Anda di halaman 1dari 16

BAB VI

PENGENDALIAN MUTU

6.1 Deskripsi Singkat


Dalam pertemuan ini Anda akan mempelajari apa yang dimaksud dengan
pengendalian mutu, maksud dan tujuan pengendalian mutu dan bagaimana
pengendalian mutu dilakukan. Materi dalam Bab VI diambil dari Buku Referensi
untuk Kontraktor Bangunan Gedung dan Sipil tahun 2003 halaman 96 sampai
dengan 97, Modul Pelatihan Quality Assurance of Housing/Building and
Highway/Bridges.

6.2 Capaian Pembelajaran


Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan apa
yang dimaksud dengan pengendalian mutu dan bagaimana pengendalian mutu
dilakukan

6.3 Materi Belajar


6.3.1 Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
Pengertian Mutu
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001) yang diadopsi oleh
American Society for Quality Control, pengertian mutu adalah totalitas bentuk dan
karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas maupun tersembunyi.
Sedangkan menurut Siswanto (2005), mutu (quality) adalah “ suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.”

41
Definisi mutu berdasarkan ISO 9000:2000, seperti dikutip oleh Rudi
Suardi (2003) adalah “derajat atau tingkat karakteristik yang melekat pada produk
yang mencukupi persyaratan atau keinginan”.

Dari tiga pengertian mutu yang dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa mutu adalah suatu totalitas bentuk, karakteristik dari barang atau jasa serta
kondisi dan proses serta lingkungan secara keseluruhan yang menunjukkan
kemampuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas maupun
tersembunyi.

Pengertian Manajemen Mutu dan Perkembangannya


Pengertian Manajemen Mutu (Quality Management) menurut Miranda dan
A.W. Tunggal (2003) adalah “keseluruhan metode untuk mengatur mutu dalam
suatu organisasi meliputi produk, jasa, kinerja proses dan sumber daya manusia.”
Masih menurut Miranda dan A.W. Tunggal (2003), manajemen mutu
menggabungkan trilogi mutu untuk menyukseskan semua program perbaikan yang
meliputi perencanaan mutu, pengendalian mutu dan perbaikan mutu yang
dilaksanakan melalui kerja tim.
Revolusi mutu yang dimulai sejak paruh kedua abad ke-20 di Jepang
sebetulnya sudah dimulai jauh sebelumnya, dan Edwards Deming (1900-1994)
dianggap telah memberikan sumbangan terbesar terhadap gerakan mutu. Intisari
manajemen mutu Deming terdiri dari dua bagian. Pertama, Hindari Tujuh
Penyakit Mematikan. Kedua, Ikuti Empat Belas Butir Prinsip Mutu. Keduanya
dilaksanakan dalam siklus proses yang dikenal sebagai siklus PDCA, yaitu:
 PLAN : Rencanakan proses mutu yang berorientasi pada kebutuhan pelanggan
 DO : Implementasikan PLAN di atas dengan konsisten
 CHECK : Monitor jalannya proses, kemudian lakukan evaluasi untuk
perbaikan
 ACT : Integrasikan tindakan perbaikan di atas ke dalam PLAN pada siklus
berikutnya
Sedangkan, Empat Belas Butir Falsafah Mutu Deming, terangkum dalam
buti-butir sebagai berikut:

42
1) Pertahankan semangat menuju perbaikan
2) Ciptakan filosofi mutu terbaru
3) Hentikan kebergantungan pada penilaian massa
4) Akhiri praktik bisnis perolehan keuntungan dalam jangka waktu pendek
5) Tingkatkan sistem terus menerus
6) Selenggarakan pelatihan untuk memperbaiki kinerja karyawan
7) Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi membantu manusia
8) Singkirkan rasa takut untuk mengajukan perntanyaan
9) Hilangkan kendala dalam hubungan antar karyawan
10) Hilangkan slogan, tuntutan dan target kerja
11) Hilangkan angka-angka kuota
12) Hilangkan rintangan menuju kebanggaan kerja
13) Buatlah program pendidikan dan pelatihan yang bermutu
14) Bersiap-siaplah melakukan transformasi
Bila empat belas butir di atas dilakukan oleh perusahaan secara konsisten,
perusahaan akan bergerak ke arah kesempurnaan. Namun di sisi lain terdapat
tujuh hambatan yang dinamakan Tujuh Penyakit Mematikan, yaitu:
1) Perusahaan kurang konsisten terhadap tujuan proses mutu
2) Penekanan terlalu kuat pada laba jangka pendek
3) Sistem penilaian prestasi adalah peningkatan dan penilaian tahunan
4) Mobilitas manajemen kurang
5) Manajemen terlalu berfokus pada angka-angka saja
6) Biaya kesehatan yang berlebihan
7) Biaya hukum yang berlebih

Pengertian Manajemen Mutu Terpadu


Pengertian manajemen mutu terpadu menurut Siswanto (2005) adalah
“suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara terus-menerus
atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya.”
Menurut Siswanto (2005), empat prinsip utama dalam manajemen terpadu,
adalah:

43
1) Kepuasan pelanggan
Yang dimaksud pelanggan di sini mencakup pelanggan internal maupun
eksternal. Dan dalam hal kebutuhan pelanggan yang berusaha dipuaskan
dalam berbagai aspek yang meliputi harga, keamanan dan ketepatan waktu.
Mutu yang dihasilkan sama halnya dengan nilai yang diberikan untuk
meningkatkan mutu hidup para pelanggan. Karenanya semakin tinggi yang
diberikan kepada pelanggan maka semakin besar pula kepuasannya.
2) Menaruh rasa hormat terhadap setiap orang
Menyadari bahwa setiap individu memiliki kreatifitas yang unik, karyawan
dianggap sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai. Dengan
demikian, setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi
kesempatan untuk terlibat serta berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
3) Manajemen berdasarkan fakta
Setiap keputusan hendaknya selalu didasarkan pada fakta, buka didasarkan
pada intiusi. Dalam hal ini terdapat dua konsep penting, yaitu:
a) Prioritas, yaitu suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada
seluruh aspek pada waktu yang bersamaan, mengingat keterbatasan
sumber daya yang ada.
b) Variasi atau variabilitas kinerja manusia, yaitu dengan menggunakan data
statistic untuk memberikan gambaran mengenai variabilitas yang
merupakan bagian integral dari sistem organisasi. Dengan demikian,
manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan
yang akan dilakukan.
4) Perbaikan berkesinambungan
Perbaikan yang berkesinambungan yang perlu dilakukan setiap perusahaan
adalah menyangkut siklus PDCA yang terdiri atas tahapan perencanaan,
pelaksanaan, pemeriksaan hasil dan tindakan perbaikan terhadap hasil yang
diperoleh.

6.3.2 Pengertian Sistem Mutu


Pengertian Sistem Mutu (Quality System) menurut Miranda dan A. W.
Tunggal (2003) adalah “Bagian dari praktek, tanggung jawab, kebijakan dan

44
prosedur yang digunakan oleh sebuah organisasi untuk melaksanakan dan
mempertahankan tingkatan mutu dalam produk, proses dan jasa.”
Menurut David L. Goetsch dan Stanley B. Davis (2004) definisi Sistem
Mutu adalah “ The quality system is composed of all the organization policies,
procedures, plans, resources, processes and delineation of responsibility and
authority, all deliberately aimed at achieving product or services quality levels
consistent with customer satisfaction and the organization’s objectives. When
these policies, procedures, plans and so forth, are taken together, they define how
the organization works and how quality is managed”.
Masih menurut David L. Goetsch dan Stanley B. Davis (2004), setelah
diterjemahkan, sistem mutu mencakup dokumentasi sebagai berikut:
1) A Quality policy (kebijakan mutu)
Kebijakan atau pernyataan yang menjelaskan pendekatan organisasi terhadap
mutu.
2) The Quality manual (manual mutu)
Dokumen ini harus mengacu pada setiap klausul sesuai standar mutu yang
diadopsi oleh perushaan (ISO, OHSAS, HACCP dll). Dalam dokumen ini juga
secara khusus dimasukkan bagan organisasi dan hal-hal yang menggambarkan
tanggung-jawab manajemen dalam pengoperasian sistem mutu. Sebagai bahan
referensi terdapat prosedur jaminan mutu.
3) QA Procedures (prosedur jaminan mutu)
Dokumen ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan organisasi untuk
memenuhi kebijakan mutu. Sebagai batas minimum ada prosedur bagi setiap
klausul standar mutu yang diterapkan (ISO, OHSAS, HACCP, SNI, dll).
Prosedur tersebut biasanya untuk proses kerja yang memiliki dampak, baik
pada mutu produk maupun jasa
4) Forms, records and so on (formulir, arsip dan lain-lain)
Dokumen ini menyediakan bukti-bukti aktifitas bagi organisasi dan auditor.
Dokumentasi ini digunakan untuk menjamin konsistensi dalam proses kerja
dan organisasi-organisasi. Bagi auditor, dokumentasi tersebut digunakan untuk
memeriksa pemenuhan terhadap mutu.

45
Dari dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem mutu
adalah semua kebijakan, prosedur, rencana, sumber daya, proses dan gambaran
tanggungjawab dan wewenang yang dilakukan secara bersamaan oleh organisasi
dengan tujuan agar tercapainya tingkat mutu yang konsisten dan sesuai dengan
tujuan organisasi.

6.3.3 Pengertian Perbaikan Berkelanjutan


Perbaikan berkelanjutan (Quality Improvement) menurut Miranda dan
A.W. Tunggal (2003) adalah semua aktifitas terorganisasi untuk memperbaiki
mutu dan nilai produk atau jasa kepada pelanggan.
Menurut klausul 8.5.1 ISO 9001:2000, perbaikan berkelanjutan dalam
organisasi harus terus menerus memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu
melalui pemakaian kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit, analisa data,
tindakan korektif dan preventif dan tinjauan manajemen.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian perbaikan
berkelanjutan adalah semua aktifitas organisasi yang bertujuan untuk secara
berkelanjutan memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu melalui
pemakaian kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit, analisa data, tindakan
korektif dan preventif.

6.3.4 Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu di dalam konstruksi pada dasarnya mencakup
pemastian adanya kesesuaian (compliance) terhadap standar minimum material
dan workmanship untuk dapat menjamin bahwa performansi fasilitas yang
dibangun adalah sesuai dengan yang direncanakan. Standar minimum ini
dicantumkan di dalam spesifikasi. Di dalam prosedur pengendalian mutu
tradisional, untuk menjamin adanya kesesuaian ini, digunakan pengambilan
contoh uji secara acak dan metoda statistik sebagai dasar untuk penerimaan atau
penolakan pekerjaan yang telah diselesaikan dan material yang digunakan.
Penolakan didasarkan kepada tidak dipenuhinya atau pelanggaran terhadap
spesifikasi perancangan yang relevan.

46
Asumsi implisit di dalam praktek pengendalian mutu tradisional ini adalah
adanya tingkat mutu yang dapat diterima yaitu fraksi bahan rusak yang diijinkan
ada. Material yang diperoleh dari supplier atau pekerjaan yang dilaksanakan oleh
suatu pihak diperiksa dan dapat dinyatakan diterima bila diperkirakan prosentase
kerusakan berada di dalam tingkat mutu yang dapat diterima.
Selain cara pengendalian mutu yang tradisional tersebut, dewasa ini telah
diterapkan pula cara yang disebut dengan pengendalian mutu total (total quality
control). Di dalam cara ini, tidak diijinkan adanya satupun bahan atau pekerjaan
yang memiliki kerusakan atau kekurangan di dalam seluruh proses konstruksi.
Walaupun hal ini tidak pernah akan tercapai secara permanen, dengan cara ini ada
suatu tujuan mencapai “zero defect” sehingga suatu perusahaan tidak pernah akan
puas dengan program pengendalian mutunya walaupun kerusakan atau
kekurangan terus menerus berkurang secara berarti dari tahun ke tahun.

6.3.5 ISO-9000 dan Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu di proyek dilaksanakan berdasarkan inspeksi lapangan
oleh petugas yang bertanggung jawab dalam pengendalian mutu. Bagi perusahaan
jasa konstruksi yang telah mengikuti dan memperoleh sertifikat ISO-9000, sebagai
sistem manajemen mutu, maka pengendalian mutu pekerjaan pembangunan suatu
proyek konstruksi mengikuti ketentuan dan prosedur yang ada dalam Sistem
Manajemen Mutu standar ISO-9000 tersebut.
Penerapan standar ISO-9000 di proyek meliputi:
1) Implementation Procedure dan Work Instruction untuk setiap pekerjaan
Procedure dan Work Instruction disusun sesuai yang disyaratkan dalam ISO
9000 dan merupakan panduan bagi Manajemen Proyek untuk penyediaan
sumber daya yang diperlukan guna pemenuhan targe-target yang telah
ditentukan dengan memfokuskannya kepada kepuasan pelanggan.
2) Internal dan External Audit
Guna memonitor pencapaian target selama proses kerja berlangsung, maka
perlu dilakukan audit secara periodik. Agar penyimpangan selama dalam
proses kerja dapat segera terdeteksi untuk mengurangi kemungkinan kesalahan

47
atau kerugian yang lebih besar. Adapun tahapan kegiatan Audit dilaksanakan
sebagai berikut:
Oleh pihak internal, berupa:
a) Inspeksi/tes sesuai metode kerja
b) Inspeksi oleh Para Petugas Perusahaan yang bertanggung jawab\
c) Inspeksi oleh pihak manajemen
d) Management Review secara periodik (mingguan /bulanan/ triwulanan/
semesteran) sesuai ruang lingkupnya
e) Questionaire (angket) kepada pelanggan sebagai ukuran untuk
menetapkan kepuasan Pelanggan atas produk yang diterima
Oleh pihak external, berupa:
a) Audit oleh suatu Badan Sertifikasi Internasional
b) Pengukuran dan Analisis
Hasil temuan audit selalu dianalisa untuk menetapkan program perbaikan
selanjutnya, sehingga diharapkan pihak perusahaan selalu dapat memenuhi
apa yang disyaratkan dan diharapkan oleh para pelanggan
c) Improvement
Setiap perbaikan (improvement) yang diusulkan harus diuji nilai lebihnya
terhadap operasional dan keuntungan perusahaan, dan apabila hasilnya
positif bagi Perusahaan, maka Manajemen akan menetapkan sebagai target
atau ketentuan perusahaan yang harus dipenuhi, dan menyediakan sumber
daya diperlukan bagi pemenuhannya.

6.3.6 Acuan Pengendalian Mutu


Dokumen yang digunakan sebagai acuan dalam pengendalian mutu adalah
spesifikasi teknis dan gambar rencana. Berbagai kriteria dalam perencanaan
tercermin dalam dokumen tersebut. Tujuan dari suatu spesifikasi teknis adalah
memberikan petunjuk kepada kontraktor mengenai:
1) Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan
2) Metoda yang boleh atau tidak boleh digunakan dalam melaksanaan pekerjaan
3) Mutu dan tipe material dan workmanship yang dapat diterima

48
Biasanya spesifikasi teknis meliputi persyaratan-persyaratan khusus
(special provisions) dari perencana maupun referensi terhadap spesifikasi yang
secara umum telah berlaku untuk dipergunakan selama konstruksi. Spesifikasi
umum untuk mutu pekerjaan telah tersedia untuk berbagai macam pekerjaan dan
telah dipublikasikan oleh berbagai badan, di Indonesia misalnya Direktorat Cipta
Karya dan Direktorat Bina Marga. Dapat pula dipergunakan publikasi dari
berbagai badan di luar negeri seperti American Society for Testing and Materials
(ASTM), American Welding Society (AWS) dan lain-lain. Spesifikasi umum ini
seringkali harus mengalami modifikasi sehingga lebih sesuai kondisi local,
material yang tersedia, peraturan lokal dan keadaan-keadaaan khusus lainnya.
Spesikasi teknis biasanya terdiri dari sejumlah instruksi atau larangan
dalam pelaksanaan pekerjaan. Masalah utama di dalam penulisan spesifikasi
adalah harus adanya “trade off” di antara mengasumsikan ketepatan interpretasi
pihak-pihak yang terlibat terhadap berbagai persyaratan yang tercantum dengan
kekakuan persyaratan atau toleransi.
Di satu sisi spesifikasi yang terlalu kabur mengandung resiko kesalahan
interpretasi pihak-pihak yang terlibat, sedangkan di sisi yang lain persyaratan
yang terlalu kaku atau toleransi yang terlalu sempit mengandung resiko adanya
ketidaksesuaian dengan karakteristik lapangan yang sebenarnya.
Akhir-akhir ini orang sering memilih menulis tipe spesifikasi yang disebut
spesifikasi performansi (performance specification). Di dalam spesifikasi tipe ini
bukan proses konstruksinya yang dibatasi oleh berbagai persyaratan melainkan
performansi atau mutu dari hasil pekerjaan. Jadi pemilihan metoda yang akan
diterapkan diserahkan kepada kontraktor. Contohnya, spesifikasi tradisional untuk
perkerasan aspal (asphalt pavement) biasanya berisi persyaratan komposisi
material aspal, temperature aspal selama pelaksanaan pekerjaan dan prosedur
pemadatannya, sedangkan spesifikasi performansi untuk pekerjaan ini biasanya
mengandung persyaratan-persyaratan performansi perkerasan yang diinginkan
seperti kekedapan, kekuatan dan lain sebagainya.
Berdasarkan spesifikasi teknis yang ada, pada awal proyek kontraktor
menyusun rencana mutu (quality plan) yang merupakan bagian dari Rencana

49
Pelaksanaan Proyek (RPP) atau Project Planning. Quality plan antara lain berisi
ringkasan spesifikasi dan standart operating procedure (SOP).

6.3.7 Metode Pengendalian Mutu


Metoda yang digunakan dalam pengendalian mutu antara lain adalah
pengendalian dengan metoda statistik. Pengendalian mutu di dalam konstruksi
biasanya meliputi pengujian material dan hasil pekerjaan untuk dapat memastikan
bahwa apa yang disyaratkan dalam spesifikasi dan gambar rencana terpenuhi.
Pengujian ini ada yang bersifat destruktif dan ada yang bersifat non destruktif.
Biasanya pengujian ini dilakukan terhadap sejumlah sampel yang dapat suatu
kelompok material atau hasil pekerjaan tertentu, karena pengujian yang meliputi
keseluruhan material dan pekerjaan akan membutuhkan biaya yang sangat tinggi.
Jadi sejumlah sampel digunakan sebagai dasar untuk penerimaan atau penolakan
suatu pekerjaan atau suatu kelompok material. Metoda statistik kemudian
digunakan untuk mengintepretasikan hasil pengujian pada contoh untuk
mengambil kesimpulan keberterimaan (acceptability) pekerjaan atau kelompok
material.
Metoda statistik harus digunakan untuk menginterpretasikan dengan baik
hasil pengujian pada sejumlah kecil contoh, sehingga tidak diperoleh kesimpulan
yang salah. Terdapat dua jenis pengambilan contoh statistik (statistical sampling)
yang biasa digunakan untuk pengendalian mutu suatu kelompok pekerjaan atau
material, yaitu:
1) Penerimaan atau penolakan terhadap suatu kelompok berdasarkan pada jumlah
item yang rusak atau tidak rusak di dalam contoh. Cara ini disebut dengan
“sampling by attributes”
2) Sebagai indikator mutu digunakan ukuran mutu yang kuantitatif atau nilai dari
suatu variabel yang diukur. Cara ini disebut dengan “sampling by variables”
Cara “sampling by variables” lebih banyak digunakan di Indonesia.
Prosedur ini menggunakan nilai dari variabel yang diukur sebagai indikator mutu.
Variabel ini biasanya merupakan karakteristik dari suatu pekerjaan atau material,

50
misalnya kekuatan, kepadatan, panjang dan lain sebagainya. Nilai dari variabel-
variabel ini diperoleh dari pengujian tertentu di lapangan atau di laboratorium.
Nilai-nilai yang diperoleh untuk suatu karakteristik ini membentuk suatu distribusi
statistik. Untuk cara “sampling by variables” distribusi ini diasumsikan berupa
distribusi normal. Di dalam cara ini tingkat mutu yang dapat diterima dapat
didefinisikan dengan suatu batas atas (upper limit), suatu batas bawah (lower
limit) atau kedua-duanya.
Untuk menerapkan cara “sampling by variables” dibutuhkan:
1) Penentuan jumlah sampel
2) Penentuan batas atas atau batas bawah yang relevan
3) Penentuan fraksi item yang diijinkan terletak di luar batas yang ditentukan
4) Penentuan probabilitas yang diijinkan bahwa rata-rata populasi jatuh di luar
limit yang ditentukan.

6.3.8 Pelaksanaan Pengendalian Mutu

Secara garis besar, pengendalian mutu dilakukan sebagaimana Gambar 6.1

Gambar 6.1 Diagram Alir Pengendalian Mutu

Bahan/material yang akan dipakai untuk pekerjaan konstruksi terlebih


dahulu harus diuji apakah sesuai dengan contoh material dan memenuhi semua
ketentuan yang ada dalam spesifikasi. Dalam pengujian bahan terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1) Pengambilan contoh dan pengujian

51
Untuk memperoleh manfaat dari suatu program pengujian, harus dipahami
mengapa suatu pengujian dilakukan dan bagamana menggunakan hasil-hasil
pengujian tersebut.
Tujuan pengambilan contoh dan pengujian adalah:
a) Untuk menjamin bahwa bahan yang digunakan memenuhi persyaratan.
b) Untuk menjamin bahwa bahan yang dipakai mempunyai mutu yang
konsisten
Contoh yang diuji harus benar-benar mewakili bahan yang digunakan.
Pengujian terhadap contoh yang buruk tidak hanya merugikan ditinjau dari
segi waktu yang terbuang, tetapi juga dapat membingungkan dan
menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Pengujian harus dilakukan secara benar. Ini berarti harus benar-benar
mengikuti metoda-metoda pengujian. Pengambilan contoh dan pengujian
harus didokumentasikan dengan baik sehingga jelas bahan apa yang sudah
diuji, di mana dan bagaimana pengujian dilakukan
Pengujian terdiri dari pengujian untuk penerimaan dan pengujian
pengendalian mutu.
Pengujian untuk penerimaan adalah bentuk pengujian dalam spesifikasi.
Pengujian ini merupakan pemeriksaan akhir terhadap standar material yang
diberikan. Pengujian untuk penerimaan biasanya dilakukan pada contoh-
contoh yang diambil dari sumber material atau dari truk segera sebelum
dipakai.
Pengujian pengendalian mutu adalah antisipasi kontraktor terhadap masalah-
masalah yang disebabkan ditolaknya suatu hasil pekerjaan.
2) Teknik pengambilan contoh
Contoh material yang diambil harus benar-benar mewakili jenis material
tersebut secara keseluruhan. Teknik pengambilan contoh material harus
dilakukan sesuai dengan persyaratan yang ada untuk mendapatkan hasil yang
mewakili tersebut.
Sebagai contoh, teknik pengambilan contoh untuk material lapis pondasi
(subbase) pekerjaan jalan dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Pengambilan contoh dari stockpile

52
b) Pengambilan contoh dari ban berjalan (belt conveyor)
c) Pengambilan contoh dari bin
d) Pengambilan contoh dari truk
Pada setiap pengambilan contoh perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Pemberian label (yang menjelaskan jenis material, tanggal pengambilan)
b) Banyaknya pengambilan contoh yang disyaratkan untuk pengujian
laboratorium
c) Semua contoh yang diambil harus disimpan dengan baik
3) Pengujian bahan
Metoda dan prosedur pengujian telah ditetapkan menurut standar pengujian
tertentu (misalnya ASTM) dan dalam melakukan pengujian perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a) Pengujian dilakukan sesuai dengan metoda dan prosedur pengujian yang
telah ditetapkan.
b) Teknisi yang akan melakukan pengujian harus sudah memahami metoda
dan prosedur pengujian yang telah ditetapkan dan sudah berpengalaman
melakukan pengujian sejenis.
c) Untuk meyakinkan bahwa pengujian dilakukan dengan benar, maka teknisi
yang melakukan pengujian harus mempunyai salinan dari metoda dan
prosedur pengujian pada saat teknisi tersebut melakukan pengujian.
d) Semua alat pengujian harus diperiksa dan senantiasa dikalibrasi secara
periodik untuk mendapatkan ketelitian alat yang disyaratkan
e) Hendaknya digunakan alat yang memenuhi persyaratan pengujian yang
telah ditetapkan
f) Jangan menggunakan alat pengujian yang rusak atau aus yang dapat
memberikan hasil pengujian yang tidak benar
4) Hasil Pengujian bahan
Hasil pengujian bahan dilaporkan dalam laporan mutu bahan dan isinya harus
sesuai dengan hasil pengujian tanpa ada rekayasa.
Mutu hasil pekerjaan juga ditentukan dari ada atau tidaknya metoda
pelaksanaan di lapangan. Walaupun dipakai material yang sudah diuji memenuhi

53
syarat tetapi metoda pelaksanaan di lapangan tidak benar maka mutu hasil
pekerjaan mungkin tidak memenuhi syarat spesifikasi.
Pada dasarnya metoda pelaksanaan di lapangan sudah dijelaskan dalam
spesifikasi, yang diperlukan adalah melaksanakan metoda tersebut dengan benar
dan mengawasi agar metoda tersebut dilaksanakan benar.
Mutu hasil pekerjaan akan dengan mudah dicapai bila dalam pelaksanaan
pekerjaan dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Pemahaman terhadap metoda pelaksanaan harus dilakukan oleh kontraktor
2) Pelaksanaan pekerjaan harus diawasi agar sesuai dengan metoda pelaksanaan
yang telah ditetapkan
3) Pengadaan peralatan yang dipakai harus memenuhi persyaratan
4) Adanya tenaga pengawas yang sudah berpengalaman sehingga dapat
mengetahui adanya penyimpangan terhadap metoda pelaksanaan
5) Pencapaian prestasi pekerjaan yang tidak wajar karena ingin mendapatkan
pembayaran pekerjaan akan cenderung untuk mengorbankan metoda
pelaksanaan
Seperti halnya pengujian bahan, maka pengujian hasil pekerjaan harus
dilakukan menurut metoda dan prosedur pengujian yang telah ditetapkan sesuai
dengan standart pengujian tertentu. Pengujian dilakukan untuk mendapatkan hasil
pekerjaan yang memenuhi syarat mutu seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi.
Terhadap hasil pekerjaan yang dianggap tidak memenuhi syarat harus dibongkar
dan diperbaiki atau dapat diterima sejauh pertimbangan teknis masih
memungkinkan untuk diterimanya hasil pekerjaan tersebut.
Bila proses pengujian bahan dan metoda pelaksanaan telah dilakukan
dengan benar, dapat dipastikan bahwa hasil pekerjaan akan memenuhi persyaratan
bila diuji.
Dalam pengendalian mutu dikenal pengendalian mutu dengan multi step
dan method specification. Prinsip-prinsip pengendalian mutu dengan multi step
dan method specification mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Lingkup pengendalian mutu, terdiri dari lingkup dimensi dan mutu
2) Obyek pengendalian mutu, terdiri dari pengendalian mutu bahan baku,
pengendalian mutu bahan olahan dan pengendalian mutu bahan/pekerjaan jadi

54
3) Struktur pengendalian mutu, terdiri dari jenis pemeriksaan, metoda
pemeriksaan, frekwensi, spesifikasi mutu, dan toleransi.
Prinsip pengendalian mutu dengan multi step dan method specification
dapat dilihat pada Gambar 6.2.

Pemilihan Jenis-jenis
Bahan Baku sesuai dengan
Item pekerjaan

Tidak
Tahap I

Pengendalian
Mutu Bahan
Baku

Ya

Bahan
siap olah

Tidak Tahap II

Pengendalian
Mutu Bahan
Olahan

Ya

Komponen Bahan
utk pekerjaan jadi
telah siap
Tidak

Tahap III
Pengendalian
Mutu Pekerjaan
Jadi

Ya

Pekerjaan jadi
(pelaksanaan pay item
sesuai kontrak)

55
Gambar 6.2 Diagram prinsip pengendalian mutu (terhadap suatu pay item
pekerjaan) dengan Multi Step and Method Specification
Langkah awal pengendalian mutu, dilakukan kontraktor dengan menyusun
Quality Plan yang terdiri dari Spesifikasi Teknis dan Standar Operating
Procedure (SOP) pelaksanaan pekerjaan. Tujuan dari penyusunan Ringkasan
Spesifikasi Teknis adalah agar kontraktor mempelajari dan memahami spesifikasi
teknis pekerjaan yang akan dikerjakan. Contoh SOP dapat dilihat pada Lampiran
6.1.

6.4 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas jawablah pertanyaan pertanyaan berikut ini:
1) Apakah yang dimaksud dengan pengendalian mutu?
2) Bagaimana pengendalian mutu dilakukan?
3) Dokumen apa yang dibutuhkan sebagai acuan dalam pengendalian mutu?
4) Jelaskan metoda apa yang digunakan dalam pengendalian kualias?
5) Jelaskan metoda pengambilan sampel dalam pengendalian mutu?

6.5 Tugas
Buatlah makalah tentang pengendalian mutu pada:
1) Pekerjaan beton segar
2) Pekerjaan Tulangan
3) Pekerjaan Bekisting
4) Pekerjaan tanah untuk bangunan gedung
5) Pekerjaan tanah untuk bangunan jalan
6) Pekerjaan struktur jalan perkerasan lentur
7) Pekerjaan aspalt
8) Pekerjaan rangka Baja untuk jembatan
9) Pekerjaan rangka Baja untuk gedung
10) Pekerjaan arsitektur
11) Pekerjaan pondasi tiang pancang/bore pile
Dikerjakan berkelompok sesuai kelompok tugas pengendalian biaya dan waktu

56

Anda mungkin juga menyukai