japan’. Hal ini
dikarenakan banyak aspek TQM yang bersumber dari
Amerika Serikat (Schmidt dan Finnigan, 1992 dalam Bounds,
et.al, 1994 : 61), diantaranya sebagai berikut:
1. Manajemen ilmiah, yaitu berupaya menemukan satu cara
terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan

11
Konsep, Ruang Lingkup dan Sejarah Manajemen Mutu

2. Dinamika kelompok, yaitu mengupayakan dan


mengorganisasikan kekuatan pengalaman kelompok
3. Pelatihan dan pengembangan yang merupakan investasi
dalam sumber daya manusia
4. Motivasi berprestasi
5. Keterlibatan karyawan
6. Sistem sosioteknikal, dimana organisasi beroperasi
sebagai sistem yang terbuka
7. Pengembangan organisasi
8. Budaya organisasi, yakni menyangkut keyakinan, mitos,
dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku setiap orang
dalam organisasi
9. Teori kepemimpinan baru, yakni menginspirasikan dan
memberdayakan orang lain untuk bertindak
10. Konsep lingking-pin dalam organisasi, yaitu membentuk
tim fungsional silang
11. Perencanaan strategik

12
Konsep, Ruang Lingkup dan Sejarah Manajemen Mutu

DAFTAR PUSTAKA

Bounds, G. (1994) . Beyound Total Quality Management Toward


the Emerging Paradigm. New York : McGraw Hill Inc
Crosby, Philip B. (1979). Quality is Free. New York : New
American Library
David, Garvin. (1988). Managing Quality. New York : The Free
Press
Deming, W. Edwards. (1986). Out of Crisis. Cambridge :
Massachuessetts Instute of Technology
Feigenbaum, Armand V. (1991). Total Quality Control. Third
Editions
Juran, Joseph M. (1993). Quality Planning and Analysis. 3rd
Edition. New York : McGraw Hill Inc
Parasuraman, A., Zeithaml, V.A. and Berry., L.L. (1985). A
Conceptual Model of Service Quality. Journal of Marketing
(fall): 41-50
Ross, J.E. (1994). Total Quality Management. London : Kogan
Page Ltd.

13
Konsep, Ruang Lingkup dan Sejarah Manajemen Mutu

BIODATA PENULIS

Aep Tata Suryana., lahir di Bandung, 17 April


1965. Jenjang Pendidikan S1 ditempuh di
Universitas Bale Bandung lulus dan STAI
Yamisa Soreang, pendidikan S2 di STIE ISM
dan STIE Indonesia Banking School, dan
pendidikan S3 di Universitas Islam Nusantara
Bandung. Penulis sekarang menjabat sebagai
Dosen Tetap Prodi Manajemen Pendidikan Islam di UIN Sunan
Gunung Djati Bandung. Sebelum menjadi Dosen, penulis pernah
menjabat Guru, Pengawas, Kepala Seksi di Kemenag Kab.
Bandung dan Kepala Seksi Kemenag Kanwil Provinsi Jabar.
Pengalaman organisasi aktif di Kwarcab, MUI Kab. Bandung,
FPP Jabar, PW Ormas Islam Jabar, Da' i Bimas Polda Jabar,
Forum Mitra Cendikia Polisi RI, Forum Doktor Pendidikan
(FDP), Ketua Pembina Yayasan imtaq dan Pengasuh Pontren
Imtaq Bandung. Beberapa karya ilmiah yang telah diterbitkan
yaitu : (1) Effect of Leadership Style Toward Indonesian
Education Performance in Education 4.0 Era: A Schematic
Literature Review dalam Jurnal Systematic Reviews in Pharmacy
11.10: 371-378, 2020, (2) Application of Analytical Hierarchy
Process Method for SQM on Customer Satisfaction dalam journal
of physic : conference series, 2020, (3) Teori dan Praktik
Manajemen Sarana dan Prasarana Pesantren dalam jurnal Al-
Mujaddid : Ilmu-Ilmu Agama, Vol 2 No. 1 (2020), (4) Kebijakan
Pesantren Dalam Pengelolaan Pendidikan Di Indonesia dalam
Jurnal Serambi Ilmu, Vol 21 No 2 (2020), (5) Sistem Manajemen
Pengkaderan Di Pondok Pesantren Dalam Jurnal As-Salam Vol 2
No 2 (2019), (5) Hubungan Kepemimpinan Kepala Madrasah
dengan Citra Lembaga Dalam Jurnal Isema: Islamic Educational
Management (2022), (6) Manajemen Pembelajaran Berbasis E-

14
Konsep, Ruang Lingkup dan Sejarah Manajemen Mutu

Learning Hubungannya Dengan Efektivitas Pembelajaran Dalam


Jurnal Isema: Islamic Educational Management (2022), (7)
Pemanfaatan Balanced Score Card untuk mengukur keuntungan
keuangan dan non-keuangan Perghuruan Tinggi Dalam Jurnal
Sociohumaniora Kodepena (JSK) (2020), (8) Manajemen
pesantren di Indonesia Dalam Jurnal e-book/e-journal LP2M
(2020).
Email : aeptatasuryana@gmail.com, No.Hp/WA : 082121154767

15
TQM – Perencanaan Mutu

BAB 2
TQM - PERENCANAAN MUTU

Dr. H. Aep Tata Suryana, M.M


aeptatasuryana@gmail.com

A. Hakikat Perencanaan Mutu (Quality Planning) dalam


implementasi TQM Pendidikan.

Perencanaan mutu dalam pendidikan pada


hakekatnya merupakan tahapan awal implementasi total
quality management (TQM) yang harus diperhatikan.
Karena quality planing sangat menentukan keberhasilan
manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
dan menentukan langkah perbaikan yang dapat dilakukan
secara terus menerus dengan melibatkan semua orang di
dalam organisasi, baik manajer maupun semua staf-
stafnya. Jadi perencanaan mutu terpadu pada dasarnya
adalah sebuah pendekatan perencanaan untuk melakukan
sesuatu yang berusaha untuk memaksimalkan keunggulan
kompetetif organisasi melalui perbaikan terus menerus
dalam hal produk, servis, orang, proses dan lingkungan.

16
TQM – Perencanaan Mutu

Menurut Handoko (1999) kegiatan perencanaan yang


bermutu pada dasarnya melalui empat tahap sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
2. Merumuskan keadaan saat ini
3. Mengidentifikasikan segala kemudhan dan hambatan
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan
untuk pencapaian tujuan.

Pada hakikatnya perencanaan yang berkualitas sebagai


suatu proses dalam perumusan kebijaksanaan suatu instrumen
dan teknik dalam penentuan prioritas dan merupakan bagian
integral dari perencanaan pembangunan sosial ekonomi suatu
bangsa, serta merupakan jembatan penghubung antara harapan
peserta didik, orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam
mencapai tujuan pendidikan.
B. Perencanaan TQM dalam Pendidikan.
Dalam penerapan total quality management pada
pendidikan ada beberapa perencanaan yang harus
diperhatikan sebagai berikut :
1. Kepemimpinan dan komitmen terhadap mutu harus datang
dari atas.
Pemimpin madrasah harus menunjukkan
komitmen yang kuat dan selalu memotivasi wakil kepala
madrasah dan supervisor lainnya agar selalu berupaya
keras dan serius.

17
TQM – Perencanaan Mutu

2. Menggembirakan pelanggan adalah tujuan TQM.


Hal ini dicapai dengan usaha yang terus-menerus
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, baik eksternal
maupun internal. Kebutuhan pelanggan dapat diketahui
dengan mengidentifikasi pandangan-pandangan mereka.
Ada beberapa metode untuk melakukan hal tersebut
dengan kuesioner atau dengan berbincang-bincang
langsung dengan masyarakat.
3. Menunjuk fasilitator mutu:
Terlepas dari posisi individualnya dalam hirarki
birokrasi, fasilitator mutu harus menyampaikan
perkembangan mutu langsung kepada kepala madrasah.
Tanggungjawab fasilitator adalah mempublikasikan
program dan memimpin kelompok pengendali mutu
dalam mengembangkan program mutu.
4. Membentuk kelompok pengendali mutu.
Kelompok ini harus merepresentasikan perhatian-
perhatian kunci dan merupakan representasi dari tim
manajemen senior. Perannya adalah untuk mengarahkan
dan mendorong proses peningkatan mutu. Ia adalah
pengembangan ide sekaligus inisiator proyek.
5. Menunjuk koordinator mutu.
Dalam setiap inisiatif dibutuhkan orang-orang
yang memiliki waktu untuk melatih dan menasehati
orang-orang lain. Koordinator mutu tidak mengerjakan
seluruh proyek mutu. Perannya adalah untuk membantu

18
TQM – Perencanaan Mutu

dan membimbing tim dalam menemukan cara baru dalam


menangani dan memecahkan masalah.
6. Mengadakan seminar manajemen senior untuk
mengevaluasi program.
Manajemen senior akan sulit untuk terlibat dalam
proses, kecuali jika mereka mendapatkan informasi yang
cukup, baik dalam hal falsafah dan metode peningkatan
mutu institusi. Sehingga tim menejemen senior harus
mampu menurunkan pesan mutu ke tingkat bawah.
7. Menganalisa dan mendiagnosis situasi yang ada.
Proses perencanaan ini tidak bisa diremehkan
karena ia sangat menentukan seluruh proses mutu.
Seluruh institusi perlu menjelaskan tentang di mana
posisinya dan kemana arah yang hendak dituju.
8. Menggunakan contoh-contoh yang sudah berkembang di
tempat lain.
Ini bisa berupa adaptasi dari salah satu “guru”
mutu, atau seorang tokoh pendidikan khusus atau
mengadaptasi pola TQM yang diadopsi oleh institusi-
institusi lain.
9. Mempekerjakan konsultan eksternal.
Konsultan dapat digunakan dengan salah satu
empat metode utama, pertama mereka dapat memberikan
nasehat awal dan memberi petunjuk serta “merubah” tim
manajemen senior. Kedua, adalah
melatih. Ketiga, konsultan bisa menjadi kritikus hebat

19
TQM – Perencanaan Mutu

ketika mereka diajak untuk mempertanyakan kebijakan-


kebijakan institusi. Keempat,konsultan bisa bermanfaat
dalam menyusun audit formal, penilaian dan evaluasi.
10. Memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf.
Pelatihan adalah tahap implementasi awal yang
sangat penting agar staf mengetahui dasar-dasar TQM,
karena mereka membutuhkan pengetahuan tentang
beberapa alat kunci yang mencakup tim kerja, metode
evaluasi, pemecahan masalah, dan teknik membuat
keputusan. Untuk memperlancar program pelatihan,
seorang manajemen senior harus terlibat langsung
didalamnya.
11. Mengkomunikasikan pesan mutu.
Strategi, relevansi dan keuntungan TQM harus
dikomunikasikan secara efektif. Di sana dapat terjadi
banyak kesalah-pahaman tentang tujuan mutu. Program
jangka panjang harus dirancang secara jelas, atau
memperjelas alasan penentuan program. Pengembangan
staf, pelatihan dan pembangunan tim adalah sebagian dari
cara yang efektif untuk mencapai program jangka panjang
tersebut.
12. Mengukur biaya mutu.
Pengukuran biaya mutu harus dilakukan untuk
menyoroti upaya peningkatan mutu dan memberikan
motivasi agar institusi terus berpegang pada program yang
telah ditetapkan.

20
TQM – Perencanaan Mutu

13. Mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui


pengembangan kelompok kerja yang efektif.
Pendekatan ini memfokuskan diri pada pencapaian
kesuksesan awal. Ia berfokus pada sesuatu yang harus
ditingkatkan oleh institusi serta menyeleksi alat-alat yang
tepat untuk menanganinya. Mengawali proses TQM
dengan menangani masalah yang ada, dapat
menghindarkan TQM dari kelumpuhan.
14. Mengevaluasi program dalam interval yang teratur.
Review dan evaluasi teratur harus menjadi bagian yang
integral dalam program.
Dilihat dari pemaparan di atas, setiap kali akan
menjalankan suatu proses TQM dalam sebuah lembaga,
ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan,
seperti;
a. Komitmen dari manajemen puncak.
b. Komitmen atas sumber daya yang dibutuhkan.
c. Organization-Wide Steering Committee.
d. Perencanaan dan publikasi.
Dengan diterapkannya persyaratan dalam
implementasi TQM, diharapkan bisa sesuai dengan apa
yang diharapkan. Sejalan dengan lima prinsip unsur
utama dalam penerapan Total kualitas manajemen, yaitu
kepuasan pelanggan, kepemimpinan, perbaikan
berkesinambungan, respek terhadap semua orang dan

21
TQM – Perencanaan Mutu

manajemen berdasarkan fakta, maka perencanaan yang


bermutu dapat bermanfaat dalam:

1. Berupaya memuaskan harapan pelanggan.


Pelanggan adalah sosok yang dilayani dan perhatian
dipusatkan pada kebutuhan mengetahui harapan para
pelanggan. Untuk ini setiap yang akan melaksanakan
Total kualitas manajemen harus mengetahui ciri-ciri
pelanggannya, dan karena itu maka harus
mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan dan
harapan pelanggan agar bisa memuaskannya.
2. Dapat memberikan perbaikan pada proses secara
sistematik.
3. Dapat menggambarkan pemikiran jangka panjang
demi perbaikan yang terus-menerus.
4. Pengembangan sumber daya manusia.
5. Komitmen pada mutu ( Slamet, 1999)
Perencanaan Mutu (total quality) dalam memberikan
manfaat yang sangat penting. Hal ini dapat dipergunkan agar:
1. Tahap pelaksanaan bisa berjalan runtut.
2. Tidak ada tahapan penting terlewati.
3. Memudahkan yang terkait agar jelas posisinya dan
kewajibannya.
Salah satu contoh dalam bidang pendidikan
perencanaan pendidikan nasional dalam lima tahunan

22
TQM – Perencanaan Mutu

tertuang dalam RENSTRA. Dengan adanya renstra maka


dapat memberikan manfaat diantaranya adalah:
1. Memberikan jaminan keterlanjutan program.
2. Memudahkan pimpinan baru untuk melanjutkan program.
3. Perwujudan akuntabilitas dan transparansi.
4. Peningkatan mutu keluaran dalam pemanfaatan APBN.

C. Tahapan Persiapan TQM dalam pendidikan.


Prosedur dalam mengimplementasikan TQM pada
dasarnya menempuh tiga tahapan sebagai berikut :
1. Persiapan.
Tahapan persiapan adalah aktivitas pertama dan
utama yang harus dilakukan sebelum TQM dikembangkan
dan dilaksanakan. Beberapa langkah yang harus dilakukan
adalah: membentuk tim, melaksanakan pelatihan TQM
bagi tim. Merumuskan model atau sistem yang akan
dikembangkan sebagai nama implementasi TQM,
membuat kebijakan berkaitan dengan komitmen anggota
organisasi untuk mendukung TQM, mengkomunikasikan
kepada semua anggota organisasi berkaitan dengan adanya
perubahan, melakukan analisis faktor pendukung dan
penghambat organisasi, dan melakukan pengukuran
terhadap kepuasan pelanggan internal dan eksternal.
Kesemua langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara
sistematik dan sistematis dengan dukungan penuh
pimpinan dan anggotanya. Fleksibilitas dapat dilakukan

23
TQM – Perencanaan Mutu

sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing lembaga


pendidikan. Oleh karena itu, dalam tahapan persiapan
memang memerlukan kemauan, perhatian, dan komitmen
yang tinggi untuk mendukung tahapan berikutnya.
a. Pengembangan Sistem
Berdasarkan tahapan persiapan, pengembangan sistem
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut
: peninjauan dan pengembangan model atau sistem yang
ada melalui penyusunan dokumen sistem kualitas,
melakukan pelatihan dan sosialisasi prosedur dan
petunjuk kerja kepada tim inti maupun tim imbas secara
tuntas, dan melakukan penyiapan akhir baik sumber daya
manusia maupun non manusianya secara cermat dan
akurat dalam rangka memasuki tahapan implementasi
sistem kualitas.
b. Implementasi Sistem
Tahapan implementasi sistem menunjuk pada
langkah-langkah sebagai berikut: melaksanakan uji joba
sistem jaminan kualitas dalam lingkup tertentu
berdasarkan siklus PDCA (Plan, Do, Check, and Adjust),
anggota tim menginformasikan kepada pimpinan
maupun steering commits berkaitan dengan uji coba
sistem jaminan kualitas yang telah dilaksanakan secara
rinci, tim mengumpulkan data dan informasi dari
pelanggan (baik pelanggan internal maupun eksternal),
melakukan tindakan koreksi dan pencegahan sesuai
dengan harapan pelanggan, dan mendiskusikan/

24
TQM – Perencanaan Mutu

melaksanakan rapat pimpinan dan pelaksana sistem


jaminan kualitas berkaitan dengan seluruh program yang
ada untuk menghasilkan atau membuat modikasi proses
yang diharapkan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Kesemua tahapan tersebut harus
dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Apabila salah satu tahapan maupun langkah bermasalah,
hal tersebut akan berdampak pada tahapan maupun
langkah berikutnya. Oleh karena itu, setiap ada masalah
harus segera dicarikan solusi pemecahannya hingga
tuntas.
Keberhasilan lembaga pendidikan sebagai organisasi
dalam mencapai prestasi yang membanggakan tidaklah
diperoleh dengan begitu saja, tetapi sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor pendukungnya. Faktor-faktor yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Kehendak atau izin dari-Nya.
Allah SWT memiliki kekuasaan yang Maha
Kuasa atas segala alam dan jagat raya ini, sehingga
semua yang terjadi di dunia ini adalah karena kehendak-
Nya. Oleh karena itu, keberhasilan organisasi harus
diyakini sebagai kehendak-Nya. Organisasi tidak akan
mencapai keberhasilan yang diinginkannya jika tidak
karena mendapatkan izin dari-Nya.
2) Sumber Daya Manusia.
Sumber daya manusia yang dimaksudkan
adalah orang-orang yang terlibat atau terkait dengan

25
TQM – Perencanaan Mutu

penerapan sistem pada sebuah institusi. Mulai dari


unsur pimpinan sampai dengan seluruh para pekerja
atau bawahan. Keberhasilan lembaga pendidikan
mencapai prestasi juga ditentukan oleh pemimpin
dengan segala aspek kepemimpinannya.

Sumber daya non manusia juga menjadi faktor


penentu organisasi dalam mencapai keberhasilan
dibidang kualitas. Sumber daya manusia yang
dimaksudkan berupa sarana dan prasarana yang
digunakan oleh sumber daya manusia yang ada dalam
melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi.
Melalui penggunaan sarana dan prasarana yang ada,
semua aktivitas organisasi dapat ditopang secara lebih
optimal.

D. Tahap Penilaian TQM Dalam Pendidikan


Menurut Hasan (2006); Mengukur adalah
membandingkan sesuatau dengan ukuran tertentu
(bersifat kuantitatif). Menilai adalah mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau
buruk (bersifat kualitatif). Assesment adalah
memperkirakan, menjajaki atau ingin mengetahui atau
judgemen. Evaluasi meliputi mengukur, menilai dari
assessment. Di dalam istilah asingnya pengukuran
adalah measurement sedang penilaian adalah
evaluation. Dari kata evaluation inilah diperoleh kata
Indonesia evaluasi yang berarti menilai (tetapi
dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu).

26
TQM – Perencanaan Mutu

Sedangkan Menurnut Raiph Tyler (dalam Arikunto,


2009 : 3) mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah
proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana
dalam hal apa dan bagaimana tujuan pendidikan sudah
tercapai. Jika belum bagaimana yang belum dan apa
sebabnya. Definisi yang lebih luas kemudian dikemukakan
oleh Cronbach dan Stufflebeam bahwa proses evaluasi bukan
sekadar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi
digunakan untuk membuat keputusan.
Kualitas pendidikan tidak dapat dilepaskan dari
prosedur evaluasi pendidikan. Artinya, bahwa untuk
memperbaiki kualitas pendidikan haruslah diciptakan sistem
evaluasi yang lebih baik. Sistem evaluasi (kegiatan
pengukuran, pengujian/testing, penilaian, hingga kegiatan
evaluasi) ini, selain prosedurnya yang harus sistematis,
pelaksanaannya pun harus memiliki akuntabilitas yang tinggi,
serta hasilnya diharapkan mendapatkan pengakuan
(recognition) dari stakeholders pendidikan.
Fungsi Penilaian sebagai berikut:
1. Quality Control (kualifikasi/standar kompetensi minimal)
2. Motivator (kondisi memaksa, penekanan)
3. Public Accountability (info. ke publik, orang tua,
stakholder)
4. Selection (penjuru., seleksi, penempat, perkemb.
kompetensi)
5. Diagnostic (kelemahan, perbaikan, umpan balik)
6. Legitimation (pengakuan, sertifikasi, lisensi)

27
TQM – Perencanaan Mutu

Tanpa menghasilkan lulusan yang bermutu, program


pendidikan bukanlah suatu investasi SDM melainkan justru
pemborosan baik dari segi beaya, tenaga dan waktu, serta akan
menimbulkan masalah sosial.
Pendidikan yang berorentasi mutu meliputi:
1) keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari angka
partisipasi murid tetapi lebih pada tingkat literasi yang
dikuasai,
2) madrasah tidak diukur dari menterengnya fasilitas fisik
serta proses kurikuler yang dijalankan, melainkan dari
kualitas dan kuantitas lulusannya.
3) standardisasi kualitas lulusan secara nasional, adalah lebih
penting dari pada standardisasi kurikulum dan sarananya.
4) adanya kepedulian yang tinggi terhadap mutu, yang
manifestasinya adalah dilakukannya manajemen mutu
(quality control, quality assurance, and quality
improvement)

28
TQM – Perencanaan Mutu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2009) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.


Jakarta : Bumi Aksara.
Hasan, Bachtiar. (2006). Perencanaan Pengajaran Bidang Studi.
Bandung : Pustaka Ramadhan.
Sallis, Edward ( 2010) Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan,
Jogjakarta :IRCI Sod.
Saodih, Nana, Sukmadinata, Ayi Novi Jami’at dan
Ahman, (2006), Pengendalian Mutu Pendidikan
Madrasah Menengah; Konsep, Prinsip dan
Instrumen,Bandung: Refika Aditama.
Sinambela, Ida, 2010, Pengelolaan Mutu Terpadu, Jurnal
FMIPA-UNJ: Jakarta.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, (2003), Total Quality
Management. Yogyakarta : ANDI OFFSET.

29
TQM – Perencanaan Mutu

BIODATA PENULIS

Aep Tata Suryana., lahir di Bandung, 17 April


1965. Jenjang Pendidikan S1 ditempuh di
Universitas Bale Bandung dan STAI Yamisa
Soreang, pendidikan S2 di STIE ISM dan STIE
Indonesia Banking School, dan pendidikan S3
di Universitas Islam Nusantara Bandung.
Penulis sekarang menjabat sebagai Dosen Tetap
Prodi Manajemen Pendidikan Islam di UIN Sunan Gunung Djati
Bandung. Sebelum menjadi Dosen, penulis pernah menjadi Guru,
Pengawas, Kepala Seksi di Kemenag Kab. Bandung dan Kepala
Seksi Kemenag Kanwil Provinsi Jabar. Pengalaman organisasi
aktif di Kwarcab, MUI Kab. Bandung, FPP Jabar, PW Ormas
Islam Jabar, Da' i Bimas Polda Jabar, Forum Mitra Cendikia Polisi
RI, Forum Doktor Pendidikan (FDP), Ketua Pembina Yayasan
imtaq dan Pengasuh Pontren Imtaq Bandung. Beberapa karya
ilmiah yang telah diterbitkan yaitu : (1) Effect of Leadership Style
Toward Indonesian Education Performance in Education 4.0 Era:
A Schematic Literature Review dalam Jurnal Systematic Reviews
in Pharmacy 11.10: 371-378, 2020, (2) Application of Analytical
Hierarchy Process Method for SQM on Customer Satisfaction
dalam journal of physic : conference series, 2020, (3) Teori dan
Praktik Manajemen Sarana dan Prasarana Pesantren dalam jurnal
Al- Mujaddid : Ilmu-Ilmu Agama, Vol 2 No. 1 (2020), (4)
Kebijakan Pesantren Dalam Pengelolaan Pendidikan Di Indonesia
dalam Jurnal Serambi Ilmu, Vol 21 No 2 (2020), (5) Sistem
Manajemen Pengkaderan Di Pondok Pesantren Dalam Jurnal As-
Salam Vol 2 No 2 (2019), (5) Hubungan Kepemimpinan Kepala
Madrasah dengan Citra Lembaga Dalam Jurnal Isema: Islamic
Educational Management (2022), (6) Manajemen Pembelajaran
Berbasis E-Learning Hubungannya Dengan Efektivitas

30
TQM – Perencanaan Mutu

Pembelajaran Dalam Jurnal Isema: Islamic Educational


Management (2022), (7) Pemanfaatan Balanced Score Card untuk
mengukur keuntungan keuangan dan non-keuangan Perghuruan
Tinggi Dalam Jurnal Sociohumaniora Kodepena (JSK) (2020), (8)
Manajemen pesantren di Indonesia Dalam Jurnal e-book/e-journal
LP2M (2020).
Email : aeptatasuryana@gmail.com, No.Hp/WA : 082121154767

31
TQM – Pengendalian Mutu

BAB 3
TQM - PENGENDALIAN MUTU

Dr. Retno Anisa Larasati, S.E., M.M


retno.anisa@uniga.ac.id

A. Definisi Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu atau Quality Control merupakan
suatu sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang
dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa
yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian diperlukan
dalam manajemen mutu utuk menjamin agar kegiatan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga produk yang
dihasilkan sesuai dengan harapan pelanggan.
Tugas pengendalian mutu dapat dilakukan dengan mengukur
perbedaan seperti perencanaan, rancangan, menggunakan
prosedur atau peralatan yang tepat, pemeriksaan, dan
melakukan tindakan koreksi terhadap hal-hal yang
menyimpang. Di antaranya adalah dalam hal produk,
pelayanan, proses, output dan standar yang spesifik.
Oleh karena itu pengawasan mutu merupakan upaya
untuk menjaga agar kegiatan yang yang dilakukan dapat
berjalan sesuai rencana dan dapat menghasilkan output yang
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Seperti halnya
yang telah dikemukakan oleh Amitava Mitra (2001), ”Quality
control may generally be defined as a system that is used to
maintain a desired level of quality in a product or service.”

32
TQM – Pengendalian Mutu

Begitu pula dengan Tzvetelin Gueorguiev (2006) yang


menyatakan bahwa “Quality control processes are monitored
to ensure that all quality requiremnents are being met and
performance problems are solved.”
Sedangkan menurut Ishikawa (1995), pengendalian
mutu adalah pelaksanaan langkah-langkah yang telah
direncanakan secara terkendali agar semuanya berlangsung
sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncakan
dapat tercapai dan terjamin.
Definisi yang dikemukakan oleh Ishikawa di atas
merupakan pemikiran baru tentang quality
control. Berdasarkan pengertian di atas diketahui bahwa
pengendalian mutu mencakup keseluruhan proses atau
kegiatan dalam kegiatan produksi atau proses menghasilkan
produk dan jasa, yaitu sejak proses pengembangan produk baru
sampai produk itu digunakan oleh pelanggan secara
memuaskan. Selain itu tersirat pula pengertian bahwa
pengendalian mutu itu dilakukan dengan orientasi pada
kepuasan konsumen. Artinya keseluruhan proses yang
diselenggarakan oleh perusahaan ditujukan pada pemenuhan
kebutuhan konsumen.
Berdasarkan paparan tersebut, diketahui pengendalian
terhadap mutu pendidikan memang menyangkut input, proses
dan output. Hal ini dikarenakan dalam melaksanakan
pengendalian mutu pendidikan, maka pengendalian difokuskan
terhadap unsur input, proses dan output pendidikan. Seorang
kepala madrasah dapat merencanakan dan melakukan
pengendalian mutu pendidikan sejak siswa masuk (input),
kemudian dididik di madrasah (proses), hingga menjadi lulusan
dari madrasah (output). Dengan demikian dalam melakukan
pengendalian mutu hendaknya kepala madrasah atau pengawas
melihat madrasah atau proses pendidikan sebagai suatu sistem.

33
TQM – Pengendalian Mutu

Agar dapat berjalan secara efektif maka proses


pengendalian mutu pendidikan membutuhkan sebuah
perencanaan yang jelas, lengkap dan terintegrasi. Sehingga dapat
dilaksanakan sistem pengawasan yang efektif dan efisien.
Perencanaan yang jelas, lengkap dan terintegrasi juga diperlukan
agar para pimpinan seperti kepala madrasah, wakil kepala
madrasah, tata usaha, serta pimpinan unit lainnya dapat
melaksanakan dan mengendalikan kegiatan dengan baik. Selain
itu dalam pengendalian membutuhkan adanya struktur yang jelas,
artinya siapa yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan
yang terjadi serta tindakan perbaikan apa yang perlu diberikan dan
oleh siapan tindakan perbaikan itu dilakukan.
Pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan yang dapat
memberikan jaminan terhadap produk yang dihasilkan dapat
memenuhi harapan pelanggan. Dengan demikian banyak
keuntungan yang diperoleh dari pengendalian tersebut, baik bagi
lembaga maupun personil yang diawasi. Karena melalui
pengawasan terjadi proses perbaikan kinerja, serta
keuntungan bagi pelanggan itu sendiri. Secara lebih
rinci Amitava Mitra (2001) mengemukakan beberapa
keuntungan pengendalian mutu:
1. And foremost is the improvement in the quality of
products and services
2. The system is continually evaluated and modified to meet
the changing needs of the customer
3. A quality control system improves productivity, which is
a goal of every organization.
4. Such a system reduces cost in the long run

34
TQM – Pengendalian Mutu

5. With improved productivity, the lead time for production


parts and subassemblies is reduced, which results in
impropved delivery dates

B. Tujuan Pengendalian Mutu


Pengendalian dilakukan untuk menghasilkan produk atau
jasa yang bermutu sehingga pelanggan maupun yang
memproduksi merasa puas. Menurut S.Sukmadinata
(2006), tujuan pengendalian adalah melakukan pengukuran
dan perbaikan agar apa yang telah direncanakan dapat
dicapai secara optimal. Begitu pula menurut J.M.Juran
(1988) yang menanyakan bahwa tujuan utama pengendalian
adalah meminimalkan kerusakan, dengan tidakan cepat
untuk memulihkan status atau lebih baik lagi.
Pada dasarnya pengendalian mutu merupakan suatu alat
yang diperlukan dalam mencapai tujuan. Willian
M.Lindsay(1997) menyatakan lebih rinci mengenai
pengendalian mutu yang dirancang untuk:
a. Provide routine and consistent check to ensure data
integrity, correctness, and completeness
b. Identify and address errors and omissions;
c. Document and and archive inventory material and record
all QC activities (IPCC: 2007).

C. Proses Pengendalian Mutu


Pengendalian merupakan suatu komponen yang erat
kaitannya dengan perencanaan. Sistem dan teknik-teknik
pengendalian dapat dikembangkan dari perencanaan yang telah

35
TQM – Pengendalian Mutu

diibuat. Menurut J.M.Juran (1988) , kegiatan yang dilakukan


saat melakukan pengendalian mutu adalah:
a. Mengevaluasi kinerja nyata
b. Membandingkan kinerja nyata dengan tujuan
c. Mengambil tindakan terhadap perbedaan.
Kegiatan pengendalian dilakukan untuk menjaga agar
proses kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, sehingga
tujuan bisa tercapai. N.S.Sukmadinata (2006) menyatakan
bahwa proses pengendalian mutu meliputi:
a. Perencanaan, yaitu menyusun tujuan dan standar
b. Pengukuran performansi nyata
c. Membandingkan performansi hasil pengukuran dengan
performansi standar
d. Memperbaiki performansi.

D.Pengendalian Mutu dalam Pendidikan


Peningkatan mutu bertujuan untuk memandirikan atau
memberdayakan madrasah melalui pemberian kewenangan
(otonomi) kepada madrasah dan mendorong madrasah untuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. Secara
rinci peningkatan mutu bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan
inisiatif madrasah dalam mengelola dan memberdayakan
sumberdaya yang tersedia;
2. Meningkatkan kepedulian warga madrasah dan
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui
pengambilan keputusan bersama;

36
TQM – Pengendalian Mutu

3. Meningkatkan tanggungjawab madrasah lepada orang tua,


masyarakat, dan pemerintah tentang mutu madrasahnya;
4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antara madrasah
tentang mutu pendidikan yang akan dicapai
Adapun alasan perlunya penerapan mutu pendidikan
adalah:
1. Madrasah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia
untuk memajukan madrasahnya;
2. Madrasah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya,
khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan
di dayagunakan dalam prosese pendidikan sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik;
3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh madrasah
lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan madrasah;
4. Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan
efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat;
5. Keterlibatan semua warga madrasah dan masyarakat
dalam pengambilan keputusan madrasah menciptakan
transparansi dan demokrasi yang sehat;
6. Madrasah dapat bertanggungjawab tentang mutu
pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua
peserta didik, dan masyarakat pada umumnya;
7. Madrasah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan
madrasah-madrasah lain untuk meningkatkan mutu
pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan
dukungan orang tua peserta didik, masyarakat dan
pemerintah daerah setempat.

37
TQM – Pengendalian Mutu

Agar madrasah dapat menerapkan menejemen


peningkatan mutu pendidikan secara efektif, maka
diperlukan setiap unsur yang terkait hendaknya memahami
karakteristik peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
Karakteristik dasar peningkatan mutu pendidikan yaitu
pemberian otonomi yang luas pada madrasah, partisipasi
masyarakat dan orang tua, kepemimpinan yang demokratis
dan profesional, dan team-work yang kompak dan
transparan.
Madrasah yang efektif pada umumnya memiliki
karakteristik proses sebagai berikut:
1. Proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi;
2. Kepemimpinan madrasah yang kuat;
3. Lingkungan madrasah yang aman dan tertib;
4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif;
5. Madrasah memiliki budaya mutu;
6. Madrasah memiliki teamwork yang kompak, cerdas, dan
dinamis;
7. Madrasah memiliki kewenangan/kemandirian;
8. Partisipasi yang tinggi dari warga madrasah dan
masyarakat;
9. Madrasah memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen;
10. Madrasah memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan
fisik);
11. Madrasah melakukan evaluasi dan perbaikan secara
berkelanjutan;
12. Madrasah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan;
13. Madrasah memiliki komunikasi yang baik;

38
TQM – Pengendalian Mutu

14. Madrasah memiliki akuntabilitas;


15. Madrasah memiliki kemampuan menjaga substainabilitas.

Input pendidikan ialah segala sesuatu yang harus tersedia


karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input madrasah
yang efektif mencakup:
1. Memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas;
2. Sumber daya tersedia dan siap;
3. Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi;
4. Memiliki harapan prestasi tinggi;
5. Fokus pada pelanggan (khususnya siswa);
6. Input manajemen mencakup tugas yang jelas, rencana
yang tinggi dan sistematis, program yang mendukung bagi
pelaksanaan rencana, ketentuan-ketentuan yang jelas
sebagai panutan bagi warga madrasah untuk bertindak, dan
adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan efisien
untuk meyakinkan agar sasaran yang telah disepakati
dapat dicapai.
Pada dasarnya mutu merupakan gambaran dan karakteristik
menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan
atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu
mencakup input, proses dan output. Kesiapan input sangat
diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Tinggi
rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input.
Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input
tersebut.
Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengoordinasian
dan penyerasian serta pemaduan input madrasah dilakukan secara

39
TQM – Pengendalian Mutu

harmonis sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran


yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong
motivasi dan minat belajar dan benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik.
Demikian pula halnya untuk melihat kinerja madrasah
diperlukan sumber daya manusia yang dapat melaksanakan
penerapan manajemen madrasah yang terikat akan norma dan
budaya yang mendukungnya sebagai suatu sistem nilai. Karena itu
peningkatan mutu madrasah sangat tergantung pada manajemen
yang diterapkan serta semangat kerja para personal organisasi
bersangkutan sehingga dapat meningkatkan mutu madrasah.
Mutu madrasah dipengaruhi oleh output madrasah yang
dikatakan berkualitas/bermutu tinggi, jika prestasi madrasah,
khususnya prestasi siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi
baik dalam aspek akademis maupun non akademis. Dalam prestasi
akademik dapat dilihat dari nilai ulangan umum, nilai ujian, karya
ilmiah, lomba-lomba akademik, dan lain sebagainya. Sedangkan
prestasi non akademik, dapat dilihat dari imtaq, kejujuran,
kesopanan, olah raga, ketrampilan, dan kegiatan-kegiatan ekstra
kurikuler. Mutu madrasah dapat dipengaruhi oleh banyak tahapan-
tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses), seperti
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

40
TQM – Pengendalian Mutu

DAFTAR PUSTAKA

Albert, M.S., Priccilla, W. 1994. School-Based Management,


Organizing for High Performance. San Fransisco: Jossey-
Bass Publisher.
Arcaro, Jerome. 1995. Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
E. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung:
Rosda Karya.
Isikawa. 1998. Pengendalian Mutu Terpadu
Mitra, A. 2001. Fundamentals of Quality Control and
Improvement Second Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Syaodih, N. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Madrasah
Menengah. Bandung: Refika Aditama.
Sallis, E. 1993. Total Quality Management. London: Kogan Page
Safry, S. 2001. Sistem Pengawasan Manajemen. Jakarta:
Quantum
Slamet. 2000. Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis
Madrasah. Yogyakarta: Fakultas Ilmu SosialUniversitas
Negeri Yogyakarta
Tholib, A. 2009. Strategi Implementasi Kerbijakan Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah dengan
Pendekatan MMT. Bandung: Penerbit Dewa Ruci.
Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Madrasah. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

41
TQM – Pengendalian Mutu

BIODATA PENULIS

Retno Anisa Larasati., dilahirkan di


Bandung, 19 Juni 1992. Pada tahun 2014 lulus
S1 dengan gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Pasundan Bandung, tahun 2016
lulus S2 dengan gelar Magister Manajemen
konsentrasi MSDM di Universitas Pasundan
Bandung, dan tahun 2021 lulus Doktor Ilmu
Pendidikan di Universitas Islam Nusantara Bandung. Pengalaman
di dunia pendidikan dimulai dari tahun 2014 s/d sekarang dengan
mengajar di Madrasah Aliyah Swasta Imtaq Cangkuang, tahun
2016 s/d sekarang menjadi Dosen Luar Biasa Jurusan Hukum
Ekonomi Syariah di STAI Yamisa Soreang, 2019 s/d 2021 Dosen
Luar Biasa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan,
tahun 2020 s/d sekarang menjadi Dosen Luar Biasa Fakultas
Kewirausahaan UNIGA dan FPIK UNIGA, dan tahun 2022 s/d
sekarang menjadi Dosen Tetap Prodi Magister Manajemen
Pendidikan Islam di UNIGA.
Beberapa Karya Buku Penulis yang sudah terbit : (a)
Tahun 2019, (1) Kurikulum & Kerangka Kompetensi Pendidikan
Menengah dan Tinggi, (2) Kepemimpinan Pendidikan, (3)
Interaksi dan Pola Konsumsi, (4) Bunga Rampai Manajemen
kurikulum dan sistem penilaian pendidikan menengah dan tinggi,
(b) Tahun 2020, (1) Andai Bukan Karena Cinta dan 46 Kisah
Inspiratif Dosen Lainnya, (2) Sinergi : Bunga Rampai Kodepena,
(3) Sehimpun gagasan untuk Nadiem Anwar Makarim, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, (3) Prespektif Covid-19
Dalam Kajian Multidispliner. (c) Tahun 2021, (1) Pengantar
Penelitian Pendidikan (Sebuah Tinjauan Teori dan Praktis), (2)
Dasar Manajemen & Kewirausahaan (Sebuah Tinjauan Teori Dan
Praktis), (3) Manajemen Sumber Daya Manusia: Kumpulan Teori

42
TQM – Pengendalian Mutu

& Contoh Penerapannya, (4) MSDM : Mencapai Kinerja Optimal,


(5) Pendidikan Kecakapan Vokasional di Pesantren, (d) Tahun
2023, (1) Peran Manajemen Pengetahuan Dalam Pembelajaran
Online, (2) Manajemen Pendidikan di Era Transformasi Digital.
Beberapa jurnal yang sudah terbit : (a) Telaah
Penghapusan Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional di
Provinsi Jawa Barat dalam Jurnal Al-Mujaddid: Jurnal Ilmu-Ilmu
Agama, Jilid 1, Terbitan 2, hal 49-69, 2019, (b) Pemanfaatan
Balanced Score Card untuk mengukur Keuntungan Keuangan
dan Non-Keuangan Perguruan Tinggi dalam Jurnal
Sosiohumaniora Kodepena ol. 01, Issue 01, pp. 1-14, 2020, (c)
Pola Konsumsi Mahasiswa Pulang Kampung dan Masyarakat
Pada Pandemi Covid-19 di Kota Bandung, dalam Jambura
Economic Education Journal, Volume 2 No 2 July 2020, E-ISSN:
2656-4378P, -ISSN: 2655-5689, hal 90–99, 2020, (d) Sistem
Operasional Internal Bank Syariah, dalam VOL 2 NO 1 (2020)
Jurnal Al-Mujaddid, ISSN: 2655-271X, hal 60 – 70, 2020, (e)
Analisis Perkembangan Perbankan Syari’ah Sebagai Landasan
Pendidikan Ekonomi Muslim, dalam Vol 21 No. 2 September
2020 Jurnal Serambi Ilmu, pISSN 1619–4849, eISSN 2549-2306,
hal 185 – 199, 2020, (f) Vocational Proficiency Education In
Boarding Schools, Dalam Jurnal of Social Science 2 (4), ISSN :
p-2720-9938 e-2721-5202, Published by Ridwan Institute, 2021,
(g) Pengaruh Koordinasi Komite Madrasah dengan Kepala
Madrasah Terhadap Manajemen Madrasah Untuk Mewujudkan
Mutu Lulusan (Penelitian di MTs An-Nur 1 Malangbong Garut),
Dalam Jurnal Khazanah Akademika, Vol. 7 No. 2, 2023.
Email : retno.anisa@uniga.ac.id, No.Hp/WA : 082216949016

43
TQM – Pengembangan Mutu

BAB 4
TQM - PENGEMBANGAN MUTU

Dr. Inal Kahfi, S.E., M.M


inalkahfi@stai-yamisa.ac.id

A. Tinjauan Tentang Quality Improvement (Pengembangan


Mutu)
Quality Improvement adalan mengidentifikasi indikator
mutu dalam pelayanan, memonitor indikator tersebut dan
mengukur hasil dari indikator mutu dalam pelayanan,
memonitor indikator tersebut dan mengukur hasil dari indikator
mutu tersebut yang tentunya mengarah pada outcome, serta
selalu berfokus dalam rangka pengembangan proses, sehingga
tingkat mutu dari hasil yang di capai akan meningkat
Ada banyak metode untuk pengembangan kualitas,
diantaranya :
1. ISO 9004 : 2008 - pedoman bagi perbaikan kinerja.
2. ISO 15504 -4: 2005 - teknologi informasi - proses penilaian
- Bagian 4: Pedoman digunakan untuk perbaikan proses
dan kemampuan proses penentuan.
3. QFD - kualitas fungsi penyebaran, juga dikenal sebagai
rumah pendekatan kualitas.

44
TQM – Pengembangan Mutu

4. Kaizen , Jepang untuk berubah menjadi lebih baik, istilah


bahasa Inggris umum adalah perbaikan yang terus
menerus.
5. Zero Defect Program - diciptakan oleh NEC Corporation
Jepang, berdasarkan pengendalian proses statistik dan
salah satu masukan bagi penemu Six Sigma.
6. Six Sigma - 6σ, menggabungkan metode Six Sigma
dibentuk seperti pengendalian proses statistik, desain
eksperimen dan modus kegagalan dan analisis efek
(FMEA) dalam suatu kerangka menyeluruh.
7. PDCA - plan, do, check, act bertindak siklus untuk tujuan
kontrol kualitas. (Six Sigma DMAIC metode
(mendefinisikan, mengukur, menganalisa, memperbaiki,
kontrol) dapat dilihat sebagai implementasi tertentu ini.)
8. Kualitas lingkaran - kelompok (orang berorientasi)
pendekatan untuk perbaikan.
9. Taguchi metode - metode berorientasi statistik termasuk
ketahanan kualitas, fungsi kerugian kualitas, dan
spesifikasi sasaran.
10. Toyota Production System
11. Kansei Engineering - suatu pendekatan yang berfokus pada
menangkap emosional umpan balik pelanggan tentang
produk untuk mendorong perbaikan.
12. TQM - manajemen kualitas total adalah strategi manajemen
yang ditujukan menanamkan kesadaran kualitas pada
semua proses organisasi. Pertama dipromosikan di Jepang
dengan hadiah Deming yang diadopsi dan diadaptasi di
Amerika Serikat sebagai Baldrige Nasional Quality Award

45
TQM – Pengembangan Mutu

Malcolm dan di Eropa sebagai Yayasan Eropa untuk


Manajemen Mutu penghargaan (masing-masing dengan
variasi mereka sendiri).
13. TRIZ - yang berarti "teori pemecahan masalah inventif"
14. BPR - rekayasa ulang proses bisnis , pendekatan
manajemen yang bertujuan perbaikan 'sabak bersih' di
(Artinya, mengabaikan praktek-praktek yang ada).
15. OQM - berorientasi objek Manajemen Mutu, model untuk
manajemen mutu.
Proses Pengembangan kualitas didasarkan pada konsep
dasar berikut:
1. Tetapkan budaya kualitas.
Untuk menciptakan kebuyaan kualitas/mutu dalam
organisasi, proses, dan prosedur harus didukung dan
diintegrasikan semua pihak. Budaya peduli dengan mutu
produk ataupun layanan/jasa ini terlihat berbeda untuk
setiap penerapannya, oleh karena itu penting bagi
organisasi untuk membentuk tim quality improvement
yang berdedikasi, mengadakan pertemuan perbaikan mutu
secara reguler, dan atau membuat kebijakan seputar
sasaran dari pengembangan kualitas di perusahaan.
2. Tentukan dan prioritaskan area potensial untuk perbaikan.
Tim quality improvement perlu mengidentifikasi
dan memahami fokus kualitas yang akan ditingkatkan.
Dari sinilah Anda akan dapat melihat dimanakah prioritas
utama yang akan dilakukan perbaikan secara bekelanjutan
melalui kaizen.
3. Kumpulkan dan analisis data.

46
TQM – Pengembangan Mutu

Pengumpulan dan analisis data merupakan jantung


dari Pengembangankualitas. Data yang didapat akan
membantu tim ataupun organisasi memahami seberapa
baik sistem perusahaan bekerja. Dengan adanya data yang
dikumpulkan akan memudahkan dalam mengidentifikasi
bidang potensial untuk perbaikan, menetapkan sasaran
yang terukur, dan memantau keefektifan perubahan
dengan menggunakan metode PDCA Cycle.
4. Komunikasikan hasilnya.
Pengembangan kualitas tidak akan menjadi sebuah
kebudayaan apabila upaya quality improvement yang
dilakukan tidak mempengaruhi anggota dan siswa. Oleh
karena itu ketika merancang dan menerapkan Quality
Improvemen, terlebih dahulu komunikasikan kebutuhan,
prioritas, tindakan, dan penting juga untuk share hasil dari
proyek pengembangan mutu ke keseluruhan anggota
organisasi termasuk pelanggan.
5. Berkomitmen untuk terus melakukan evaluasi.
Pengembangan kualitas adalah proses yang
berkelanjutan. Jadi dalam penerapan dan pelaksanaan
quality improvement harus memiliki fungsi tertinggi yaitu
usaha dalam meningkatkan kinerja, meninjau kembali
efektivitas intervensi, dan secara teratur meminta masukan
dari semua pihak termasuk anggota maupun pelanggan
ataupun siswa. Evaluasi sangat dibutuhkan agar
terciptanya kebudayaan continuous improvement.
Menurut Ishikawa dalam buku silabus Total Quality
Management dari Rai Technology University, ada tujuh alat
pengukuran kualitas, yaitu : control chart (grafik kontrol

47
TQM – Pengembangan Mutu

diciptakan oleh Walter A. Shewhart di tahun 1920. Alat-alat ini


terdiri dari kualitas grafik garis dilengkapi dengan batas
maksimum dan batas minimum yang menyediakan area
kontrol), run chart (diagram perjalanan yang menunjukan
variasi ukuran sepanjang waktu), histogram (untuk
menunjukan variasi data pengukuran), scatter diagram
(gambaran yang menunjukan kemungkinan hubungan
(korelasi) antara pasangan dua macam variabel, pareto diagram
(suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke
kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah),
fishbone diagram (cause and effect diagrams, diagram ini
menunjukkan pemahaman tentang tim pemecahan masalah dan
menghasilkan penemuan secara aktif tentang penyebab
masalah, serta memberi petunjuk untuk pengumpulan datanya)
dan flowchart (menggambarkan urutan kegiatan secara grafis
dalam menyelesaikan tugas dan harus mencerminkan proses
sebenarnya bukan apa yang pemilik proses ingin hal itu terjadi)
Sedangkan menurut Nasution (2001 : 98-99), alat
perbaikan kualitas dibedakan menjadi dua piranti yaitu: piranti
data numberik dan piranti data verbal.
1. Piranti Data Numberik
Digunakan dalam mengolah data numerik atau data
kuantitatif yaitu: kertas periksa, pareto chart, histogram,
diagram pencar dan diagram perjalanan (run chart).
2. Piranti Data Verbal
Digunakan dalam mengolah data verbal atau data kualitatif
yaitu: flow chart, brainstorming, fishbone diagram, diagram
gabungan, dan diagram pohon.

48
TQM – Pengembangan Mutu

B.Konsep dan Pelaksanaan TQM : Quality Improvement di


Lembaga Pendidikan
1. Konsep TQM : Quality Improvement di Lembaga
Pendidikan
Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan
Total Quality Management in education/Manajemen Mutu
Terpadu Pendidikan adalah suatu pendekatan manajemen
yang memusatkan perhatian mutu pendidikan melalui
pengembangan mutu komponen terkait.
Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan itu
antara lain: pertama perserta didik yaitu kesiapan motivasi
belajarnya; kedua guru yaitu kemampuan profesional,
moral kerjanya, kemampuan personalnya, dan
kerjasamanya (kemampuan sosial); ketiga, Kurikulum
yaitu relevansinya dengan proses pembelajarannya;
keempat dana, sarana dan prasarana yaitu kecukupan dan
keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran;
kelima masyarakat (orang tua, pengguna lulusan) yaitu
partisipasinya dalam pengembangan program-program
pendidikan di sekolah. Dan lima komponen mutu inilah
yang menjadi fokus perhatian
kepala sekolah (Depdiknas,2000:25)
Kemudian jika ditinjau dari prinsip-prinsip TQM
yaitu Kepuasan Pelanggan, Resfect terhadap setiap orang,
Manajemen Berdasarkan Fakta dan Perbaikan
Berkesinambungan.
1. Fokus pada Kepuasan pelanggan
TQM keberhasilan sekolah diukur dari tingkat
kepuasan pelanggannya, baik internal maupun

49
TQM – Pengembangan Mutu

eksternal. Dan sekolah bisa dikatakan berhasil jika


mampu memberikan produk sama atau melebihi
harapan pelanggan, yaitu jika peserta didik puas
dengan produk sekolah, antara lain puas dengan proses
pembelajaran yang diterima, puas dengan perlakuan
dan keteladanan guru maupun kepala, puas dengan
fasilitas yang ada, sehingga merasakan kenyamanan
belajar. Kemudian juga orang tua puas dengan program
yang ada, dan puas dengan produk terhadap anaknya,
walaupun tidak selalu harus bisa diukur dengan angka,
artinya tidak selalu dibidang akademik, tetapi lebih
pada perubahan sikap dan pembiasaan anaknya.
2. Respect Terhadap Setiap Orang
Sumber daya manusia memegang peran yang
penting dalam menentukan kualitas, maka perlu
adanya pendidikan dan pelatihan terhadap personalnya
agar mampu memberikan pelayanan yang berkualitas
terhadap peserta didik. Maka kepala sekolah atau
pemimpin penddikan harus mengambil langkah yaitu
menetapkan tugas sesuai kompetensi, melakukan
tindakan untuk mendukung Pengembangankompetensi
dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
3. Manajemen Berdasarkan Fakta
Dalam menjalankan organisasi yang menggunakan
TQM, maka segala pengambilan keputusan
menggunakan fakta yang ada. Langkah-langkah dalam
manajemen berdasarkan fakta yaitu: a) telah membuat
Visi, Misi, Tujuan dan program. Hal ini penting untuk
dijadikan acuan atau petunjuk pengembangan sekolah

50
TQM – Pengembangan Mutu

kedepan. b). Pemimpin sekolah mengkomunikasikan


hal tersebut pada rapat sekolah bersama yayasan.c).
menanamkan pemahaman dan perilaku untuk selalu
melakukan perbaikan dan meyakinkan bahwa lembaga
pendidikannya melayani para siswa sebagai pelanggan
primer, dan d) menumbuhkembangkan rasa
kebersamaan, kekeluargaan, dan sikap disiplin, baik
disiplin waktu, disiplin tindakan, disiplin kebersihan,
disiplin beribadah, disiplin belajar.
Pelaksanaan sistem manajemen yang dilakukan di
sekolah ini terkonsentrasikan pada pengelolaan
dokumen, segala bentuk kegiatan dan perencanaan
terdokumentasikan dengan baik, sehingga
mempermudah dalam melakukan evaluasi
keefektifannya.
4. Perbaikan yang Berkesinambungan
Perbaikan berkesinambungan merupakan hal yang
penting bagi setiap lembaga. Perbaikan akan dapat
dicapai dengan kerjasama diantara yang ada
didalamnya, dan berusaha mencari jalan keluar setiap
persoalan yang muncul. Adapun prosedur yang harus
dilakukan lembaga pendidikan yaitu:
a) Tanggung jawab terhadap perbaikan manajemen
terletak pada pimpinan,
b) Setiap ditemukan ketidak sesuaian dilakukan
penyelidikan untuk menemukan penyebabnya,
c) Mengadakan rapat koordinasi untuk menetapkan
tindakan yang diambil dan memastikan bahwa
ketidaksesuaian tidak terulang kembali

51
TQM – Pengembangan Mutu

2. Pelaksanaan TQM : Quality Improvement di Lembaga


Pendidikan
Sebelum mengimplementasikan TQM dalam
meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan dan
terpadu, lembaga pendidikan harus menempuh tiga
tahapan sebagai berikut : a). Persiapan. Tahapan
persiapan adalah aktivitas pertama dan utama yang harus
dilakukan sebelum TQM dikembangkan dan
dilaksanakan dalam sebuah organisasi. Beberapa langkah
yang dilakukan pihak madrasah adalah : membentuk tim
yang bertugas merumuskan model atau sistem yang akan
dikembangkan untuk implementasi TQM, membuat
kebijakan berkaitan dengan komitmen anggota madrasah
untuk mendukung TQM, mengkomunikasikan kepada
semua guru, tenaga administrasi, karyawan, yayasan,
orang tua murid berkaitan dengan adanya perubahan,
melakukan analisis faktor pendukung dan penghambat
organisasi, dan melakukan pengukuran terhadap
kepuasan pelanggan. Selanjutnya b). Pengembangan
sistem. Berdasarkan tahapan persiapan, pengembangan
sistem dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut : peninjauan dan pengembangan model atau
sistem yang ada melalui penyusunan dokumen sistem
kualitas, melakukan pelatihan dan sosialisasi prosedur
dan petunjuk kerja kepada tim-tim yang ditentukan
secara tuntas, dan melakukan penyiapan akhir baik
sumber daya manusia maupun non manusianya secara
cermat dan akurat dalam rangka memasuki tahapan
implementasi TQM. c). Implementasi sistem. Tim

52
TQM – Pengembangan Mutu

mengumpulkan data dan informasi dari pelanggan,


melakukan tindakan koreksi dan pencegahan sesuai
dengan harapan pelanggan, dan
mendiskusikan/melaksanakan rapat pemimpin dan
pelaksana sistem jaminan kualitas berkaitan dengan
seluruh balikan yang ada untuk menghasilkan atau
membuat modifikasi proses yang diharapkan secara terus
menerus dan berkesinambungan.
Implementasi TQM berbasis quality improvement di
lembaga pendidikan terdiri dari lima pengembangan mutu
yaitu:
a) Pengembangan Mutu Proses
Ada dua aspek dalam Pengembangan mutu
proses yaitu kurikulum dan proses pembelajarana.
1) Kurikulum
Menurut Edward Sallis (1993), lembaga
pendidikan yang ingin menerapkan MMT
pendidikan harus mempunyai kurikulum yang
bermutu. Rancangan kurikulum mencakup tujuan
masing-masing program (mata pelajaran) dan
spesifikasi masing-masing program yang
disusun sistematis. Proses perancangan kurikulum
tidak bisa lepas dari kebutuhan yang diperlukan oleh
pelanggan bahkan masukan-masukan pelanggan
terhadap kurikulum adalah bagian penting dalam
sistem mutu
2) Proses pembelajaan

53
TQM – Pengembangan Mutu

Ciri utama MMT dalam proses pendidikan


adalah perhatiannya yang fokus pada aktivitas
utama pendidikan yaitu pembelajaran.
Dalam MMT pendidikan, asumsi dasar yang
dibangun dalam pembelajaran adalah masing- masing
pelajar mempunyai potensi dan kemampuan
masing-masing atau berbeda. Sehingga setiap
pembelajaran tidak bisa didekati dengan hanya satu
strategi atau metode. Oleh karena itu, lembaga
pendidikan yang menggunakan prosedur MMT
harus secara serius menangkap isu gaya (metode)
dan kebutuhan pelajar. MMT menghendaki adanya
strategi atau metode pembelajaran yang bervariasi
dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Beberapa kriteria pembelajaran yang unggul
(bermutu), yaitu: Pertama meningkatkan peranan
peserta didik; kedua mengembangkan bahan ajar;
ketiga pemanfaatan sumber belajar; keempat tugas
dan fungsi guru, kelima metode yang tepat; keenam
keseimbangan jasmani dan rohani; ketujuh 20
mengerti bukan menghafal; kedelapan sumber belajar.
(Syafaruddin, Irwan Nasution, 2005:152-153).
Pengembangan mutu pendidikan dalam perspektif
Total Quality Management bertujuan untuk memberi
penekanan pada mutu peserta didik. Itu tidak akan
terwujud jika TQM tidak memberi kontribusi yang
substansial bagi mutu dalam pendidikan. Pada saat
sebagian besar insitusi pendidikan dituntut untuk

54
TQM – Pengembangan Mutu

mengerjakan lebih baik lagi, penting baginya untuk


memfokuskan diri pada aktifitas pembelajaran.
Berdasarkan konsepsi diatas, maka pembelajaran
yang bermutu bukanlah pembelajaran yang secara
khusus dirancang dan dikembangkan hanya untuk
siswa yang unggul saja, melainkan lebih merupakan
pembelajaran yang secara metodologis maupun
psikologis dapat membuat semua peserta didik
mengalami belajar secara maksimal dengan
memperhatikan kapasitasnya masing-masing. Ada
tiga indikator proses pembelajaran yang bermutu yaitu
pertama proses pembelajaran yang dapat melayani
semua peserta didik bukan hanya pada sebagian
peserta didik; kedua semua peserta didik mendapat
pengalaman belajar semaksimal mungkin; ketiga
walaupun semua peserta didik mendapatkan
pengalaman belajar maksimal, prosesnya sangat
bervariasi tergantung pada tingkat kemampuan
peserta didik yang bersangkutan.
b) Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM adalah faktor terpenting dan unik dalam
suatu organisasi dan merupakan asset penting dalam
organisasi. Jika dalam dunia industri SDM penting
maka dunia pendidikan juga karena pendidikan
adalah aktivitas mendidik dan membina manusia
untuk mewujudkan manusia yang dicita-citakan.
Sumber daya manusia yang bermutu dalam
mengelola lembaga pendidikan harus memenuhi syarat
sebagai berikut: 1) kuat aqidah, ibadah dan

55
TQM – Pengembangan Mutu

mu’amalahnya; 2) menguasai seluk beluk pendidikan;


3) menguasai dan menerapan manajemen yang baik,
sehat, dan terbuka, 4) berakhlakul karimah; 5)
melaksanakan tugas dengan profesional; 6) fokus pada
tugas/jabatan yang diemban (usahakan tidak
merangkap jabatan); 7) tidak semata-mata mencari
keuntungan materi, tapi lebih ditekankan pada ibadah
dan iklas karena Allah; 8) menjalin hubungan yang baik
dan harmonis secara internal maupun eksternal; 9) kuat
dan potensial dalam bidang SDM, manajemen,
pembiayaan, sarana dan prasarana serta fasilitas
pendidikannya (Muchtar, 2005: 137).
c) Pengembangan Mutu Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu
komponen penting yang mempengaruhi mutu
sekolah. Lingkungan yang positif dan kondusif
memberikan gambaran tentang baiknya mutu
sekolah. Semakin kondusif lingkungan, maka
semakin menunjang proses Pengembangan mutu
sekolah. Lingkungan menggambarkan nilai, sikap
dan budaya yang dibanguun masyarakat sekolah.
Seperti penanaman budaya sholat berjama‟ah dan
sholat dhuha mencerminkankan lingkungan yang
agamis.
Lingkungan pendidikan yang bermutu adalah
lingkungan yang saling mempengaruhi secara fisik
yakni bersih, indah, aman, damai, asri, dan secara sosial
terbangun interaksi yang saling mendukung untuk
memotivasi belajar peserta didik dan motivasi para

56
TQM – Pengembangan Mutu

pendidik untuk melaksanakan tugasnya dengan


bersemangat dan ceria dalam kerja, kemudian secara
intelektual terbangun interaksi keilmuan yang baik
antar pipmpinan sekolah, guru, dan karyawan, serta
peserta didik, sehingga terbangun nilai-nilai yang baik
yaitu moralitas pimpinan, guru, karyawan, dan peserta
didik semakin baik ditengah masyarakatnya.
d) Pengembangan Mutu Pelayanan
Mengedepankan kualitas pelayanan pendidikan
menjadi komuitmen yang selalu dijaga oleh suatu
lembaga pendidikan baik terhadap peserta didik,
orang tua/ wali, dinas-dinas terkait maupun
masyarakat secara luas. Dengan layanan baik tentu
akan menimbulkan kepercayaaan terhadap lembaga
pendidikan tersebut.
Pelayanan di sekolah dalam konteks
Pengembangan mutu Total Quality Management
(TQM) adalah semua perangkat sekolah dari kepala
sekolah, guru, karyawan, dan tenaga kebersihan serta
keamanan, harus benar-benar memiliki kultur
pelayanan terbaik terhadap peserta didik dan orang tua
siswa, sehingga mereka puas, tidak saja diakhir setelah
putra-putrinya lulus, tetapi sejak awal mereka masuk ke
halaman sekolah, merasa nyaman, aman, terlindungi,
terhargai, dan terlayani oleh perangkat sekolah.
e) Pengembangan Mutu Output
Mutu sebuah lembaga pendidikan sangat
ditentukan dari output dari lembaga pendidikan
tersebut. Secara umum, proses Pengembangan mutu

57
TQM – Pengembangan Mutu

output sebenarnya sudah tercakup pada penjelasan


aspek pengembangan mutu diatas yaitu aspek proses,
lingkungan, pelayanan dan SDM. Semua upaya
sistemik yang dilakukan dalam empat aspek diatas
mempunyai arah utama yang sama yaitu mewujudkan
output sekolah yang sesuai dengan cita-cita sekolah
dan harapan pelanggan lainnya.
C.Hambatan dalam Pelaksanaan TQM : Quality
Improvement di Lembaga Pendidikan
Faktor hambatan yang sering terjadi dalam
pelaksanaan TQM : Quality Improvement di Lembaga
Pendidikan antara lain:
a) Kurang displinnya sebagian tenaga pendidik dalam
menjalankan tugas dan kewajiban
b) TQM : Quality Improvement yang diterapkan belum
bisa diterima oleh semua pihak dengan penuh kesadaran
dalam memberikan pelayanan yang terbaik dan maksimal
terhadap pelanggan guna meningkatkan mutu pendidikan.
D. Solusi dalam menghadapi Hambatan Pelaksanaan
TQM : Quality Improvement di Lembaga Pendidikan
Dalam menhadapi hambatan yang berkaitan
dengan pengembangan mutu atau mutu pendidikan, solusi
yang tepat dilakukan diantaranya adalah:
1) Pengembangan kurikulum termasuk cara penyajian
pelajaran dan system study pada umumnya.
2) Pengadaan buku-buku pelajaran pokok untuk murid
serta buku pedoman guru
3) Pengadaan alat-alat peraga dan alat-alat pendidikan
lainnya pada setiap jenjang pendidikan

58
TQM – Pengembangan Mutu

4) Penataran guru-guru dan dosen


5) Pengadaan buku bacaan yang sehat dan bermutu
melalui perpustakaan sekolah atau di perguruan tinggi.
Menurut Syafaruddin (2005) upaya untuk
meningkatkan mutu atau mutu pendidikan perlu dilakukan
hal-hal berikut, yaitu:
1) Menyamakan komitmen mutu atau mutu oleh kepala
sekolah, para guru dan pihak terkait (stakeholders),
mencakup: visi, misi, tujuan dan sasaran,
2) Mengusahakan adanya program pengembangan mutu
sekolah (kurikulum/pengajaran, pembinaan siswa,
pembinaan guru, keuangan, saran dan prasarana, serta
kerjasama dengan stakeholders sekolah, meliputi
jangka panjang dan jangka pendek
3) Meningkatkan pelayanan administrasi sekolah,
4) Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif,
5) Ada standar mutu lulusan,
6) Jaringan kerjasama yang baik dan luas,
7) Penataan organisasi sekolah yang baik (tata kerja),
8) Menciptakan iklim dan budaya sekolah yang kondusif.
Dapat disimpulkan ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian dalam meningkatkan mutu
pendidikan, antara lain: peserta didik, pendidik, sarana dan
prasarana serta lingkungan.

59
TQM – Pengembangan Mutu

DAFTAR PUSTAKA

Bill, Creech. (1996), The Five Pillars of TQM (Terjemahan),


Jakarta: Bina Rupa Aksara
Deming, W. E.(1986). Out of the Crisis. Massachusetts Institute
of Technology,Massachusetts.
David R. Jeffries et all. (1993), Training for Total Quality
Management , London:Kogan Page Limited
Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Kualitas untuk Industri
Jasa. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Harrington, J. H. and James S. Harrington. (1993). Total
Improvement Management.
Kahfi, Inal. (2019). TQM Berbasis Quality Improvement.
Bandung : Yamisa Press.
Sallis E. (1993), Total Quality Management In Education,
London: Hiddies Ltd.
Stanley J. Spanbauer (1992), A Quality System for Education,
New York: QualityPress.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (2003), Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
…………………. , Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Asa
Mandiri.
………………… , Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen,Jakarta: Asa Mandiri.
…………………. , Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru,

60
TQM – Pengembangan Mutu

BIODATA PENULIS

Inal Kahfi., dilahirkan di Bandung, 22


Agustus 1985. Pada tahun 2007 lulus S1
dengan gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi di Universitas Pasundan
Bandung, tahun 2016 lulus S2 dengan gelar
Magister Manajemen konsentrasi
Manajemen Keuangan di Universitas
Pasundan Bandung, dan tahun 2022 lulus
program Doktor Ilmu Pendidikan di
Universitas Islam Nusantara Bandung.
Pengalaman di dunia pendidikan dimulai dari tahun 2015
s/d sekarang menjadi tenaga kependidikan di Madrasah Aliyah
Swasta Imtaq Cangkuang, tahun 2018 s/d 2019 menjadi Dosen di
STAI Al Jawami Cileunyi, dan tahun 2016 s/d sekarang menjadi
Dosen Tetap Jurusan Hukum Ekonomi Syariah di STAI Yamisa
Soreang. Karya Buku Penulis yang sudah terbit :
a. TQM berbasis quality improvement, Penerbit : Yamisa
Press, ISBN : 978-623-91554-0-7, Tahun : 2019, Jenis :
Buku Pendidikan
b. Anggaran partisipatif & manajemen pembiayaan
pendidikan, Penerbit : Aria Mandiri Group, ISBN : 978-
602-6616-68-5, Tahun : 2019, Jenis : Buku Pendidikan
c. Peran Manajemen Pengetahuan Dalam Pembelajaran
Online, Penerbit : CV. Istana Agency, ISBN : 978-623-
8242-05-4, Tahun : 2023, Jenis : Buku Pendidikan
Jurnal penulis yang sudah terbit :
a. Tinjauan Tentang Mutu Pengelolaan Perpustakaan
Sekolah di SMAN 1 Baleendah. Jurnal Al-Mujaddid:
Jurnal Ilmu-Ilmu Agama, Jilid 1, Terbitan 2, hal 35-48,
2019

61
TQM – Pengembangan Mutu

b. Pemanfaatan Balanced Score Card untuk mengukur


Keuntungan Keuangan dan Non-Keuangan Perguruan
Tinggi dalam Jurnal Sosiohumaniora Kodepena ol. 01,
Issue 01, pp. 1-14, 2020
c. Sistem Operasional Internal Bank Syariah, dalam VOL
2 NO 1 (2020) Jurnal Al-Mujaddid, ISSN: 2655-271X,
hal 60 – 70, 2020
d. Analisis Perkembangan Perbankan Syari’ah Sebagai
Landasan Pendidikan Ekonomi Muslim, dalam Vol 21
No. 2 September 2020 Jurnal Serambi Ilmu, pISSN
1619–4849, eISSN 2549-2306, hal 185 – 199, 2020
e. Education Financing Management in an Effort to
Improve the Quality of Learning in Madrasah Aliyah
in Bandung District: Studies at MA Al Mua'wanah
Majalaya and MA Al Jawahir Soreang, dalam Journal
of Social Science, Vol 2 No. 5, 2021
Pengalaman organisasi dimulai pada tahun 2004 –
2005 menjadi anggota OSIS SMU PGII 1 Bandung, 2005 –
2006 Anggota HIMAK FE UNPAS Bandung, 2019 s/d
sekarang menjadi anggota KODE PENA (Komunitas Dosen,
Peneliti, dan Penulis Indonesia), 2020 s/d sekarang anggota
PDRI (Persaudaraan Dosen Republik Indonesia), 2020 s/d
sekarang anggota IA Education (Indonesia Approach
Education), 2019 s/d sekarang anggota Pergunu Kab.
Bandung. Email : inalkahfi@stai-yamisa.ac.id, No.Hp/WA ;
082115737766

62
Manajemen Strategi – Formulasi Strategi

BAB 5
MANAJEMEN STRATEGI – FORMULASI
STRATEGI

Dr. Hj. Yuni Mahmudah, S.Pd., M.Pmat., M.M.Pd


yunimahmudah25@gmail.com

A. Konsep Manajemen Strategis


Menurut Siagian (2007:7) manajemen strategis adalah
serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh
manajemen puncak dan diimplementasi oleh seluruh jajaran suatu
organisasi dalam rangka tujuan organisasi tersebut. Kemudian
manajemen strategik menurut Fred R. David (2011:6) adalah “seni
dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan,
serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang
memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya”. Elemen
dasar dari manajemen strategi menurut Wheelen dan Hunger
adalah (Wheelen dan Hunger, 1998 :8): “Environmental
scanning, Strategy formulation, Strategy implementation and
Evaluation and control”.
Dari pendapat di atas diketahui bahwa proses manajemen
strategi meliputi empat elemen dasar yaitu pengamatan
lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi, serta

63
Manajemen Strategi – Formulasi Strategi

evaluasi dan pengendalian. Gambar 1 menunjukkan proses


manajemen strategis keempat elemen tersebut. Manajemen
strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial
yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang.
Manajemen strategis menekankan pada pengamatan, evaluasi
peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan
kelemahan perusahaan (Hunger, Wheelen, 1998:4).
EVALUASI DAN
PENGAMATAN LINGKUNGAN PERUMUSAN STRATEGI IMPLEMENTASI STRATEGI
PENGENDALIAN

EKSTERNAL MISI

TUJUAN
LINGKUNGAN
SOSIAL

LINGKUNGAN STRATEGI
TUGAS

KEBIJAKAN

INTERNAL
PROGRAM
STRUKTUR BUDAYA
ANGGARAN

PROSEDUR
SUMBER ORGANISASI
KINERJA

UMPAN BALIK

Gambar 1 Model Hunger Manajemen Strategis


(Sumber : Hunger,Wheelen, 2003:4)

Gambar 2 Model Fred R. David Manajemen Strategis


(Sumber : David, 2011)

64
Manajemen Strategi – Formulasi Strategi

Dari gambar 1 dan 2 diatas, dapat dilihat bahwa dalam


tahapan manajemen strategik saling memiliki interaksi dan timbal
balik dari tahap pertama hingga akhir. Menurut Hunger
manajemen strategic meliputi komponen analisis lingkungan,
formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi.
Sedangkan menurut Fred R. David manajemen strategik meliputi
Formulasi strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi.
Letak perbedaannya yaitu pada analisis lingkungan, menurut
Hunger analisis lingkungan dilakukan sebelum membuat visi dan
misi, sedangkan menurut David analisis lingkungan dilakukan
setelah membuat visi dan misi yaitu untuk mengenali kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam mencapai visi dan misi.
Dalam bab ini penulis mengambil model manajemen
strategic menurut Hunger karena sebagian besar organisasi
kependidikan menggunakan model tersebut dalam merencanakan
strategic sekolah. Dari pendapat di atas dapat di gambarkan secara
sederhana seperti gambar 3 di bawah ini :

Gambar 3 Tahapan Manajemen Strategis

65
Manajemen Strategi – Formulasi Strategi

Manajemen Strategik ini dapat dilihat sebagai suatu proses


yang meliputi sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan
berurutan (Kuncoro, 2006:13). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa manajemen strategik merupakan sekumpulan keputusan
dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan implementasi
rencana yang didesain untuk mencapai tujuan suatu perusahaan.
Manajemen strategik melibatkan pengambilan keputusan jangka
panjang yang berorientasi masa depan serta rumit dan
membutuhkan cukup banyak sumber daya, maka partisipasi
manajemen puncak sangat penting (Pearce & Robinson, 2008:21).
Berikut merupakan Proses Manajemen Strategik jika
dikaitkan dengan Pendidikan menurut Slamet (2006:34-35) :

Gambar 4 Proses Manajemen Strategis Pendidikan

66
Manajemen Strategi – Formulasi Strategi

Dengan pendekatan manajemen strategik, manajer pada


semua tingkatan perusahaan berinteraksi dalam perencanaan dan
implementasinya. Sebagai akibatnya, konsekuensi perilaku
manajemen strategik serupa dengan pengambilan keputusan
partisipatif. Oleh karena itu, penilaian yang akurat mengenai
dampak dari formulasi strategi terhadap kinerja organisasi tidak
hanya memerlukan kriteria evaluasi keuangan, tetapi juga non
keuangan pengukuran dampak berbasis perilaku (Pearce &
Robinson , 2008:13).
Berdasarkan beberapa pemikiran diatas, dapat diambil
beberapa kesimpulan :
1. Manajemen strategis adalah rencana.
2. Manajemen strategis meliputi proses formulasi,
implementasi, dan evaluasi.
3. Manajemen strategis dibuat oleh manajemen puncak.
4. Manajemen strategis berfokus pada tujuan jangka panjang
organisasi.

B. Analisis Lingkungan Internal (ALI) dan Analisis


Lingkungan Eksternal (ALE)
Analisis lingkungan ini meliputi dari kegiatan memonitor,
evaluasi, dan mengumpulkan informasi dari lingkungan eksternal
dan internal perusahaan. Tujuannya yaitu untuk mengidentifikasi
faktor strategis, elemen eksternal dan internal akan memutuskan
strategi dimasa yang akan datang bagi perusahaan (Wheelen and
Hunger, 2012:64).
Untuk melakukan analisis lingkungan ini memerlukan
suatu alat analisis yang dinamakan analisis SWOT. SWOT
merupakan akronim yang digunakan untuk mendeskripsikan

67
Manajemen Strategi – Formulasi Strategi

Strengths (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities


(Peluang), dan Threaths (Ancaman) yang merupakan faktor
strategis bagi perusahaan spesifik (Wheelen and Hunger,
2012:224). Analisis SWOT ini bermula dari sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Stanford Research Institute pada tahun 1960-
1970. Penelitian berawal dari suatu ide untuk mempelajari
mengapa banyak perusahaan gagal dalam membangun
perencanaan strategi. Salah satu pencetus utama analisis SWOT
ini adalah Albert S. Humphrey (Luis et al, 2011:62).
Analisis SWOT merupakan teknik historis yang terkenal
dimana para manajer menciptakan gambaran umum secara cepat
mengenai situasi strategis lembaga pendidikan. Analisis ini
didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan
dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal lembaga
pendidikan (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya
(peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan
memaksimalkan kekuatan dan peluang perusahaan serta
meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara
akurat, asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus dan
mendalam bagi desain dari strategi yang berhasil (Pearce &
Robinson, 2008:200). Dari bahasan mengenai analisis SWOT,
maka peluang-peluang dan ancaman-ancaman dari hasil analisis
eksternal, bersama dengan kekuatan
Menurut David (2011:11) External Opportunities and
Threats External opportunities and external threats refer to
economic, social, cultural, demographic, environmental, political,
legal, governmental, technological, and competitive trends and
events that could significantly benefit or harm an organization in
the future. Dari pendapat tersebut diketahui bahwa peluang dan

68
Manajemen Strategi – Formulasi Strategi

ancaman aksternal peluang eksternal dan ancaman eksternal


mengacu pada ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan,
politik, hukum, pemerintahan, teknologi, dan kompetitif tren dan
peristiwa yang secara signifikan dapat menguntungkan atau
merugikan organisasi di masa depan.
Lebih lanjut David (2011:12) menerangkan bahwa “A
basic tenet of strategic management is that firms need to formulate
strategies to take advantage of external opportunities and to avoid
or reduce the impact of external threats. For this reason,
identifying, monitoring, and evaluating external opportunities and
threats are essential for success. This process of conducting
research and gathering and assimilating external information is
sometimes called environmental scanning or industry”. Prinsip
dasar manajemen strategis adalah bahwa perusahaan perlu
merumuskan strategi memanfaatkan peluang eksternal dan untuk
menghindari atau mengurangi dampak eksternal ancaman. Untuk
alasan ini, identifikasi, pemantauan, dan evaluasi peluang
eksternal dan ancaman sangat penting untuk kesuksesan. Proses
ini melakukan penelitian dan pengumpulan dan mengasimilasi
informasi eksternal. David (2011:12) “Internal strengths and
internal weaknesses are an organization’s controllable activities
that are performed especially well or poorly”. Kekuatan internal
dan kelemahan internal adalah aktivitas organisasi yang terkendali
itu dilakukan dengan sangat baik atau buruk.
Sebagai pelaksana program pendidikan, lembaga
pendidikan adalah pemeran utama untuk melaksanakan program
tersebut. Dalam pelaksanaan program-program serta tujuan yang
telah disepakati oleh lembaga pendidikan tersebut tentunya tidak
bisa terlepas dengan problematika maupun persoalan-persoalan

69
Manajemen Strategi – Formulasi Strategi

lain yang harus diselesaikan oleh sebuah lembaga pendidikan.


Persoalan-persoalan yang timbul baik berupa faktor intern
maupun ekstern. Faktor intern misalnya terkait dengan kurikulum,
tenaga pendidik, perserta didik dan lain-lain, sedangkan faktor
eksternnya adalah faktor-faktor sosial (masyarakat), pemerintahan
maupun pihak-pihak yang terkait.
Sebuah lembaga pendidikan tentunya harus mengetahui
problematika lembaganya, mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang maupun ancaman sehingga bisa melahirkan solusi-solusi
cemerlang dan bisa mengantarkan lembaga pendidikan pada
kedudukan yang sangat berpengaruh dalam pergulatan keilmuan
bangsa maupun dunia. Perkembangan yang terjadi dewasa ini
cenderung menimbulkan permasalahan dan tantangan baru yang
berdampak luas terhadap tugas-tugas pengelolaan pendidikan.
Antara lain, perbaikan mutu secara terus menerus berorientasi
pada masukan, proses, luaran, dan lain-lain. Inti sumber perbaikan
bukanlah pada fisiknya, melainkan pada peningkatan
profesionalitas manusia pengelola atau pelaksana lembaga
pendidikan itu sendiri.
Ada beberapa tahapan dan langkah yang mesti ditempuh
dalam melakukan analisis SWOT, antara lain: Langkah pertama,
identifikasi kelemahan (internal) dan ancaman (eksternal,
globalisasi) yang paling urgen untuk diatasi secara umum pada
semua komponen pendidikan. Langkah kedua, identifikasi
kekuatan (internal) dan peluang (eksternal) yang diperkirakan
cocok untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah
diidentifikasi pada langkah pertama. Langkah ketiga, lakukan
analisis SWOT lanjutan setelah diketahui kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman dalam konteks sistem manajemen

70
Manajemen Strategi – Formulasi Strategi

pendidikan. Langkah keempat, rumuskan strategi-strategi yang


direkomendasikan untuk menangani kelemahan dan ancaman,
termasuk pemecahan masalah, perbaikan dan pengembangan
lebih lanjut. Langkah kelima, tentukan prioritas penanganan
kelemahan dan ancaman itu, dan disusun suatu rencana tindakan
untuk melaksanakan program penanganan.
Dengan analisis SWOT tersebut diharapkan lembaga
pendidikan dapat melakukan langkah-langkah strategis. Strategi
adalah suatu cara dimana organisasi atau lembaga akan mencapai
tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman
lingkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan
kemampuan internal.

C. Formulasi Strategi Dalam Proses Manajemen Strategi


Pendidikan
Formulasi strategi terdiri dari :
1) Visi dan Misi. Visi adalah gambaran masa depan
organisasi yang hendak diwujudkan. Jika misi organisasi
hanya menjelaskan lingkup yang dijalankan oleh
organisasi dan tidak menggambarkan peluang yang akan
diraih di masa depan, dalam perumusan visi harus
menggambarkan apa yang mungkin di masa depan dan
ingin diwujudkan. Visi harus sederhana dan dapat
menumbuhkan rasa wajib dalam diri anggota organisasi
untuk mewujudkannya, memberi tantangan, praktis, dan
realisitik dan Misi adalah pernyataan tentang apa yang
harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya
mewujudkan visi. Dalam operasionalnya orang
berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan hasil

71
Manajemen Strategi – Formulasi Strategi

kompromi interprerasi visi. Misi merupakan sesuatu yang


nyata untuk dituju serta dapat pula memberikan petunjuk
garis besar cara pencapaian visi.
2) Menetapkan tujuan sekolah.Tujuan sekolah terdiri dari
tujuan jangka pendek dan jangka panjang.Tujuan Jangka
pendek merupakan turunan dari visi-misi yang isinya lebih
spesifik. Sedangkan tujuan jangka panjang merupakan
hasil spesifik yang ingin dicapai oleh suatu organisasi
dalam mengejar misi dasarnya lebih dari satu tahun.
Tujuan sangat penting untuk organisasi sukses karena
mereka menyatakan arah; bantuan dalam evaluasi; buat
sinergi; mengungkap prioritas; koordinasi fokus; dan
memberikan dasar untuk perencanaan, pengorganisasian,
memotivasi, dan yang efektif mengendalikan kegiatan.
3) Sasaran dan strategi sekolah. Sasaran adalah penjabaran
tujuan, yaitu suatu yang dihasilkan/dicapaikan oleh
sekolah dalam jangka waktu lebih singkat dibanding
tujuan sekolah. agar sasaran dapat dicapai dengan efektif,
maka sasaran harus dibuat spesifik, terukur, jelas
kriterianya dan disertai indikator-indikator yang rincian
dan mengacu pada visi, misi dan tujuan sekolah. Strategi
merupakan rencana atau penentuan tujuan yang dilakukan
perusahaan dalam jangka menengah dan jangka panjang.
Analisis dan pilihan strategi berusaha menentukan
tindakan alternatif yang paling baik dalam membantu
perusahaan mencapai visi, misi dan tujuannya. Strategi,
tujuan dan Visi misi, ditambah dengan informasi eksternal
dan internal, memberikan landasan untuk menciptakan
serta mengevaluasi strategi alternatif yang masuk akal.

72
Manajemen Strategi – Formulasi Strategi

4) Kebijakan merupakan suatu pengarahan untuk melakukan


pengambilan keputusan dalam tahap formulasi strategi
dengan implementasinya.

73
Manajemen Strategi – Formulasi Strategi

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2006). Strategic Managemen for Educational


Management. Bandung: Alfabeta.
David, Fred R. (2011). Strategic Management: Concept and Case.
13th Ed. Pearson Education, Upper Saddle River, New
Jersey
Hunger, J. David & Thomas L. Wheelen. (1998). Strategic
Management. Andi: Yogyakarta.
___________. 2012. Strategic Management and Bussiness
Policy: Toward Global Sustainability (13th Edition). New
York: Pearson.
Kuncoro, Mudrajad, 2006. Strategi: Bagaimana Meraih
Keunggulan Kompetitif. Jakarta: Erlangga
Made Pidarta, (2003). Perencanaan Pendidikan Partisipatori,
Dengan Pendidikan Sistem. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyadi. (2000). Total Quality Management : Prinsip Manajemen
Kontemporer Untuk Mangarungi Lingkungan Bisnis
Global. Yogyakarta : Aditya Media.
Nawawi, Hadari. (2003). Kepemimpinan Mengefektifkan
Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pearce II, John A. dan Robinson Richard B.Jr. (2008). Manajemen
Strategis. Salemba Empat : Jakarta
Pidarta. M. (2004). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta
R. W. Griffin. (2004). Komitmen Organisasi, Terjemahan.
Jakarta: Erlangga.
Sagala, Syaiful. (2007). Manajemen Strategik dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta

74
Manajemen Strategi – Formulasi Strategi

Salusu, J. (1996). Pengambilan Keputusan Startegik untuk


Organisasi Publik dan Organisasi Non profit. Jakarta, PT.
Gramedia
Siagian, P. Sondang. (2005). Fungsi-fungsi Manajemen. Jakarta.
Penerbit Bumi Aksara
Solihin, Abdul Wahab. (2005). Analisis Kebijakan, dari formulasi
ke implementasi Kebijakan Negara. Jakarta : Bumi Aksara
Sondang, P. Siagian. (2005). Manajemen Stratejik. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Wheelen, Thomas L., Hunger, J. David. (2010). Strategic
Management and Business Policy Achieving
Sustainability. Twelfth Edition. Pearson

75
Manajemen Strategi – Formulasi Strategi

BIODATA PENULIS

Yuni Mahmudah., dilahirkan di Bandung 24


Desember 1969. Menempuh pendidikan Tahun
1989- 1992 D3 Matematika di FPMIPA IKIP
Bandung, Tahun 1995-1997 S1 Jurusan
Pendidikan Matematika di FKIP UNPAS
Bandung, Tahun 2007-2009 S2 Jurusan Program
Pengajaran Matematika FPMIPA ITB dan S2 Jurusan Manajemen
Pendidikan pascasarjana UNINUS dan Tahun 2018 – 2022 S3
Jurusan Ilmu Pendidikan di Pascasarjana UNINUS. Pengalaman
Mengajar dimulai pada tahun 1992- 1998 di MTs Albidayah dan
MA albidayah, Tahun 1998- 2017 di MTsN 5 Bandung Barat dan
2017- s/d sekarang mengajar dan menjabat sebagai Kepala
Madrasah di MTsN 2 Bandung Barat. Pengalaman organisasi
dimulai menjadi :
a) Bendahara rutin MTsN 5 Bandung Barat Tahun 2000 sd
2006
b) Waka kurikulum MTsN 5 Bandung Barat Tahun 2002 sd
2007
c) Bendahara KKM MTsN 5 Bandung Barat Tahun 2002 sd
2007
d) Fasilitator daerah ( Fasda) kamad dan Matematika Tahun
2020 sd sekarang
e) Manajer aksioma tingkat provinsi di Ciamis
f) Manajer aksioma tingkat nasional di Yogyakarta
Karya ilmiah yang telah diterbitkan yaitu: Pengaruh
Penerapan Metode Peer Tutoring Terhadap Pemahaman
Matematis Siswa MTs
Email : yunimahmudah25@gmail.com, No. HP/WA :
081322539101

76
Manajemen Strategi – Implementasi Strategi

BAB 6
MANAJEMEN STRATEGI – IMPLEMENTASI
STRATEGI

Dr. H. Nifasri, M.Pd


kavddn@yahoo.co.id

A. Definisi Manajemen Strategi


Menurut Nawawi (2007) manajemen strategi adalah
perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategi)
yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh
(disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan
tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil),
agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif
(disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu
(perencanaan operaional untuk menghasilkan barang dan/atau
jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada
optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis) dan
berbagai sasaran (tujuan operasional) organisasi.
Sedangkan Wheelen dkk (2010:105), menyatakan
bahwa Manajemen strategi adalah serangkaian dari pada
keputusan pimpinanial dan kegiatan-kegiatan yang

77
Manajemen Strategi – Implementasi Strategi

menentukan keberhasilan lembaga pendidikan dalam jangka


panjang.
Persaingan dalam dunia pendidikan yang begitu pesat
menuntut sekolah berpikir kreatif, inovatif dan responsif dalam
mempertahankan dan mengembangkan sekolahnya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
mengimplementasikan strategik dalam mengelola sekolah
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Menurut Murniati (2008:74) mengemukakan bahwa
”manajemen strategik sebagai kegiatan yang harus dilakukan
oleh manajemen puncak bersama personil secara terus
menerus, dan merupakan siklus yang mampu melahirkan
keputusan untuk memenuhi relevansi kebutuhan organisasi
dengan kebutuhan lingkungan”. Dalam konteks masa kini,
melalui manajemen strategik, pimpinan puncak dalam suatu
organisasi, terutama organisasi pendidikan, harus mampu
merumuskan dan menentukan strategik organisasi yang tepat
sehingga organisasi yang bersangkutan tidak hanya mampu
mempertahankan eksistensinya, akan tetapi tangguh
melakukan penyesuaian dan perubahan yang diperlukan
sehingga organisasi semakin meningkat efektivitas dan
produktivitasnya

B.Definisi implementasi Strategi


Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan
aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat
menjalankan perencanaan strategis. Implementasi strategis
merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan
diubah menjadi tindakan melalui pengembangan program,

78
Manajemen Strategi – Implementasi Strategi

anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya


baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan
tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari
manajemen strategi. Perumusan strategi dan implementasi
strategi harus dilihat seperti dua sisi mata uang.
Pengertian yang cukup luas manajemen strategi
menunjukkan bahwa manajemen merupakan suatu sistem
satu kesatuan yang memiliki berbagai komponen yang
saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak
secara serentak kearah yang sama pula. Komponen pertama
adalah Perencanaan Strategi dengan unsur-unsurnya yang
terdiri dari Visi, Misi, Tujuan strategi organisasi. Sedang
komponen kedua adalah Pelaksanaan Operasional dengan
unsur-unsurnya adalah sasaran atau Tujuan Operasional,
Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi
pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi
penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja
internal dan eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta
umpan balik
Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan
aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat
menjalankan perencanaan strategis. Implementasi strategis
merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan
diubah menjadi tindakan melalui pengembangan program,
anggaran dan prosedur. Walaupun implementasi biasanya
baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan
tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari
manajemen strategic.

79
Manajemen Strategi – Implementasi Strategi

Implementasi adalah pekerjaan yang dilakukan


setelah merumuskan strategi. Dengan keterampilan intuitif
dan analitis yang baik, motivasi, dan kepemimpinan khusus
serta mampu melakukan banyak koordinasi.
Implementasi strategi adalah proses di mana
manajemen mewujudkan strateginya dalam bentuk
program, prosedur dan anggaran. Implementasi strategi juga
dapat diartikan sebagai pengembangan strategi dalam
bentuk tindakan. Implementasi terkadang lebih sulit karena
implementasi membawa sebuah perubahan. banyak faktor-
faktor tidak terduga yang bisa menjadi hambatan.
Sebelum perencanaan dapat menunjukkan kinerja
secara actual, lembaga pendidikan harus diorganisir dengan
baik, program harus melibatkan staf dengan memadai, dan
aktivitas harus diarahkan untuk mencapai lingkup tujuan
yang diinginkan. Beberapa perubahan dalam strategi
lembaga pendidikan nampaknya sangat memerlukan
beberapa jenis perubahan dalam hal organisasi yang disusun
dan berbagai jenis keterampilan yang dibutuhkan pada
beberapa posisi yang khusus.
Para pimpinan harus membahas dengan teliti cara
penyusunan lembaga pendidikan mereka agar dapat
memutuskan perubahan-perubahan yang harus dibuat dalam
langkah kerja secara sempurna.
Implementasi strategik ”sering kali disebut tahap
aksi dari manajemen strategik yang merupakan perwujudan
dari program-program yang telah ditetapkan dalam proses
perumusan strategik” (Murniati & Usman, 2009:50).

80
Manajemen Strategi – Implementasi Strategi

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam


proses implementasi pendidikan yaitu program, anggaran
dan prosedur. Program merupakan langkah-langkah yang
diperlukan untuk melaksanakan perencanaan sedangkan
prosedur merupakan langkah-langkah penyelenggaraan
program yang telah diurutkan secara sistematis, dan
anggaran merupakan biaya program yang dinyatakan dalam
bentuk satuan uang.
Menurut Hunger (1996), untuk memulai proses
implementasi, pihak manajemen harus memperhatikan 3
(tiga) pertanyaan berikut yaitu:
1. Siapa yang akan melaksanakan rencana strategis yang
telah diformulasikan?
2. Apa yang harus dilakukan?
3. Bagaimana sumberdaya manusia yang bertanggungjawab
dalam implementasi akan melaksanakan berbagai aspek
yang diperlukan?
4. Siapa yang akan melaksanakan implementasi?

C.Hambatan dalam melakukan implementasi strategi di


bidang pendidikan
Hambatan dalam melakukan implementasi strategi di
bidang pendidikan, yaitu:
1. Implementasi berjalan lebih lambat dibanding dengan
perencanaan awalnya
2. Munculnya berbagai masalah yang tidak terduga
3. Koordinasi dalam implementasi tersebut tidak efektif

81
Manajemen Strategi – Implementasi Strategi

4. Perusahaan memberi perhatian yang berlebihan terhadap


aktivitas persaingan dan penanganan krisis sehingga kurang
memperhatikan implementasi yang harus dijalankan
5. Kemampuan SDM yang terlibat dalam implementasi strategi
kurang
6. Pendidikan dan pelatihan SDM di tingkat bawah kurang
memadai
7. Tidak terkendalinya faktor-faktor lingkungan eksternal
8. Kualitas kepemimpinan dan pengarahan dari para manajer
departemen kurang memadai
9. Tidak jelasnya implementasi pada tugas dan aktivitas kunci
10. Pemantauan aktivitas oleh sistem informasi yang dimiliki
lembaga pendidikan kurang memadai

D. Solusi dalam menghadapi hambatan dalam pelaksanaan


implementasi strategi di bidang pendidikan

Dalam bidang pendidikan agar implementasi strategis


berjalan dengan sesuai dibanding dengan perencanaan
awalnya maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi
secara rutin dan konsisten dan pihak manajemen
mempersiapkan rencana cadangan terhadap kemungkinan
munculnya berbagai masalah yang tidak terduga.
Mengefektifkan koordinasi dalam melaksanakan
implementasi tersebut. Pihak lembaga pendidikan tetap
memberikan perhatian yang memadai terhadap aktivitas
persaingan dan penanganan krisis agar pelaksanaan
implementasi strategik yang harus dijalankan berjalan
dengan semestinya.

82
Manajemen Strategi – Implementasi Strategi

Kemampuan SDM yang terlibat dalam implementasi strategi


ditingkatkan kembali dengan memberikan kursus-kursus
penyegaran maupun pelatihan-pelatihan terkait dan pengendalian
faktor-faktor lingkungan eksternal agar lebih mendapatkan
perhatian. Kualitas kepemimpinan dan pengarahan dari para
manajer departemen lebih ditingkatkan serta implementasi
strategik pada tugas dan aktivitas kunci lebih diperinci dengan
jelas dan pemantauan aktivitas oleh sistem informasi dilakukan
secara terus menerus dan konsisten.

83
Manajemen Strategi – Implementasi Strategi

DAFTAR PUSTAKA

Certo, Samuel & Paul Peter. (1990). Strategic Management, New


York : McGraw Hill.
David, Fred R. (2005). Strategic Management: Concepts and
Cases,10th ed, New Jersey: Prentice Hall
Hunger, J.David and Thomas Wheelen. (1996). Strategic
Management, 5th ed, New York: Addison Wesley
Hill and Joh. (2009). Essentials Of Strategic Management, South
Western USA.

84
Manajemen Strategi – Implementasi Strategi

BIODATA PENULIS

Nifasri, lahir di Mahat, Limapuluh Kota, 09-04-


1962. Menyelesaikan pendidikan S3 Tahun 2009 di
Program Pascasarjana (S3) Manajemen Pendidikan
Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Sebelum
menjadi Dosen, Penulis memiliki pengalaman
menjadi Kepala Seksi Tenaga Edukatif Subdit
Pembinaan IAIN Direktorat, Pembinaan Perguruan Tinggi
Agama Islam Tahun 1999-2000, Kepala Seksi Tenaga Edukatif
Subdit Pembinaan PTAIS Direktorat Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama Islam Tahun 2000-2002, Kepala Seksi Pembinaan
Kelembagaan dan Akreditasi pada Subdit Akademik dan
Kelembagaan Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun
2002-2006, Kepala Seksi Akademik Subdit Akademik Direktorat
Pendidikan Tinggi Islam Tahun 2006-2008, Kepala Seksi
Ketenagaan MTS Subdit Ketenagaan Pendidikan Direktorat
Madrasah Tahun 2008-2010, Kepala Seksi Kepala Madrasah
Subdit Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Pendidikan
Madrasah Tahun 2010-2011, Kepala Subdit PAI SMP Direktorat
PAI Tahun 2011-2015, Kepala Subdit PAI SMP/SMPLB
Direktorat PAI Tahun 2011-2017, Kepala Pusat Kerja sama dan
Standardisasi Halal BPJPH 2017-2019, Kepala Pusat Kerukunan
Umat Beragama Setjen Kemenag 2019-2021, Kepala Pusat
Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu Kemenag 2021-2022.Saat
ini menjadi Dosen Manajemen Pendidikan Islam pada Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Beberapa karya ilmiah yang sudah di terbitkan Pengaruh
Akreditasi Perguruan Tinggi Terhadap Peningkatan Mutu
Penyelenggaraan Program Studi dan Mutu Lulusan (Studi Kasus
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009), Usaha Pengembangan

85
Manajemen Strategi – Implementasi Strategi

Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah Tsanawiyah Al-Falah


Kebayoran Lama Jakarta Selatan 1993, Studi Korelasional antara
Komitmen Terhadap Tugas dan Motivasi Berprestasi Dosen
dengan Kinerja Dosen pada Institut Agama Islam Al Aqidah
Jakarta 2002, Pengaruh Akreditasi Perguruan Tinggi Terhadap
Peningkatan Mutu Penyelenggaraan Program Studi dan Mutu
Lulusan (Studi Kasus pada Program Studi Pendidikan Agama
Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009).
Beberapa Jurnal ilmiah yang telah diterbitkan yaitu : (1)
Peningkatan Kreatifitas Guru dalam Pembelajaran, Jurnal Al
Azhary Vol 5 (April-Juni) Tahun 2019, ISSN 2337, (2) Menuju
Madrasah Sebagai Pusat Keunggulan Pendidikan, Jurnal Al
Azhary Vol 5 No. 02 (Oktober-Desember) Tahun 2019, ISSN
2337-9537.
Beberapa buku yang telah diterbitkan yaitu: (1) Moderasi
Beragama: apa, mengapa, dan bagaimana. Pusat Kerukunan Umat
Beragama Kemenag RI, ISBN 978-602-61021-7-1,
2021, (2) 20 Tahun Pusat Kerukunan Umat Beragama: Kiprah
dalam Penguatan Kerukunan dan Moderasi Beragamadi
Indonesia. ISBN 978-602-61021-6-4, 2021, (3) Manfaat
Akreditasi Bagi Peningkatan Mutu Program Studi dan Lulusan
Perguruan Tinggi (Buku), Rumah Pustaka, 2023
Email : kavddn@yahoo.co.id, No Hp/WA : 082123231962

86
Manajemen Strategi – Evaluasi Strategi

BAB 7
MANAJEMEN STRATEGI-EVALUASI STRATEGI

Dr. Neng Gustini, M.Pd., M.Ag.


neng.gustini@uinsgd.ac.id

A. Teori Manajemen Strategi


Manajemen strategi dapat diartikan sebagai seni
dan pengetahuan dalam merumuskan,
mengimplementasikan, serta mengevaluasi
keputusan-keputusan lintas fungsional sehingga
sebuah organisasi mampu mencapai tujuannya.
Dengan demikian, manajemen stategis berfokus pada
usaha untuk mengintegrasikan manajemen,
pemasaran, keuangan/akutansi, produksi/operasi,
penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi
komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi.
Tujuan manajemen strategi adalah untuk
mengeksplorasi dan menciptakan berbagai peluang
baru dan berbeda untuk di kemudian hari (David,
2010: 5). Jadi, Manajemen strategis selaras dengan
proses menghasilkan suatu rencana dan kebijakan
strategik sebagai pengejawantahan dari strategi
terapan yang berfungsi untuk mencapai tujuan
lembaga/perusahaan, baik dalam jangka panjang

87
Manajemen Strategi – Evaluasi Strategi

maupun pendek. Sebagaimana dipahami bahwa


proses perencanaan yang benar, di antaranya: tahap
Formulasi, Implementasi dan Evaluasi berkala dapat
dijadikan alat peningkatan bagi kinerja, pencapaian
dan keunggulan bersaing dalam sebuah
lembaga/perusahaan. Dengan demikian, manajemen
strategis merupakan proses yang sangat penting bagi
perusahaan/lembaga dalam menciptakan strategi
yang efektif dan efisien bagi pencapaian tujuan
perusahaan/lembaga secara maksimal.
Terdapat tiga tahap dalam perencanaan strategis
perusahaan/lembaga, yaitu perumusan strategi,
implementasi/penerapan strategi dan evaluasi strategi
(David: 2010: 6).
Adapun tahapan perencanaan strategi tersebut, di
antaranya :
a. Formulasi strategi, sebagai tahap awal
perusahaan dalam menetapkan visi dan
misi disertai analisis mendalam berkaitan
dengan faktor internal dan neksternal
perusahaan/lembaga dan penetapan
tujuan jangka panjang yang akan
digunakan sebagai patokan untuk
menciptakan alternatif strategi-strategi
bisnis dan kemudian dipilih salah satunya
sesuai dengan kondisi
perusahaan/lembaga.
b. Implementasi strategi, sebagai langkah
yang mengimplementasikan strategi

88
Manajemen Strategi – Evaluasi Strategi

melalui proses identifikasi yang ketat dan


berkaitan dengan faktor lingkungan
eksternal dan internal serta penyesuaian
tujuan perusahaan/lembaga, mulai dari
penerapan dan implementasi kebijakan-
kebijakan intensif yang melibatkan setiap
divisi dan fungsional perusahaan dalam
berkolaborasi dan bekerja sesuai dengan
tugas dan kebijakannya masing-masing.
c. Evaluasi strategi, adalah tahap akhir
setelah strategi diterapkan dalam praktik
nyata dan terdapat penilaian efektivitas
terhadap ekspektasi dan pencapaian
tujuan perusahaan/lembaga. Penilaian
berjalan melalui proses pengukuran
faktor-faktor atau indikator keberhasilan
yang dicapai, dan proses evaluasi
keberhasilan kinerja strategi guna
perumusan dan penerapan lanjutan di
masa yang akan datang agar lebih baik
dan efektif.
Tahapan-tahapan tersebut memiliki kegiatan
kunci yang rinci dan akan memperjelas proses

89
Manajemen Strategi – Evaluasi Strategi

perencanaan strategi pada perusahaan/lembaga,


sebagaimana dapat dilihat pada model manajemen
strategis yang komprehensif.

(David, 2010: 7).

Merujuk pada model manajemen strategis


tersebut, sebagaimana yang dikemukakan David
(2010) bahwa model tersebut menunjukkan
hubungan antara komponen-komponen proses
manajemen strategis s e c a r a rinci dan dapat
diterima secara luas. Berikut ini penjelasan setiap
tahapnya (David, 2010: 9):
a) Menetapkan Visi dan Misi

Adalah penetapan sasaran dan objektif


jangka panjang (visi) serta menentukan langkah-

90
Manajemen Strategi – Evaluasi Strategi

langkah apa saja yang harus diambil untuk


mempertegas dan memperjelas prioritas fungsi-
fungsi tiap manajemen perusahaan/lembaga agar
pekerja, top manajamen dan fungsional
perusahaan/lembaga dapat saling bersinergi dan
berkolaborasi untuk mencapai visi sebagai
tujuan yang telah ditetapkan.
b) Analisis Lingkungan Eksternal dan
Internal
Adalah analisis yang dilakukan oleh
perusahaan/lembaga terkait pemahaman
mendalam tentang kondisi/keadaan internal
dan eksternal perusahaan/lembaga dengan cara
mengenali secara jelas faktor- faktor berupa
kekuatan-kelemahan dari internal
perusahaan/lembaga serta peluang-ancaman
yang muncul dari lingkungan eksternal
perusahaan/lembaga. Analisis ini bertujuan
melihat pengaruh yang akan muncul dari
faktor-faktor tersebut terhadap sasaran atau
tujuan perusahaan dan agar
perusahaan/lembaga dapat mempertimbangkan
secara tepat kebijakan strategis yang akan
digunakan.
c) Sasaran jangka Panjang
Sebagaimana dipahami bahwa implementasi strategi
yang efektif selalu membutuhkan arahan, tidak hanya
sebatas tulisan dan retorika. Pada sasaran jangka
panjang,yaitu pencapaian yang lebih dari 1 tahun,

91
Manajemen Strategi – Evaluasi Strategi

inilah saatnya perusahaan/lembaga menciptakan


sinergi, menjelaskan prioritas, memfokuskan
koordinasi dan menyediakan landasan bagi aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, serta
pengontrolan. Perusahaan/lembaga juga membangun
prediksi khusus yang sistematis-kuantitatif, seperti
estimasi penjualan, profitabilitas, peningkatan kinerja,
dll agar tujuan dan visi memiliki indikator yang jelas,
terukur dan logis.
d) Menciptakan, Menilai dan Memilih Strategi
Mengacu pada landasan visi dan misi, serta hasil
analisis faktor- faktor lingkungan Internal dan
Eksternal, Perusahaan merumuskan alternatif strategi-
strategi yang sesuai dengan kapabilitas dan keadaan
perusahaan/lembaga dan disertai dengan penilaian dan
evaluasi kritis yang menggunakan penyesuaian
objektif jangka panjang agar implementasi strategi
tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal pada
perusahaan/lembaga dan selanjutnya strategi
tersebutlah yang akan dipilih untuk
diimplementasikan.
e) Implementasi Strategi Manajemen Jangka Panjang
Seperti telah dijelaskan pada penetapan sasaran
jangka panjang, bahwa upaya pencapaian tujuan
perusahaan/lembaga merupakan suatu proses
berkelanjutan yang memerlukan proses tahapan
secara spesifik. Di sini perusahaan/lembaga
merealisasikan dengan bertahap sasaran jangka
panjang tersebut dengan menetapkan standar

92
Manajemen Strategi – Evaluasi Strategi

pencapaian dan kebijakan strategi yang telah dipilih


bagi setiap tingkat organisasi. Perusahaan/lembaga
menegaskan dan menentukan tujuan utamanya
secara kuantitatif dan spesifik , disertai pemaparan
dan implementasi strategi yang digunakan oleh top
manajemen, divisi dan fungsionalnya.
f) Implementasi Strategi Dalam Kebijakan
Fungsional
Sebagai langkah perwujudan implementasi
strategi yang diuraikan dalam langkah-langkah
kecil dengan jangka waktu yang lebih pendek
untuk diterapkan ke dalam fungsional
perusahaan/lembaga yang lebih operasional dan
mengarah pada berbagai bidang fungsional dalam
perusahaan untuk memperjelas hubungan strategi
utama dengan identifikasi rincian yang sifatnya
spesifik. Implementasi ini menghubungkan
segala bidang fungsional perusahaan, seperti:
keuangan, sumber daya manusia, produksi dan
operasi, pengembangan dan penelitian, sistem
informasi, serta bidang pemasaran yang menjadi
penuntun dalam melakukan berbagai aktivitas
agar konsisten bukan hanya dengan strategi
utamanya saja.
g) Penilaian dan Evaluasi Kinerja
Jika strategi yang akan/telah diimplementasikan
dinilai tesebut menunjukkan perubahan yang
tidak sesuai dengan rencana yang ada, hasil yang
dicapai, atau memang disebabkan asumsi yang

93
Manajemen Strategi – Evaluasi Strategi

tidak tepat dan oleh hal-hal lain yang sifatnya


tidak dapat dikontrol, maka rencana perlu
direvisi ulang dengan evaluasi kinerja.

B. Evaluasi Strategi
1. Pengertian Strategi Evaluasi
Strategi evaluasi adalah tahap proses
manajemen yang menjelaskan bahwa top
manajer berusaha memastikan apakah sudah
terlaksana dengan tepat dan mencapai tujuan
organisasi perihal strategi yang dipilih. Para
manajer sangat penting mengetahui bilamana
strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik,
maka dari itu strategi evaluasi bermakna
sebagai upaya untuk memperoleh informasi
ini (Yunanda, 2009).
Semua strategi dapat dimodifikasi di
masa depan karena faktor-faktor eksternal dan
internal selalu berubah. Evaluasi merupakan
kegiatan yang berkelanjutan pada
pengendalian strategi (Taufiqurokhman,
2016). Strategi evaluasi sebagai tingkat
terakhir dalam manajemen strategi (Novini,
2009). Evaluasi perlu diadakan dengan tujuan
untuk menghindari kesalahan perhitungan
pembiayaan, memilih strategi terbaik dari
berbagai alternatif strategis yang ada,
meningkatkan efisiensi iklan secara general,
dan melihat apakah tujuan sudah tercapai. Di

94
Manajemen Strategi – Evaluasi Strategi

sisi lain, organisasi kadang-kadang enggan


untuk mengadakan evaluasi karena biayanya
yang mahal, terdapat masalah dengan
penelitian, ketidaksetujuan akan apa yang
hendak dievaluasi, merasa telah mencapai
tujuan, dan banyak membuang waktu. Dalam
hal ini terdapat tiga hal pokok dalam evaluasi
(Novini, 2009), yaitu:
a. Memeriksa kembali faktor-faktor
internal dan eksternal yang
merupakan dasar dari strategi yang
berjalan.
b. Pengukuran kinerja
c. Mengambil langkah-langkah
perbaikan.
Evaluasi strategi diperlukan karena
keberhasilan saat ini tidak menjamin
keberhasilan jangka panjang. Pendapat ini
sejalan dengan pendapat Ridwan (2010)
bahwa ada tiga macam aktivitas mendasar
untuk mengevaluasi strategi menurut adalah
sebagai berikut:1. Meninjau faktor-faktor
eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi yang sekarang, 2. Mengukur
prestasi, 3. Mengambil tindakan korektif
aktivitas perumusan strategi, implementasi
dan evaluasi terjadi di tiga tingkat hirarki
dalam organisasi yang besar, korporasi,
divisi atau unit bisnis strategis, dan fungsional.

95
Manajemen Strategi – Evaluasi Strategi

C. Faktor-faktor dalam Evaluasi Strategi


Evaluasi Strategi dalam implementasinya
ditentukan oleh tahapan identifikasi lingkungan
(internal dan eksternal), perumusan strategi,
implementasi strategi, pemantauan dan evaluasi
strategi. Hal tersebut disusun dari sistem
lingkungan yang terdiri dari analisis lingkungan
internal (kekuatan dan kelemahan: sumber daya,
kapabilitas dan kompetensi inti) dan eksternal
(peluang dan ancaman) yang dikenal sebagai
SWOT ataupun pendekatan peran (policy, strategik
dan fungsi) untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi, baik secara luas maupun spesifik
(Suadi, 2021), seperti:
a. Kuantitas, mutu dan ketersediaan
b. Dominasi, integrasi dan keunikan
c. Posisi dan ketergantungan
Dalam proses evaluasi strategik diperlukan
pernyataan-pernyataan yang terkait dengan
penetapan visi (jati diri), misi (justifikasi/pembeda)
dan tujuan (target/standar) sebagai jawaban
terhadap pencanangan strategi yang telah disusun
menurut tingkatannya (korporat dan fungsional)
yang didasarkan pada muatan, konsistensi dan
keterpaduannya dari suatu kerangka kerja proses
pengambilan keputusan organisasi untuk jangka
panjang. Dalam hal ini, struktur organisasi dengan
berbagai bentuknya yang sederhana, fungsional,

96
Manajemen Strategi – Evaluasi Strategi

divisional, matriks strategik berperan penting dalam


pencapaian tujuan dari kebijakan yang dibuat.
Dengan Evaluasi strategik sebagai suatu kerangka
kerja (framework) untuk menyelesaikan setiap
masalah strategis di dalam organisasi terutama
berkaitan dengan persaingan, maka peran manajer
diajak untuk berpikir lebih kreatif atau berpikir
secara strategik. Pemecahan masalah dengan
menghasilkan dan mempertimbangkan lebih
banyak alternatif yang dibangun dari suatu analisa
yang lebih teliti akan lebih menjanjikan suatu hasil
yang memuaskan. Jika dilihat dari variabel
lingkungan, faktor evaluasi strategi tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti politik,
sosial, budaya, dan historis yang menimbulkan
perbedaan dalam pengertian, cara pandang, dan
definisi (Suadi, 2021).

D. Evalusi dengan Menggunakan Model CIPP


Model evaluasi yang paling banyak dikenal
dan diterapkan oleh evaluator adalah model CIPP
(context, input, process, dan product). Stufflebeam
(1969,1971,1981, Stufflebeam dan Shinkfield,
1985) adalah ahli yang mengusulkan pendekatan
yang berorientasi kepada pemegang keputusan (a
decision oriented evaluation approach structured)
untuk menolong administrator dalam membuat
keputusan. Ia merumuskan evaluasi sebagai suatu

97
Manajemen Strategi – Evaluasi Strategi

proses menggambarkan, memperoleh, dan


menyediakan informasi yang berguna untuk menilai
alternatif keputusan (Stufflebeam, 1973 dalam
Randy R.W, 2011).
Dalam keputusannya kemudian membagi
evaluasi menjadi empat macam, yaitu:
1. Evaluasi konteks (context) melayani
keputusan perencanaan, yaitu membantu
merencanakan pilihan keputusan,
menentukan kebutuhan yang akan dicapai dan
merumuskan tujuan program.
2. Evaluasi masukan (input) untuk keputusan
strukturisasi yaitu menolong mengatur
keputusan menentukan sumber-sumber yang
tersedia, alternatif-alternatif yang diambil,
rencana dan strategi untuk mencapai
kebutuhan, serta prosedur kerja untuk
mencapai tujuan yang dimaksud.
3. Evaluasi proses (process) melayani keputusan
implementasi, yaitu membantu keputusan
sampai sejauh mana program telah
dilaksanakan.
4. Evaluasi produk (product) untuk melayani
daur ulang keputusan. Keunggulan model
CIPP merupakan sistem kerja yang dinamis
(Affifuddin, 2008).

98
Manajemen Strategi – Evaluasi Strategi

DAFTAR PUSTAKA

Affifuddin. (2008). Teori Evaluasi Dengan Pendekatan


CIPP. Jakarta: Wordpres.
Arthur A. Thompson, Jr dan A. J. Strickland III. (2003).Strategic
Management Concepts and Cases. New York: McGraw-Hill
Companies
Fred R. David. (2010). Manajemen Strategi . Jakarta:
Salemba Empat.
Husein Umar. (2010) . Desain Penelitian Manajemen
Strategik. Jakarta: Rajawali Press.
Muh. Yunus. (2008). Islam dan Kewirausahaan Inovatif.
Malang: UIN Malang Press.
Randy R. Wrihatnolo. (2011). Strategi Evaluasi: Pilihan dan
Pendekatan. Institute for Development and Policy Study.
Stephen P. Robbins dan Mary Coulter. (2004). Manajemen.
Jakarta: Indeks.
Sukanto Reksohadiprodjo. (2003). Manajemen Strategi Edisi 4.
Yogyakarta: BPFE.
Suwarsono Muhammad. (2004). Manajemen Strategik
Konsep dan Kasus. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Suadi. (2021). Evaluasi dan Pengendalian Strategi
Organisasi. Jurnal Tarbawi, vol.09 No. 01. Hal. 1-118.
Taufiqurokhman. (2016). Mengenal Manajemen Strategik,
“Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Prof,” Dr. Moestopo Beragama.
Yunanda, Martha. (2009). Metode Inquiry dalam Pembelajaran.
Artikel Social-Science

99
Manajemen Strategi – Evaluasi Strategi

BIODATA PENULIS

Neng Gustini., lahir di Bandung, 20 April


1981. Menyelesaikan Pendidikan Dasar di SD
Bojongloa V1 tahun 1992, menyelesaikan
SMPN 33 Bandung tahun 1995, menyelesaikan
SMUN 17 Bandung tahun1998, memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada tahun 2003 di Program
studi Pendidikan Bahasa Arab UPI, selanjutnya memperoleh
gelar magister pada tahun 2008 di Program studi Bimbingan dan
Konseling Sekolah Pascasarjana UPI dan memperoleh gelar
magister kedua pada tahun 2010 di Program Studi Pendidikan
Bahasa Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Juga,
menyelesaikan program Doktor (S-3) pada program studi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI Bandung). Aktif menulis karya
ilmiah berupa artikel jurnal dengan tema Manajemen Pendidikan
Islam dan bimbingan dan konseling dan sebagai dosen di Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN sunan Gunung Djati Bandung.
Email : neng.gustini@uinsgd.ac.id, No.HP/WA : 081320322383

100
Isu-Isu Global Manajemen Mutu Pendidikan Islam

BAB 8
ISU-ISU GLOBAL MANAJEMEN MUTU
PENDIDIKAN ISLAM
Dr. H. Nifasri, M.Pd
kavddn@yahoo.co.id

A. Pendahuluan
Setiap lembaga formal maupun non formal, tentu
memiliki harapan agar lembaga tersebut menjadi.suatu
lembaga yang bermutu tinggi. Dalam hal ini tidak
terkecuali lembaga pendidikan Islam. Dalam mencapai
sebuah lembaga yang bermutu, tidak dapat dilepaskan
dari unsur pengelolaan, karena pengelolaan yang
baik menjadi prasyarat untuk mencapai.suatulembaga
yang berkualitas.
Manajemen yang baik pada suatu lembaga adalah
manajemen yang mampu mengantarkan sebuah
lembaga.kearah kemajuan dan dapat mencapai kepada
tujuan.yang telah diitetapkan oleh lembaga, tentunya hal
itu.akan terlihat setelah kegiatan sebuah lembaga
dijalankan.
Menurut Suwatno dan Priansa (2016), jika kita
mengacu kepada dimensi manajemen mutu terpadu, maka
sebuah manajemen harus memenuhi beberapa unsur
yaitu: Pertama, fokus pada kepuasan konsumen

101
Isu-Isu Global Manajemen Mutu Pendidikan Islam

Kedua, obsesi terhadap mutu. Ketiga, pendekatan


ilmiah. Keempat, komitmen jangka panjang. Kelima,
Kerjasama tim. Keenam, perbaikan sistem secara terus
menerus. Ketujuh, Pendidikan dan pelatihan. Kedelapan,
kebebasan yang terkendali. Kesembilan, kesatuan tujuan.
Kesepuluh, melibatkan (dalam pengambilan keputusan)
dan memberdayakan semua SDM organisasi.
Menurut Bungsu dkk (2021), Jika manajemen ini
diarahkan kepada manajemen organisasi dalam Islam
artinya kita dihadapkan kepada salah satupoin-poin yang
menjadi sentral dalam Islam yaitu unsur spritualitas.
Ketika kita memperbincangkan sprituality management
setidaknya terdapat tiga jenis kontribusi yang bisa
disumbangkan bagi kemajuan praktik bisnis dan
manajemen. Pertama, dimensi spritualitas memberikan
pondasi yang kuat untuk membangunintegritas moral
yang kokoh bagi seluruh penyelenggara pendidikan
seperti sikap kejujuran, kesederhanaan, dan etika
kebenaran. Kedua, berkaitan dengan etos kerja yang
berorientasi pada kemajuan dan keunggulan kinerja
(excellent performance).
Dimensi spritualitas semestinya mampu dijadikan
sebagai driving force yang kuat untuk menancapkan
motivasi dan etos kerja yang selalu mengacu kepada
prestasi terbaik.
B. Globalisasi Pendidikan
Globalisasi merujuk pada seluruh aspek kehidupan
manusia, bukan hanya pada satu aspek saja. Aspek tersebut
saling berhubungan satu sama lain dan tidak mengenal batas-

102
Isu-Isu Global Manajemen Mutu Pendidikan Islam

batas geografis negara, ataupun ikatan primordial seperti


suku, ras dan agama. Dengan demikian pengertian globalisasi
seperti itu maka globalisasi pendidikan dapat dirumuskan
sebagai praktek penyelenggaraan pendidikan, pengajaran dan
pelatihan yang tidak mengenal batas geografis negara.
Dengan wawasan seperti ini maka lembaga pendidikan asing
dapat mendirikan institusi dan menyelenggarakan berbagai
kegiatan dan program pendidikan di negara-negara lain, dan
begitu pula sebaliknya.
A. Scholte dalam Zubaedi (2012) mendefinisikan
globalisasi sebagai internasionalisasi. Globalisasi dipandang
hanya untuk menggambarkan hubungan lintas-perbatasan
antara negara-negara.
Menurut Hirst & Thompson dalam Masturi dan
Rahman (2014), globalisasi menggambarkan pertumbuhan
dalam pertukaran internasional dan saling ketergantungan.
Internasionalisasi pada segi sosial budaya mempunyai
dampak terhadap terbentuknya global society, dimana
masyarakat dunia sudah menjadi satu masyarakat global.
Semangat kebersamaan kini tidak hanya hadir pada lingkup
nasional namun berkembang secara global dengan ikatan
yang lebih universal. Sebenarnya dalam dunia global ada
saling pengaruh budaya dari Barat ke Timur atau sebaliknya
dari Timur ke Barat. Namun budaya global ini akan dikuasai
oleh negara pencipta teknologi informasi. Kemajuan sains
dan teknologi berada pada pihak Barat sehingga negara-
negara yang lemah pada bidang teknologi informasi akan
cenderung terpengaruh oleh budaya Barat. Salah satu
contohnya adalah pada seni musik. Lagu-lagu barat seolah

103
Isu-Isu Global Manajemen Mutu Pendidikan Islam

menjadi kiblat dan patokan bagi seluruh industri musik di


dunia. Hal ini membuat budaya barat akan lebih mudah go
internasional, memberikan pengaruh terhadap budaya lain di
seluruh dunia pada sektor ini. Faktor inilah yang membuat
sebagian orang rancu antara globalisasi dengan westernisasi,
pada hal westernisasi hanyalah salah satu bentuk
internasionalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan
budaya dari barat karena adanya dukungan dari kemajuan
teknologi informasi.
Internasionalisasi pada sektor pendidikan merupakan
satu hal yang tidak dapat dihindari. Dewasa ini pendidikan
merupakan tolak ukur amat penting oleh masyarakat dunia
untuk melihat maju tidaknya sebuah bangsa. Negara-negara
maju sibuk membangun sebuah sistem pendidikan yang
mendukung dan dianggap bisa mencakup sebuah sistem yang
tidak hanya bisa diakses oleh masyarakatnya akan tetapi
bangsa lain juga bisa menimba ilmu dari Negara tersebut.
Inovasi sistem pendidikan dimaksudkan untuk mencapai
target agar negara tersebut bisa dilirik atau bahkan menjadi
contoh dan panduan untuk negara lain bahwa negara tersebut
memiliki sistem pendidikan yang mumpuni dan mampu
memenuhi kuota internasional. Kecenderungan dalam dunia
pendidikan semacam ini dapat dianggap sebagai konsep
globalisasi pendidikan.
Internasionalisasi pendidikan sering disepadankan
dengan globalisasi pendidikan walau maknanya berbeda.
Internasionalisasi pendidikan mengandung arti bahwa
penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dengan menembus
batas negara melalui jaringan kerjasama, pembukaan cabang

104
Isu-Isu Global Manajemen Mutu Pendidikan Islam

lembaga pendidikan oleh sebuah negara di negara-negara lain


(di luar negeri) atau pembukaan akses peserta didik domestik
ke lembaga pendidikan internasional. Proses
internasionalisasi pendidikan seperti ini tercipta karena dipicu
oleh arus globalisasi dan karena kepentingan politik.
Sedangkan globalisasi pendidikan merupakan sebuah
proses yang mengandung arti bahwa penyelenggaraan
pendidikan dilaksanakan dengan menembus batas negara
melalui jaringan kerjasama, pembukaan cabang lembaga
pendidikan oleh sebuah negara di negara-negara lain karena
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Proses
hubungan dan interaksi yang terjadi dalam konteks
globalisasi jauh lebih kompleks karena melibatkan banyak
kekuatan di dalamnya yaitu antar negara, pasar global dan
individu atau kelompok, sedangkan internasionalisasi
pendidikan hanya dalam bentuk hubungan antar negara
(government to government).
Kemajuan IPTEK yang disertai dengan semakin
kencangnya arus globalisasi dunia yang membawa dampak
bagi dunia pendidikan. Menurut Thompson (2000), kekuatan
globalisasi pada umumnya bertumpu pada 4 kekuatan global,
yaitu:
1. Kemajuan IPTEK terutama dalam bidang informasi dan
inovasi-inovasi baru di dalam teknologi yang
mempermudah kehidupan manusia.
2. Perdagangan bebas yang ditunjang oleh kemajuan IPTEK.
3. Kerjasama regional dan internasional yang telah
menyatukan kehidupan bersama dari bangsa-bangsa tanpa
mengenal batas negara.

105
Isu-Isu Global Manajemen Mutu Pendidikan Islam

4. Meningkatnya kesadaran terhadap hak-hak asasi manusia


serta kewajiban manusia di dalam kehidupan bersama, dan
sejalan dengan itu semakin meningkatnya kesadaran
bersama dalam alam demokrasi.
Internasionalisasi pendidikan sangat penting dilakukan,
hal ini untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja
berkualitas yang semakin ketat. Inilah yang dimaksud dengan
globalisasi pendidikan. Adapun dampak positif dari globalisasi
pendidikan sebagai berikut :
1. Semakin mudahnya akses informasi.
2. Globalisasi dalam pendidikan akan menciptakan manusia
yang professional dan berstandar Internasional dalam
bidang pendidikan.
3. Globalisasi akan membawa dunia pendidikan Indonesia
bisa bersaing dengan negara-negara lain.
4. Globalisasi akan menciptakan tenaga kerja yang
berkualitas dan mampu bersaing.
5. Adanya perubahan struktur dan sistem pendidikan yang
memiliki tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan
karena perkembangan ilmu pengetahuan dalam
pendidikan akan sangat pesat.
Selain memiliki dampak positif, globalisasi pendidikan
juga memiliki dampak negatif yaitu:
1. Dunia pendidikan Indonesia bisa dikuasai oleh para
pemilik modal.
2. Dunia pendidikan akan sangat tergantung pada
teknologi, yang berdampak munculnya “tradisi serba
instant”.

106
Isu-Isu Global Manajemen Mutu Pendidikan Islam

3. Globalisasi akan melahirkan golongan-golongan di


dalam dunia pendidikan.
4. Semakin terkikisnya kebudayaan akibat masuknya
budaya dari luar.
5. Globalisasi mengakibatkan melonggarnya kekuatan
kontrol pendidikan oleh negara.

C. Isu-Isu Global dalam Manajemen Mutu Pendidikan


Islam
Perkembangan globalisasipun telah menuntut
pihak lembaga pendidikan islam lebih sibuk dari era
sebelumnya. Demikian karena pihak sekolah/madrasah
sendiri sudah mulai melakukan globalisasi dalam sistem
pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah-
sekolah yang dikenal dengan bilingual school, dengan
diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan
bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain
itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar
hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang
membuka program kelas internasional.
Globalisasi pendidikan dilakukan untuk
menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas
yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan
diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar
dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan
bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN,
mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus
menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi
“budak” di negeri sendiri.

107
Isu-Isu Global Manajemen Mutu Pendidikan Islam

Pendidikan model ini juga membuat siswa


memperoleh keterampilan teknis yang komplit dan detail,
mulai dari bahasa asing, komputer, internet sampai tata
pergaulan dengan orang asing dan lain-lain. Sisi positif
lain dari liberalisasi pendidikan yaitu adanya kompetisi.
Lembaga-lembaga islam saling berkompetisi
meningkatkan kualitas pendidikannya untuk mencari
peserta didik.
Dalam menghadapi globalisasi tanpa adanya
persiapan yang kuat maka globalisasi akan menjadi
sesuatu yang menakutkan dan akan berubah menjadi
sesuatu yang negatif. Cara untuk mempersiapkan diri
dalam menghadapi globalisasi ini adalah dengan cara
meningkatkan kesadaran dan memperluas wawasan. Cara
untuk meningkatkan dan memperluas wawasan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, dan cara yang paling
efektif adalah melalui pendidikan.
Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu
bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab
kualitas pendidikan sangat penting artinya, karena hanya
manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di
masa depan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
peningkatan kualitas pendidikan tersebut adalah dengan
pengelolaan pendidikan dengan wawasan global.
Meningkatkan dan memperluas wawasan global
merupakan unsur penting untuk memahami masalah
global. Agar dapat meningkatkan wawasan global, maka
pendidikan memegang peranan penting. Maka pendidikan
harus mampu mengembangkan 4 hal berikut :

108
Isu-Isu Global Manajemen Mutu Pendidikan Islam

1. Kemampuan mengantisipasi (anticipate), artinya


pendidikan berusaha menyiapkan anak didik untuk
dapat mengantisipasi perkembangan IPTEK yang
begitu cepat.
2. Mengerti dan mengatasi situasi (cope), artinya
dapat mengembangkan kemampuan dan sikap
peserta didik untuk menangani dan berhadapan
dengan situasi baru. Rasa kepedulian terhadap
suatu masalah serta keinginan untuk mengatasi
masalah merupakan faktor yang harus
dikembangkan pada diri anak.
3. Mengakomodasi (accommodate), artinya dapat
mengakomodasi perkembanagn IPTEK yang pesat
dan segala perubahan yang ditimbulkannya. Dalam
mengatasi (cope) dan mengakomodasi
(accommodate) perlu dikembangkan sikap bahwa
anak didik tidak larut oleh perubahan, tetapi ia
harus mampu mengikuti dan mengendalikan
perubahan agar tumbuh menjadi suatu yang positif
dan bermanfaat bagi kehidupan.
4. Mereorientasi (reorient), artinya persepsi dan
wawasan tentang dunia perlu diorientasikan
kembali karena perkembangan IPTEK dan
perubahan sosial yang cepat sehingga memperoleh
wawasan yang semakin luas.
Dengan demikian, menjadi penting memiliki
wawasan perspektif global dan memahami isu-isu
global yang berkembang dalam pengelolaan

109
Isu-Isu Global Manajemen Mutu Pendidikan Islam

pendidikan islam sebagai langkah upaya dalam


peningkatan mutu pendidikan nasional.

110
Isu-Isu Global Manajemen Mutu Pendidikan Islam

DAFTAR PUSTAKA

Bungsu, Rajo, Mukhtar Latif dan Kasful Anwar. (2021). Isu


Global Manajemen Kualitas Total Dalam Pendidikan Islam
studi pada Lembaga Pendidikan “IIBS” Malang Jawa
Timur. Jurnal Inovasi Pendidikan, Vol.1 No.10 Maret 2021.
Mohamad Masturi dan M. Taufiq Rahman. (2014). Manajemen
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Paul Hirst dan Graham Thompson. (2000). Globalization in
Question. Malden USA : Blackwell Publishers.
Suwanto and D. J. Priansa. (2016). Manajemen SDM dalam
Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Wayong. (2017). Menuju Era Globalisasi Pendidikan (Tantangan
dan Harapan bagi Perguruan Tinggi di Tananh Air). Jurnal
Inspriratif Pendidikan,Volume VI Nomor 2 Juli – Desember
2017.
Zubaedi. (2012). Isu-isu Baru dalam Diskursus Filsafat
Pendidikan Islam dan Kapita Selekta Pendidikan Islam. Cet
1: Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

111
Isu-Isu Global Manajemen Mutu Pendidikan Islam

BIODATA PENULIS

Nifasri, lahir di Mahat, Limapuluh Kota, 09-04-


1962. Menyelesaikan pendidikan S3 Tahun 2009 di
Program Pascasarjana (S3) Manajemen Pendidikan
Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Sebelum
menjadi Dosen, Penulis memiliki pengalaman
menjadi Kepala Seksi Tenaga Edukatif Subdit
Pembinaan IAIN Direktorat, Pembinaan Perguruan Tinggi
Agama Islam Tahun 1999-2000, Kepala Seksi Tenaga Edukatif
Subdit Pembinaan PTAIS Direktorat Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama Islam Tahun 2000-2002, Kepala Seksi Pembinaan
Kelembagaan dan Akreditasi pada Subdit Akademik dan
Kelembagaan Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun
2002-2006, Kepala Seksi Akademik Subdit Akademik Direktorat
Pendidikan Tinggi Islam Tahun 2006-2008, Kepala Seksi
Ketenagaan MTS Subdit Ketenagaan Pendidikan Direktorat
Madrasah Tahun 2008-2010, Kepala Seksi Kepala Madrasah
Subdit Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Pendidikan
Madrasah Tahun 2010-2011, Kepala Subdit PAI SMP Direktorat
PAI Tahun 2011-2015, Kepala Subdit PAI SMP/SMPLB
Direktorat PAI Tahun 2011-2017, Kepala Pusat Kerja sama dan
Standardisasi Halal BPJPH 2017-2019, Kepala Pusat Kerukunan
Umat Beragama Setjen Kemenag 2019-2021, Kepala Pusat
Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu Kemenag 2021-2022.Saat
ini menjadi Dosen Manajemen Pendidikan Islam pada Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Beberapa karya ilmiah yang sudah di terbitkan Pengaruh
Akreditasi Perguruan Tinggi Terhadap Peningkatan Mutu
Penyelenggaraan Program Studi dan Mutu Lulusan (Studi Kasus
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam

112
Isu-Isu Global Manajemen Mutu Pendidikan Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009), Usaha Pengembangan


Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah Tsanawiyah Al-Falah
Kebayoran Lama Jakarta Selatan 1993, Studi Korelasional antara
Komitmen Terhadap Tugas dan Motivasi Berprestasi Dosen
dengan Kinerja Dosen pada Institut Agama Islam Al Aqidah
Jakarta 2002, Pengaruh Akreditasi Perguruan Tinggi Terhadap
Peningkatan Mutu Penyelenggaraan Program Studi dan Mutu
Lulusan (Studi Kasus pada Program Studi Pendidikan Agama
Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009).
Beberapa Jurnal ilmiah yang telah diterbitkan yaitu : (1)
Peningkatan Kreatifitas Guru dalam Pembelajaran, Jurnal Al
Azhary Vol 5 (April-Juni) Tahun 2019, ISSN 2337, (2) Menuju
Madrasah Sebagai Pusat Keunggulan Pendidikan, Jurnal Al
Azhary Vol 5 No. 02 (Oktober-Desember) Tahun 2019, ISSN
2337-9537.
Beberapa buku yang telah diterbitkan yaitu: (1) Moderasi
Beragama: apa, mengapa, dan bagaimana. Pusat Kerukunan Umat
Beragama Kemenag RI, ISBN 978-602-61021-7-1,
2021, (2) 20 Tahun Pusat Kerukunan Umat Beragama: Kiprah
dalam Penguatan Kerukunan dan Moderasi Beragamadi
Indonesia. ISBN 978-602-61021-6-4, 2021, (3) Manfaat
Akreditasi Bagi Peningkatan Mutu Program Studi dan Lulusan
Perguruan Tinggi (Buku), Rumah Pustaka, 2023
Email : kavddn@yahoo.co.id, No Hp/WA : 082123231962

113
Kepemimpinan Pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam

BAB 9
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DI LEMBAGA
PENDIDIKAN ISLAM

Dr. Hj. Witrin Noorjutstiatini, S.Sos., M.Pd


witrin8@gmail.com

A. Kepemimpinan Pendidikan di Lembaga Pendidikan


Islam
Kepemimpinan pendidikan di lembaga pendidikan islam
Menurut Romzi (2023) dapat dirasionalisasi dan
diinternalisasikan dalam konteks ke-Islaman.

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu


Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah

114
Kepemimpinan Pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam

menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.


(QS. Al-Imran: 159)

“Dan Kami hendak memberi karunia kepada


orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak
menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka
orang-orang yang mewarisi (bumi)”. (QS. Al Qashash: 5)
1. Memerankan Perilaku yang Tinggi dan Visioner
Pemimpin transformatif dalam Islam wajib
memiliki perilaku yang menghasilkan standar perilaku
yang tinggi, memberikan wawasan dan kesadaran akan
visi, menunjukkan keyakinan, menimbulkan rasa hormat,
bangga dan percaya, menumbuhkan komitmen dan unjuk
kerja melebihi ekspektasi, dan menegakkan perilaku moral
yang etis.

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan


berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran". (QS. An-Nahl: 90)

115
Kepemimpinan Pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam

Rasulullah SAW. adalah sosok yang patut


diteladani dalam memerankan standar perilaku yang tinggi
dalam kepemimpinan, Allah SWT. berfirman;

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri


teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21)
Kepemimpinan masa depan dalam Islam adalah
kepemimpinan yang memiliki vision (visi) yang jelas, baik
dalam arti sebenarnya maupun dalam arti singkatan.
Vision berarti mimpi mengenai masa depannya yang
menantang untuk diwujudkan. Di antara ayat al-Qur'an
yang terkait kategori visioner ini adalah firman Allah
SWT. berikut:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada


Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang
telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Hasyr: 18).

116
Kepemimpinan Pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam

2. Motivasi Inspirasional (Inspirational Motivation)


Motivasi inspirasional seorang pemimpin ialah
sikap yang senantiasa menumbuhkan tantangan, mampu
mencapai ekspektasi yang tinggi, mampu membangkitkan
antusiasme dan motivasi orang lain, serta mendorong
intuisi dan kebaikan pada diri orang lain.
Motivasi memiliki peran penting bagi
produktivitas kerja. Al-Qur'an menceritakan bahwa
Fir'aun menjanjikan pada tukang sihir akan memberi upah
dan kedudukan tinggi seandainya mereka menang
menghadapi Musa as.

"Maka tatkala Ahli-ahli sihir datang, merekapun bertanya


kepada Fir'aun: "Apakah Kami sungguh-sungguh
mendapat upah yang besar jika Kami adalah orang-orang
yang menang?" Fir'aun menjawab: "Ya, kalau demikian,
Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi
orang yang didekatkan (kepadaku)". (QS. Al-Syu'ara: 41-
42)
Akan tetapi ketika para tukang sihir itu
menemukan kebenaran sejati, maka motivasi materi yang
dijanjikan Fir'aun menjadi tidak berarti. Karena ternyata
yang dibutuhkan manusia bukan semata materi, tapi ada
nilai yang juga menjadi kebutuhan dasar manusia yang
seringkali mengalahkan kebutuhan materinya.

117
Kepemimpinan Pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam

Motivasi pemimpin yang senantiasa


menumbuhkan tantangan, mampu mencapai ekspektasi
yang tinggi, mampu membangkitkan antusiasme dan
motivasi orang lain, serta mendorong intuisi dan kebaikan
pada diri orang lain, adalah wujud masa depan dan
transmisi (pemindahan dan penyaluran serta pengoperan)
budaya kepada bawahan/karyawan yang akan
menggantikannya di kemudian hari.

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah Keadaan sesuatu


kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri (QS. Ar-Ra'd: 11)

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh


selain apa yang telah diusahakannya," (QS. An-Najm: 39)
Pemimpin masa depan dalam menginspirasi dan
memotivasi yang dipimpin dapat melakukan hal-hal
sebagaimana gambar 2 berikut ini.

Dalam kepemimpinan masa depan, tauladan menjadi


strategi pertama untuk menginspirasi dan memotivasi yang
dipimpin. Strategi kedua adalah hikmah yang di dalamnya
berupa memberikan makna pada pekerjaan, menampilkan
visi menarik, membandingkan kinerja, dan memberikan
solusi. Strategi ketiga adalah mauidhoh yang didalamnya
berupa mengkampanyekan action, mengajak pada
perubahan dan perbaikan, serta komunikasi meyakinkan

118
Kepemimpinan Pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam

3. Memiliki Kepedulian kepada Anggota (Harisun Alaihi)


Pemimpin masa depan dalam Islam senantiasa
berperilaku yang selalu mendengarkan dengan penuh
kepedulian dan memberikan perhatian khusus, dukungan,
semangat, dan usaha pada kebutuhan prestasi dan
pertumbuhan anggotanya. Termasuk wujud uswah yang
diteladankan Rasul SAW. dalam konsiderasi individual ini
adalah Beliau senantiasa mau mendengarkan orang-orang
yang dilayani, tetapi tidak terpenjara oleh opini publik.
Nabi Muhammad SAW. sangat mengutamakan
musyawarah dalam pengambilan keputusan, termasuk
dalam perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Rasul SAW.
juga memiliki kepedulian dan memberikan perhatian
khusus, dukungan, semangat, dan usaha untuk keluar dari
ketidaktahuan dalam menjalankan aktifitas sosial-individu
(kerja).
Suatu contoh konsiderasi individual dapat
ditemukan pada pribadi agung, Nabi Muhammad SAW.
tatkala beliau memerintahkan sesuatu pekerjaan, beliau
menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi
umatnya. Rasulullah adalah al-Qur'an yang hidup (the
living Qur'an). Artinya, pada diri Rasulullah tercermin
semua ajaran al-Qur'an dalam bentuk nyata. Beliau adalah
pelaksana pertama semua perintah Allah dan
meninggalkan semua larangan-Nya. Oleh karena itu, para
sahabat dimudahkan dalam mengamalkan ajaran Islam
yaitu dengan meniru perilaku Rasulullah SAW.

119
Kepemimpinan Pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam

4. Stimulasi Intelektual (Fathonah)


Pemimpin Islam tranformatif hendaklah cerdas,
mampu meningkatkan pemahaman dan merangsang
timbulnya cara pandang baru dalam melihat permasalahan,
berpikir, dan berimajinasi, serta dalam menetapkan nilai-
nilai kepercayaan.

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk


manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah
dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali Imran: 110)
5. Memiliki Integritas (as-Shidqu/Integrity)
Pemimpin masa depan menurut Islam yaitu mereka
yang mampu menyelaraskan antara perbuatan dengan
perkataannya. Dimensi ini mengukur sejauh mana para
pengikutnya mempersepsikan derajat kesesuaian antara
perkataan pemimpin dan yang dipersepsikan dengan
perbuatannya. Islam sangat menekankan kesesuaian antara
perkataan dan perbuatan. Allah amat besar kebenciannya
kepada orang yang ambigu antara perkataan dan
perbuatannya, firman Allah SWT.

120
Kepemimpinan Pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam

"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu


mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat
besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS. As-Shaff: 2-3)
Nabi Muhammad SAW dikenal memiliki integritas yang
tinggi, berkomitmen terhadap apa yang dikatakan dan
diputuskannya, dan mampu membangun tim yang tangguh
seperti terbukti dalam ekspedisi militer.
Beliau tidak hanya mengajar, mendidik, tetapi juga
menunjukkan jalan38. Rasul mendidik, pertama dengan
menggunakan rumah Al-Arqam ibn Abi Al-Arqam, kedua
dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar
baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerah-
daerah yang baru masuk Islam. Semua ini adalah bukti
pendidikan rasul dalam rangka pembentukan manusia
muslim dan masyarakat Islam.
6. Senantiasa Berinovasi (Inovation)
Dimensi ini fokus pada sejauh mana pemimpin
dapat menumbuhkan komitmen inovasi dalam organisasi.
Pemimpin masa depan mempunyai keinginan inovasi yang
kuat untuk menjadikan lembaga/organisasi sebagai wadah
perjuangan untuk mewujudkan ide-ide agung, ia selalu
mengaitkan lembaga/organisasi dengan keakhiratan.
Pemimpin masa depan tidak hanya mampu
memenuhi kebutuhan material semisal fasilitas dan
tunjangan, tetapi juga pengakuan dan penghormatan.
Misalnya memberikan perlakuan yang terhormat terhadap
seluruh anggota organisasi tanpa membedakan antara
pimpinan dan staf bisa. Contoh lainnya adalah tidak

121
Kepemimpinan Pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam

melakukan pemberhentian kepada sesepuh organisasi,


meskipun etos kerja mereka tidak maksimal.
8. Mengidentifikasi Dirinya Sebagai Alat Perubahan
(al-Muqhoyyiru)
Dalam kepemimpinan masa depan, seorang
pemimpin harus mampu melakukan perubahan.
Maksudnya adalah dari yang negatif menuju yang positif,
atau dari yang positif menuju ke yang lebih positif. Firman
Allah SWT.
10. Kepercayaan terhadap apa yang Diperjuangkan
(Tsiqah)
Tsiqah adalah tenteramnya seseorang pada suatu
pikiran, organisasi, orang, atau pimpinan. Ketenteraman
ini kemudian berbuah penerimaan pada pikiran,
organisasi, seseorang, atau pimpinan. Tidak mungkin
seorang pemimpin transformatif akan terdorong untuk
bekerja dan aktif memperjuangkan dan membela suatu
gagasan dan pemikiran, sementara dalam hatinya tidak
ada keyakinan dan kepercayaan terhadap apa yang ia
perjuangkan. Diperlukan upaya untuk meyakinkan bahwa
ide dan gagasan itu adalah benar, dengan demikian layak
untuk diperjuangkan.
11. Mempercayai Orang Lain.
Al-Qur'an mengajarkan bahwa menanamkan
keyakinan itu penting. Keyakinan bahwa visi, misi,
gagasan, konsep yang dianut oleh organisasi itu adalah
benar dan mampu mengantarkan semua anggota untuk
meraih cita-cita dan menciptakan kemaslahatan bersama.
Pemimpin transformatif seyogyanya memiliki

122
Kepemimpinan Pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam

kepercayaan kepada anggotanya. Yakni kepercayaan


bahwa orang-orang yang bersamanya lebih baik dari
lainnya yang tidak bersamanya. Adalah Khalid bin Walid
kepada panglima Rum mengatakan bahwa kehadirannya
disertai oleh balatentara yang sangat ingin gugur dalam
jihad, sebagaimana orang-orang Rum sangat ingin
bertahan hidup.
Mempercayai orang lain (bawahan) adalah hal
yang tidak mudah. Namun, mempercayai orang lain harus
dilakukan oleh seorang pemimpin, mengingat tugas
seorang pemimpin adalah menggerakkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisai. Tentu saja, kepercayaan itu
harus diberikan kepada orang yang amanah artinya benar-
benar bisa dipercaya. Mengingat, jika satu urusan
diserahkan kepada orang yang amanah, niscaya urusan itu
akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
12. Mereka Motor Penggerak Nilai (al-Muharriku 'ala al-
Khoir)
Pemimpin adalah sosok motor penggerak nilai
(value), yakni nilai-nilai kehidupan kemanuisaan seperti:
ikhlas (QS. Al-A'raf: 29), jujur (QS. Al-Ahzab:24; QS. Al-
Zumr:33; QS. At-Taubah: 119; QS. Muhammad: 21),
amanah (QS. An-Nisa': 58), adil (QS. ar- Rahman:7-90;
QS. Al-Maidah: 8), dan tanggung jawab (QS. Al-Baqarah:
286).
Nabi SAW. adalah Rasul motor penggerak nilai yang patut
diteladani dalam setiap qauliyah, fi'liyah, dan taqririyah-
nya.

123
Kepemimpinan Pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam

13. Toleransi (at-Tasammuh)


Pemimpin transformatif menghargai perbedaan
serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup
yang tidak sama, namun bukan berarti mengakui dan
membenarkan keyakinan yang berbeda dalam
meneguhkan apa yang diyakini.
14. Moderat (at-Tawassuth)
Pemimpin transformatif mampu bersikap tengah-
tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim
kanan. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT. berikut:
"dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat
Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi
saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan
Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya
nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa
Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kepada manusia. (QS. Al-Baqarah: 143)
15. Pembelajar Sepanjang Masa (al-Muta'allim fi
Kulli Hayatihi)
Pemimpin transformatif senantiasa belajar
sepanjang hayatnya. Ia menyadari bahwa tugas
kepemimpinan adalah amanah yang harus
dipertanggungjawabkan. Tidak hanya kepada yang
dipimpin, melainkan juga kepada Allah SWT. Dengan

124
Kepemimpinan Pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam

belajar sepanjang hayat, ia akan memiliki kebaharuan ilmu


dan pengalaman kepemimpinan yang diembannya. Islam
menekankan arti pentingnya "ghirrah li-thalabil ilmi"
kepada semua umatnya. Bahkan Rasul SAW menekankan
arti pentingnya belajar sepanjang hayat (long live
education) dengan sabdanya:
"Tuntutlah ilmu itu sejak dari ayunan sampai ke liang lahat
(mulai dari kecil sampai mati)". (HR. Ibn. Abd. Bar).
Dalam hadits yang lain Rasul SAW. juga bersabda:
"Telah bersabda Rasulullah SAW:"Jadilah engkau orang
yang berilmu (pandai) atau orang yang belajar, atau orang
yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan
janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu
akan celaka (H.R Baehaqi)
"Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka
dengan ilmu. Barangsipa yang menghendaki kebaikan di
akhirat maka dengan ilmu. Barangsiapa yang
menghendaki keduanya maka dengan ilmu" (HR. Bukhari
dan Muslim).

125
Kepemimpinan Pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam

DAFTAR PUSTAKA

Aji, Sigit Baskoro. (2020) . Kepemimpinan Transformasional


Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme
Guru di SMP Islam Thoriqul Huda Cekok Babadan
Ponorogo., Tesis. IAIN Ponorogo
Asyari, Saiful. (2020). Kepemimpinan Transformatif Kepala
Madrasah, Yogyakarta; Pustaka Ilmu, Desember.
Darmaningtyas. 1999., Pendidikan Pada dan Setelah Krisis:
Evaluasi Pendidikan di Masa Krisis, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hasanah, Nur. (2015). Dampak Kompetensi Profesional Guru
Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah di Kota Salatiga, (Inferensi, Jurnal Penelitian
Sosial Keagamaan, Vol. 9, No. 2, Desember.
Herawati, Risda. (2014). Upaya Peningkatan Motivasi Kerja Guru
Sekolah Dasar, Jurusan Administrasi Pendidikan FIP
UNP, Volume 2 Nomor 1, Juni.
Husaini, Rusdiana. (2018). Pembinaan Profesionalisme Guru,
Jurnal Tarbiyah Islamiyah Volume 8 no 2. Juli –
Desember.
Junaidi, Achmad. (2015). Kepemimpinan Transformasional
Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Prestasi Siswa di
SMA Negeri 2 Palangka Raya Kalimantan Tengah, Tesis.
IAIN Palangka Raya, 2015.
Romzi, Moh. (2023). Kepemimpinan Transformatif Dalam
Mengembangkan Profesionalisme Guru Di Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) 2 Pamekasan. Malang : Program Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

126
Kepemimpinan Pendidikan di Lembaga Pendidikan Islam

BIODATA PENULIS

Witrin Noorjutstiatini., dilahirkan di Ciamis, 13


April 1983. Pada tahun 1995 lulus SD di SD
Ciomas 1, tahun 1998 lulus SMP di MTs Serba
Bakti Suryalaya, dan tahun 2001 lulus SMA di MA
Sirnarasa. Menempuh pendidikan S1 di IAIN
Sunan Gunung Djati Bandung, S2 di Universitas
Galuh Ciamis, dan S3 program Doktor Ilmu Pendidikan di
Universitas Islam Nusantara Bandung.
Pengalaman di dunia pendidikan dimulai dari tahun 2005
s/d 2016 mengajar di Madrasah Aliyah Swasta Sirnarasa Ciamis,
tahun 2016 s/d sekarang menjadi Dosen Tetap di STID Sirnarasa
dan menjabat menjadi Wakil Ketua II STID Sirnarasa serta
Pengasuh Santri Pondok Pesantren Sirnarasa.
Karya ilmiah yang sudah terbit yaitu dengan judul (1)
Bimbingan Pra Nikah Dalam Pembentukan Keluarga Sakinah.
(2020). Dalam Jurnal IKTISYAF Volume 2, Nomor 1, 2020
halaman 13-23 Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Sirrnarasa.
(2) Manajemen Pendidikan Berbasis Tarekat Dalam Upaya
Meningkatkan Karakter Santri. (2022). Bandung : Media Sains
Indonesia. (3) Tariqa-Based Education Management to Improve
The Character of Students (Case Study at Pesantren Al Jauhari
Garut and Pesantren At-Tadzkir Majalengka), Vol. 2 No. 4
(2022): International Journal of Social Service and Research
(IJSSR). (4) Buku yang berjudul “Manajemen Pendidikan
Berbasis Tarekat Dalam Meningkatkan Karakter Santri.”
Email: witrin8@gmail.com, No.HP/WA: 081394494493.

127
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

BAB 10
IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU
DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Dr. H. Asep Encu, M.M.Pd
asepencu1963@gmail.com

Lembaga Pendidikan Islam adalah tempat berlangsungnya


proses pendidikan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki peserta didik, mulai dari tahapan kognisi, yakni
pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran Islam, kemudian
dilanjutkan pada tahapan afeksi, yakni terjadinya proses
internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri peserta didik,
dalam arti menghayati dan meyakininya. Melalui tahapan kognisi
dan afeksi tersebut diharapkan peserta didik memiliki motivasi
yang kuat untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahap
psikomotorik) secara kaffah.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, tidak ada pilihan lain
bagi Lembaga Pendidikan Islam kecuali dengan menerapkan
“Manajemen Mutu Terpadu”. Menurut Sallis (dalam Sudrajat,
2005) TQM is a philosophy of continuous improvement, which can
provide any educational institution with a set of practical tools for
meeting and exceeding present and future customer needs, wants
and expectations. Sementara Usman (2008) mengartikan
manajemen mutu terpadu pendidikan dengan

128
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

“budaya peningkatan mutu pendidikan secara terus menerus,


fokus pada pelanggan sekolah demi kepuasan jangka panjangnya,
dan partisipasi warga sekolah, keluarga, masyarakat dan
pemerintah”.
Merujuk pada apa yang disampaikan Edward Sallis (2007),
bahwa dalam mengimplementasikan Total Quality Management
dalam Dunia Pendidikan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu: perbaikan secara terus menerus, menentukan
standar mutu, perubahan kultur, perubahan organisasi, dan
mempertahankan hubungan dengan pelanggan.
A. Perbaikan Secara Terus Menerus
Dalam pergerakan mutu, kita mengenal istilah kontrol mutu
(quality control), jaminan mutu (quality assurance), dan mutu
terpadu (total quality). Kontrol mutu adalah deteksi dan eliminasi
terhadap produk atau jasa yang tidak sesuai dengan standar mutu
yang telah ditentukan. Kontrol mutu biasanya dilakukan oleh
orang-orang yang bertugas untuk mengawasi produk atau jasa.
Metode kerja yang digunakannya adalah infeksi.
Jaminan Mutu (quality assurance) adalah aktivitas
terencana untuk memastikan bahwa produk atau jasa sesuai
dengan standar mutu yang telah ditentukan. Jaminan mutu adalah
konsep mutu yang menekankan sejak awal tidak terjadi kesalahan
dalam proses produksi. Jaminan mutu lebih menekankan pada
aspek tanggung jawab pegawai dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya ketimbang inspeksi mutu sehingga melalui
sistem yang telah dibuat sedemikian rupa kesalahan sejak awal
sudah bisa dihindari.
Sementara mutu terpadu (total quality) merupakan
perluasan dan pengembangan dari jaminan mutu, yakni suatu

129
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

konsep mutu yang mengintegrasikan peningkatan mutu dalam


semua aspek organisasi. Manajemen mutu terpadu merupakan
usaha untuk menciptakan budaya mutu yang mendorong semua
orang yang terlibat dalam kegiatan produksi atau jasa dapat
memuaskan pelanggan. Dalam manajemen mutu terpadu
pelanggan adalah raja dan kepuasan mereka terhadap produk atau
jasa yang diberikan menjadi konsen bagi semua perusahaan atau
institusi. Kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa yang
diberikan akan terus berkembang seiring dengan berjalannya
waktu. Itu sebabnya, bagi perusahaan atau institusi tidak ada
pilihan lain kecuali melakukan perbaikan secara terus menerus
agar mereka tidak pindah memilih produk lain.
Upaya untuk melakukan perbaikan secara terus menerus
dalam segala hal, sebenarnya bagi umat Islam bukan suatu hal
yang baru, karena jauh-jauh hari Rasulullah saw telah menegaskan
“Man kana yaumuhu khairan min amsihi fahuwa rabihun, wa man
kana yaumuhu mitsla amsihi fahuwa khasirun. Wa man kaan
yaumuhu syarran min amsihi fahuwa halikun” (Siapa harinya
lebih baik dari kemarin maka beruntung, siapa yang harinya sama
dengan kemarin maka merugi, dan siapa yang harinya lebih buruk
dari kemarin maka celaka) (H.R. Al-Hakim).
Perbaikan secara terus menerus, baik dalam bekerja atau
ibadah bagi umat islam tidak hanya semata-mata berhubungan
dengan kepentingan ia selaku pegawai untuk menunjukkan kinerja
terbaiknya di tempat bekerja. Namun ia punya kepentingan untuk
melakukan segalanya dengan baik dan terus memperbaikinya
sebagai investasi kelak pada saat kembali menghadap-Nya. Ia
yakin betul bahwa kehidupan akhirat jauh lebih baik ketimbang
kehidupannya saat ini.

130
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

Lantas apa yang harus kita perbaiki secara terus menerus itu.
Dalam konteks pendidikan merujuk pada pengertian pendidikan
sebagaimana tertuang dalam UU-Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
ada dua hal yang harus diperbaiki secara terus menerus, yaitu
suasana belajar dan proses pembelajaran. Suasana belajar adalah
segala sesuatu yang berhubungan erat dengan kegiatan
pembelajaran, mulai dari ruang belajar, ruang kantor, ruang
praktikum, perpustakaan, tempat ibadah, sarana olahraga, kantin,
toilet sampai pada ruang terbuka hijau dan taman. Sementara
proses belajar mengajar berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan
kewajiban guru dalam memberikan layanan pembelajaran pada
peserta didik.
Lembaga Pendidikan Islam harus bisa memastikan bahwa
pemenuhan terhadap layanan suasana belajar dan proses
pembelajaran selalu diperbaiki secara terus menerus. Pastikan
seluruh sarana dan prasarana pembelajaran berjalan dan berfungsi
dengan baik, demikian halnya dengan kegiatan pembelajaran.
Pastikan tenaga pendidik dan kependidikan melaksanakan
tugasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bila kedua bentuk layanan ini sudah bisa terpenuhi dan
selalu diperbaiki secara terus menerus, dengan sendirinya
pelanggan pendidikan dalam hal ini peserta didik dan orangtuanya
akan merasa puas. Apresiasi pelanggan atas kepuasan yang
didapatnya tentu bervariasi sesuai dengan kapasitas dan
kemampuannya masing-masing, tapi yang pasti Lembaga
Pendidikan Islam di mana mereka menitipkan anaknya belajar
akan mendapatkan banyak keuntungan, diantaranya mereka akan
selalu mengatakan bahwa Lembaga Pendidikan tempat anaknya
belajar adalah yang terbaik, dan tanpa sengaja mereka pun akan

131
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

turut mempromosikan sekolah/madrasah kepada teman atau


koleganya.
Sebaliknya, manakala kedua bentuk layanan pendidikan tadi
tidak terpenuhi bahkan terhadap yang tersedia pun tidak dilakukan
perbaikan dan perawatan, hampir dipastikan para pelanggan
pendidikan akan merasa kecewa. Tentu akan lebih buruk lagi,
ketika kekecewaan tersebut mereka sebar luaskan ke teman atau
atau koleganya sehingga perlahan tapi pasti kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga pendidikan Islam pun akan
berkurang.

B. Menentukan Standar Mutu


Mutu atau kualitas (quality) memiliki definisi yang
bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategis.
Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan
karakteristik langsung dari suatu produk, seperti performa
(performance), keandalan (reliability), mudah dalam
menggunakan, estetika (esthetics), dan sebagainya. Definisi
strategis dari kualitas adalah segala sesuatu yang mampu
memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the
needs of customers). (Vincent Gaspersz, dalam Manlian Ronald
A., dkk, 2014).
Menurut Sallis (2007), secara operasional mutu ditentukan
oleh dua faktor, yaitu terpenuhinya spesifikasi yang telah
ditentukan sebelumnya dan terpenuhinya spesifikasi yang
diharapkan menurut tuntutan dan kebutuhan pelanggan. Mutu
yang pertama disebut dengan quality infact (mutu sesungguhnya),
dan yang kedua disebut quality in perception (mutu persepsi).
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa quality infact dalam

132
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

pendidikan adalah profil lulusan yang sesuai dengan kualifikasi


tujuan pendidikan, yang berbentuk standar kemampuan dasar
berupa kualifikasi akademik minimal yang dikuasai peserta didik.
Sementara pada quality in perception dalam pendidikan adalah
kepuasan dan bertambahnya minat pelanggan eksternal terhadap
lulusan institusi Pendidikan.
Dalam konteks pendidikan nasional, yang menjadi rujukan
dalam pengelolaan pendidikan adalah Standar Nasional
Pendidikan (SNP). Standar Nasional Pendidikan (SNP) di
Indonesia telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Standar Nasional Pendidikan merupakan kunci untuk
mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu. Standar Nasional
Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Cakupan SNP terdiri dari 8 (delapan) standar, yaitu: 1) standar
kompetensi lulusan; 2) standar isi; 3) standar proses; 4) standar
penilaian pendidikan; 5) standar tenaga kependidikan; 6) standar
sarana dan prasarana; 7) standar pengelolaan; dan 8) standar
pembiayaan.
Bila dikaitkan dengan dua jenis mutu yang disampaikan
Edward Sallis di atas, maka ke delapan Standar Nasional
Pendidikan ini dikategorikan sebagai quality in fact, karena
masing-masing dari standar tersebut menjelaskan komponen-
komponen apa saja yang harus dipenuhi oleh sekolah/madrasah

133
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikannya. Sebagai


contoh, suatu sekolah/madrasah dapat dinyatakan telah memenuhi
standar mutu minimal dalam bidang sarana prasarana, bila ia telah
memenuhi standar-standar tersebut sesuai dengan Permendikbud
ristek No. 22 Tahun 2023 tentang Standar Sarana dan Prasarana
pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah.
Contoh lain, berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
Sekolah/madrasah dinyatakan telah memenuhi standar mutu
minimal dalam kegiatan pembelajarannya manakala telah
memenuhi amanat yang tertuang dalam Permendikbud ristek No.
16 Tahun 2022 tentang Standar Proses pada Pendidikan Anak
Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan
Menengah.
Berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, dalam peraturan
itu disebutkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
diselenggarakan dalam suasana belajar yang: a. interaktif; b.
inspiratif; c. menyenangkan; d. menantang; e. memotivasi
Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan f. memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis
Peserta Didik. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah/madrasah dinyatakan telah memenuhi
standar mutu minimal bila pelaksanaannya, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya sudah mengacu
pada ketentuan di atas. Adapun untuk menakar standar mutu
dalam bentuk quality in perception, ada beberapa hal yang bisa
dilakukan oleh sekolah/madrasah, salah satunya dengan
melakukan wawancara dengan sejumlah peserta didik dan

134
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

perwakilan orangtua peserta didik, baik yang masih aktif belajar


ataupun yang sudah menjadi alumni. Pewawancara harus bisa
memastikan bahwa setiap orang yang dimintai pendapat atau
tanggapannya berbicara apa adanya (jujur).
Jika kita masih meragukan kejujuran peserta didik atau
orangtua saat dilakukan wawancara, kita bisa meminta mereka
untuk mengemukakan pendapat, saran atau masukan secara
tertulis tanpa harus menuliskan identitas mereka. Melalui cara
yang satu ini diharapkan mereka dapat dengan leluasa
mengungkapkan kebaikan atau keburukan yang sedang atau
mereka alami saat berada di sekolah/madrasah di mana mereka
sedang atau pernah belajar.
Hasil wawancara dan penilaian secara tertulis dari seluruh
peserta didik dan orang tua yang dimintai tanggapannya
merupakan gambaran umum tentang keberadaan institusi
pendidikan kita. Bila tanggapannya baik, maka perkuatlah hal-hal
yang sudah baik itu. Sebaliknya bila tanggapannya kurang atau
tidak sesuai dengan keinginan pengelola pendidikan, artinya ada
banyak hal yang harus dibenahi, dan tentu saja ini sangat penting
untuk kemajuan Lembaga Pendidikan itu sendiri.
Bila kedua cara di atas, belum cukup memuaskan untuk
dijadikan acuan dalam menakar tingkat kepuasan pelanggan
terhadap layanan pendidikan yang dilakukan, sekolah/madrasah
bisa melakukan mini research, dengan menggunakan pendekatan
dan metode yang tepat. Salah satu pendekatan kualitas pelayanan
yang banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah model
SERVQUAL atau service quality yang dikembangkan oleh
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry.

135
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

Metode ini mulai dikembangkan pada tahun 1980-an oleh


Zeithaml, Parasuraman & Berry, dan telah digunakan dalam
mengukur berbagai kualitas jasa. Metode Servqual merupakan
metode yang digunakan untuk mengukur kualitas layanan dari
atribut masing-masing dimensi, sehingga akan diperoleh nilai gap
(kesenjangan) yang merupakan selisih antara persepsi konsumen
terhadap layanan yang telah diterima dengan harapan terhadap
yang akan diterima.
Ada lima metode yang telah dikembangkan oleh
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (Sinollah dan Masruro, ) yaitu:
tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy.
Tangable (bukti fisik) merujuk pada aspek fisik dan materiil dari
produk atau layanan yang dapat diamati dan dinilai secara
langsung oleh pelanggan. Ini mencakup hal-hal seperti fasilitas
fisik, peralatan, tampilan visual, atribut visual dari produk, serta
penampilan dan perilaku staf. Tangible memberikan kesan awal
kepada pelanggan tentang kualitas produk atau layanan yang akan
mereka terima.
Dengan lima dimensi kualitas pelayanan di atas,
sekolah/madrasah dapat menyusun instrumen berupa sejumlah
pertanyaan atau pernyataan yang harus ditanggapi peserta didik
atau orangtua. Hasil tanggapan itulah, merupakan cerminan
tingkat kepuasan mereka terhadap lembaga pendidikan yang kita
kelola. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada contoh instrumen di
bawah ini.

136
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

Petunjuk Pengisian Angket


Di dalam skala ini akan disajikan sejumlah pernyataan,
bacalah setiap pernyataan dengan teliti. Tugas Anda adalah
memilih salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan
keadaan diri Anda. Jawaban diberikan dengan memberikan tanda
silang (X) pada kolom yang telah disediakan di setiap butir
pernyataan. Adapun pilihan jawaban yang tersedia adalah sebagai
berikut: SS : Bila Anda Sangat Sesuai dengan pernyataan yang
ada. S : Bila Anda Sesuai dengan pernyataan yang ada TS : Bila
Anda Tidak Sesuai dengan pernyataan yang ada STS : Bila Anda
Sangat Tidak Sesuai dengan pernyataan yang ada

ANGKET TINGKAT KEPUASAN PESERTA DIDIK


TERHADAP LAYANAN MADRASAH

N Dimensi Pernyataan S S T S
o S S T
S
1 Tangible Tersedianya sarana dan prasarana yang
memadai untuk kegiatan pembelajaran
peserta peserta didik.
2 Reliability Memberikan pelayanan yang tepat kepada
siapapun
3 Responsiveness Menindaklanjuti keluhan peserta didik
4 Assurance Melindungi dan merahasiakan setiap
orang yang memberikan Laporan
penting kepada BK
5 Empathy Sekolah/Madrasah membebaskan
administrasi keuangan bagi seluruh
peserta didik yang tidak mampu.

137
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

C. Perubahan Kultur
Setiap kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan di
sekolah/madrasah tidak dapat dipisahkan dari budaya yang
berlaku di sekolah/madrasah tersebut, sebagai contoh
penegakan disiplin, tata tertib, peraturan-peraturan, kegiatan
pembelajaran, serta berbagai aktivitas sekolah/madrasah
lainnya. Penegakan disiplin dan tata tertib akan sulit
dilaksanakan manakala warga sekolah/madrasah tidak terbiasa
dengan aturan-aturan yang mendukung peningkatan mutu
sekolah/madrasah. Hal yang sama juga berlaku pada
pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak dapat dilaksanakan
dengan baik, apabila para guru tidak terbiasa hadir tepat waktu
di sekolah/madrasah. Budaya membaca warga sekolah/madrasah
yang rendah misalnya, mengakibatkan fasilitas perpustakaan
sekolah/madrasah yang dilengkapi dengan berbagai macam
buku tidak akan banyak manfaatnya.
Budaya sekolah/madrasah sebagaimana dijelaskan
Komariah dan Triana (2004) adalah “karakteristik khas sekolah
yang dapat diidentifikasi melalui nilai yang dianutnya, sikap yang
dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya, dan
tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh personil sekolah yang
membentuk suatu kesatuan khusus dari sistem sekolah”. Budaya
sekolah/madrasah harus disadari oleh seluruh warga
sekolah/madrasah sebagai asumsi dasar dan kepercayaan yang
menjadikan sekolah/madrasah tersebut memiliki penilaian baik
dari stakeholder. Itu sebabnya, semua orang yang terlibat dengan
sekolah/madrasah memiliki posisi dan peran yang penting, tentu
saja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

138
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

Seorang pegawai yang tugas kesehariannya merawat dan


memelihara taman dan kebun sekolah/madrasah, lalu ia
melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan penuh kesadaran
dan tanggung jawab sehingga taman-taman dan kebun
sekolah/madrasah selalu tampak indah dan terawat, maka sudah
dipastikan semua orang yang berada di sekolah/madrasah tersebut
akan merasa senang. Demikian halnya dengan pegawai lain, mulai
dari staf administrasi, guru sampai pada level pimpinan. Bila
semua simpul sekolah/madrasah telah mampu menunjukkan
performance kinerjanya dengan baik, maka sekolah/madrasah
tersebut telah berhasil menciptakan budaya sekolah/madrasah
yang berorientasi pada mutu.
Merubah kultur yang sudah biasa terjadi di suatu Lembaga
Pendidikan, tentu saja tidak mudah, terlebih bila kultur atau
budaya yang ditawarkan berkaitan dengan tatanan yang
berorientasi pada mutu. Namun kita semua yakin bahwa setiap ide
atau gagasan yang menuju ke arah kebaikan pasti akan diterima.
Persoalannya, bagaimana seorang pemimpin mampu
mengkomunikasikan gagasan perubahan tersebut pada warga
sekolah/madrasah.
Seperti semua orang di dalam organisasi, para pemimpin
perlu mengetahui tidak hanya apa yang perlu dilakukan dengan
cara berbeda, tetapi juga alasan mengapa mengubah perilaku itu
penting, tidak hanya untuk keberhasilan organisasi tetapi juga
keberhasilan mereka sendiri. Selain itu, hampir semua pemimpin
ini memiliki kebiasaan lama yang sulit untuk ditinggalkan.
Akibatnya, sebagian besar akan membutuhkan dukungan kuat
dalam jangka waktu tertentu untuk menguasai cara baru dalam
memimpin ini.

139
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

Dukungan ini biasanya dalam bentuk pembelajaran


terintegrasi yang membangun pemahaman, keyakinan, dan
kemampuan untuk memimpin dengan cara baru. Investasi yang
dibutuhkan disini pun substansial. Tetapi tanpa itu, organisasi
berisiko kehilangan momentum continuous improvement yang
merupakan alasan utama melakukan perubahan.

Perubahan kultur, tidak hanya menyangkut persoalan


perilaku pegawai, namun memerlukan juga perubahan dalam
metode mengarahkan sebuah institusi. Perubahan metode tersebut
ditandai dengan sebuah pemahaman bahwa orang menghasilkan
mutu. Sallis (2007), menegaskan ada dua hal penting yang
diperlukan staf untuk menghasilkan mutu; staf membutuhkan
lingkungan yang cocok untuk bekerja dan staf memerlukan
lingkungan yang mendukung dan menghargai kesuksesan dan
prestasi yang mereka raih.
Lingkungan yang cocok untuk bekerja, maksudnya bahwa
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya seorang staf
memerlukan alat dan keterampilan, serta prosedur kerja yang
jelas. Artinya setiap pekerja harus dibekali dengan sejumlah
keterampilan dan alat-alat yang dibutuhkan sesuai dengan tugas
yang diberikan, selain itu juga tersedia prosedur atau langkah-
langkah kerja dengan sistem yang sederhana sehingga
memudahkan mereka dalam menjalankan pekerjaanya.
Sementara lingkungan yang mendukung dan menghargai
kesuksesan, maksudnya bahwa setiap pegawai membutuhkan
bimbingan dan apresiasi langsung dari pimpinannya. Pemimpin
yang baik, tentu saja tidak hanya menuntut karyawannya untuk

140
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

bekerja, namun ia juga selalu memikirkan apa yang mereka


butuhkan. Membantu mereka agar dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik sesuai dengan kapasitas dan ragam pekerjaannya itu
baik, namun harus disadari bahwa mereka adalah manusia yang
memiliki perasaan. Jadi sentuhan untuk membengun komunikasi
yang membuat mereka nyaman dan merasa dihargai dalam setiap
kegiatan kerjanya tentu itu juga sangat penting.

D. Perubahan Organisasi
Organisasi dapat diartikan sebagai perkumpulan orang
yang masing-masing diberi tugas dan tanggung jawab tertentu dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Narayanan dan Raghu (Akdon, 2007) menjelaskan
bahwa “An organization can be defined as an area where human
beings come together to perform complex tasks, so as to fulfil
common goal(s). Organisasi diartikan sebagai tempat dimana
orang berkumpul untuk melakukan serangkaian tugas-tugas yang
kompleks dalam rangka memenuhi tujuan bersama bersama.
Berdasarkan pengertian di atas, dalam kegiatan organisasi
apapun namanya, ada tiga unsur utama yang harus ada. Ketiga
unsur tersebut adalah (1) adanya sekelompok orang, (2) adanya
kerjasama, dan (3) adanya tujuan yang hendak dicapai. Berkaitan
dengan organisasi ini, Usman (Encu, 2012) menjelaskan tentang
tujuh pengertian organisasi, yaitu: organisasi sebagai kerja sama,
organisasi sebagai sistem sosial, organisasi sebagai struktur,
organisasi sebagai kultur, organisasi sebagai suatu wadah,
organisasi sebagai iklim, dan organisasi pembelajaran.

141
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

Dalam kultur TQM, peran manajemen senior dan


menengah adalah memberikan dukungan dan wewenang kepada
seluruh staf atau pegawai, bukan mengontrol mereka. Dalam
konteks Pendidikan TQM merubah pola hubungan dengan
memberikan perhatian khusus pada pelanggan. Dalam TQM
semua simpul manajemen bekerja untuk memenuhi apa yang
diinginkan dan dibutuhkan pelanggan. Jadi dilihat dari struktur
organisasinya menjadi sangat berbeda dengan pola organisasi
tradisional, di mana pimpinan pendidikan ada di atas, selanjutnya,
pendidik dan tenaga kependidikan, baru peserta didik. Sementara
pada TQM organisasinya menjadi terbalik, yaitu mulai dari
peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, baru pemimpin.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Gambar 1 Institusi Hirarkis dan Institusi Terbalik Dalam
Pendidikan
(Sallis, 2007)

E. Mempertahankan Hubungan dengan Pelanggan


Dalam konteks manajemen mutu pendidikan, pelanggan
ada dua, yaitu pelanggan internal dan pelanggan eksternal.

142
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

Pelanggan internal adalah pengelola institusi pendidikan itu


sendiri; pimpinan, guru, staff, dan penyelenggara institusi.
Sementara pelanggan eksternal adalah masyarakat, pemerintah,
dan dunia usaha. Sekolah/madrasah sebagai institusi
pendidikan harus mampu menjalin komunikasi dan silaturahmi
dengan baik dengan pelanggannya, teruma peserta didik dan
orangtuanya.
Peserta didik dan orangtua, merupakan pelanggan utama
sekolah/madrasah. Karena mereka, sekolah/madrasah ada atau
didirikan. Oleh karena itu, pengelola sekolah/madrasah dalam
menyusun programnya hendaknya yang menjadi prioritas
adalah peserta didik dan orangtua. Peserta didik dan orangtua
perlu dilibatkan dalam penyusunan program sekolah/madrasah.
Dalam teknis pelibatannya, untuk peserta didik bisa
diwakili oleh pengurus inti dari Organisasi Intra Sekolah
(OSIS), sedangkan untuk orangtua peserta didik diwakili oleh
pengurus Komite, karena selaras dengan ketentuan ia memiliki
tugas mendukung peningkatan pelayanan pendidikan
Madrasah (PMA No. 16 tahun 2020). Dalam PMA tersebut
dijelaskan bahwa tugas Komite diantaranya memberikan
pertimbangan dalam 1) penyusunan kebijakan dan program
madrasah, 2). penyusunan rencana kerja dan anggaran
madrasah, 3). penetapan kriteria kinerja madrasah, dan 4)
pengembangan sarana dan sarana pendidikan di madrasah.
Pelibatan Komite dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah/madrasah tentu memiliki banyak keuntungan,
diantaranya:
1. Dukungan keuangan, komite sekolah/madrasah dapat
membantu menggalang dana tambahan untuk mendukung

143
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

program-program pendidikan, perbaikan sarana dan prasarana


atau pengadaan peralatan pendidikan yang diperlukan
sekolah/madrasah.
2. Keberagaman pendapat, karena Komite merupakan perwakilan
dari orang tua peserta didik, tokoh masyarakat yang peduli
pendidik, dan pakar pendidikan, maka sekolah/madrasah
memiliki banyak masukan atau gagasan yang positif untuk
kepentingan pengembangan madrasah.
3. Keterlibatan orangtua, komite sekolah/madrasah dapat
membantu meningkatkan keterlibatan orangtua dalam
pendidikan anak mereka. Orangtua yang terlibat secara aktif
dalam kepengurusan komite dapat memiliki pemahaman yang
jauh lebih baik mengenai kebijakan sekolah/madrasah dan
memiliki kesempatan untuk berkontribusi dalam tata kelola
sekolah/madrasah.
4. Advokasi pendidikan, Komite sekolah/madrasah bisa menjadi
suara sekolah/madrasah di tingkat lokal atau bahkan nasional.
Mereka bisa membantu menjadikan pendidikan sebagai isu
utama dalam masyarakat dan memperjuangkan sumber daya
yang diperlukan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
5. Transparansi dan akuntabilitas, kehadiran komite
sekolah/madrasah dapat meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas sekolah/madrasah. Mereka dapat memantau
penggunaan dana sekolah/madrasah, baik yang bersumber dari
pemerintah atau pun dana yang berasal dari masyarakat dan
memastikan bahwa keputusan yang dibuat selaras dengan
kentingan sekolah/madrasah dan peserta didik.
Melalui sinergitas pengelola sekolah/madrasah dengan
Komite yang bekerja sesuai dengan alur, tugas dan fungsinya

144
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

masing-masing, maka akan melahirkan kultur sekolah/madrasah


yang selalu berorientasi pada peningkatan mutu layanan. Selain
itu, melalui sinergitas itu pula dapat dijadikan sebagai ajang untuk
memelihara, merawat, dan mempertahankan hubungan baik antara
pihak sekolah/madrasah dengan para pelanggannya.

145
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

DAFTAR PUSTAKA

Aan, Komariah dan Cepi Triana, (2004) Visionary Leadership


Menuju Sekolah Efektif, Bumi Aksara Jakarta.
Akdon, (2007), Strategic Management for Educational
Management, Alfabeta, Bandung.
Asep, Encu, (2012), Manajemen dan Kepemimpinan Kepala
Madrasah, Pustaka Billah Bandung.
Dale, Carnegie, (2019) How to Win Friends and Influence People
in The Digital Age, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Edward, Sallis, (2007) Total Quality Management in Education,
IRCiSoD, Jogjakarta.
Hari, Sudrajat, (2005), Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan
Berbasis Sekolah (MPMBS), Cipta Cekas Grafika.
Husaini Usman, (2008) Manajemen; Teori, Praktek, dan Riset
Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta Timur.
Permendikbud ristek No. 22 Tahun 2023 tentang Standar Sarana
Dan Prasarana Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, Dan Jenjang Pendidikan Menengah.
PMA No. 16 tahun 2020, tentang Komite Madrasah.
Manlian, Ronald A. Simanjuntak dan Skarlet Sinta Suawa, (2014)
Analisis Sistem Manajemen Mutu dan Pengaruhnya dalam
Meningkatkan Kinerja Operasional Bangunan Gedung
Tinggi Perkantoran di Jakarta Pusat. Jurnal Ilmiah Media
Engineering Vol.4 No.2, September 2014 (92-102) ISSN:
2087-9334
Sinollah dan Masruro, (2019) Pengukuran Kualitas Pelayanan
(Servqual ± Parasuraman) dalam Membentuk Kepuasan

146
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

Pelanggan Sehingga Tercipta Loyalitas Pelanggan (Studi


Kasus pada Toko Mayang Collection cabang Kepanjen),
UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

147
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

BIODATA PENULIS

Asep Encu, lahir di Bandung, 11


Desember 1963. Latar belakang
Pendidikan, Program Doktor dari
Universitas Islam Nusantara
(UNINUS) Bandung, dan Magister
Pendidikan dari IKIP Bandung
sekarang UPI (Universitas Pendidikan
Indonesia). Sementara gelar Sarjana
diperoleh dari IAIN Sunan Gunung Djati Bandung sekarang UIN
(Universitas Islam Negeri). Di masa muda, ia berkesempatan
mondok di Pesantren Al-Masthuriyah Sukabumi. Lebih dari itu, ia
juga mendapat kesempatan belajar di SEAMEO INNOTECH
Philippines, dan penguatan Bahasa Inggris di Universitas Sains
Malaysia, serta Apprenticeship Program di Melbourne Australia.
Pengalaman Manajerialnya, yakni menjabat Kepala MTs
Negeri 2 Kota Bandung, Kepala MAN 1 Kota Bandung, Kepala
MAN 2 Kota Bogor, Kepala MAN 1 Garut, Kepala MAN 2 Kota
Bandung, dan saat ini Dosen pada Fakultas Tarbiyah UIN Sunan
Gunung Djati Bandung. Prestasinya, sebagai Peraih Anugerah
GTK Madrasah Berprestasi Kategori Kepala Madrasah Tahun
2019.
Sebagian karya tulis yang sudah dipublikasikannya dalam
bentuk buku; Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Madrasah,
Guru dalam Perspektif Peserta Didik, Memaknai Hidup Agar
Hidup Lebih Bermakna, Kumpulan Tausiah Singkat, Fikih Safar,
Fikih Shalat, Fikih Qurban, Membangun Madrasah Berkeadaban,
Menjadi Kepala Madrasah Profesional, dan Kelas Berkarakter;

148
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

Model Pembelajaran Berbasis Minat, Bakat, dan Kemampuan.


Sementara dalam bentuk artikel, diantaranya: Guru dalam
Dimensi Dialogis, Mengangkat Citra Guru, Mengapa ada Sekolah
dan Madrasah, Problematika Krusial Madrasah di Masa Kini,
Menakar kinerja Guru Profesional.
Email : asepencu1963@gmail.com, No.HP/WA : 081220890975

149
Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

BAB 11

IMPLIKASI MANAJEMEN MUTU TERPADU DI


LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Dr. Acep Nurlaeli, M.Ag.
acep.nurlaeli@fai.unsika.ac.id

A. Pendahuluan
Pendidikan adalah merupakan suatu masalah yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi
mengembangkan kemampuan, dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (UU RI No 20 Th. 2003).
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas,
dibutuhkan manajemen pendidikan yang dapat mengarahkan
sumber daya pendidikan. Manajemen pendidikan adalah
proses manajemen dalam pelaksanaan tugas pendidikan
dengan memanfaatkan segala sumber secara efisien untuk

150
Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

mencapai tujuan secara efektif. Tujuan sangatlah penting


untuk meraih standar, standar yang ditetapkan biasanya
berasal dari pelanggan baik internal, ataupun eksternal,
standar dari pelanggan dapat menghasilkan mutu tertentu
yang harus diraih agar mampu memuaskan pihak pelanggan
tersebut. Mutu suatu layanan tentu menjadi tujuan, karena hal
ini mempengaruhi satu organisasi dibandingkan organisasi
lain yang pada akhirnya menjadi daya saing bagi organisasi
tersebut.
Guna mencapai kepuasan pelanggan suatu lembaga
pendidikan harus mencari pola manajemen yang tepat, salah
satu bentuk manajemen yang berhasil dimanfaatkan dalam
dunia industri dan bisa diadaptasi dalam dunia pendidikan
adalah TQM (Total Quality Management). TQM merupakan
suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba
untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, serta
lingkungannya.(Fandy Tjiptono, 2003).
Untuk menciptakan sebuah lembaga pendidikan Islam
yang bermutu sebagaimana diharapkan masyarakat, bukan
hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan semata,
tetapi menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk
didalamnya orang tua dan pelanggan internal maupun
eksternal. Manajemen mutu terpadu pendidikan (TQM)
menjadi sebuah pilihan untuk mencapai mutu terbaik.
Manajemen mutu terpadu pendidikan merupakan salah satu
paradigma dalam menjalankan bisnis bidang pendidikan yang
berupaya memaksimalkan daya saing lembaga pendidikan
melalui perbaikan-perbaikan secara berkesinambungan atas

151
Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

kualitas, produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan


sekolah/madrasah.

B. Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam


Upaya untuk menghasilkan keluaran pendidikan secara
optimal dapat dilaksanakan dengan cara menerapkan konsep
manajemen mutu terpadu dalam pengelolaan pendidikan.
Penerapan konsep manajemen mutu terpadu merupakan alat
untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Perencanaan
dan penyusun program merupakan salah satu syarat mutlak
bagi setiap organisasi atau lembaga disamping sarana dan
prasarana lainnya. Implementasi perencanaan ini dilakukan
baik secara perorangan maupun kelompok. Tanpa adanya
perencanaan atau planning yang matang, maka pelaksanaan
suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan hambatan.

Tujuan

Sumber
Pemasaran
Daya
dan Promosi
Implementasi Manusia
Sistem
Manajemen Mutu
Lembaga
Kurikulum
Pemanfaata Pendidikan
dan
n
Pembelajara
Teknologi
n
Pelayanan

Gambar 1
Sistem Manajemen Mutu Lembaga Pendidikan

152
Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

Menurut MMT keberhasilan lembaga pendidikan akan


diukur dari tingkat kepuasan pelanggan, baik eksternal maupun
internal. Lembaga pendidikan Islam dikatakan berhasil jika
mampu memberikan bukti dilakukannya upaya peningkatan mutu
pendidikan, melalui peningkatan mutu komponen-komponen
terkait, yaitu;
1) Peserta didik untuk kesiapan dan motivasi belajarnya,
2) Pendidik untuk kemampuan profesional, moral kerjanya
(kemampuan personal),dan kerjasamanya (kemampuan
sosial),
3) Kurikulum untuk relevansi konten dan operasionalisasi
prosespembelajarannya,
4) Ketersediaan dana, sarana dan prasarana untuk kecukupan
dan keefektifan dalam mendukung prosespembelajaran,
5) Peran masyarakat untuk partisipasinya dalam
pengembangan program-program pendidikan disekolah.
Manajemen mutu dalam pelaksanaannya menuntut keterlibatan
secara aktif semua anggota organisasi, mulai dari perencanaan,
pengendalian dan perbaikan dan pengembangan, serta ditujukan
kepada semua aktivitas yang terjadi dalam organisasi. Untuk
mewujudkan kondisi tersebut maka ada elemen dasar yang perlu
mendapat perhatian dalam manajemen kualitas yaitu elemen
implisit dan elemen eksplisit. Elemen implisit yang disebut juga
dengan soft qualities yaitu suasana organisasi yang harus
dibangun untuk mendukung terwujudnya tugas-tugas organisasi.
Sedangkan elemen eksplisit adalah faktor-faktor yang mendasar
dan jelas terdapat dalam proses manajemen yang meliputi lima
tugas organisasi yaitu:
a) Komitmen pada penyebaran visi;

153
Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

b) Orientasi pada kebutuhan pelanggan;


c) Kesatuan tim menjadi basis kegiatan organisasi;
d) Komitmen pada perbaikan terus menerus ;
e) Pengembangan alat-alat dalam manajemen harian
organisasi.
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi dalam
mengimplementasikan manajemen mutu terpadu di lembaga
pendidikan Islam, yaitu:
a) Faktor pendukung, yakni ketersediaan SDM baik Kepala
madrasah, guru dan para staff. Disamping itu, sarana dan
prasarana yang memadai serta tingkat kepercayaan dan minat
masyarakat yang tinggi dari masyarakat menjadikan motivasi
bagi Kepala madrasah agar berupaya secara maksimal
memanfaatkan faktor pendukung ini.
b) Faktor penghambatnya juga terkait dengan SDM baik guru
maupun karyawan yang belum sepenuhnya memahami secara
optimal tentang manajemen mutu terpadu yang ingin dicapai.
Ketidakpahaman ini diakibatkan oleh masih ada beberapa
orang guru dan staff masih bekerja belum sesuai harapan.
Pendidikan yang bermutu tidak dapat dicapai hanya dengan
satu komponen saja, akan tetapi membutuhkan dukungan dari
kegiatan, komponen lainnya secara terkait satu dengan yang
lainnya Mutu pendidikan atau mutu madrasah tertuju pada mutu
lulusan. Dan untuk menghasilkan mutu lulusan yang baik, maka
proses pendidikan harus didukung dengan lingkungan yang
kondusif, sarana prasarana yang memadai bagi proses pendidikan
tersebut, dan didukung oleh semua personil madrasah dalam hal
ini adalah guru, staff, administrator dan tata usaha yang bermutu
dan profesional, serta layanan madrasah yang memuaskan bagi

154
Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

pelanggannya. Hal tersebut dapat dibuat dalam kerangka seperti


pada gambar berikut ini:

Gambar 2
Diagram Implementasi Manajemen Mutu Terpadu

1. Mutu Layanan terhadap Peserta Didik


Misi utama dari sebuah lembaga pendidikan yang menerapkan
manajemen mutu terpadu adalah memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggannya. Lembaga pendidikan yang unggul
adalah lembaga pendidikan yang mampu menjaga hubungan
dengan pelanggannya dan memiliki obsesi terhadap mutu. Mutu
harus sesuai dengan harapan dan keinginan para pelanggannya,
agar dapat mengetahui keinginan para pelanggannya maka
madrasah dituntut untuk tahu apa yang diinginkan oleh para
pelanggannya.
2. Mutu Sumber Daya Manusia
Di dalam konteks implementasi manajemen mutu terpadu di
madrasah, SDM merupakan pelanggan internal yang menentukan

155
Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

mutu lulusan (produk akhir) dan lembaga pendidikan. Adanya


sarana dan prasarana, kurikulum, lingkungan yang kondusif tidak
akan berarti apa-apa tanpa didukung oleh faktor SDM yang
mengelolanya. Untuk itu dukungan faktor sumber daya guru
menjadi penentu keberhasilan proses pendidikan. Bagaimana
unsur guru dikelola, menjadi persoalan penting sehingga dapat
memberikan kontribusi yang optimal dalam pencapaian tujuan
madrasah yang tertuang di dalam visi, misi yang telah ditetapkan
3. Mutu Lingkungan dan Sumber Daya Fisik
Lingkungan madrsah yang bermutu merupakan kondisi,
dimana keadaan madrasah dan stakeholdernya, dalam keadaan
aman, damai, menyenangkan untuk kegiatan belajar mengajar.
Hal ini dapat dilihat dari proses belajar mengajar setiap hari di
setiap mata pelajaran, baik sesama pendidik, maupun pendidik
dengan peserta didik ataupun diantara sesama peserta didik.
Lebih dari itu lingkungan sosial lain yang mendukung adalah
suasana keagamaan yang diterapkan dalam komunikasi misalnya
berjabat tangan, sapaan yang hangat, suasana kekeluargaan, dan
tidak ada jarak antara kepala madrasah dengan para pendidik dan
staff serta dengan para peserta didik terbina komunikasi yang
akrab.
4. Mutu Proses Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Kegiatan guru-guru
pada tahap persiapan ini dapat dibagi kepada dua kelompok
persiapan: (1) Persiapan tertulis, dan (2) Persiapan tidak tertulis
Persiapan tertulis seperti pembuatan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang sekarang disebut RPP (rencana peleksanan

156
Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

pembelajaran), kisi-kisi soal dan sebagainya. Sedangkan


persiapan-persiapan tidak tertulis meliputi strategi mengajar dan
menggunakan metode, alat pengajaran sebagai upaya
memperlancar pelaksanaan pengajaran
5. Mutu Lulusan
Produk mutu pendidikan Islam yang dilakukan oleh madrasah
melalui jalur kurikuler dan ekstrakurikuler ini banyak membantu
para peserta didik yang bisa dikatakan berhasil merubah dalam
menyalurkan potensi. Karena hanya dengan melalui proses yang
baik dan berkualitas pendidikan madrasah akan menghasilkan
produk yang baik dan berkualitas.
Kualitas pendidikan madrasah bukanlah sesuatu yang berdiri
sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan
dan terkait. Sebagai suatu proses dalam sebuah sistem, bila
membicarakan masalah kualitas pendidikan madrasah maka tidak
akan bisa lepas dari membahas tiga unsur pendidikan sebagai
sebuah sistem tersebut yaitu: input, proses, dan output.
Sebuah kondisi empirik mengenai manajemen mutu terpadu
lembaga pendidikan Islam pengelolaan madrasah berbasis pondok
pesantren dilihat dari proses perncanaan mutu (plan), pelaksanaan
mutu (do), pemeriksaan mutu (chek) dan tidaklanjut perbaikan
mutu (action). Kondisi empirik tersebut selanjutnya akan
dijadikan dasar konseptual untuk memaksimalkan keunggulan
mutu madrasah berbasis pondok pesantren
Manajemen mutu lembaga pendidikan Islam yang
dilaksanakan secara umum tidak terlepas dari komponen-
komponen manajemen mutu dengan pendekatan model PDCA,

157
Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

Madrasah TEAM Pondok


Pesantren

MANAJEMEN

PLAN DO ACTION
Rencana CHECK Mutu
Visi,MisiK Implementasi Tindak Lulusan
BM, Plan Evaluasi Lanjut Meningkat
sarpras, Plan Plan
Mutu
Lulusan

MUTU MADRASAH LEBIH TINGGI

Gambar 3
Model Manajemen Mutu Terpadu Madrasah Berbasis Pontren

Berdasarkan model tersebut bahwa manajemen mutu terpadu


yang dikembangkan di lembaga pendidikan Islam merupakan
hasil kesatuan antara madrasah dan pondok pesantren dalam
sebuah teamwork yang sangat kuat, yang tidak bisa terlepaskan
satu dengan lainnya hingga dalam perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan tindak lanjut pada setiap kegiatan di madrasah
tersebut adalah teamwork antara madrasah dan pondok pesantren.
Manajemen mutu di madrasah tersebut dibangun dari komitmen
bersama dalam sebuah teamwork yang solid dan tidak terlepaskan
dari kegiatan awal sampai akhir antara madrasah dan pondok
pesantren, hingga mutu lulusan madrasah tersebut akan terwujud
yang berkarakter pondok pesantren dan madrasah.
Apabila model manajemen mutu dilakukan dengan baik
dalam setiap kegiatan di madrasah dan pondok pesantren mulai

158
Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

dari perencanaan (Plan) program madrasah dan pondok pesantren,


Pelaksanaan (Do) program madrasah dan pondok pesantren,
Monitoring dan evaluasi (Chek) program madrasah dan pondok
pesantren, serta Tindak Lanjut (Action) perbaikan mutu program
madrasah dan pondok pesantren, maka mutu madrasah dan
pondok pesantren akan diperoleh hasil yang sangat memuaskan
/bermutu tinggi.

Gambar 4
Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Lembaga
pendidikan Islam

C. Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga


Pendidikan Islam
Implikasi manajemen mutu terpadu di lembaga pendidikan
islam akan berdampak pada mutu lulusan yang di keluarkan
oleh madrasah dan pondok pesantren dan dengan demikian
kepercayaan masyarakat terhadap madrasah dan pondok
pesantren akan semakin meningkat pula.

159
Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

Hal ini sesuai dengan Undang-undang nomor 20 tahun


2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang
menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangasa yang bernartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Dalam implementasi manajemen mutu terpadu yang
dilaksanakan di lembaga pendidikan Islam hendaknya
berimplikasi pada hal-hal sebagai berikut;
1. Mutu layanan sekolah terhadap pelanggan primer (peserta
memiliki standar layanan yang baik. Hal ini dilihat dari
layanan fisik dan non fisik. Layanan fisik berupa
kelengkapan penunjang proses pembelajaran
perpustakaan, laboratorium komputer, musolla dan sarana
olahraga. Sedangkan layanan non fisik berupa layanan
pembelajaran dalam baik dalam bidang intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler, pembelajaran keagamaan serta
layanan bimbingan konseling.
2. Mutu sumber daya manusia dalam proses pendidikan
menunjukkan sumber daya guru dan karyawan yang baik.
Hal ini direalisasikan dengan para guru yang memenuhi
standar kompetensi sebagai seorang pendidik, antara lain;
pendidik berkualifikasi S1, mengajar sesuai bidangnya
serta senantiasa meningkatkan profesionalitasnya melalui

160
Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

mengikuti pelatihan-pelatihan dalam bidang pendidikan.


Sedangkan mutu para staff juga baik, antara lain; staff
yang berkualifikasi S1, dan juga dalam meningkatkan
profesionalismenya para staff diikutsertakan dalam
pelatihan yang terkait dengan administrasi sekolah.
3. Mutu lingkungan sekolah sebagai wujud dari
implementasi MMT dapat dikatakan baik. Hal ini
dibuktikan dengan letak lembaga pendidikan yang jauh
dari keramaian, ruang kelas yang bersih dan nyaman,
ruang laboratorium komputer, musolla, perpustakaan,
lapangan olahraga yang luas serta fasilitas lain sebagai
penunjang proses pembelajaran sebagai wujud dari
lingkungan fisik. Sedangkan lingkungan sosial tercermin
dari hubungan antara kepala madrasah, guru, staff dan
siswa yang tercipta komunikasi yang sangat akrab, ini
terlihat pada suasana sehari-hari seperti berjabat tangan,
sapaan hangat dan mengucapkan salam saat bertemu.
4. Mutu proses pembelajaran sebagai bentuk dari
implementasi manajemen mutu terpadu menjadi optimal.
Hal ini dibuktikan dengan melalui (1) perencanaan
pembelajaran berupa adanya RPP setiap mata pelajaran.
(2) pelaksanaan pembelajaran, yaitu guru menggunakan
langkah-langkah yaitu kegiatan pembuka, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup. (3) evaluasi pembelajaran dilakukan
dengan evaluasi yang variatif meliputi tes, tugas dan
portofolio untuk mengukur kemampuan kognitif, apektif
dan psikomotorik. Adapun tindak lanjut yang dilakukan
berupa remedial dan pengayaan serta pelaporan hasil

161
Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

pembelajaran berupa raport yang disampaikan ke wali


murid dan ditindak lanjuti secara berkesinambungan.
5. Mutu lulusan harus baik. Hal ini dibuktikan pada prestasi
akademik dan non akademik yang dicapai semakin
meningkat, seperti tingkat kelulusan, adanya peningkatan
siswa yang dapat melanjutkan ke sekolah meningkatnya
prestasi yang diraih dalam kegiatan ekstrakurikuler baik di
tingkat Kabupaten maupun Provinsi.

162
Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

DAFTAR PUSTAKA

Arcaro, Jerome S. (2015). Pendidikan Berbasis Mutu.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Akhyar, Yundi. (2014). Total Quality Management. Jurnal
Potensiavol 13. Edisi 01 Januari- juni 2014. Diakses pada
03 Oktober 2023.
Departemen Pendidikan Nasional, (2000). “Panduan
Manajemen Sekolah,” Jakarta: Departemen Pendikan
Nasional, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Engkoswara & Komari, Aan. (2015). Administrasi Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Fandy Tjiptono, Anastasia Diana. (2003). Total Quality
Management. Yogyakarta: Andi Offset.
Gopal K. Kanji, (1995). Total Quality Management. Chapman
and Hall in.
Hairiyah. (2015). “Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam
Pendidikan,” Literasi.
Hanik, Umi. (2011). Implementasi Total Quality Management
Dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan. Semarang:
RaSail Media Grup.
Husaini Usman. (2014). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara.
N, Christian. (1998). Handbook of Total Quality Management.
New York USA:Springer Science and Business.
Rogers, Rolf E. (2013). Implementation of Total Quality
Management. New York London: Routledge.
Sallis, Edward. (2012). Total Quality Management In Education.
Yogyakarta: IRCiSoD

163
Implikasi Manajemen Mutu Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam

BIODATA PENULIS

Acep Nurlaeli,. Bandung 09 Juli 1973, S1-


S2 IAIN SGD Bandung dan S3 Uninus
Bandung Prodi Manajemen Pendidikan.
Ketertarikan penulis terhadap ilmu
pendidikan konsentrasi administrasi/
manajemen pendidikan dimulai pada tahun
2006-2018 sampai sekarang terlibat aktif di bidang
pendidikan Madrasah, pendidikan diniyah pondok pesantren
dan pendidikan agama Islam sekolah/Madrasah umum,
disamping pernah menjadi asesor BAN SM pada SMP/MTs
(2010-2015), Pelatih Ahli Program Sekolah Pengerak SD
Kemendikbud Kab. Karawang (2021-2022), Fasilitator
Sekolah Pengerak SMP Kemendikbud Kota Bekasi (2022-
2023) juga menjadi narasumber/instruktur berbagai kegiatan
pengembangan Madrasah/sekolah/Madrasah efektif,
khususnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Penulis
sebagai dosen aktif di FAI Universitas Singaperbangsa
Karawang memiliki kepakaran dibidang Manajemen
Pendidikan Islam (manajemen kurikulum, pengembangan
kurikulum, manajemen pembiayaan, manajemen
kelembagaan). Juga aktif di organisasi kemasyarakatan antara
lain (1) Lembaga Pendidikan Ma’arif PWNU Jawa Barat, (2)
Ikatan Sarjana NU Jawa Barat, (3) Perkumpulan Guru NU
Kab. Bandung dan kab. Karawang, (4) Perkumpulan Manajer
Pendis, (5) Satuan Komunitas Pramuka NU Jabar dan (6)
Anggota cel Komunitas Dosen LN.
Email:acep1973@gmail.com/acep.nurlaeli@fai.unsika.ac.id/
No. Hp/WA 081222670707

164
Implementasi Manajemen Strategi di Lembaga Pendidikan Islam

BAB 12

IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGI DI


LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Dr. H. Dadang Muliawan, S.Kom.I., M.Sos
dmuliawan9@gmail.com

A. Pendahuluan
Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga
pendidikan islam pertama dan tertua di Indonesia, yang
eksistenisnya tidak diragukan lagi di tengah-tengah
masyarakat, terutama masyarakat pulau Jawa, pondok
pesantren dianggap sebagai produk asli budaya Indonesia
yang Indigenous, merupakan salah satu sarana bagi umat
Islam di Indonesia untuk mendalami syari'at Islam.
Keragaman pondok pesantren yang senantiasa
mewarnai khazahan budaya bangsa, khususnya ikut serta
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui nilai-nilai
Agama (Islam), telah melahirkan suatu lembaga
pendidikan yang mandiri yang pada hakikatnya
merupakan praktek pendidikan berbasis masyarakat
(community based education). Selain itu, Pondok Pesanten
merupakan suatu lembaga yang memiliki struktur, sistem,

165
Implementasi Manajemen Strategi di Lembaga Pendidikan Islam

mekanisme, metodologi pembelajaran, kurikulum dan


aturanaturan khusus lainnya yang menjadi

ciri khas lembaga pondok pesantren dengan lembaga yang


lain. Keberadaan pesantren yang kurang lengkap oleh
perangkat di atas tidak mengurangi makna pesantren
sebagai organisasi dakwah.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan non
formal yang tersebar di Indonesia, dimana pondok
pesantren lahir di tengah-tengah masyarakat khususnya di
tanah Jawa. Setiap pondok pesantren mempunyai ciri
khasnya masing-masing baik itu dari budaya, metode
pembelajaran dan yang lainnya, tergantung dari tipe
leadership kiai nya.
Manajemen strategik (strategic management)
menurut Wheelen dan Hunger (2004: 2) adalah
serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang
dihasilkan dari proses formulasi dan implementasi rencana
dengan tujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif.
Bila definisi ini perlu dikaitkan dengan terminologi
"manajemen", maka manajemen strategik dapat pula
didefinisikan sebagai: proses perencanaan, pengarahan
(directing), pengorganisasian dan pengendalian sebagai
keputusan dan tindakan strategis lembaga atau perusahaan
dengan tujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif
(Solihin, 2012 : 64).
Adapun dalam istilah bahasa Arab Istilah
Manajemen diartikan sebagai an-nizam atau at-tanzim,
yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala

166
Implementasi Manajemen Strategi di Lembaga Pendidikan Islam

sesuatu dan penempatan sagala sesuatu pada tempatnya


(Munir, dan wahyu Ilahi, 2006: 9) selain itu, dijelaskan
dalam perkataan Ali bin Abi Thalib, karomallau wajhah.
bahwa "Al-haqqu bila nidzom yaghlibuhu Al-baathil
binnidzom" maknanya: "suatu kebenaran yang tidak
terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang
terorganisir". Oleh karena itu, menurut pandangan penulis
di era modern sekarang hendaknya lembaga-lembaga yang
ada di Indonesia khusunya lembaga dakwah yang
mempunyai tujuan yang baik demi kemashlahatan ummat,
maka harus dijalankan secara terorganisir demi mencapai
tujuan lembaga dakwah itu sendiri.
Dalam proses mengaplikasikan manajemen strategik
baik untuk sebuah perusahaan maupun untuk lembaga,
Wheelen dan Hunger (2004 : 14) dalam (Solihin, 2012 :
78), mengembangkan model manajemen strategik menjadi
empat tahapan proses, yaitu: (1) analisis/pengamatan
lingkungan, (2) formulasi strategi. (3) implementasi
strategi, (4) evaluasi dan pengendalian strategi

B. Implementasi Manajemen Strategi di Lembaga


Pendidikan Islam
Menurut Hasanudin dkk (2019) menjelaskan bahwa
implementasi strategi di pondok pesantren dilakukan dalam
upaya membentuk santri yang berkarakter. Formulasi strategi
ditujukan untuk menghasilkan berbagai strategi utama dan
umum di tingkat korporasi (corporate strategy formulation)
dengan arahan nilai utama dan orientasi strategis organsasi

167
Implementasi Manajemen Strategi di Lembaga Pendidikan Islam

serta turunan berikutnya strategi fungsional (functional


strategy formulation).
Pemahaman menyeluruh atas ruang lingkup dan ragam
strategi organisasi memberikan simpulan bahwa prinsip
pembuatan strategi sebenarnya adalah salah satu upaya untuk
mempertahankan diri dalam lingkungan bisnis yang dinamis.
Termasuk di dalamnya adalah upaya-upaya untuk meraih
keuntungan materi dan imateri serta persaingan yang ada
(Irsyad, 2008: 40).
Pondok pesantren berasal dari dua kata yang berbeda.
Kata pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para
santri yang kemudian disebut pondok atau suatu tempat
tinggal yang terbuat dari bambu, atau kata pondok juga bisa
berasal dari bahasa arab fundug yang berarti hotel atau asrama
(Dhofier, 1982: 17). Setelah terbentuk struktur organisasi dan
berjalan sesuai tugasnya masingmasing, langkah selanjutnya
yaitu mengimplementasikan strategi-strategi yang telah
dirancang oleh pengurus Pondok Pesantren.
Adapun berbagai strategi yang diimplementasikan oleh
pengurus Pondok Pesantren dalam upaya membentuk santri
yang berkarakter yaitu; (1) Melalui pendidikan keseharian
dan intrakulikuler (pengajian), Strategi ini merupakan strategi
inti dari proses pembentukan karakter santri Pondok
Pesantren, dimana santri dituntut untuk mengikuti seluruh
proses belajar yang telah ditentukan oleh pondok pesantren,
hal ini bertujuan agar santri mempunyai wawasan keilmuan
tentang syari'at Islam secara menyeluruh dan dalam proses
pendidikan keseharian, santri juga dituntut untuk senantiasa
disiplin dari segala hal dimulai dari hal-hal terkecil seperti

168
Implementasi Manajemen Strategi di Lembaga Pendidikan Islam

shalat berjama'ah tepat waktu. (2) Melalui materi pengajian,


Mengaji dan mengkaji materi (kitab kuning) yang membahas
tetang karakter atau akhlak, diantaranya ; Akhlakul Banin,
Akhlakul Banat, Ta'limul Muta'allim, Sullam At-Taufik, Uqud
Al-Lujain, Minhajul 'Abdidin, dan Burdah.
Hal ini juga menjadi modal utama dalam proses
pembentukan karakter. santri, sebab dalam kitab-kitab
tersebut dibahas segala aspek tentang nilai-nilai akhlak yang
sesuai ajaran Islam. (3) Melalui pembinaan khusus, dalam
proses pembentukan karakter santri, Pondok Pesantren
membuat program pembinaan khusus mingguan untuk santri
yang dilaksanakan setiap malam rabu khusus untuk santri
putra dan malam sabtu untuk santri putri, hal ini dilakukan
untuk mengevaluasi kegiatan selama satu minggu tersebut.
Kegiatan dalam pembinaan ini yaitu memeriksa dan mencek
ulang siapa saja santri yang tidak mengikuti pengajian dan
program pondok melalui absesinsi pengajian. Jika ada santri
yang tidak hadir dalam pengajian maka oleh pembimbing
akan dipanggil lalu diberikan peringatan, arahan dan, bahkan
sanksi yang telah berlaku. (4) Melalui kegiatan tahunan,
kegiatan tahunan ini berupa acara hala bi hala sekaligus
penutupan masa orientasi santri baru, pada kegiatan ini diisi
dengan seminar dan memberikan motivasi terhadap santri
baru maupun santri lama. Yang bertugas sebagai pengisi
acara adalah alumni Pondok Pesantren yang sudah sukses.
Biasanya motivator tersebut menceritakan pengalamannya
waktu mondok di Pondok Pesantren dan diselipkan
pembahasan tentang proses pembentukan karakter di Pondok
Pesantren. (5) melalui penerapan tata tertib santri, dengan

169
Implementasi Manajemen Strategi di Lembaga Pendidikan Islam

diberlakukannya tata tertib maka para santri diwajibkaan


untuk selalu mematuhi tata tertib pondok pesantren.
Pada setiap proses tentunya pasti ada faktor pendukung
dan penghambat terhadap berjalannya proses tersebut,
begitupun dalam proses mengiplementasikan strategi-strategi
terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat
berjalannya strategi yang telah dirancang oleh pengurus
Pondok Pesantren dalam upaya membentuk santri yang
berkarakter, diantara faktor pendukung adalah; (1) Sumber
Daya Manusia (SDM), Pondok Pesantren mempunyai banyak
tenaga kerja yang profesional dibidang ilmunya masing-
masing dan hampir semua staf pengajar merupakan alumni
dari Pondok Pesantren sehinggi rasa memiliki dan tanggung
jawabnya elbih besar. (2) fasilitas, sarana dan prasarana.
Fasilitas, sarana dan prasarana di Pondok Pesantren yang
sudah berkembang memiliki fasilitas yang telah memadai
sehingga proses belajar mengajar bisa berlangsung secara
efektif dan efisien. (3) lembaga-lembaga. (4) uang/money,
dana termasuk salah satu faktor utama sebagai penunjang
untuk meningkatkan kualitas pesantren sebagai kebutuhan
pokok jalannya suatu program yang telah direncanakan,
sehingga mampu mempertahankan kulitas pesantren. Pondok
pesantren harus memiliki sirkulasi keuangan yang cukup
baik, baik dari SPP santri maupun dari donatur. (5)
Masyarakat, Masyarakat di sekitar Pondok Pesantren harus
mendukung jalannya program-program pondok pesantren,
sehingga memudahkan pondok pesantren dalam
menyelenggrakan kegiatan.

170
Implementasi Manajemen Strategi di Lembaga Pendidikan Islam

Adapun faktor penghambat implementasi strategi


dalam upaya membentuk santri yang berkarakter yaitu; (1)
Pengurus Pondok Pesantren belum bisa 100 % memberikan
suri tauladan yang baik terhadap santri. (2) Keterbatasan
waktu pengurus dalam mengawasi dan membimbing santri.
(3) Ada sebagian santri yang masih berani melanggar tata
tertib. (4) Ada sebagian orang tua santri yang masih pro
terhadap anaknya ketimbang aturan pondok pesantren,
sehingga ketika anaknya dikenakan santri maka dia melapor
polisi atau diviralkan dimedia sosial.

171
Implementasi Manajemen Strategi di Lembaga Pendidikan Islam

DAFTAR PUSTAKA

Dhofier, Z. (1983). Tradisi Pesantren : Studi Pandangan Hidup


Kiai. Jakarta : LP3ES.
Gozali, (2018). Strategi Pondok Pesantren dalam Pengembangan
Dakwah. Dalam Jurnal Anida : Aktualisasi Nuansa Ilmu
Dakwah , 17.1 (2017): 37-56. 17 Dec. 2019.
Hasanudin, Dadang Kuswana dan Dewi Sadiah. (2019).
Manajemen Strategik Pondok Pesantren dalam Upaya
Membentuk Santri yang Berkarakter. Dalam Jurnal
Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 4, Nomor 3,
2019, 305-322
Hasibuan, M.S.P. (2011). Manajemen : Dasar, Pengertian dan
Masalah. Jakarta: Bumi Aksara.
Irsyad, (2008). Manajemen Strategi Organisasi. Jakarta:
Kencana.
Ismail, (2012). Manajemen Strategik. Jakarta : Erlangga.
Kadmasasmita, A.D. (2005). Manajemen Strategis : Konsep
Aplikasi. Bandung : Lembaga Admistrasi Negara RI
Pusat Kajian dan Diklat Aparatur.

172
Implementasi Manajemen Strategi di Lembaga Pendidikan Islam

BIODATA PENULIS

Dadang Muliawan, lahir di Garut, 24 April


1977. Memulai pendidikan sekolah dasar di SD
Ranggalawe 2 Garut, SMP Al Musaddadiyyah
Garut, SMAN 2 Garut, S1 Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam (KPI) di IAILM
Tasikmalaya, S2 Jurusan Magister Komunikasi
dan Penyiaran Islam (KPI) di UIN Sunan
Gunung Djati Bandung dan S3 Doktor Ilmu Pendidikan di
UNINUS Bandung. Selain pendidikan formal, penulis juga
menempuh pendidikan non formal di beberapa pondok pesantren
yaitu di Ponpes Al Fadilah Limbangan Garut, Ponpes Al
Musaddadiyyah Garut, Ponpes Miftahul Ulum Garut, Ponpes
Cikalama Riyadus Shorfi Wannahwi Sumedang dan Ponpes
Rohmatillah Kudus. Selain menjabat sebagai Pengasuh Pondok
Pesantren Sirnarasa Panjalu Ciamis, penulis juga menjabat
menjadi Wakil Ketua III STID Sirnarasa Panjalu Ciamis, Wakil
Ketua LD PWNU Jawa Barat, aktif menjadi Da'i MNCTV dan TV
One lalu juga aktif keliling Indonesia mengisi acara pengajian di
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Batam, Aceh, bahkan
sampai ke luar negeri seperti Malaysia, Hongkong dll.
Beberapa karya ilmiah yang penulis sudah terbitkan yaitu : (1)
Tahun 2017 menerbitkan jurnal dengan judul “Komunikasi
terapeutik korban penyalahgunaan narkoba melalui Tarekat."
Dalam Jurnal Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic
Studies 11.1 (2017): 195-218, (2) Tahun 2022 menerbitkan jurnal
dengan judul “Quality Management of Moral Learning in Islamic
Boarding School”. Dalam Jurnal Al-Hayat: Journal of Islamic
Education 6.2 (2022): 487-504.
Email : dmuliawan9@gmail.com, No. HP/WA : 081394494493

173

Anda mungkin juga menyukai