PENGENDALIAN MUTU
41
Definisi mutu berdasarkan ISO 9000:2000, seperti dikutip oleh Rudi
Suardi (2003) adalah “derajat atau tingkat karakteristik yang melekat pada produk
yang mencukupi persyaratan atau keinginan”.
Dari tiga pengertian mutu yang dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa mutu adalah suatu totalitas bentuk, karakteristik dari barang atau jasa serta
kondisi dan proses serta lingkungan secara keseluruhan yang menunjukkan
kemampuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas maupun
tersembunyi.
42
1) Pertahankan semangat menuju perbaikan
2) Ciptakan filosofi mutu terbaru
3) Hentikan kebergantungan pada penilaian massa
4) Akhiri praktik bisnis perolehan keuntungan dalam jangka waktu pendek
5) Tingkatkan sistem terus menerus
6) Selenggarakan pelatihan untuk memperbaiki kinerja karyawan
7) Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi membantu manusia
8) Singkirkan rasa takut untuk mengajukan perntanyaan
9) Hilangkan kendala dalam hubungan antar karyawan
10) Hilangkan slogan, tuntutan dan target kerja
11) Hilangkan angka-angka kuota
12) Hilangkan rintangan menuju kebanggaan kerja
13) Buatlah program pendidikan dan pelatihan yang bermutu
14) Bersiap-siaplah melakukan transformasi
Bila empat belas butir di atas dilakukan oleh perusahaan secara konsisten,
perusahaan akan bergerak ke arah kesempurnaan. Namun di sisi lain terdapat
tujuh hambatan yang dinamakan Tujuh Penyakit Mematikan, yaitu:
1) Perusahaan kurang konsisten terhadap tujuan proses mutu
2) Penekanan terlalu kuat pada laba jangka pendek
3) Sistem penilaian prestasi adalah peningkatan dan penilaian tahunan
4) Mobilitas manajemen kurang
5) Manajemen terlalu berfokus pada angka-angka saja
6) Biaya kesehatan yang berlebihan
7) Biaya hukum yang berlebih
43
1) Kepuasan pelanggan
Yang dimaksud pelanggan di sini mencakup pelanggan internal maupun
eksternal. Dan dalam hal kebutuhan pelanggan yang berusaha dipuaskan
dalam berbagai aspek yang meliputi harga, keamanan dan ketepatan waktu.
Mutu yang dihasilkan sama halnya dengan nilai yang diberikan untuk
meningkatkan mutu hidup para pelanggan. Karenanya semakin tinggi yang
diberikan kepada pelanggan maka semakin besar pula kepuasannya.
2) Menaruh rasa hormat terhadap setiap orang
Menyadari bahwa setiap individu memiliki kreatifitas yang unik, karyawan
dianggap sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai. Dengan
demikian, setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi
kesempatan untuk terlibat serta berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
3) Manajemen berdasarkan fakta
Setiap keputusan hendaknya selalu didasarkan pada fakta, buka didasarkan
pada intiusi. Dalam hal ini terdapat dua konsep penting, yaitu:
a) Prioritas, yaitu suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada
seluruh aspek pada waktu yang bersamaan, mengingat keterbatasan
sumber daya yang ada.
b) Variasi atau variabilitas kinerja manusia, yaitu dengan menggunakan data
statistic untuk memberikan gambaran mengenai variabilitas yang
merupakan bagian integral dari sistem organisasi. Dengan demikian,
manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan
yang akan dilakukan.
4) Perbaikan berkesinambungan
Perbaikan yang berkesinambungan yang perlu dilakukan setiap perusahaan
adalah menyangkut siklus PDCA yang terdiri atas tahapan perencanaan,
pelaksanaan, pemeriksaan hasil dan tindakan perbaikan terhadap hasil yang
diperoleh.
44
prosedur yang digunakan oleh sebuah organisasi untuk melaksanakan dan
mempertahankan tingkatan mutu dalam produk, proses dan jasa.”
Menurut David L. Goetsch dan Stanley B. Davis (2004) definisi Sistem
Mutu adalah “ The quality system is composed of all the organization policies,
procedures, plans, resources, processes and delineation of responsibility and
authority, all deliberately aimed at achieving product or services quality levels
consistent with customer satisfaction and the organization’s objectives. When
these policies, procedures, plans and so forth, are taken together, they define how
the organization works and how quality is managed”.
Masih menurut David L. Goetsch dan Stanley B. Davis (2004), setelah
diterjemahkan, sistem mutu mencakup dokumentasi sebagai berikut:
1) A Quality policy (kebijakan mutu)
Kebijakan atau pernyataan yang menjelaskan pendekatan organisasi terhadap
mutu.
2) The Quality manual (manual mutu)
Dokumen ini harus mengacu pada setiap klausul sesuai standar mutu yang
diadopsi oleh perushaan (ISO, OHSAS, HACCP dll). Dalam dokumen ini juga
secara khusus dimasukkan bagan organisasi dan hal-hal yang menggambarkan
tanggung-jawab manajemen dalam pengoperasian sistem mutu. Sebagai bahan
referensi terdapat prosedur jaminan mutu.
3) QA Procedures (prosedur jaminan mutu)
Dokumen ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan organisasi untuk
memenuhi kebijakan mutu. Sebagai batas minimum ada prosedur bagi setiap
klausul standar mutu yang diterapkan (ISO, OHSAS, HACCP, SNI, dll).
Prosedur tersebut biasanya untuk proses kerja yang memiliki dampak, baik
pada mutu produk maupun jasa
4) Forms, records and so on (formulir, arsip dan lain-lain)
Dokumen ini menyediakan bukti-bukti aktifitas bagi organisasi dan auditor.
Dokumentasi ini digunakan untuk menjamin konsistensi dalam proses kerja
dan organisasi-organisasi. Bagi auditor, dokumentasi tersebut digunakan untuk
memeriksa pemenuhan terhadap mutu.
45
Dari dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem mutu
adalah semua kebijakan, prosedur, rencana, sumber daya, proses dan gambaran
tanggungjawab dan wewenang yang dilakukan secara bersamaan oleh organisasi
dengan tujuan agar tercapainya tingkat mutu yang konsisten dan sesuai dengan
tujuan organisasi.
46
Asumsi implisit di dalam praktek pengendalian mutu tradisional ini adalah
adanya tingkat mutu yang dapat diterima yaitu fraksi bahan rusak yang diijinkan
ada. Material yang diperoleh dari supplier atau pekerjaan yang dilaksanakan oleh
suatu pihak diperiksa dan dapat dinyatakan diterima bila diperkirakan prosentase
kerusakan berada di dalam tingkat mutu yang dapat diterima.
Selain cara pengendalian mutu yang tradisional tersebut, dewasa ini telah
diterapkan pula cara yang disebut dengan pengendalian mutu total (total quality
control). Di dalam cara ini, tidak diijinkan adanya satupun bahan atau pekerjaan
yang memiliki kerusakan atau kekurangan di dalam seluruh proses konstruksi.
Walaupun hal ini tidak pernah akan tercapai secara permanen, dengan cara ini ada
suatu tujuan mencapai “zero defect” sehingga suatu perusahaan tidak pernah akan
puas dengan program pengendalian mutunya walaupun kerusakan atau
kekurangan terus menerus berkurang secara berarti dari tahun ke tahun.
47
atau kerugian yang lebih besar. Adapun tahapan kegiatan Audit dilaksanakan
sebagai berikut:
Oleh pihak internal, berupa:
a) Inspeksi/tes sesuai metode kerja
b) Inspeksi oleh Para Petugas Perusahaan yang bertanggung jawab\
c) Inspeksi oleh pihak manajemen
d) Management Review secara periodik (mingguan /bulanan/ triwulanan/
semesteran) sesuai ruang lingkupnya
e) Questionaire (angket) kepada pelanggan sebagai ukuran untuk
menetapkan kepuasan Pelanggan atas produk yang diterima
Oleh pihak external, berupa:
a) Audit oleh suatu Badan Sertifikasi Internasional
b) Pengukuran dan Analisis
Hasil temuan audit selalu dianalisa untuk menetapkan program perbaikan
selanjutnya, sehingga diharapkan pihak perusahaan selalu dapat memenuhi
apa yang disyaratkan dan diharapkan oleh para pelanggan
c) Improvement
Setiap perbaikan (improvement) yang diusulkan harus diuji nilai lebihnya
terhadap operasional dan keuntungan perusahaan, dan apabila hasilnya
positif bagi Perusahaan, maka Manajemen akan menetapkan sebagai target
atau ketentuan perusahaan yang harus dipenuhi, dan menyediakan sumber
daya diperlukan bagi pemenuhannya.
48
Biasanya spesifikasi teknis meliputi persyaratan-persyaratan khusus
(special provisions) dari perencana maupun referensi terhadap spesifikasi yang
secara umum telah berlaku untuk dipergunakan selama konstruksi. Spesifikasi
umum untuk mutu pekerjaan telah tersedia untuk berbagai macam pekerjaan dan
telah dipublikasikan oleh berbagai badan, di Indonesia misalnya Direktorat Cipta
Karya dan Direktorat Bina Marga. Dapat pula dipergunakan publikasi dari
berbagai badan di luar negeri seperti American Society for Testing and Materials
(ASTM), American Welding Society (AWS) dan lain-lain. Spesifikasi umum ini
seringkali harus mengalami modifikasi sehingga lebih sesuai kondisi local,
material yang tersedia, peraturan lokal dan keadaan-keadaaan khusus lainnya.
Spesikasi teknis biasanya terdiri dari sejumlah instruksi atau larangan
dalam pelaksanaan pekerjaan. Masalah utama di dalam penulisan spesifikasi
adalah harus adanya “trade off” di antara mengasumsikan ketepatan interpretasi
pihak-pihak yang terlibat terhadap berbagai persyaratan yang tercantum dengan
kekakuan persyaratan atau toleransi.
Di satu sisi spesifikasi yang terlalu kabur mengandung resiko kesalahan
interpretasi pihak-pihak yang terlibat, sedangkan di sisi yang lain persyaratan
yang terlalu kaku atau toleransi yang terlalu sempit mengandung resiko adanya
ketidaksesuaian dengan karakteristik lapangan yang sebenarnya.
Akhir-akhir ini orang sering memilih menulis tipe spesifikasi yang disebut
spesifikasi performansi (performance specification). Di dalam spesifikasi tipe ini
bukan proses konstruksinya yang dibatasi oleh berbagai persyaratan melainkan
performansi atau mutu dari hasil pekerjaan. Jadi pemilihan metoda yang akan
diterapkan diserahkan kepada kontraktor. Contohnya, spesifikasi tradisional untuk
perkerasan aspal (asphalt pavement) biasanya berisi persyaratan komposisi
material aspal, temperature aspal selama pelaksanaan pekerjaan dan prosedur
pemadatannya, sedangkan spesifikasi performansi untuk pekerjaan ini biasanya
mengandung persyaratan-persyaratan performansi perkerasan yang diinginkan
seperti kekedapan, kekuatan dan lain sebagainya.
Berdasarkan spesifikasi teknis yang ada, pada awal proyek kontraktor
menyusun rencana mutu (quality plan) yang merupakan bagian dari Rencana
49
Pelaksanaan Proyek (RPP) atau Project Planning. Quality plan antara lain berisi
ringkasan spesifikasi dan standart operating procedure (SOP).
50
misalnya kekuatan, kepadatan, panjang dan lain sebagainya. Nilai dari variabel-
variabel ini diperoleh dari pengujian tertentu di lapangan atau di laboratorium.
Nilai-nilai yang diperoleh untuk suatu karakteristik ini membentuk suatu distribusi
statistik. Untuk cara “sampling by variables” distribusi ini diasumsikan berupa
distribusi normal. Di dalam cara ini tingkat mutu yang dapat diterima dapat
didefinisikan dengan suatu batas atas (upper limit), suatu batas bawah (lower
limit) atau kedua-duanya.
Untuk menerapkan cara “sampling by variables” dibutuhkan:
1) Penentuan jumlah sampel
2) Penentuan batas atas atau batas bawah yang relevan
3) Penentuan fraksi item yang diijinkan terletak di luar batas yang ditentukan
4) Penentuan probabilitas yang diijinkan bahwa rata-rata populasi jatuh di luar
limit yang ditentukan.
51
Untuk memperoleh manfaat dari suatu program pengujian, harus dipahami
mengapa suatu pengujian dilakukan dan bagamana menggunakan hasil-hasil
pengujian tersebut.
Tujuan pengambilan contoh dan pengujian adalah:
a) Untuk menjamin bahwa bahan yang digunakan memenuhi persyaratan.
b) Untuk menjamin bahwa bahan yang dipakai mempunyai mutu yang
konsisten
Contoh yang diuji harus benar-benar mewakili bahan yang digunakan.
Pengujian terhadap contoh yang buruk tidak hanya merugikan ditinjau dari
segi waktu yang terbuang, tetapi juga dapat membingungkan dan
menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Pengujian harus dilakukan secara benar. Ini berarti harus benar-benar
mengikuti metoda-metoda pengujian. Pengambilan contoh dan pengujian
harus didokumentasikan dengan baik sehingga jelas bahan apa yang sudah
diuji, di mana dan bagaimana pengujian dilakukan
Pengujian terdiri dari pengujian untuk penerimaan dan pengujian
pengendalian mutu.
Pengujian untuk penerimaan adalah bentuk pengujian dalam spesifikasi.
Pengujian ini merupakan pemeriksaan akhir terhadap standar material yang
diberikan. Pengujian untuk penerimaan biasanya dilakukan pada contoh-
contoh yang diambil dari sumber material atau dari truk segera sebelum
dipakai.
Pengujian pengendalian mutu adalah antisipasi kontraktor terhadap masalah-
masalah yang disebabkan ditolaknya suatu hasil pekerjaan.
2) Teknik pengambilan contoh
Contoh material yang diambil harus benar-benar mewakili jenis material
tersebut secara keseluruhan. Teknik pengambilan contoh material harus
dilakukan sesuai dengan persyaratan yang ada untuk mendapatkan hasil yang
mewakili tersebut.
Sebagai contoh, teknik pengambilan contoh untuk material lapis pondasi
(subbase) pekerjaan jalan dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Pengambilan contoh dari stockpile
52
b) Pengambilan contoh dari ban berjalan (belt conveyor)
c) Pengambilan contoh dari bin
d) Pengambilan contoh dari truk
Pada setiap pengambilan contoh perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Pemberian label (yang menjelaskan jenis material, tanggal pengambilan)
b) Banyaknya pengambilan contoh yang disyaratkan untuk pengujian
laboratorium
c) Semua contoh yang diambil harus disimpan dengan baik
3) Pengujian bahan
Metoda dan prosedur pengujian telah ditetapkan menurut standar pengujian
tertentu (misalnya ASTM) dan dalam melakukan pengujian perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a) Pengujian dilakukan sesuai dengan metoda dan prosedur pengujian yang
telah ditetapkan.
b) Teknisi yang akan melakukan pengujian harus sudah memahami metoda
dan prosedur pengujian yang telah ditetapkan dan sudah berpengalaman
melakukan pengujian sejenis.
c) Untuk meyakinkan bahwa pengujian dilakukan dengan benar, maka teknisi
yang melakukan pengujian harus mempunyai salinan dari metoda dan
prosedur pengujian pada saat teknisi tersebut melakukan pengujian.
d) Semua alat pengujian harus diperiksa dan senantiasa dikalibrasi secara
periodik untuk mendapatkan ketelitian alat yang disyaratkan
e) Hendaknya digunakan alat yang memenuhi persyaratan pengujian yang
telah ditetapkan
f) Jangan menggunakan alat pengujian yang rusak atau aus yang dapat
memberikan hasil pengujian yang tidak benar
4) Hasil Pengujian bahan
Hasil pengujian bahan dilaporkan dalam laporan mutu bahan dan isinya harus
sesuai dengan hasil pengujian tanpa ada rekayasa.
Mutu hasil pekerjaan juga ditentukan dari ada atau tidaknya metoda
pelaksanaan di lapangan. Walaupun dipakai material yang sudah diuji memenuhi
53
syarat tetapi metoda pelaksanaan di lapangan tidak benar maka mutu hasil
pekerjaan mungkin tidak memenuhi syarat spesifikasi.
Pada dasarnya metoda pelaksanaan di lapangan sudah dijelaskan dalam
spesifikasi, yang diperlukan adalah melaksanakan metoda tersebut dengan benar
dan mengawasi agar metoda tersebut dilaksanakan benar.
Mutu hasil pekerjaan akan dengan mudah dicapai bila dalam pelaksanaan
pekerjaan dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Pemahaman terhadap metoda pelaksanaan harus dilakukan oleh kontraktor
2) Pelaksanaan pekerjaan harus diawasi agar sesuai dengan metoda pelaksanaan
yang telah ditetapkan
3) Pengadaan peralatan yang dipakai harus memenuhi persyaratan
4) Adanya tenaga pengawas yang sudah berpengalaman sehingga dapat
mengetahui adanya penyimpangan terhadap metoda pelaksanaan
5) Pencapaian prestasi pekerjaan yang tidak wajar karena ingin mendapatkan
pembayaran pekerjaan akan cenderung untuk mengorbankan metoda
pelaksanaan
Seperti halnya pengujian bahan, maka pengujian hasil pekerjaan harus
dilakukan menurut metoda dan prosedur pengujian yang telah ditetapkan sesuai
dengan standart pengujian tertentu. Pengujian dilakukan untuk mendapatkan hasil
pekerjaan yang memenuhi syarat mutu seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi.
Terhadap hasil pekerjaan yang dianggap tidak memenuhi syarat harus dibongkar
dan diperbaiki atau dapat diterima sejauh pertimbangan teknis masih
memungkinkan untuk diterimanya hasil pekerjaan tersebut.
Bila proses pengujian bahan dan metoda pelaksanaan telah dilakukan
dengan benar, dapat dipastikan bahwa hasil pekerjaan akan memenuhi persyaratan
bila diuji.
Dalam pengendalian mutu dikenal pengendalian mutu dengan multi step
dan method specification. Prinsip-prinsip pengendalian mutu dengan multi step
dan method specification mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Lingkup pengendalian mutu, terdiri dari lingkup dimensi dan mutu
2) Obyek pengendalian mutu, terdiri dari pengendalian mutu bahan baku,
pengendalian mutu bahan olahan dan pengendalian mutu bahan/pekerjaan jadi
54
3) Struktur pengendalian mutu, terdiri dari jenis pemeriksaan, metoda
pemeriksaan, frekwensi, spesifikasi mutu, dan toleransi.
Prinsip pengendalian mutu dengan multi step dan method specification
dapat dilihat pada Gambar 6.2.
Pemilihan Jenis-jenis
Bahan Baku sesuai dengan
Item pekerjaan
Tidak
Tahap I
Pengendalian
Mutu Bahan
Baku
Ya
Bahan
siap olah
Tidak Tahap II
Pengendalian
Mutu Bahan
Olahan
Ya
Komponen Bahan
utk pekerjaan jadi
telah siap
Tidak
Tahap III
Pengendalian
Mutu Pekerjaan
Jadi
Ya
Pekerjaan jadi
(pelaksanaan pay item
sesuai kontrak)
55
Gambar 6.2 Diagram prinsip pengendalian mutu (terhadap suatu pay item
pekerjaan) dengan Multi Step and Method Specification
Langkah awal pengendalian mutu, dilakukan kontraktor dengan menyusun
Quality Plan yang terdiri dari Spesifikasi Teknis dan Standar Operating
Procedure (SOP) pelaksanaan pekerjaan. Tujuan dari penyusunan Ringkasan
Spesifikasi Teknis adalah agar kontraktor mempelajari dan memahami spesifikasi
teknis pekerjaan yang akan dikerjakan. Contoh SOP dapat dilihat pada Lampiran
6.1.
6.4 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas jawablah pertanyaan pertanyaan berikut ini:
1) Apakah yang dimaksud dengan pengendalian mutu?
2) Bagaimana pengendalian mutu dilakukan?
3) Dokumen apa yang dibutuhkan sebagai acuan dalam pengendalian mutu?
4) Jelaskan metoda apa yang digunakan dalam pengendalian kualias?
5) Jelaskan metoda pengambilan sampel dalam pengendalian mutu?
6.5 Tugas
Buatlah makalah tentang pengendalian mutu pada:
1) Pekerjaan beton segar
2) Pekerjaan Tulangan
3) Pekerjaan Bekisting
4) Pekerjaan tanah untuk bangunan gedung
5) Pekerjaan tanah untuk bangunan jalan
6) Pekerjaan struktur jalan perkerasan lentur
7) Pekerjaan aspalt
8) Pekerjaan rangka Baja untuk jembatan
9) Pekerjaan rangka Baja untuk gedung
10) Pekerjaan arsitektur
11) Pekerjaan pondasi tiang pancang/bore pile
Dikerjakan berkelompok sesuai kelompok tugas pengendalian biaya dan waktu
56