Anda di halaman 1dari 95

PERATURAN PERUNDANGAN

TENTANG LINGKUNGAN HIDUP


DAN
KESESUAIANNYA DENGAN KONDISI USAHA

No No Peraturan Judul Kesesuaian


Err:
UU No.1 Tahun 1970 Keselamatan dan Kesehatan Kerja x
520
PERMENAKER
### Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja x
NO.PER.05/MEN/1996
KEP. MENAKER Pelaksanaan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
###
NO.KEP.19/MEN/BW/97 Kerja
KEP.MENAKER
### Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja x
NO.KEP96/M/BW/97
PERMENAKER NO.PER-
### Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja x
04/MEN/1995

INSTRUKSI MENAKER Pengawasan dan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
###
NO.INST.05/M/RW/96 kegiatan Konstruksi Bangunan

### KEPRES NO.22 TAHUN 1993 Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja x

### UU No.3 TAHUN 1992 Jaminan sosial Tenaga Kerja x

Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian


### KEPRES NO.28 TAHUN 1988 x
Assuransi Sosial Tenaga Kerja

PERMENAKER
### Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan x
NO.PER.03/MEN/1998

SK DIRJEN PEMBINAAN
HUBUNGAN IINDUSTRIAL DAN
PENGAWASAN
### Cara pengisian formulir laporan dan analisis statistik kecelakaan
KETENAGAKERJAAN
DEPNAKER RI
NO.KEP.84/BW/1998

KEP MENAKER Penunjukan PT(PERSERO) sucofindo sebagai audit sistem


###
NO.KEP.103/MEN/1997 Menajemen Keselmatan dan Kesehatan Kerja

Err: KEP KA.BAPEDAL Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan & Pengumpulan
520 NO.KEP.01/BAPEDAL/09/1995 Limbah B3 x
Err: KEP KA.BAPEDAL
Simbol & Label Limbah B3
520 NO.KEP.05/BAPEDAL/09/1995 x
Err:
UU No. 23 1992 Tentang Kesehatan
520
Err:
520
Permenkes No 718 1987 Tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan x

Catatan:
UU : Undang Undang
PP : Peraturan Pemerintah
KEPRES : Keputusan Presiden
KEPMEN LH : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
KEPMENAKER : Keputusan Menteri Tenaga Kerja
PERDA : Peraturan Daerah
SK : Surat Keputusan
JAKPINDUM : Jaksa Muda Tindak Pidana Umum
MENKES : Menteri Kesehatan
Issued By : Approved By :

Title : Title :

Kesesuaian Catatan
Aturan keselamatan dan kesehatan
kerja bagi Perusahaan

Aturan Pemerintah tentang SMK 3

x
Keputusan Menaker untuk audit SMK3

Sidak pelaksanaan K3 di perusahaan

Penunjukan jasa K3 oleh Disnaker

Instruksi kepada KaKandepnaker


seluruh Indonesia untuk melakukan
x
pengawasan kegiatan konstruksi
bangunan

Hak bagi pekerja atas jaminan


kesehatan kerja

Kewajiban keikutsertaan Jamsostek

Penggantian biaya
pengobatan/perawatan

Pelaporan kejadian kecelakaan oleh


perusahaan kepada Disnaker setempat

Perintah kepada DISNAKER dalam


x pemeriksaan kecelakan mengacu
kepada UU

Penunjukan badan audit oleh


x
Pemerintah

Pengujian Limbah B3
Pembedaan karekteristik diberikan
simbol
x
PERATURAN PERUNDANGAN Issued By :
TENTANG LINGKUNGAN HIDUP
DAN
KESESUAIANNYA DENGAN KONDISI USAHA Title :
Kesesuaian
No No Peraturan Judul
Y T
I. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

1 UU No.1 Tahun 1970 Keselamatan dan Kesehatan Kerja X

PERMENAKER
2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja X
NO.PER.05/MEN/1996
KEP. MENAKER Pelaksanaan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
3 X
NO.KEP.19/MEN/BW/97 Kerja
KEP.MENAKER
4 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja X
NO.KEP96/M/BW/97
PERMENAKER NO.PER-
5 Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja X
04/MEN/1995

INSTRUKSI MENAKER Pengawasan dan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
6 X
NO.INST.05/M/RW/96 kegiatan Konstruksi Bangunan

7 KEPRES NO.22 TAHUN 1993 Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja X

8 UU No.3 TAHUN 1992 Jaminan sosial Tenaga Kerja X

Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian


9 KEPRES NO.28 TAHUN 1988 X
Assuransi Sosial Tenaga Kerja

PERMENAKER
10 Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan X
NO.PER.03/MEN/1998

SK DIRJEN PEMBINAAN
HUBUNGAN IINDUSTRIAL DAN
PENGAWASAN
11 Cara pengisian formulir laporan dan analisis statistik kecelakaan X
KETENAGAKERJAAN
DEPNAKER RI
NO.KEP.84/BW/1998

KEP MENAKER Penunjukan PT(PERSERO) sucofindo sebagai audit sistem


12 x
NO.KEP.103/MEN/1997 Menajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

II. AMDAL (ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN)

Aturan lama

1 UU NO.23 TAHUN 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup x

2 PP NO.51 TAHUN 1993 Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) x

KEPMEN LH
3 Pecabutan KEPMEN LH Lama No 49~53/MENKLH/6/1987 x
NO.KEP.10/MENLH/3/1994
KEPMEN LH
4 Jenis Usaha/Kegiatan Yang wajib Dilengkapi AMDAL x
NO.KEP.11/MENLH/3/1994
KEPMEN LH
5 Pedoman Umum Upaya Pengelolaan LH Dan Pemantauan LH x
NO.KEP.12/MENLH/3/1994
KEPMEN LH
6 Pedoman Susunan Keanggotaan & Tata Kerja Komisi Amdal x
NO.KEP.13/MENLH/3/1994
KEPMEN LH
7 Pedoman Umum penyusunan AMDAL x
NO.KEP.14/MENLH/3/1994
KEPMEN LH
8 Pemebentukan Komisi AMDAL x
NO.KEP.15/MENLH/3/1994
KEPMEN LH
9 Pedoman Umum pelaksanaan Audit Lingkungan x
NO.KEP.42/MENLH/11/1994
KEP KA.BAPEDAL.NO.KEP.056-
10 Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting x
1994
KEPMEN LH
11 Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu/Multisektoral & Regional x
NO.KEP.54/MENLH/11/1995
KEPMEN LH
12 AMDAL Regional x
NO.KEP.55/MENLH/11/1995
KEPMEN LH Analisis Dampak Lingkungan usaha atau kegiatan
13 x
NO.KEP.57/MENLH/12/1995 Terpadu/Multisektoral
KEPMEN LH
14 Jenis Usaha Yang Wajib Dilengkapi AMDAL x
NO.KEP.39/MENLH/11/1996
KEP KA.BAPEDAL
15 Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam penyusunan AMDAL x
NO.KEP.299/BAPEDAL/11/1996
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.105
16 Panduan Pemantauan Pelaksanaan RKL & RPL
TAHUN 1997 x
KEP KA.BAPEDAL Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan
17
NO.KEP.124/12/1997 AMDAL x
Aturan Baru
18 PP No. 27 1999 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan x
19 KEPMEN LH NO.2 TAHUN 2000 Panduan Penilaian Dokumen Amdal x
Panduan Penyusunan AMDAL kegiatan Pembangunan Pemukiman
20 KEPMEN LH NO.4 TAHUN 2000
terpadu x
Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Dilahan
21
KEPMEN LH NO.5 TAHUN 2000 daerah Basah x
22 KEPMEN LH NO.40 TAHUN 2000 Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak LH x
23 KEPMEN LH NO.41 TAHUN 2000 Pedoman pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kab / Kota x
24 KEPMEN LH NO.42 TAHUN 2000 Susunan Keanggotaan Komisi Penilai & Tim Teknis AMDAL Pusat x
25 KEPMEN LH NO.17 TAHUN 2001 Jenis Rencana Usaha &/ Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL x
26 KEPMEN LH NO.30 TAHUN 2001 Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup Yang Diwajibkan x
KEP KA BAPEDAL NO.KEP
27 Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam penyusunan AMDAL
299/11/TAHUN 1996 x
KEP KA BAPEDAL NO.08 TAHUN Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam proses
28
2000 analisis mengenai AMDAL x
KEP KA BAPEDAL NO.09 TAHUN
29 Pedoman penyusunan Analisis mengenai AMDAL
2000 x
30 KEPMEN LH NO.86 TAHUN 2002 Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengololaan LH & Pemantauan LH x
Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang berlaku Pada Kantor
31
PP No. 10 2002 Meneg LH Di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan x
III. LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)
Aturan lama

1 PP 19 Tahun 1994 Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) x

2 PP 12 Tahun 1995 Perubahan PP 19/94 mengenai Pengelolaan Limbah B3 x

Tata Cara Memperoleh Ijin Penyimpanan,


KEP KA.BAPEDAL
3 Pengumpulan,Pengoperasian Alat Pengolahahan, Pengolahan & x
NO.KEP.68/BAPEDAL/05/1994
Penimbunan Akhir Limbah B3
KEP KA.BAPEDAL Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan & Pengumpulan
4
NO.KEP.01/BAPEDAL/09/1995 Limbah B3 x
KEP KA.BAPEDAL
5 Dokumen Limbah B3
NO.KEP.02/BAPEDAL/09/1995 x
KEP KA.BAPEDAL
6 Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3
NO.KEP.03/BAPEDAL/09/1995 x

KEP KA.BAPEDAL Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan


7
NO.KEP.04/BAPEDAL/09/1995 Lokasi Bekas Pengolahan & Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3
x
KEP KA.BAPEDAL
8 Simbol & Label Limbah B3
NO.KEP.05/BAPEDAL/09/1995 x
KEP KA.BAPEDAL Tata Cara & Persyaratan Penyimpanan & pengumpulan Minyak
9
NO.KEP.255/BAPEDAL/08/1996 Pelumas Bekas x
Aturan Baru
KEP KA BAPEDAL
10 Tatalaksana Pengawasan Pengelolaan Limbah B3
NO.2/BAPEDAL/01/1998 x
KEP KA BAPEDAL
11 Program Kemitraan Dalam pengelolaan Limbah B3
NO.3/BAPEDAL/01/1998 x
KEP KA BAPEDAL
12 Penetapan Prioritas Prop. Daerah Tk I Progran KENDALI B3
NO.4/BAPEDAL/01/1998 x
13 PP No. 18 1999 Pengelolaan Limbah B3 x
14 PP No. 85 1999 Perubahan PP 18 1999, Tentang Pengelolaan Limbah B3 x
15 PP No. 74 2001 Pengelolaan B3 x
Tata Cara Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi &
16
KEPMEN LH NO.128 TAHUN 2003 Tanah Terkontaminasi Oleh Minyak Bumi Secara Biologis x
IV. PENCEMARAN AIR
1 PP NO 20 TAHUN 1990 Pengendalian Pencemaran Air x
KEPMEN LH
2 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
NO.KEP.51/MENLH/10/1995 x
KEPMEN LH
3 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel
NO.KEP.52/MENLH/10/1995 x
KEPMEN LH
4 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
NO.KEP.58/MENLH/12/1995 x
KEPMEN LH Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak & Gas Serta Panas
5
NO.KEP.42/MENLH/10/1996 Bumi x
KEPMEN LH Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan
6
NO.KEP.43/MENLH/10/1996 Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran x
7 KEPMEN LH NO 35 TAHUN 1995 Program kali bersih (Prokasi) x
KEPMEN LH NO.35A TAHUN Program Penilaian Kinerja Perusahaan/Kegiatan Usaha dalam
8
1995 Pengendalian Pencemaran di lingkungan Prokasi x
Perubahan Kepmen LH No.42/MENLH/10/1996 ttg Baku mutu limbah
9
KEPMEN LH NO.09 TAHUN 1997 cair bagi kegiatan minyak dan gas bumi x
10 KEPMEN LH NO.3 TAHUN 1998 Baku Mutu Limbah Cair bagi kawasan Industri x
11 PP No. 82 2001 Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air x
Pedoman Pengajian pemanfaatan air limbah dari Industri minyak sawit
12
KEPMEN LH NO.28 TAHUN 2003 pada tanah perkebunan kelapa sawit x
Pedoman TeknisPengkajian Pemanfaatan Air Limbah Dari Industri
13
KEPMEN LH NO.23 TAHUN 2003 Minyak Sawit Pada Tanah Diperkebunan Kelapa sawit x
Pedoman Syarat & Tata cara Perizinan Pemanfaatan Limbah Industri
14
KEPMEN LH NO.29 TAHUN 2003 Minyak Sawit Pada Tanah Di perkebunan Kelapa Sawit x
Metode Analisis Kualitas Air Permukaan & Pengambilan Contoh Air
15
KEPMEN LH NO.37 TAHUN 2003 Permukaan x
Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada
16
KEPMEN LH NO.110 TAHUN 2003 Sumber Air x
Pedoman Mengenai Syarat & tata Cara Perizinan Serta Pedoman
17
KEPMEN LH NO.111/MENLH/2003 Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air x
18 KEPMEN LH NO.112/MENLH/2003 Baku Mutu Air Limbah Domestik x
19 Baku mutu air limbah bagi usaha dan atau pertambangan batu bara
KEPMEN LH NO.113/MENLH/2003 x
20KKEPMEN LH NO.114/MENLH/2003Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air x
21 KEPMEN LH NO.115/MENLH/2003 Pedoman Penentuan Status Mutu Air x
Perubahan KM No. 111 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat &
22 Tata Cara Perizinan Serta pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah
KEPMEN LH NO.142/MENLH/2003 Ke Air Atau Sumber Air x
V. PENCEMARAN UDARA
KEPMEN LH
1 Ambang Batas Emisi Gas Kendaraan Bermotor X
NO.KEP.35/MENLH/10/1993
KEPMEN LH
2 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak x
NO.KEP.13/MENLH/3/1995
KEPMEN LH
3 Program Langit Biru x
NO.15/MENLH/4/1996
KEPMEN LH
4 Baku Tingkat Kebisingan
NO.KEP.48/MENLH/11/1996 x
KEPMEN LH
5 Baku Tingkat Getaran
NO.KEP.49/MENLH/11/1996 x
KEPMEN LH
6 Baku Tingkat Kebauan
NO.KEP.50/MENLH/11/1996 x
KEP KA BAPEDAL Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak
7
NO.KEP.205/BAPEDAL/07/1996 bergerak x
KEPMEN LH
8 Indeks Standar Pencemar Udara
NO.KEP.45/MENLH/10/1997 x
KEP KA BAPEDAL NO.KEP.107/ Pedoman Teknis Perhitungan & Pelaporan Serta Informasi Indeks
9
KABAPEDAL /11/1997 Standar Pencemar Udara x
10 PP No. 41 1999 Pengendalian Pencemaran Udara x
11 KEPMEN LH NO.129/MENLH/2003 Baku Mutu Emisi usaha dan atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi x
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Type Baru Dan
12
KEPMEN LH NO.141/MENLH/2003 kendaraan Bermotor Yang Sedang Diproduksi x
13 Keselamatan & Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion
PP No. 63 2000 x
14 PP No. 64 2000 Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir x
15 PP No. 102 2000 Standarisasi Nasional x
VI. PENCEMARAN LAUT
1 PP No. 19 1999 Pengendalian Pencemaran &/ Perusakan Laut x
2 KEPMEN LH NO.45 TAHUN 1996 Program Pantai Bersih x
3 KEPMEN LH NO.04 TAHUN 2001 Kriteria Baku kerusakan Trumbu Karang x
KEP KA BAPEDAL NO.47 TAHUN
4 Pedoman Pengukuran kondisi terumbu karang
2001 x
5 KEPMEN LH NO.51 TAHUN 2004 Baku Mutu Air Laut x
VII. PENCEMARAN LINGKUNGAN
KEPMEN LH Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan
1
NO.KEP.43/MENLH/10/1996 Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran x
2 PP No. 150 2000 Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomasa x
Pengendalian Kerusakan Dan Atau Pencemaran Linkungan Hidup
3
PP No. 4 2001 Yang Berkaitan Dengan Kebakaran Hutan Dan Atau Lahan x
4 UU No. 23 1997 Pengelolaan Linkungan Hidup x
Lembaga Penyedia Jasa pelayanan Penyelesaian Lingkungan Hidup
11
PP No. 54 2000 Diluar Pengadilan x
VIII. KEHUTANAN
5 UU No. 41 1999 Kehutanan x
6 UU No. 29 2000 Perlindungan Varietas Tanaman x
7 PP No. 68 1998 Kawasan Suaka Alam & Kawasan Pelestarian Alam x
8 Pengusahaan Hutan & Pemungutan Hasil Hutan Pada Hutan Produksi
PP No. 6 1999 x
9 PP No. 7 1999 Pengawetan Jenis Tumbuhan & Satwa x
10 PP No. 8 1999 Pemanfaatan Jenis Tumbuhan & Satwa Liar x
XI. PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
1 KEPMEN LH NO.07/MENLH/2001 Pejabat Pengawas LH & Pejabat pengawas LH Daerah x
2 Pedoman Umum Pengawasan Penataan LH Bagi Pejabat Pengawas
KEPMEN LH NO. 56/MENLH/2002 x
3 KEPMEN LH NO.58/MENLH/2002 Pejabat Pengawas LH Di Prop./ Kab./ Kota x
SK JAKPINDUM NO B- Prihal pedoman teknis Yustisial Penanganan Perkara Tindak Pidana
4
60/E/EJP/01/02 Lingkungan Hidup x
SKB KEMENTRIAN
Penegakan Hukum lingkungan hidup terpadu (SATU ATAP) Men
5 LH,KEJAKSAAN DAN
KHLH, Jaksa Agung dan KAPOLRI
KEPOLISIAN x

Keputusan Menteri Perindustrian Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Sebagai


6
No. 12/M/SK/1/78 Akibat Dari Usaha Industri
x
X. KETENTUAN LAIN
1 PP No. 26 2002 Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif x
2 PP No. 27 2002 Pengelolaan Limbah Radioaktif x
Pengesahan Protokol 1992 Tentang Perubahan Terhadap Konvensi
3 Internasional Tentang Tanggung Jawab Perdata Untuk Kerusakan
KP No. 52 1999 Akibat Pencemaran Minyak x
4 KP No. 10 2000 BAPEDAL x
Tim Koordinasi Penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin,
5 Penyalahgunaan bahan Bakar Minyak Serta perusakan Instalasi
KP No. 25 2001 Ketenagalistrikan & Pencurian Aliran Listrik x
6 KEP 03/MENLH/1/ 1997 Baku Mutu Limbah Cair Bagi kawasan Industri x
7 Kep. Ka Bapedal No 113 2000 Pedoman Umum & Pedoman Teknis Lab Lingkungan x
8 Kep. Ka Bapedal No 27 2001 Pembentukan Satgas Penyidik PNS LH Di BAPEDAL x
9 UU No. 27 2003 Panas Bumi x
10 UU No. 7 2004 Sumber Daya Air x
Perubahan Atas KEPRES No 123 2001 Tentang Tim Koordinasi
11
KP No. 83 2003 Pengelolaan SD Air x
12 KM No. 57 2002 Pejabat Pengawas LH Di Kementrian LH x
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan
13
KM No. 127 2002 Lingkungan x
Tim Teknis Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam
14
KM No. 129 2002 Pengelolaan Lingkungan Hidup x
Pedoman Pengaduan Kasus Pencemaran &/ Perusakan Lingkungan
15
KM No. 19 2004 Hidup x
Pendelegasian Kewenangan Untuk Menandatangani Surat keputusan
16
KM No. 49 2004 KA ANDAL x
17 SK Gub No. 6 1999 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di Jawa Barat x
18 SK Gub No. 3 2004 Tentang Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian Pencemaran Air x
19 SK GUB No. 38 1991 Peruntukan Air & Baku Mutu Air Pada Sumber Air Di JABAR x
20 Retribusi Ijin Pengelolaan dan Pembuangan limbah cair
Perda Karawang 17/2001 x
SK Bupati Karawang No 93
21 Juklak Perda No 17/2001
tahun2001 x
Estate Regulation No.063/ER-
22 Peraturan kawasan Industri KIIC
KIIC/ED-04/VIII/2000 x
23 Montreal Protocol Penipisan Lapisan Ozon x
24 KYOTO Protocol Emisi x
25 UU No. 23 1992 Tentang Kesehatan x
26 KM Kes No. 875 2001 Pedoman Teknis Penyusunan UKL dan UPL Industri Farmasi x
27 Permenkes No 718 1987 Tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan x
28 Permenkes No 416 1990 Tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air x
29 SK Menkes No 43 1998 Tentang cara pelaksanaan pemberian izin usaha industri farmasi x
Keputusan Bupati Bekasi No
30 Tentang pembentukan tim pemberi tanggapan dokumen ukl/upl
660.1/kep 123 2001 x

UU : Undang Undang
PP : Peraturan Pemerintah
KEPRES : Keputusan Presiden
KEPMEN LH : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
KEPMENAKER : Keputusan Menteri Tenaga Kerja
PERDA : Peraturan Daerah
SK : Surat Keputusan
JAKPINDUM : Jaksa Muda Tindak Pidana Umum
MENKES : Menteri Kesehatan
Issued By : Approved By :

Title :

Catatan

Aturan keselamatan dan kesehatan


kerja bagi Perusahaan

Aturan Pemerintah tentang SMK 3

Keputusan Menaker untuk audit SMK3

Sidak pelaksanaan K3 di perusahaan

Penunjukan jasa K3 oleh Disnaker

Instruksi kepada KaKandepnaker


seluruh Indonesia untuk melakukan
pengawasan kegiatan konstruksi
bangunan

Hak bagi pekerja atas jaminan


kesehatan kerja

Kewajiban keikutsertaan Jamsostek

Penggantian biaya
pengobatan/perawatan

Pelaporan kejadian kecelakaan oleh


perusahaan kepada Disnaker setempat

Perintah kepada DISNAKER dalam


pemeriksaan kecelakan mengacu
kepada UU

Penunjukan badan audit oleh


Pemerintah

Pelaksanaan pengelolaan Lingkungan


Hidup
Ketentuan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Obsolete)

Tak Wajib AMDAL

Tak Wajib AMDAL

Adanya pembuatan UPL/UKL (Obsolete)

Komisi AMDAL oleh Aparatur Negara


Tak Wajib AMDAL

Aparatur Negara
Dianjurkan untuk dilaksanakan
(Obsolete)

Tak wajib AMDAL

Komisi oleh Aparatur Negara

Komisi Aparatur Negara

Studi Lingkungan oleh Aparatur Negara

Obsolete

Obsolete

Tidak Termasuk Kategori Perlu AMDAL

Kajian dan Analisis Tugas pemerintah

Tak termasuk Wajib Amdal


Untuk Aparatur Pemerintah

Tidak wajib Amdal

Tidak Membangun dilahan Basah


Aparatur Negara
Aparatur Negara
Aparatur pemerintah
Tidak Termasuk Kategori Perlu AMDAL
Internal Audit

Tidak wajib Amdal

Tidak wajib Amdal

Tidak wajib Amdal


UKL UPL

Acuan Kegiatan Uji Emisi Ke Luar

Upaya kegiatan Industri untuk menekan


limbah B3 (Obsolete)

Upaya penyempurnaan pengolahan


limbah B3 (Obsolete)

Perolehan ijin oleh Bapedal

Pengujian Limbah B3
Dok Disposal

Ketentuan Pengolahan

Penimbunan Sementara
Pembedaan karekteristik diberikan
simbol

Waste Management

Kegiatan pemerintah

Sukarela

Tidak Termasuk Kategori Mitra


-
-
Kasifikasi, EHS, Emergency Respons

Tidak Mengelola Minyak Bumi

Tak ada Limbah cair

Tak ada Limbah cair

Tak ada Limbah cair

Tak ada Limbah cair

Tak ada Limbah cair

Bukan Usaha Pertambangan


Tidak termasuk

Tidak termasuk

Tidak termasuk
Sebagai Pedoman
Tak Menghasilkan Limbah Cair

Bukan Pabrik pengolahan Kelapa sawit

Bukan Pabrik Minyak sawit

Bukan Pabrik Minyak

Pemantauan Kualitas Air Terutama Pengambilan Sample

Tugas Pemerintah

Tidak Ada Limbah Cair


Pemantauan kualitas Air
Bukan pertambangan batu bara
Kegiatan Pemerintah
Tidak Melakukan Kegiatan Ini

Tidak Menghasilkan Limbah Cair

Uji Emisi

Tidak ada Emisi

Tugas Pemerintah

< 70 DB

Emisi Solvent

Tugas Pemerintah

Tugas Pejabat Pemerintah


Penggunan Solvent, Ink, MEK dll
Tidak dibidang gas bumi

Bukan Industri Automotive

Tidak Ada Pemanfaatan Radiasi


Tidak Memanfaatkan Tenaga Nuklir
-

Tidak Terkait
Bukan Bidangnya
Bukan Bidangnya

Bukan Bidangnya
Tak Terkait Dengan Laut

Bukan Usaha Pertambangan


Tidak Ada Produksi Bio Massa

Bukan Pengelola HPH


Umum

Hanya Jika Ada Sengketa

Bukan Pengelola HPH


Tidak Ada Kegiatan PVT
Tidak Terkait
Bukan Pengelola HPH
Tidak Terkait
Tidak Terkait

Aparatur Negara

Aparatur Negara
Aparatur Negara

Dokumen

Dokumen

Tak Ada Kegiatan


Tak Ada Limbah Radioaktif

Tak Ada Kegiatan Shipping


Hanya Organisasi

Aparatur Pemerintah
Tidak Menghasilkan Limbah Cair
Bukan Lab.
Aparatur Negara
Tak Ada Kegiatan Ini
Instalasi Air

Aparatur Negara
Aparatur Negara

Sukarela

Aparatur Negara

Pengaduan Kasus Oleh Pihak Lain

Tugas Pemerintah
Tak Menghasilkan Limbah Cair
Pengujian Kualitas Air
-
Ijin pembuangan limbah ke instansi
pemerintah daerah
Aparatur pemerintah

Standar KIIC u kawasan industrinya


AC Split (CFC)
Pengujian Kualitas Air
PERATURAN PERUNDANGAN Issued By :
TENTANG LINGKUNGAN HIDUP
DAN
KESESUAIANNYA DENGAN KONDISI USAHA Title :

Pasal/ DEPARTEM
No No Peraturan Judul Isi Ketentuan
ayat
HR-GA
I. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Ya diatur oleh UU ini ialah Keselamatan Kerja dalam segala tempat


Pasal 2
1 UU No.1 Tahun 1970 Keselamatan dan Kesehatan Kerja kerja baik didarat,didalam tanah,dipermukaan air,didalam air maupun x
ayat 1
di udara,yang berada didalam wilayah kekuasaan hukum R I

Untuk Pengawasan berdasarkan UU ini Pengusaha harus membayar


Pasal 7 retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan x
peraturan peundangan
Pasal 8 Melakukan pemeriksaan kesehatan calon tenaga kerja atau tenaga
x
ayat 1 kerja yang akan dipindah
Pasal 9 Pengurus menunjukkan dan menjelaskan kepada tenaga kerja semua
x
ayat 1 a kondisi bahaya ditempat kerja
Pasal 9 Pengurus menunjukkan dan menjelaskan semua alat pengaman dan
x
ayat 1 b alat perlindungan ditempat kerja.
Pasal 9 Pengurus menunjukkan dan menjelaskan APD dan cara kerja yang
x
ayat 1 c aman
Pasal 9
ayat 1 d Pengurus menunjukkan dan menjelaskan cara kerja yang aman.
Pasal 9 Pengurus mempekerjakan tenaga kerja setelah tenaga kerja tersebut
ayat 2 memahami

Pasal 9 Pembinaan tenaga kerja dalam pencegahan kecelakaan,


ayat 3 kebakaran,P3K, dan peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja

Pasal 9 Memenuhi dan mentaati semua syarat dan ketentuan yang berlaku
ayat 4 bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan

MENAKER berwenang membentuk Panitia Pembinaan Keselamatan


dan Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerjasama,saling
pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan
Pasal 10 x
tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas
kewajiban bersama dibidang keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka melancarkan usaha berproduksi

Pasal 11
ayat 1 Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi ke Depnaker setempat.
Pasal 11
ayat 2 Tata cara pelapotran kecelakaan kerja
Pasal 12 Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
ayat 1 pengawas dan atau ahli K3
pasal 12
Pemakaian/memakai APD (alat Pelindung Diri)
ayat 2
Pasal 12 Memenuhi dan mentaati semua syarat K3.
ayat 3
Pasal 12 Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat K3.
ayat 4
Pasal 12 Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan APD diragukan
ayat 5 olehnya
Kewajiban mentaati syarat K3 dan memakai APD bila memasuki area
Pasal 13
tempat kerja
Secara tertulis menempatkan syarat-syarat keselamatan kerja
Pasal 14
ditempat kerja, memasang sehelai ketentuan UU No. 1 tahun 1970,
ayat 1
pada tempatyang mudah dilihat

Pasal 14 Memasang gambar keselamatan kerja dan bahan-bahan


ayat 2 pembinaannya lainnya pada tempat yang mudah dilihat

Pasal 14 Menyediakan APD secara Cuma-Cuma bagi tenaga kerja dan setiap
ayat 3 orang yang memasuki tempat kerja tersebut

Tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu


sistem keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja dengan
PERMENAKER melibatkan unsur manajemen,tenaga kerja,kondisi dan lingkungan
2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 2 x
NO.PER.05/MEN/1996 kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman efisien dan produktif

Setiap perusahaan yang memperkerjkan tenaga kerja sebanyak 100


orang atau lebih dan atau mengandung bahaya yang ditimbulkan oleh
Pasal 3
karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan x
ayat 1
kecelakaan kerja seperti peledakan ,kebakaran ,pencemaran dan
penyakit akibat kerja wajib menerapkan sistem manajemen K3

Sistem manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tersebut


Pasal3
wajib dilaksanakan oleh pengurus,pengusaha dan seluruh tenaga x
ayat 2
kerja sebagai satu kesatuan
Perusahaan yang akan diaudit ditetapkan berdasarkan tingkat resiko
KEP. MENAKER Pelaksanaan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan
3 Pasal 1 bahaya atau mempunyai tenaga kerja 100 arang atau lebih,atau ats x
NO.KEP.19/MEN/BW/97 Kesehatan Kerja
dasar pertimbangan lainnya dari KA DISNAKER setempat

KEP.MENAKER Mengadakan pemeriksaan secara langsung secara mendadak


4 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja - x
NO.KEP96/M/BW/97 ketempak kerja diwilayah jabotabek mengenai pelaksanaan K3
Segala biaya yang timbul dalam keputusan ini dibebankan kepada
- x
Panitia nasional Gerakan K3

PJK3 dalam melaksanakan kegiatan jasa K3 harus terlebih


PERMENAKER NO.PER- Pasal 2
5 Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja dahulumemperoleh keputusan penujukan dari MENAKER cq DirJend x
04/MEN/1995 ayat 1
Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan

Pasal 10 Keputusan Penunjukan PJK3 sebagaimana dimaksud berlaku untuk


x
ayat 1 jangka waktu 2 tahun, dan setelah berakhir dapat diperpanjang

PJK3 yang melakukan kegiatan dibidang jasa pemeriksaan dan


pengujian teknik atau jasa pemeriksaan/pengujian & atau pelayanan
kesehatan kerja yang mengakibatkan kerusakan atau kerugian pihak
Pasal 14 x
lain karena tidak mengikuti prosedur sesuai peraturan perundangan
yang berlaku,wajib bertanggung jawab atas kerusakan/kerugian
tersebut.

Melaksanakan Pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja pada


INSTRUKSI MENAKER Pengawasan dan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan
6 - setiap kegiatan konstruksi,dimulai pada tahap persiapan,pelaksanaan x
NO.INST.05/M/RW/96 Kerja pada kegiatan Konstruksi Bangunan
an penggunaankonstruksi

Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian terhadap semua peralatan


- yang dipergunakan pada kegiatan konstruksi dan mensertifikasi x
sesuai dengan perundangan yang berlaku
Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karna
hubungan kerja berhak mendapatkan jaminan keceakaan kerja baik
7 KEPRES NO.22 TAHUN 1993 Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja Pasal 2 x
pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan
kerja berakhir

Hak atas jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja yang hubungan
kerjanya telah berakhir sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
Pasal 3
diberikan apabila menurut hasil diagnosa dokter yang x
ayat 1
merawatpenyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan selama tenaga
kerja yang bersangkutan masihdalam hubungan kerja

Hak jaminan kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat1


Pasal 3
diberikan,apabilapenyakit tersebuttimbul dalamwaktu paling lama 3 x
ayat 2
tahu terhitung sejak hubungan kerja berakhir
Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja
Pasal 3
8 UU No.3 TAHUN 1992 Jaminan sosial Tenaga Kerja diselenggarakan JAMSOSTEK yang pengelolaannya dapat x
ayat 1
dilaksanakan dengan mekanisme asuransi
Pasal 3
Setiap tenaga kerja berhak atas JAMSOSTEK x
ayat 2
Program JAMSOSTEK sebagaimana dimaskdu dalam pasal 3 wajib
Pasal 4
dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan x
ayat 1
pekerjaan dalam hubungan kerja sesuai undang-undang ini

Penggantian biaya pengobatan/perawatan dalam rangka jaminan


Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud dalam lampiran B angka I
9 KEPRES NO.28 TAHUN 1988 Pasal 3 x
Kematian Assuransi Sosial Tenaga Kerja huruf B nomor urut 6 sesuai dengan pengeluaran maksimum sebesar
tarif RSU pemerintah setempat kelas I

PERMENAKER Pasal 2 Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang
10 Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan x
NO.PER.03/MEN/1998 ayat 1 terjadi ditempat kerja dipimpinnya

Kewajiban melapor sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1


berlaku bagi pengurus atau pengusaha yang telah dan yang belum
Pasal 3 x
mengikutsertakan pekerjaannya kedalam program JAMSOSTEK
bedasarkan UU No.3 Tahun 1992

SK DIRJEN PEMBINAAN
HUBUNGAN IINDUSTRIAL DAN pengisian dan penggunaan formulir pemeriksaan dan pengkajian
Cara pengisian formulir laporan dan analisis statistik
11 PENGAWASAN - kecelakaan serta analisi statik kecelakaan dilaksanakan dengan x
kecelakaan
KETENAGAKERJAAN DEPNAKER berpedoman pada petunjuk pelaksaan
RI NO.KEP.84/BW/1998

Badan audit sistem manajemen K3 merupakan badan usaha milik


KEP MENAKER Penunjukan PT(PERSERO) sucofindo sebagai audit sistem negara yang bergerak dalam bidang superintending dan sekurang-
12 - x
NO.KEP.103/MEN/1997 Menajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja kurangnya mempunyai cabang diseluruh Indonesia yan brkedudukan
ditingkat propinsi
II. AMDAL (ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN)

Aturan lama

Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka


Pasal 5
1 UU NO.23 TAHUN 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup pengelolaanlinkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi x
ayat 3
pencemaran dan perusakan lingkungan
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan
Pasal 6
hidup serta mencegah & menanggulangi pencemaran dan perusakan x
ayat 1
lingkungan hidup
Pasal 15 Kewajiban memiliki AMDAL dari setiap badan usaha yang memiliki
x
ayat 1 kemungkinan dampak yang besar
Pasal 16 Setiap penanggung jawab usaha dan/kegiatan wajib melakukan
x
ayat 1 pengelolahan limbah hasil usaha/kegiatan
Pasal 16
Pengolahan limbah tersebut dapat menyerahkan kepada pihak lain x
ayat 2
Pasal 17
x
ayat 1 Kewajiban melakukan pengelolaan B3
Pasal 17 Pengelolaan B3 meliputi menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
x
ayat 2 menyimpan, menggunakan dan membuang-

Pasal 18 setiap badan usaha yang menimbulkan dampak besar wajib memiliki
x
ayat 1 AMDAL untuk memperoleh ijin melakukan usaha dan/ kegiatan

Pasal 20
Larangan membuang limbah ke lingkungan sekitar tanpa ijin x
ayat 1
Setiap kegiatan yang membuang limbah B3 bertanggung jawab atas
Pasal 35
kerugian yang terjadi dan berkewajiban membayar ganti atas kerugian x
ayat 1
jika twerjadi pencemaran lingkungan
Pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup
Pasal 9 serta pengamanan terhadap keseimbangan dan pelestarian sumber
2 Perindustrian x
ayat 4 daya alam
UU No. 5 Tahun 1984
Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya yang menyangkut
Pasal 15 keamanan dan keselamatan alat, proses serta kegiatan industri yang
ayat 1 dilakukannya

Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya keseimbangan dan


Pasal 21 pelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan
ayat 1 dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri
yang dilakukannya.

Pasal 6 AMDAL merupakan bagian kegiatan study kelayakan rencana usaha


3 PP NO.51 TAHUN 1993 Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) x
ayat 1 atau kegiatan
Pasal 6 Hasil analisis AMDAL digunakan sebagai bahan perencanaan
x
ayat 2 pembangunan

KEPMEN LH Pedoman Umum Upaya Pengelolaan LH Dan Pemantauan Rencana usaha atau kegiatan yang tidak ada dampak pentingnya
4 - x
NO.KEP.12/MENLH/3/1994 LH diharuskan untuk membuat UPL/UKL menurut peraturan yang berlaku

Audit lingkungan merupakan suatu kegiatan yang dianjurkan untuk


KEPMEN LH
5 Pedoman Umum pelaksanaan Audit Lingkungan - dilaksanakan oleh dan merupakantanggung jawab pihak x
NO.KEP.42/MENLH/11/1994
penanggungjawab usaha /kegiatan

6
Kep Ka Bapedal RI No.KEP- Ukuran dampak penting Pertimbangan-pertimbangan yang diambil sebagai pedoman dalam x
056 tahun 1994 mengukur dampak penting lingkungan

Penanggung jawab industri dapat memberikan sebagian atau seluruh


laporan hasil audit lingkungan kepada pemerintah, masyarakat umum
atau organsasi lainnya dengan tujuan : publikasi keabsahan hasil
x
audit, publikasi audit pengelolaan lingkungan pembangunan sistem
pengelolaan lingkungan,pengembangan sistem pengelolaan dan
pemantauan lingkungan dan meningkatkan kinerja lingkungan usaha

Setiap usaha atau kegiatan yang terkena kewajiban Amdal


KEPMEN LH
7 AMDAL Regional Pasal 9 regional,wajib menyusun RKL/RPL yang lebih rinci atas dasar RKL & x
NO.KEP.55/MENLH/11/1995
RPL regional

Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Lingkungan


(RKL/RPL) yang dimaksud dlm pasal 9 disusun berdasarkan pedoman
Pasal 10 x
teknis yang membidangi kegiatan yang bersangkutan dengan
tembusan kepada menteri melalui keala badan

Rencana Analisis Dampak Lingkungan usaha atau kegiatan


KEPMEN LH Analisis Dampak Lingkungan usaha atau kegiatan Terpadu/Multisektora meliputi keseluruhan proses dari kerangka
8 Pasal 3 x
NO.KEP.57/MENLH/12/1995 Terpadu/Multisektoral acuan, AMDAL,rencana pengelolaan lingkungan dan rencana
pemantauan lingkungan

Aspek sosial dalam AMDAL adalah telaah yang dilakukan terhadap


KEP KA.BAPEDAL Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam penyusunan
9 Pasal 1 komponen demografi,ekonomi dan budaya serta merupakan bagian x
NO.KEP.299/BAPEDAL/11/1996 AMDAL
yang tidak terpisahkan dari komponen lain dalam penyusunan AMDAL

Untuk menjamin RKL dan RPL dilaksanakan dengan baik perlu


dilaksanakan pengelolaan dan pemantauan serta pelaporan secara
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.105
10 Panduan Pemantauan Pelaksanaan RKL & RPL terencana,terkoordinasi,sistematis dan berkesinambungan serta x
TAHUN 1997
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari komponen lain dalam
Pasal 1 penyusunan AMDAL

setiap jenis usaha/kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL harus


melakukan kajian terhadap aspek kesehatan masyarakat dalam
KEP KA.BAPEDAL Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam
11 rencana tapak (tipologi kegiatan/lingkungan) media lingkungan x
NO.KEP.124/12/1997 Penyusunan AMDAL
masyarakat yang akan terpejan dan kondisi kesehatan masyarakat
- serta sumber daya kesehatan
Aturan Baru
Adanya Usaha dan/atau kegiatan yang akan dibangun didalam
Pasal 4
12 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan kawasan yang sudah dibuatkan AMDAL tidak diwajibkan membuat x
ayat 1
PP No. 27 1999 AMDAL lagi
Usaha dan/atau kegiatan sebagaimana pada ayat(1) diwajibkan untuk
Pasal 4
melakukan pengendalian dampak lingkungan & pengendalian fungsi x
ayat 1
lingkungan hidup sesuai dengan RKL/RPL kawasan industri
Pasal 24 Hasil analisa AMDAL, RKL/RPL dinyatakan kadaluwarsa apabila tidak
x
ayat 1 dilaksanakan dalam jangka waktu tiga tahun
Pasal 24 Apabila AMDAL atau RKL/RPL telah dinyatakan kadaluwarsa maka
x
ayat 2 wajib untuk mengajukan permohonan kembali
Permohonan AMDAL, RKL/RPL baru di lampiri dengan : dokumen
Pasal 24
yang lama atau membuat yang dengan : dokumen yang lama atau x
ayat 3
membuat yang
Pasal 25 Dokumen AMDAL, RKL/RPL akan menjadi batal apabila perusahaan
x
ayat 1 pindah lokasi
Pasal 25
Perusahaan diwajibkan membuat dokumen baru apabila pindah lokasi x
ayat 2
Dokumen AMDAL, RKL/RPL akan menjadi batal bila perusahaan
Pasal 26
merubah desain prosedur, kapasitas , bahan baku dan bahan x
ayat 1
tambahan

Berisi data/informasi dari suatu usaha / kegiatan yang berhubungan


13 Panduan penyusunan dokumen pengelolaan lingkungan
dengan upaya pencegahan pencemaran atau perusakan lingkungan.
KEPMEN LH No.30 Tahun.1999

Panduan ini merupakan alat/sarana kerja bagi komisi penilai AMDAL


pusat dan daerah beserta aparatnya seperti tim teknis komisi AMDL
juga sebagai acuan umum untuk menilai dokumen AMDAL berbagai
14 Panduan Penilaian Dokumen Amdal - x
sektor pembangunan ditingkat nasional dan daerah karna fungsinya
sebgi acuan umum maka juga harus memperhatikanberbagai
panduan lainnya dibidang AMDAL
KEPMEN LH NO.2 TAHUN 2000

Mengendalikan cara pembukaan lahan dikawasan pengembangan


pemukiman terpadu sehingga terpeliharan kelestarian fungsi
Panduan Penyusunan AMDAL kegiatan Pembangunan
15 KEPMEN LH NO.4 TAHUN 2000 - ekologisnya, mengingat peruntukan lahan yang tidak harmonis dan x
Pemukiman terpadu
penerapan teknologi yang kurang bijaksana dapat mengakibatkan
gejala erosi genetik,pencemaran dan penurunan potensi lahan

Menopang uapay mempertahankan proses ekologi antar ekosistem


dikawasan pemukiman terpadu sebagai penyangga kehidupan yang
- x
penting bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahtraan
penduduk dikawasan pemukiman

Memberikan panduan dan pemahaman kepada penyusun AMDAL


- yang didasarkan dengan pendekatan,pembinaan terhadap struktur x
dan fungsi ekosistem
Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Untuk memudahkan penyusunan AMDAL bagi berbagai usaha dan
16 - x
KEPMEN LH NO.5 TAHUN 2000 Dilahan daerah Basah atau kegiatan (proyek) pembangunan dilahan basah
Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Pasal 1 Komisi penilai dampak LH yang disebut sebagai komisi penilai
17 x
KEPMEN LH NO.40 TAHUN 2000 Dampak LH ayat 1 mempunyai tugas menilai kerangka acuan,AMDAL,RKL dan RPL
Komisi penilai kabupaten/kota berhak menilai hasil AMDAL,RKL,RPL
Pasal 1
diluar kewenangan pusat dan propinsi yang telah diatur dalam SK x
ayat 6
MEN LH
Dalam hal kabupaten/kota tidak/belum mampu melaksanakan
Pasal 1
kewenangan yang dimaksud dalam pasal 1 ayat 6 maka penyerahan x
ayat 7
kewenangannyanya dapat dilakukan oleh Propinsi
Pasal 1 Dalam hal propinsi tidak mampu dapat diserahkan kewenangannya
x
ayat 8 kepada Komisi Penilai Pusat
Kewajiban segera menanggapi dan menyempurnakan AMDAL,
Pasal 16
RKL/RPL bagi perusahaan yang mengajukan setelah dinilai oleh x
ayat 12
komisi penilai.
Komisi AMDAL kabupaten/kota bertugas menilai kerangka acuan
18 Pedoman pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kab / Kota x
KEPMEN LH NO.41 TAHUN 2000 Pasal 6 AMDAl,RPL,RKL

Dalam melaksanakan tugas komisi penilai AMDAL kabupaten/kota


mempunyai fungsi memberikan masukan dan dasar pertimbangan
dalam pengambilan keputusan kesepakatan kerangka acuan dan x
keputusan kelayakan lingkungan hidup atas suatu rencana
Pasal 8 usaha/kegiatan kepada bupati/walikota

Biaya atas palaksanaan kegiatan ini dibabankan kepada anggaran


x
Pasal 13 daerah/kabupaten
Apabila rencana usaha/kegiatan bersekala besar dari daya tampung
Jenis Rencana Usaha &/ Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dan daya dukung serta tipologi ekosistem setempat diperkirakan
19 - x
AMDAL berdampak penting terhadap LH maka jenis usaha ini wajib dilengkapi
KEPMEN LH NO.17 TAHUN 2001 AMDAL
Jenis Usaha yang dilengkapi AMDAL ini dapat ditinjau kembali
-
sekurang-kurangnya 5 ahun sekali

Ruang lingkup audit LH yang diwajibkan meliputi evaluasi masukan


atau informasi,kriteria ketidakpatuhan,pelaksanaan dan verivikasi
Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup Yang
20 laporn hasil audit LH yang diwajibkan akibat ketidakpatuhan x
Diwajibkan
penanggung jawab usaha/kegiatan terhadap ketentuan perundang-
KEPMEN LH NO.30 TAHUN 2001 Pasal 2 undangan yang berlaku

Kriteria ketidak patuhan yang dimaksud antara lain: a)tidak patuh


terhadap Baku Mutu LH, b)Baku kerusakan LH, c)Persyaratan
x
pengelolaan LH,d)Indikasi penenggung jawab tidak memiliki dokumen
Pasal 4 LH dan tidak melaksanakan sistem LH secara efektif

Penanggung jawab usaha dinyatakan tidak mematuhi peraturan


Pasal 5
perundangan bidang lingkungan hidup bila melanggar ketentuan x
ayat 1
dalam pasal 4

Pelanggaran sebagaimana dalam pasal 5 ayat (1) menunjukkan :a.


telah terjadi hal yang sama/berkaitan secara berulang kali.b. telah
Pasal 5
diberi pernyataan 3x oleh Menteri/gubernur/bupati/walikota dalam x
ayat 2
jangka waktu setahun terakhir atau diduga akan terjadi lagi di masa
mendatang

Pihak yang berkepentingan untuk memberikan masukan/informasi


secara tertulis tentang ketidakpatuhan suatu usaha/kegiatan kepada
x
gubernur/bupati/walikota/instansi yang bertanggung jawab dibidang
Pasal 8 pengendalian LH

Instansi pengendalian AMDAl dapat mengusulkan kepada menteri


unutk memerintahkan memberikan masukan/informasi secara tertulis x
tentang ketidakpatuhan suatu usaha/kegiatan sesuai ketentuan
Pasal 10
Maksud dan tujuan adalah; 1) melindungi kepentingan masyarakat, 2)
KEP KA BAPEDAL NO.08 TAHUN Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam memberdayakan masyarakat, 3) memastikan adanya transparasi
21 - x
2000 proses analisis mengenai AMDAL proses AMDAL, 4) menciptakan suasana kemitraan yang setara antar
semua pihak yang berkepentingan

Memiliki tujuan a) mengidentifikasi rencana/usaha yang menimbulkan


dampak besar terhadap LH, b) mengidentifikasi rona LH yang terkena
dampak besar, c)memperkirakan dampak danmengevaluasi dmpak
KEP KA BAPEDAL NO.09 TAHUN besar. Sedangkan kegunaannya adalah a) Membantu mengambil
22 Pedoman penyusunan Analisis mengenai AMDAL - x
2000 keputusandalam pemilihan alternatif lingkungan yang layak dari segi
LH teknis danekonomis, b)mengintegrasikan pertimbangan LH dan
tahap perencanaan rinci dari suatu usaha/kegiatan, c)sebagai
pedoman dalam pengelolaan dan pemantauan LH

Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :1. upaya pengelolaan


lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup
Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengololaan LH & Pasal 1
23 (UPL) yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan x
Pemantauan LH ayat 1
hidup oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang tidak
wajib melakukan analisis mengenai dampak lingkungan hidup AMDAL
KEPMEN LH NO.86 TAHUN 2002
Setiap jenis usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan UKL
Pasal 2 dan UPL, yang diproses dan prosedurnya tidak dilakukan menurut
x
ayat1 ketentuan peraturan pemerintah tentang analisis mengenai dampak
lingkungan hidup

UKL dan UPL wajib dilakukan oleh pemrakarsa usaha dan atau
Pasal 2
kegiatan dengan menggunakan formulir isian seperti terlampir dalam x
ayat 2
keputusan ini

Didalam formulir isian tentang UKL dan UPL sebagaimana dimaksud


dalam pasal 2 ayat (2) berisikan informasi: a. identitas pemrakarsa b.
rencana usaha dan/atau kegiatan c. dampak lingkungan yang akan x
terjadi d. program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup e.
Pasal 3 tanda tangan dan cap

Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang berlaku


24 Pada Kantor Meneg LH Di Bidang Pengendalian Dampak
PP No. 10 2002 Lingkungan
III. LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

Aturan lama

1 PP 19 Tahun 1994 Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

2 PP 12 Tahun 1995 Perubahan PP 19/94 mengenai Pengelolaan Limbah B3

Tata Cara Memperoleh Ijin Penyimpanan, setiap usaha atau kegiatan dibidang penyimpanan,pengumpulan,
KEP KA.BAPEDAL
3 Pengumpulan,Pengoperasian Alat Pengolahahan, pasal 1 pengoperasian alat pengolahan, dan penimbunan akhir limbah B3 x
NO.KEP.68/BAPEDAL/05/1994
Pengolahan & Penimbunan Akhir Limbah B3 wajib mengajukan permohonan tertulis kepada BAPEDAL
berdasarkan permohonan izin tersebut, maka BAPEDAL melakukan
pasal 2 penelitian terhadap kelangkapan sesuai ketentuan yang x
dipersyaratkan.
KEP KA.BAPEDAL Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan & Setiap limbah B3 yang belum diketahui sifat dan karakteristiknya wajib
4 x
NO.KEP.01/BAPEDAL/09/1995 Pengumpulan Limbah B3 Pasal 1 dilakukan pengujian di laboratorium
hasil pengujian sifat dan karakteristik limbah B3,sebagaimana
disebutkan dalam pasal 1 wajib dilaporkan kepada BAPEDAL x
Pasal 2 setempat

Setiap pengumpulan dan penyimpanan limbah B3 wajib melaporkan


limbah B3nya kepada Ka BAPEDAL dengan tembusan
x
bupati/walikotamadya kep daerah tk II dan gubernur kep daerah tk I
Pasal 6 yang bersangkutan

Dokumen limbah B3 adalah surat yang diberikan pd waktu


penyerahan limbah B3 untuk diangkut dari lokasi kegiatan penghasil
KEP KA.BAPEDAL
5 Dokumen Limbah B3 ketempat penyimpanan di luar lokasi kegiatan, dan atau x
NO.KEP.02/BAPEDAL/09/1995
pengangkutan dan atau pengolahan limbah B3 dan atau pemanfaatan
Pasal 1 limbah B3 serta penimbunan hasil pengolahan.

setiap badan usaha yang melakukan pengolahan limbah B3 wajib


mengajukan permohonan kepada kepala badan pengendalian
dampak lingkungan utk mendapatkan nomor registrasi terlebih dahulu x
sebelum dokumen limbah B3 dipergunakan, dengan melampirkan izin
Pasal 3 pengelolaan limbah B3.

setiap penanggung jawab kegiatan pengolahan limbah B3 yang


KEP KA.BAPEDAL berhubungan langsung dengan pengolahan limbah B3 wajib :a.
6 Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3 x
NO.KEP.03/BAPEDAL/09/1995 mempunyai latar belakang pendidikan tentang pengelolaan limbah B3;
Pasal 5 ataub. pernah mengikuti pelatihan pengelolaan limbah B3

setiap karyawan/operator yang langsung berhubungan dengan unit


operasi pengolahan limbah B3 wajib mengikuti pelatihan pengelolaan x
Pasal 6 limbah B3.
Pengolahan limbah B3 wajib membuat dan menyampaikan laporan
tentang pengolahan limbah B3 secara berkala sekurang-kurangnya
dalam waktu 3 (tiga) bulan sekali kepada kepala badan pengendali an
dampak lingkungan dengan tembusan bupati /walikotamadya kepala
daerah tingkat II dan Gubernur kepala daerah tingkat I yang
x
bersangkutan,tentang : a). jenis, karakteristik, jumlah timbulan limbah
B3 & waktu terimanya limbah B3. b). Jenis, karakteristik, jumlah dan
waktu limbah B3 yang diolah.c). jenis, karakteristik, jumlah dan waktu
timbulan limbah B3 (cair dan/atau padat) hasil pengolahan.d). jenis,
karakteristik, jumlah dan waktu limbah B3 yang di timbun (landfill).
Pasal 7
setiap pengolah limbah B3 wajib melakukan pemantauan terhadap
x
Pasal 8 baku mutu limbah yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan.

hasil pemantauan terhadap baku mutu limbah sebagaimana dimaksud


dalam pasal 8 wajib dilaporkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
sekali kepada kepala badan pengendalian dampak lingkungan x
dgntembusan bupati/walikotamadya kepala daerah tingkat II Gubernur
Pasal 9 Kepala daerah tingkat I yang bersangkutan

Penimbunan hasil pengolahan limbah B3 adalah tindakan membuang


Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan,
KEP KA.BAPEDAL dengan cara penimbunan,dimana penimbunan tersebut dirancang
7 Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan & Lokasi Bekas x
NO.KEP.04/BAPEDAL/09/1995 sebagai tahap akhir dari pengolahan limbah B3 sesuai dengan
Penimbunan Limbah B3
Pasal 1 karakteristiknya

Tata cara dan persyratan penimbunan hasil pengolahan,persyaratan


lokasi bekas pengolahan dan lokasi bekas penimbunan limbah B3 x
Pasal 2 sesuai denganketentuan berlaku
KEP KA.BAPEDAL
8 Simbol & Label Limbah B3 x
NO.KEP.05/BAPEDAL/09/1995 Pasal 1 simbol adalah gambar yang menyatakan karakteristik limbah B3
Label adalah tulisan yang menunjukan antara lain karekteristik dan
x
Pasal 2 limbah B3
Setiap kemasan atau tempat atau wadah penyimpanan limbah B3
wajib diberi simbol & label dengan menunjukkan karakteristik dan x
Pasal 4 jenis limbah B3.

Apabila limbah B3 dalam satu kemasan mempunyai lebih dari satu


karekteristik (mudah meledak,mudah
x
terbakar,reaktif,beracun,menyebabkan infeksi dan korosif) wajib
pasal 5 dilakukan pengujian karakteristik limbah B3

Yang harus diperhatikan dalam tata cara penyimpanan minyak


pelumas bekas sbb; a)Karakteristik pelumas bekas yang disimpan,
b)Kemasan harus sesuai dapat berupa drum/tangki,c)pola
penyimpanan dengan sistem blok,d)memperhatikan lebar gang antar
blok dan tidak mengganggu lalu lintas manusia dan
KEP KA.BAPEDAL Tata Cara & Persyaratan Penyimpanan & pengumpulan
9 forklift,e)penumpukan kemasan harus memperhatikan kestabilan x
NO.KEP.255/BAPEDAL/08/1996 Minyak Pelumas Bekas
tumpukan kemasan,f) lokasi penyimpanan harus dilengkapi dengan
tanggul disekelilingnya dan dilengkapi dengansaluran pembuangan
menuju bak penampungan yang kedap air,g)mempunyai
tempatbongkar muat kemasan yang memadai dan dengan lantai yang
kedap air
Pasal 2
Kewjiban pengumpul minyak pelumas bekas;a)mempunyai izin dari
BAPEDAL, b)membuat catatan penerimaan dan pengiriman minyak
x
pelumas bekas kepada pengelola dan pemanfaat, c)mengisi formulir
Pasal 4 permohonan ijin sesuai ketentuan yang berlaku

Setiap pengangkutan minyak pelumas bekas wajib dilengkapi dengan


Pasal 5 dokumant dan mengajukan nomor registrasi dokumen pelumas bekas
x
ayat 1 sebagaimana dimaksud dalam KepKa Bapedal Kep
02/bapedal/09/1995
Pasal 5 Setiap alat angkut minyak pelumsa bekas wajib dilengkapi dengan
x
ayat 2 simbol dan label
Setiap kemasan atau tempat atau wadah penyimpanan pelumas
Pasal 5
bekas wajib diberi simbol & label dengan menunjukkan karakteristik x
ayat 3
minyak pelumas.

Surat Edaran kepala Bapedal No : Penyimpanan atau pengumpulan minyak pelumas bekas hanya dapat
10 Penyerahan minyak pelumas bekas
08/SE/02/1997 dilakukan selama 90 hari sebelum diserahkan kepada pengumpul.

Pengangkutan/pengiriman minyak pelumas bekas harus


menggunakan dokumen limbah B3.

Minyak pelumas bekas harus diserahkan kepada pengumpul yang


sudah mempunyai izin dari Bapedal dan merupakan anggota P4MPB.

Aturan Baru

Pengawasan pelaksanaan pengelolaan limbah B3 dilakukan oleh


PEMDA tk II yt ; a)memasyarakatkan peraturan tentangpengelolahan
limbah B3, b)melakukan inventarisasi badan Usaha yang
menghasilkan limbah B3, c)Inventarisasi badan usaha yang
KEP KA BAPEDAL memanfaatkan limbah B3, Inventarisasi badan usaha yang melakukan
10 Tatalaksana Pengawasan Pengelolaan Limbah B3 x
NO.2/BAPEDAL/01/1998 pengelolahan dan penimbunan limbah B3, d)membantu BAPEDAL
dalam pemantauan terhadap badan usaha yang diberikan izin
pengelolahan B3 oleh BAPEDAL, e) memberikan teguran peringatan
terhadap usaha/badan usaha, f)melaporkan kepada BAPEDAL lokasi
penimunan dan pembuangan limbah B3
Pasal 2
Segala biaya yang timbul dalam keputusan ini dibebankan kepada :1)
untuk tingkat dearah oleh APBD, 2)BAPEDAL dibebankan kepada
x
Anggaran rutin dan proyek BAPEDAL, 3)BAPEDAL Wilayah
Pasal 6 dibebankan kepada anggaran rutin BAPEDAL wilayah

Program kendali B3 berazas pelestarian fungsi lingkungan untuk


KEP KA BAPEDAL Pasal 2
11 Program Kemitraan Dalam pengelolaan Limbah B3 menunjang pembangunan yang berkelanjutan bagipeningkatan x
NO.3/BAPEDAL/01/1998 ayat1
kesejahtraan manusia

Program kendali B3 bertujuan ;a)terkendalinya pencmaran


lingkungan, 2)Terkendalinya pembuangan limbah B3, 3)pelaksanaan
Pasal 2
usaha minimisasi limbah B3 melalui pengurangan,penggunaan x
ayat 2
kembali,daur ulang dan pemanfaatan kembali, 4)mencapai lingkungan
yang baik, 5)pentaatan ketentuan pengolahan limbah

Sasaran program kendali B3 : 1)terciptanyasistem pengelolahan


Pasal 2 limbah B3 yang berdayaguna dan berhasil guna, 2)meningkatkan
x
ayat 3 kemampuan aparat pemerintah daerah maupun pusat dalam
pengawasan pengelolaan limbah

Langkah penetapan peserta program kendali B3


Pasal 4 meliputi:1)identifikasi,2)daftar pertanyaan, 3)peninjauan lapangan, x
4)penetapan
Terhadap badan usaha peserta program kendali B3 Bapedal dan
Pasal 8
PemDa melakukan pemantauan setelah 60 hari penandatanaganan x
ayat 1
surat pernyataan
Pasal 11 Kendali B3 diselenggarakan oleh BAPEDAL yang pelaksanaannya
x
ayat 1 dilakukan oleh direktorat pengelolaan limbah B3

Pelaksanaan kendali B3 dibantu oleh PEMDA dalam hal: 1)identifikasi


peruahaan yang berpotensi menghasilkan limbah B3, 2)pemantauan
Pasal 11
terhadap badan usaha peserta kendali B3, 3)Evaluasi hasil x
ayat 2
pemantauan lapangan peserta program kendali B3 untuk dilaporkan
ke BAPEDAL

Pasal 12 Kepala BAPEDAL memberian penghargaan berupa sertifikat kendali


x
ayat 1 B3 kepada badan usaha yang melaksanakan dengan baik
Pemberian penghargaan ini diumumkan ekpada masyarakat dan
Pasal 12
dapat digunakan sebagai bahan penilai kinerja perusahaan maupun x
ayat 2
ISO seri 14000

Pengelolahan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan


menanggulangi pencemaran dan atau kerusakan LH yang diakibatkan
12 Pengelolaan Limbah B3 x
oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kwalitas lingkungan yang
sudah tercemar sehingga sesuai fungsinya kembali
PP No. 18 1999 Pasal 2
Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang
menghasilkan limbah B3 dilarang membuang limbah B3 secara
x
langsung ke media lingkungan hidup tanpa pengolahan terlebih
Pasal 3 dahulu
Pasal 9 Kewajiban melakukan reduksi limbah B3, mengolah limbah B3 dan
x
ayat 1 atau menimbun limbah B3
Pasal 9 Limbah B3 yang masih bisa dimanfaatkan dapat diolah
x
ayat 2 sendiri/diserahkan kepemanfaat limbah B3.
Pasal 9 Kewajiban mengolah limbah dengan teknologi apabila di dalam negeri
x
ayat 3 tidak mampu diperbolehkan keluar negeri
Pasal 9 Pengolahan/penimbun B3 dapat diserahkan kebadan pengolahan
x
ayat 4 limbah B3.
13 PP No. 85 1999 Perubahan PP 18 1999, Tentang Pengelolaan Limbah B3 Merupakan jumto dari PP No.18 tahun 1999 x
Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3
adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
Pasal 1
14 Pengelolaan B3 jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat x
ayat 1
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, kesehatan,
PP No. 74 2001 kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya.
Pasal 1 Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk
x
ayat 4 menjaga kualitas dan mahluk hidup lainnya
Pasal 1
x
ayat 6 simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifisifikasi B3
Pasal 1 Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi
x
ayat 7 dan jenis B3.

a. mudah meledak (explosive) b. pengoksidasi (Oxidizing) c. Sangat


mudah sekali menyala (extermely flammable d. sangat mudah
menyala (highly flammable).e. mudah menyala (flammable).f. amat
Pasal 5 sangat beracun (extremely toxic)g. sangat beracun (highly toxic).h.
x
ayat 1 beracun (moderately toxic).i. berbahaya (harmful)j. Korosit
(corrosive)k. bersifat iritasi (irritant).l. berbahaya bagi lingkungan
(dangerous to the environment).m. Karsinogenik (carcinogenic).n.
Teratogenik (tereatogenic).o. Mutagenik (mutagenic).

setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta dilengkapi


Pasal 15 x
dengan lembar data keselamatan bahan (Material safety data sheet).

Pasal 18
x
ayat 1 setiap tempat penyimpanan B3 wajib diberikan simbol dan label
Pasal 22 setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib menjaga
x
ayat 1 keselamatan dan kesehatan kerja
Pasal 23 Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja dan pengawas
x
ayat 1 B3 wajib dilakukan uji kesehatan secara berkala.
setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib
Pasal 24 menanggulangi terjadinya kecelakaan dan atau keadaan darurat x
akibat B3.

setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib


meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap potensi dampak B3
Pasal 33 x
yang akan timbul terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan
mahluk hidup lainnya akibat adanya kegiatan pengelolaan B3.

Masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang


Pasal 35
upaya pengendalian dampak lingkungan hidup akibat kegiatan x
ayat 1
pengelolaan B3.

Penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang usaha dan


kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun,
Pasal 39 dan atau menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun
x
ayat 1 bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yg ditimbulkan,
dengan kewajiban membayar ganti kerugian secara langsung dan
seketika pada saat terjadinya pencemaran dan atau perusakan
lingkungan hidup.

Tata Cara Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Setiap usaha dan atau kegiatan minyak dan gas bumi serta kegiatan
Pasal 2
15 Bumi & Tanah Terkontaminasi Oleh Minyak Bumi Secara lain yang menghasilkan limbah minyak bumi wajib melakukan x
ayat 1
KEPMEN LH NO.128 TAHUN 2003 Biologis pengelolahan limbahnya
Pasal2 Pengelolahan minyak bumi dilakukan dengan metoda biologis yang
ayat2 meliputi: a)landfarming, b)biopile c)composting
IV. PENCEMARAN AIR
Inventarisasi quantitas dan qualitas air, penggolongan air, upaya
1 Pengendalian Pencemaran Air
PP NO 20 TAHUN 1990 pengendalian, perizinan dan sanksi.
KEPMEN LH Pasal 2 Baku mutu limbah cair untuk untuk jenis industri pelapisan logam. Ada
2 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
NO.KEP.51/MENLH/10/1995 ayat 1,2 dilampiran A II dan lampiran B II.
Kewajiban bagi industri yang telah beroperasi sebelum
Pasal 2
dikeluarkannya keputusan ini untuk memenuhi baku mutu limbah cair
ayat 3
dalam lampiran A dan B

setiap penanggungjawab industri wajib :a). melakukan pengolahan


limbah cair & memenuhi baku mutu.b) membuat saluran yang kedap
air sehingga tidak terjadi perembesan.c). memasang alat debit limbah
dan mencatat debit harian d). tidak melakukan pengenceran limbah
termasuk air bekas pendingin kedalam aliran pembuangan limbah e).
Pasal 6
Memeriksa kadar baku mutu limbah cair secara periodik minimal
sekali dalam sebulan. f). memisahkan saluran pembuangan limbah
cair dengan saluran hujan.g). melakukan pencatatan produksi bulanan
senyatanya h. Menyampaikan poin c,e,g minimal sekali dalam tiga
bulan

Pelaksanaan PROKASIH berasaskan pelestarian fungsi lingkungan


3 Program kali bersih (Prokasih) perairan sungai untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan
KEPMEN LH NO 35 TAHUN 1995 Pasal 2 bagi peningktan kesejahtraan manusia

Prokasih bertujuan :a)tercapainya kwalitas air sungai yanmg baik,b)


Pasal 3 melaksanakan pengendalian pencemaran air secara efektif dan
ayat 1 efisien,c)terwujudnya kesadaran dan tanggung jawabmasyarakat
dalam pengendalian pencemaran air

Menteri memberi penghargaan kepada perusahaan/kegiatan usaha


Pasal 6
yang melaksanakan pengendalian pencemaran air dengan kinerja
ayat 1
yang sangat baik.
Kinerja perusahaan/kegiatan usaha adalah tingkat upaya dan hasil
Program Penilaian Kinerja Perusahaan/Kegiatan Usaha
4 KEPMEN LH NO.35A TAHUN 1995 perusahaan/kegiatan usaha dalam mengendalilkan dampak negatif
dalam Pengendalian Pencemaran di lingkungan Prokasi
Pasal 1 terhadap lingkungan yang disebabkan oleh kegiatannya.
Pasal 2 Bagi perusahaan/kegiatan usaha diluar lingkup kegiatan prokasih
ayat 2 dapat mengajukan diri secara sukarela untuk dinilai kinerjanya.
Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan
5 Baku Mutu Limbah Cair bagi kawasan Industri industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
KEPMEN LH NO.3 TAHUN 1998 Pasal 1 yang telah memiliki ijin

Kewajiban penanggung jawab kawasan: 1)melakukan pengelolahan


limbah,2)membuat saluran pembuangan, 3)memasang lat ukur debit
laju air limbah,4)memeriksa kadar parameter mutu limbah
cair,5)memisahkan saluran limbah air dengan air hujan
Pasal 6 6)menyampaikan laporan luas lahan yang terpakai

Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Pasal 2 Pengelolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
6
PP No. 82 2001 Air ayat 1 deselenggarakan secara terpadu dengan pendekatan Ekosistem
Penyelenggaraan pengelolahan kualitas air dan pengendalian
Pasal 3 pencemaran air sebagaimana dimaksud pasal 2 dapat dilaksanakan
oleh pihak ketiga

Metode analisis kualitas air permukaan dan pengambilan contoh air


Metode Analisis Kualitas Air Permukaan & Pengambilan
7 permukaan menggunakan standar nasional indonesia (SNI) yang
Contoh Air Permukaan
KEPMEN LH NO.37 TAHUN 2003 Pasal 1 telah ditetapkan oleh badan standarisasi nasional

Apabila metoda analisis kwalitas air permukaan dan pengambilan


contoh air permukaan untuk parameter tertentu belum ditetapkan
dalam SNI maka dilakukan dengan metoda standard yang diterbitkan
Pasal 2 oleh asosiasi masyarakat amerika yang terbaru
yang dimaksud : a) daya tampung beban pencemaran air adalah
kemampuan air pada suatu sumber air untuk menerima masukan
beban pencemaan tanpa air tercemar, b) beban pencemaran adalah
jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air/limbah,
Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran
8 c)Metode Neraca Massa adalah metoda penetapan daya tampung
Air Pada Sumber Air
beban pencemaran air dengan menggunakan perhitungan neraca
masa komponen sumber pencemaran, d) metode streeter-phelps
adalah metode penetapan daya tampung beban pencemaran air pada
sumber air dengan menggunakn metode matemtik
KEPMEN LH NO.110 TAHUN 2003 Pasal 1
Pasal 2 Bupati/Walikota menetapkan daya tampung beban pencemaran air
ayat 1 pada sumber air
Pedoman Mengenai Syarat & tata Cara Perizinan Serta
Setiap usaha dan atau kegiatan dilarang membuang air limbah yang
9 Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau
mengandung radioaktif ke air atau sumber air
KEPMEN LH NO.111/MENLH/2003 Sumber Air Pasal 1

Pasal 3 Setiap usaha dan atau kegiatan yang akan membuang air limbah ke
ayat 1 air/sumber air wajib mendapatkan ijin tertulis dari bupati/walikota

Pasal 3 Permohonan ijin sebagaimana dimaksud ayat 1 diatas didasarkan


ayat 2 pada hasil kajian AMDAL,UPL,UKL

Pemrintah,pemth propinsi dan pemda melakukan pengkajian mutu air


Pasal 1
10 Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air untuk menentukan status air sebagai masukan bagi penyusunan
ayat 1
program pengelolahan air atau program pemulihan pencemaran air
KKEPMEN LH NO.114/MENLH/2003
Pasal 1
Dalam melakukan pengkajian dapat meminta bantuan pihak ke 3
ayat 2
Pemerintah,propinsi,kabupaten dalam melakukan pengkajian mutu air
Pasal 2 perlu mendapatkan informasi tentang kebutuhan air untuk 15 tahun
ayat 1 mendatang dan menyusun sarana pendayagunaan air dan penentuan
kelas air
Pasal 2 Pengkajian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tersebut dapat
ayat 2 dilakukan oleh pihak ke tiga
Berdasarkan pengkajian mutu air untuk mendapatkan informasi
pasal 2 tentang kebutuhan air dan penyusunan pendayagunaan air sbgmn
ayat 3 dimaksud dalam pasal 1 dimintakan masuka dari masyarakat melalui
dengar pendapat

Berdasar hasil Dengar pendapat yang dimaksud: a)Sumber air yang


berada dlm 2 atau lebih wil propinsi & mrpk lintas batas wil RI yang
Pasal 2 ditetapkan dengan KEPPRES, b) Sumber air yang berada dalam 2
ayat 4 atau lebih wil kabupaten ditetapkan dengan PERDA propinsi,
c)Sumber air yang berada dalam wil kabupaten/kota ditetapkan
dengan PERDA kabupaten

Apabila mutu air lebih baik atau sama jika dibandingkan dengan kelas
Pasal 4
air sbgmn dimaksud dalam ayat 2 pasal 4 maka pemerintah wajib
ayat 1
menyusun program pengelolahan air

Pasal 4 Apabila mutu air lebih buruk maka pemerintah wajib mengumumkan
ayat 2 sumber air tersebut tercemar dan menyusun program pemulihan air

dalam keputusan ini yang dimaksud: A)Mutu air adalah kondisi


kwalitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkanparameter tertentu
dan metode tertentu berdasarkan peraturan yang berlaku, B)Status
mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi
11 Pedoman Penentuan Status Mutu Air Pasal 1 cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu
dibandingkan dengan baku mutu air, C)Sumber air adalah wadah air
yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah termaksud dalam
pengertian ini akuifer,mata air,sungani,rawa,danau,situ,waduk dan
muara
KEPMEN LH NO.115/MENLH/2003
Pasal 2 Penentuan status mutu air dapat menggu8nakan metode STORET
ayat 1 atau metodeIndeks Pencemaran

Perubahan pasal 3 yang baru adalah: 1)Setiap usaha atau kegiatan


yang akan membuang air limbah ke air atau sumber airwajib
Perubahan KM No. 111 2003 Tentang Pedoman Mengenai
Pasal 3 mendapat izin dari bupati/walikota, 2)Permohonan ijin yang
12 Syarat & Tata Cara Perizinan Serta pedoman Kajian
ayat 1,2,3 dimaksudberdasar pada hasil kajian analisis AMDAL,UPL,UKL,
Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air
3)Syarat perizinan pembuangan air limbah harus berdasar ketentuan
UU yang berlaku
KEPMEN LH NO.142/MENLH/2003
kajian yang dimasud dalam pasal 3 ayat 2 : a) jenis
industri/usaha/kegiatan ybs, b)rona lingkungan, c)jumlah limbah yang
Pasal 5 dibuang, d) daya tampung beban pencemaran air

V. PENCEMARAN UDARA

kandungan CO (karbondioksida) dan HC (hidrokarbon) dan ketebalan


asap pada pancaran gas buang a. kendaraan bermotor selain sepeda
motor dengan bahan bakar bensin dengan bilangan aktama >8
KEPMEN LH Pasal 2 ditentukan maksimum 4,5 % untuk CO dan 1200 pon untuk HC b.
1 Ambang Batas Emisi Gas Kendaraan Bermotor
NO.KEP.35/MENLH/10/1993 ayat 1 kendaraan bermotor selain sepeda motr dengan bahan bakar solar
atau diesel dengan bilangan selama >45 ditentukan maksimum
ekivalen 50% besar pada diameter 502 mm atau 206 apaser unsur
ketebalan asap.

Pasal 2 Kandungan CO, HC, dan ketebalan asap diukur pada kondisi
ayat 2 percepatan bebas.
1. Setiap penanggungjawab jenis kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (1) wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
berikut :a. membuat cerobong emisi yang dilengkapi sarana
pendukung dan alat pengaman.b. memasang alat ukur pemantauan
yang meliputi kadar dan laju alir volume untuk setiap cerobong emisi
yang tersedia serta alat ukur arah dan kecepatan angin.c. melakukan
KEPMEN LH pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong
2 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Pasal 7
NO.KEP.13/MENLH/3/1995 emisi.d. menyampaikan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam huruf c kepada Gubernur dengan tembusan kepala
badan sekurang kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan.e. melaporkan
kepada Gubernur serta kepala badan apabila ada kejadian tidak
normal dan 2. Kepala badan menetapkan pedoman teknis pembuatan
unit pengendalian pencemaran udara sebagaimana dimaksud ayat (1)
pasal ini.

Pasal 1 Program langit biru adalah suatu program pengendalian pencemaran


3 KEPMEN LH NO.15/MENLH/4/1996 Program Langit Biru
butir 1 udara dari kegiatan sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.

Program langit biru bagi sumber tidak bergerak dengan melakukan


Pasal 2
penetapan kebijaksanaan teknisi,bimbingan teknisi, pemeriksaan
butir b
pemantauan penataan baku mutu emisi.

Program langit biru bertujuan: a)terciptanya mekanisme kerja dalam


pengendalian pencemaran udara, b)terkendalinya pencemaran
Pasal 3
udara,c)tercapainya kwalitas udara ambien, d) terciptanya sadar
lingkungan

setiap penangungjawab usaha atau kegiatan wajib :a. mentaati baku


tingkat kebisingan yang telah dipersyaratkan.b. memasang alat
pencegahan terjadinya kebisingan c. menyampaikan laporan hasil
KEPMEN LH Pasal 6 pemantauan tingkat kebisingan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
4 Baku Tingkat Kebisingan
NO.KEP.48/MENLH/11/1996 ayat 1 sekali kepada Gubernur, Menteri, instansi yang bertanggungjawab
dibidang pengendalian dampak lingkungan dan instansi teknis yang
membidangi kegiatan yang bersangkutan serta instansi lain yang
dipandang perlu

2. Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dicantumkan


Pasal 6
dalam izin yang relevan untuk mengendalikan tingkat kebisingan dari
ayat 2
setiap usaha atau kegiatan yang bersangkutan.

Bagi usaha atau kegiatan yang beroperasi :a. baku tingkat kebisingan
lebih longgar dari ketentuan dalam keputusan ini, wajib disesuaikan
dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun terhitung sejak
ditetapkan.b. baku tingkat kebisingan lebih ketat dari keputusan ini,
dinyatakan tetap berlaku.Dalam lamp. I baku tingkat kebisingan untuk
industi ditetapkan sebesar 70 dB(a).
Pasal 7

Setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan wajib : a. mentaati


baku tingkat getaran yang telah dipersyaratkan.b. memasang alat
pencegahan terjadinya getaran.c. menyampaikan laporan hasil
KEPMEN LH Pasal 6 pemantauan tingkat getaran sekurang-kurangnya 3(tiga) bulan sekali
5 Baku Tingkat Getaran
NO.KEP.49/MENLH/11/1996 ayat 1 kepada Gubernur, Menteri, instansi yang bertanggung jawab dibidang
pengendalian dampak lingkungan dan instansi teknis yang
membidangi kegiatan yang bersangkutan serta instansi lain yang
dipandang perlu

Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dicantumkan dalam


Pasal 6
izin yang relevan untuk mengendalikan tingkat getaran bagi setiap
ayat 2
usaha atau kegiatan yang bersangkutan.

Bagi usaha atau kegiatan yang beroperasi :a. baku tingkat getaran
lebih longgar dari ketentuan dalam keputusan ini,wajib disesuaikan
dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun terhitung sejak
ditetapkan keputusan ini b. baku tingkat getaran lebih ketat dari
Pasal 7 keputusan ini, dinyatakan tetap berlaku.

Setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan wajib :a. mentaati


baku tingkat kebauan yang telah dipersyaratkan. b. mengendalikan
sumber penyebab bau yang dapat mengganggu kesehatan manusia
KEPMEN LH Pasal 5 dan kenyamanan lingkungan. c. menyampaikan laporan hasil
6 Baku Tingkat Kebauan
NO.KEP.50/MENLH/11/1996 ayat 1 pemantauan tingkat kebauan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali
kepada Gubernur, Menteri, instansi yang bertanggung jawab kepada
Gubernur, dan instansi teknis yang membidangi kegiatan yang
bersangkutan serta instansi lain yang dipandang perlu

Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)dicantumkan dalam


Pasal 5
izin yang relevan untuk mengendalikan pencemaran dan atau perusak
ayat 2
lingkungan bagi setiap usaha atau kegiatan yang bersangkutan.

Bagi usaha atau kegiatan yang beroperasi :a. baku tingkat kebauan
lebih longgar dari ketentuan dalam keputusan ini,wajib disesuaikan
Pasal 6 dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun terhitung sejak
ditetapkan keputusan ini.b. baku tingkat kebauan lebih ketat dari
keputusan ini, dinyatakan tetap berlaku.

Indeks standard pencemar udara adalah angka yg tdk mempunyai


KEPMEN LH Pasal 1 satuanyg menggambarkan kondisi kualitas udara ambien dilokasi &
7 Indeks Standar Pencemar Udara
NO.KEP.45/MENLH/10/1997 butir 1 waktu tertentu yg didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan
manusia, nilai estetika dan mahluk hidup lainnya.
Indeks standar Pencemaran Udara dapat digunakan :a)bahan
informasi kepada masyarakat tentang kwalitas udara ambien dilkasi
Pasal 3 dan waktu tertentu, b)bahan pertimbangan pemerintah pusat dan
daerah dalam melaksanakan pengelolahan dan pengendalian
pencemaran udara

Penyampaian indeks standar pencemar udara kepada masyarakat


wajib memuat informasi : a)waktu pelaporan,b)ketentuan
KEP KA BAPEDAL NO.KEP.107/ Pedoman Teknis Perhitungan & Pelaporan Serta Informasi waktu,c)bagian wilayah/lokasi yang dilaporkan,d)indeks standart
8
KABAPEDAL /11/1997 Indeks Standar Pencemar Udara pencemar udara dr setiap parameter yang diukur,e) indeks pencemar
udara maksimum,f)parameter pencemar kritis,g)katagori indeks
pencemar udara,h)gambar katagori/rentang pencemar udara
Pasal 8

pengendalian pencemaran udara meliputi pengendalian dari usaha


dan/atau kegiatan sumber bergerak,sumber bergerak spesifik sumber
9 Pengendalian Pencemaran Udara bergerak terhadap spesifik yang dilakukan dengan upaya
pengendalian sunmber emisi & atau sumber gangguan yang bertujuan
PP No. 41 1999 Pasal 2 untuk mencegah turunnya mutu udara ambien

Perusahaan bertanggung jawab menetapkan baku tingkat gangguan


sumber terhadap bergerak dan batas kebisingan kendaraan bermotor.
Pasal 10

Kewajiban perusahaan yang mengeluarkan emisi dan/atau gangguan


kendaraan wajib mentaati :a. mentaati baku mutu udara ambient, baku
mutu emisi, baku mutu tingkat gangguan. b. melakukan pencegahan
dan/ataupenanggulangan pencemaran udara yang diakibatkan oleh
usaha dan /atau kegiatan usahanya.c. memberikan informasi yang
benar dan akurat kepada masyarakat dalam rangka upaya
pengendalian pencemaran udara dalam lingkup usaha dan/atau
kegiatannya
Pasal 21
Pasal 22 kewajiban memenuhi persyaratan mutu emisi sesuai dengan yang
ayat 1 ditetapkan dalam izin melakukan usaha
Pasal 23 larangan membuat mutu emisi melampaui ketentuan yang ditetapkan
bagi usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib punya Amdal wajib
Pasal 24 memiliki izin usaha untuk memenuhi baku mutu emisi.
kewajiban melakukan upaya penanggulangan dan pemulihan akibat
Pasal 25 pencemaran udara.
kewajiban memenuhi ambang batas emisi gas buang kendaraan
Pasal 33 bermotor.
Pasal 34
ayat 1 kewajiban uji tipe emisi untuk kendaraan tipe baru.
Pasal 35 kewajiban penyampaian hasil uji emisi tipe kendaraan tipe baru ke
ayat 1 instansi terkait.
Pasal 35 kewajiban mengumumkan angka parameter-parameter polutan hasil
ayat 2 uji tipe emisi kendaraan bermotor tipe baru
Pasal 39 kewajiban mentaati ketentuan baku tingkat ganguan

kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor lama yang


Pasal 40
mengeluarkan kebisingan wajib memenuhi ambang batas kebisingan.

Pasal 41
ayat 1 kendaraan bermotor tipe baru wajib menjalani uji tipe kebisingan.
bagi kendaraan bermotor tipe baru yang dinyatakan lulus uji tipe
Pasal 41
kebisingan sebagaimana dimaksud pd ayat (1) diberi tanda lulus uji
ayat 2
tipe kebisingan.
hasil uji tipe kebisingan kendaraan bermotor tipe baru wajib
Pasal 42
disampaikan kepada kepala instansi yg bertanggung jawab &
ayat 2
penangung jawab usaha dan/atau kegiatan.

Pasal 43 setiap kendaraan bermotor lama wajib menjalani uji kebisingan


ayat 1 berskala sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

kewajiban memenuhi permintaan petugas pengawas (dalam


Pasal 47
melaksanakan tugasnya) sesuai dengan ketentuan peraturan
ayat 2
perundang-undangan yg berlaku.
setiap petugas pengawas wajib memperlihatkan surat tugas dan/atau
Pasal 47
tanda pengenal serta wajib memperhatikan situasi dan kondisi tempat
ayat 3
pengawasan tersebut.

kewajiban 3 :a. mengizinkan pengawas memasuki lingkungan


kerjanya dan membantu terlaksananya tugas pengawasan tersebut. b.
memberikan keterangan yang benar baik secara lisan maupun tertulis
apabila hal itu diminta pengawas. c. memberikan dokumen dan/atau
Pasal 48 data yang diperlukan pengawas. d. mengizinkan pengawas untuk
melakukan pengambilan contoh udara emisi dan/atau contoh udara
ambien dan/atau lainnya yang diperlukan pengawas.e. mengizinkan
pengawas untukmelakukan pengambilan gambar dan/atau melakukan
pemotretan diokasi kerjanya.

kewajiban menyampaikan laporan hasil pemantauan pengendalian


Pasal 50
pencemaran udara yang telah dilakukan kepada instansi yang
ayat 1
bertanggung jawab/instansi terkait lainnya.
segala biaya akibat upaya pengendalian pencemaran udara dan
Pasal 52 sumber tidak bergerak yang dilakukan ditanggung sendiri oleh
penanggung jawab usaha.
kewajiban menanggung biaya penanggulangan pencemaran udara
Pasal 54
serta biaya pemulihannya oleh penanggungjawab usaha yang
ayat 1
diakibatkan dari usahanya
Pasal 54 kewajiban membayar ganti rugi terhadap pihak yang dirugikan akibat
ayat 2 usahanya yang menyebabkan pencemaran udara.
Ancaman pidana terhadap pelanggaran pasal 2 UU No. 27 tahun
Pasal 56 1997 pada pasal (pasal 21, 22 (1), 23,24 (1), 25 (1), 30, 39, 47(2), 48,
ayat 1 & 50 (1). (ancaman pidana tersebut diatur dengan pasal
41,42,43,44,45,46, dan 47).

Ancaman pidana bagi yang melanggar persyaratan ambang batas


Pasal 56
emisi gas buang/ambang batas kebisingan sesuai pasal 67 UU No. 14
ayat 2
tahun 1992 tentang lalulintas.
Pasal 1 Yang dimaksud adalah :batas maksimum zat atau bahan pencemar
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor ayat 1 yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan
10 Type Baru Dan kendaraan Bermotor Yang Sedang bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor yang sedang diproduksi
Diproduksi
KEPMEN LH NO.141/MENLH/2003
Pasal 5 Setiap penanggung jawab dan auat usaha kegiatan produksi
ayat 1 kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor yang sedang
diproduksi wajib melakukan uji emisi gas buang
Pasal 6 Uji emisi ini dilakukan oelh instansi 7yang bertanggung jawab
ayat 1 dibidang lalu lintas dan angkutan jalan
11 PP No. 102 2000 Standarisasi Nasional
Standar ini menguraikan pengukuran kadar debu total di udara tempat
Pengukuran kadar debu total di udara kerja secara gravimetri yang meliputi tahap persiapan, pengambilan
12 contoh, penimbangan dan perhitungan kadar debu total.
Standar Nasional Indonesia tempat kerja
SNI 16-7058-2004
debu adalah partikel padat yang terbentuk karena adanya kekuatan
alami atau mekanik seperti penghalusan (grinding), penghancuran
(crushing), peledakan (blasting), pengayakan (shaking) dan atau
pengeboran (drilling)

debu total debu di udara tempat kerja pada semua ukuran


Pengambilan contoh a) LVS pada point 3.4.1 c) di atas dihubungkan
dengan pompa pengisap udara dengan menggunakan selang silikon
atau teflon.b) LVS diletakkan pada titik pengukuran (di dekat tenaga
kerja terpapar debu) dengan menggunakan tripod kira-kira setinggi
zona pernafasan tenaga kerja (seperti GambarC.1).c) Pompa
pengisap udara dihidupkan dan lakukan pengambilan contoh dengan
kecepatan
laju aliran udara (flowrate) 10 l/menit.d) Lama pengambilan contoh
dapat dilakukan selama beberapa menit hingga satu jam (tergantung
pada kebutuhan, tujuan dan kondisi di lokasi pengukuran).e)
Pengambilan contoh dilakukan minimal 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu
pada awal,pertengahan dan akhir shift kerja.f) Setelah selesai
pengambilan contoh, debu pada bagian luar holder dibersihkan untuk
menghindari kontaminasi.g) Filter dipindahkan dengan menggunakan
pinset ke kaset filter dan dimasukkan ke dalam
desikator selama 24 jam

VI. PENCEMARAN LINGKUNGAN


Lembaga Penyedia Jasa pelayanan Penyelesaian
1
PP No. 54 2000 Lingkungan Hidup Diluar Pengadilan

VII. PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN


1 KEPMEN LH NO.07/MENLH/2001 Pejabat Pengawas LH & Pejabat pengawas LH Daerah
Pedoman Umum Pengawasan Penataan LH Bagi Pejabat
2
KEPMEN LH NO. 56/MENLH/2002 Pengawas
3 KEPMEN LH NO.58/MENLH/2002 Pejabat Pengawas LH Di Prop./ Kab./ Kota
SK JAKPINDUM NO B- Prihal pedoman teknis Yustisial Penanganan Perkara
4
60/E/EJP/01/02 Tindak Pidana Lingkungan Hidup

SKB KEMENTRIAN Penegakan Hukum lingkungan hidup terpadu (SATU ATAP)


5
LH,KEJAKSAAN DAN KEPOLISIAN Men KHLH, Jaksa Agung dan KAPOLRI

Keputusan Menteri Perindustrian No. Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran Dalam melaksanakan kegiatan industri pengusaha diwajibkan untuk
6
12/M/SK/1/78 Lingkungan Sebagai Akibat Dari Usaha Industri mencegah dan menanggulangi terjadinya gangguan dan/atau
Pasal 1 pencemaran terhadap tata lingkungan hidup
X. KETENTUAN LAIN
1 PP No. 26 2002 Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif
2 PP No. 27 2002 Pengelolaan Limbah Radioaktif
3 KP No. 196 1998 Bapedal
4 KP No. 10 2000 BAPEDAL
Tim Koordinasi Penanggulangan Pertambangan Tanpa
Izin, Penyalahgunaan bahan Bakar Minyak Serta
5
perusakan Instalasi Ketenagalistrikan & Pencurian Aliran
KP No. 25 2001 Listrik
6 KEP 03/MENLH/1/ 1997 Baku Mutu Limbah Cair Bagi kawasan Industri
7 UU No. 27 2003 Panas Bumi
8 UU No. 7 2004 Sumber Daya Air
Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang berlaku
9
PP No. 40 2003 Pada Kantor Meneg LH
Perubahan Atas KEPRES No 123 2001 Tentang Tim
10
KP No. 83 2003 Koordinasi Pengelolaan SD Air
11 KM No. 57 2002 Pejabat Pengawas LH Di Kementrian LH
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam
12
KM No. 127 2002 Pengelolaan Lingkungan
Tim Teknis Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam
13
KM No. 129 2002 Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pedoman Pengaduan Kasus Pencemaran &/ Perusakan
14
KM No. 19 2004 Lingkungan Hidup
Pendelegasian Kewenangan Untuk Menandatangani Surat
15
KM No. 49 2004 keputusan KA ANDAL
Pasal 3
Memeriksa kadar parameter baku mutu limbah cair sebagaimana
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di Jawa ayat 5
16 tersebut dalamlampiran keputusan ini sekurang-kurangnya 1 x dalam
Barat sebulan atas biaya perusahaan pada laboratorium rujukan yang
SK Gub No. 6 1999 ditetapkan berdasarkan keputusan gubernur
Tentang Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian
17
SK Gub No. 3 2004 Pencemaran Air
Peruntukan Air & Baku Mutu Air Pada Sumber Air Di
18
SK GUB No. 38 1991 JABAR
Pasal 1 Izin adalah pembuangan limbah cair yang sudah diolah terlebih
19 Retribusi Ijin Pengelolaan dan Pembuangan limbah cair
Perda Karawang 17/2001 butir g dahulu sehingga sesuai dengan batas mutu yang ditetapkan
Pasal 1 Retribusi adalah reribusi ijin pembuangan limbah cair kedalam badan
butir h sungan yang dibuangf dan kaar parameter yang telah ditetapkan

Pasal 1 Limbah cair adalah setiap limbah cair hasil samping kegiatan ekonomi
butir I atau proses produksi atas permukiman yang masuk atau dmasukkan
ke dalam badan sungai dalam jumlah atau kandungan dan cara
tertentu ynag tidak menyebabkan perubahan kwalitas sumbaer air

Pasal 2 Pengendalian pembuangan limbah cair dimaksudkan sebagai upaya


ayat 1 mencegah penanggulangan,pencemaran dan atau pemulihan kwalitas
air pada sumber air
Pasal 2 Pengendalian pembuangan limbah cair kesumber air bertujuan agar
ayat 2 air yang ada pada sumber air dapat dipergunakan/dimanfaatkan
secara berkelanjutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia
serta melindungi flora dan fauna serta mikro organisme yang
bermanfaat yang terdapat dalam air

Pasal 5 Setiap kegiatan pengelolahan dan pembuangan limbah cair wajib


ayat 1 memiliki ijin dari bupati
Pasal 5 Ijin yang dimaksud dalam pasal ini adalah diberikan atas nama
ayat 4 pemohon untuk setiap titik atau lokasi pembuangan limbah cair
kebadan sungai

SK Bupati Karawang No 93 SK bupati krawang untuk petunjuk pelaksanaan dari SK perda


Juklak Perda No 17/2001 karawang 17/2001
tahun2001
Estate Regulation No.063/ER-
20 Peraturan kawasan Industri KIIC
KIIC/ED-04/VIII/2000 Standart air buangan BOD max 300 mg/l COD : max 500 mg/l
21 Noise max 85 dBA
22 PERDA KAB BEK. No. 12 2001 Pengelolaan Air Bawah Tanah
Pasal 2
23 Izin Pembuangan Limbah Cair
PERDA KAB BEK No. 11 2002 ayat 1 Setiap kegiatan pembuangan limbah cair harus ada ijin
Pasal 2 Ijin yang dimaksud dalam pasal 2 ayat 1harus memenuhi syarat: a,
ayat 2 memiliki ijin lokasi, b. memiliki rekomendasi teknis, c. Pembuangan
limbah cair harus memenuhi baku mutu limbah cair, d. Pembuangan
limbah cair harus melalui saluran pembuangan yang dilengkapi
ukuran debit air

pasal 3 ijin yang dimaksud dalam pasal 2 tersebut dikeluarkan oleh dinas atas
ayati nama bupati didasarkan hasil kajian AMDAL atau UPL/UKL
24 Montreal Protocol Penipisan Lapisan Ozon
25 KYOTO Protocol Emisi
26 UU No. 23 1992 Tentang Kesehatan

27 Tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan


Permenkes No 718 1987
28 Permenkes No 416 1990 Tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
Keputusan Bupati Bekasi No Tentang pembentukan tim pemberi tanggapan dokumen
29
660.1/kep 123 2001 ukl/upl

UU : Undang Undang
PP : Peraturan Pemerintah
KEPRES : Keputusan Presiden
KEPMEN LH : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
KEPMENAKER : Keputusan Menteri Tenaga Kerja
PERDA : Peraturan Daerah
SK : Surat Keputusan
JAKPINDUM : Jaksa Muda Tindak Pidana Umum
MENKES : Menteri Kesehatan
Issued By : Approve By:

Title :

DEPARTEMEN
PRD SMK PDQA MTC WH Catatan

Aturan keselamatan dan


x x x x x kesehatan kerja bagi
Perusahaan

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x

Aturan Pemerintah tentang SMK 3

x x x x x

x x x x x
Keputusan Menaker untuk
x x x x
audit SMK3

Sidak pelaksanaan K3 di perusahaan

Penunjukan jasa K3 oleh Disnaker

Instruksi kepada
KaKandepnaker seluruh
x Indonesia untuk melakukan
pengawasan kegiatan
konstruksi bangunan

Hak bagi pekerja atas jaminan


x x x x x
kesehatan kerja

x x x x x

x x x x x

Kewajiban keikutsertaan
Jamsostek

x x x x x

Penggantian biaya
x x x x x
pengobatan/perawatan

Pelaporan kejadian
kecelakaan oleh perusahaan
kepada Disnaker setempat

Perintah kepada DISNAKER


dalam pemeriksaan kecelakan
mengacu kepada UU

Penunjukan badan audit oleh


x x x x x
Pemerintah

Pelaksanaan pengelolaan
x x x x x
Lingkungan Hidup

x x x x x
x x x

x x x x

x x x x

x x x x x

Ketentuan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Obsolete)

Adanya pembuatan UPL/UKL (Obsolete)

Dianjurkan untuk dilaksanakan


(Obsolete)

x x x x

Komisi Aparatur Negara

Studi Lingkungan oleh


Aparatur Negara

Obsolete

x x x x x

Tidak Termasuk Kategori Perlu AMDAL

Kajian dan Analisis Tugas pemerintah

x x x x x
Tak termasuk Wajib Amdal
Untuk Aparatur Pemerintah

x x

Tidak wajib Amdal

x x x x

Tidak Membangun dilahan Basah

x x x x x
Aparatur Negara

x x x x x

Aparatur Negara

x x x x x
Tidak Termasuk Kategori Perlu AMDAL

x x x x x

x x

Internal Audit

x x x x x

x x x x x
x x x x x
Tidak wajib Amdal

Tidak wajib Amdal

UKL UPL

Acuan Kegiatan Uji Emisi Ke Luar

Upaya kegiatan Industri untuk


menekan limbah B3 (Obsolete)

Upaya penyempurnaan
pengolahan limbah B3
(Obsolete)

x x x x x
Perolehan ijin oleh Bapedal

x x x x x

x x x x x
Pengujian Limbah B3

x x x x x

x x x x x

x x x x x

Dok Disposal

x x x x x

x x x x x
Ketentuan Pengolahan

x x x x x
x x x x x

x x x x x

x x x x x

Penimbunan Sementara

Pembedaan karekteristik
x x x x x
diberikan simbol

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x

Waste Management

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x

Kegiatan pemerintah
x x x x x
Sukarela

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x

x x x x x

x x x

x x

x x x

x x x x x -

x x x x x

Kasifikasi, EHS, Emergency Respons

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x x x
x x x x

x x x x x

x x x x x

x x x

x x x
Tidak Mengelola Minyak Bumi

Tak ada Limbah cair

Tak ada Limbah cair

Tidak termasuk

Tidak termasuk

Sebagai Pedoman

Tak Menghasilkan Limbah Cair

Pemantauan Kualitas Air Terutama Pengambilan Sample


Tugas Pemerintah

Tidak Ada Limbah Cair

Kegiatan Pemerintah

Tidak Melakukan Kegiatan Ini

Tidak Menghasilkan Limbah Cair

Uji Emisi
Tidak ada Emisi

Tugas Pemerintah

< 70 DB

Tugas Pemerintah
Tugas Pejabat Pemerintah

Penggunan Solvent, Ink, MEK dll


Bukan Industri Automotive

Hanya Jika Ada Sengketa

Aparatur Negara

Aparatur Negara
Aparatur Negara

Dokumen

Dokumen

Tak Ada Kegiatan


Tak Ada Limbah Radioaktif
Organisasi Bapedal
Hanya Organisasi

Aparatur Pemerintah
Tidak Menghasilkan Limbah Cair
Tak Ada Kegiatan Ini
Instalasi Air
-

Aparatur Negara
Aparatur Negara

Sukarela

Aparatur Negara

Pengaduan Kasus Oleh Pihak Lain

Tugas Pemerintah

Tak Menghasilkan Limbah Cair

Pengujian Kualitas Air

Perizinan & Retribusi Sumur Bor

Tidak Membuang Limbah Cair

AC Split (CFC)
PERATURAN PERUNDANGAN Issued By :
TENTANG LINGKUNGAN HIDUP
DAN
KESESUAIANNYA DENGAN KONDISI USAHA Title :
Pasal Isi Ketentuan
No No Peraturan Judul ayat DEPARTEMEN

HR-GA PRD SMK


HYGIENE PERUSAHAAN
Syarat kebersihan,kesehatan serta penerangan dalam tempat Pasal 2 Syarat-syarat bangunan perusahaan : menghindarkan dari bahaya
kerja kecelakaan kerja dan kebakaran,menghindarkan bahaya keracunan,
penularan penyakit akibat kerja, memajukan kebersihan, mendapat
penerangan yang khusus, mendapat suhu udara yang layak, menghindari
ganguan debu, gas, uap dan bau yang tidak menyenangkan.

1 Peraturan Menteri Perburuhan No. 7/1964 x x


Pasal 3 Halaman dan jalan harus bersih, saluran air harus cukup dan bersih/tertutup,
tersedia tempat sampah. x
Pasal 4 Gedung dan tangga harus kuat, lantai, dinding, atap harus bersih x x x
Pasal 5 Syarat-syarat dan ukuran tempat kerja.
Pasal 6 Tersedia kakus yang cukup untuk 1-15 orang = 1 toilet untuk 16-30 orang = 2
toilet untuk 31-45 orang = 3 toilet untuk 46-60 orang = 4 toilet untuk 61-80
orang = 5 toilet untuk 81-100 orang = 6 toilet x x x
Pasal 7 Tersedia tempat untuk mandi, mencuci yang cukup pakaian kerja, tempat
ganti pakaian, locker x
Pasal 8 Syarat tempat makan / kantin, air untuk minum dan tenaga pelayanannya.
x
Pasal 9 tempat duduk harus cukup dan ergonomis. x x x
Pasal 10 Jarak antar bangunan tidak menghalangi masuknya cahaya matahari x x
Pasal 11 Syarat-syarat untuk masuknya cahaya matahari. x x
Pasal 12 Syarat penerangan tambahan. x x
Pasal 13 Penyediaan penerangan darurat ditempat kerja yang digunakan waktu
malam hari.digunakan waktu malam hari. x
Pasal 14 Syarat penerangan ditempat kerja : 5 lux (0,5 ft Candles) : Penerangan
darurat 20 lux (2 ft Candles) : Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan
dalam lingkungan 50 lux (5 ft Candles) :Penerangan yang cukup untuk
pekerjaan,-pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar.100 lux (10 ft
Candles) : Penerangan yang cukup untuk pekerjaan, Pekerjaan yang
membedakan barang-barang kecil untuk sepintas lalu 200 lux (20 ft Candles)
: Penerangan yang cukup untuk pekerjaan pekerjaan yang membedakan
barang-barang yang kecil agak teliti-300 lux (30 ft Candles) : Penerangan
yang cukup untuk Pekerja 500-1000 lux (50-100 ft Candles) : Penerangan
yang cukup untuk pekerjaan,>1000 lux (100 ft Candles) :Penerangan yang
cukup untuk pekerjaan membedakan

x x x
2 UU No. 3/1969 Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor Syarat-syarat bangunan yg digunakan oleh tenaga kerja : x x x

Pasal 7 Semua bangunan dipelihara dan dijaga kebersihannya. x x x


Pasal 8 Semua bangunan memiliki ventilasi yang cukup. x x x
Pasal 9 Semua bangunan mendapat penerangan yang cukup. x x x
Pasal 10 Suhu yang nyaman dipertahankan dalam tempat kerja. x x x
Pasal 11 Tempat kerja/tempat duduk disusun secara ergonomis. x x x
Pasal 12 Kebutuhan air minim yang sehat tercukupi. x x x
Pasal 13 Perlengkapan untuk mencuci dan saniter yang cukup. x x x
Pasal 14 Tempat duduk yang cukup. x x x
Pasal 15 Fasilitas untuk mengganti, menyimpan pakaian (locker). x x x
Pasal 16 Bangunan yang tidak berjendela dimana sering di lakukan pekerjaan harus
memenuhi standar hygiene. x x x
Pasal 17 Perlindungan tenaga kerja dari proses, bahan dan teknik yang berbahaya x x x
Pasal 18 Perlindungan dari kebisingan dan getaran-getaran yang berbeda. x x x
Pasal 19 sarana P3k dan pelatihannya. x x x
Pengadaan tempat makan untuk karyawan 50-200 dan pengadaan kantin
3 S E Menaker No. SE. 01 /Men/1979 Pengadaan kantin dan ruang makan diperusahaan ( jumlah karyawan lebih dari 200 orang ). x x
Perusahaan catering yang mengolah makanan bagi tenaga Perusahaan harus mengetahui persyaratan dari perusahaan Catering harus
4 SE Menaker No. SE. 86 /BW/1989 kerja mendapat rekomendasi dari Depnaker atau tidak. x
Peningkatan,pengawasan dan penertiban terhadap kantin Peningkatan pengawasan dan penertiban terhadap kantin dan toilet
5 Instruksi Menteri No. ins. 01/Men/1998 dan toilet diperusahaan perusahaan x
Pengawasan Kepala Kanwil Depnaker terhadap Pengelolaan makanan
6 Instruksi Menteri No. ins. 03/M/BW/1999 Pengawasan terhadap pengelolahan makanan ditempat kerja ditempat kerja pada perusahaan di wilayah kerjanya masing-masing. x x
KESEHATAN KERJA
Pasal 23 Penyelenggaraan usaha kesehatan ditempat kerja ( pelayanan kesehatan,
7 UU No. 23/1992 . Kesehatan pencegahan kecelakaan kerja dan syarat kesehatan kerja x
Pasal 2 Jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja yang menderita penyakit akibat
kerja baik pada saat masih ada hubungan kerja maupun setelah hubungan
kerja ( perusahaan wajib mengetahui penyakit penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan)
8 Keppres No. 22/1993 Penyakit yang timbul karna hubungan kerja x x
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam rangka Pasal 2 Melakukan pemeriksaan sebelum kerja.
9 Permenaker No. Per. 02/Men/1980 penyelenggaraan keselamatan kerja ayat 1 x
Pasal 3 Melakukan pemeriksaan kesehatan.
ayat 1 x x x
Pasal 3 Pemeriksaan kesehatan berkala sekurang-kurang nya 1 tahun sekali
ayat 2 x x x
Pasal 3 Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja meliputi :pemeriksaan fisik lengkap,
ayat 3 kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan laboratorium rutin, serta
pemeriksaan x x x
Pasal 3 Pedoman pemeriksaan kesehatan berkala.
ayat 4 x
Pasal 4 Melapor kepada Dirjen bina lindung tenaga kerja bila dalam pemeriksaan
berkala ditemukan penyakit akibat kerja. x
Pasal 5 Melakukan Pemeriksaan kesehatan khusus. x
Pasal 6 Membuat perencanaan pemeriksaan kesehatan.
ayat 1 x
Pasal 6 Melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan kepada Dirjen bina lindung tenaga
ayat 2 kerja melalui Kanwil Ditjen bina lindung tenaga kerja x
Pasal 2 Melaporkan penyakit akibat kerja secara tertulis kepada kantor direktur
10 Permenaker No. Per.01/Men/1981 Kewajiban melapor penyakit akibat kerja jenderal pembinaan hubungan perburuhan dan perlindungan tenaga kerja x
Pasal 3 Pelaporan penyakit akibat kerja paling lama 2x24 jam setelah didiagnosa x
Pasal 4 Melakukan tindakan preventif terhadap penyakit akibat kerja,menyediakan
APD untuk mencegah penyakit akibat kerja. x x x
Pasal 5 Kewajiban dan hak tenaga kerja dalam pencegahan penyakit akibat kerja x x x
11 Permenaker No. Per.03/Men/1982 Pelayanan kesehatan tenaga kerja Pasal 2 Tugas pokok pelayanan kesehatan. x
Pasal 2 Melaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja ( pasal 2 ).
ayat 1 x
Pasal 2 Pembinaan dan pengawasan penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
ayat 2 x
Pasal 2 Pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja.
ayat 3 x x x
Pasal 2 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan saniter.
ayat 4 x x
Pasal 2 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan tenaga kerja
ayat 5 x
Pasal 2 Pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat kerja
ayat 6 x x x
Pasal 2 P3K
ayat 7 x x x
Pasal 2 Pendidikan kesehatan dan pelatihan-pelatihan P3K ( pasal 2 ).
ayat 8 x x x
Pasal 2 Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat
ayat 9 kerja,APD serta penyelenggaran makanan ditempat kerja x x
Pasal 2 Rehabilitasi akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja
ayat 10 x
Pasal 2 Pembinaan dan pengawasan pada tenaga kerja yg memiliki kelainan dalam
ayat 11 kesehatannya. x x
Pasal 2 Memberikan laporan secara berkala tentang pelayanan kesehatan
ayat 12 x
Pasal 3 Hak tenaga kerja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
ayat 1 x x x
Pasal 3 Pengurus wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan
ayat 2 yang berlaku x
Pasal 4 Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan sendiri oleh pengurus
ayat 1a x
Pasal 4 Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bekerjasama dengan dokter atau
ayat 1b pelayanan kesehatan lainnya. x
Pasal 4 kerjasama dengan perusahaan lain dalam menyelenggarakan pelayanan
ayat 1c kesehatan x
Pasal 4 Direktur mengesahkan cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
ayat 2 x
Pasal 5 Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dipimpin oleh dokter. x
Pasal 6 Pengurus memberikan kebebasan profesional kepada dokter yang
ayat 1 menjalankan pelayanan kesehatan. x
Pasal 6 Dokter dan tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
ayat 2 bebas x
Pasal Pengurus wajib melaporkan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
7ayat 1 x
Pasal 7 Tata cara pelaporan.
ayat 2 x
Penyelenggraan pemeliharaan kesehatan bagi tenga kerja Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dengan
dengan manfaat lebih baik dari peket jaminan pemeliharaan manfaat lebih baik dari paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar
12 Permenaker No. Per. 01/Men/1998 kesehatan dasar Jamsostek jaminan sosial tenaga kerja. x
Kepmenaker No. Pedoman diagnosis dan penilaian cacat karna kecelakaan Pedoman diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan kerja dan
13 Kep.79/Kepmenaker/2003 kerja dan penyakit akibat kerja penyakit akibat kerja. x
Kepmen No. Kep. 147/Men/1989 tentang Pasal 3 Pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi program jaminan sosial tenaga
14 pemanfaatan Pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi program jamsostek kerja, perusahaan yang mengikuti program jamsostek harus x x x
Pasal 4 Dalam hal perusahaan wajib mengikuti program pemeliharaan Jamsostek,
maka pelayanan kesehatan kerja yang ada dimanfaatkan sebagai pelaksana
pelayanan kesehatan Jaminan sosial tenaga kerja x
Pasal 5 Pelayanan kesehatan tenaga kerja. x
Pasal 5 Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
ayat 1 x x x
Pasal 5 Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
ayat 2 kerja x
Pasal 5 pembinaan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
ayat 3 x x x
Pasal 5 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan sanitair.
ayat 4 x x x
Pasal 5 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan kerja.
ayat 5 x
Pasal 5 Pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat kerja
ayat 6 x x x
Pasal 5 P3K
ayat 7 x x x
Pasal 5 Pendidikan kesehatan dan pelatihan-pelatihan P3K ( pasal 2 ).
ayat 8 x x x
Pasal 5 Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat
ayat 9 kerja,APD serta penyelenggaran makanan ditempat kerja x x
Pasal 5 Rehabilitasi akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja
ayat 10 x
Pasal 5 Pembinaan dan pengawasan pada tenaga kerja yangg memiliki kelainan
ayat 11 dalam kesehatannya. x
Pasal 5 Memberikan laporan secara berkala tentang pelayanan kesehatan
ayat 12 x
Pasal 6 Pembiayaan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan (pasal 5) menjadi
tanggung jawab perusahaan. x
Pasal 2 Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan dan penyakit akibat
15 Permenaker No. Per. 01/Men/1998 Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan kerja,kebakaran, dan peledakan. x
Pasal 3 Kewajiban melaporkan kecelakaan berlaku bagi perusahaan yang telah dan
yang belum mengikutsertakan tenaga kerja dalam program jamsostek.
x
Pasal 4 Pelaporan kecelakaan kepada kepala kantor Depnaker dalam waktu tidak
lebih dari 2x24 jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan. x
Pasal 5 Tata cara pelaporan kecelakaan. x
Pasal 6 Pemeriksaan kecelakaan. x x x
UU No. 3/1992 tentang jaminan sosial Pasal 3 Penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja.
16 tenaga kerja. ayat 1 x
Pasal 3 setiap tenaga kerja berhak terhadap jamsostek.
ayat 2 x x x
Pasal 4 Jamsostek wajib dilaksanakan setiap perusahaan x
Pasal 1 setiap perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter
perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang hiperkes dan KK
17 Permenaker No. Per. 01/Men/1976 Kewajiban latihan hiperkes bagi dokter perusahaan. x
Pasal 1 Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga paramedis di wajbkan
Kewajiban latihan higiene Perusahaan, K3 bagi Tenaga Para untuk mengirimkan setiap tenaga kerja tersebut untuk mendapatkan latihan
18 Permenaker No. Per. 01/Men/1979 medis perusahaan. dalam bidang hiperkes dan K3. x
Melakukan pemeriksaan hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan
Pengujian hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan tenaga perusahaan dianjurkan untuk tidak memakai pengujian serum HbsAg
19 S E Dirjen Binawas No. SE. 07/BW/1997 kerja. sebagai alat seleksi pada pemeriksaan awal maupun berkala. x
KEBAKARAN
Syarakat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat Pasal 2 Penggolongan kebakaran dan jenis pemadam.
20 Permenaker No. Per. 04/Men/1980 pemadaman api ringan. x x
Pasal 3 APAR harus selalu diisi sesuai dengan jenis dan konstruksinya. x x
Pasal 4 Syarat pemasangan APAR. x x
Pasal 5 APAR cacat tidak boleh digunakan. x x
Pasal 6 Syarat pemasangan APAR.
pasal 10
Pasal 11 Pemeriksaan APAR secara periodik.
Pasal 12 Pemeriksaan APAR secara periodik setiap 6 bulan.
Pasal 13 Pemeriksaan APAR secara periodik setiap 12 bulan.
Pasal 14 Petunjuk pemakaian APAR. x x x
Pasal 15 Percobaan APAR secara berkala setiap 5 tahun sekali ( uji tekanan). x x x
Pasal 16 Percobaan untuk APAR jenis CO2 ( uji tekan )
Pasal 17 Pencatatan pelaksanaan percobaan APAR ( uji tekan ).
Pasal 18 Pengisian APAR.
pasal 23
Pasal 24 Pengurus bertanggung jawab dilaksanakannya peraturan ini.
Instansi alarm kebakaran otomatik adalah sistem atau rangkaian alarm
kebakaran yang menggunakan detektor panas, detektor asap,detektor nyala
api dan titik panggil secara manual serta perlengkapan lainnya yang
dipasang pada sistem alarm kebakaran.
21 Permenaker No. Per. 02/Men/1983 instalasi kebakaran otomatik.
Syarat pemasangan instalasi penangkal petir, pemeriksaan dan
22 Permenaker No. Per. 02/Men/1989 pengawasan instalasi penyalur petir. pengujiannya.
Pasal 2 Pengurus wajib mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
23 Kepmen No. Kep. 186/Men/1999 unit penanggulangan kebakaran ditempat kerja. pasal 1
Pasal 2 Upaya mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran meliputi
ayat 2
Pasal 2 Pengendalian setiap bentuk energi.
ayat 2a
Pasal 2 Penyedian sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan evakuasi.
ayat 2b
Pasal 2 Pengendalian penyebaran panas, asap dan gas.
ayat 2c
Pasal 2 Pembentukan unit kebakaran ditempat kerja.
ayat 2d
Pasal 2 Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara
ayat 2e berkala
Pasal 2 Memiliki buku rencana penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
ayat 2f
Pasal 2 Upaya mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran seperti pada
ayat 3 pasal 2 ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundangan
yang berlaku.
Pasal 2 Buku perencanaan penanggulangan kebakaran memuat antara lain :
ayat 4
Pasal 2 Informasi sumber potensi bahaya kebakaran dan cara penanggulangannya
ayat 4 a
Pasal 2 Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana kebakaran ditempat kerja
ayat 4b
Pasal 2 Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan kebakaran
ayat 4c
Pasal 2 Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat kebakaran.
ayat 4d
Pasal 3 Membentuk unit penanggulangan kebakaran.
Pasal 4 Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran.
Pasal 5 Syarat unut penanggulangan kebakaran.
Pasal 5 Petugas peran kebakaran.
ayat 1
Pasal 5 Regu penanggulangan kebakaran.
ayat 2
Pasal 5 Koordinator unit penanggulangan kebakaran.
ayat 3
Pasal 5 Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran.
ayat 4
Pasal 6 Petugas peran kebakaran sekurang-kurangnya 2 orang untuk setiap jumlah
ayat 1 25 orang tenaga kerja.
Pasal 6 Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan
ayat 2 kebakaran ditetapkan untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran
ringan dan sedang atau setiap tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran
sedang II, sedang III, berat.

Pasal 6 Koordinator unit penanggulangan kebakaran.


ayat 3
Pasal 6 Tempat kerja dengan resiko bahaya kebakaran ringan dan sedangkan
ayat 3a sekurang-kurangnya 1 orang setiap jumlah tenaga kerja 100 orang.
Pasal 6 Tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang III dan
pasal 3b berat , sekurang-kurangnya 1 orang untuk setiap unit kerja.
Pasal 7 Syarat dan tugas petugas peran kebakaran.
Pasal 8 Syarat dan tugas regu penanggulangan kebakaran .
Pasal 9 Syarat dan tugas koordinator unit penanggulangan kebakaran.
Pasal 10 syarat, tugas dan wewenang ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran
Tindakan pencegahan agar tidak terjadi kebakaran dengan cara
mengeliminir atau mengendalikan berbagai bentuk perwujudan energi yang
digunakan hendaknya diprioritaskan pada masalah yang menonjol dalam
statistik penyebab kebakaran.
24 Instruksi Menteri No. Ins. 11/M/BW/1997 Pengawasan khusus K3 penanggulangan kebakaran
Tindakan dalam rangka upaya mengurangi tingkat keparahan resiko
kerugian yang terjadi maupun jatuhnya korban jiwa, dengan cara
melokalisasi/kompetementasi agar api asap dan gas tidak mudah meluas
kebagian yang lain.

Penyediaan alat atau instansi proteksi kebakaran seperti sistem deteksi atau
alarm kebakaran dan alat pemadam api ringan, hydrant sprinkler atau
instalasi khusus yang handal dan mandiri melalui sprinkler atau instalasi
khusus yang handal dan mandiri melalui standart

Tersedianya jalan keluar untuk menyelamatkan diri yang aman, lancar dan
memadai sesuai jumlah orang dan bentuk konstruksi
bangunan.Terbentuknya organisasi tanggap darurat untuk menanggulangi
bila terjadi bahaya kebakaran.

Panduan pemasangan instalas hidrant untuk pencegahan Tata cara pemasangan instalasi hidrant untuk kebakaran dirumah dan
dan penanggulangan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
25 SKBI 3462-1987 DPU rumah dan gedung
BEJANA TEKAN,ALAT ANGKAT-ANGKUT,PESAWAT UAP & PRODUKSI
Bejana tekananadalah bejana selain pesawat uap didalamnya terdapat
tekanan yang melebihi dari tekanan luar dan dipakai untuk menampung
gas/campuran gas termasuk udara, baik ditempa menjadi cair dalam
keadaan larut atau beku.
26 Permenaker No. Per. 01/Men/1982 Bejana Tekan (compresor)
Peraturan ini berlaku untuk perencanaan, pembuatan, pengangkutan
,peredaran, perdagangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bejana tekanan.
Untuk bejana-bejana harus sertifikasi asli dari bahan konstruksi dari bahan
yang tidak memihak dan diakui.
Bejana-bejana tekanan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam dasar-dasar perhitungan kekuatan konstruksi bejana tekanan yang
ditetapkan.
Pesawat tenaga dan produksi harus diperiksa dan diuji sebelum dipakai,
setelah itu dilakukan pengujian 5 tahun sekali, pemeriksaan berkala 1 tahun
27 Permenaker No. Per. 04/Men/1985 Pesawat tenaga dan produksi sekali oleh pegawai pwngawasan atau ahli K3 ( pasal 135)
Pesawat angkat dan angkut harus diperiksa dan diuji sebelum dipakai
setelah 2 tahun dilakukan pemeriksaan dan pengujian berkala 1 tahun sekali
28 Permenaker No. Per. 05/Men/1985 Pesawat angkat dan angkut oleh pegawai pengawas atau ahli K3 ( pasal 138 ).
29 Permenaker No. Per. 01/Men/1989 Klasifikasi dan syarat-syarat operasi keran angkat Pasal 3 Kwalifikasi operator terdiri dari 3 : operator kelas I, II, dan III.
Pasal 4 Syarat operator kelas I : minimal SLTA, pengalaman dan keran angkat
ayat 1 minimal 5 tahun untuk kapasitas 50 ton, berkelakuan baik dari
polisi,berbadan sehat dari dokter, umur minimal 23 tahun, lulus paket A1,A2
+ A3, lulus ujian dari depnaker.

Pasal 4 Syarat operator kelas II : minimal SLTP, pengalaman dalam keran angkat
ayat 2 minimal 3 tahun untuk kapasitas 25-50 ton, berkelakuan baik dari polisi,
berbadan sehat dari dokter, umur minimal 21 tahun, lulus paket A1 + A2,
lulus ujian dari depnaker.

Pasal 4 Syarat operator kelas III : minimal SLTP, pengalaman dalam keranangkat
ayat 3 minimal 3 tahun untuk kapasitas 25 ton, berkelakuan baik dari polisi,
berbadan sehat dari dokter, umur minimal 20 tahun, luluspaket A1 , lulus
ujian dari depnaker.

Pasal 6 Sertifikat operator diterbitkan oleh Menteri atau pejabat yang bersangkutan
dinyatakan lulus.
UMUM
Pasal 5 Tiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk
30 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenaga kerjaan memperoleh pekerjaan.
Pasal 11 setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan atau meningkatkan dan
atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat,minat, dan
kemampuannya.
Pasal 12 Pengusaha bertanggung jawab atas peningkatan dan atau pengembangan
ayat 1 kompetensi pekerjanya melalui pelatihan kerja.
Pasal 31 Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
memiliki, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh
penghasilan yang layakdi dalam dan luar negeri.
Pasal 86 Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :a.
ayat 1 keselamatan dan kesehatan kerja.b. moral dan kesusilaan.c. perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama
Pasal 86 Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
pasal 2 produktifitas kerja
Pasal 86 Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilaksanakan
ayat 3 sesuai ketentuan
Pasal 87 Setiap perusahaan wajib menempatkan SMK3 yang terintegrasi dengan
ayat 1 sistem manajemen perusahaan.
Pasal 87 Ketentuan penerapan SMK3 diatur dengan undang-undang.
ayat 2
Pasal 104 Setiap pekerja berhak membantu serikat buruh.
ayat 1
Pasal 3 Persyaratan untuk ditunjuk sebagai ahli K3 :a. mempunyai keahlian
Persyaratan penunjukkan dan wewenang serta kewajiban ayat 2 khusus.b. Telah mengikuti pendidikan oleh depnaker transkop.c. mengetahui
31 Permenaker No. Per. 03/Men/1978 pegawai pengawasan K3 dan ahli K3. ketentuan-ketentuan peraturan perundangan
Pasal 5 Wewenang ahli K3 :a. memasuki tempat-tempat tertentu sesuai surat
ayat 1 pengangkatannya dan tempat kerja lain b. Meminta keterangan baik tertulis
maupun lisan kepada pengusaha,pengurus c. Memerintahkan agar
pengusaha, pengurus dan tenaga kerja melaksanakan d. Mengawasi
langsung terhadap ditaatinya UU K3 dan peraturan pelaksanaannya e.
memerintahkan kepada pengusaha dan pengurus untuk merubah atau e.
memerintahkan kepada pengusaha dan pengurus untuk merubah atau f.
Melarang penggunaan pesawat-pesawat maupun proses yang
membahayakan

Pasal 5 Kewajiban ahli K3 :a. mengadakan pemeriksaan tempat kerja. b. Menelah


ayat 2 dan memeriksa kelengkapan syarat K3 ditempat kerja. c. Memberikan
laporan terhadap segala kegiatan yang diwajibkan kepada direktur. d.
Memberikan petunjuk dan penerangan kepada pengusaha, pengurus, dan
tenaga kerja e. Merahasiakan segala rahasia perusahaan sesuai dengan
jabatan tugasnya
Pasal 3 Juru las dianggap terampil bila memiliki sertifikat juru las.
32 Permenaker No. Per. 02/Men/1982 Klasifikasi juru las ayat 1
Pasal 3 Juru las dianggap tidak terampil bila 6 bulan terus menerus tidak bekerja
ayat 2
Pasal 4 Syarat-syarat juru las : berbadan sehat sesuai surat keterangan dokter
ayat 1
Pasal 4 Direktur dapat merubah syarat-syarat diatas.
ayat 2
Pasal 8 Ujian las dibagi 2 : ujian tulis dan praktek.
Pasal 13 Syarat lulus ujian adalah dari : sifat tampak, radiografis, makroskopis, dan
sifat
Pasal 29 Bagi juru las yang lulus ujian diberikan sertifikat dan buku kerja las.
ayat 1
Pasal 29 Sertifikat dikeluarkan oleh direktur.
ayat 2
Pasal 31 Setiap 3 bulan sekali pengurus atau juru las menunjukkan buku kerja las

Pasal 33 Pelanggaran peraturan menteri ini apabila tidak ditaati dapat dikenakan
sanksi
Pasal 2 Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 100 orang wajib
33 Permenaker No. Per. 04/Men/1987 Panitya P2K3 membentuk P2K3
Pasal 3 Susunan P2K3
Pasal 4 Tugas dan fungsi P2K3.
Pasal 5 Perusahaan wajib mengangkat ahli K3 ( bersertifikat dari depnaker ).
Pasal 6 Permohon penunjukkan ahli K3.
Pasal 12 P2K3 harus melaporkan kegiatannya sekurang-kurangnya 3 bulan sekali
kepada instansi terkait
Pasal 2 Perencanaan, pemasangan, penggunaan, pemeriksaan dan pengujian
ayat 1 instalasi listrik ditempat kerja harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan dalam SNI. 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum
Pemberlakuan SNI nomor SNI-04-0225-200 mengenai PUIL
instalasi listrik 200 ( PUIL 2000 ) ditempat kerja.
34 Kepmenakertrans No. Kep 75/Men/2002 2000 ditempat kerja.
Pasal 2 kewajiban mentaati SNI No. 04-0225-2000 mengenai PUIL 2000.
ayat 2
Pasal 3 Kewajiban penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
35 Permenaker No. Per. 05/Men/1996 SMK3
Pasal 4 Kewajiban perusahaan dalam penerapan SMK3.
Pasal 4 Menetapkan kebijakan K3.
ayat 1a
Pasal 4 Merencanakan pemenuhan kebijakan K3.
ayat 1b
Pasal 4 Menerapkan kebijakan K3.
ayat 1c
Pasal 4 Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan
ayat 1d tindakan kebaikan
Pasal 4 Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3.
ayat 1e
Pasal 5 Untuk pembuktian penerapan SMK3 harus dilakukan oleh badan audit
sertifikasi yang telah ditunjuk oleh depnaker.
Pasal 7 Perusahaan wajib melakukan surveillance 1 kali dalam 3 tahun.
Tempat kerja harus memiliki ventilasi yang cukup memiliki jalan keluar
Permenaker dan Transmigrasi No. Per- masuk yang aman
36 01/MEN/1980 K3 pada Konstruksi bangunan
Harus dipasang perancah yg kuat dan rapat yg dapat menahan dgn aman
tenaga kerja, peralatan dan bahan yg digunakan.
Lantai perancah harus dipasang pagar pengaman, apabila tingginya lebih
dari 2 meter
Persyatan keamanan dan keselamatan untuk semua peralatan yang
dipergunakan spt alat-alat angkat, tambang, mesin dan tangga.
Syarat penerangan sesuai jenis pekerjaan :'1- Penerangan darat minimal 5
lux 2'- Penerangan halaman jalan minimal 20 lux 3- Pekerjaan kasar sampai
500 lux/m persegi 4'- Pekerjaan sedang 500 sampai 1000 lux 5 - Pekerjaan
halus 1000 sampai 1500 lux 6- Ruang kantor 300 sampai 600 lux 7- Ruang
kantor besar 600 sampai 1500 lux
37 Permen Perburuhan no.7 thn 1964 Penerangan tempat kerja
Mengatur ketentuan umum, nilai batas, petugas dan ahli proteksi radiasi -
38 Kepres No. 11 thn 1975 Keselamatan kerja terhadap radiasi Ruang kantor besar 600 sampai 1500 lux
Kententuan kerja dgn zat-zat radio aktif, pengurusan sampah radio aktif
NAB terendah untuk tempat kerja 21 C ,NAB untuk kebisingan di tempat
39 Menaker, transmigrasi dan koperasi no. S Nilai ambang batas iklim kerja dan kebisingan kerja 85 dB
Approve By:

Title :

DEPARTEMEN

PDQA MTC WH

x x x

x x x

x x x
x
x
x

x x x
x x x

x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x

x x x
x x x
x x x
x x x

x x x

x x x

x x x

x x x
x x x
x x x

x x x

x x x

x x x

x x x

x x x

x x x

x x x

x x x

x x x

x x x

x x x

x x x

x x x

x x x

x x x

x x x
x x x

x x x
x x x
x x x
x x x

x
x
x
x x x
x x x

x
PERATURAN PERUNDANGAN Issued By :
TENTANG LINGKUNGAN HIDUP
DAN
KESESUAIANNYA DENGAN KONDISI USAHA Title :
Pasal ayat Isi Ketentuan
No No Peraturan Judul DEPA

Mengenai minimum requirement dari legal (FIRE SYSTEM)


Syarakat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat Pasal 1 (1) Alat Pemadam Api Ringan : alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu
1 Permenaker No. Per. 04/Men/1980 pemadaman api ringan. orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran
Pasal 2 Penggolongan kebakaran dan jenis pemadam.
Pasal 3 APAR harus selalu diisi sesuai dengan jenis dan konstruksinya.
Pasal 4 Syarat pemasangan APAR.: (1) Setiap satu/kelompok APAR harus ditempatkan
pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas,mudah dicapai dan diambil serta
dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan, (2)Pemberian tanda sesuai
dengan lampiran, (3) Tinggi pemberian tanda 125 cm dari dasar lantai tepat diatas
APAR, (4) Pemasangan APAR harus sesuai dengan jenis dan penggolongan
kebakaran ,(5)Penempatan APAR satu dengan yang lainnya tidak boleh melebihi
15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh Pegawai pengawas/ahli keselamayan kerja,
(6) Semua tabung APAR sebaiknya berwarna merah.

Pasal 5 APAR cacat tidak boleh digunakan.


Pasal 8 Pemasangan APAR harus sedemikian rupa sehingga bagian paling puncak
berada pada ketinggian 1,2 m dari lantai kecualijenis Co2 dan tepung keringdapat
ditempatkan lebih rendah,jarak antara dasar APAR tidak kurang 15 cm dari
permukaan lantai

Pasal 9 APAR tidak boleh dipasangdalam ruang/tempat yangsuhunya melebihi 49'C atau
turun sampai 44'C, kecuali dibuat khusus diluar suhu tersebut
Pasal 10 APAR ditempatkan dialam terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman
Pasal 11 Pemeriksaan APAR secara periodik.dilakuakan 2 x dalam setahun,dalam jangka 6
blndan 12 bulan
Pasal 12 Pemeriksaan APAR secara periodik setiap 6 bulan.meliputi (lihat pasal 12 aturan
ini)
Pasal 12 butir H APAR CO2 harus diperiksa dengan cara menimbang. Jika beratnya berkurang 10
% maka APAR harus diisi kembali.
Pasal 13 Pemeriksaan APAR secara periodik setiap 12 bulan. (lihat pasal 13 aturan ini)
Pasal 14 Petunjuk pemakaian APAR.
Pasal 15 Percobaan APAR secara berkala setiap 5 tahun sekali ( uji tekanan).
Pasal 16 Percobaan untuk APAR jenis CO2 ( uji tekan )
Pasal 17 Pencatatan pelaksanaan percobaan APAR ( uji tekan ).
Pasal 18 pasal Pengisian APAR.
23
Pasal 24 Pengurus bertanggung jawab dilaksanakannya peraturan ini.
Instansi alarm kebakaran otomatik adalah sistem atau rangkaian alarm kebakaran
yang menggunakan detektor panas, detektor asap,detektor nyala api dan titik
panggil secara manual serta perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem
alarm kebakaran.
2 Permenaker No. Per. 02/Men/1983 instalasi kebakaran otomatik.
(1) Setiap kelompok alarm harus melindungi maximum 1000 m2 luas lantai
dengan ketentuan jumlah detektor dan jarak penempatannya tidak boleh lebih
yang telah ditetapkan pada pasal 6 s/d 65/pasal 72 dan 78 dengan mengingat
Pasal 34 jenis detektornya

Menyimpang dari pasal 34 batas luas lantai untuk satu kelompok alarm kebakaran
dapat diperluas dengan syarat: a)Dalam bangunan yang tidak bertingkat dan tidak
terbagi2 satu kelompokalarm dapat melindungi area maksimum2000m2 luas
lantai, b) Ruang tersembunyi dengan luas tidak lebih dari 500m2 detektor dapat
dihubungkan dengan kelompok alarm yang dibawahnya jika luas yang dilindungi
tidak lebih 1000m2, c)lantai panggung dapat digabungkan dengan alarm
kebakaran lantai dibawahnya tidal lebih dari 1000m2
Pasal 35
Sumber Tenaga Listrik untuk sistem alarm kebakaran harus dengan tegangan
Pasal 36 tidak kurang dari 6 volt
Instalasi alrm kebakaran otomatik harus dilakukan pemeliharaan,pengujian
Pasal 57 berkala secara mingguan,bulanan dan tahunan
Pemeliharaan dan pengujian mingguan an: Membunyikan alarm secara
simulasi,memeriksa kerja lonceng,memeriksa tegangan dan keadaan baterai dan
menctatat seluruh sistem alarm dan mencatan hasilpemeliharaan serta pengujian
Pasal 58 buku catatan

Pemeriksanaan dan pengujian bulanan an: menciptakan kebakaran


simulasi,memeriksa lampu indikator,fasilitas penyediaan sumber tenaga
darurat,panel indikator dan mencatat hasil pemeliharaan dan pengujian dalam
Pasal 59 buku catatan

Pemeliharaan dan pengujian tahunan an: memeriksa tegangan instalasi,kondisi


keberhasilan semua detektor dan menguji sekurang-kurangnya 20% detektor dari
setiap kelompok instalasi sehingga selambat-lambatnya 5 tahun semua sudah
Pasal 60 teruji

Letak dan jarak detektor sistem deteksi panas anatara 2 detektor yang terbaik
adalah: 1)setiap 46m2 dengan tinggi langit2 dalam keadaan rata tidak lebih 3m
dipasang sekurang-kurangnya 1 detektor, 2) antara detektor tidal lebih 7m seluruh
ruangan bisa tidak lebih dari 10m dalam koridor, 3)jarak detektor paas dengan
tembok atau didndingpaling jauh 3m pd ruangan biasa6 m da;lam koridor dan
paling dekat 30 cm
Pasal 61 ayat 1

Detektor panas dipasang ketinggian yang berbeda sekurang-2 nya 1 detektor


unutk 92m2 luas lantai dg syarat: a)disususn dalam jarak tidak boleh 3 m dr
dinding, B) setiap sisi dinding memiliki 1 detektor 3)setiap detektor berjrak 7 m
Pasal 61 ayat 2
Pemasangan detektor harus diatur sedemikian rupa sehingga elemennya yang
peka panas tidak bolehberada posisi kurang dari 15m / > dari 100mm dibawah
permukaan langit-langit jiak terdapat kerangka penguat bangunan detektor dapat
dipasang asalkan dipasang dg kedalaman 25 cm
Pasal 64
Detektor asap harus dapat bekerja baik dan kepekaannya tidak terpengaruh oleh
variasi tegangan yang bergerak dalam btas kurang/lebih 10% Dari tegangan
Pasal 67 nominalnya
Pasal 69 Syarat pemasangan Detektor Asap
Keputusan Menteri Perindustrian No.
12/M/SK/1/78
Dalam melaksanakan kegiatan industri pengusaha diwajibkan untuk
Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan mencegah dan menanggulangi terjadinya gangguan dan/atau pencemaran
3 Sebagai Akibat Dari Usaha Industri Pasal 1 terhadap tata lingkungan hidup.

Yang dimaksud dalam Surat Keputusan Menteri Perindustrian ini dengan:


a. Tata lingkungan hidup ialah hubungan kehidupan dengan
lingkungannya;
b. Gangguan terhadap tata lingkungan hidup ialah gangguan terhadap
hubungan kehidupan dengan lingkungannya yang menimbulkan
ketidakseimbangan;
c. Pencemaran ialah keadaan yang terjadi karena masuknya zat-zat ke
Pasal 2
dalam tanah, air dan udara, sehingga mengganggu susunan tanah, air
dan udara yang mengakibatkan kerusakan kehidupan;
d. Pengusaha ialah perorangan atau Badan Hukum yang melaksanakan
kegiatan industri;
e. Direktur Jenderal ialah Direktur Jenderal dalam lingkungan
Departemen Perindustrian yang membina industri dimaksud;
f. Bahan/zat berbahaya adalah bahan/zat yang karena sifat-sifat fisis
dan kimianya dapat membahayakan manusia maupun lingkungan,
seperti bahan/zat yang beracun, bahan/ zat yang mudah meledak
ataupun terbakar, bahan/zat radioaktif dan sebagainya.

SNI 19-7055-2004 Kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi 1 Ruang lingkup Standar ini memuat kurikulum pelatihan hiperkes dan
pengurus dan anggota Panitia Pembina Keselamatan dan keselamatan kerja bagi pengurus dan anggota Panitia Pembina Keselamatan dan
4 Kesehatan Kerja (P2K3 perusahaan 1 Kesehatan Kerja (P2K3) perusahaan.

2 Istilah dan definisi 2.1


kurikulum serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang mempunyai tujuan
Butir 2 2.1 tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian dilakukan evaluasi

kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi pengurus dan anggota
P2K3 perusahaan serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar minimal yang
ditetapkan untuk diajarkan dan dievaluasi Dengan tujuan untuk memenuhi
persyaratan mengikuti uji sertifikasi kompetensi pengurus dan anggota P2K3
2.2 perusahaan di bidang hiperkes dan keselamatan kerja
kompetensi kemampuan atau kualifikasi yang harus dicapai pada suatu bidang
2.3 keahlian yang meliputi SArana kognitif, psikomotor dan afektif/sikap

Panitia Pembina Keselamatan dan kesehatan Kerja (P2K3) badan pembantu di


2.4 tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja
untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam
penerapan kesehatan dan keselamatan kerja
evaluasi penilaian dengan menggunakan alat ukur untuk mengetahui pencapaian
2.5
hasil belajar peserta
Persyaratan Beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam mengikuti pelatihan
hiperkes dan keselamatan kerja bagi pengurus dan anggota P2K3 perusahaan
Butir 3 sesuai Tabel 1.
Keputusan Menteri Perindustrian No. Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Setiap perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri dan perusahaan
12/M/SK/1/78 Sebagai Akibat Dari Usaha Kawasan Berikat diwajibkan untuk melakukan pengendalian dampak akibat
5 Industri Pasal 2 kegiatan usaha industrinya terhadap lingkungan hidup.
Kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dibagi dalam 3
(tiga) klasifikasi :1. Kegiatan usaha lndustri yang mempunyai potensi dampak
penting terhadap lingkungan hidup 2. Kegiatan usaha industri yang tidak
mempunyai dampak penting dan atau secara teknologi dapat dikelola dampak
pentingnya.3. Kegiatan usaha industri yang mempunyai dampak
terhadaplingkungan hidup diluar klarifikasi sebagaimana dimaksud pada butir 1
dan 2.
Pasal 3
Bagi kegiatan usaha industri yang mempunyai potensi dampak penting terhadap
Pasal 4 ayat 1 lingkungun hidup wajib disusun AMDAL.
Jenis kegiatan Usaha industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup yang dituangkan dalam Surat Keputusan
Pasal 4 ayat 2 Menteri sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Surat Keputusan ini.

Apabila dalam pelaksanaan terdapat keraguan atas jenis kegiatan usaha industri
dan tidak terdapat dalam Keputusan Negara Lingkungan Hidup sebgaimana
dimaksud ayat (2), yang diperkirakan berpotensi dampak penting Menteri
berkonsultasi dengan Menteri Negara Lingkungan Hidup mengenai penetapan
Pasal 4 ayat 3 wajib AMDAL bagi kegiatan industri yang bersangkutan.
Bagi kegiatan Usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau
secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya terhadap lingkungan hidup
Pasal 5 ayat 1 wajib disusun UKL dan UPL
Jenis kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
pasal 5 ayat 2 tercantum pada Lampiran II Surat Keputusan ini
Penyusunan UKL dan UPL sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk
Pasal 5 ayat 3 bagian dari AMDAL dan tidak dievaluasi oleh Komisi AMDAL.

PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN


DAN PERDAGANGAN NOMOR 110/MPP/Kep/1/1998 Mengubah Pasal 2 dan Pasal 4 Keputusan Menteri Perindustrian dan
TENTANG LARANGAN MEMPRODUKSI DAN Perdagangan Nomor 110/MPP/Kep/1/1998 sehingga berbunyi sebagai
MEMPERDAGANGKAN BAHAN PERUSAK LAPISAN berikut :"Pasal 2 (1) Bahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1,
OZON SERTA MEMPRODUKSI DAN dilarang untuk diproduksi. (2) Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
MEMPERDAGANGKAN BARANG BARU YANG angka 2 yang menggunakan bahan perusak lapisan ozondilarang untuk
KEPUTUSAN MENTERI MENGGUNAKAN BAHAN PERUSAK LAPISAN OZON diproduksi kecuali barang yang menggunakan chlorofluorocarbon (CFC) yaitu
PERINDUSTRIAN DAN (OZONE DEPLETING SUBSTANCES) SEBAGAIMANA CFC-11(HS 2903.41.000), CFC-12 (HS 2903.42.000), CFC- 13 (HS 2903.43.000),
PERDAGANGAN REPUBLIK TELAH DIUBAH DENGAN KEPUTUSAN MENTERI CFC-114 (HS 2903.44.000), dan CFC-115 (HS 2903.44.000), sebagai bahan
INDONESIA NOMOR : PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR dalam industri metered dose inhalasi dan industri kecil menengah foam, aerosol,
790/MPP/Kep/12/2002 410/MPP/Kep/9/1998 MENTERI PERINDUSTRIAN DAN dan solven. (3) Ketentuan sebagaimana tercantum dalam ayat (2) berlaku mulai
6 PERDAGANGAN Pasal 1 ayat 1 tanggal ditetapkan Keputusan ini."

Terhadap bahan dan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 dan
angka 2 yang masih ada setelah ditetapkan keputusannya ini hanya boleh
diperdagangkan dan dipergunakan sampai dengan 31 Desember 2007." 2.
Ketentuan lainnya yang tercantum dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan
pasal 4 perdagangan Nomor 410/MPP/Kep/9/1998 dinyatakan tetap berlaku
Standar Nasional Indonesia SNI 16- 2.1 Debu :partikel padat yang terbentuk karena adanya kekuatan alami atau
7058-2004 ICS 17.060 Badan mekanik seperti penghalusan (grinding), penghancuran (crushing), peledakan
7 Standardisasi Nasional Pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja (blasting), pengayakan (shaking) dan atau pengeboran drilling)
zona pernapasan:area setengah lingkaran dari lubang hidung tenaga kerja
dengan diameter 0,6 m di sekitar kepala dan bahu
3.4.1 Persiapan:a) Filter yang diperlukan disimpan di dalam desikator selama 24
jam agar mendapatkan kondisi stabil.b) Filter kosong pada 3.4.1 a) ditimbang
sampai diperoleh berat konstan, minimal tiga kali penimbangan, sehingga
diketahui berat filter sebelum pengambilan contoh, catat berat filter blanko dan
filter contoh masing-masing dengan berat B1 (mg) dan W1 (mg). Masing masing
filter tersebut ditaruh di dalam holder setelah diberi nomor (kode).c) Filter contoh
dimasukkan ke dalam low volume dust sampler holder dengan menggunakan
pinset dan tutup bagian atas holder. d) Pompa pengisap udara dikalibrasi dengan
kecepatan laju aliran udara 10 l/menit dengan menggunakan flowmeter (flowmeter
harus dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi).

3.4.2 Pengambilan contoh: a) LVS pada point 3.4.1 c) di atas dihubungkan


dengan pompa pengisap udara dengan menggunakan selang silikon atau teflon.b)
LVS diletakkan pada titik pengukuran (di dekat tenaga kerja terpapar debu)
dengan menggunakan tripod kira-kira setinggi zona pernafasan tenaga kerja
(seperti Gambar C.1). c) Pompa pengisap udara dihidupkan dan lakukan
pengambilan contoh dengan kecepatan laju aliran udara (flowrate) 10 l/menit. d)
Lama pengambilan contoh dapat dilakukan selama beberapa menit hingga satu
jam (tergantung pada kebutuhan, tujuan dan kondisi di lokasi pengukuran).e)
Pengambilan contoh dilakukan minimal 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada awal,
pertengahan dan akhir shift kerja. f) Setelah selesai pengambilan contoh, debu
pada bagian luar holder dibersihkan untuk menghindari kontaminasi.g) Filter
dipindahkan dengan menggunakan pinset ke kaset filter dan dimasukkan ke
dalam desikator selama 24 jam.
Kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi
Standar Nasional Indonesia SNI 19-
pengurus dan anggota Panitia Pembina Keselamatan dan
7055-2004 ICS 03.100.30 Badan
Kesehatan Kerja (P2K3) perusahaan
Standardisasi Nasional Kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi pengurus dan anggota
8 P2K
Subpokok bahasan materi kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja
bagi pengurus dan anggota P2K3 perusahaan
Standar pelatihan ini digunakan sebagai pedoman pelatihan yang memenuhi
persyaratan kompetensi bagi pengurus dan anggota Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) perusahaan.Standar ini disusun oleh
Subpanitia Teknis Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Panitia Teknis 94S,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Standar ini telah dikonsensuskan di Jakarta
pada tanggal 3 Nopember 2003, yang dihadiri oleh wakil-wakil dari pemerintah,
pengusaha, asosiasi profesi, perguruan tinggi dan serikat pekerja.

kompetensi:kemampuan atau kualifikasi yang harus dicapai pada suatu bidang


keahlian yang meliputi rana kognitif, psikomotor dan afektif/sikap
Panitia Pembina Keselamatan dan kesehatan Kerja (P2K3):badan pembantu di
tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja
untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam
penerapan kesehatan dan keselamatan kerja

1.1.1 Ruang lingkup:Standar ini dapat diterapkan pada perancangan dan


pemasangan SPP untuk bangunan biasa dengan tinggi sampai dengan 60
meter.Hal berikut tidak termasuk ruang lingkup standar ini: a) sistem
perkeretaapian;b) sistem transmisi, distribusi dan pembangkitan tenaga listrik di
luar bangunan;c) sistem telekomunikasi di luar bangunan; d) instalasi kendaraan,
kapal laut, pesawat udara, lepas pantai. CATATAN Untuk sistem a) sampai
dengan d) biasanya diatur dengan peraturan khusus yang dibuat oleh berbagai
instansi terkait.
Standar Nasional Indonesia SNI 03-
9 7014.1-2004 Proteksi bangunan terhadap petir
sistem proteksi petir (SPP) :sistem lengkap yang digunakan untuk memproteksi
ruang terhadap efek petir. SPP terdiri dari SPP eksternal dan internal 2 dari 21SNI
03-7014.1-2004 CATATAN Dalam hal khusus, PP dapat terdiri dari hanya SPP
eksternal atau SPP internal saja.

Probabilitas sambaran petir yang menembus ruang terproteksi sangat berkurang


dengan adanya sistem terminasi udara yang dirancang dengan benar. Sistem
terminasi udara dapat terdiri dari setiap kombinasi unsur berikut: 1) batang; 2)
rentangan kawat; 3) jaring konduktor.
Pemasangan elektrode bumi:Elektrode bumi cincin eksternal sebaiknya ditanam
pada kedalaman paling sedikit 0,5 m tetapi tidak kurang dari 1 m terhadap
dinding. Elektrode bumi harus dipasang di luar ruang terproteksi dengan
kedalaman sekurang-kurangnya 0,5 m dan didistribusikan serata mungkin untuk
mengurangi efek kopling listrik dalam bumi.Elektrode bumi tertanam harus
dipasang sedemikian sehingga dapat di inspeksi selama konstruksi. Kedalaman
dan jenis elektrode bumi yang ditanam harus sedemikian sehingga mengurangi
efek korosi, pengeringan dan pembekuan tanah dan dengan demikian membuat
resistans bumi yang setara menjadi stabil. Direkomendasikan bahwa 1 meter
pertama dari elektrode bumi tegak dianggap tidak efektif dalam kondisi beku.
Untuk daerah cadas padat hanya direkomendasikan susunan pembumian jenis B.

Elektrode bumi alami :Bangunan beton yang terbuat dari baja tulangan beton
saling hubung atau bangunan logam bawah tanah yang sesuai, yang
karakteristiknya memenuhi persyaratan 2.5 dapat digunakan sebagai elektrode
bumi. Jika tulangan logam beton digunakan sebagai elektrode bumi,
Kesalinghubungannya harus diperhatikan secara khusus untuk mencegah pecah
mekanis dari beton.
CATATAN Pada beton pratekan, sebaiknya dipertimbangkan akibat dari lewatnya
arus luahan petir yang dapat menimbulkan stres mekanis yang tidak dapat
diterima
Penyamaan potensial adalah tindakan yang sangat penting untuk mengurangi
bahaya kebakaran dan ledakan serta bahaya kehidupan pada ruang terproteksi.
Penyamaan potensial dicapai dengan sarana konduktor IPP atau supresor surja
yang menghubungkan SPP, rangka logam bangunan, instalasi logam, BKE dan
instalasi listrik serta telekomunikasi di dalam ruang terproteksi. Jika dipasang
SPP, rangka logam di luar ruang terproteksi dapat terpengaruh. Hal ini sebaiknya
dipertimbangkan ketika merancang sistem tersebut. IPP untuk rangka logam
eksternal mungkin juga diperlukan.Jika SPP eksternal tidak dipasang tetapi
diperlukan proteksi terhadap efek petir pada saluran masuk pelayanan, maka
harus disediakan IPP.
Standar Nasional Indonesia Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di udara tempat
kerja ini dirumuskan untuk merevisi SNI 19-0232-1987, tentang Nilai Ambang
Batas bahan kimia di udara tempat kerja, agar diperolehnya keseragaman dan
rujukan secara nasional mengenai nilai ambang batas zat kimia di udara tempat
kerja yang disesuaikan dengan perkembangannya. Standar ini mengacu pada
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor: SE-01/MEN/1997 tentang Nilai
Ambang Batas faktor kimia di udara lingkungan kerja, hasil-hasil penelitian yang
dilakuan oleh Pusat Pengembangan Keselamatan Kerja dan Hiperkes,
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta hasil kajian dari beberapa
literatur.Standar ini disusun oleh Subpanitia Teknis Kesehatan dan Keselamatan
Kerja pada Panitia Teknis 94S, Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Standar ini
telah dikonsensuskan di Jakarta pada tanggal 6 Nopember 2003, yang dihadiri
oleh pengusaha, serikat pekerja, instansi pemerintah, organisasi profesi dan
Standar Nasional Indonesia SNI 19- perguruan tinggi.
0232-2005 ICS 13.040.30 Badan
Standardisasi Nasional
10 Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di udara tempat kerja
Standar ini memuat tentang Nilai Ambang Batas rata-rata tertimbang waktu (time
weightedaverage) zat kimia di udara tempat kerja, di mana terdapat tenaga kerja
yang dapat terpapar zat kimia sehari-hari selama tidak lebih dari 8 jam per hari
atau 40 jam per minggu, serta cara untuk menentukan Nilai Ambang Batas
campuran untuk udara tempat kerja yang mengandung lebih dari satu macam zat
kimia.

Nilai Ambang Batas (NAB):standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai


pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu
Nilai Ambang Batas kadar tertinggi yang diperkenankan (ktd) kadar zat kimia di
udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap

Nilai Ambang Batas paparan singkat yang diperkenankan (psd) kadar zat kimia di
udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui, agar tenaga kerja yang terpapar
pada periode singkat yaitu tidak lebih dari 15 menit, masih dapat menerimanya
tanpa mengakibatkan iritasi, kerusakan jaringan tubuh, maupun terbius

tempat kerja:setiap ruangan atau lapangan yang tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, di mana
tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya

Standar ini dimaksudkan untuk menyeragamkan cara mengukur intensitas


penerangan (lux) di tempat kerja yang selama ini pengukuran intensitas
penerangan telah dilakukan oleh banyak pihak. Standar ini disusun oleh
Subpanitia Teknis Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Panitia Teknis 94S,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Standar ini telah dikonsensuskan di Jakarta
Standar Nasional Indonesia SNI 16- pada tanggal 5 Nopember 2003, yang dihadiri
7062-2004 ICS 17.180.20 Badan oleh wakil-wakil dari pemerintah, pengusaha, asosiasi profesi dan perguruan
11 Standardisasi Nasional Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja tinggi
1 Ruang lingkup Standar ini menguraikan tentang metoda pengukuran intensitas
penerangan di tempat kerja dengan menggunakan luxmeter
lux:satuan intensitas penerangan per meter persegi yang dijatuhi arus cahaya 1
lumen
luxmeter:alat yang digunakan untuk mengukur intensitas penerangan dalam
satuan lux
penerangan setempat:penerangan di tempat obyek kerja, baik berupa meja kerja
maupun peralatan penerangan umum: penerangan di seluruh area tempat kerja

Pengukuran intensitas penerangan ini memakai alat luxmeter yang hasilnya dapat
langsung dibaca.Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian
energi listrik dalam bentuk
arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala. Untuk alat digital, energi listrik
diubahmenjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.
Luxmeter dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi.

Penentuan titik pengukuran:a) Penerangan setempat: obyek kerja, berupa meja


kerja maupun peralatan.
Bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang
ada.Denah pengukuran intensitas penerangan setempat seperti pada Lampiran
A.SNI 16-7062-2004 2 dari 8 b) Penerangan umum: titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari
lantai.Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai
berikut:1) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter. Contoh denah
pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan kurang
dari 10 meter persegi
Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas kurang dari 10 m2 2)
Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong
garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga)
meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas
ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persegi

Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas antara 10 m2 100


m2 3) Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang
dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. SNI 16-7062-2004 3 dari 8 Contoh
denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk ruangan dengan luas lebih
dari 100 meter persegi
Persyaratan pengukuran:- Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi
tempat pekerjaan dilakukan.- Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai
dengan kondisi pekerjaan.

Tata cara - Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup
sensor.- Bawa alat ketempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik
pengukuran untuk intensitas penerangan setempat atau umum.- Baca hasil
pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga
didapat nilai angka yang stabil.- Catat hasil pengukuran pada lembar hasil
pencatatan untuk intensitas penerangan setempat seperti pada Lampiran C, dan
untuk intensitas penerangan umum seperti pada Lampiran D.-Matikan luxmeter
setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan.SNI 16-7062-2004
Dalam Surat Keputusan ini yang dimaksud dengan :1). Industri, jenis industri,
Keputusan Menteri Perindustrian No. Pedoman Teknis Penyusunan Pengendalian Dampak bidang usaha industri dan perusahaan industri adalah sebagaimana dimaksud
25O Tahun 1994 Terhadap Lingkungan Hidup Pada Sektor Industri Pasal 1 ayat 1 dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.
2. Pengelolaan lingkungan hidup, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), Kerangka Acuan (KA), Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL), Dampak
Penting, Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) , Pemrakarsa Instansi yang bertanggung jawab adalah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993
tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
Pasal 1 ayat 2
3. Upaya Pengengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) adalah rencana Kerja dan atau pedoman kerja yang berisi program
pengelolaan lingkungan yang dIbuat secara sepihak
oleh Pemrakarsa dan sifatnya mengikat
Pasal 1 ayat 3
4. Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) adalah pernyataan yang
dibuat oleh perusahaan industri yang sifatnya mengikat dalam menunjang
Pasal 1 ayat 4 program pembangunan industri yang berwawasan lingkungan.
5. Pencemaran akibat kegiatan industri atau pencemaran industri adalah
penurunan kualitas lingkungan hidup karena masuknya atau dimasukkannya zat
pencemar dalam bentuk padat, cair,gas,Kebisingan,debu, getaran dan lain
sebagainya yang berasal dari kegiatan industri yang kualitasnyamelebihi Nilai
Ambang Batas (NAB) yang berlaku kedalam lingkungan atau kedalam tanah,
badan air dan udara.
Pasal 1 ayat 5
6. Komisi AMDAL Pusat adalah Komisi yang dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Perindustrian yang bertugas dan memiliki wewenang untuk
Pasal 1 ayat 6 menilai dokumen AMDAL yang diajukan pemrakarsa.
7. Komisi AMDAL Daerah adalah Komisi yang dibentuk oleh Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I yang bertugas dan memiliki wewenang untuk menilai dokumen
Pasal 1 ayat 7 AMDAL yang diajukan pemrakarsa.
8. Pedoman Teknis Penyusunan AMDAL, UKL, UPL dan SPPL disingkat
Pedoman Teknis adalah Pedoman baku untuk penyusunan dokumen AMDAL,
UKL dan UPL serta SPPL bagi pemrakarsa dilingkunganDepartemen
Perindustrian
pasal 1 ayat 8

Kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dibagi dalam 3


(tiga) klasifikasi :
1. Kegiatan usaha lndustri yang mempunyai potensi dampak penting terhadap
lingkungan hidup
2. Kegiatan usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau
secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya.
3. Kegiatan usaha industri yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup
Pasal 3 diluar klarifikasi sebagaimana dimaksud pada butir 1 dan 2.
Bagi kegiatan Usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau
secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya terhadap lingkungan hidup
Pasal 5 ayat 1 wajib disusun UKL dan UPL
Penyusunan UKL dan UPL sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk
Pasal 5 ayat 3 bagian dari AMDAL dan tidak dievaluasi oleh Komisi AMDAL.
Bagi perusahaan industri yang melakukan kegiatan usaha industri yang
mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
pasal 6 ayat 1 Pasal 3 angka 3, wajib menyampaikan SPPL.
Jenis kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
semua jenis kegiatan usaha industri di luar yang tercantum dalam Lampiran I dan
Pasal 6 ayat 2 Lampiran II Surat Keputusan ini.
Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6
dikecualikan bagi kegiatan usaha industri kecil yang tidak wajib memiliki Surat
Pasal 7 Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK).

Kegiatan usaha Industri yang mempunyai potensi dampak penting dan berlokasi
di Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Kornplek Industri yang telah
dilengkapi studiAMDAL, tidakwajib disusun AMDAL tetapi wajib disusun RKL dan
RPL berdasarkan RKL dan RPL Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau
Pasal 9 ayat 1 Kornplek Industri yang bersangkutan.

Kegiatan usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau secara
teknologi dapat dikelola dampak pentingnya dan berlokasi di Kawasan Industri
atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri yang telah di studi AMDAL, wajib
Pasal 9 ayat 2 disusun UKL dan UPL.

Pembuatan SPPL, tetap diberlakukan bagi kegiatan usaha industri yang


mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
Pasal 3 angka 3 dan berlokasi di Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau
Pasal 9 ayat 3 Komplek Industri yang telah dilengkapi studi AMDAL.

Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6


diberlakukan bagi kegiatan usaha industri yang berlokasi di Kawasan Industri atau
Pasal 9 ayat 4 Kawasan Berikat atau Komplek Industri yang belum dilengkapi studi AMDAL.

Komisi AMDAL Pusat melakukan penilaian atau evaluasi AMDAL, RKL dan RPL
kegiatan usaha industri, Kawasan Industri, Kawasan Berikat dan Komplek Industri
yang Izin Usahanya dlberikan oleh Menteri atau Pejabat yang mendapat
pelimpahan wewenang untuk memberikan Izin Usaha baik dalam rangka PMA/
Pasal 10 ayat 1 PMDN maupun dalam rangka non PMA/PMDN.

Kegiatan usaha industri yang kewenangan pemberian Izin Usaha Industrinya oleh
Menteri telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah di Propinsi atau Kepala
Kantor Departemen Perindustrian di Kabupaten/Kotamadya, penilalan AMDAL,
Pasal 10 ayat 2 RKL dan RPL dilakukan oleh AMDAL Daerah.
Penilaian AMDAL, RKL dan RPL yang dilakukan oleh Komisi AMDAL Daerah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib mengikutsertakan Kepala Kantor
Pasal 10 ayat 3 Wilayah Departemen Perindustrian atau Pejabat yang ditunjuk.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri rnelakukan koordinasi dan


bekerjasama dengan Direktur Jenderal terkait dalam pengarah pengisian UKL dan
UPL kegiatan usaha industri baik dalam rangka PMA/PMDN dalam rangka non
PMA/ PMDM yang dalam operasionalnya dilaksanakan oleh
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya, Prasarana dan
Wilayah Industri bekerjasama dengan Tim Pengarah yang anggotaanggotanya
Pasal 11 berasal dari unit-unit terkait di lingkungan Departemen Perindustrian.
Kepala Kantor Wilayah Departemen Perindustrian di Propinsi dan Kepala Kantor
Departemen di Kabupaten/ Kotamadya dengan Biro Lingkungan Hidup
Pemerintah Daerah Tingkat I dan Bagian Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah
Tk. II dalam melakukan pengarahan pengisian dokumen UKL dan UPL bagi
Pasal 12 kegiatan usaha industri yang izin Usaha Industrinya oleh Menteri telah
dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Perindustrian Propinsi
dan Kepala Kantor Departemen Perindustrian di Kabupaten / Kotamadya yang
dalam operasionalnya dilaksanakan oleh Kepala Bidang Bina Program Kantor
Wilayah Departemen Perindustrian di Propinsi dan Kepala Seksi Monitor
Pelaporan Kantor Departemen Peridustrian di Kabupaten / Kotamadya.

Izin Tetap dan Izin Perluasana dari kegiatan usaha industri sebagaimana
dimaksud pada Pasal 4 dapat diberikan setelah perusahaan industri, perusahaan
kawasan berikat melaksanakan pengendalian dampaknya terhadap lingkungan
sebagaimana tercantum terhadap lingkungan hidup sebagaimana tercantum
Pasal 13 ayat 1 dalam RKL dan RPL yang disetujui oleh Menteri.

Izin Tetap dan Izin Perluasan dari kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud
Pasal 13 ayat 2 pada Pasal 5 dapat diberikan setelah penyusunan UKL dan UPL olh pemrakarsa.
Izin Tetap dan Izin Perluasan dan atau Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil dan
kegiatan industri sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 dapat diberikan setelah
Pasal 13 ayat 3 pembuatan SPPL oleh Pemrakarsa
Penyusunan AMDAL dapat dilakukan oleh Pemrakasa dengan melibatkan tenaga
ahlinya yang berkualifikasi ilmu lingkungan atau memakai jasa Konsultan
Pasal 14 ayat 1 Lingkungan.
Penyusunan UKL dan UPL dapat dilakukan Pemrakarsa melibatkantenaga ahli
Pasal 14 ayat 2 yang berkualifikasi ilmu lingkungan atau Konsultan Lingkungan.
Untuk memenuhi penilaian yang obyektif atas ANDAL, RKL dan RPL, UKL dan
UPL, pemrakarsa industri diwajibkan menggunakan laboratorium yang
Pasal 14 ayat 3 diakreditasi oleh Pemerintah.

Perusahaan industri yang melakukan kegiatan usaha industri diKawasan Industri


atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri sebagaimana dimaksud pada Pasal
9 wajib melakukan konsultasi dengan Perusahaan Kawasan Industri atau
Pasal 14 ayat 4 Perusahaan Kawasan Berikat atau Pengelola Komplek Industri yang
bersangkutan sebelum AMDAL, dari kegiatan usaha industrinya diajukan ke
Komisi AMDAL Pusat bagi kegiatan usaha industri yang wajib disusun AMDAL
dan kepada Pejabat sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 dan Pasal 12 bagi
kegiatan usaha industri yang wajib disusun UKL dan UPL.
Pengajuan ANDAL, RKL dan RPL dilakukan secara barsamaan oleh Pemrakarsa
Pasal 14 ayat 5 kepacla Komisi AMDAL Pusat.
Tatacara pengajuan dan penilaian KA-ANDAL, ANDAL, UKL dan UPL,serta SPPL
di selenggarakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam
Pasal 14 ayat 6 Lampiran III A,B dan C Surat Keputusan ini.

Jenis kegiatan usaha industri sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan


Pasal 17 Lampiran II Surat Keputusan ini diwajibkan membuat rencana penanggulangan
keadaan daturat sebagaimana akibat terjadinya kebakaran, kebocoran (gas dan
cairan), peledakan dan musibah lainnya dengan memperhatikan Surat keputusan
Menteri Perindustarian No.148/M/SK/4/1985 dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja

Perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri, perusahaan Kawasan Berikat


dan pengelola Komplek industri yang melakukan kegiatan usaha industri
tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II Surat Keputusan ini diwajibkan
Pasal 18 membentuk Unit Kerja Khusus yang membidangi dan bertanggung jawab dalam
bidang pengelolaan lingkungan yang merupakan bagian dari struktur organisasi
perusahaan yang bersangkutan atau menunjuk seseorang yang khusus
bertanggung jawab dalam bidang pengelolaan lingkungan bagi perusahaan
industri yang tidak memiliki struktur organisasi perusahaan.
(1) Pemrakarsa wajIb Melaksanakan RKL dan RPL sebagaimana ditetapkan
Pasal 19 ayat 1 dalam Surat Persetujuan Menteri atau Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
(2) Pemrakarsa wajib melaksanakan UKL dan UPL dan SPPL yang telah
disampaikan kepada Menteri atau pejabat yang mendapat pelimpahan wewenang
Pasal 19 ayat 2 dari Menteri sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 dan Pasal 12

Perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri, perusahaan Kawasan Berikat


dan Pengelola Kornplek Industri yang tidak menyusun AMDAL, UKL UPI dan
SPPL sebagaimana dimaksud Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 Surat Keputusan ini
clapat dikenakan Sanksi Administratif sebagai berikut :
a. Bagi pendirian perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri,perusahaan
Pasal 22
Kawasan Berikat dan perusahan Komplek Industri baru,tidak diberikan izin Usaha
Industri / Izin Usha atau Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK)
b. Bagi perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri, perusahaan Kawasan
Berikat dan perusahaan Komplek Industri yang sudah ada pada waktu
dikeluarkan Surat Keputusan ini dan telah memperoleh Izin atau Surat Tanda
Pendaftaran Industri Kecil (STPIK), diberikan peringatan / teguran tertulis 3 (tiga)
kali berturut-turut dengan lama waktu setiap peringatan / teguran 30 (tigapuluh)
hari kerja dan apabila setelah 30 (tigapuluh) hari kerja sejak peringatan terakhir
ternyata tidak melaksanakan ketentuan ini, maka Surat Izin Tetap
atau Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK) dicabut.
Approve By:

Title :

DEPARTEMEN
PT PAM LYONNAISE JAYA
QUALITY FORM
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3
IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE

Kesesuaian
No Peraturan Judul Aplikasi Pasal/Ayat Isi
Tidak/B
Ya elum
A K3 Umum dan SMK3

1 UU No.1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja A All


x

2 Kepmenaker RI. No. Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Kep.1135/MEN/1987
3 Kepmenaker RI Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional
No.Keo.245/MEN/1990
4 Permenakertrans R.I. No. Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli pasal 2 (1) Menteri Tenaga Kerja Atau Pejabat yang
Per.02/MEN/1992 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ditunjuk berwenang menunjuk ahli
keselamatan dan kesehatan kerja pada
tempat kerja dengan kriteria tertentu dan x
pada perusahaan yang memberikan jasa di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

(2) Kriteria tertentu sebagaimana di maksud


dalam ayat (1) adalah :
a. Suatu tempat kerja dimana pengurus
memperkerjakan tenaga kerja lebih dari 100
orang
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus
memperkerjakan tenaga kerja kurang dari
100 orang akan tetapi menggunakan bahan,
proses alat dan atau instalasi yang besar
resiko bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.

5 Peraturan Menteri Tenaga Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 3 Kewajiban perusahaan dalam penerapan
Kerja dan Transmigrasi R.I. SMK3.
No. Per.05/MEN/1996

Pasal 5, 6, Untuk pembuktian penerapan SMK3 harus


dan 7 dilakukan oleh badan audit sertifikasi yang
telah ditunjuk oleh depnaker. x

6 Kepmenaker Pelaksanaan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan


No.Kep.19/MEN/BW/97 Kesehatan Kerja x

7 Kepmenaker Penunjukan PT (PERSERO) sucofindo sebagai audit


No.Kep.103/MEN/1997 sistem manajemen K3 x
8 Kepmenaker Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
No.Kep.96/M/BW/97 x

B Ahli Keselamatan dan


Kesehatan Kerja
9 Permenakertrans R.I. No. Penunjukan dan wewenang, serta kewajiban pegawai Pasal 3 Persyaratan untuk ditunjuk sebagai ahli K3
Per.03/MEN/1978 pengawas K3 dan Ahli Keselamatan Kerja. ayat 2
Pasal 5 Wewenang dan kewajiban Ahli K3
10 Permenakertrans R.I. No. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 2 Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja
Per.04/MEN/1987 serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja lebih dari 100 orang wajib membentuk P2K3
Pasal 5 Perusahaan wajib mengangkat ahli K3
(bersertifikat dari depnaker)
Pasal 12 P2K3 harus melaporkan kegiatannya
sekurang-kurangnya 3 bulan sekali x

11 Permenakertrans RI Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli BAB II Tata cara penunjukan Ahli K3
No.Per.02/MEN/1992 Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 3 sd
pasal 8 x

BAB III Kewajiban dan Wewenang Ahli K3


pasal 9 sd
pasal 10 x

C Dewan K3 Nasional (DK3N)


12 Kepmenaker No.Kep. Penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Pasal 1 Kedudukan P2K3
155/MEN/1984 Transmigrasi No. Kep.125/MEN/82 Tentang
Pembentukan Susunan Dan Tata Kerja Dewan K3 x
Nasional, Dewan K3 Wilayah Dan Panitia Pembina K3

Pasal 2 Tugas pokok P2K3

Pasal 6 Rapat-rapat

D Ketenagakerjaan

13 Undang-undang RI No.13 Ketenagakerjaan Pasal 86 Hak setiap perkerja untuk memperoleh


tahun 2003 perlindungan atas K3
Pasal 87 setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3
yang terintregasi dengan sistem manajemen x
perusahaan
14 Undang-undang RI No. 21 Pengesahan ILO Convention No. 81 concerning Labour Bagian 1 Setiap Anggota Organisasi Perburuhan
tahun 2003 Inspection in Industry and Comvmerce(Konvensi ILO no Internasional yang memberlakukan
81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Konvensi ini harus melaksanakan sistem
Industri dan Perdagangan. pengawasan ketenagakerjaan di tempat
kerja industri
E Kecelakaan

15 Permenaker RI Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan Pasal 2 Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan
No.Per.03/MEN/1998 dan penyakit akibat kerja, kebakaran, dan
peledakan.
Pasal 3 Kewajiban melaporkan kecelakaan berlaku
bagi perusahaan yang telah dan yang belum
mengikutsertakan tenaga kerja dalam x
program jamsostek.
Pasal 4 Pelaporan kecelakaan kepada kepala kantor
Depnaker dalam waktu tidak lebih dari 2x24
jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan.

Keputusan Menteri tenaga Tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja Pasal 2,3 Pembuktian penyakit akibat kerja ( PAK )
Kerja RI Kep-333/MEN/1989 x

Pasal 4 PAK yang ditemukan harus dilaporkan


Kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen
Tenaga Kerja x

16 SK Dirjen Pembinaan Cara pengisian formulir laporan dan analisis statistik


Hubungan Industriak dan kecelakaan
Pengawasan x
Ketenagakerjaan Depnaker RI
No.Kep.84/BW/1998

17 Permenakertrans RI Pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja BAB I Kewajiban Pengurus dan Pengusaha
No.Per.15/MEN/VIII/2008
x

BAB II Petugas P3K di tempat kerja


x

BAB III Fasilitas P3K di tempat kerja


x

18 Kep Dirjen pembinaan Zero Accident Award


hubungan industrial dan
pengawasan ketenaga
kerjaan no. Kep 723/BW/2000

F Jamsostek
19 UU No.3 Tahun 1992 Jaminan sosial tenaga kerja Pasal 3 Setiap tenaga kerja berhak terhadap
ayat 2 jamsostek x

20 Kepres No.28 Tahun 1988 Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian Assuransi Sosial Tenaga Kerja x
Keputusan Menteri Tenaga Tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Bagi BAB II Pemanfaatan pelayanan kesehatan kerja di
Kerja RI Kep-187/MEN/1998 Program Jaminan Pemeliharaan kesehatan Jaminan perusahaan
Sosial Tenaga Kerja x

BAB III Tata cara pemanfaatan pelayanan


kesehatan
x

21 Permenaker RI No. Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga


Per.01/MEN/1998 kerja dengan manfaat lebih dari paket jaminan
pemeliharaan dasar jaminan sosial tenaga kerja
G Asbes
22 Permenaker RI Keselamatan dan Kesehatan kerja Pemakaian Asbes BAB II Asbes atau bahan yang mengandung asbes
No.Per.03/MEN/1985 tidak boleh digunakan dengan cara
menyemprotkan. Asbes biru dilarang x
digunakan

BAB III Pengurus berkewajiban menyediakan APD,


melakukan pengendalian debu asbes
x

H Kimia
23 Kepmenaker RI Pengendalian bahan kimia berbahaya Pasal 2 Pengusaha atau Pengurus yang
No.Kep.187/MEN/1999 menggunakan, menyimpan, memakai,
memproduksi dan mengangkut bahan kimia
berbahaya di tempat kerja wajib
x
mengendalikan bahan kimia berbahaya
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja.

24 Peraturan Pemerintah No.7 Pengawasan atas peredaran, penyimpanan, dan


tahun 1973 peredaran pestisida
I Dokter dan Paramedis
Perusahaan
25 Permenaker Transkop No. Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan Pasal 1 setiap perusahaan diwajibkan untuk
Per.01/MEN/1976 mengirimkan setiap dokter perusahaannya
untuk mendapatkan latihan dalam bidang x
hiperkes dan KK
26 Permenaker RI Pengangkatan, Pemberhentian dan Tata Kerja Dokter
No.Per.04/MEN/1998 Penasehat
27 Permenakertrans Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan K3 Bagi Tenaga Pasal 1 Setiap perusahaan yang mempekerjakan
No.Per.01/MEN/1979 Paramedis Perusahaan tenaga paramedis di wajbkan untuk
mengirimkan setiap tenaga kerja tersebut
untuk mendapatkan latihan dalam bidang x
hiperkes dan K3.

J Kesehatan Kerja
28 Undang-undang No.23 tahun Kesehatan Pasal 23 Penyelenggaraan usaha kesehatan ditempat
1992 kerja (pelayanan kesehatan, pencegahan
kecelakaan kerja dan syarat kesehatan x
kerja)
29 Permenakertrans Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam Pasal 2 Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
x
No.Per.02/MEN/1980 penyelenggaraan keselamatan kerja
Pasal 3 Pemeriksaan kesehatan berkala x
Pasal 5 Pemeriksaan kesehatan khusus x
30 Permenakertrans Kewajiban melapor penyakit akibat kerja (PAK) Pasal 2 Melaporkan PAK secara tertulis kepada
No.Per.01/MEN/1981 kantor dirjen pembinaan hubungan
perburuhan dan perlindungan tenaga kerja x

31 Permenakertrans Pelayanan kesehatan tenaga kerja Pasal 2 Tugas pokok pelayanan kesehatan
No.Per.03/MEN/1982 (pemeriksaan kesehataan, pembinaan dan x
pengawasan kesehatan, P3K, dll)
32 Kepres No.22 tahun 1993 Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja Pasal 2 Jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja
yang menderita PAK pada saat masih ada
hubungan kerja maupun setelah hubungan x
kerja

33 SE Dirjen Binawas No. SE. Pengujian hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan Melakukan pemeriksaan hepatitis B dalam
07/BW/1997 tenaga kerja. pemeriksaan kesehatan perusahaan
dianjurkan untuk tidak memakai pengujian
serum HbsAg sebagai alat seleksi pada
pemeriksaan awal maupun berkala.

34 Kepmenaker RI Diagnosis dan pelaporan Penyakit Akibat Kerja All Diagnosis penyakit akibat kerja dilakukan
No.KEPTS.333/MEN/1989 melalui serangkaian pemeriksaaan klinis dan
pemeriksaan kondisi pekerjaan serta
lingkungannya untuk membuktikan adanya x
hubungan sebab akibat antara penyakit dan
pekerjaannya.

35 Kepmenakertrans RI No.: Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat


Kep.68/MEN/IV/2004 kerja
36 Kepmenaker RI Nilai Ambang Batas faktor fisika di tempat kerja
No.Kep.51/MEN/1999
37 Kepmenkes RI Persyaratan lingkungan kerja perkantoran dan industri
No.1405/Menkes/SK/XI/2002
38 Peraturan Menteri Perburuhan Syarat kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam Pasal 2 Syarat-syarat bangunan perusahaan
No.7 tahun 1964 tempat kerja x

Pasal 5 Syarat-syarat dan ukuran tempat kerja x


Pasal 6 syarat-syarat kakus
x

Pasal 8 Syarat tempat makan / kantin, air untuk


minum dan tenaga pelayanannya. x

Pasal 14 Syarat penerangan di tempat kerja


x

K Kebakaran
39 Permenakertrans RI Syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat A Pasal 4 Syarat pemasangan APAR
No.Per.04/MEN/1980 pemadam api ringan x

Pasal 11, Pemeriksaan APAR


x
12, 13
Pasal 15, Percobaan APAR (uji tekanan)
x
16
40 Permenakertrans RI Instalasi alarm kebakaran automatik Pasal 20 Panil indikator
x
No.Per.02/MEN/1983
Pasal 34, Penempatan alarm kebakaran
35 x

Pasal 57- Pemeliharaan dan pengujian berkala


60 (mingguan, bulanan, tahunan) x

41 Kepmenaker RI Unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja Pasal 2 Penyedian sarana deteksi, alarm, pemadam
No.Kep.186/MEN/1999 ayat 2b kebakaran dan evakuasi. x

Pasal 2 Penyelenggaraan latihan dan gladi


ayat 2e penanggulangan kebakaran secara berkala x

Pasal 3 Membentuk unit penanggulangan kebakaran


x

Pasal 5 Ahli K3 spesialis penanggulangan


ayat 4 kebakaran x

42 Instruksi Menaker Pengawasan khusus K3 penanggulangan kebakaran Penyediaan alat atau instansi proteksi
No.Ins.11/M/BW/1997 kebakaran (sistem deteksi, alarm, APAR, x
hidrant
Tersedia jalan keluar serta organisasi
tanggap darurat x

43 SKBI 3462-1987 DPU Panduan pemasangan instalas hidrant untuk Tata cara pemasangan instalasi hidrant
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran untuk kebakaran dirumah dan gedung x
pada bangunan rumah dan gedung

L Las
44 Permenakertrans RI Kwalifikasi juru las Pasal 4 Syarat-syarat juru las : berbadan sehat
No.Per.02/MEN/1982 ayat 1 sesuai surat keterangan dokter
Pasal 6, 7 Penggolongan juru las

BAB II Pengujian juru las

BAB III Persyaratan lulus ujian juru las

M Listrik dan Petir


45 Permenaker RI Pengawasan instalasi penyalur petir Syarat pemasangan instalasi penangkal
No.Per.02/MEN/1989 petir, pemeriksaan dan pengujiannya. x
46 Kepmenakertrans RI No.: Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. Pasal 2 kewajiban mentaati SNI No. 04-0225-2000
Kep.75/MEN/2002 SMI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum ayat 2 mengenai PUIL 2000.
Instalasi Listrik 2000(PUIL 2000) di Tempat Kerja
47 SK Dirjen Pembinaan Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan
Hubungan Industrial Dan Kerja Tekhnisi Listrik.
Pengawasan Ketenaga
Kerjaan Depnaker RI No.
Kep.311/BW/2002

N Konstruksi Bangunan
48 Peraturan Menteri Tenaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kontruksi Pasal 2,3 Kewajiban melaporkan pekerjaan konstruksi
Kerja dan Transmigrasi R.I. bangunan bangunan yang akan dilakukan ke disnaker
No. Per.01/MEN/1980 setempat dan penyusunan unit k3

BAB VI Pemeriksaan dan pengujian secara berkala


kabel baja, tambang, rantai dan peralatan
bantu yang digunakan untuk mengangkat,
menurunkan atau menggantungkan

49 Keputusan Bersama Menaker Keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan Pasal 3 Kewenangan Menteri Pekerjaan Umum
dan Menteri Pekerjaan Umum konstruksi dalam memberikan sanksi administratif
No. Kep. 174/MEN/1986. No.
104/KPTS/1986
50 Permenakertrans RI No. Kwalifikasi dan Syarat-syarat operator Keran Angkat BAB III Kwalifikasi dan syarat-syarat operator keran
Per.01/MEN/1989 angkat

51 Instruksi Menaker Pengawasan dan Pembinaan Keselamatan dan


No.Inst.05/M/RW/96 Kesehatan Kerja pada kegiatan Konstruksi Bangunan
x

O Pesawat Uap dan Bejana


Tekan
52 Permenakertrans RI Bejana tekan BAB II Ruang lingkup berlaku untuk perencanaan,
No.Per.01/MEN/1982 pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan, dan penyimpanan bejana
x
tekan

Peraturan uap tahun 1930 Undang-undang (stoom ordonantie) Verorderning stoom


(stoom verodening) ordonnantie 1930 atau dengan kata dalam bahasa x
indonesia Undang-undang uap tahun 1930

53 Permenakert RI Kwalifikasi dan syarat-syarat operator pesawat uap


x
No.Per.01/MEN/1988
P Pesawat Tenaga dan
Produksi
54 Permenaker RI Pesawat tenaga dan produksi Pasal 135 Pesawat tenaga dan produksi harus
No.Per.04/MEN/1985 diperiksa dan diuji sebelum dipakai, setelah
itu dilakukan pengujian 5 tahun sekali,
pemeriksaan berkala 1 tahun sekali oleh
pegawai pengawasan atau ahli K3

55 8 Permenaker RI Pesawat angkat dan angkut Pasal 3 Beban maksimum


No.Per.05/MEN/1985
x

BAB III Peralatan angkat antara lain adalah lier,


takel, peralatan angkat listrik, pesawat
pneumatik, gondola, keran angkat, keran
magnit, keran lokomatif, keran dinding dan
keran sumbu putar

BAB IV Pita transport antara lain eskalator, ban


berjalan dan rantai berjalan
BAB V Pesawat angkutan di atas landasan antara
lain truk-truk derek, traktor, gerobak, forklift
dan kereta gunung

Pasal 138 Pemeriksaan dan pengujian x


56 Permenaker No. Per. Klasifikasi dan syarat-syarat operasi keran angkat Pasal 4 Syarat operator kelas I, II, dan III
01/Men/1989 x

Pasal 6 Sertifikat operator diterbitkan oleh Menteri


atau pejabat yang bersangkutan dinyatakan x
lulus
Q Perusahaan Jasa K3 (PJK3)

57 Permenaker RI Perusahaan jasa K3


x
No.Per.04/MEN/1995
R Pengadaan makanan
58 SE Menaker No. SE. 01 Pengadaan kantin dan ruang makan Pengadaan tempat makan untuk karyawan
/Men/1979 50-200 dan pengadaan kantin diperusahaan
(jumlah karyawan lebih dari 200 orang)

59 SE Menaker No. SE. 86 Perusahaan catering yang mengolah makanan bagi Persyaratan dari perusahaan catering untuk
/BW/1989 tenaga kerja mendapat rekomendasi dari Depnaker
60 Instruksi Menteri No. ins. Peningkatan,pengawasan dan penertiban terhadap Peningkatan pengawasan dan penertiban
01/Men/1998 kantin dan toilet diperusahaan terhadap kantin dan toilet perusahaan
61 Instruksi Menteri No. ins. Pengawasan terhadap pengelolahan makanan ditempat Pengawasan Kepala Kanwil Depnaker
03/M/BW/1999 kerja terhadap pengelolaan makanan ditempat
kerja pada perusahaan di wilayah kerjanya
masing-masing.
S B3
62 Peraturan Menteri LH No.3 Tata cara pemberian simbol dan label B3 All Setiap kemasan B3 dan setiap tempat
tahun 2008 penyimpanan B3 wajib diberikan simbol dan x
label sesuai dengan klasifikasinya
Catatan:
UU : Undang Undang
PP : Peraturan Pemerintah
KEPRES : Keputusan Presiden
KEPMEN LH : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
KEPMENAKER : Keputusan Menteri Tenaga Kerja
PERDA : Peraturan Daerah
SK : Surat Keputusan
JAKPINDUM : Jaksa Muda Tindak Pidana Umum
MENKES : Menteri Kesehatan
No. : PLJ/EHS/006-QF-001
Version : 00
Application Date : 18/02/09
Page 1 of 1

Catatan

Aturan keselamatan dan kesehatan kerja


bagi Perusahaan

PALYJA sudah memiliki 9 orang Ahli K3.


Yaitu DickY Gunawan, Rully Sutansyah,
Amos Harianja, Rachmat Hidayat, Teguh
Suwarno, Aep Saepuloh, Peni Ayu Rahmani,
dan Alfansuri

Wajib bagi perusahaan yang


memperkerjakan 100 orang tenaga kerja
atau lebih dan atau yang mengandung
potensi bahaya yang dapat menimbulkan
PAK

Audit SMK3 sekurang-kurangnya 1 kali


dalam 3 tahun. PALYJA belum diaudit
sertifikasi SMK3

Keputusan Menaker untuk audit SMK3

Penunjukan badan audit oleh Pemerintah


Sidak pelaksanaan K3 di perusahaan

Dilaporkan kepada Menteri tenaga Kerja


Melalui kantor Depnaker setempat

Penunjukan ahli k3 ditetapkan berdasarkan


permohonan tertulis dari pengurus atau
pimpinan instansi kepada Menteri Tenaga
Kerja atau Pejabat yang ditunjuk

Membantu mengawasi pelaksanaan


peraturan perundangan K3 sesuai dengan
bidang yang ditentukan dalam penunjukan
keputusannya

Berkedudukan di tempat kerja yang


bersangkutan ( dalam suatu perusahaan )

Memberikan saran-saran dan pertimbangan,


baik diminta maupun tidak, kepada
pengusaha/pengurus tempat kerja yang
bersangkutan mengenai masalah-masalah
K3

Rapat P2K3 sekurang-kurangnya satu kali


tiap satu bulan. Rapat yang diadakan P2K3
adalah sah apabila di hadiri sekurang-
kurangnya separuh tambah satu dari jumlah
anggota.

Perlindungan disesuaikan dengan peraturan


perundangan yang berlaku
Dalam proses implementasi OHSAS 18001
Pelaporan kejadian kecelakaan oleh
perusahaan kepada Disnaker setempat

Belum dilakukan mengingat belum


teridentifikasi dan belum terdeteksi

Perintah kepada DISNAKER dalam


pemeriksaan kecelakan mengacu kepada
UU

Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K


di tempat kerja. Pengurus wajib
melaksanakan kegiatan P3K di tempat kerja

Petugas P3K harus memiliki lisensi dan buku


kegiatan P3K
Baru tersedia alat evakuasi berupa tandu

Kewajiban keikutsertaan Jamsostek

Penggantian biaya pengobatan/perawatan


Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
meliputi pemeriksaaan sebelum bekerja,
pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan
khusus

Dilaksanakan melalui perjanjian kerjasama


antara perusahaan dengan badan
penyelenggara program jaminan
pemeliharaan kesehatan

Pengukuran kadar debu asbes di udara per


3 bulan atau pada frekuensi tertentu

Mempunyai gudang penyimpanan limbah di


area IPA 2
Telah terpenuhi

Telah terpenuhi
Telah terpenuhi

Hak bagi pekerja atas jaminan kesehatan


kerja

Dapat dilakukan konsultasi kepada Dokter


Penasehat Tenaga Kerja dan bila perlu dapat
juga dikonsultasikan kepada Dokter Ahli
yagn bersangkutan.

Sudah dilakukan pengukuran iklim kerja oleh


Balai Hiperkes di beberapa area kerja

Belum dilakukan identifikasi jumlah tenaga


kerja dengan area tempat kerja

Tenaga pelayan dilakukan oleh pihak Out


source

Telah dilakukan pengukuran penerangan


oleh Balai Hiperkes
Aturan pemasangan APAR sesuai dengan
jenis dan penggolongan APAR

Minimal diperiksa 2 kali dalm setahun

Pengujian tidak melebihi 5 tahun sekali

Ketentuan kelengkapan panil indikator

Cakupan area alarm kebakaran

Jenis pemeliharaan dan pengujian yang


dilakukan sesuai dengan periode

Akan diidentifikasi kebutuhan unit pemadam


otomatis
Dilakukan tiap tahun

Belum terbentuk

PALYJA belum memiliki ahli K3 spesialis


penanggulangan kebakaran

Telah terpenuhi

Telah terpenuhi

Akan diidentifikasi kebutuhan unit pemadam


otomatis

Penggolongan juru las sesuai dengan


pengelasan yang boleh dilakukan

Memuat bahan ujian untuk juru las

Memuat urutan ketentuan kelulusan bagi juru


las

Pemeriksaaan dan pengujian secara berkala


tiap 2 tahun sekali
Pekerjaan konstruksi bangunan PALYJA di
lakukan oleh pihak kontraktor. Kewenangan
PALYJA untuk melakukan pengawasan
terhadap pekerjaan kontraktor

PALYJA melakukan pengawasan terhadap


alat angkat angkut yang digunakan oleh
kontraktror

Memuat kelas operator dan persyaratan


operator sesuai dengan kelasnya. Sertifikat
operator diterbitkan oleh Menteri tenaga
kerja atau pejabat yang ditunjuk. Operator
crane PALYJA belum diserifikasi

Instruksi kepada KaKandepnaker seluruh


Indonesia untuk melakukan pengawasan
kegiatan konstruksi bangunan

Peraturan ini tidak berlaku untuk bejana-


bejana yang bertekanan kurang dari 2
kg/cm2 dan atau bejana-bejana yang
mempunyai isi (air) kurang dari 220 cm3.
PALYJA sedang melakukan identifikasi
bejana tekanan

PALYJA tidak mempunyai pesawat uap

PALYJA tidak mempunyai operator pesawat


uap
Beban maksimum yang diijinkan dari
pesawat angkat dan angkut harus ditulis
pada bagian yang mudah dilihat dan dibaca
dengan jelas

pemeriksaaan dan pengujian untuk keran


angkat dan froklift sudah dilaksanakan

Kelas operator harus sesuai dengan beban


yang akan diangkat
Kewajiban operator keran angkat memiliki
SIO

Penunjukan jasa K3 oleh Disnaker

Ketentuan pemberian simbol dan label B3


PT xxxx yyyyy zzzzzzz No. : /EHS/006-QF-001
QUALITY FORM Version : 00
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3 Application Date : 18/02/09
IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE Page 1 of 1

Kesesuaian
No Peraturan Judul Aplikasi Pasal/Ayat Isi Catatan
Tidak/
Ya Belum

A K3 Umum dan SMK3


1 UU No.1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja A Pasal 8 Point 1 : Pengurus diwajibkan memeriksakan x Sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan
kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan pada saat penerimaan karyawan
fisik dan tenaga kerja yang akan diterimanya
maupun akan dipindahkan sesuai dcngan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan padanya

Point 2 : Pengurus diwajibkan memeriksa semua x Sudah dilakukan medhical Check Up,
tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya,
secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh
pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur

Pasal 9 Point 1 : pengurus diwajibkan menunjukan dan


menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang x Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta


dapat timbul dalam tempat kerja yang dapat timbul dalam tempat kerja sudah
disampaikan dalam training (Incoming
Employee)
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan x Sudah disiapkan dan disediakan APD untuk
yang diharuskan dalam tempat kerja semua operator
c. Cara-cara dan sikap yang aman dalam bekerja x Sudah dibuatkan WI, Breafing dari atasan

Point 2 : Pengurus hanya dapat memperkerjakan x Dilakukan training sebelum bekerja oleh
tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin masing-masing departemen
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami
syarat-syarat tersebut diatas
Point 3 : Pengurus diwajibkan menyelenggarakan x Sudah dilakukan training pemadaman
pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada kebakaran & P3K
dibawah pimpinannya, dalam pencegahan
kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula
dalam pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan

Pasal 13 Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, x Diwajibkan untuk semua operator dan orang
diwajibkan mentaati semua petunjuk, keselamatan yang memasuki area tempat kerja diwajibkan
kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang memakai APD yang sesuai
diwajibkan
Pasal 14 a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja x Sudah dibuatkan WI dan penempatan
yang dipimpinnya, semua syarat-syarat keselamatan undang-undang pada tempat kerja
kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini
dan semua peraturannya yang berlaku bagi tempat
kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja
2 Permenakertrans R.I. No. Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan A pasal 2 (1) Menteri Tenaga Kerja Atau Pejabat yang x PALYJA sudah memiliki 9 orang Ahli K3.
Per.02/MEN/1992 Wewenang Ahli Keselamatan dan ditunjuk berwenang menunjuk ahli keselamatan dan Yaitu Rully Sutansyah, Amos Harianja,
Kesehatan Kerja kesehatan kerja pada tempat kerja dengan kriteria Erizaldy Azwar, Rachmat Hidayat, Hans
tertentu dan pada perusahaan yang memberikan Victor, Teguh Suwarno, Aep Saepuloh, Peni
jasa di bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Ayu Rahmani, dan Alfansuri

(2) Kriteria tertentu sebagaimana di maksud dalam


ayat (1) adalah :
a. Suatu tempat kerja dimana pengurus
memperkerjakan tenaga kerja lebih dari 100 orang
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus
memperkerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang
akan tetapi menggunakan bahan, proses alat dan
atau instalasi yang besar resiko bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja.

3 Peraturan Menteri Tenaga Sistem Manajemen Keselamatan dan A Pasal 3 Kewajiban perusahaan dalam penerapan SMK3. Wajib bagi perusahaan yang
Kerja dan Transmigrasi R.I. Kesehatan Kerja memperkerjakan 100 orang tenaga kerja
No. Per.05/MEN/1996 x atau lebih dan atau yang mengandung
potensi bahaya yang dapat menimbulkan
PAK

Pasal 5, 6, Untuk pembuktian penerapan SMK3 harus Audit SMK3 sekurang-kurangnya 1 kali
dan 7 dilakukan oleh badan audit sertifikasi yang telah dalam 3 tahun. PALYJA belum diaudit
ditunjuk oleh depnaker. x sertifikasi SMK3

3 Kepmenaker Pelaksanaan Audit Sistem Manajemen NA Keputusan Menaker untuk audit SMK3
No.Kep.19/MEN/BW/97 Keselamatan dan Kesehatan Kerja x

4 Kepmenaker Penunjukan PT (PERSERO) sucofindo NA Penunjukan badan audit oleh Pemerintah


No.Kep.103/MEN/1997 sebagai audit sistem manajemen K3 - -

5 Kepmenaker Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan A Sidak pelaksanaan K3 di perusahaan Dilakukan inspeksi K3 baik di produksi
No.Kep.96/M/BW/97 Kerja x maupun network
B Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
6 Permenakertrans R.I. No. Panitia Pembina Keselamatan dan A Pasal 2 Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih
Per.04/MEN/1987 Kesehatan Kerja serta Tata Cara dari 100 orang wajib membentuk P2K3 x
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
Pasal 12 P2K3 harus melaporkan kegiatannya sekurang- Belum dilaporkan secara rutin
kurangnya 3 bulan sekali x

7 Permenakertrans RI Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan A BAB II Tata cara penunjukan Ahli K3 Penunjukan ahli k3 ditetapkan berdasarkan
No.Per.02/MEN/1992 Wewenang Ahli Keselamatan dan pasal 3 sd permohonan tertulis dari pengurus atau
Kesehatan Kerja pasal 8 x pimpinan instansi kepada Menteri Tenaga
Kerja atau Pejabat yang ditunjuk

BAB III Kewajiban dan Wewenang Ahli K3 Membantu mengawasi pelaksanaan


pasal 9 sd peraturan perundangan K3 sesuai dengan
pasal 10 x bidang yang ditentukan dalam penunjukan
keputusannya

C Dewan K3 Nasional (DK3N)


8 Kepmenaker No.Kep. Penyempurnaan Keputusan Menteri A Pasal 1 Kedudukan P2K3 Berkedudukan di tempat kerja yang
155/MEN/1984 Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. bersangkutan ( dalam suatu perusahaan )
Kep.125/MEN/82 Tentang Pembentukan
x
Susunan Dan Tata Kerja Dewan K3
Nasional, Dewan K3 Wilayah Dan P2K3
Pasal 2 Tugas pokok P2K3 Memberikan saran-saran dan pertimbangan,
baik diminta maupun tidak, kepada
pengusaha/pengurus tempat kerja yang
x
bersangkutan mengenai masalah-masalah
K3

Pasal 6 Rapat-rapat Rapat P2K3 dilakukan sekurang-kurangnya


x satu kali tiap satu bulan.

D Ketenagakerjaan

9 Undang-undang RI No.13 Ketenagakerjaan A Pasal 86 Hak setiap perkerja untuk memperoleh perlindungan Perlindungan disesuaikan dengan peraturan
tahun 2003 atas K3 x perundangan yang berlaku (pasal 54)
Pasal 87 setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang Dalam proses implementasi OHSAS 18001
terintregasi dengan sistem manajemen perusahaan x

E Kecelakaan

10 Permenaker RI Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan A Pasal 2 Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan dan Pelaporan kejadian kecelakaan oleh
No.Per.03/MEN/1998 Kecelakaan penyakit akibat kerja, kebakaran, dan peledakan. x perusahaan kepada Disnaker setempat
(laporan P2K3)
Pasal 3 Kewajiban melaporkan kecelakaan berlaku bagi Sudah dilaporkan ke Jamsostek
perusahaan yang telah dan yang belum
mengikutsertakan tenaga kerja dalam program x
jamsostek.
Pasal 4 Pelaporan kecelakaan kepada kepala kantor
Depnaker dalam waktu tidak lebih dari 2x24 jam x
terhitung sejak terjadinya kecelakaan.

11 Keputusan Menteri tenaga Tentang Diagnosis dan Pelaporan A Pasal 2,3 Pembuktian penyakit akibat kerja ( PAK ) Belum terdeteksi adanya PAK
Kerja RI Kep-333/MEN/1989 Penyakit Akibat Kerja - -

Pasal 4 PAK yang ditemukan harus dilaporkan Kepada Belum terdeteksi adanya PAK
Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja - -

12 Permenakertrans RI Pertolongan pertama pada kecelakaan di A BAB I Kewajiban Pengurus dan pengusaha untuk Terdapat petugas P3K di masing-masing unit
No.Per.15/MEN/VIII/2008 tempat kerja menyediakan petugas P3K di tempat kerja dan x kerja
melaksanakan kegiatan P3K di tempat kerja

BAB II Petugas P3K di tempat kerja memiliki lisensi dan Petugas P3K mendapat training (dari SOS),
buku kegiatan P3K x perlu refreshment training
BAB III Fasilitas P3K di tempat kerja Tersedia kotak P3K dan isinya, tandu, dan
bidai di setiap unit kerja (perlu review)
x

F Jamsostek
13 UU No.3 Tahun 1992 Jaminan sosial tenaga kerja A Pasal 3 Setiap tenaga kerja berhak terhadap jamsostek Kewajiban keikutsertaan Jamsostek
ayat 2 x

14 Kepres No.28 Tahun 1988 Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja dan A Penggantian biaya pengobatan/perawatan
Jaminan Kematian Assuransi Sosial x
Tenaga Kerja

15 Keputusan Menteri Tenaga Tentang Pemanfaatan Pelayanan A BAB II Pemanfaatan pelayanan kesehatan kerja di Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
Kerja RI Kep-187/MEN/1998 Kesehatan Bagi Program Jaminan perusahaan meliputi pemeriksaaan sebelum bekerja,
Pemeliharaan kesehatan Jaminan Sosial x pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan
Tenaga Kerja khusus
BAB III Tata cara pemanfaatan pelayanan kesehatan Dilaksanakan melalui perjanjian kerjasama
antara perusahaan dengan badan
x penyelenggara program jaminan
pemeliharaan kesehatan

G Asbes
16 Permenaker RI Keselamatan dan Kesehatan kerja A Pasal 5 Pengurus wajib melakukan pengendalian terhadap Aktivitas Palyja tidak menimbulkan debu
No.Per.03/MEN/1985 Pemakaian Asbes debu asbes yang terkandung diudara lingkungan asbes di lingkungan kerja
kerja dengan mengambil sample pada beberapa
tempat yang diperkirakan konsentrasi debu - -
asbesnya tinggi dalam setiap 3 bulan atau pada
frekuensi tertentu.

H Kimia
17 Kepmenaker RI Pengendalian bahan kimia berbahaya A Pasal 1 Pengusaha atau Pengurus yang menggunakan, Upaya untuk pengendalian sudah dilakukan.
No.Kep.187/MEN/1999 menyimpan, memakai, memproduksi dan Operator yang menggunakan Bahan Kimia
mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib menggunakan APD yang
wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk x diperuntukkan
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.

Pasal 2 Pengendahan bahan kimia berbahaya sebagaimana Setiap B3 dilengkapi dengan MSDS. Sudah
di maksud pasal 2 meliputi: (a). penyediaan lembar memiliki Ahli K3 Kimia, namun belum
data keselamatan bahan (LDKB) memiliki Petugas K3 Kimia
dan label (b). Penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli x
K3 Kimia

Pasal 6 Lembar Data Keselamatan Bahan sebagaimana MSDS ditempatkan di lokasi yang
dimaksud dalam pasal 4 dan Label sebagaimana menggunakan bahan kimia, namun belum
dimaksud dalam pasal 5 diletakkan di tempat yang semua
mudah diketahui oleh tenaga kerja dan Pegawai x
Pengawas Ketenagakerjaan.

18 Peraturan Menteri LH No.3 Tata cara pemberian simbol dan label B3 A All Setiap kemasan B3 dan setiap tempat penyimpanan Setiap bahan kimia diberikan label
tahun 2008 B3 wajib diberikan simbol dan label sesuai dengan x
klasifikasinya

I Dokter dan Paramedis


Perusahaan
19 Permenaker Transkop No. Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter A Pasal 1 setiap perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan Bekerjasama dengan provider kesehatan
Per.01/MEN/1976 Perusahaan setiap dokter perusahaannya untuk mendapatkan dengan dokter yang sudah sertifikasi
latihan dalam bidang hiperkes dan KK - - hiperkes dan KK

20 Permenakertrans Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan A Pasal 1 Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga Bekerjasama dengan provider kesehatan
No.Per.01/MEN/1979 K3 Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan paramedis di wajbkan untuk mengirimkan setiap dengan paramedis yang sudah sertifikasi
tenaga kerja tersebut untuk mendapatkan latihan hiperkes dan KK
dalam bidang hiperkes dan K3. - -

J Kesehatan Kerja
21 Permenakertrans Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja A Pasal 2 Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja Sudah dilakukan dalam perekrutan karyawan
x
No.Per.02/MEN/1980 dalam penyelenggaraan keselamatan
kerja Pasal 3 Pemeriksaan kesehatan berkala x Sudah dilakukan setiap tahun
Pasal 5 Pemeriksaan kesehatan khusus x Sudah dilakukan
22 Permenakertrans Kewajiban melapor penyakit akibat kerja A Pasal 2 Melaporkan PAK secara tertulis kepada kantor dirjen Belum terdeteksi adanya PAK
No.Per.01/MEN/1981 (PAK) pembinaan hubungan perburuhan dan perlindungan
tenaga kerja - -

23 Permenakertrans Pelayanan kesehatan tenaga kerja A Pasal 2 Tugas pokok pelayanan kesehatan (pemeriksaan
No.Per.03/MEN/1982 kesehataan, pembinaan dan pengawasan x
kesehatan, P3K, dll)
24 Kepres No.22 tahun 1993 Penyakit yang timbul akibat hubungan A Pasal 2 Jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja yang Hak bagi pekerja atas jaminan kesehatan
kerja menderita PAK pada saat masih ada hubungan kerja
kerja maupun setelah hubungan kerja x

25 SE Dirjen Binawas No. SE. Pengujian hepatitis B dalam pemeriksaan A All Melakukan pemeriksaan hepatitis B dalam Sudah terprogram dalam paket pemeriksaan
07/BW/1997 kesehatan tenaga kerja. pemeriksaan kesehatan perusahaan dianjurkan MCU
untuk tidak memakai pengujian serum HbsAg
sebagai alat seleksi pada pemeriksaan awal x
maupun berkala.

26 Kepmenaker RI Diagnosis dan pelaporan Penyakit Akibat A All Diagnosis penyakit akibat kerja dilakukan melalui Bekerjasama dengan provider MCU dengan
No.KEPTS.333/MEN/1989 Kerja serangkaian pemeriksaaan klinis dan pemeriksaan dokter dan paramedis yang sudah sertifikasi
kondisi pekerjaan serta lingkungannya untuk hiperkes dan KK
membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara - -
penyakit dan pekerjaannya.

27 Kepmenaker RI Nilai Ambang Batas faktor fisika di tempat Pasal 1, 10 Faktor Fisika adalah faktor didalam tempat kerja Sudah dilakukan pengukuran faktor fisik
No.Kep.51/MEN/1999 kerja yang bersifat fisika : iklim kerja, kebisingan, getaran,
dan gelombang mikro. Pengusaha atau pengurus x
harus melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam
keputusan ini

28 Kepmenkes RI Persyaratan lingkungan kerja perkantoran A All Parameter-parameter lingkungan kerja harus sesuai Sudah dilakukan pengukuran parameter
No.1405/Menkes/SK/XI/2002 dan industri persyaratan atau standar x lingkungan kerja

K Kebakaran
29 Permenakertrans RI Syarat-syarat pemasangan dan A Pasal 4 Syarat pemasangan APAR Aturan pemasangan APAR sesuai dengan
No.Per.04/MEN/1980 pemeliharaan alat pemadam api ringan x jenis dan penggolongan APAR

Pasal 11, Pemeriksaan APAR Minimal diperiksa 2 kali dalm setahun


x
12, 13
Pasal 15, Percobaan APAR (uji tekanan) Pengujian tidak melebihi 5 tahun sekali
x
16
30 Permenakertrans RI Instalasi alarm kebakaran automatik A Pasal 33 Setiap instalasi kebakaran harus mempunyai buku
No.Per.02/MEN/1983 akte pengesahan yang dikeluarkan oleh Direktur x

31 Kepmenaker RI Unit penanggulangan kebakaran di tempat A Pasal 2 Penyedian sarana deteksi, alarm, pemadam Akan diidentifikasi kebutuhan unit pemadam
No.Kep.186/MEN/1999 kerja ayat 2b kebakaran dan evakuasi. x otomatis
Pasal 2 Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan Dilakukan tiap tahun
ayat 2e kebakaran secara berkala x

Pasal 3 Membentuk unit penanggulangan kebakaran


x

Pasal 5 Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran PALYJA belum memiliki ahli K3 spesialis
ayat 4 x penanggulangan kebakaran

L Las
32 Permenakertrans RI Kwalifikasi juru las A Pasal 4 Syarat-syarat juru las : berbadan sehat sesuai surat
No.Per.02/MEN/1982 ayat 1 keterangan dokter x

BAB III Persyaratan lulus ujian juru las x


M Listrik dan Petir
33 Permenaker RI Pengawasan instalasi penyalur petir Pasal 57 Setiap instalasi penyalur petir harus mendapat Pemeriksaaan dan pengujian secara berkala
No.Per.02/MEN/1989 sertifikat dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk x tiap 2 tahun sekali

34 Kepmenakertrans RI No.: Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Pasal 2 Perencanaan, pemasangan, penggunaan, Telah dibuatkan ringkasan dari PUIL yang
Kep.75/MEN/2002 (SNI) No. SMI-04-0225-2000 Mengenai pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik di tempat x dijadikan pedoman internal
Persyaratan Umum Instalasi Listrik kerja harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan
35 SK Dirjen Pembinaan 2000(PUIL 2000) di Tempat
Sertifikasi Kompetensi Kerja
Keselamatan dan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia
Hubungan Industrial Dan Kesehatan Kerja Tekhnisi Listrik. (SNI) No. SNI 04-0225-2000 mengenai Persyaratan
Pengawasan Ketenaga Umum Instalasi List
x
Kerjaan Depnaker RI No.
Kep.311/BW/2002

N Konstruksi Bangunan
36 Peraturan Menteri Tenaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada A Pasal 2,3 Kewajiban melaporkan pekerjaan konstruksi Pekerjaan konstruksi bangunan PALYJA di
Kerja dan Transmigrasi R.I. Kontruksi bangunan bangunan yang akan dilakukan ke disnaker lakukan oleh pihak kontraktor. Kewenangan
No. Per.01/MEN/1980 setempat dan penyusunan unit k3 x PALYJA untuk melakukan pengawasan
terhadap pekerjaan kontraktor

BAB VI Pemeriksaan dan pengujian secara berkala kabel PALYJA melakukan pengawasan terhadap
baja, tambang, rantai dan peralatan bantu yang alat angkat angkut yang digunakan oleh
digunakan untuk mengangkat, menurunkan atau x kontraktror
menggantungkan

37 Permenakertrans RI No. Kwalifikasi dan Syarat-syarat operator BAB III Kwalifikasi dan syarat-syarat operator keran angkat Palyja tidak memiliki operator keran angkat
Per.01/MEN/1989 Keran Angkat - -

O Bejana Tekan

38 Permenakertrans RI Bejana tekan Point 5 : Dilarang mengisi dan menggunakan bejana


No.Per.01/MEN/1982 tekanan yang tidak memiliki pengesahan pemakaian
dari Direktur atau pejabat yang ditunjuk
x

P Pesawat Tenaga dan


Produksi
39 Permenaker RI Pesawat tenaga dan produksi A Pasal 135 Pesawat tenaga dan produksi harus diperiksa dan Beum dilakukan pemeriksaan terhadap
No.Per.04/MEN/1985 diuji sebelum dipakai, setelah itu dilakukan genset yang digunakan di Palyja
pengujian 5 tahun sekali, pemeriksaan berkala 1 x
tahun sekali oleh pegawai pengawasan atau ahli K3

Pasal 6 Pada pesawat tenaga dan produksi yang sedang Sudah implementasi LOTO
diperbaiki, tenaga penggerak harus dimatikan dan
alat pengontrol harus segera dikunci serta diberi
suatu tanda larangan untuk menjalankan pada x
tempat yang mudah dibaca sampai pesawat tenaga
dan produksi atau alat pengaman tersebut selesai
diperbaiki

40 8 Permenaker RI Pesawat angkat dan angkut A Pasal 4 Setiap pesawat angkat dan angkut harus dilayani Operator forklift yang ada di Palyja sudah
No.Per.05/MEN/1985 oleh operator yang mempunyai kemampuan dan memiliki SIO (dari Depnaker)
telah memiliki keterampilan khusus tentang Pesawat x
Angkat dan Angkut
Pasal 138 Pemeriksaan dan pengujian Pemeriksaan forklift, excavator, dan crane
x dilakukan setiap tahun

41 Peraturan Menteri Tenaga Perusahaan Jasa Keselamatan Dan Untuk menjadi PJK3 harus memenuhi persyaratan
Kerja RI No. Per. Kesehatan Kerja sebagai berikut : - -
04/MEN/1995
1. Berbadan hukum
2. Memiliki ijin usaha perusahaan
3. Memiliki NPWP
4. Memiliki bukti wajib lapor ketenaga kerjaan
5. Memiliki peralatan yang memadai sesuai usaha
jasanya
6. Memiliki ahli K3 yang sesuai dgn usaha jasanya
yang bekerja penuh pada perusahaan
7. Memiliki tenaga teknis sesuai usaha jasanya

Q Pengadaan makanan
42 SE Menaker No. SE. 01 Pengadaan kantin dan ruang makan NA All Pengadaan tempat makan untuk karyawan 50-200
/Men/1979 dan pengadaan kantin diperusahaan (jumlah
karyawan lebih dari 200 orang) x

Catatan:
UU : Undang Undang
PP : Peraturan Pemerintah
KEPRES : Keputusan Presiden
KEPMEN LH : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
KEPMENAKER : Keputusan Menteri Tenaga Kerja
PERMENLH : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
MENKES : Menteri Kesehatan
SK : Surat Keputusan
SE : Surat Edaran
Sheet1
Daftar Identifikasi Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan

No. Nomor & Type Peraturan Perundangan

1. Undang-undang No. 1
2. Undang -undang Republik Indonesia No.
3. 13
Undang -undang Republik Indonesia No.
21

4. Peraturan Pemerintah No. 7

5. Keputusan Presiden RI No 22
6. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1978
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1980
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1980
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.04/MEN/1980
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1981
12. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1982
13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1982
14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.03/MEN/1982
15. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1983
16. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.03/MEN/1985
17. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.04/MEN/1985
18. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.05/MEN/1985

Daftar Identifikasi Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan


tanggal di terbitkan
Nomor Versi
No. Nomor & Type Peraturan Perundangan

19. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi R.I. No. Per.04/MEN/1987

Page 90
Sheet1
20. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1989
21. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1989
22. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1992
23. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.05/MEN/1995
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.05/MEN/1996
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.03/MEN/1998
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.03/MEN/1999
24 Keputusan Meneteri Tenaga Kerja No.
Kep 155/MEN/1984

25. Keputusan Bersama Meneteri Tenaga


Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No.
Kep. 174/MEN/1986. No. 104/KPTS/1986
26. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep
1135/MEN/1987
27. Keputusan Meneteri Tenaga Kerja No.
KEPTS 333/MEN/1989
28. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep
245/MEN/1990
29. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep
51/MEN/1999
30. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep
186/MEN/1999
31. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep
187/MEN/1999
Daftar Identifikasi Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan
tanggal di terbitkan
Nomor Versi
No. Nomor & Type Peraturan Perundangan

32. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep


75/MEN/2002

33. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins.


11/M/BW/1997

Page 91
Sheet1
34. Surat Keputusan Direktorat Jenderal
Pembinaan Hubungan Industrial Dan
Pengawasan Ketenaga Kerjaan
Departemen Tenaga Kerja RI No.
Kep.84/BW/1998

35. Surat Keputusan Direktorat Jenderal


Pembinaan Hubungan Industrial Dan
Pengawasan Ketenaga Kerjaan
Departemen Tenaga Kerja RI No.
Kep.311/BW/2002

Page 92
Sheet1
dentifikasi Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tentang Tahun
dikeluarkan
Keselematan Kerja 1970
Ketenagakerjaan 2003
Pengesahan ILO Convention No. 81 concerning Laboour Inspection in Industry and 2003
Comvmerce(Konvensi ILO no 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri
dan Perdagangan.

Pengawasan Atas Peredaran Penyimpanan dan Peredaran Pestisida 1973

Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja 1993


Syarat Kesehatan, Kebersihan serta penerangan dalam Tempat Kerja
Penunjukan dan wewenang, serta kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan 1978
Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kontruksi bangunan 1980

Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja 1980

Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan 1980

Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja 1981

Bejana Tekan 1982

Kwalifikasi Juru Las 1982

Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja 1982

Instalasi Alarm Kebakaran Automatik 1983

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemakaian Asbestos 1985

Pesawat Tenaga dan Produksi 1985

Pesawat Angkat dan Angkut 1985

dentifikasi Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Halaman :

Tentang Tahun
dikeluarkan

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli 1987
Keselamatan Kerja

Page 93
Sheet1
Kwalifikasi dan Syarat-syarat operator Keran Angkat 1989

Pengawasan Instalasi-instalasi Penyalur Petir 1989

Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamtan dan Kesehatan Kerja 1992

Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1996

Tata cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan Kerja 1998

Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift untuk pangangkutan Orang dan 1999
Barang.
Penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep.125/MEN/82 1984
Tentang Pembentukan, Susunan Dan Tata Kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional, Dewan Keselamatan dan Kesehatan KerjaWilayah Dan Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kegiatan Konstruksi 1986

Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1987

Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja 1989

Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional 1990

Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Ditempat Kerja 1990

Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja 1999

Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya 1999

dentifikasi Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Halaman :

Tentang Tahun
dikeluarkan

Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SMI-04-0225-2000 Mengenai 2002


Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000(PUIL 2000) di Tempat Kerja

Pengawasan khusus K3 Penanggulangan Kebakaran 1997

Page 94
Sheet1
Cara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik Kecelakaan 1998

Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tekhnisi Listrik. 2002

Page 95

Anda mungkin juga menyukai