Pasal 8/2 Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yg ada dibawah pimpinannya Melaksanakan
secara berkala pada Dokter yg ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh pemeriksaan kesehatan
Direktur karyawan secara
berkala
Pasal 9/1 Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru Orientasi pekerjaan dan
tentang : pemberian safety
induction saat pertama
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yg dapat timbul dalam tempat kerja ; kali pekerja diterima
sebagai karyawan guna
memberikan pengertian
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yg diharuskan dlm tempat kerja. bagi karyawan tersebut
terkait dengan segala
aspek bahaya yang ada
c. APD bagi tenaga kerja yg bersangkutan di perusahaan
d. Cara-cara dan sikap yg aman dlm melaksanakan pekerjaannya.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 9/3 Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yg Pelatihan menyangkut
berada dibawah pimpinannya, dlm pencegahan kecelakaan dan pemberantasan K3 dan keadaan darurat
kebakaran, serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja pula dlm P3K
Pasal 11/1 Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja Melaporkan kecelakaan
yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk Menaker kepada pejabat yang
ditunjuk Menteri Tenaga
Kerja
Pasal 13 Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja diwajibkan mentaati semua Semua pekerja yang
petunjuk keselamatan kerja dan memakai APD yang diwajibkan. bekerja dan atau
memasuki tempat kerja
mematuhi semua
peraturan K3 dan APD
selalu digunakan
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan Memasang gambar-
kerja yang diwajibkan dan bahan pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang gambar atau rambu
mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli K3 atau promosi
menyangkut K3
c. Menyediakan secara cuma-cuma semua APD yg diwajibkan pada tenaga kerja Perusahaan wajib
yang di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang menyediakan APD
memasuki tempat kerja tersebut disertai dengan petunjuk petunjuk yang diperlukan untuk karyawan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli K3
2 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenaga kerjaan Pasal 87/1 Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem Menerapkan Sistem
manajemen perusahaan. Manajemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
3 PP No.50 Tahun 2012 Penerapan sistem Pasal 2 Penerapan SMK3 bertujuan untuk: Penerapan SMK3 oleh
manajemen Keselamatan a. meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang perusahaan
dan Kesehatan Kerja terencana, terukur,
terstruktur, dan terintegrasi;
b. mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur
manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta
c. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
78
Penerapan SMK3 oleh
perusahaan
Pasal 6 (1) SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) meliputi:
a. penetapan kebijakan K3;
b. perencanaan K3;
c. pelaksanaan rencana K3;
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
(2) Penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam
pedoman yang tercantum dalam
Lampiran I sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
4 Per. MENTRANS No. 5 Sistem Manajemen Pasal 3/1 Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang Perusahan diwajibkan
Tahun 1996 Keselamatan dan atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh menerapkan sistem
Kesehatan Kerja karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan manajemen K3
seprti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib
menerapkan sistem manajemen K3
5 Per. MENTRANS No. 4 Panitia Pembina Pasal 2/1 Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu, pengusaha dan pengurus wajib Perusahan wajib
Tahun 1987 Keselamatan dan membentuk P2K3 membentuk P2K3
Kesehatan Kerja Serta
Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
5 Per. MENTRANS No. 4 Panitia Pembina
Tahun 1987 Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Serta
Peraturan Tata CaraTentang
Penunjukan Ahli Kriteria yang harus
No Pasal
Perundangan Keselamatan Kerja dipenuhi
Pasal 3/1 Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya Keanggotan P2K3 terdiri
terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota. dai unsur pengusaha
dan pekerja
Pasal 12 Sekurang-kuranngya 3 bulan sekali pengurus wajib menyampaikan laporan Membuat laporan
tentang kegiatan P2K3 kepada menteri melalui kantor Departemen Tenaga Kerja kegiatan P2K3
setempat. sekurang-kurangnya 3
bulan sekali kepada
Menteri.
6 Per. MENTRANS No. 2 Tata Cara Penunjukan Pasal 4/1 Penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan berdasarkan Perusahan harus
Tahun 1992 Kewajiban dan Wewenang permohonan tertulis dari pengurus atau pimpinan instansi kepada menteri tenaga memiliki ahli
Ahli Keselamatan dan kerja atau pejabat yang ditunjuk Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Kesehatan Kerja
7 Per. MENTRANS No. 3 Penunjukan dan Pasal 5 (1) Ahli Keselamatan Kerja berwenang untuk: Kewenangan Ahli
Tahun 1978 Wewenang Serta a. Memasuki tempat kerja yang ditentukan dalam surat pengangkatannya dan Keselamatan Kerja
Kewajiban Pegawai tempat kerja lain yang diminta oleh Direktur;
Pengawas Keselamatan b. Meminta keterangan baik tertulis maupun lisan kepada pengusaha, pengurus
dan Kesehatan Kerja dan dan
Ahli Keselamatan Kerja tenaga kerja yang bersangkutan mengenai syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja;
c. Memerintahkan agar Pengusaha, pengurus dan tenaga kerja melaksanakan
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang bersangkutan;
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
9 Kep. MENTRANS No. Bendera Keselamatan Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dengan warna dasar Bendera Keselamatan
135 Tahun 1987 Kerja putih dan berlambang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta logo Kerja sesuai dengan
Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. yang ditetapkan
10 Per. MENTRANS No. 2 Pemeriksaan Kesehatan Pasal 1 Yang dimaksud dengan: Perusahaan melakukan
Tahun 1980 Tenaga Kerja Dalam (a) Pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang pemeriksaaan
Penyelenggaraan dilakukan kesehatan sebelum
Keselamatan Kerja oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan. bekerja dan
(b) Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu- pemeriksaaan
waktu kesehatan berkala
tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter.
(c) Pemeriksaan Kesehatan Khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh
dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.
78
Tahun 1980 Tenaga Kerja Dalam pemeriksaaan
Penyelenggaraan kesehatan sebelum
Keselamatan Kerja bekerja dan
pemeriksaaan
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA kesehatan berkala
Pasal 3/2 Semua perusahaan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (2) tersebut di atas harus
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya
1
tahun sekali kecuali ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan
Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 5/3 Pemeriksaan Kesehatan Khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan-keluhan
diantara tenaga kerja, atau atas pengamatan pegawai pengawas keselamatan dan
kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes dan Keselamatan dan
Balaibalainya atau atas pendapat umum dimasyarakat.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
11 Per. MENTRANS No. 1 Kewajiban Melapor Pasal 2/1 Penyakit akibat kerja wajib dilaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal Melaporkan penyakit
Tahun 1981 Penyakit Akibat Kerja ini adalah sebagai mana ditetapkan dalam lampiran Peraturan Pemerintah. akibat kerja kepada
Departemen Tenaga
Kerja setempat.
Pasal 3/1 Laporan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (1) harus dilakukan dalam waktu
paling lambat 2x24 jam sesudah penyakit tersebut dibuat diagnosanya.
Pasal 4/1 Pengurus wajib dengan segera melakukan tindakan-tindakan preventif agar Melakukan dengan
penyakit akibat kerja yang sama tidak terulang kembali diderita oleh tenaga kerja segera tindakan-
yang berada dibawah pimpinannya. tindakan preventif agar
penyakit akibat kerja
tidak terulang kembali
Pasal 4/3 Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri Penyediaan semua alat
yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada di bawah pelindung diri secara
pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja. cuma-cuma guna
pencegahan penyakit
akibat kerja
Pasal 5/2 Tenaga kerja harus memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk Tenaga kerja harus
pencegahan penyakit akibat kerja. memakai alat pelindung
diri sesuai dengan jenis
pekerjaannya guna
pencegahan penyakit
akibat kerja
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
13 Kep. MENTRANS No. Diagnosis dan Pelaporan Pasal 1/2 Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja adalah pemeriksaan kesehatan berkala dan Perusahaan melakukan
333 Tahun 1989 Penyakit Akibat Kerja khusus sebagaimana dimaksud Peraturan Pemerintah Tenaga Kerja dan pemeriksaan berkala
Transmigrasi No. Per-02/Men/1980 dan penyakit akibat kerja yang diketemukan dan pemeriksaan
sewaktu penyelenggaraan pelayanan kesehatan tenaga kerja. khusus bagi karyawan.
Pasal 3 Diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan klinis
dan pemeriksaan kondisi pekerja serta lingkungannya untuk membuktikan adanya
hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya; Jika terdapat keragu-
raguan dalam menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh dokter pemeriksa
kesehatan dapat dikonsultasikan kepada Dokter Penasehat Tenaga Kerja
sebagaimana dimaksud Undang-undang N0. 2 tahun 1951 dan bila diperlukan
dapat juga dikonsultasikan kepada dokter ahli yang bersangkutan;Setelah
ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh dokter pemeriksa maka
dokter wajib membuat laporan medik
Pasal 4/1 Penyakit akibat kerja yang ditemukan sebagaimana dimaksud pasal 2 harus Perusahan melaporkan
dilaporkan oleh pengurus tempat kerja yang bersangkutan bekerja selambat- penyakit akibat kerja
lambatnya 2x24 jam kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja kepada Departemen
melalui Departemen Tenaga Kerja setempat. Tenaga Kerja setempat.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
15 UU No. 3 Tahun 1992 Jaminan Sosial Tenaga Pasal 8/1 Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima Jaminan Perusahaan
Kerja Kecelakaan Kerja. menyertakan karyawan
dalam program
Pasal 10/2 Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja JAMSOSTEK yaitu
kepada Kantor Departemen Tenaga Jaminan Kecelakaan
Kerja dan Badan Penyelenggaraan dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam. Kerja, Jaminan
Kematian dan Jaminan
Hari Tua
Pasal 12/1 Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya
berhak atas Jaminan Kematian.
Pasal 12/2 Jaminan Kematian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. biaya pemakaman;
b. santunan berupa uang.
16 Per. MENTRANS No. Pertolongan Pertama pada Pasal 2/1 Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di tempat kerja Penyedian petugas P3K
15 Tahun 2008 Kecelakaan di Tempat dan fasilitas P3K
Kerja ditempat kerja
Pasal 2/2 Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja
Pasal 3/1 Petugas P3K di tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) harus Petugas P3K harus
memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari Kepala instansi yang bertanggung di memiliki lisensi dan
bidang ketenagakerjaan buku kegiatan P3K dari
kepala instansi yang
bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan
78
16 Per. MENTRANS No. Pertolongan Pertama pada
15 Tahun 2008 Kecelakaan di Tempat
Kerja
Pasal 7/1 Pengurus wajib memasang pemberitahuan tentang nama dan lokasi petugas P3K
di tempat kerja pada tempat yang mudah terlihat.
Pasal 8/1 Fasilitas P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) meliputi:
a. ruang P3K;
b. kotak P3K dan isi;
c. alat evakuasi dan alat transportasi; dan
d. fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di
tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus
Pasal 8/2 Alat pelindung diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan
peralatan yang disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja yang
digunakan dalam keadaan darurat.
Pasal 8/3 Peralatan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa alat untuk
pembasahan tubuh cepat (shower) dan pembilasan/pencucian mata.
Pasal 9/1 Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) huruf a dalam hal :
a. mempekerjakan pekerja/buruh 100 orang atau lebih;
b. mempekerjakan pekerja/buruh kurang dari 100 orang dengan potensi bahaya
tinggi
17 Per. MENTRANS No. Alat Pelindung Diri Pasal 2/1 Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja. Penyedian APD bagi
08 Tahun 2010 karyawan
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Peraturan No.
17 Per. MENTRANS Alat Pelindung Diri Kriteria yang harus
No 08 Tahun 2010 Tentang Pasal
Perundangan dipenuhi
Pasal 2/2 APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar Nasional APD harus sesuai
Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku. dengan standar SNI
Pasal 2/3 APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara APD diberikan secara
cuma-cuma. cuma-cuma
Pasal 3/2 Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk APD:
a. pakaian pelindung;
b. alat pelindung jatuh perorangan; dan/atau
c. pelampung.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 6/1 Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau
menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 7/1 Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja
Pasal 7/2 Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. identifikasi kebutuhan dan syarat APD;
b. pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan/kenyamanan
pekerja/buruh;
c. pelatihan;
d. penggunaan, perawatan, dan penyimpanan;
e. penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan;
f. pembinaan;
g. inspeksi; dan
h. evaluasi dan pelaporan.
Pasal 8/1 APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang
dan/atau dimusnahkan.
Pasal 8/2 APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta mengandung bahan berbahaya,
harus dimusnahkan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.
Pasal 8/3 Pemusnahan APD yang mengandung bahan berbahaya harus dilengkapi dengan
berita acara pemusnahan.
18 Kep. MENTRANS No. Unit Penanggulangan Pasal 2/1 Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan Membentuk tim
186 Tahun 1999 Kebakaran di Tempat Kerja kebakaran, latihan penanganan kebakaran ditempat kerja Pengendalian
Kebakaran dan
melakukan latihan
penanganan kebakaran
secara teratur.
78
EVALUASI KESESUAIAN
18 Kep. MENTRANS No. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Unit Penanggulangan
186 Tahun 1999 Kebakaran di Tempat Kerja
Pasal 3 Pembentukan unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Membentuk tim
pasal 2 ayat Pengendalian
(1) dengan memperhatikan jumlah tenaga kerja dan atau klasifikasi tingkat potensi Kebakaran dan
bahaya kebakaran. melakukan latihan
penanganan kebakaran
secara teratur.
19 Per. MENTRANS No. 2 Instalasi Alarm Kebakaran Pasal 3/1 Detektor harus dipasang pada bagian bagunan kecuali apabila bagian bagunan Pada bagian-bagian
Tahun 1983 Automatik tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatik bangunan di perusahan
harus dilengkapi dengan
detektor.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
23 Per. MENTRANS No. 4 Syarat-syarat Pemasangan Pasal 4/1 Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada Penempatan Alat
Tahun 1980 Dan Pemeliharaan Alat posisi Pemadam Api harus
Pemadam Api Ringan yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi pada posisi yang
dengan pemberian tanda pemasangan. strategis dan diberikan
penandaan
Pasal 4/2 Pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) harus sesuai dengan lampiran I.
Pasal 4/3 Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat 1 adalah 125 cm dari dasar Pemasangan tanda
lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam tepat diatas satu atau berjarak 125 cm dari
kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan. lantai
78
23 Per. MENTRANS No. 4 Syarat-syarat Pemasangan
Tahun 1980 Dan Pemeliharaan Alat
Pemadam Api Ringan
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 6/1 Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada Setiap Alat Pemadam
dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya atau Api ditempatkan dengan
ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci. mengantung atau
ditempatkan dalam
Pasal 6/2 Lemari atau peti (box) seperti tersebut ayat (1) dapat dikunci dengan syarat bagian lemari atau box yang
depannya harus diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm. tidak terkunci
Pasal 8 Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian Syarat penempatan Alat
paling atas Pemadam Api harus
(puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali jenis sesuai ketentuan
CO2 dan
tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak
Pasal 9 antara
Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana
dasar
suhu alat pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dan permukaan lantai.
melebihi 49C atau turun sampai minus 44C kecuali apabila alat pemadam api
ringan
tersebut
Pasal 11/1 Setiap dibuat
alat khususapi
pemadam untuk suhu
ringan diluar
harus batas tersebut
diperiksa diatas.
2(dua) kali dalam setahun yaitu; a. Melakukan pemeriksaan
Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan; b. Pemeriksaan dalam jangka 12 (dua APAR secara teratur
belas) bulan.
24 Per. MENTRANS No. 4 Pesawat Tenaga dan Pasal 4 Semua bagian yang bergerak dan berbahaya dari Pesawat Tenaga dan Produksi Pemasangan alat
Tahun 1985 Produksi harus perlindungan untuk
dipasang alat perlindungan yang efektif kecuali ditempatkan sedemikian rupa setiap pesawat tenaga
sehingga dan produksi pada
tidak ada orang atau benda yang menyinggungnya. bagian yang bergerak
dan berbahaya.
78
24 EVALUASI
Per. MENTRANS KESESUAIAN
No. 4 Pesawat Tenaga PERATURAN
dan PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Tahun 1985 Produksi
Pasal 30 Operator dilarang meninggalkan tempat kerjanya pada waktu Pesawat Tenaga dan Larangan untuk
Produksi sedang beroperasi. operator untuk
meninggalkan tempat
kerja pada waktu
pesawat tenaga dan
produksi sedang
beroperasi
Pasal Setiap perencaan pesawat tenaga dan produksi harus mendapat pengesahan dari Pesawat tenaga dan
138/1 Direktur atau pejabat yang ditunjuk. produksi harus
mendapatkan
pengesahan
25 Kep. MENTRANS No. Pengendalian Bahan Kimia Pasal 2 Pengusaha atau Pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, Melakukan
187 Tahun 1999 Berbahaya di Tempat Kerja memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib pengendalian bahan
mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk
kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat mencegah terjadinya
kerja. kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
78
EVALUASI KESESUAIAN
25 Kep. MENTRANS No. PERATURAN
Pengendalian Bahan Kimia PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN
Melakukan KERJA
187 Tahun 1999 Berbahaya di Tempat Kerja pengendalian bahan
kimia berbahaya untuk
mencegah terjadinya
kecelakaan dan
Peraturan penyakit
Kriteriaakibat
yangkerja.
harus
No Tentang Pasal
Perundangan dipenuhi
Pasal 3 Pengendalian berbahaya kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi
:
a. penyediaan lembar data keselamatan bahan (LDKB) dan label.
b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia.
26 Kep. MENTRANS No. Pencegahan dan Pasal 2 1. Pengusaha wajib melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan Perusahaan melakukan
68 Tahun 2004 penanggulangan HIV/AIDS HIV/AIDS upaya pencegahan dan
ditempat kerja di tempat kerja. penanggulangan
2. Untuk melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di HIV/AIDS
tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pengusaha wajib;
a. mengembangkan kebijakan tentang upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS;
b. mengkomunikasikan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan
cara menyebarluaskan informasi dan menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan;
c. memberikan perlindungan kepada Pekerja/Buruh dengan HIV/AIDS dari
tindak dan perlakuan diskriminatif;
d. menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khusus untuk
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan standar yang berlaku.
27 UU Uap Tahun 1930 Uap (Stoom Ordonnatie) Pasal 6/1 Adalah dilarang untuk menjalankan atau mempergunakan sesuatu pesawat uap Pesawat uap harus
dengan tidak mempunyai Ijin untuknya yang diberikan oleh Kepala Jawatan mempunyai izin alat
Pengawas Keselamatan Kerja (SIA)
Pasal 7/1 Akte Ijin itu diberikan bila pemeriksaan dan pengujian atas pesawat uapnya dan Pesawat uapnya dan
pemeriksaan atas alat-alat perlengkapannya memberikan hasil yang memenuhi pemeriksaan atas alat-
syarat syarat alat perlengkapannya
yang ditetapkan dalam peraturan Pemerintah memberikan hasil yang
memenuhi syarat-syarat
yang ditetapkan dalam
peraturan Pemerintah
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 23/1 Tentang peledakan sesuatu pesawat uap si pemakai harus memberitahukannya Memberitahukan
dengan segera pada Polisi setempat atau Pamong Praja. Ia harus menjaga agar dengan segera pada
pada Polisi setempat atau
tempat kecelakaan itu segala sesuatunya tidak berubah keadaannya sampai pamong praja jika ada
kedatangan Pamong Praja tersebut, kecuali keadaannya dapat menimbulkan peledakan Mesin boiler
bahaya
Pasal 24/1 Pemeriksaan ditempat itu terutama dimaksud untuk menetapkan, apakah ledakan Memberitahukan
itu dengan segera pada
akibat : Polisi setempat atau
a. dari keteledoran atau kelalaian, ataupun dari tidak diindahkannya syarat-syarat pamong praja jika ada
mengenai pemakaian pesawat uap itu dari pihak pemakai, atau dari pihak orang peledakan Mesin boiler
yang diserahi meladeni pesawat uapnya, bila pemakai tersebut telah dapat
membuktikan, telah menjalankan kewajibannya menjamin pelaksanaan dari
syarat-syaratnya itu
b. Pemeriksaan ditempat itu, terutama dimaksud untuk menetapkan apakah
peledakan itu adalah akibat dari tindakan-tindakan sengaja dari pihak ketiga
28 Per. MENTRANS No. 1 Bejana Tekanan Pasal 10/1 Setiap bejana tekanan, kompresor yang memadat gas ke dalam bejana dan Setiap bejana
Tahun 1982 pesawat pendingin harus diperlengkapi dengan pedoman tekanan yang dapat bertekenan harus
ditempatkan pada kompresornya atau mesin pendinginnya selama masih dilengkapi dengan
berhubungan secara lansung. pedoman tekanan
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
28 Per. MENTRANS No. 1 Bejana Tekanan
Tahun 1982
29 Per. MENTRANS No. 1 Kwalifikasi dan Syarat- Pasal 3 Kwalifikasi operator terdiri dari 2 kelas yaitu; (1) Operator kelas I, (2) Operator Operator untuk pesawat
Tahun 1988 syarat Operator Pesawat kelas II uap harus sesuai
Uap Pasal 10/1 Dilarang meninggalkan tempat pelayanan selama pesawat uapnya dioperasikan. dengan kwalifikasinya
Pasal 10/9 Membuat laporan bulanan pemakaian pesawat uap kepada P2K3 di perusahaan
yang
bersangkutan.
30 Per. MENTRANS No. 5 Pesawat Angkat dan Pasal 3/1 Beban maksimum yang diizinkan dari pesawat angkat dan angkut harus ditulis Menuliskan beban
Tahun 1985 Angkut pada bagian yang mudah dilihat dan dibaca dengan jelas. maksimum yang ijinkan
pada pesawat angkat
Pasal 3/2 Semua pesawat angkat dan angkut tidak boleh dibebani melebihi beban dan angkut
maksimum
yang diijinkan;
Pasal 4 Setiap pesawat angkat dan angkut harus dilayani oleh operator yang mempunyai Pesawat angkat dan
kemampuan dan telah memiliki ketrampilan khusus terhadap pesawat angkat dan angkut harus
angkut. dioperasikan oleh
karyawan yang sudah
kompeten.
Pasal 42/2 Operator dan tenaga kerja harus menggunakan alat pelindung diri yang sesuai Penggunaan alat
dengan pelindung diri oleh
bahaya yang dihadapi. operator pesawat
angkat angkut
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 135 setiap pembuatan, peredaran, pemasangan, pemakaian, perubahan dan atau Pengesahan oleh
perbaikan pejabat yang ditunjuk
teknis pesawat angkat dan angkut harus mendapat pengesahan dari Direktur atau untuk setiap
Pejabat yang ditunjuknya; pembuatan, peredaran,
pemasangan,
pemakaian, perubahan
dan perbaikan
Pasal Setiap pesawat angkat dan angkut sebelum dipakai harus dipelihara dan diuji Setiap pesawat angkat
138/1 terlebih dahulu dengan standar yang telah ditetapkan. dan angkut harus
diperiksa secara teratur.
Pasal Pemeriksaan dan pengujian ulang pesawat angkat dan angkut dilaksanakan Pengujian dan
138/4 selambatlambatnya pemeriksaan ulang
2 (dua) tahun setelah pengujian pertama dan pemeriksaan pengujian ulang dilakukan sesuai
selanjutnya dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali; dengan peraturan
perundangan ini.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 6/1 Operator peralatan angkat meliputi operator dongkrak mekanik (lier), takal, alat
angkat listrik/lift barang/passenger hoist, pesawat hidrolik, pesawat pneumatik,
gondola, keran mobil, keran kelabang, keran pedestal, keran menara, keran gantry,
keran overhead, keran portal, keran magnet, keran lokomotif, keran dinding, keran
sumbu putar, dan mesin pancang
Pasal 6/2 Operator peralatan angkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. operator kelas I;
b. operator kelas II; dan
c. operator kelas Ill.
Pasal 6/3 Pengklasifikasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi
operator gondola, dongkrak mekanik (lier), takal, dan mesin pancang.
Pasal 7/1 Operator peralatan angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun membantu pelayanan di
bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 23 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 11 Operator pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan meliputi
antara lain operator: dump truk, truk derek/trailer, alat angkutan bahan berbahaya,
traktor, kereta gantung, shovel, excavator/back hoe, compactor, mesin giling,
bulldozer, loader, tanden roller, tire roller, grader, vibrator, side boom, forklift
dan/atau lift truk.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 13 Operator pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan sebagaimana
di maksud dalam Pasal 11 kecuali operator forklift dan/atau lift truk harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun membantu pelayanan di
bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Pasal 14/1 Operator forklift dan/atau lift truk kelas I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
huruf a harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun membantu pelayanan di
bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 21 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Pasal 14/2 Operator forklift dan/atau lift truk kelas II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun membantu pelayanan di
bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Pasal 15 Operator forklift dan/atau lift truk kelas II dapat ditingkatkan menjadi operator
forklift dan/atau lift truk kelas I dengan persyaratan sebagai berikut:
a. berpengalaman sebagai operator sesuai dengan kelasnya sekurang-kurangnya
2 (dua) tahun terus menerus; dan
b. lulus uji operator forklift dan/atau lift truk sesuai dengan kualifikasinya.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 21 Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan Lisensi K3 dan buku
kerja operator atau petugas pesawat angkat dan angkut.
Pasal 22/1 Untuk memperoleh Lisensi K3 dan buku kerja operator atau petugas pesawat
angkat dan angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, pengusaha atau
pengurus mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal dengan
melampirkan:
a. copy ijazah terakhir;
b. surat keterangan berpengalaman kerja membantu operator atau petugas
pesawat angkat dan angkut sesuai bidangnya yang diterbitkan oleh perusahaan;
c. surat keterangan berbadan sehat dari dokter;
d. copy kartu tanda penduduk;
e. copy sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis dan kualifikasinya; dan
f. pas photo berwarna 2 x 3 (3 lembar) dan 4 x 6 (2 lembar).
Pasal 23/1 Lisensi K3 dan buku kerja berlaku untuk jangka waktu 5 (lima tahun), dan dapat
diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 24 Dalam hal sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1)
huruf e dan Pasal 23 ayat (2) huruf e belum dapat dilaksanakan maka dapat
menggunakan sertifikat pembinaan K3 yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal
Pasal 25 Buku kerja operator atau petugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 harus
diperiksa setiap 3 bulan oleh atasannya.
Pasal 26 Lisensi K3 dan buku kerja hanya berlaku selama operator atau petugas pesawat
angkat dan angkut yang bersangkutan bekerja di perusahaan yang mengajukan
permohonan.
Pasal 27 Lisensi K3 dan buku kerja dapat dicabut apabila operator atau petugas pesawat
angkat dan angkut yang bersangkutan terbukti:
a. melakukan tugasnya tidak sesuai dengan jenis dan kualifikasi pesawat angkat
dan angkut;
b. melakukan kesalahan, atau kelalaian, atau kecerobohan sehingga menimbulkan
keadaan berbahaya atau kecelakaan kerja; dan
c. tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
sesuai bidangnya.
Pasal 30/1 Operator pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 berwenang mengoperasikan antara lain operator: dump
truk, truk derek/trailer, alat angkutan bahan berbahaya, traktor, kereta gantung,
shovel, excavator/back hoe, compactor, mesin giling, bulldozer, loader, tanden
roller, tire roller, grader, vibrator, side boom, forklift dan/atau lift truk
Pasal 32 Juru ikat (rigger) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) berwenang
melakukan:
a. pengikatan barang atau bahan sesuai dengan prosedur pengikatan; dan
b. pemberian aba-aba pengoperasian pesawat angkat dan angkut
Pasal 33 Teknisi pesawat angkat dan angkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat
(2) berwenang melakukan:
a. pemasangan, perbaikan, atau perawatan pesawat angkat dan angkut; dan
b. pemeriksaan, penyetelan, dan mengevaluasi keadaan pesawat angkat dan
angkut.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
32 Per. MENTRANS No. 2 Kwalifikasi Juru Las Pasal 5/2 Pada pekerjaan las yang beraneka ragam, tiap jenis pekerjaan las dilakukan oleh Untuk pekerjaan
Tahun 1982 juru las sesuai dengan jenis pekerjaan las yang tercantum pada masing-masing mengelas tertentu harus
sertifikat juru las. dilakukan oleh juru las
yang mempunyai
sertifikat.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 51/2 Pengurus atau pemilik instalasi penyalur petir berkewajiban membantu
pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh pegawai pengawas,
ahli keselamatan kerja dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk termasuk penyediaan
alat-alat bantu
Pasal 53/1 Setiap diadakan pemeriksaan dan pengukuran tahanan pembumian harus dicatat
dalam buku khusus tentang hari dan tanggal hasil pemeriksaan;
Pasal 54/1 Tahanan pembumian dan seluruh sistem pembumian tidak boleh lebih dan 5 ohm
Pasal 55/1 Setiap perencanaan instalasi penyalur petir harus dilengkapi dengan gambar
rencana
instalasi;
Pasal 56/1 Gambar rencana instalasi sebagaimana dimaksud pada pasal 55 harus mendapat
pengesahan dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya
Pasal 57/1 Setiap instalasi penyalur petir harus mendapat sertifikat dan Menteri atau pejabat
yang
ditunjuknya
Pasal 58 Dalam hal terdapat perubahan instalasi penyalur petir, maka pengurus atau pemilik
harus
mengajukan permohonan perubahan instalasi kepada Menteri cq. Kepala Kantor
Wilayah
34 Kep. MENTRANS No. Pemberlakuan Standar Pasal 2/1 Perencanaan,
yang ditunjuknyapemasangan, penggunaan,
dengan melampiri gambarpemeriksaan dan pengujian instalasi
rencana perubahan Instalasi listrik yang ada
75 Tahun 2002 Nasional Indonesia (SNI) listrik di tempat kerja harus sesui dengan ketentuan yang ditetapkan dalam harus sesuai dengan
Nomor: SNI-04-0225-2000 Srandar Nasional Indonesia (SNI) No. SNI 04-0225-2000, mengenai Persyaratan standar PUIL 2000
Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja
Umum Instalasi Listrik
2000 (Puil 2000) di Tempat
Kerja
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
36 Per. MENTRANS No. 1 Keselamatan dan Pasal 2 Setiap pekerjaan konstruksj bangunan yang akan dilakukan wajib dilaporkan Pekerjaan kontruksi
Tahun 1980 Kesehatan Kerja pada kepada harus memastikan
Konstruksi Bangunan Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya. keselamatan dan
Pasal 3/1 Pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan harus diusahakan pencegahan atau
kesehatan kerja
dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap tenaga kerjanya.
Pasal 3/2 Sewaktu pekerjaan dimulai harus segera disusun suatu unit keselamatan dan
kesehatan kerja, hal tersebut harus diberitahukan kepada setiap tenaga kerja.
Pasal 3/3 Unit keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ayat (2) pasal ini meliputi usaha-
usaha
pencegahan terhadap: kecelakaan, kebakaran, peledakan, penyakit akibat kerja,
pertolongan pertama pada kecelakaan dan usaha-usaha penyelamatan.
Pasal 4 Setiap terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan
kepada
Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya.
Pasal 5/1 Disetiap tempat kerja harus dilengkapi dengan sarana untuk keperluan keluar
masuk
dengan aman.
Pasal 5/2 Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-lorong dan gang-gang tempat orang
bekerja atau sering dilalui, harus dilengkapi dengan penerangan yang cukup
sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 5/3 Semua tempat kerja harus mempunyai ventilasi yang cukup sehingga dapat
mengurangi bahaya debu, uap dan bahaya lainnya.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 46 Sebelum meninggalkan bulldpzer atau scraper, operator harus melakukan tindakan
pencegahan
yang perlu untuk menjamin agar mesin-mesin tersebut tidak bergerak.
Pasal 48/1 Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin agar kestabilan tanah tidak
membahayakan sewaktu mesin penggiling jalan digunakan.
Pasal 48/2 Sebelum meninggalkan mesin penggiling jalan operator harus melakukan segala
tindakan untuk menjamin agar mesin penggiling jalan tersebut tidak bergerak atau
pindah tempat.
Pasal 58/2 Traktor dan truck tersebut ayat (1) pasal ini hanya boleh dijalankan oleh penge-
mudi
yang terlatih.
Pasal 67/2 Pinggir-pinggir dan dinding-dinding pekerjaan galian harus diberi pengaman
penunjang yang kuat untuk menjamin keselamatan orang yang bekerja di dalam
lubang atau parit.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 (1) NAB faktor fisika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, meliputi iklim kerja,
kebisingan, getaran,
gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet.
(2) NAB faktor kimia meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut, aerosol
dan uap yang berasal dari
bahan-bahan kimia.
(3) NAB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tercantum dalam Lampiran I dan
Lampiran II yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
39 UU No.22 Tahun 2009 Lalu lintas dan Angkutan Pasal 21 Setiap jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi yang Penetapan batas
Jalan ditetapkan secara nasional. Batas kecepatan paling tinggi sebagaimana dimaksud kecepatan paling tingga
pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kawasan bagi setiap kendaran
permukiman, kawasan perkotaan, jalan antarkota, dan yang ada dikawasan
jalan bebas hambatan.
Pasal 48/1 Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan Setiap kendaran motor
harus memenuhi persyaratan teknis dan layak jalan. yang beroperasi harus
memenuhi persyaratan
teknis
Pasal 49 Kendaraan Bermotor, kereta gandengan, dan kereta Kendaran bermotor
tempelan yang diimpor, dibuat dan/atau dirakit di dalam yang dioperasikan wajib
negeri yang akan dioperasikan di Jalan wajib dilakukan melakukan pengujian
pengujian.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
78
Setiap kendaraan
bermotor wajib
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA diregistrasi
Pasal 77/1 Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Setiap orang yang
Jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai mengemudikan
dengan jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan kendaraan bermotor
wajib memiliki surat izin
mengemudi
Pasal 105 Setiap orang yang menggunakan Jalan wajib: Setiap orang yang
a. berperilaku tertib; dan/atau mengemudikan
b. mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan kendaraan bermotor
Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan wajib berprilaku terttib
Jalan, atau yang dapat menimbulkan kerusakan Jalan. dan mencegah hal-hal
yang dapat
membahayakan
keamanan dan
keselamatan lalulintas
Pasal Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Setiap orang yang
106/4 Jalan wajib mematuhi ketentuan: mengemudikan
a. rambu perintah atau rambu larangan; kendaraan bermotor
b. Marka Jalan; wajib mematuhi
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas; ketentuan-ketuan yang
d. gerakan Lalu Lintas; berlaku.
e. berhenti dan Parkir;
f. peringatan dengan bunyi dan sinar;
g. kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau
h. tata cara penggandengan dan penempelan dengan
Kendaraan lain.
78
EVALUASI KESESUAIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
PT Medan Sugar Industry telah
menerapkan Sistem Manajemen K3
(SMK3) dan kedepannya akan
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
mensertifikasi SMK3 ini.
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
pemeriksaan kesehatan bagi karyawan
baru dan akan melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala kepada
karyawan
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
PT Medan Sugar Industry sidah
menyediakan fasilitas kotak P3K ditempat
kerja, tetapi belum mempunyai petugas
P3K yang memilki lisensi dari instansi
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
yang ditunjuk.
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT
PT Medan Sugar
Medan Sugar Industry Industry
telah melakukan
pengendalian bahan-bahan kimia yang
digunakan dengan menyediakan Lembar
Updated: Octoberdata
2014Keselamatan Bahan (LDKB/MSDS)
Kepatuhan disetiap area penyimpanan dan
penggunaan bahan-bahan kimia tersebut.
Belum Keterangan
Sesuai
Sesuai
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78
PT Medan Sugar Industry telah
memastikan bahwa setiap kendaraan
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
bermotor perusahaan telah diregistrasi
78
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) - PT Medan Sugar Industry
78