Anda di halaman 1dari 68

DAFTAR EVALUASI PERATURAN PERUNDANGAN DAN PERSYARATAN LAINNYA

No. Form : Periode review :


Revisi :0 Tahun : 2023
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

UNDANG - UNDANG 1 No 1 tahun 1970 - Pasal 8 Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan Annual medical check
Keselamatan & kesehatan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan up
kerja sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
Pasal 9 Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru Induction karyawan
tentang : baru
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam tempat
kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam semua
tempat kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang P2K3
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama dalam kecelakaan.
Pasal 11 Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang Laporan P2K3
dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
Pasal 14 Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja Poster dan spanduk
yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja;
Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada Pembagian APD
tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang
lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
UNDANG - UNDANG 1 No. 3 Tahun 1992 - Jaminan Pasal 3 (1) Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan program BPJS
Sosial Tenaga Kerja jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan Ketenagakerjaan &
mekanisme asuransi. BPJS Kesehatan
(2) Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja.
Pasal 6 (1) Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam Undang-undang ini
meliputi:
a. Jaminan Kecelakaan Kerja;
b. Jaminan Kematian;
c. Jaminan Hari Tua;
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
Pasal 7 (1) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diperuntukkan
bagi tenaga kerja.
(2) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf d berlaku
pula untuk keluarga tenaga kerja.
Pasal 8 (1) Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima Jaminan
Kecelakaan Kerja.
(2) Termasuk tenaga kerja dalam Jaminan Kecelakaan Kerja ialah:
a. magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah
maupun tidak;
b. mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah
perusahaan;
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

Pasal 10 (1) Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada
Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih
dari 2 kali 24 jam.
(2) Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan
Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang
tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacat atau
meninggal dunia.
(3) Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja
kepada Badan Penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya.

Pasal 12 (1) Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya
berhak atas Jaminan Kematian.
(2) Jaminan Kematian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. biaya pemakaman;
b. santunan berupa uang.

Pasal 14 (1) Jaminan Hari Tua dibayarkan secara sekaligus, atau berkala, atau sebagian dan
berkala, kepada tenaga kerja karena:
a. telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun, atau
b. cacat total tetap setelah ditetapkan oleh dokter.
(2) Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, Jaminan Hari Tua dibayarkan kepada
janda atau duda atau anak yatim piatu.
Pasal 18 (1) Pengusaha wajib memiliki daftar tenaga kerja beserta keluarganya, daftar upah
beserta perubahanperubahan, dan daftar kecelakaan kerja di perusahaan atau bagian
perusahaan yang berdiri sendiri.
Pasal 25 (1) Penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja dilakukan oleh Badan BPJS
Penyelenggara.
(2) Badan Penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), adalah Badan Usaha
Milik Negara yang dibentuk dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dalam
melaksanakan fungsi dan tugasnya mengutamakan pelayanan kepada peserta dalam
rangka peningkatan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja beserta keluarganya.

UNDANG - UNDANG 3 No 13 tahun 2003 - Pasal 86 Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas SMK3
Ketenagakerjaan keselamatan dan kesehatan kerja;
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan SMK3
kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan
UNDANG - UNDANG 4 No 30 tahun 2009 Pasal 29 (2) Konsumen wajib: Pemeriksaan tahunan
a. melaksanakan pengamanan terhadap bahaya yang mungkin timbul akibat oleh PJK3
pemanfaatan tenaga listrik;
b. menjaga keamanan instalasi tenaga listrik milik konsumen;
c. memanfaatkan tenaga listrik sesuai dengan peruntukannya;
d. membayar tagihan pemakaian tenaga listrik; dan
e. menaati persyaratan teknis di bidang ketenagalistrikan. SLO
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

UNDANG - UNDANG 5 No 32 Tahun 2009 - Pasal 14 Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas: UKL UPL
Perlindungan dan pengelolaan a. KLHS;
lingkungan hidup b. tata ruang;
c. baku mutu lingkungan hidup;
d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup;
e. amdal;
f. UKL-UPL;
g. perizinan;
h. instrumen ekonomi lingkungan hidup;
i. peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup;
j. anggaran berbasis lingkungan hidup;
k. analisis risiko lingkungan hidup;
l. audit lingkungan hidup; dan
m.instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.

Pasal 34 (1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib amdal UKL UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) wajib memiliki UKL-UPL.
Pasal 36 (1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajibmemiliki amdal atau UKL-UPL wajib UKL UPL
memiliki izin lingkungan.

PP 6 50 tahun 2012 - SMK3 Pasal 5 (1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya. SMK3
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi perusahaan:
a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau
b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
(3) Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan
Pemerintah ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat
memperhatikan konvensi atau standar internasional.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

Pasal 8 Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada Induction, booklet
seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan visitor, kartu kontraktor
pihak lain yang terkait.
Pasal 14 Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3. Audit SMK3
(2) Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui
pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3 dilakukan oleh sumber
daya manusia yang kompeten.
(3) Dalam hal perusahaan tidak memiliki sumber daya untuk melakukan pemantauan Pelatihan/Sertifikasi
dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menggunakan jasa auditor
pihak lain.
PP 7 No. 101 Tahun 2014 - Pasal 3 (1) Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengelolaan Limbah Pengelolaan limbah
Pengelolaan Limbah B3 B3 yang dihasilkannya. B3
Pasal 12 (1) Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Penyimpanan Pengelolaan limbah
Limbah B3. B3
(2) Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilarang melakukan pencampuran Limbah B3 yang disimpannya.
(3) Untuk dapat melakukan Penyimpanan Limbah B3, Setiap Orang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penyimpanan Limbah B3.

Pasal 14 (1) Lokasi Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a Pengelolaan limbah
harus bebas banjir dan tidak rawan bencana alam. B3
Pasal 16 (1) Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 berupa bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pengelolaan limbah
Pasal 15 ayat (1) huruf a paling sedikit memenuhi persyaratan: B3
a. desain dan konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan dan sinar
matahari;
b. memiliki penerangan dan ventilasi; dan
c. memiliki saluran drainase dan bak penampung.
Pasal 17 Peralatan penanggulangan keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 Pengelolaan limbah
huruf c paling sedikit meliputi: B3
a. alat pemadam api; dan
b. alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai.
Pasal 19 (2) Kemasan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilekati Label Pengelolaan limbah
Limbah B3 dan Simbol Limbah B3. B3
(3) Label Limbah B3 paling sedikit memuat keterangan mengenai:
a. nama Limbah B3;
b. identitas Penghasil Limbah B3;
c. tanggal dihasilkannya Limbah B3; dan
d. tanggal Pengemasan Limbah B3.

Pasal 48 (1) Pengangkutan Limbah B3 wajib memiliki:


a. rekomendasi Pengangkutan Limbah B3; dan
b. izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3.
Pasal 76 (1) Pemanfaat Limbah B3 untuk dapat melakukan Pemanfaatan Limbah B3 yang
diserahkan oleh Setiap Orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1) huruf a
wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3.
Pasal 217 Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Prosedur tanggap
Limbah B3, Pengangkut Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah darurat
B3 wajib memiliki Sistem Tanggap Darurat.
Pasal 225 Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pengangkut Drill tanggap
Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah darurat limbah B3
B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 wajib menyelenggarakan pelatihan dan
geladi kedaruratan untuk kegiatan yang dilakukannya paling sedikit 1 (satu) kali dalam
1 (satu) tahun untuk memastikan Sistem Tanggap Darurat Pengelolaan Limbah B3
dapat dilaksanakan.
Lampiran Kode limbah B3 Labeling
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

PP 8 No. 18 Tahun 1999 - Pasal 10 (1) Penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya paling lama Pembuangan setiap 3
Pengelolaan Limbah B3 90 (sembilan puluh) hari sebelum menyerahkannya kepada pengumpul atau pemanfaat bulan
atau pengolah atau penimbun limbah B3.

Pasal 11 (1) Penghasil limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan tentang : Log B3
a. jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3;
b. jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3;
c. nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada pengumpul
atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3.
(2) Penghasil limbah B3 wajib menyampaikan catatan sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1) sekurang-kurangnya sekali dalam enam bulan kepada instansi yang bertanggung
jawab dengan tembusan kepada instansi yang terkait dan Bupati/Walikotamadya
Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan.

Pasal 32 Pengangkutan limbah B3 dilakukan dengan alat angkut khusus yang memenuhi Pengangkut/
persyaratan dengan tata cara pengangkutan yang ditetapkan berdasarkan peraturan Pemanfaat LB3
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 40 a. penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan Ijin TPS B3
limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari Kepala instansi yang bertanggung jawab.
b. pengangkut limbah B3 wajib memiliki izin pengangkutan dari Menteri Perhubungan
setelah mendapat rekomendasi dari Kepala instansi yang bertanggung jawab.
PP 9 No. 74 Tahun 2001 - Pasal 4 Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib mencegah terjadinya Pengelolaan B3
Pengelolaan B3 pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup.
Pasal 22 (1) Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib menjaga keselamatan Risk Assessment
dan kesehatan kerja.
Pasal 24 Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib menanggulangi terjadinya Rencana Tanggap
kecelakaan dan atau keadaan darurat akibat B3. Darurat
PP 10 No. 27 Tahun 2012 - Ijin Pasal 2 (1) Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib Ijin lingkungan
Lingkungan memiliki Izin Lingkungan.
(2) Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui tahapan
kegiatan yang meliputi:
a. penyusunan Amdal dan UKL-UPL;
b. penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan
c. permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.

Pasal 3 (2) Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib Amdal UKL - UPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki UKL-UPL.
Pasal 15 (1) Penyusunan UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dilakukan UKL - UPL
melalui pengisian formulir UKL-UPL dengan format yang ditentukan oleh Menteri.
Pasal 43 Permohonan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1), harus Ijin lingkungan
dilengkapi dengan:
a. dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL;
b. dokumen pendirian Usaha dan/atau Kegiatan; dan
c. profil Usaha dan/atau Kegiatan.
KEPPRES 11 No. 22 Tahun 1993 - Penyakit Pasal 2 Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja
yang timbul akibat hubungan berhak mendapat jaminan Kecelakaan Kerja baik pada saat masih dalam hubungan
kerja kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir.
Pasal 3 (1) Hak atas Jaminan Kecelakaan Kerja bagi tenaga kerja yang hubungan
kerjanya telah berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberikan, apabila
menurut hasil diagnosis dokter yang merawat penyakit tersebut diakibatkan oleh
pekerjaan selama tenaga kerja yang bersangkutan masih dalam hubungan kerja.
(2) Hak jaminan kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan,
apabila penyakit tersebut timbul dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak
hubungan kerja tersebut berakhir.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

PERMENAKER 12 No. 1 Tahun 1976 - Kewajiban Pasal 1 Setiap perusahaan wajib mengirimkan dokternya mengikuti pelatihan hiperkes
latihan Hiperkes bagi dokter
perusahaan
PERMENAKER 13 No. 1 Tahun 1980 - K3 pada Pasal 7 Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin bahwa peralatan perancah, Inspection
Konstruksi bangunan alatalat kerja, bahan-bahan dan benda-benda lainnya tidak dilemparkan, diluncurkan
atau dijatuhkan ke bawah dari tempat yang tinggi sehingga dapat menyebabkan
kecelakaan.
Pasal 13 (1) Perancah harus diberi lantai papan yang kuat dan rapat sehingga dapat menahan Scaffolding
dengan aman tenaga kerja, peralatan dan bahan yang dipergunakan.
(2) Lantai perancah harus diberi pagar pengaman, apabila tingginya lebih dari 2 meter.

Pasal 26 (1) Tangga yang dapat dipindah-pindahkan (portable stepledders) dan tangga kuda-
kuda yang dapat dipindah-pindahkan, panjangnya tidak boleh lebih dari 6 meter dan
pengembangan antara kaki depan dan kaki belakang harus diperkuat dengan
pengaman.
(2) Tangga bersambung dan tangga mekanik, panjangnya tidak boleh lebih dari 15
meter.
(3) Tangga tetap harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap cuaca dan kondisi
lainnya, yang panjangnya tidak boleh lebih dari 9 meter.

PERMENAKER 14 No 4 tahun 1980 - APAR Pasal 4 (1) Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi Penempatan APAR
yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan
pemberian tanda pemasangan.
(2) Pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) harus sesuai dengan lampiran I.
(3) Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm dari dasar
lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan.
(4) Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis
dan penggolongan kebakaran seperti tersebut dalam lampiran 2.
(5) Penempatan tersebut ayat (1) antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya
atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan
lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan Kerja.
(6) Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.

Pasal 6 (1) Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada Penempatan APAR
dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya atau
ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
(2) Lemari atau peti (box) seperti tersebut ayat (1) dapat dikunci dengan syarat bagian
depannya harus diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm.

Pasal 8 Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian paling Penempatan APAR
atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali jenis
CO2 dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat,
jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dan permukaan lantai.

Pasal 11 (1) Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu: Pemeriksaan bulanan
a. pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;
b. pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan;
Pasal 15 (1) Untuk setiap alat pemadam api ringan dilakukan percobaan secara berkala dengan
jangka waktu tidak melebihi 5 (lima) tahun sekali dan harus kuat menahan tekanan
coba menurut ketentuan ayat (2),(3), dan ayat (4), pasal ini selama 30 (tiga puluh)
detik.
PERMENAKER 15 No. 2 Tahun 1980 - Pasal 2 (2) Semua perusahaan sebagaimana tersebut dalam pasal 2 ayat (2) Undang-undang Pre employment MCU
Pemeriksaan Kesehatan No. 1 tahun 1970 harus mengadakan Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja.
(3) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, Parameter
kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan
pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
Pemeriksaan Kesehatan

Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

(5) Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan Prosedur MCU
Kesehatan Sebelum Kerja yang menjamin penempatan tenaga kerja sesuai dengan
kesehatan dan pekerjaan yang akan dilakukannya dan pedoman tersebut harus
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu oleh Direktur.
(6) Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja dibina dan dikembangkan
mengikuti kemampuan perusahaan dan kemajuan kedokteran dalam keselamatan
kerja.
(7) Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter
yang dimaksud pasal 1 (sub d), tidak ada keraguan-raguan maka tidak perlu dilakukan
pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.

Pasal 3 (1) Pemeriksaan Kesehatan Berkala dimaksudkan untuk mempertahankan derajat Pemeriksaan berkala
kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai (Annual MCU)
kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu
dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan.
(2) Semua perusahaan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (2) tersebut di atas harus
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1
tahun sekali kecuali ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan
Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja.
(3) Pemeriksaan Kesehatan Berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratoriuin rutin serta
pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
(4) Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan
kesehatan berkala sesuai dengan kebutuhan menurut jenis-jenis pekerjaan yang ada.

Pasal 5 (2) Pemeriksaan Kesehatan Khusus dilakukan pula terhadap: Pemeriksaan


a. tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan kesehatan khusus
perawatan yang lebih dari 2 (dua minggu).
b. tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja wanita
dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
c. tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan
kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.
(3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan-keluhan
diantara tenaga kerja, atau atas pengamatan pegawai pengawas keselamatan dan
kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes dan Keselamatan dan Balai-
balainya atau atas pendapat umum dimasyarakat.

PERMENAKER 16 No. 1 Tahun 1981 - Kewajiban Pasal 2 (1) Apabila dalam pemeriksaan kesehatan bekerja dan pemeriksaan kesehatan khusus
melaporkan PAK sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per. 02/Men/1980 ditemukan penyakit kerja yang diderita oleh tenaga kerja, pengurus
dan Badan yang ditunjuk wajib melaporkan secara tertulis kepada Kantor Direktorat
Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja setempat.
(2) Penyakit akibat kerja yang wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pasal ini adalah sebagaimana ditetapkan dalam lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 3 (1) Laporan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (1) harus dilakukan dalam waktu Prpseru KK & PAK
paling lama 2 x 24 jam setelah penyakit tersebut dibuat diagnosanya.
Pasal 4 (1) Pengurus wajib dengan segera melakukan tindakan-tindakan preventif agar P2K3 & Pembagian
penyakit akibat kerja yang sama tidak terulang kembali diderita oleh tenaga kerja yang APD
berada dibawah pimpinannya.
(2) Apabila terdapat keraguan-keraguan terhadap hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan oleh Dokter, pengurus dapat meminta bantuan Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi dalam hal ini aparatnya untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat
kerja.
(3) Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya
untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

PERMENAKER 17 No 1 Tahun 1982 - Bejana Pasal 2 Peraturan ini berlaku untuk perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, Akta Ijin bejana Tekan
Tekan perdagangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan bejana
tekanan.
Pasal 5 (1) Bahan dan konstruksi bejana tekanan harus cukup kuat dan memenuhi syarat. Akta Ijin bejana Tekan
(2) Bahan dari bejana tekanan yang dibuat dari baja zat arang harus mempunyai
kekuatan tarik tidak kurang dari 35 kg/mm2, dan tidak lebih dari 56 kg/mm2 kecuali jika
bejana tekanan itu tidak mempunyai sambungan kekuatan tariknya setinggi-tingginya
75 kg/mm2.
(3) Angka regang hingga putus dalam proses dari baja zat arang pada batang coba d.p
5 sekurang-kurangnya sesuai dengan lampiran 1.
(4) Bilamana tebal bahan yang termaksud dalam ayat 2, kurang dari 8 mm, maka untuk
setiap milimeter yang menjadi kekurangan dari 8 mm tadi angka regang boleh kurang
dari yang ditetapkan pada lampiran 1.

Pasal 6 (1) Dengan tidak mengurangi ketentuan tersebut pasal 5 maka: Akta Ijin bejana Tekan
a. Untuk bejana-bejana harus disertai sertifikat asli dari bahan konstruksinya dari badan
yang tidak memihak dan diakui.
b. Bejana-bejana tekanan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam dasar-
dasar perhitungan kekuatan konstruksi bejana tekanan yang dikeluarkan Direktur atau
pejabat yang ditunjuknya.
(7) Perbaikan dengan secara las pada bejana-bejana yang baru yang tidak mempunyai
sambungan tidak diperbolehkan.
Pasal 7 (1) Setiap botol saja harus diperlengkapi dengan katup penutup yang baik kecuali bagi Akta Ijin bejana Tekan
botol-botol yang dirangkaikan satu sama lainnya diperbolehkan memakai satu katup
penutup bersama, jika dari sudut keselamatan dapat dipertanggung jawabkan.
(2) Ulir penghubung pada botol-botol baja dengan pipa pengisi yang dipergunakan
untuk gas yang mudah terbakar harus ke kiri, sedangkan untuk las lainnya harus
mempunyai ulir kanan, kecuali untuk botol acetyllene harus mempunyai ulir kanan atau
dengan penghubung sengkang.

Pasal 10 (1) Setiap bejana tekanan, kompresor yang memadat gas ke dalam bejana dan Akta Ijin bejana Tekan
pesawat pendingin harus diperlengkapi dengan pedoman tekanan yang dapat
ditempatkan pada kompresornya atau mesin pendinginnya selama masih berhubungan
secara langsung.
(2) Pedoman tekanan harus dapat menunjukan tekanan melebihi dalam kg/cm2 dengan
jelas dan benar sampai sekurang-kurangnya sebesar tekanan percobaan dari bejana
tekanan itu.
(3) Pedoman tekanan harus dipasang sedemikian rupa sehingga tenaga kerja yang
melayani dapat melihatnya dengan mudah.
(4) Pedoman tekanan harus dibubuhi strip merah pada tekanan kerja tertinggi yang
diperbolehkan.
(5) Pedoman tekanan harus diperlengkapi dengan sebuah keran cabang tiga yang
mempunyai plendes dengan garis tengah 40 mm dan tebal 5 mm.

Pasal 12 (1) Botol-botol dan bejana-bejana transport harus diberi alat anti guling untuk Trolley gas
menghindarkan menggelindingnya botol-botol atau bejana transport tersebut kecuali
botol dan bejana transport yang karena pengangkutannya ataupun pemakaiannya tidak
mungkin menggelinding.
(2) Alat anti guling tidak boleh berhubungan dengan tutup pelindungnya.
Pasal 15 (1) Pada pemeriksaan pertama, bejana tekanan harus diadakan percobaan padat. Hydrostatik test
(2) Pada pemeriksaan ulang bejana tekanan tidak perlu diadakan percobaan padat
dengan air apabila hasil pemeriksaan bejana luar dan dalamnya memberikan hasil
yang baik, sehingga tidak perlu diadakan pengujian.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

Pasal 22 (1) Setiap bejana diberikan tanda-tanda pengenal sebagai berikut: Compressed Gas
a. Nama pemilik. (e.g. O2, N2, LPG,
b. Nama dan nomor urut pabrik pembuat. C2H2, etc)
c. Nama gas yang diisikan (bukan simbol kimia).
d. Berat dari botol baja dalam keadaan kosong tanpa keran dan tutup.
e. Tekanan pengisian yang diijinkan kg/cm2 (Po).
f. Berat maximum dari isinya untuk bejana berisi gas yang dikempa menjadi cair.
g. Besarnya volume bila diisi air untuk bejana berisi gas yang dikempa.
h. Tanda dari bahan pengisi (untuk botol baja yang berisi larutan acetyllen).
i. Bulan dan tahun pemadatan pertama dan berikutnya.

Pasal 28 Bejana-bejana tekanan yang tidak dibubuhi tanda “baik” yang sah atau dibubuhi tanda
“tidak baik” dilarang diisi atau dipakai.
Pasal 29 (1) Bejana-bejana tekanan tidak boleh dipakai dengan tekanan yang lebih tinggi dari
pada tekanan kerja yang diijinkan.
Pasal 35 (3) Dalam satu ruangan hanya diperbolehkan ada satu bejana tekanan atau botol baja Penyimpanan bejana
yang sedang dipergunakan, sebagai cadangan disimpan digudang atau ruangan lain tekan
yang ditentukan oleh Direktur sesuai dengan peraturan.
(4) Dilarang menaruh atau menyimpan bejana tekanan dan botol baja dekat tangga,
gang, di muka lubang pemasukan angin, alat pengangkat dan benda-benda bergerak
yang dapat menyentuh atau menimpa.
(5) Dilarang menyimpan botol-botol baja dan bejana transport bersama-sama dengan
botol-botol baja yang berisi bahan-bahan yang mudah terbakar.
(6) Botol-botol baja dan bejana transport yang berisi gas yang mudah terbakar harus
disimpan dalam ruangan yang tahan api.
(7) Botol-botol baja dan bejana transport yang berisi bermacam-macam gas harus
disimpan secara terpisah-pisah.
(8) Botol-botol baja dan bejana transport yang berisi ditaruh diudara bebas harus
dilindungi dari cahaya matahari.

Pasal 40 (1) Barang siapa membuat bejana tekanan harus memiliki pengesahan tertulis atas Akta Ijin bejana Tekan
gambar rencana bejana-bejana tekanan yang akan dibuatnya dari Direktur atau pejabat
yang ditunjuknya.
PERMENAKER 18 No. 2 Tahun 1982 - Kualifikasi Pasal 2 (1) Peraturan Menteri ini meliputi kwalifikasi juru las untuk ketrampilan pengelasan Sertifikasi Operator
Juru Las sambungan las tumpul dengan proses las busur listrik, las busur listrik submerged, las Las
gas busur listrik tungstem, las karbit atau kombinasi dari proses las tersebut yang
dilakukan dengan tangan (secara manual), otomatis atau kombinasi.
Pasal 3 (1) Juru las dianggap trampil apabila telah menempuh ujian las dengan hasil Sertifikasi Operator
memuaskan dan mempunyai sertifikat juru las. Las
(2) Juru las tersebut (1) dianggap tidak trampil apabila selama 6 (enam) bulan terus
menerus tidak melakukan pekerjaan las sesuai dengan yang tercantum dalam sertifikat
juru las.
Pasal 4 (1) Peserta Juru las harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Sertifikasi Operator
a. berbadan sehat baik physik maupun mental yang dinyatakan dengan surat Las
keterangan dokter pemeriksa kesehatan badan tenaga kerja sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
a. berumur sekurang-kurangnya 18 tahun;
b. pernah mengikuti dan lulus latihan las dasar atau mereka yang oleh Direktur
dianggap memenuhi syarat;
(2) Direktur dapat mengadakan perubahan terhadap syarat-syarat tersebut pada ayat
(1).

PERMENAKER 19 No. 3 tahun 1982 - Pelayanan Pasal 3 (1) Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan Pelayanan Kesehatan Kerja. BPJS Kesehatan
kesehatan tenaga kerja (2) Pengurus wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
19 No. 3 tahun 1982 - Pelayanan
Peraturan No kesehatan tenaga
Nomorkerja Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

Pasal 4 (1) Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja dapat: BPJS Kesehatan


a. Diselenggarakan sendiri oleh pengurus.
b. Diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan ikatan dengan dokter atau
Pelayanan Kesehatan lain.
c. Pengurus dari beberapa perusahaan secara bersama-sama menyelenggarakan
suatu Pelayanan Kesehatan Kerja.
(2) Direktur mengesahkan cara penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai
dengan keadaan.

PERMENAKER 20 No 2 Tahun 1983 - Instalasi Instalasi Alarm system


Alarm kebakaran Automatik
PERMENAKER 21 No 4 tahun 1985 - Pesawat Pasal 2 Pesawat tenaga dan produksi harus dirancang, dibuat, dipasang, digunakan dan MDR Manufacturing data
tenaga dan produksi dipelihara sesuai ketentuan yang berlaku. Record
Pasal 3 (2) Setiap bahan dari bagian konstruksi Pesawat Tenaga dan Produksi yang utama MDR
harus memiliki tanda hasil pengujian atau sertifikat bahan yang diakui.
Pasal 4 Semua bagian yang bergerak dan berbahaya dari Pesawat Tenaga dan Produksi harus Machine guarding
dipasang alat perlindungan yang efektif kecuali ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak ada orang atau benda yang menyinggungnya.
Pasal 5 (1) Dilarang memindahkan, merubah ataupun menggunakan alat pengaman atau alat Machine guarding
perlindungan untuk tujuan lain dari suatu pesawat atau mesin yang sedang bekerja,
kecuali apabila mesin tersebut dalam keadaan berhenti atau dalam perbaikan.
(2) Alat-alat pengaman dan alat perlindungan harus dipasang kembali setelah pesawat Machine guarding
atau mesin selesai diperbaiki.
Pasal 6 Pada Pesawat Tenaga dan Produksi yang sedang diperbaiki tenaga penggerak harus LOTO
dimatikan dan alat pengontrol harus segera dikunci serta diberi suatu tanda larangan
untuk menjalankan pada tempat yang mudah dibaca sampai Pesawat Tenaga dan
Produksi atau alat pengaman tersebut selesai diperbaiki.

Pasal 7 Jarak antara pesawat-pesawat atau mesin-mesin harus cukup lebar dan bebas dari
segala sesuatu yang dapat membahayakan bagi lalu lintas.
Pasal 8 (1) Ban-ban penggerak, rantai-rantai dan tali-tali yang berat yang dapat menimbulkan Machine guarding
bahaya bila terlepas atau putus harus dilengkapi alat perlindungan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Pasal 9 (1) Pada pekerjaan yang menimbulkan serbuk, serpih, debu dan bunga api yang dapat Machine guarding
menimbulkan bahaya harus diadakan pengaman dan perlindungan.
(2) Semua Pesawat Tenaga dan Produksi harus dipelihara secara berkala dan baik. PM
Pasal 11 (1) Jika dalam ruangan terbuka atau tertutup terdapat poros penggerak yang digerakan LOTO
oleh suatu penggerak mula yang berada di lain ruangan sedangkan poros penggerak
tersebut tidak dapat dihentikan selama penggerak mula bekerja, maka dalam ruangan
tersebut harus ada suatu alat untuk memberi tanda kepada penjaga mesin atau
operator sehingga dengan segera dapat menghentikan mesin penggerak.
Pasal 12 Pelumasan, pembersihan pesawat atau mesin dan pemasangan ban-ban harus PM
dilaksanakan pada waktu pesawat atau mesin dalam keadaan berhenti, kecuali dapat
dilakukan dengan aman.
Pasal 13 Setiap mesin yang digerakan dengan penggerak mula harus dilengkapi dengan alat Machine guarding
penghenti yang mudah dicapai oleh operator guna menahan mesin agar tidak bergerak
kembali.
Pasal 14 (1) Alat-alat pengendali Pesawat Tenaga dan Produksi dibuat dan dipasang sedemikian
rupa sehingga pesawat Tenaga dan Produksi tersebut dapat bekerja dengan baik,
aman dan mudah dilayani dari tempat operator.
(2) Tempat operator mesin harus cukup luas, aman dan mudah dicapai.
Pasal 15 Pada motor-motor penggerak harus dinyatakan tanda arah perputaran dan kecepatan
maximum yang aman.
Pasal 16 Rantai, sabuk dan tali penghubung untuk roda gigi penggerak tidak boleh dilepas atau
dipasang dengan tangan sewaktu berjalan atau berputar.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

Pasal 17 Dilarang mencuci atau membersihkan Pesawat Tenaga dan Produksi dengan cairan
yang mudah terbakar atau bahan beracun.
Pasal 20 (1) Setiap mesin harus dilengkapi dengan alat penghenti yang memenuhi syarat.
(2) Penandaan tombol penggerak maupun penghenti untuk mesin di tempat kerja harus
seragam.
Pasal 24 Roda gigi yang terbuka dari suatu pesawat atau mesin yang bergerak harus diberi alat Machine guarding
perlindungan dengan salah satu cara sebagai berikut:
(a). untuk putaran cepat dengan menutup keseluruhan.
(b). untuk putaran lambat pada titik pertemuan roda gigi.
Pasal 26 Semua alat pengaman dan alat perlindungan harus tetap berada ditempatnya bila Machine guarding
mesin hidup.
Pasal 28 Setiap Pesawat Tenaga dan Produksi harus diberi pelat nama yang memuat data-data
Pesawat Tenaga dan Produksi.
Pasal 30 Operator dilarang meninggalkan tempat kerjanya pada waktu Pesawat Tenaga dan
Produksi sedang beroperasi.
Pasal 36 Perlindungan atau penutup harus dibuat: Machine guarding
a. dari metal atau pelat yang berlubang-lubang atau kawat teranyam dengan bingkai
besi siku, pipa besi atau batang besi penjual;
b. dari kayu, plastik atau bahan lainnya yang sesuai dengan penggunaannya.
PERMENAKER 22 No. 5 tahun 1985 - Pesawat Pasal 3 (1) Beban maksimum yang diijinkan dari pesawat angkat dan angkut harus ditulis pada Pemasangan tanda
Angkat Angkut bagian yang mudah dilihat dan dibaca dengan jelas; untuk forklift, lift,
(2) Semua pesawat angkat dan angkut tidak boleh dibebani melebihi beban maksimum hoist crane
yang diijinkan;
(3) Pengangkatan dan penurunan muatan pada pesawat angkat dan angkut harus
perlahan-lahan;
(4) Gerak mula dan berhenti secara tiba-tiba dilarang.

Pasal 4 Setiap pesawat angkat dan angkut harus dilayani oleh operator yang mempunyai SIO
kemampuan dan telah memiliki ketrampilan khusus tentang Pesawat Angkat dan
Angkut.
Pasal 9 (1) Tali baja yang digunakan untuk mengangkat harus: Akta ijin hoist crane
a. terbuat dari bahan baja yang kuat dan berkualitas tinggi;
b. mempunyai factor keamanan sekurang-kurangnya 3 ½ kali beban maksimum;
c. tidak boleh ada sambungan;
d. tidak ada simpul, belitan, kusut, berjumbai dan terkupas.
(2) Tali baja harus diberi pelumas yang tidak mengandung asam atau
Pasal 9 (3) Tali baja harus diperiksa pada waktu pemasangan perama dan setiap hari oleh Melakukan
operator serta sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu oleh tenaga yang pemeriksaan rutin
berkeahlian khusus Pesawat Angkat dan Angkut dari Perusahaan;
Pasal 11 (1) Rantai harus diganti apabila: Akta ijin hoist crane
a. tidak sesuai dengan ketentuan yang direncanakan;
b. salah satu mata rantai mengalami perubahan panjang lebih dari 5% dari ukuran
panjang mata rantai semula;
c. pengausan sau sama lainnya melebihi ¼ dari diameter rantai semula.
(2) Perbaikan rantai harus dilakukan oleh orang yang ahli.
(3) Rantai dilarang:
a. Dipukul walaupun untuk maksud meluruskan atau memasang pada tempatnya;
b. Disilang, diplintir, dikusutkan, untuk dibuat simpul;
c. Ditarik bila terhimpit beban;
d. Dijatuhkan dari suatu ketinggian;
e. Diberi beban kejutan;
f. Digunakan untuk mengikat muatan.

Pasal 12 (1) Sling harus dari rantai, tali baja atau tali serat dan mempunyai kekuatan yang Akta ijin hoist crane
memadai;
(2) Sling yang cacat dilarang dipakai;
(3) Bila digunakan sling lebih dari satu beban harus dibagi rata.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

Pasal 14 (1) Kait untuk mengangakat beban harus dibuat dari baja tempa yang dipanaskan dan latch hook
dipadatkan atau dari bahan lain yang mempunyai kekuatan yang sama;
(2) Kait harus dilengkapi dengan kunci pengaman.
Pasal 16 Semua peralatan angkat harus dilengkapi dengan rem yang secara efektif dapat Akta ijin
mengerem suatu bobot yang tidak kurang dari 1 ½ beban yang diijinkan.
Pasal 23 Operator peralatan angkat harus menghindari pengangkatan muatan melalui orang- Khusus Barang
orang.
Pasal 101 Semua perlengkapan pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan Forklift
sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu oleh operator.
Pasal 106 Lebar kiri kanan sisi jalan bebas yang dilalui truck sekurang-kurangnya:
a. 60 cm dari lebar kendaraan atau muatan yang paling lebar jika digunakan lalu lintas
satu arah;
b. 90 cm dari kedua lebar kendaraan atau muatan yang paling lebar jika digunakan lalu
lintas dua arah.
Pasal 134 (1) Setiap perencanaan pesawat angkat dan angkut harus mendapat pengesahan dari Akta ijin alat angkat
Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya, kecuali ditentukan lain; angkut
Pasal 138 (1) Setiap pesawat angkat dan angkut sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji Pemeriksaan rutin
terlebih dahulu dengan standar uji yang telah ditentukan;
(2) Untuk pengujian beban lebih, harus dilaksanakan sebesar 125% dari jumlah beban
maksimum yang diujikan;
(3) Besarnya tahanan isolasi dan instalasi listrik Pesawat Angkat dan Angkut harus
sekurang-kurangnya memenuhi yang ditentukan dalam PUIL (Peraturan Umum
Instalasi Listrik);
(4) Pemeriksaan dan pengujian ulang pesawat angkat dan angkut dilaksanakan
selambatlambatnya 2 (dua) tahun setelah pengujian pertama dan pemeriksaan
pengujian ulang selanjutnya dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali;
(5) Pemeriksaan dan pengujian dimaksud dalam pasal ini dilakukan oleh Pegawai
Pengawas dan atau Ahli Keselamatan Kerja kecuali ditentukan lain.

PERMENAKER 23 No. 4 tahun 1987 - P2K3 dan Pasal 2 (1) Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib P2K3
penunjukkan AK3 Umum membentuk P2K3.
Pasal 3 (1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya Struktur P2K3
terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
(2) Sekretaris P2K3 ialah ahli Keselamatan Kerja dari perusahaan yang bersangkutan.

(3) P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya atas usul dari AK3 Umum
pengusaha atau pengurus yang bersangkutan.
Pasal 12 Sekurang-kurangnya 3 bulan sekali pengurus wajib menyampaikan laporan tentang Pelaporan P2K3
kegiatan P2K3 kepada Menteri melalui Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.
PERMENAKER 24 No 2 Tahun 1989 - Pasal 2 (1) Instalasi penyalur petir harus direncanakan, dibuat, dipasang dan dipelihara sesuai Akta Ijin penyalur petir
Pengawasan instalasi penyalur dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dan atau standard yang diakui;
petir Pasal 6 (1) Pemasangan instalasi penyalur petir harus dilakukan oleh Instalasi yang telah Pemeriksaan oleh
mendapat pengesahan dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya; PJK3
(2) Tata cara untuk mendapat pengesahan sebagaimana dimaksud ayat (1), diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
Pasal 9 (1) Tempat kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 yang perlu dipasang instalasi
penyalur petir antara lain:
a. Bangunan yang terpencil atau tinggi dan lebih tinggi dari pada bangunan sekitarnya
seperti: menara-menara, cerobong, silo, antena pemancar, monumen dan lain-lain;
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

Pasal 50 (1) Setiap instalasi penyalur petir dan bagian harus dipelihara agar selalu bekerja Permeriksaan tahunan
dengan tepat, aman dan memenuhi syarat; oleh PJK3
(2) Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji:
a. Sebelum penyerahan instalasi penyalur petir dan instalatir kepada pemakai;
b. Setelah ada perubahan atau perbaikan suatu bangunan dan atau instalasi penyalur
petir;
c. Secara berkala setiap dua tahun sekali;
d. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir;

Pasal 51 (1) Pemeriksaan dan pengujian instalasj penyalur petir dilakukan oleh pegawai Pemeriksaan oleh
pengawas, ahli keselamatan kerja dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk; PJK3
(2) Pengurus atau pemilik instalasi penyalur petir berkewajiban membantu pelaksanaan
pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh pegawai pengawas, ahli keselamatan
kerja dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk termasuk penyediaan alat-alat bantu

Pasal 57 (1) Setiap instalasi penyalur petir harus mendapat sertifikat dan Menteri atau pejabat Akta Ijin penyalur petir
yang ditunjuknya;

PERMENAKER 25 No 2 tahun 1992 - Pasal 9 (1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berkewajiban: P2K3
Penunjukkan kewajiban dan a. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan
wewenang AK3 Umum kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan
penunjukannya;
b. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk Pelaporan P2K3
mengenai hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja satu kali dalam 3 (tiga)
bulan, kecuali ditentukan lain;
PERMENAKER 26 No. 1 Tahun 1998 - Pasal 1 Perusahaan yang menyelenggarakan sendiri pemeliharaan BPJS Kesehatan
Penyelenggara Pemeliharaan kesehatan dapat dengan cara :
Tenaga Kerja a. Menyediakan sendiri atau bekerjasama dengan fasilitas Pelaksana Pelayanan
Kesehatan (PPK).
b. Bekerjasama dengan badan yang menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan; dan
c. Bersama beberapa perusahaan menyelenggarakan suatu pelayanan kesehatan.
Pasal 2 Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dinyatakan dengan manfaat lebih BPJS Kesehatan
baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja
apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Liputan pelayanan kesehatan yang diberikan sekurang-kurangnya harus memenuhi
ketentuan sebagaimana tercantum dalam BAB II dan BAB III
peraturan ini.
b. Pelaksana pelayanan kesehatan yang ditunjuk harus memiliki izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Pelaksana pelayanan kesehatan harus mudah dijangkau oleh tenaga kerja dan
keluarganya.

Pasal 3 (1) Kepesertaan meliputi seluruh tenaga kerja baik laki-laki maupun wanita dan BPJS Kesehatan
keluarga yang terdiri dari suami atau istri dan anak yang sah.
(2) Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah anak kandung, anak angkat dan
anak tiri yang berusia sampai dengan 21 tahun, belum bekerja, belum menikah dengan
pembatasan jumlah sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang anak.
PERMENAKER 27 No. 3 Tahun 1999 - K3 Lift Pasal 3 (1) Kapasitas angkut lift harus dicantumkan dan dipasang dalam kereta serta
dinyatakan dalam jumlah orang dan atau jumlah bobot muatan yang diangkut dalam
kilogram (kg).
(2) Kapasitas angkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan
kapasitas angkut yang dinyatakan dalam ijin pemakaian lift.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

Pasal 5 (1) Mesin dan konstruksinya harus memenuhi Standar Nasional Indonesia yang
berlaku.
(2) Apabila lift akan bergerak, rem membuka dengan tenaga magnet listrik dan harus
dapat memberhentikan mesin secara otomatis pada saat arus listrik putus.
(3) Mesin harus dilengkapi dengan rem yang bekerja dengan tenaga pegas.
Pasal 6 (1) Bangunan kamar mesin harus kuat, bebas air dan dibuat dari bahan tahan api
sekurang-kurangnya 1 (satu) jam.

(2) Luas kamar mesin harus sekurang-kurangnya 1,5 (satu koma lima) kali dari luas
ruang luncur dan tinggi sekurang-kurangnya 2,2 (dua koma dua) meter kecuali untuk lift
perumahan atau rumah tinggal.
(3) Kamar mesin harus mempunyai penerangan dan ventilasi yang cukup sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
(4) Kamar mesin harus dilengkapi jalan masuk dengan membuka arah ke luar dan
dapat dikunci serta tahan api sekurang-kurangnya 1 (satu) jam serta mempunyai
ukuran pintu sekurang-kurangnya lebar 0,7 (nol koma tujuh) meter dan tinggi 2 (dua)
meter.
(5) Mesin, alat pengendali kerja dan peti hubung bagi listrik harus dipasang dalam
kamar mesin.
(6) Setiap kamar mesin harus dilengkapi dengan alat pemadam api ringan jenis kering
dengan kapasitas sekurang-kurangnya 5 (lima) kg.
Pasal 7 (1) Tali baja penarik bobot imbang dan governor harus kuat, luwes, tidak boleh terdapat
sambungan dan semua utas tali seragam dari satu sumber yang sama.
Pasal 9 (1) Bagunan ruang luncur harus mempunyai kostruksi yang kuat, kokoh, tahan api dan
tertutup rapat mulai dari lantai bawah lekuk dasar sampai bagian langit-langit ruang
luncur.
(2) Ruang luncur harus selalu bersih, bebas dari instalasi atau peralatan yang bukan
bagian dari instalasi lift dan menjamin kelancaran jalannya kereta serta bobot imbang
(5) Ruang luncur bagian atas harus terdapat ruang bebas sekurang-kurangnya 50 (lima
puluh) cm antara kereta dan langit-langit ruang luncur pada batas pemberhentian akhir
di bagian atas (top landing).
(6) Daun pintu ruang luncur harus dibuat dari baja tahan api sekurang-kurangnya 1
(satu) jam dan dapat menutup rapat.
(7) Pintu penutup ruang luncur lift otomatis harus dilengkapi kunci kait (interlock) yang
bekerja sejalan dengan pengendalian lift.
(8) Pintu penutup ruang luncur yang tidak otomatis harus dilengkapi dengan kunci kait
(interlock) yang menjamin:
a. Kereta tidak bergerak dan melanjutkan gerakannya kecuali apabila pintu
penutup ruang luncur tertutup rapat dan terkunci.
b. Pintu hanya dapat terbuka jika kereta dalam keadaan berhenti penuh dan sama rata
dengan lantai pemberhentian.
(9) Kunci kait bagaimana dimaksud pada ayat (7) harus menjamin:
a. Kereta tidak dapat bergerak atau melanjutkan gerakannya, kecuali apabila pintu
penutup ruang tertutup rapat dan terkunci.
b. Pintu dapat terbuka jika kereta sama rata dengan lantai pemberhentian.
(10) Toleransi beda kerataan lantai kereta dengan lantai pemberhentian tidak boleh
lebih dari 20 (dua puluh) cm.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

Pasal 10 (1) Lekuk dasar harus mempunyai ruang bebas sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) cm
antara lantai lekuk dasar dengan bagian bawah dari kereta pada saat kereta menekan
penuh peredam atau penyangga.
(2) Lekuk dasar yang berada pada salah satu lantai bangunan yang tidak langsung
berhubungan dengan tanah, harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Kekuatan struktur lantai tersebut sekurang-kurangnya 5000 (lima ribu) N/m2
b. Bobot imbang harus dilengkapi dengan rem pengaman (safety gear);
c. Di bawah lekuk dasar tidak boleh digunakan untuk tempat kerja dan atau
penyimpanan barang yang mudah meledak atau terbakar.

Pasal 11 (1) rangka kereta harus terbuat dari baja dan kuat menahan beban akibat
pengoperasian lift, bekerjanya pesawat pengaman serta tumbukan antara kereta
dengan penyangga atau peredam.
(2) Badan kereta harus tertutup rapat dan mempunyai pintu.
(3) Atap kereta harus kuat menahan berat peralatan dan beban sekurang-kurangnya 2
(dua) orang.
(4) Tinggi dinding kereta harus sekurang-kurangnya 2 (dua) meter kecuali lift pelayan.

Pasal 12 (1) Kereta lift harus dilengkapi dengan pintu yang kokoh, aman, bekerja otomatis dan
tinggi sekurang-kurangnya 2 (dua) meter.
(2) Jarak antara ambang pintu kereta dan ambang pintu ruang luncur setinggi-tingginya
35 (tiga puluh lima) mm.
Pasal 13 (1) lift harus dilengkapi dengan sebuah governor untuk memicu atau mengatur
bekerjanya rem pengaman kecuali lift pelayan.
Pasal 17 Lift harus dilengkapi dengan :
a. Sakelar pengaman batas (travel limit switch) untuk memberhentikan mesin secara
otomatis sebelum kereta atau bobot imbang mencapai batas perjalanan terakhir ke atas
dan ke bawah.
b. Alat pembatas beban lebih (overload limit switch) untuk memberi tanda peringatan
dan lift tidak dapat berjalan bila beban melebihi kapasitas yang diijinkan.
Pasal 26 Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3) dalam melaksanakan
pembuatan, pemasangan dan perawatan lift harus terlebih dahulu memperoleh
keputusan penunjukan dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 27 (1) teknisi yang mengerjakan pemasangan, perbaikan dan atau perawatan lift harus
memperoleh surat ijin operasi dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 30 (1) Setiap lift sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu sesuai dengan
standar uji yang telah ditentukan.
(2) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja dan dilaksanakan
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
PERMENAKER 28 No 15 Tahun 2008 - Kotak P3K Pasal 2 (1) Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di tempat kerja. Tersedia P3K & First
(2) Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja. Aider
Pasal 3 (1) Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) harus Pelatihan First Aider
memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari Kepala Instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan setempat.
Pasal 5 (2) Pengurus wajib mengatur tersedianya Petugas P3K pada : First aider
a. tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih sesuai jumlah
pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja;
b. tempat kerja di setiap lantai yang berbeda di gedung bertingkat sesuai jumlah
pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja;
c. tempat kerja dengan jadwal kerja shift sesuai jumlah pekerja/buruh dan potensi
bahaya di tempat kerja.

Pasal 7 (1) Pengurus wajib memasang pemberitahuan tentang nama dan lokasi petugas P3K di
tempat kerja pada tempat yang mudah terlihat.
(2) Petugas P3K di tempat kerja dapat menggunakan tanda khusus yang mudah
dikenal oleh pekerja/buruh yang membutuhkan pertolongan.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

Pasal 8 (1) Fasilitas P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) meliputi: Ruang medis, kotak
a. ruang P3K; P3K, tandu, mobil
b. kotak P3K dan isi; kendaraan
c. alat evakuasi dan alat transportasi; dan
d. fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di tempat
kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus.
Pasal 9 (1) Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Ruang medis/Klinik
ayat (1) huruf a dalam hal :
a. mempekerjakan pekerja/buruh 100 orang atau lebih;
b. mempekerjakan pekerja/buruh kurang dari 100 orang dengan potensi bahaya tinggi.

(2) Persyaratan ruang P3K sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. lokasi ruang P3K :
1. dekat dengan toilet/kamar mandi;
2. dekat jalan keluar;
3. mudah dijangkau dari area kerja; dan
4. dekat dengan tempat parkir kendaraan.
b. mempunyai luas minimal cukup untuk menampung satu tempat tidur pasien dan
masih terdapat ruang gerak bagi seorang petugas P3K serta penempatan fasilitas P3K
lainnya;
c. bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu dan jalan yang cukup lebar untuk
memindahkan korban;
d. diberi tanda dengan papan nama yang jelas dan mudah dilihat;
e. sekurang-kurangnya dilengkapi dengan :
1. wastafel dengan air mengalir;
2. kertas tisue/lap;
3. usungan/tandu;
4. bidai/spalk;
5. kotak P3K dan isi;
6. tempat tidur dengan bantal dan selimut;
7. tempat untuk menyimpan alat-alat, seperti : tandu dan/atau kursi roda;
8. sabun dan sikat;
9. pakaian bersih untuk penolong;
10. tempat sampah; dan
11. kursi tunggu bila diperlukan.

Pasal 10 Kotak P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b harus memenuhi Lambang P3K,
persyaratan sebagai berikut : jumlah kotak P3K
a. terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan
lambang P3K berwarna hijau;
b. isi kotak P3K sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan Menteri ini dan
tidak boleh diisi bahan atau alat selain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan P3K di
tempat kerja;
c. penempatan kotak P3K :
1. pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi tanda arah yang jelas, cukup
cahaya serta mudah diangkat apabila akan digunakan;
2. disesuaikan dengan jumlah pekerja/buruh, jenis dan jumlah kotak P3K sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini;
3. dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih masing-
masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh;
4. dalam hal tempat kerja pada lantai yang berbeda di gedung bertingkat, maka
masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

Pasal 11 Alat evakuasi dan alat transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Tandu dan kendaraan
huruf c meliputi: kantor
a. tandu atau alat lain untuk memindahkan korban ke tempat yang aman atau rujukan;
dan
b. mobil ambulance atau kendaraan yang dapat digunakan untuk pengangkutan
korban.
Lampiran 1 Jumlah petugas P3K
Lampiran 2 Isi kotak P3K Kotak P3K kelas B
PERMENAKER 29 No. 25 tahun 2008 - Pedoman
dianogsis KK & PAK
PERMENAKER 30 No 8 tahun 2010 - APD Pasal 5 Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu Poster dan spanduk
rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja
Pasal 7 Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja. Induction dan
Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: pembagian APD
a. identifikasi kebutuhan dan syarat APD;
b. pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan/kenyamanan
pekerja/buruh;
c. pelatihan;
d. penggunaan, perawatan, dan penyimpanan;
e. penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan;
f. pembinaan;
g. inspeksi; dan
h. evaluasi dan pelaporan.

Pasal 8 (1) APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang Perusakan APD yang
dan/atau dimusnahkan. telah rusak
(2) APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta mengandung bahan berbahaya,
harus dimusnahkan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.
(3) Pemusnahan APD yang mengandung bahan berbahaya harus dilengkapi dengan
berita acara pemusnahan.

PERMENAKER 31 No. 9 Tahun 2010 - Operator Pasal 3 Pengusaha atau pengurus dilarang mempekerjakan operator dan/atau petugas SIO
Alat Angkat Angkut pesawat angkat dan angkut yang tidak memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Pasal 4 Jumlah operator pesawat angkat dan angkut yang dipekerjakan oleh pengusaha atau
pengurus harus memenuhi kualifikasi dan jumlah sesuai dengan jenis dan kapasitas
pesawat angkat dan angkut sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Menteri ini.
Pasal 5 (1) Pesawat angkat dan angkut harus dioperasikan oleh operator pesawat angkat dan SIO
angkut yang mempunyai Lisensi K3 dan buku kerja sesuai jenis dan kualifikasinya.
(2) Operator pesawat angkat dan angkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
operator peralatan angkat, pita transport, pesawat angkutan di atas landasan dan di
atas permukaan, dan alat angkutan jalan rel.

Pasal 7 (2) Operator peralatan angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun membantu pelayanan di
bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 21 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

Pasal 14 (2) Operator forklift dan/atau lift truk kelas II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun membantu pelayanan di
bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.

Pasal 23 (1) Lisensi K3 dan buku kerja berlaku untuk jangka waktu 5 (lima tahun), dan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.
Pasal 25 Buku kerja operator atau petugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 harus
diperiksa setiap 3 bulan oleh atasannya.
Pasal 34 (1) Operator pesawat angkat dan angkut berkewajiban untuk: Pre use checklist
a. melakukan pengecekan terhadap kondisi atau kemampuan kerja pesawat angkat
dan angkut, alat-alat pengaman, dan alat-alat perlengkapan lainnya sebelum
pengoperasian pesawat angkat dan angkut;
b. bertanggung jawab atas kegiatan pengoperasian pesawat angkat dan angkut dalam
keadaan aman;
c. tidak meninggalkan tempat pengoperasian pesawat angkat dan angkut, selama
mesin dihidupkan;
d. menghentikan pesawat angkat dan angkut dan segera melaporkan kepada atasan,
apabila alat pengaman atau perlengkapan pesawat angkat dan angkut tidak berfungsi
dengan baik atau rusak;
11
e. mengawasi dan mengkoordinasikan operator kelas II dan operator kelas III bagi
operator kelas I, dan operator kelas II mengawasi dan mengkoordinasikan operator
kelas III;
f. mematuhi peraturan dan melakukan tindakan pengamanan yang telah ditetapkan
dalam pengoperasian pesawat angkat dan angkut; dan
g. mengisi buku kerja dan membuat laporan harian selama mengoperasikan pesawat
angkat dan angkut.

PERMENAKER 32 No. 13 Tahun 2011 - Nilai Pasal 2 (1) Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan pengendalian faktor fisika dan Pengukuran tiap 6
Ambang Batas Faktor Fisika & faktor kimia di tempat kerja sehingga di bawah NAB. bulan
Kimia di tempat kerja (2) Jika faktor fisika dan faktor kimia pada suatu tempat kerja melampaui NAB,
pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan upaya-upaya teknis-teknologi untuk
menurunkan sehingga memenuhi ketentuan yang berlaku.
(3) Pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan ketentuan-ketentuan yang terkait
dengan faktor fisika dan faktor kimia tertentu sebagaimana telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan.

Pasal 5 (1) NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 decibel A (dBA). Pemakaian ear
plug/ear muff
Pasal 6 (1) NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan Alat potong taman
dan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat (m/det2). melebihi NAB
Pasal 13 (1) Pengukuran dan penilaian faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja dilaksanakan
oleh Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Balai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, serta Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja atau pihak-pihak lain yang ditunjuk
Menteri.
(2) Persyaratan pihak lain untuk dapat ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
Lampiran 1 NAB Faktor fisika
Lampiran 2 NAB Faktor kimia
No. 26 tahun 2014 - Pasal 2 (1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem di
PENYELENGGARAAN perusahaan.
PENILAIAN PENERAPAN
SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Peraturan No No. 26 tahunNomor
2014 - Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark
PENYELENGGARAAN
PENILAIAN PENERAPAN Pasal 3 (1) Perusahaan yang telah melaksanakan penerapan SMK3 sebagaimana
SISTEM MANAJEMEN dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan penilaian penerapan SMK3 melalui
KESELAMATAN DAN Audit Eksternal SMK3 oleh Lembaga Audit SMK3 yang ditunjuk oleh
KESEHATAN KERJA Menteri
Pasal 8 Lembaga Audit SMK3 yang telah mendapatkan keputusan penunjukan oleh Menteri
dilarang:
a. melakukan kegiatan konsultasi dalam bidang SMK3;
b. melakukan jasa pabrikasi, pemeliharaan, reparasi, dan instalasi teknik K3;
c. melakukan pemeriksaan dan pengujian keselamatan dan kesehatan kerja; dan
d. melakukan jasa pembinaan K3.

PERMENAKER 33 No. 19 tahun 2015 - SYARAT- Pasal 3 Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penerima pemborongan
SYARAT PENYERAHAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
SEBAGIAN PELAKSANAAN a. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama baik manajemen maupun kegiatan
PEKERJAAN KEPADA pelaksanaan pekerjaan;
PERUSAHAAN LAIN b. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan,
dimaksudkan untuk memberi penjelasan tentang cara melaksanakan pekerjaan agar
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan;
c. merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, artinya kegiatan
tersebut merupakan kegiatan yang mendukung dan memperlancar pelaksanaan
kegiatan utama sesuai dengan alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan yang
ditetapkan oleh asosiasi sektor usaha yang dibentuk sesuai peraturan perundang-
undangan; dan
d. tidak menghambat proses produksi secara langsung, artinya kegiatan tersebut
merupakan kegiatan tambahan yang apabila tidak dilakukan oleh perusahaan pemberi
pekerjaan, proses pelaksanaan pekerjaan tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Pasal 5 Jenis pekerjaan penunjang yang akan diserahkan kepada perusahaan penerima
pemborongan harus dilaporkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan kepada instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat
pemborongan pekerjaan dilaksanakan.
Pasal 7 Perusahaan pemberi pekerjaan dilarang menyerahkan sebagian pelaksanaan
pekerjaan kepada perusahaan penerima pemborongan apabila belum memiliki bukti
pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
Pasa 9 Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan secara tertulis.
Pasal 12 Perusahaan penerima pemborongan harus memenuhi persyaratan:
a. berbentuk badan hukum;
b. memiliki tanda daftar perusahaan;
c. memiliki izin usaha; dan
d. memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan.
Paal 17 Kegiatan jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. usaha pelayanan kebersihan (cleaning service);
b. usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh (catering);
c. usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan);
d. usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan; dan
e. usaha penyediaan angkutan bagi pekerja/buruh.
Pasal 20 Perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh antara perusahaan pemberi pekerjaan
dengan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh harus didaftarkan kepada instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan
dilaksanakan.
Pasal 22 Perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak dapat melakukan operasional
pekerjaannya sebelum mendapatkan bukti pendaftaran perjanjian penyediaan jasa
pekerja/buruh dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

Pasal 29 Hubungan kerja antara perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dengan


pekerja/buruhnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dapat didasarkan atas
perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu.
Pasal 29 (2) Dalam hal hubungan kerja didasarkan atas perjanjian kerja waktu tertentu yang
objek kerjanya tetap ada sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya
harus memuat:
a. jaminan kelangsungan bekerja;
b. jaminan terpenuhinya hak-hak pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan yang diperjanjikan; dan
c. jaminan perhitungan masa kerja apabila terjadi pergantian perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh untuk menetapkan upah.

Pasal 29 (3) Hak-hak pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. hak atas cuti apabila telah memenuhi syarat masa kerja;
b. hak atas jaminan sosial;
c. hak atas tunjangan hari raya;
d. hak istirahat paling singkat 1 (satu) hari dalam 1 (satu) minggu;
e. hak menerima ganti rugi dalam hal hubungan kerja diakhiri oleh perusahaan
penyedia jasa pekerja/buruh sebelum perjanjian kerja waktu tertentu berakhir bukan
karena kesalahan pekerja;
f. hak atas penyesuaian upah yang diperhitungkan dari akumulasi masa kerja yang
telah dilalui; dan
g. hak-hak lain yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan dan/atau
perjanjian kerja sebelumnya.

PERMENAKER 34 No. 12 tahun 2015 - K3 Listrik Pasal 2 Pengusaha dan/atau Pengurus wajib melaksanakan K3 listrik di tempat
kerja.
Pasal 6 (3) Perencanaan, pemasangan, perubahan, dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud AK3 Listrik
dalam Pasal 5 ayat (1) dilakukan oleh:
a. Ahli K3 bidang Listrik pada Perusahaan; atau
b. Ahli K3 bidang Listrik pada PJK3.
(4) Dalam hal kegiatan yang dilaksanakan berupa pemasangan dan Petugas K3 Listrik
pemeliharaan pada pembangkitan, transmisi, distribusi dan
pemanfaatan listrik, dapat dilakukan oleh:
a. Teknisi K3 Listrik pada perusahaan; atau
b. Teknisi K3 Listrik pada PJK3.
Pasal 10 (1) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Akta ijin instalasi listrik
ayat dan ayat (2) dilakukan oleh:
a. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik;
b. Ahli K3 bidang Listrik pada Perusahaan; dan/atau
c. Ahli K3 bidang Listrik pada PJK3.
(2) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan:
a. sebelum penyerahan kepada pemilik/pengguna;
b. setelah ada perubahan/perbaikan; dan
c. secara berkala.
(4) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a dan huruf b yang dilakukan oleh Ahli K3 bidang Listrik pada Perusahaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b digunakan sebagai bahan pertimbangan
pembinaan dan/atau tindakan hukum oleh Pengawas Ketenagakerjaan.
(5) Pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan oleh
Kepala Dinas Provinsi.

Pasal 11 (1) Pemeriksaan secara berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 Pemeriksaan tahunan
ayat (2) huruf c dilakukan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.
PERMENAKER 35 No. 31 tahun 2015 - Pasal 49A Pembuatan, pemasangan dan perubahan instalasi penyalur petir harus dilakukan Pemeriksaan tahunan
Perubahan 2 th 1989 Instalasi pemeriksaan dan pengujian oleh pengawas ketenagakerjaan spesialis K3 lisrik
penyalur petir
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

PERMENAKER 36 No. 32 Tahun 2015 - Pasal 24A Pembuatan, pemasangan dan perubahan instalasi lift harus dilakukan pemeriksaan dan
Perubahan No. 3 tahun 1999 pengujian oleh pengawas ketenagakerjaan spesialis K3 lisrik
K3 Lift Barang dan Manusia Pasal 25A Pembuatan, pemasangan dan perubahan lift dilakukan oleh PJK3
PERMENAKER 37 No. 33 tahun 2015 - Pasal 10 1. Pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh: PJK3
Perubahan 12 th 2015 a. pengawas spesialis K3 lisrik
b.. AK3 listrik perusahaan
c. AK3 listrik PJK3
2. Pemeriksaan dilakukan bila:
a. Sebelum penyerahan kepada pemilik
b. Setelah ada perubahan/perbaikan
c. Secara Berkala

PERMENAKER 38 No. 9 Tahun 2016 - K3 Pada Pasal 2 Perusahaan wajib menerapkan K3 bekerja di ketinggian
Ketinggian Bekerja pada ketinggian meliputi:
1. Perencanaan
2. Teknik bekerja aman
3, Prosedur kerja
4. APD
5. Tenaga Kerja
Pasal 4 Perusahaan wajib memastikan bahwa bekerja di ketinggian dilakukan dengan aman
Perusahaan wajib melakukan risk assessment bekerja di ketinggian
Pasal 5 Memberlakukan ijin kerja untuk bekerja di ketinggian
Prosedur ketja meliputi:
1. teknik dan cara perlindungan jatuh
2. Cara pengelolaan peralatan
3. Teknik dan cara melakukan pengawasan kerja
4. Pengamatan tempat kerja
5. Kesiagapan tanggap darurat
Pasal 7 Pembuatan peta area kerja ketinggian
Pasal 8 Pengusaha wajib memastikan tidak terdapat benda jatuh dari ketinggian
Berat benda yang dapat dibawa maksimal 5 kg
Pasal 9 Perusahaan wajib memiliki prosedur tanggap darurat
Rencana tanggap darurat memuat: WAH procedure
1. Daftar tenaga kerja yang mampu melakukan P3K ketinggian
2. Peralatan yang wajib disediakan
3. Fasilitas P3K dan alat evakuasi
4. No telp darurat
5. Denah evakuasi menuju rumah sakit
Pasal 12 Upaya mencegah jatuh dapat berupa:
1. Retractable lanyard
2. Double lanyard with hook dan absorber
Pasal 24 Perangkat pencegah jatuh kolektif berupa:
1. Pagar pembatas tinggi minimal 950 mm
2. Celah pagar vertical maksimal 470 mm
3. Tersedia toeboard
Pasal 25 Pekerja wajib menggunakan full body harness dan work restraint Instalasi safe line
Angkur permanen harus:
1. Pemeriksaan dan pengujian pertama
2. Memiliki akte pemeriksaan dan pengujian
3. Dilakukan berkala 1x dalam 2 tahun
Pasal 31 Perusahaan wajib menyediakan tenaga kerja yang kompeten
Pasal 32 Tenaga kerja memiliki sertifikat kompetensi
Pasal 33 Lisensi K3 berlaku 5 tahun
Pasal 36 Tenaga kerja bangunan tinggi tingkat 1, bekerja di lantai kerja tetap dan permanen,
akses dengan menggunakan tangga
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

Pasal 37 Tenaga kerja bangunan tinggi tingkat 2, bekerja di lantai kerja tetap dan permanen,
akses dengan menggunakan tangga/struktur bangunan, bekerja di area miring dan
melakukan rescue
PERMENAKER 39 No. 10 Tahun 2016 - Kegiatan Pasal 6 Pemberi kerja wajib melaporkan KK / PAK kepada BPJS dan dinas terkait tidak lebih
Promotif dan preventive KK & dari 2 x 24 jam
PAK Pasal 12 Kegiatan promotif dan preventive merupakan tanggung jawab pemberi kerja
Dalam rangka memberikan kegiatan promotif dan preventive, pemberi kerja dapat
bekerja sama dengan BPJS ketenagakerjaan. Kerjasama dapat dilakuan dalam bentuk
nota kesepakatan
Pasal 14 Kegiatan promotif meliputi:
1. Kampaye keselamatan berlalu lintas
2. Promodi prilaku hidup bersih
3. Pembinaan K3
4. Peningkatan budaya K3
5. Peningkatan gizi pekerja
Kegiatan preventive meliputi: MCU, APD, Bulletin,
1. Medical check up safety riding
2. Pemeriksaan lingkungan kerja
3. Penyediaan APD
4. Penyediaan sarana komunikasi, informasi & edukasi
5. Pelatihan dan penerapan safety riding
Pasal 15 Untuk memperoleh kegiatan promotif dan preventive, pemberi kerja harus memnuhi
sayarat:
1. Tertib membayar iuran
2. Telah menjadi peserta BPJS ketanagakerjaan paling singkat 3 tahun
3. Mengikutsertakan seluruh pesertanya dalam program jaminan sosial
Pasal 18 Pemberi kerja wajib melakukan pelaporan hasil pelaksanaan kegiatn promotif dan
preventive kepada BPJS ketenagakerjaan paling lama 7 hari setelah pelaksanaan
PERMENKES 40 No. 472 Tahun 1996 - Pasal 11 2. Lembaran Data pengaman (LDP) adalah lembar petunjuk yang berisi informasi MSDS
Pengaman Bahan berbahaya tentang sifat fisika, kimia dan bahan berbahaya, jenis bahaya yang dapat
bagi kesehatan ditimbulkan, cara penanganan dan tindakan khusus yang berhubungan dengan
keadaan darurat di dalam penanganan bahan berbahaya.
Pasal 5 (1) Setiap bahan berbahaya yang diedarkan harus diberi wadah dan kemasan dengan
baik serta aman.
(2) Pada wadah atau kemasan harus dicantumkan penandaan yang meliputi nama
sediaan atau nama dagang, nama bahan aktif, isi / berat / netto, kalimat peringatan dan
tanda atau simbol bahaya, petunjuk pertolongan pertama pada kecelakaan.
(3) Penandaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus mudah dilihat, dibaca,
dimengerti tidak mudah lepas dan luntur baik karena pengaruh sinar maupun cuaca.

PERMENKES 41 No. 492 Tahun 2010 - Pasal 2 Setiap penyelenggara air minum wajib menjamin air minum yang diproduksinya aman
Persyaratan Kualitas Air Minum bagi kesehatan
Pasal 4 Pengawasan kualitas air minum secara internal merupakan pengawasan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara air minum untuk penjamin kualitas air minum
memenuhi syarat
PERMENKES 42 No. 1096 Tahun 2011 - Higiene Pasal 3 Setiap jasaboga harus memiliki izin usaha sesuai ketentuan peraturan
Sanitasi Jasa Boga perundang-undangan.
Pasal 4 (1) Dalam hal jasaboga akan menyajikan hasil olahan makanan di wilayah
pelabuhan, bandar udara, pos pemeriksaan lintas batas, harus
memperoleh rekomendasi dari Kepala KKP.
Pasal 6 (1) Setiap tenaga penjamah makanan yang bekerja pada jasaboga harus
memiliki sertifikat kursus higiene sanitasi makanan, berbadan sehat,
dan tidak menderita penyakit menular.
(2) Tenaga penjamah makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
melakukan pemeriksaan kesehatannya secara berkala minimal 2 (dua)
kali dalam 1 (satu) tahun bekerja.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

PERMENKES 43 No. 48 Tahun 2016 - Pasal 3 (1) Setiap Pimpinan Kantor dan/atau Pengelola Gedung
STANDAR KESELAMATAN wajib menyelenggarakan K3 Perkantoran.
DAN KESEHATAN KERJA (2) Penyelenggaraan K3 Perkantoran sebagaimana
PERKANTORAN dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. membentuk dan mengembangkan SMK3
Perkantoran; dan
b. menerapkan Standar K3 Perkantoran.
Pasal 20 (2) Standar dan persyaratan kesehatan lingkungan
Perkantoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. sarana bangunan;
b. penyediaan air;
c. toilet;
d. pengelolaan limbah;
e. cuci tangan pakai sabun;
f. pengamanan pangan; dan
g. pengendalian vektor dan binatang pembawa
penyakit.

Pasal 24 (1) Setiap manajemen gedung Perkantoran wajib


membuat pencatatan dan pelaporan terhadap
pelaksanaan K3 Perkantoran secara berkala setiap 3
(tiga) bulan.
(3) Kejadian atau kasus K3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) meliputi:
a. kejadian hampir celaka;
b. kejadian kecelakaan kerja;
c. penyakit akibat kerja;
d. kehilangan hari kerja; dan
e. kematian akibat kerja.

Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditujukan kepada pemilik gedung dan ditembuskan
kepada Menteri, dinas kesehatan provinsi, dan dinas
kesehatan kabupaten/kota secara berjenjang.
Tabel 1 Parameter Wajib Persyaratan Kualitas Air Minum
Tabel 2 Toilet untuk karyawan pria
Tabel 3 Toilet untuk karyawan wanita
Tabel 6 Persyaratan Minimum Kualitas Udara Dalam Ruangan Perkantoran.
PERMEN LH 43 No. 5 Tahun 2006 - Ambang Pasal 4 (1) Setiap kendaraan bermotor lama wajib memenuhi ambang batas emisi gas buang Pemeriksaan rutin
Batas Emisi Gas Buang kendaraan bermotor lama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
Kendaraan Bermotor Lama Pasal 11 Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama dievaluasi sekurang Pemeriksaan rutin
kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun.
PERMEN LH 44 No. 3 Tahun 2008 - Tata cara Pasal 2 (1) Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol sesuai dengan
pemberian simbol dan label B3 klasifikasinya dan label sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.
Lampiran Simbol B3
PERMEN LH 45 No. 6 tahun 2009 - Pasal 2 Peraturan Menteri ini bertujuan untuk:
Laboratorium lingkungan a. menjamin akuntabilitas jasa pengujian parameter kualitas lingkungan bagi
penyedia dan pengguna jasa;
b. memberi pedoman bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan kapasitas
laboratorium diwilayahnya; dan
c. memberi pedoman bagi laboratorium untuk menjadi laboratorium
lingkungan.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

PERMEN LH 46 No. 18 Tahun 2009 - Tata cara Pasal 2 (1) Jenis kegiatan pengelolaan limbah B3 yang wajib dilengkapi dengan izin Ijin TPS B3
perizinan pengelolaan limbah terdiri atas kegiatan:
B3 a. pengangkutan;
b. penyimpanan sementara;
c. pengumpulan;
d. pemanfaatan;
e. pengolahan; dan
f. penimbunan.

Pasal 3 1) Kegiatan pengangkutan limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Pengangkut/


ayat (1) huruf a wajib memiliki izin dari Menteri yang menyelenggarakan Pemanfaat LB3
urusan di bidang perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari
Menteri.
PERMEN LH 47 No 13 Tahun 2010 - UKL & Pasal 2 (1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria UKL UPL
UPL wajib amdal wajib memiliki UKL-UPL.
Pasal 4 (1) UKL-UPL disusun oleh pemrakarsa sesuai dengan format penyusunan UKL UPL
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.
PERMEN LH 48 No. 14 tahun 2011 - Pasal 2 (1) Pengendalian pencemaran udara dilakukan oleh PPPU yang memiliki
Kompetensi Penanggung sertifikat kompetensi.
jawab Pencemaran Udara (3) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
melalui:
a. pelatihan kompetensi; dan
b. uji kompetensi.
(4) Pelatihan kompetensi dan uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilakukan sesuai dengan standar kompetensi PPPU dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Pasal 3 (1) Pelatihan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a
dilaksanakan oleh LPK yang diregistrasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup.
Pasal 6 (2) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 3 (tiga)
tahun dan dapat diperpanjang.
PERMEN LH 49 No 16 Tahun 2012 - Pedoman Pasal 2 (1) Peraturan Menteri ini bertujuan memberikan pedoman penyusunan dokumen UKL UPL
Penyusunan Dokumen lingkungan hidup.
Lingkungan (2) Dokumen lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. dokumen Amdal;
b. formulir UKL-UPL; dan
c. SPPL.
Pasal 3 (1) Dokumen Amdal dan formulir UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat Izin lingkungan
(2) huruf a dan huruf b merupakan persyaratan mengajukan permohonan izin
lingkungan.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

Pasal 8 (1) Formulir UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b memuat: UKL UPL
a. identitas pemrakarsa;
b. rencana usaha dan/atau kegiatan;
c. dampak lingkungan yang akan terjadi, dan program pengelolaan serta pemantauan
lingkungan;
d. jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
dibutuhkan; dan
e. pernyataan komitmen pemrakarsa untuk melaksanakan ketentuan yang tercantum
dalam formulir UKL-UPL.
f. Daftar Pustaka; dan
g. Lampiran
(2) Pengisian formulir UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan pedoman pengisian formulir UKL-UPL sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

PERMEN LH 50 No. 14 tahun 2013 - Simbol & Pasal 2 (1) Setiap orang yang melakukan Pengelolaan Limbah B3 wajib
Label limbah B3 melakukan pemberian Simbol Limbah B3 dan Pelabelan Limbah B3
yang dikelolanya
(2) Pemberian Simbol Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pada:
a. wadah dan/atau kemasan Limbah B3.
b. tempat penyimpanan Limbah B3; dan
(3) Pemberian Simbol Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan berdasarkan karakteristik Limbah B3.
(4) Pelabelan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
pada wadah dan/atau kemasan Limbah B3.
(5) Pelabelan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan
sesuai informasi penghasil, alamat penghasil, waktu pengemasan,
jumlah, dan karakteristik Limbah B3.

Lampiran Label & Simbol limbah B3


PERMEN LH 51 No. 5 Tahun 2012 - Jenis Pasal 5 Jenis usaha yang tidak wajib AMDAL wajib memiliki UKL UPL UKL UPL
Usaha Wajib AMDAL
PERMEN ESDM 52 No 36 Tahun 2014 - Pasal 1 Memberlakukan PUIL 2011 dan tidak memberlakukan PUIl 2010
Pemberlakuan PUIL 2011
PERMEN ESDM 53 No. 45 Tahun 2005 - Instalasi Pasal 5 Perencanaan instalasi tegangan tinggi dan menengah terdiri atas:
Ketenagalistrikan 1. Gambar situasi / tata letak
2. Gambar rinci
3. Diagram garis tunggal instalasi
4. Perhitungan teknik
5. Daftar bahan instalasi
6. Uraian dan spesifikasi teknis

PERMEN ESDM No. 45 Tahun 2005 - Instalasi Pasal 11 Instalasi pemanfaatan tenaga listrik wajib dilakukan pemeriksaan dan pengujian Tahunan
Ketenagalistrikan
PERMEN ESDM No. 45 Tahun 2005 - Instalasi Pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh institusi independen yang telah ditunjuk PJK3
Ketenagalistrikan menteri
PERMEN ESDM No. 45 Tahun 2005 - Instalasi Pasal 12 Instalasi yang telah memenuhi syarat akan mendapatkan SLO SLO
Ketenagalistrikan
PERMEN ESDM No. 45 Tahun 2005 - Instalasi Pasal 13 Permohonan SLO sebagai berikut: SLO
Ketenagalistrikan a. jenis instalasi
b. Kapasitas daya terpasang
c. Pelaksana pembangunan dan pemasangan, pengoperasian serta pemeliharaan dan
d. Jadual pelaksanaan pembangunan dan pemasangan
PERMEN ESDM No. 45 Tahun 2005 - Instalasi Pasal 14 Pemeriksaan dan pengujian pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi dan tegangan SLO
Ketenagalistrikan menengah sekurang-kurangnya berdasarkan mata uji dalam lampiran V
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

PERMEN ESDM No. 45 Tahun 2005 - Instalasi Pasal 15 3. SLO berlaku selama 15 tahun SLO
Ketenagalistrikan
PERMEN ESDM No. 45 Tahun 2005 - Instalasi 5. Segala biaya dibebankan kepada pemilik instalasi SLO
Ketenagalistrikan
PERMEN ESDM No. 45 Tahun 2005 - Instalasi Pasal 16 1. Instalasi penyedia dan pemanfaat tenaga listrik dapat digunakan setelah SLO
Ketenagalistrikan mendapatkan SLO
2. Setiap instalasi harus terpelihara dengan baik
3. Pemeliharaan meliputi:
a. Bagian yang mudah dan tidak mudah terlihat
b. Bagian yang mudah dan tidak mudah terkena gangguan
c. Tanda-tanda dan alat pengaman
d. Alat-alat pelindung beserta alat pelengkap lainnya

PERMEN ESDM No. 45 Tahun 2005 - Instalasi Pasal 17 1. Pengamanan instalasi pemanfaatan tenaga listrik, mengacu kepada SNI bidang
Ketenagalistrikan ketenagalistrikan
PERMEN ESDM No. 45 Tahun 2005 - Instalasi 2. Di setiap penyediaan tenaga listrik dan instalasi pemanfaatan, harus diberi tanda
Ketenagalistrikan peringatan
PERMEN ESDM No. 45 Tahun 2005 - Instalasi Lampiran V Test items SLO tegangan tinggi dan menengah SLO
Ketenagalistrikan
PERMEN ESDM 54 No. 46 Tahun 2006 - Pasal 15 SLO berlaku selama 15 tahun
Perubahan Permen ESDM No.
45 tahun 2005
PERMEN ESDM 55 No. 10 Tahun 2016 - Tata cara Paal 20 (1) Untuk mendapatkan penetapan sebagai Lembaga Inspeksi Teknik Tegangan SLO
akreditasi dan sertifikasi Rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2), badan usaha penunjang
ketenagalistrikan tenaga listrik bidang pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik mengajukan
permohonan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal dengan memenuhi persyaratan
administratif dan teknis.
PERMEN ESDM 56 No. 10 Tahun 2016 - Tata cara Pasal 22 (1) Untuk mendapatkan Sertifikat Laik Operasi, pemilik instalasi pemanfaatan tenaga SLO
akreditasi dan sertifikasi listrik tegangan rendah mengajukan permohonan kepada Lembaga Inspeksi Teknik
ketenagalistrikan Tegangan Rendah yang ditetapkan
oleh Menteri dengan dilengkapi data sebagai berikut:
a. identitas pemilik instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah;
b. lokasi instalasi;
c. jenis dan kapasitas instalasi;
d. gambar instalasi yang dikeluarkan oleh badan usaha konsultan perencana tenaga
listrik atau Direktur Jenderal; dan
e. peralatan yang dipasang.

PERMEN ESDM 57 No. 10 Tahun 2016 - Tata cara Pasal 22 (8) Sertifikat Laik Operasi instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah SLO
akreditasi dan sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak berlaku apabila terdapat perubahan
ketenagalistrikan kapasitas, perubahan instalasi, atau direkondisi.
PERMEN ESDM 58 No. 10 Tahun 2016 - Tata cara Pasal 25 (1) Tenaga teknik ketenagalistrikan yang bekerja pada usaha ketenagalistrikan wajib SLO
akreditasi dan sertifikasi memiliki Sertifikat Kompetensi yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi
ketenagalistrikan terakreditasi.
PERMEN PERIND 59 No 33 Tahun 2007 - Bahan Pasal 3 BPO dilarang digunakan pada mesin pengatur suhu ruangan yang digunakan di dalam APAR
Perusak Lapisan Ozon ruangan dan kendaraaan bermotor, lemari es dan APAR
Pasal 5 BPO hanya dapat digunakan untuk pemeliharaan barang APAR
Pasal 7 Bahan yang tidak menggunakan CFC wajib mencantumkan logo pada lampiran 2 APAR
Barang yang tidak menggunakan halon dan CFC untuk APAR, wajib mencantumkan APAR
logo pada lampiran 3
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

PERMEN PERIND 60 No. 87 Tahun 2009 - label GHS Pasal 5 (1) Bahan kimia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
dan ayat (2) wajib diberi label.
(2) Label sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur:
a. Penanda Produk;
b. Piktogram Bahaya;
c. Kata Sinyal;
d. Pernyataan Bahaya; dan
e. Identifikasi Produsen.

(4) Label sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
harus:
7 2009, No.309
a. mudah terbaca;
b. jelas terlihat;
c. tidak mudah rusak;
d. tidak mudah lepas dari kemasannya; dan
e. tidak mudah luntur karena pengaruh sinar, udara atau
lainnya.

Pasal 9 Bahan kimia sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 wajib memiliki


LDKB, dengan format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II
Peraturan Menteri ini.
Pasal 10 (1) Penulisan label dan LDKB sebagaimana dimaksud pada Pasal MSDS
5 ayat (1) dan Pasal 9 wajib menggunakan bahasa Indonesia.
(2) Penggunaan bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat disertai dengan bahasa internasional yang
digunakan sebagai bahasa resmi dalam Perserikatan Bangsa-
Bangsa.
PERMEN PERIND 61 No. 23 Tahun 2013 - Pasal 11 Pelaku produksi yang memproduksi bahan kimia/barang konsumen wajib:
Perubahan 87 tahun 2009 a. Menentukan klasifikasi bahan kimia
b. Mencantumkan label pada produk
c. Membuat LDKB
d. Melakukan review LDKB setiap 5 tahun
Setiap pelaku usaha yang telah melakukan hal diatas, wajib melakukan pelaporan ke
direktur jendral pembina industri
PERMEN PERIND 62 No. 90 tahun 2014 - Penataan Pasal 2 Gudang tertutup Gol A untuk luas 100 - 1000 m2
dan pembinaan gudang
No. 90 tahun 2014 - Penataan Pasal 3 (1) Pemilik gudang wajib memiliki TDG
dan pembinaan gudang (2) Pemilik gudang melakukan pendaftaran gudang berdasarkan golongan, luas dan
kapasitas penyimpanan
No. 90 tahun 2014 - Penataan Pasal 4 (1) Kewenangan penerbitan TDG berada di Menteri
dan pembinaan gudang (2) Menteri melimpahkan kewenangan penerbitan kepada Gubernur dan
Bupati/walikota
No. 90 tahun 2014 - Penataan Pasal 5 Gubernur DKI dan Bupati/walikota dapat melimpahkan kewenangan penerbitan TDG
dan pembinaan gudang kepada kepala dinas yang membidangi perdagangan atau PTSP
No. 90 tahun 2014 - Penataan Pasal 6 Untuk mendapatkan TDG, pemilik gudang harus mengajukan permohonan tertulis
dan pembinaan gudang kepada pejabat penerbit TDG
No. 90 tahun 2014 - Penataan Pasal 7 (2) TDG memiliki masa berlaku selama gudang tersebut digunakan untuk menyimpan
dan pembinaan gudang barang yang diperdangangkan dan wajib didaftar ulang setiap 5 tahun sekali
(3) Jika terjadi perubahan data dalam TDG, maka pemilik wajib melakukan permohonan
perubahan
No. 90 tahun 2014 - Penataan Pasal 8 Pengelolah gudang wajib melakukan pencatatan administrasi gudang mengenai jenis
dan pembinaan gudang dan jumlah barang yang disimpan, yang masuk dan keluar dari gudang dengan format
lampiran III permen ini
No. 90 tahun 2014 - Penataan pasal 9 (1) Pencatatan dapat dilakukan secara buku maupun elektronik
dan pembinaan gudang
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

No. 90 tahun 2014 - Penataan (2) Administrasi gudang sedikitnya memuat berikut:
dan pembinaan gudang a. Pemilik barang
b. jenis Barang
c. Jumlah barang
d. Tanggal masuk barang
e. Tanggal keluar barang
f. Stok

No. 90 tahun 2014 - Penataan Pasal 18 Gudang yang sudah ada sebelum peraturan menteri ini berlaku, wajib didaftarkans
dan pembinaan gudang sesuai permen ini paling lambat 1 tahun sejak permen ini berlaku
KEP DIRJEN PPK 63 No. 113 Tahun 2006 - 2 2.1.1. pengurus wajib melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap tempat
Pedoman K3 Ruang terbatas kerja untuk menentukan apakah terdapat ruang terbatas dengan ijin
khusus.
2.1.2. Jika pada tempat kerja terdapat ruang terbatas dengan ijin khusus,
pengurus wajib menginformasikannya kepada pekerja dengan memasang
tanda bahaya atau peralatan lain yang efektif, mengenai keberadaan dan
lokasi serta bahaya yang terdapat dalam ruang terbatas yang memerlukan
ijin khusus tersebut.
Catatan: tanda bertuliskan – BAHAYA- RUANG TERBATAS DENGAN IJIN
KHUSUS, DILARANG MASUK atau menggunakan kalimat lain dengan maksud yang
sama.

2.2.1. jika pengurus memperbolehkan pekerja memasuki ruang terbatas dengan ijin Confined space
khusus, pengurus wajib mengembangkan dan mengimplementasikan 10 program perocedure
tertulis seperti diatur dalam pedoman ini. Program tertulis tersebut harus dketahui oleh
pekerja dan perwakilannya.
2.2.2.2. Sebelum pekerja memasuki ruangan, udara di dalam ruangan
harus diuji terlebih dahulu, berturut- turut untuk kadar oksigen, gas dan uap yang
mudah terbakar dan kontaminan udara yang berpotensi berbahaya, dengan peralatan
yang telah dikalibrasi. Setiap pekerja yang memasuki ruangan atau perwakilan pekerja
tersebut, wajib diberi kesempatan untuk mengawasi pengujian tersebut.
2.2.2.3. Tidak boleh ada udara berbahaya dalam ruangan tersebut jika
terdapat pekerja di dalamnya

2.2.2.4. Wajib menyediakan sistem aliran udara secara kontinyu, dengan


ketentuan sebagai berikut:
2.2.2.4.1. Pekerja tidak boleh memasuki ruangan sebelum udara berbahaya di
dalamnya dibersihkan terlebih dahulu
2.2.2.4.2. Aliran udara tersebut diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai
area dimana pekerja akan berada dan harus berlangsung terus menerus selama
pekerja berada di dalam.
2.2.2.4.3. Pengaturan aliran udara tersebut harus diperoleh dari sumber yang bersih
dan tidak boleh meningkatkan bahaya dalam ruangan.

2.2.2.6. Jika terdeteksi udara berbahaya selama kegiatan berlangsung:


2.2.2.6.1. Setiap pekerja harus meninggalkan ruangan terbatas tersebut secepatnya
2.2.2.6.2. Ruangan harus dievaluasi untuk menentukan bagaimana udara berbahaya
tersebut dapat terjadi, dan
2.2.2.6.3. Harus dilakukan pemeriksaan untuk melindungi pekerja dari udara berbahaya
tersebut sebelum kegiatan berikutnya berlangsung
2.2.3. Jika terdapat perubahan pada penggunaan atau konfigurasi ruang terbatas tanpa
ijin khusus yang mungkin meningkatkan bahaya pada pekerja di dalamnya, pengurus
wajib melakukan evaluasi ulang terhadap ruang tersebut, dan bila perlu
mengklasifikasikannya sebagai ruang terbatas dengan ijin khusus.
2.2.4.3. Pengurus wajib mendokumentasikan dasar penentuan bahwa seluruh bahaya
dalam ruang terbatas dengan ijin khusus telah dihilangkan, melalui sertifikasi yang
memuat tanggal, lokasi ruang dan tandatangan petugas yang membuat penentuan
tersebut. Sertifikasi tersebut dapat dibaca oleh seluruh pekerja yang memasuki ruang
tersebut atau oleh perwakilan pekerja
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

2.3.2. Pengurus wajib memastikan petugas yang bekerja di ruang terbatas dalam
keadaan sehat secara fisik dan dinyatakan oleh dokter pemeriksa
kesehatan kerja bahwa petugas tersebut tidak mempunyai riwayat :
2.3.2.1. Sakit sawan atau epilepsi
2.3.2.2. Penyakit jantung atau gangguan jantung
2.3.2.3. Asma, bronchitis atau sesak napas apabila kelelahan
2.3.2.4. Gangguan pendengaran
2.3.2.5. Sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat
menyebabkan disorientasi
2.3.2.6. Klaustropobia, atau gangguan mental lainnya
2.3.2.7. Gangguan atau sakit tulang belakang
2.3.2.8. Kecacatan penglihatan permanen
2.3.2.9. Penyakit lainnya yang dapat membahayakan keselamatan selama
bekerja di ruang terbatas

3 3.1. Pengurus yang memiliki ruang terbatas yang memerlukan ijin khusus
berkewajiban membuat program ruang terbatas.
3.2. Program tersebut sekurang-kurangnya terkandung hal-hal berikut:
3.2.1. Langkah-langkah khusus untuk mencegah masuknya pihak yang tidak
berwenang.
3.2.2. Identifikasi dan evaluasi bahaya dalam ruang tersebut sebelum dimasuki oleh
pekerja
3.2.3. Pengembangan dan penggunaan peralatan, prosedur dan praktik yang
diperlukan untuk menjamin keamanan kegiatan dalam ruang tersebut

3.2.4. Penyediaan peralatan berikut seperti dibawah ini, menjaga kondisi


peralatan tersebut agar dapat bekerja baik, dan memastikan bahwa pekerja
menggunakan peralatan tersebut dengan baik:
3.2.4.1. Peralatan pengujian dan pemantauan harus sesuai seperti yang diatur dalam
paragrap 3.2.5
3.2.4.2. Peralatan pengaliran udara (ventilasi) harus mampu mempertahankan kondisi
yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan
3.2.4.3. Peralatan komunikasi yang diperlukan harus sesuai seperti yang
diatur dalam paragrap 7.2.3. dan 7.3.5 pedoman ini
3.2.4.4. Alat pelindung diri diperlukan karena pengendalian teknik dan
tata kerja saja tidak cukup untuk melindungi pekerja
3.2.4.5. Peralatan untuk penerangan tambahan diperlukan agar pekerja
dapat melihat dengan jelas dalam bekerja dan untuk keluar secepatnya dari ruangan,
dalam keadaan gawat darurat
3.2.4.6. Alat perlindungan diperlukan sebagaimana diatur dalam paragraph 3.2.3.
pedoman ini
3.2.4.7. Peralatan lain, seperti tangga diperlukan agar petugas utama dapat keluar
masuk ruang dengan aman

3.2.4.8. Peralatan untuk penyelamatan dan keadaan gawat darurat harus dipersiapkan
sesuai seperti diatur dalam paragrap 3.2.9. pedoman ini, kecuali peralatan tersebut
telah disediakan oleh petugas penyelamat.3.2.4.9. Peralatan lain yang diperlukan untuk
keluar masuk dengan aman dari ruang tersebut
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

3.2.5. Jika akan melakukan kegiatan dalam ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut,
evaluasi berikut ini harus dilakukan:
3.2.5.1. Uji kondisi dalam ruang tersebut untuk menentukan apakah terdapat kondisi
yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan sebelum kegiatan dilaksanakan,
kecuali bila tidak mungkin melakukan isolasi terhadap ruangan karena ruangan
tersebut besar atau merupakan bagian dari sistem yang tersambung dengan yang lain
(seperti pada sistem pembuangan), pengujian sebelum masuk dapat dilakukan sebisa
mungkin sebelum kegiatan dilaksanakan, dan jika kegiatan telah mendapat otorisasi,
kondisi dalam ruangan harus diawasi secara terus menerus selama pekerja melakukan
kegiatan di dalamnya.
3.2.5.2. Pengujian dan pemantauan ruangan diperlukan untuk
menentukan apakah kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan
dapat dipertahankan selama kegiatan berlangsung; dan
3.2.5.3. untuk pengujian udara berbahaya, uji terlebih dahulu konsentrasi oksigen, lalu
konsentrasi uap dan gas yang mudah meledak serta konsentrasi uap dan gas
berbahaya
3.2.5.4. Setiap petugas utama yang berwenang atau perwakilan pekerja
tersebut wajib diberikan kesempatan untuk mengamati pengujian atau pemantauan
awal serta pemantauan dan pengujian lanjutan ruang terbatas dengan ijin khusus
tersebut
3.2.5.5. Mengadakan evaluasi ulang keadaan ruang jika ada permintaan
dari petugas utama atau perwakilannya jika pekerja tersebut yakin bahwa evaluasi
yang telah dilakukan belum memadai
3.2.5.6. Petugas madya atau perwakilannya wajib segera diberikan laporan dari
pengujian seperti yang diatur dalam paragrap 3. pedoman ini

3.2.6. Sedikitnya satu orang petugas madya wajib ada di luar ruangan selama kegiatan Prosedur confined Pelatihan CS
yang telah diotorisasi tersebut berlangsung space
3.2.7. Jika terdapat ruangan lebih dari satu yang harus dipantau oleh seorang petugas Prosedur ruang
madya, dalam program untuk ruang terbatas dengan ijin khusus tersebut perlu diatur terbatas
cara dan prosedur yang dapat memudahkan petugas madya tersebut merespon
keadaan gawat darurat yang terjadi pada satu atau lebih ruangan yang menjadi
tanggung jawabnya tanpa meninggalkan tanggung jawabnya seperti yang diatur pada
paragrap 7 dalam pedoman ini
3.2.8. Tentukan siapa saja pekerja yang akan bertugas (seperti petugas utama,
petugas madya, ahli K3, petugas penguji atau pemantau kondisi udara dalam ruangan
dengan ijin khusus tersebut), beri penjabaran untuk
tugasnya masing-masing dan berikan pelatihan sesuai dengan ketentuan
yang diatur pada paragrap 7 dalam pedoman ini.
3.2.9. Kembangkan dan implementasikan prosedur untuk memanggil tim Confined space
penyelamat dan tim tanggap darurat untuk mengeluarkan petugas utama perocedure
dari ruangan, untuk melakukan hal tanggap darurat lain yang diperlukan
untuk menyelamatkan pekerja dan untuk mencegah petugas yang tidak
berwenang mencoba melakukan penyelamatan
3.2.10.Kembangkan dan implementasikan sistem untuk persiapan, penerbitan, Prosedur Ijin kerja
penggunaan dan pembatalan ijin kegiatan sebagaimana diatur dalam pedoman ini
6 6.1. Pengurus wajib memberikan pelatihan kepada seluruh pekerja yang pekerjaannya
diatur dalam pedoman ini agar dapat memahami dan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugasnya dengan aman
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

KEPMENAKER 64 186 tahun 1999 - Unit Pasal 2 1. Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan Prosedur tanggap
penanggulangan di tempat kebakaran, latihan penganggulangan kebakaran di tempat kerja. darurat
kerja 2. Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pengendalian setiap bentuk energi;
b. penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana
evakuasi;
c. pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
d. pembentukan unit penanggulanan kebakaran di tempat kerja
e. penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara
berkala;
f. memilki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi
tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga
kerja dan atau tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.

Pasal 5 Unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 terdiri dari: Fire Brigade structure
a. Petugas peran kebakaran;
b. Regu penanggulangan kebakaran;
c. Koordinator unit penanggulangan kebakaran;
d. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis.
pasal 6 1. Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud dlam pasal 5 huruf a, Fire Brigade structure
sekurangkurangnya 2 (dua) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 25 (dua puluh lima)
orang.
2. Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 hurf b dan huruf d, ditetapkan untuk tempat
kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I yang mempekerjakan tenga
kerja 300 (tiga ratus) orang, atau lebih, atau setiap tempat kerja tingkat resiko bahaya
kebakaran sedang II, sedang III dan berat.
3. Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud pasal 5 juruf c,
ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan ndan sedang I,
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100
(seratus) orang.
b. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang
III dan berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap unit kerja.

KEPMENAKER 65 No. 609 th 2012 - Pedoman Lampiran 1. Mekanisme Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja a. Pengusaha wajib melaporkan Prosedur
penyelesaian KK & PAK kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Dinas yang membidangi kecelakaan kerja
ketenagakerjaan setempat dan Badan Penyelenggara dengan laporan kecelakaan
bentuk KK2 tidak lebih 2 x 24 (dua puluh empat) jam sejak terjadi kecelakaan.
b. Pengusaha wajib melaporkan kepada Dinas yang membidangi ketenagakerjaan Prosedur
setempat dan Badan Penyelenggara dengan laporan kecelakaan bentuk KK3 tidak kecelakaan kerja
lebih 2 x 24 (dua puluh empat) jam setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh, cacat,
atau meninggal dunia berdasarkan surat keterangan Dokter Pemeriksa (KK4).
KEPMENAKER 66 No. 68 th 2004 - Pencegahan Pasal 2 Pengusaha wajib melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Pemasangan poster
dan Penanggulangan HIV di tempat kerja. dan penyuluhan
tempat kerja 2. Untuk melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat
kerja sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) pengusaha wajib;
a. mengembangkan kebijakan tentang upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS;
b. mengkomunikasikan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan cara
menyebarluaskan informasi dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan;
c. memberikan perlindungan kepada Pekerja/Buruh dengan HIV/AIDS dari tindak dan
perlakuan diskriminatif;

Pasal 5 1. Pengusaha atau pengurus dilarang melakukan tes HIV untuk digunakan sebagai
prasyarat suatu proses rekrutmen atau kelanjutan status pekerja/buruh atau kewajiban
pemeriksaan kesehatan rutin.
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

KEPMENAKER 67 No. 187 Tahun 1999 - Pasal 3 Pengendalian berbahaya kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi : MSDS Pelatihan petugas
Pengendalian B3 a. penyediaan lembar data keselamatan bahan (LDKB) dan label. K3 Kimia/Ahli K3
b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia. /PT Kimia
Pasal 4 (1) Lembar data keselamatan bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a MSDS log
meliputi keterangan tentang :
a. identitas bahan dan perusahaan.
b. komposisi bahan.
c. identifikasi bahaya.
d. tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
e. tindakan penanggulangan kebakaran.
f. tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan.
g. penyimpanan dan penanganan bahan.
h. pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri.
i. sifat fisika dan kimia.
j. stabilitas dan reaktifitas bahan.
k. informasi toksikologi.
l. informasi ekologi.
m. pembuangan limbah.
n. pengangkutan bahan.
o. informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
p. informasi lain yang diperlukan.

Pasal 6 Lembar Data Keselamatan Bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan Label Mini MSDS
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 diletakkan ditempat yang mudah diketahui oleh
tenaga kerja dan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan.
Pasal 14 Nilai Ambang Kuantitas (NAK) bahan kimia selain yang dimaksud dalam pasal 13
ditetapkan sebagai berikut :
a. bahan kimia kriteria beracun : 10 ton.
b. bahan kimia kriteria sangat beracun : 5 ton.
c. bahan kimia kriteria reaktif : 50 ton.
d. bahan kimia kriteria mudah meledak : 10 ton.
e. bahan kimia kriteria oksidator : 10 ton.
f. bahan kimia kriteria cairan mudah terbakar : 200 ton.
g. bahan kimia kriteria cairan sangat mudah terbakar : 100 ton.
h. bahan kimia kriteria gas mudah terbakar : 50 ton.

Pasal 15 (2) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya dengan
kuantitas sama atau lebih kecil dari Nilai Ambang Kuantitas ( NAK ) sebagaimana
dimaksud dalam pasal 13 dan 14 dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai
potensi bahaya menengah.
Pasal 17 (1) Perusahaan yang dikategorikan mempunyai potensi bahaya menengah Petugas K3 Kimia
sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (2) wajib :
a. mempunyai petugas K3 Kimia dengan ketentuan apabila dipekerjakan
dengan sistem kerja yang non shift sekurangkurangnya 1 (satu) orang dan apabila
dipekerjakan dengan mempergunakan shift sekurang kurangnya 3 (tiga) orang.
b. membuat dokumen pengendalian potensi bahaya menengah.
c. melaporkan setiap terjadi peruhahan mengenai nama bahan kimia dan kuantitas
bahan kimia, proses dan modifikasi instalasi yang digunakan.
d. melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat kerja UKL UPL
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
e. melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun sekali.
f. melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang kurangnya 1 MCU
(satu) tahun sekali.
KEPMEN LH 68 No. 48 Tahun 1996 - Baku Lampiran Kebisingan industri : 70 db A
Tingkat Kebisingan
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

KEPMENKES 69 No. 1405 Tahun 2002 - Lampiran 1 5) Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan pada
Persyaratan Kesehatan kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali setahun, yaitu musim
Lingkungan Kerja Perkantoran kemarau dan musim hujan.
dan Industri Intensitas pencahayaan minimal 100 lux
Kebisingan maksimal 85 dBa
Lampiran 2 Jumlah toilet karyawan pria

Jumlah toilet karyawan wanita

PERGUB JATIM 70 No.10 Tahun 2009 - Baku mutu Pasal 4 (1) Laboratorium lingkungan melakukan pemeriksaan udara ambien dan emisi secara
emisi sumber tidak bergerak berkala terhadap industri atau jenis kegiatan usaha lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3, dengan biaya penanggung jawab industri atau
kegiatan usaha lainnya sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
sekali selama periode pengoperasian :
a. boiler/ketel uap; dan atau
b. alat monitoring emisi udara lainnya.

Hasil pemeriksaan baku mutu udara ambien dan emisi udara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), disampaikan kepada :
a. Gubernur melalui Kepala BLH; dan
b. Bupati / Walikota.
PERGUB JATIM 71 No. 72 Tahun 2013 - Baku Pasal 5 Dalam rangka menjaga kualitas air dan menjamin keberlanjutan pelestarian,
mutu limbah industri perlindungan serta pengelolaan fungsi lingkungan hidup, semua Industri
dan/atau kegiatan usaha lainnya yang menghasilkan air limbah wajib mentaati dan
tidak boleh melampaui baku mutu air limbah yang telah ditetapkan
Lampiran Baku mutu air limbah kawasan industri
KEPKA BAPEDAL 72 No. 1 tahun 1995 - Tata cara Lampiran 2) Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar gang
pengumpulan limbah B3 untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan
pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya.
KEPKA BAPEDAL 73 No 2 Tahun 1995 - Dokumen Lampiran Lampiran manifest Manifest LB3
Limbah B3
KEPKA BAPEDAL 74 No. 205 tahun 1996 - Pedoman Pasal 1 c. Persyaratan cerobong sebagaimana tersebut dalam Lampiran III yang meliputi:
Teknis Pengendalian 1. Pengaturan cerobong.
pencemaran udara sumber 2. Lubang sampling.
tidak bergerak 3. Sarana pendukung.
Lampiran 1 Pemantauan kualitas udara emisi oleh pihak Industri harus dilakukan secara terus
menerus untuk parameter yang mempunyai fasilitas pengukuran secara otomatis dan
periode 6 bulan untuk peralatan menual dan dilaporkan kepada Gubernur/Pemerintah
Daerah setempat dengan tembusan kepada BAPEDAL
Peraturan No Nomor Pasal Kriteria Yang Harus dipenuhi Penerapan Kesesuaian Remark

a. Pemantauan rutin yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan berupa:


 pemanatauan secara terus-menerus dengan menggunakan fasilitas peralatan secara
otomatis
 setiap periode 6 bulan dengan menggunakan peralatan manual.
Lampiran 3 2. Persyaratan Lubang Pengambilan Sampel
SE MENAKER 74 No. 1 Tahun 2012 - Mengintruksikan kepada pengusaha: CSE Log
Persyaratan teknis Ruang 1. Mengidentifikasikan ruang terbatas, meliputi:
terbatas a. Nomor register
b. jenis & peruntukan
c. Lokasi
d. Potensi bahaya
e. Klasifikasi

2. Melaksanakan ketentuan:
a. Pengujian gas atmosfer
b. Sistem ijin kerja
c. Penyediaan LOTO dan vntilasi udara
d. Penyediaan APD
e. Penyediaan sistem tanggap darurat
f. Penyediaan sistem komunikasi
g. Penunjukkan petugas yang kompeten

Melaporkan data ruang terbatas ke Dinas terkait Bersamaan dengan


P2K3 report
SE MENAKER 75 No. 1 Tahun 2011 - Petunjuk Lampiran 2 Teknisi K3 bekerja pada ketinggian tingkat 1
teknis pembinaan teknisi area Lampiran 3 Teknisi K3 bekerja pada ketinggian tingkat 2
kerja berbahaya Lampiran 10 Petugas utama ruang terbatas

Lampiran 11 Petugas madya ruang terbatas

Total regulasi 86 Note Prepared by Approved by


Comply 0
Not comply 0
N/A 0
%EOC ###
Dept.
terkait

L
Dept.
terkait

M
Dept.
terkait

M
Dept.
terkait

L
Dept.
terkait
Dept.
terkait

M
Dept.
terkait
Dept.
terkait
Dept.
terkait
M

M
Dept.
terkait

L
Dept.
terkait

M
Dept.
terkait
M
Dept.
terkait
Dept.
terkait
H

M
Dept.
terkait

M
Dept.
terkait

L
Dept.
terkait
Dept.
terkait

M
Dept.
terkait
Dept.
terkait
Dept.
terkait
Dept.
terkait

L
Dept.
terkait
Dept.
terkait

M
Dept.
terkait

M
Dept.
terkait

L
L
L
Dept.
terkait

M
Dept.
terkait

M
Dept.
terkait

M
Dept.
terkait

M
Dept.
terkait

L
Dept.
terkait
L

L
Dept.
terkait

M
M

M
Dept.
terkait
M

Approved by

Anda mungkin juga menyukai