Anda di halaman 1dari 36

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kualitas

2.1.1 Definisi Kualitas

Menurut Nasution (2004,pp1-3), dalam mendefinisikan kualitas produk ada lima

pakar utama dalam Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) yang saling

berbeda pendapat tetapi maksudnya sama. Di bawah ini dikemukakan pengertian

kualitas dari lima pakar TQM.

Menurut Juran (Hunt, 1993, p32), Kualitas produk adalah kecocokan

penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan

pelanggan. Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila produk mempunyai

daya tahan penggunaannya lama, produk yang digunakan akan meningkatkan citra

atau status konsumen yang memakainya, produknya tidak mudah rusak, adanya

jaminan kualitas dan kesesuaian etika bila digunakan. Khusus untuk jasa diperlukan

pelayanan kepada pelanggan yang ramah tamah, sopan santun serta jujur, yang dapat

menyenangkan atau memuaskan pelanggan.

Menurut Crosby (1997, p58) menyatakan, bahwa kualitas adalah conformance

to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk

memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar

kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan produk jadi.

Menurut Deming (1982, p176) menyatakan, bahwa kualitas adalah kesesuaian

dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Artinya, perusahaan harus benar-benar

dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan

dihasilkan.

5
6

Menurut Feigenbaum (1986, p7) menyatakan, bahwa kualitas adalah kepuasan

pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk berkualitas apabila

dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa

yang diharapkan konsumen atas suatu produk.

Menurut Garvin dan Darvis (1994) menyatakan, bahwa kualitas adalah suatu

kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan

tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau

konsumen.

Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal,

namun dari kelima definisi di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam elemen

sebagai berikut :

• Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

• Kualitas mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan.

• Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap

merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa

mendatang).

2.1.2 Pentingnya Kualitas

Menurut Nasution (2004, p3) Setelah memahami arti kualitas, berikutnya

dijelaskan mengapa kualitas produk merupakan fokus utama saat ini dalam suatu

perusahaan. Pentingnya kualitas dapat dijelaskan dari dua sudut, yaitu dari sudut

manajemen operasional dan manajemen pemasaran. Dilihat dari sudut manajemen

operasional, kualitas produk merupakan salah satu kebijaksanaan penting dalam

meningkatkan daya saing produk yang harus memberi kepuasan kepada konsumen

melebihi atau paling tidak sama dengan kualitas produk dari pesaing. Dilihat dari sudut

manajemen pemasaran, kualitas produk merupakan salah satu unsur utama dalam

bauran pemasaran (marketing-mix) yaitu produk, harga, promosi, dan saluran


7

distribusi yang dapat meningkatan volume penjualan dan memperluas pangsa pasar

perusahaan.

2.2 Total Quality Management (TQM)

2.2.1 Definisi Total Quality Management

Menurut Ishikawa sebagaimana dikutip oleh Pawitra (1993, p135) Total Quality

Management (TQM) diartikan sebagai panduan semua fungsi manajemen, semua

bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang

dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan kepuasan

pelanggan.

Menurut Nasution (2004, p18), TQM merupakan suatu pendekatan dalam

menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi

melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan

lingkungannya.

Menurut Fandi (1995, p4) untuk memudahkan pemahamannya, pengertian TQM

dapat dibedakan dalam dua aspek. Aspek pertama menguraikan apa TQM itu dan

aspek kedua membahas bagaimana mencapainya.

2.2.2 Konsep TQM

TQM merupakan sistem manajemen yang berfokus pada semua orang atau

tenaga kerja, bertujuan untuk terus-menerus meningkatkan nilai yang diberikan bagi

pelanggan dengan biaya penciptaan nilai yang lebih rendah daripada nilai suatu

produk. Konsep TQM ini memerlukan komitmen semua anggota organisasi terhadap

perbaikan seluruh aspek manajemen organisasi. Pada dasarnya Konsep TQM

mengandung tiga unsur (Bounds et al., dalam Hessel, 2003, p77), yaitu berikut ini :

1. Strategi nilai pelanggan

Nilai pelanggan adalah manfaat yang dapat diperoleh pelanggan atas

penggunaan barang/jasa yang dihasilkan perusahaan dan pengorbanan


8

pelanggan untuk memperolehnya. Strategi ini merupakan perencanaan bisnis

untuk memberikan nilai bagi pelanggan termasuk karakteristik produk, cara

penyampaian, pelayanan, dan sebagainya.

2. Sistem organisasional

Sistem organisasional berfokus pada penyediaan nilai bagi pelanggan. Sistem ini

mencakup tenaga kerja, material, mesin/teknologi proses, metode operasi dan

pelaksanaan kerja, aliran proses kerja, arus informasi, dan pembuatan

keputusan.

3. Perbaikan kualitas berkelanjutan

Perbaikan kualitas diperlukan untuk menghadapi lingkungan eksternal yang

selalu berubah, pertama perubahan selera pelanggan. Konsep ini menuntut

adanya komitmen untuk melakukan pengujian kualitas produk secara kontinu.

Dengan perbaikan kualitas produk kontinu, akan dapat memuaskan pelanggan.

2.2.3 Metode TQM

Menurut Nasution (2004, p27), pembahasan mengenai metode TQM difokuskan

pada tiga pakar utama yang merupakan pionir dalam pengembangan TQM. Mereka

adalah W. Edwards Deming, Joseph M. Juran, dan Philip B. Crosby. Selain mereka,

masih ada beberapa pakar lainnya, seperti Armand V. Feigenbaum (yang terkenal

dengan konsep TQC atau Total Quality Control dan sejumlah pakar-pakar Jepang,

diantaranya seperti Shigeo Shingo, Taiichi Ohno (pelopor Just-In-Time/JIT) dan Kaoru

Ishikawa (pemrakarsa Quality Control Circle/QCC), Company Wide Quality Control

(CWQC), dan Ishikawa Cause Effect Diagram).

2.3 Quality Control Circle (QCC)

2.3.1 Definisi dan Ciri-Ciri QCC

Menurut Japanese Union of Scientists and Engineers (JUSE) (1991, p7), QCC

atau Gugus Kendali Mutu (GKM) adalah suatu kelompok kecil yang secara sukarela
9

mengadakan kegiatan pengendalian mutu di dalam tempat kerja mereka sendiri. Tiap

anggota kelompok berpartisipasi sepenuhnya secara terus menerus (berkesinambung),

sebagai bagian dari kegiatan kendali mutu menyeluruh perusahaan, mengembangkan

diri serta pengembangan bersama, pengendalian dan perbaikan di dalam tempat kerja

dengan menggunakan teknik-teknik kendali mutu. Sedangkan menurut Tunggal (1998,

p152), QCC adalah kelompok-kelompok kecil karyawan (4-8orang) yang melakukan

kegiatan pengendalian dan peningkatan mutu, secara teratur, sukarela dan

berkesinambungan dan bidang pekerjaannya dengan menerapkan prinsip-prinsip dan

teknik-teknik pengendalian mutu. Kemudian menurut Direktorat Jenderal Industri dan

Dagang Kecil Menengah Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2003, p2), QCC

adalah sekelompok kecil karyawan yang terdiri dari 3-8orang dari unit kerja yang

sama, yang dengan sukarela secara berkala dan berkesinambungan mengadakan

pertemuan untuk melakukan kegiatan pengendalian mutu di tempat kerjanya dengan

menggunakan alat kendali mutu dan proses pemecahan masalah. QCC merupakan

bagian integral dari TQC dalam suatu organisasi. Selanjutnya, menurut pendapat

Crocker, et.al, (2004, p6), QCC adalah tim pemecah persoalan yang menggunakan

metode statistik yang sederhana untuk mencari dan memutuskan pemecahan atas

persoalan di pabrik. Istilah QCC mempunyai arti yang berlainan bagi orang yang

berlainan. Di samping itu, istilah tersebut seolah-olah menunjukan bahwa

pengendalian mutu (peningkatan mutu dalam organisasi) dan QCC (kelompok yang

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan) adalah satu dan sama. Walaupun QCC

biasanya memberikan tekanan pada pengendalian mutu, tapi kedua konsep ini tidaklah

sama.

Menurut Crocker, et.al, (2004, p8), Konsep dasar QCC adalah anggapan bahwa

penyebab persoalan mutu atau produksi tidak diketahui oleh para pekerja dan

manajemen, juga diandaikan bahwa pekerja pabrik mempunyai pengetahuan yang siap
10

pakai, kreatif, dan dapat dilatih untuk menggunakan kreativitas alamiah dalam

pemecahan persoalan pekerjaan. Walaupun demikian QCC merupakan pendekatan

yang membina manusia, bukannya pendekatan penggunaan manusia.

QCC merupakan mekanisme formal dan dilembagakan yang bertujuan untuk

mencari pemecahan pesoalan dengan memberikan tekanan ada partisipasi dan

kreativitas di antara karyawan. Setiap gugus juga bertindak sebagai mekanisme

pemantauan yang membantu organisasi dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungannya dan dalam memantau kesempatan, tidak menunggu bergerak jika

persoalan timbul, dan tidak menghentikan kegiatannya jika suatu persoalan telah

ditemukan dan dipecahkan. Ini berarti bahwa untuk kebaikan organisasi sebesar-

besarnya, QCC harus bekerja terus-menerus dan tidak tergantung pada proses

produksi (Crocker, et.al, 2004, p8).

Secara lebih terinci, ciri-ciri umum atau karakteristik QCC dikemukakan Crocker,

et.al, (2004, p10) sebagai berikut :

• QCC mempunyai tujuan untuk meningkatkan komunikasi, terutama antara

karyawan lini dengan manajemen serta mencari dan memecahkan persoalan.

• Organisasinya terdiri dari satu orang kepala dengan beberapa orang anggota

yang berasal dari satu bidang pekerjaan. QCC juga memiliki seorang koordinator

dan satu atau lebih fasilitator yang bekerja erat dengan gugus. Fasilitator

mempersiapkan program latihan, memberikan latihan dan bimbingan yang terus

menerus bagi para kepala gugus dan atas permintaan memberikan latihan bagi

anggota tim.

• Partisipasi anggota dalam gugus bersifat sukarela, sedangkan partisipasi kepala

mungkin sukarela, mungkin tidak.

• Didalam ruang lingkup persoalan yang dianalisis oleh gugus, tidak bisa memilih

sendiri persoalan yang akan dibahasnya; persoalan itu bukan berasal dari
11

bidangnya sendiri dan persoalannya tidak terbatas pada mutu tetapi mencakup

produktivitas, biaya keselamatan kerja, moral dan lingkungan serta bidang

lainnya.

• Latihan formal dalam hal teknik pemecahan persoalan biasanya merupakan

bagian dari pertemuan gugus.

• Pertemuan dilakukan biasanya satu jam per minggu. Pertemuan dilakukan baik

dalam jam kerja formal dengan persetujuan pengawas dan di luar jam kerja

berdasarkan inisiatif karyawan sendiri. Pertemuan dipimpin kepala kelompok.

Dalam rangka QCC, Kepala tidak mempunyai kekuasaaan terhadap anggota

lainnya akan tetapi lebih bereran sebagai moderator.

2.3.2 Perangkat QCC

Menurut Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah Departemen

Perindustrian dan Perdagangan (2003, p18), Perangkat-perangkat QCC adalah

Fasilitator, Ketua QCC, Anggota dan Pimpinan Organisasi. Setiap perangkat tersebut

mempunyai tugas dan fungsi masing-masing sebagai berikut :

1. Fasilitator

Fasilitator adalah seorang pembimbing dalam memecahkan persoalan/masalah

yang dihadapi dan sekaligus merubah sikap mental para karyawan khususnya anggota

QCC diperusahaan yang bersangkutan, agar para karyawan menyadari sepenuhnya

bahwa seluruh karyawan wajib menjaga dan meningkatkan mutu produk dari

perusahaannya.

Tugas utama yang harus dilakukan oleh seorang fasilitator adalah :

1. Memilih objek perusahaan industri/pedagang kecil untuk komoditi tertentu,

kemudian membentuk dan membimbing QCC yang telah dipilihnya.

2. Mengarahkan aktivitas QCC dalam berbagai tahap yaitu :

a. Permulaan
12

b. Latihan

c. Pengembangan

d. Pendewasaan

e. Penutupan

3. Membimbing QCC untuk mengadakan pertemuan kelompok secara periodic

sekurang-kurangnya sekali dalam satu minggu guna mencari masalah pokok

dan mencari pemecahan masalah tersebut hingga tuntas.

4. Memberikan cara-cara menetapkan judul/masalah, mencari penyebab

(diagram tulang ikan), pemecahan masalah (7 langkah 7 alat), pembuatan

risalah dan presentasi.

5. Memberikan saran-saran pemecahan masalah apabila terjadi kemacetan.

6. Mencari ide-ide.

7. Melakukan evaluasi terhadap hasil QCC dalam rangka

penyempurnaan/seleksi kelompok QCC, dan untuk melaksanakan tindak

lanjut program selanjutnya.

8. Mengorganisir pertemuan-pertemuan informal.

9. Mendampingi kelompok QCC selama mengikuti Konvensi.

10. Membuat laporan kegiatan QCC kepada Koordinator fasilitator.

Seorang fasilitator adalah orang yang telah memperoleh pelatihan fasilitator dan

memiliki pengetahuan tentang pekerjaan dalam organisasi perusahaan

industri/perusahaan dagang, antara lain :

1. Operasi dari perusahaan industri/dagang.

2. Jasa produksi.

3. Hubungan dengan penjualan/pembelian.

4. Manajemen perusahaan.
13

2. Ketua Gugus, dengan tugas :

1. Membuat rencana untuk pertemuan.

2. Membangkitkan semangat kegiatan kelompok.

3. Menyimpulkan.

4. Menjaga kontinuitas kerja kelompok dengan cara memelihara koordinasi

yang harmonis.

5. Menyimpulkan hal apa yang harus dilakukan untuk pertemuan berikutnya.

6. Bertanggung jawab atas catatan-catatan kegiatan kelompok yang

dipimpinnya dengan menggunakan sebuah agenda (Recording & Filling) dan

membuat segala sesuatunya menjadi jelas dengan menggunakan flip charts.

7. Bekerja berdasarkan masalah para anggota dan kritik terhadap kelompok.

8. Menjaga agar rapat-rapat berjalan dalam jalur (tata tertib) yang betul.

9. Menjadi perantara utama (Key Link) antara kepentingan anggota kelompok

dan atasan (manajemen).

10. Bertanggung jawab atas kekompakan kelompok.

11. Mengatur waktu secara baik serta memulai dan mengakhiri pertemuan tepat

pada waktunya.

12. Perlihatkan kesungguhan hati dan perhatian yang penuh terhadap proses

kendali mutu.

3. Anggota Gugus, dengan tugas :

1. Menghadiri semua pertemuan kelompok dan menyenangi pekerjaan.

2. Mempelajari metode statistik dalam rangka penerapan Delta (7 langkah dan

7 alat).

3. Hadir dalam setiap pertemuan tepat pada waktunya serta mengikuti

peraturan tata tertib dan kebijaksanaan QCC.

4. Berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah.


14

5. Mempromosikan program QCC dan membantu menarik anggota baru masuk

gugus.

4. Pimpinan Organisasi

Peranan Pimpinan organisasi adalah sebagai pengarah yang meliputi kegiatan :

1. Memberi pengarahan kepada karyawan tentang manfaat QCC dan

mempromosikan program QCC.

2. Menentukan arah dan tujuan pembentukan QCC.

3. Menyusun wadah organisasi dan menyiapkan sarana QCC.

4. Memberikan petunjuk pelaksanaan QCC.

5. Mendorong kegiatan-kegiatan QCC.

6. Memilih dan mengangkat fasilitator.

7. Memotivator seluruh kegiatan QCC.

8. Menghadiri pertemuan dan meninjau secara tetap.

9. Menjaga agar program tetap menarik dan menyenangkan bagi anggota

gugus.

10. Mendapatkan bahan latihan dan menambahkan bahan baru untuk

mempertinggi pengetahuan/wawasan bagi para anggota QCC.

11. Menilai dan memberikan hadiah dan penghargaan.

2.3.3 Penilaian Kinerja Gugus

Berdasarkan Crocker, et.al, (2004, p240), Penilaian gugus memerlukan tiga jenis

pengukuran, yaitu : (1) ukuran produktivitas obyektif, (2) ukuran sikap subyektif

mengenai pengaruh gugus terhadap organisasi, dan (3) analisis proses intern yang

berlangsung dalam gugus. Pengukuran produktivitas mencakup mutu, scrap, kuantitas,

biaya marjinal, biaya prasarana, peralatan, keamanan kerja dan kecelakaan,

perawatan, dan waktu kosong. Sikap dan pergaulan meliputi kepercayaan timbal-balik,

komunikasi, hubungan atasan dan bawahan, bolos kerja keluhan kerja, penggunaan
15

keterampilan, keanggotaan gugus, kepuasan pribadi, jenis dan jumlah persoalan yang

dipecahkan. Proses gugus mencakup struktur, pengaruh, pemecahan persoalan,

keterbukaan, dan pemantauan. Pengukuran jenis kedua, yaitu sikap subyektif

mengenai pengaruh gugus terhadap organisasi menggunakan kuesioner yang terdiri

dari pertanyaan mengenai : (1) gugus dan latihan (aspek teknis gugus), (2) proses

gugus (keberhasilan pemecahan masalah), (3) efektivitas gugus, (4) sikap atau

perasaan terhadap gugus dan organisasi, dan (5) pertanyaan mengenai identitas

responden.

2.3.4 Keuntungan dan Kelemahan QCC

2.3.4.1 Keuntungan QCC

Menurut Hendayana (2005,pp8-9), Dengan adanya QCC, banyak manfaat

yang diperoleh, baik bagi karyawan. Kegiatan kelompok kecil mempunyai

keuntungan yaitu:

• Pembuatan tujuan kelompok menciptakan semangat kerja sama.

• Anggota kelompok memiliki peranan dan mengkoordinasikan peranan mereka

masing-masing dengan lebih baik.

• Komunikasi antara manajemen dan buruh meningkat, begitu juga di antara

para pekerja sendiri.

• Moral meningkat banyak.

• Para pekerja dapat memperoleh keterampilan dan pengetahuan baru dan

mengembangkan semangat kerja sama lebih tinggi.

• Kelompok mengambil inisiatif sendiri dan melakukan tugas pemecahan

persoalan yang seharusnya dilakukan oleh manajemen.

• Adanya hubungan yang semakin dekat antar para pekerja dan Manajemen.

• Dapat menciptakan kerjasama antar para pekerja.

• Adanya kepuasan bagi setiap pekerja.


16

• Meningkatkan motivasi kerja.

• Menumbuhkan keyakinan / kepercayaan diri.

• Adanya pengembangan kepemimpinan antar para pekerja.

• Adanya dorongan kreativitas antar pekerja, dan

• Terjadinya peningkatan sistem dan prosedur pekerjaan.

Bagi manajemen sendiri, manfaat QCC adalah sebagai berikut :

• Orang dapat menangkap persoalan yang sebenarnya dengan lebih cepat.

• Lebih banyak tekanan diberikan pada tahap perencanaan.

• Cara berfikir yang berorientasi pada proses memperoleh dorongan.

• Orang memusatkan perhatian pada persoalan yang lebih penting.

• Setiap orang ikut ambil bagian dalam membina sistem baru.

2.3.4.2 Kelemahan QCC

Menurut Hendayana (2005,pp8-9), Disamping adanya manfaat atau

keuntungan dari terbentuknya QCC, terdapat pula kelemahannya. Kelemahan dari

adanya QCC tersebut adalah sebagai berikut :

• Meski partisipasi dalam gugus bersifat sukarela, akan tetapi dalam prakteknya

bukan tidak mungkin terjadinya partisipasi itu karena tekanan sejawat. Jika

tidak bersedia ikut ambil bagian dalam gugus akan dipandang sebagai

kurangnya perhatian terhadap tujuan perusahaan dan dengan demikian

merusak kemungkinan promosi seseorang.

• Kalau terjadi hal seperti itu QCC menjadi beban dan bukannya suatu kerangka

motivasi.

• Terdapat kekurangan spontanitas gugus menjadi tidak produktif dan tidak

aktif.

• Di beberapa perusahaan peserta QCC mengeluhkan adanya keterlibatan dalam

pengendalian mutu atau teknis produksi yang terlalu besar.


17

• Perusahaan memberikan tekanan terlalu besar pada produktivitas dari pada

potensi karyawan.

• Partisipasi cenderung menjadi sekedar ritual belaka, dan terjadi kehilangan

spontanitas. Dampaknya semakin sulit bagi anggota kelompok untuk

menemukan persoalan baru untuk diatasi.

2.4 Penyelesaian Masalah

Sebelum melakukan proses penyelesaian masalah dengan metode PDCA, tentukan

dahulu tim proyek yang mencakup :

a. Sponsor (Kelompok yang membiayai proses penyelesaian masalah)

b. Fasilitator

c. Ketua Tim

d. Anggota Tim

2.4.1 Proses Penyelesaian Masalah

Menurut Bellamy, S.D. (Agustus 22, 2002, p9), Proses penyelesaian masalah meliputi :

Plan 1. Definisikan masalah dan objek masalah (Serta lakukan penaganan cepat –

Quick Fix)

2. Analisis Sebab Akibat

3. Identifikasikan penyebab dominan dan akar penyebab

4. Buat rencana kegiatan / solusi

Do 5. Implementasi / pelaksanaan perbaikan

Check 6. Cek Hasil & Laporan

Action 7. Standarisasi hasil / Implementasi pada seluruh area yang berhubungan

2.5 PDCA (Plan, Do, Check, Action)

Menurut Bellamy, S.D. (Agustus 22, 2002, p3), PDCA diciptakan oleh W.Edwards

Deming pada tahun 1950 sebagai metode sederhana dalam melakukan penyelesaian

masalah secara berkesinambungan. Pada tahun 1950-an, Deming ditugaskan untuk


18

membantu jepang dalam usaha membangun kembali perekonomian negara Jepang.

Tujuan Deming menggunakan PDCA dengan Proses peningkatan yang

berkesinambungan adalah untuk membantu Jepang dalam membangun kembali

perindustrian mereka sehingga dengan begitu mereka dapat bersaing dipasar dunia pada

masa yang akan datang. Tujuannya adalah mencapai suatu tingkat kepuasan pelanggan.

Terdiri dari 4 tahapan, yaitu : Plan, Do, Check, Action.

2.5.1 Plan

Tujuan : Untuk menyelidiki situasi yang terjadi saat ini dan memahami dengan jelas

lingkungan masalah yang akan dibahas.

Tahapan :

Diagnosa - pembahasan kembali penerapan saat ini :

• Mendefinisikan masalah : Siapa?, Apa?, Di mana?, dan Kapan terjadi? (Who,

What, Where, and When).

• Tuliskan tujuan tim.

• Lakukan sumbang saran untuk mengetahui penyebab potensial dengan

menggunakan proses brainstorming atau dengan diagram sebab akibat.

• Mengidentifikasikan akar penyebab berdasarkan prioritas yang didapat dari

perhitungan perbandingan dan menggunakan metode 5 Why’s.

• Lakukan metode untuk mendapatkan data sebenarnya.

• Implementasikan perbaikan cepat (quick fixed) untuk menjaga konsumen.

• Buat diagram alur proses.

• Analisis data sebenarnya dan buat diagramnya.

2.5.2 Do

Tujuan : Untuk memberi penerangan (enlighten) kepada tim tentang masalah

sebenarnya dengan menganalisis data, mendefinisikan, dan mengimplementasikan

rencana perbaikan.
19

Tahapan :

Penerangan (enlighten) :

• Lakukan sumbang saran mengenai solusi.

• Prioritaskan solusi untuk mengidentifikasikan pengaruh yang terbaik.

• Hasilkan analisis pencegahan kerusakan.

• Hasilkan analisis pengaruh perbaikan.

• Buat perencanaan proses untuk mengimplementasikan perbaikan.

• Buat tolak ukur pelaksanaan dengan menggunakan kendali atau lembar

pemeriksaan (check sheet).

2.5.3 Check

Tujuan : Memonitor pengaruh dari implementasi rencana proyek dan menemukan

countermeasure yang akan meningkatkan perbaikan pada masa yang akan datang.

Tahapan :

Evaluasi :

• Kumpulkan data untuk mengawasi pelaksanaan perbaikan.

• Libatkan dan kendalikan pengaruh yang ada dengan perencanaan perbaikan.

• Komunikasikan dan buat umpan balik.

Validasi :

• Pisahkan hasil dengan mencari countermeasure untuk menentukan

perencanaan perbaikan selanjutnya.

2.5.4 Action

Tujuan : Untuk membahas kembali tindakan perbaikan dan membuat penyesuaian

yang dibutuhkan gabungan situasi terbaru didalam kondisi kerja nyata, selanjutnya

lakukan kembali PDCA.

Tindakan kunci :

Perbaikan dan standarisasi, meliputi :


20

• Tentukan apakah solusi dan penggabungan dengan kondisi kerja nyata

berjalan dengan efektif atau gagal. Jika gagal, tanyakan apa yang terjadi

dalam proses dan ulangi kembali proyek.

• Tentukan target berikutnya dan mulai kembali siklus PDCA.

ACT PLAN

Customer
Satisfaction

CHECK DO

PL
T

I NVESTI GATE
AN
AC

CORRECT &
STANDARDI SE CLARIFY OBJECTIVES

y REVIEW FEEDBACK & IDENTIFY POSSIBLE CAUSES


MAKE CORRECTIONS
BENCHMARK BEST PRACTICE
y STANDARDISE DO,
CHECK, ACT IDENTIFY TEAM ROLES

IMPLEMENT QUICK FIX

EVALUATE & VALI DATE ENLI GHTEN &


I MPLEMENT
PILOT STUDY SOLUTION
TO VERIFY DATA CARRY OUT TRIALS TO
PROVE CAUSES
COUNTERMEASURE
ANALYSE DATA TO
UNDERSTAND HOW
TRAINING
PROBLEM OCCURS
CH

COMMUNICATION IDENTIFY POSSIBLE


O

SOLUTIONS
EC

D
K

Gambar 2.1 Siklus PDCA

Sumber : Bellamy, S.D. (Agustus 22, 2002). PDCA Problem Sloving Guide. 5th Revision-

Health Version.
21

2.5.5 Alat Bantu Dalam 7 langkah PDCA

Menurut Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah

Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2003,pp6-15) dalam

implementasinya, 7 langkah PDCA menggunakan beberapa alat bantu, yaitu 7

QC Tools dan brainstorming tetapi dalam prakteknya tidak semua alat dari 7

QC Tools dan brainstorming akan digunakan dalam metode ini, tetapi

penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap langkah sehingga

akan didapatkan hasil yang optimal.

2.5.5.1 Tujuh QC Tools

Tujuh alat yang digunakan meliputi :

1. Check Sheet atau Lembar Pengumpul Data

Check Sheet adalah merupakan alat yang mutlak diperlukan bagi

mereka yang melaksanakan penelitian dan pengendalian kualitas atau

kuantitas barang ataupun jasa. Karena dari data yang

didapat/dikumpulkan dapat mengambil suatu gambaran, kesimpulan

ataupun keputusan yang akurat. Tanpa mempunyai data membuat

pengambilan kesimpulan/keputusan ataupun rencana tindakan hanya

berdasarkan kira-kira saja, sehingga bukan suatu yang mustahil akhirnya

kesimpulan/keputusan akan jauh dari yang diharapkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat Check Sheet, antara lain :

• Sasarannya harus jelas.

• Keterangan yang diperlukan memenuhi sasaran.

• Dapat diisi dengan mudah dan cepat.

• Dapat disimpulkan dengan cepat.

Secara umum Check Sheet dibagi dalam 3 jenis dengan fungsinya masing-masing :

1. Check Sheet
22

Suatu lembaran yang berisi bahan-bahan keterangan yang telah ditentukan

sasaran/keperluannya dengan kolom jumlah/ukuran barang atau kegiatan

yang diperiksa dengan penentuan waktu yang teratur ataupun bebas.

Fungsi Check Sheet :

• Untuk menghitung jumlah produksi/jasa yang dihasilkan.

• Untuk menghitung kerusakan/kesalahan produk yang dibuat.

• Untuk mengukur bentuk (panjang/volume hasil produksi).

• Untuk mengukur keadaan/kondisi alat/hasil produksi.

• Untuk mengukur waktu proses pekerjaan.

2. Check List

Suatu lembaran yang berisi bahan-bahan keterangan yang telah ditentukan

sasaran/keperluannya, kegiatan yang dicocokkan keberadaanya/jumlahnya

dengan penentuan waktu yang tertentu.

Fungsi Check List :

• Untuk mencocokkan ukuran hasil produksi dengan standar.

• Untuk mencocokkan jumlah pengiriman dengan pesanan.

• Untuk mencocokkan barang dengan jumlah yang dibawa/dikirim.

• Untuk mengontrol jenis barang yang dibeli.

3. Check drawing

Suatu lembaran yang berisi gambar barang yang telah ditentukan untuk

diperiksa keadaannya dan setiap barang menggunakan lembar yang berbeda.

Fungsi Check drawing :

• Untuk menunjukkan posisi/lokasi kerusakan.

• Untuk mencocokkan posisi pemasangan bagian barang produksi.

• Untuk pengontrolan lokasi masalah yang akan/telah diselesaikan.


23

Contoh Check Sheet :

Tabel 2.1 Contoh Check Sheet

No Jenis Cacat MI MII MIII MIV Jumlah Ket


1 Logo 6 8 6 5 25
2 Jahitan 20 25 30 20 95
3 Anyaman 8 8 12 12 40
Jumlah 34 41 48 37 160

Sumber : Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah Departemen

Perindustrian dan Perdagangan. 2003. Pengertian Gugus Kendali Mutu. Jakarta. p7.

2. Stratifikasi

Merupakan suatu teknik untuk mengklasifikasikan data sehingga dapat

dengan mudah dianalisis. Jenis Klasifikasi, meliputi : Jenis kerusakan, Penyebab

kerusakan, Lokasi kerusakan, Waktu, Area kerja, Operator, Jenis Kesalahan,

Pelanggan, dan Proses kerja.

Data pada Check Sheet dibuat Stratifikasi :

Tabel 2.2 Contoh stratifikasi

No Jenis Cacat Jumlah % % Komulatif

2 Jahitan 95 60 60
3 Anyaman 40 25 85

1 Logo 25 15 100

Jumlah 160 100

Sumber : Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah Departemen

Perindustrian dan Perdagangan. 2003. Pengertian Gugus Kendali Mutu. Jakarta.

p9.

3. Diagram Pareto

Menurut Tunggal (1998,pp29-30), Diagram pareto adalah suatu diagram

balok yang digunakan untuk menunjukkan urutan prioritas dari beberapa

masalah atau unsur-unsur masalah atau penyebab masalah menurut


24

kepentingan atau prioritasnya. Analisis pareto merupakan suatu pendekatan

yang terkoordinasi untuk mengidentifikasi, memberi tingkatan, dan bekerja

secara permanen menghilangkan kerusakan. Memfokus pada sumber kesalahan

penting. Aturan 80/20 : 80% masalah adalah karena 20% penyebab.

Menurut Nasution (2004, p114), Diagram pareto adalah diagram yang

dikembangkan oleh seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto

pada abad ke-19. Diagram pareto digunakan untuk memperbandingkan berbagai

kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar di

sebelah kiri ke yang paling kecil di sebelah kanan. Susunan tersebut membantu

kita untuk menentukan penting prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-

sebab kejadian yang dikaji atau untuk mengetahui masalah utama proses.

Dengan bantuan diagram pareto tersebut, kegiatan akan lebih efektif dengan

memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak yang paling

besar terhadap kejadian daripada meninjau berbagai sebab pada suatu ketika.

Berbagai diagram pareto dapat digambarkan dengan menggunakan data

yang sama, tetapi digambarkan secara berlainan. Dengan cara menunjukkan

data menurut frekuensi terjadinya, menurut biaya, waktu terjadi, dapat

diungkapakan sebagi prioritas penanganannya bergantung pada kebutuhan

spesifik. Dengan demikian, tidak dapat begitu saja menentukan bar yang

terbesar dalam diagram pareto sebagai persoalan yang terbesar. Dalam hal ini

harus dikumpulkan informasi secukupnya. Dalam mengadakan analisis pareto

harus diatasi setiap kejadian, bukan gejalanya.

Menurut Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah

Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2003, p7), Diagram pareto adalah

kombinasi dua macam bentuk grafik yaitu grafik kolom dan grafik garis, berguna

untuk :
25

• Menunjukkan masalah utama/pokok masalah.

• Menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap keseluruhan.

• Menunjukkan perbadingan masalah sebelum dan sesudah perbaikan.

Langkah-langkah pembuatan Diagram Pareto, antara lain :

Langkah 1 : Tentukan bagaimana data harus diklasifikasikan menurut

pelaksanaan pekerjaan.

Langkah 2 : Tentukan periode waktu yang diperlukan untuk mempelajari dan

buat lembar isian (check sheet) yang mencakup periode waktu

dari semua klasifikasi data yang mungkin, kemudian kumpulkan

datanya.

Langkah 3 : Untuk tiap kelompok hitunglah data untuk seluruh periode waktu

dan catatlah jumlah totalnya.

Langkah 4 : Gambarlah sumbu horisontal dan vertikal pada secarik kertas

grafik. Bagilah sumbu horisontal ke dalam bagian yang sama, satu

bagian untuk tiap kelompok. Skala sumbu vertikal dibuat

sedemikian rupa sehingga titik puncak sumbu vertikal tersebut

menggambarkan suatu jumlah yang sama dengan jumlah total

dari semua kelompok.

Langkah 5 : Gambar data ke dalam bentuk kolom. Mulailah dari sisi sebelah

kiri dari grafik tersebut dengan kelompok yang semakin kecil.

Bilamana ada kelompok yang disebut “lain-lain“ gambarkanlah

kelompok itu pada bagian yang paling akhir setelah kelompok

yang paling kecil.

Langkah 6 : Gambarlah garis komulatif. Mulailah dengan menggambar garis

diagonal memotong kolom yang pertama, dengan dimulai dari

dasar pada sudut kiri (titik nol). Dari bagian atas sudut kanan
26

pada kolom pertama, lanjutkan garis ini ke arah yang baru

dengan menggerakkannya kearah kanan yang jaraknya sama

dengan tinggi kolom kedua, dari titik tersebut tariklah garis lurus

untuk ruas berikutnya, teruskan ke arah kanan dengan jarak

yang sama dengan lebar kolom dan menuju ke atas dengan jarak

yang sama dengan tingginya kolom ketiga. Ulangi terus sampai

ujung sudut kanan paling atas dari grafik tercapai. Tingginya garis

komulatif pada titik ini menggambarkan jumlah data yang telah

dikumpulkan.

Langkah 7 : Buat sumbu vertikal yang lain di sebelah kanan grafik, dan buat

skala dari 0 – 100 %. Akhir dari garis komulatif adalah pada titik

yang bertuliskan 100%.

Langkah 8 : Tambahkan keterangan pada diagram pareto tersebut. Jelaskan

siapa yang telah mengumpulkan data tersebut, kapan dan

dimana, serta tambahan informasi apa saja yang penting untuk

mengidentifikasi data. Tuliskan tanggal pembuatan diagram

pareto tersebut, nama anggota gugus yang bertanggung jawab

atas persiapan diagram tersebut.


27

Contoh Diagram Pareto :

160 100%

85%

95
60%
Jenis cacat : 1. Logo
40
25 2. Jahitan

3. Anyaman

0 2 3 1
Gambar 2.2 Contoh Diagram Pareto

Sumber : Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah Departemen

Perindustrian dan Perdagangan. 2003. Pengertian Gugus Kendali Mutu. Jakarta.

p10.

4. Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram)

Disebut juga “Grafik Tulang Ikan”, yaitu diagram yang menunjukkan

sebab akibat yang berguna untuk mencari atau menganalisa sebab akibat

timbulnya masalah sehingga memudahkan cara mengatasinya.

Penggunaan Analisis Sebab Akibat :

• Untuk mengenal penyebab yang penting.

• Untuk memahami semua akibat dan penyebab.

• Untuk membandingkan prosedur kerja.

• Untuk menemukan pemecahan yang tepat.

• Untuk memecahkan hal apa yang harus dilakukan.

• Untuk mengembangkan proses.

Langkah-langkah membuat diagram Sebab Akibat :


28

Langkah 1 : Gambarlah sebuah garis horisontal dengan suatu tanda panah

pada ujung sebelah kanan dan suatu kotak didepannya. Akibat

atau masalah yang ingin dianalisis di tempatkan dalam kotak.

AKIBAT

Gambar 2.3 Langkah 1 Pembuatan Diagram Sebab Akibat

Sumber : Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah

Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2003. Pengertian

Gugus Kendali Mutu. Jakarta. p10.

Langkah 2 : Tulislah penyebab utama (metode, bahan, alat dan manusia)

dalam kotak yang di tempatkan sejajar dan agak jauh dari garis

panah utama. Hubungan kotak tersebut dengan garis panah yang

miring ke arah garis panah utama. Kadang-kadang mungkin, atau

mungkin diperlukan untuk menambahkan lebih dari empat macam

penyebab utama.

Metode Bahan

Akibat

Alat Manusia

Gambar 2.4 Langkah 2 Pembuatan Diagram Sebab Akibat

Sumber : Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah Departemen

Perindustrian dan Perdagangan. 2003. Pengertian Gugus Kendali Mutu. Jakarta.

p11.

Langkah 3 : Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab

utama, yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh

terhadap penyebab utama. Hubungkan penyebab kecil tersebut


29

dengan sebuah garis panah dari penyebab utama yang

bersangkutan.

Metode Bahan

Akibat

Alat Manusia

Gambar 2.5 Langkah 3 Pembuatan Diagram Sebab Akibat

Sumber : Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah Departemen

Perindustrian dan Perdagangan. 2003. Pengertian Gugus Kendali Mutu. Jakarta.

p11.

Beberapa pokok yang perlu diingat adalah sebagai berikut :

• Perlu adanya partisipasi dari semua anggota gugus, dan semua anggota

harus benar-benar ikut terlibat didalam menganalisis penyebabnya.

• Harus diperoleh sejumlah ide (penyebab).

• Harus didorong untuk melakukan acara secara bebas.

• Tidak diperkenankan untuk mengeritik.

• Penyebab tersebut harus terkumpul lebih dahulu sebelum seseorang

mengambil tindakan pemecahan. Seringkali semua informasi ide ditulis pada

sebuah papan tulis yang besar dan disajikan untuk dipertimbangkan dalam

waktu seminggu guna memberikan kesempatan kepada mereka untuk

menambah beberapa penyebab yang mungkin masih ada pada diagram

tersebut seperti yang terlintas dalam pemikiran mereka.


30

• Para anggota diminta untuk memberi tanda atau memilih penyebab yang

mereka rasakan paling penting.

5. Histogram

Histogram adalah bentuk dari grafik kolom yang memperlihatkan distribusi

yang diperoleh bila mana data dalam bentuk angka telah terkumpul. Meskipun

suatu histogram dibuat berdasarkan contoh data, namun tujuannya adalah untuk

memberikan saran mengenai kemungkinan distribusi keseluruhan data (populasi)

yang contoh datanya diambil. Dalam Histogram, nilai dari peubah

berkesinambungan digambarkan pada sumbu horisontal yang dibagi dalam kelas

atau sel yang mempunyai ukuran sama. Biasanya ada satu kolom untuk tiap

kelas dan tingginya kolom menggambarkan jumlah terjadinya nilai data dalam

jarak yang digambarkan oleh kelas. Histogram ini dipakai untuk menentukan

masalah dengan melihat bentuk dan sifat dispersi dan nilai rata-rata.

Langkah-langkah pembuatan Histogram :

Langkah 1 : Kumpulkan data sekurang-kurangnya 30 sampai 50 dan sedapat-

dapatnya lebih, makin banyak datanya makin banyak kesimpulan

yang disarankan oleh data itu dapat dipercaya.

Langkah 2 : Carilah nilai frekuensi yang terbesar (L) dan nilai frekuensi yang

terkecil (S) dan kurangi untuk memperoleh bidang yang dicakup

(jarak) : R= L – S.

Langkah 3 : Menentukan jumlah kelas data dapat digunakan dengan rumus

Sturges yaitu :

k = 1 + 3.322 log n

Atau

k √n, dimana k harus dijadikan bilangan bulat

k = jumlah kelas
31

n = jumlah frekuensi / angka yang terdapat dalam data

Langkah 4 : Untuk memperoleh interval kelas atau panjang kelas adalah

dengan jarak dibagi jumlah kelas.

Jarak
i = ------------
k

Langkah 5 : Tentukan batas kelas, batas kelas ini merupakan kelipatan

berurutan dari ukuran kelas. Angka yang paling kecil adalah

kurang dari pada atau sama dengan nilai contoh yang terkecil.

Langkah 6 : Buat lembar hitungan (tally sheet) dengan memasukkan data

angka ke dalam kelas yang telah ditentukan. Setelah pemasukan

angka-angka sedemikian selesai, hitung jumlah frekuensi data

pada setiap kelas.

Langkah 7 : Gambarlah garis mendatar dan garis tegak pada selembar kertas

grafik. Pada garis horisontal, tunjukkan semua batas kelas dengan

beri tanda “X” pada jarak yang sama. Periksalah lembar hitungan

untuk mencari jumlah tanda hitungan yang terbanyak pada suatu

kelas tertentu dan gambarkan skalanya pada garis tegak sesuai

dengan itu.

Langkah 8 : Pindahkan data dari lembar hitungan ke kertas grafik dengan

menggambar satu kolom pada setiap kelas yang tinggi kolomnya

sebanding dengan jumlah tanda hitungan yang ada di kelas

tersebut.

Langkah 9 : Tambahkan suatu catatan pada histogram tersebut, yang

menunjukkan siapa yang mengumpulkan data kapan dan dimana,

serta masukkan informasi tambahan apa saja yang diperlukan

untuk pengenalan data tersebut.


32

6. Diagram Tebar (Scatter Diagram)

Menggambarkan hubungan antara dua data yang dipetakan dalam suatu

diagram. Diagram tebar digunakan sebagai alat penguji hubungan antara sebab

dan akibat.

Langkah-langkah pembuatan Diagram Tebar :

Langkah 1 : Kumpulkan data dan masukkan dalam tabel.

Langkah 2 : Gambarkan sumbu tegak dan sumbu datar beserta skala dan

keterangannya.

Langkah 3 : Gambarkan titik-titik koordinat data tersebut.

Gambar 2.6 Langkah 3 Pembuatan Diagram Tebar

Sumber : Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah

Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2003. Pengertian

Gugus Kendali Mutu. Jakarta. p14.

7. Grafik

Grafik adalah kumpulan data yang dinyatakan dalam bentuk gambar

secara sistematis.

Gunanya grafik :

• Mempermudah, memperjelas serta mempercepat pembacaan data.

• Dapat memaparkan data yang lalu dan data yang baru sekaligus.

• Dapat melihat dengan jelas perbadingan dengan data lain yang

berhubungan.
33

• Untuk membantu/mempermudah manganalisa dalam pengambilan

keputusan.

Berbagai jenis grafik digunakan, yang pemakaiannya tergantung pada tujuan

analisis. Jenis-jenis grafik adalah :

• Grafik Garis (Line Graph).

• Grafik Kolom/Balok (Bar Graph).

• Grafik Lingkaran (Circle Graph).

Langkah-langkah pembuatan grafik :

Langkah 1 : Kumpulkan sejumlah data, tentukan jumlah datanya dan sebutkan

sumber datanya.

Langkah 2 : Temukan frekuensi data maksimum dan minimumnya.

Langkah 3 : Cantumkan secara jelas keterangan yang menunjukkan nama data

(data dari apa).

Langkah 4 : Cantumkan waktu/periode pengumpulan data, dalam periode yang

sama dan kontinu.

Langkah 5 : Cantumkan secara jelas penunjukkan/ukuran skala/unit baik untuk

sumbu tegak maupun sumbu datar (untuk grafik garis/balok).

Langkah 6 : Petunjuk skala (garis kecil) terletak dibagian dalam sumbu grafik.

2.5.5.2 Brainstorming (Sumbang Saran)

Berdasarkan pendapat Nasution (2004, p125), Brainstorming digunakan

untuk mengetahui apa akar penyebab terjadinya masalah. Brainstorming adalah

cara untuk memacu pemikiran kreatif guna mengumpulkan ide-ide dari suatu

kelompok dalam waktu relatif singkat. Menurut Perhimpunan Manajemen Mutu

Indonesia, Brainstroming adalah sebuah wadah yang dapat digunakan untuk

mengembangkan Kreatifitas Karyawan dalam bekerja, sehingga secara tidak

langsung dapat meningkatkan kompetensi karyawan. Hal ini diperlukan agar


34

karyawan bekerja dengan orientasi pada Mutu Kerja dan Mutu Hasil, sehingga tidak

hanya bekerja berdasarkan instruksi saja, tetapi dengan inisiatif untuk melakukan

yang lebih baik, dari hari ke hari. Dalam melaksanakan brainstorming perlu

diperhatikan hal-hal berikut :

1. Masing-masing anggota kelompok telah sependapat mengenai isu pokok

yang akan dibahas.

2. Harus diciptakan kondisi di mana masing-masing anggota kelompok merasa

bebas untuk mengemukakan idenya.

3. Hindari saling kritik dalam mengemukakan ide oleh para anggota kelompok.

4. Ungkapan ide yang dikemukakan perlu ditulis sebagaimana aslinya.

5. Pada akhirnya brainstorming, dibuat rangkuman ide-ide yang dikemukakan.

Ide-ide yang telah terkumpul dari brainstorming sering digunakan pada

piranti lain guna analisis selanjutnya. Piranti-piranti yang sering digunakan hasil

brainstorming adalah diagram sebab akibat.


35

2.6 Keterkaitan 7 Langkah dan 7 Alat Bantu


Tabel 2.3 Tabel Keterkaitan 7 Langkah dan 7 Alat Bantu
No. Langkah Kegiatan Tujuan dan Uraian Kegiatan Alat Bantu
• Memutuskan persoalan atau tema peningkatan • Brainstorming
• Mengumpulkan data yang berkaitan dengan • Check-sheet
Identifikasi Masalah & persoalan • Stratification
Penetapan Target • Graphs
1.
Perbaikan • Control Chart
(Plan) • Diagram Pareto
• Histogram
• Diagram Pencar
• Menganalisis semua kemungkinan penyebab
Analisa Sebab Akibat • Brainstorming
2. dari persoalan
(Plan) • Fishbone Diagram
• Menetukan hipotesa akar penyebab utama
• Brainstorming
• Mengumpulkan data pendukung hipotesa akar
Pembuktian Hipotesa • Pareto Diagram
3. penyebab utama
(Plan) • Grafik
• Menentukan kepastian akar penyebab utama
• Diagram Pencar
• Menentukan target atau sasaran proyek • SMART
perbaikan / peningkatan • 5W2H
• Menyusun rencana kegiatan proyek perbaikan /
peningkatan
• Topic (Apa permasalahannya)
Rencana Perbaikan • What (Apa solusinya)
4.
(Plan) • Why (Alasan mengapa solisinya seperti itu)
• How (Bagaimana Proses solusi itu dijalankan)
• Who (Siapa yang akan bertanggung jawab)
• When (Kapan proses solusi dijalankan
• Where (Di mana proses solusi dijalankan)
• How Much (Berapa anggaran yang dirancang)
• Melaporkan semua kejadian yang dialami • 3W2H
selama menjalankan proses solusi pada tahap 4
• Topic (Apa permasalahannya)
• How (Melaporkan kegiatan proses solusi itu
Pelaksanaan
pelaksanaan solusi)
5. Perbaikan
• Who (Siapa yang melaksanakannya)
(Do)
• When (Kapan proses solusi dijalankan
• Where (Di mana proses solusi dijalankan)
• How Much (Berapa anggaran yang telah
dipergunakan)
• Membandingkan kinerja sebelum, selama, dan • Check-sheet
sesudah proyek • Diagram Pareto
• Mengetahui tingkat keberhasilan solusi yang • Histogram
dijalankan • Control Chart
• Menganalisis semua dampak yang ditimbulkan • Graphs
setelah pelaksanaan
Cek Hasil & Laporan • Quality (Dampak terhadap kualitas produk atau
6.
(Check) jasa)
• Cost (Dampak pembiayaan setelah proyek)
• Delivery (Dampak lead time)
• Safety (Dampak terhadap keamanan,
keselamatan dan lingkungan)
• Morale (Dampak terhadap moral dan
kompetensi karyawan yang terlibat)
• Intruksi Kerja
• Menjaga konsistensi penerapan solusi yang telah
Standarisasi • Standard Operation
7. terbukti berhasil dan baik
(Action) Procedures (SOP)
• Mencegah terjadinya pengulangan persoalan
• ISO 9000
Sumber : Setiono, R.B. 2004. Buku panduan pelaksanaan Quality Circle. Mega Prima, Jakarta.

p8.
36

2.7 Produktivitas

2.7.1 Pengertian Produktivitas

Menurut Nasition (2004, p285), Produktivitas merupakan rasio antara hasil

kegiatan (output) dan segala pengorbanan (input) dalam menghasilkan sesuatu.

Peningkatan produktivitas akan meningkatkan pendapatan karyawan yang akan

menambah daya beli masyarakat. Dalam memanfaatkan sumberdaya manusia secara

optimal untuk peningkatan produktivitas diperlukan struktur organisasi yang baik dan

jelas, peningkatan kualitas SDM, dan keterlibatan total karyawan serta keterpaduan

dari seluruh kegiatan.

2.7.2 Peningkatan Produktivitas

Menurut Nasution (2004, p285), Perencanaan peningkatan produktivitas

mencakup lima tahap, yaitu menganalisis situasi, merancang program, menciptakan

kesadaran, menerapkan program, dan mengevaluasi pelaksanaan program. Dalam

meningkatkan produktivitas terdapat lima cara, yaitu mereduksi biaya, mengelola

pertumbuhan, bekerja lebih tangkas, mengurangi aktivitas, dan bekerja lebih efektif.

Namun, peningkatan produktivitas harus dilakukan bersama-sama dengan peningkatan

kualitas untuk meningkatkan kemampuan memperoleh laba perusahaan.

2.7.3 Hubungan Produktivitas, Kualitas, dan Kemampu-labaan

Menurut Nasution (2004, p284), Upaya peningkatan mutu memang tidak dapat

dipisahkan dari usaha peningkatan produktivitas. Usaha yang berlebihan untuk

mendorong produktivitas bisa mengorbankan mutu dari output. Sebaliknya, fokus yang

berlebihan pada peningkatan mutu bisa mengurangi perhatian untuk memperbaiki

produktivitas, bahkan mungkin akan mengorbankan produktivitas demi mengejar mutu

yang tinggi. Keduanya saling berhubungan dan saling melengkapi satu sama lain.

Bila kualitas dari produktivitas dihubungkan dengan secara sungguh-sungguh

akan menghasilkan kemampuan-labaan. Seluruh prinsip dari hubungan mutu dan


37

produktivitas serta kemampuannya dalam menghasilkan laba terletak pada kesadaran

dari para pelanggannya untuk mengetahui apa-apa, khususnya produk yang bermutu

dengan harga relatif murah.

2.8 Kerangka Pemikiran

Langkah 8 Langkah 1

Memilih persoalan- Identifikasi Masalah &


persoalan berikut Penetapan Target

Langkah 7 Langkah 2

Menetapkan Analisis Sebab Akibat


Standarisasi

Langkah 6 Langkah 3

Cek Hasil & Laporan Pembuktian Hipotesa


untuk Menentukan
Penyebab Utama

Langkah 5 Langkah 4

Pelaksanaan Perbaikan Membuat Rencana


Kegiatan

Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran


38

2.9 Metodologi Penelitian

2.9.1 Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian tindakan. Berdasarkan pendapat

Sugiyono (2004, p9), Penelitian tindakan (Action Research) merupakan penelitian

yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga

biaya produksi dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat. Penelitian

melibatkan peneliti dan karyawan untuk mengkaji bersama-sama tentang kelemahan

dan kebaikan prosedur kerja, metode kerja, dan alat-alat kerja yang digunakan selama

ini dan selanjutnya mendapatkan metode kerja baru yang dipandang paling efisien.

Metode kerja baru tersebut selanjutnya dicobakan, dievaluasi secara terus-menerus

dalam pelaksanaannya sehingga sampai ditemukan metode yang paling efisien untuk

dilaksanakan. Menurut jenis penelitian, metode yang digunakan dalam penerapan QCC

adalah 7 (tujuh) langkah dan 7 (tujuh) alat untuk menentukan obyek/masalah, analisa,

perumusan langkah-langkah perbaikan sampai kepada kegiatan penyusunan

perbaikan.

Jadi dapat dinyatakan di sini bahwa, penelitian tindakan adalah suatu proses

yang dilalui oleh perorangan atau kelompok yang menghendaki perubahan dalam

situasi tertentu untuk menguji prosedur yang diperkirakan akan menghasilkan

perubahan tersebut dan kemudian, setelah sampai pada tahap kesimpulan yang dapat

dipertanggungjawabkan, melaksanakan prosedur ini. Tujuan utama penelitian ini

adalah mengubah (1) situasi, (2) perilaku, (3) organisasi termasuk struktur mekanisme

kerja, iklim kerja dan pranata (peraturan yang ada dalam lingkungan kerja).

Sedangkan menurut jenis data dan analisanya, data ini termasuk data gabungan

antara data kualitatif dan data kuantitatif. Menurut Sugiyono (2004, p14), Data

kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar.

Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif
39

yang diangkakan (Skoring : baik sekali = 4, baik = 3, kurang baik = 2 dan tidak baik =

1).

2.9.2 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dipakai pada penelitian ini adalah data primer yang didapat dari

perusahaan, yaitu melalui wawancara langsung dengan pihak perusahaan serta

melakukan kegiatan observasi untuk mengamati perilaku karyawan dalam bekerja.


5

Anda mungkin juga menyukai