INSTRUKSI MENAKER Pengawasan dan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
###
NO.INST.05/M/RW/96 kegiatan Konstruksi Bangunan
### KEPRES NO.22 TAHUN 1993 Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja x
PERMENAKER
### Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan x
NO.PER.03/MEN/1998
SK DIRJEN PEMBINAAN
HUBUNGAN IINDUSTRIAL DAN
PENGAWASAN
### Cara pengisian formulir laporan dan analisis statistik kecelakaan
KETENAGAKERJAAN
DEPNAKER RI
NO.KEP.84/BW/1998
Err: KEP KA.BAPEDAL Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan & Pengumpulan
520 NO.KEP.01/BAPEDAL/09/1995 Limbah B3 x
Err: KEP KA.BAPEDAL
Simbol & Label Limbah B3
520 NO.KEP.05/BAPEDAL/09/1995 x
Err:
UU No. 23 1992 Tentang Kesehatan
520
Err:
520
Permenkes No 718 1987 Tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan x
Catatan:
UU : Undang Undang
PP : Peraturan Pemerintah
KEPRES : Keputusan Presiden
KEPMEN LH : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
KEPMENAKER : Keputusan Menteri Tenaga Kerja
PERDA : Peraturan Daerah
SK : Surat Keputusan
JAKPINDUM : Jaksa Muda Tindak Pidana Umum
MENKES : Menteri Kesehatan
Issued By : Approved By :
Title : Title :
Kesesuaian Catatan
Aturan keselamatan dan kesehatan
kerja bagi Perusahaan
x
Keputusan Menaker untuk audit SMK3
Penggantian biaya
pengobatan/perawatan
Pengujian Limbah B3
Pembedaan karekteristik diberikan
simbol
x
PERATURAN PERUNDANGAN Issued By :
TENTANG LINGKUNGAN HIDUP
DAN
KESESUAIANNYA DENGAN KONDISI USAHA Title :
Kesesuaian
No No Peraturan Judul
Y T
I. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
PERMENAKER
2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja X
NO.PER.05/MEN/1996
KEP. MENAKER Pelaksanaan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
3 X
NO.KEP.19/MEN/BW/97 Kerja
KEP.MENAKER
4 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja X
NO.KEP96/M/BW/97
PERMENAKER NO.PER-
5 Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja X
04/MEN/1995
INSTRUKSI MENAKER Pengawasan dan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
6 X
NO.INST.05/M/RW/96 kegiatan Konstruksi Bangunan
7 KEPRES NO.22 TAHUN 1993 Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja X
PERMENAKER
10 Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan X
NO.PER.03/MEN/1998
SK DIRJEN PEMBINAAN
HUBUNGAN IINDUSTRIAL DAN
PENGAWASAN
11 Cara pengisian formulir laporan dan analisis statistik kecelakaan X
KETENAGAKERJAAN
DEPNAKER RI
NO.KEP.84/BW/1998
Aturan lama
KEPMEN LH
3 Pecabutan KEPMEN LH Lama No 49~53/MENKLH/6/1987 x
NO.KEP.10/MENLH/3/1994
KEPMEN LH
4 Jenis Usaha/Kegiatan Yang wajib Dilengkapi AMDAL x
NO.KEP.11/MENLH/3/1994
KEPMEN LH
5 Pedoman Umum Upaya Pengelolaan LH Dan Pemantauan LH x
NO.KEP.12/MENLH/3/1994
KEPMEN LH
6 Pedoman Susunan Keanggotaan & Tata Kerja Komisi Amdal x
NO.KEP.13/MENLH/3/1994
KEPMEN LH
7 Pedoman Umum penyusunan AMDAL x
NO.KEP.14/MENLH/3/1994
KEPMEN LH
8 Pemebentukan Komisi AMDAL x
NO.KEP.15/MENLH/3/1994
KEPMEN LH
9 Pedoman Umum pelaksanaan Audit Lingkungan x
NO.KEP.42/MENLH/11/1994
KEP KA.BAPEDAL.NO.KEP.056-
10 Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting x
1994
KEPMEN LH
11 Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu/Multisektoral & Regional x
NO.KEP.54/MENLH/11/1995
KEPMEN LH
12 AMDAL Regional x
NO.KEP.55/MENLH/11/1995
KEPMEN LH Analisis Dampak Lingkungan usaha atau kegiatan
13 x
NO.KEP.57/MENLH/12/1995 Terpadu/Multisektoral
KEPMEN LH
14 Jenis Usaha Yang Wajib Dilengkapi AMDAL x
NO.KEP.39/MENLH/11/1996
KEP KA.BAPEDAL
15 Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam penyusunan AMDAL x
NO.KEP.299/BAPEDAL/11/1996
KEP KA.BAPEDAL NO.KEP.105
16 Panduan Pemantauan Pelaksanaan RKL & RPL
TAHUN 1997 x
KEP KA.BAPEDAL Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan
17
NO.KEP.124/12/1997 AMDAL x
Aturan Baru
18 PP No. 27 1999 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan x
19 KEPMEN LH NO.2 TAHUN 2000 Panduan Penilaian Dokumen Amdal x
Panduan Penyusunan AMDAL kegiatan Pembangunan Pemukiman
20 KEPMEN LH NO.4 TAHUN 2000
terpadu x
Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan Dilahan
21
KEPMEN LH NO.5 TAHUN 2000 daerah Basah x
22 KEPMEN LH NO.40 TAHUN 2000 Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak LH x
23 KEPMEN LH NO.41 TAHUN 2000 Pedoman pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kab / Kota x
24 KEPMEN LH NO.42 TAHUN 2000 Susunan Keanggotaan Komisi Penilai & Tim Teknis AMDAL Pusat x
25 KEPMEN LH NO.17 TAHUN 2001 Jenis Rencana Usaha &/ Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL x
26 KEPMEN LH NO.30 TAHUN 2001 Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup Yang Diwajibkan x
KEP KA BAPEDAL NO.KEP
27 Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam penyusunan AMDAL
299/11/TAHUN 1996 x
KEP KA BAPEDAL NO.08 TAHUN Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam proses
28
2000 analisis mengenai AMDAL x
KEP KA BAPEDAL NO.09 TAHUN
29 Pedoman penyusunan Analisis mengenai AMDAL
2000 x
30 KEPMEN LH NO.86 TAHUN 2002 Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengololaan LH & Pemantauan LH x
Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang berlaku Pada Kantor
31
PP No. 10 2002 Meneg LH Di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan x
III. LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)
Aturan lama
UU : Undang Undang
PP : Peraturan Pemerintah
KEPRES : Keputusan Presiden
KEPMEN LH : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
KEPMENAKER : Keputusan Menteri Tenaga Kerja
PERDA : Peraturan Daerah
SK : Surat Keputusan
JAKPINDUM : Jaksa Muda Tindak Pidana Umum
MENKES : Menteri Kesehatan
Issued By : Approved By :
Title :
Catatan
Penggantian biaya
pengobatan/perawatan
Aparatur Negara
Dianjurkan untuk dilaksanakan
(Obsolete)
Obsolete
Obsolete
Pengujian Limbah B3
Dok Disposal
Ketentuan Pengolahan
Penimbunan Sementara
Pembedaan karekteristik diberikan
simbol
Waste Management
Kegiatan pemerintah
Sukarela
Tidak termasuk
Tidak termasuk
Sebagai Pedoman
Tak Menghasilkan Limbah Cair
Tugas Pemerintah
Uji Emisi
Tugas Pemerintah
< 70 DB
Emisi Solvent
Tugas Pemerintah
Tidak Terkait
Bukan Bidangnya
Bukan Bidangnya
Bukan Bidangnya
Tak Terkait Dengan Laut
Aparatur Negara
Aparatur Negara
Aparatur Negara
Dokumen
Dokumen
Aparatur Pemerintah
Tidak Menghasilkan Limbah Cair
Bukan Lab.
Aparatur Negara
Tak Ada Kegiatan Ini
Instalasi Air
Aparatur Negara
Aparatur Negara
Sukarela
Aparatur Negara
Tugas Pemerintah
Tak Menghasilkan Limbah Cair
Pengujian Kualitas Air
-
Ijin pembuangan limbah ke instansi
pemerintah daerah
Aparatur pemerintah
Pasal/ DEPARTEM
No No Peraturan Judul Isi Ketentuan
ayat
HR-GA
I. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
Pasal 9 Memenuhi dan mentaati semua syarat dan ketentuan yang berlaku
ayat 4 bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan
Pasal 11
ayat 1 Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi ke Depnaker setempat.
Pasal 11
ayat 2 Tata cara pelapotran kecelakaan kerja
Pasal 12 Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
ayat 1 pengawas dan atau ahli K3
pasal 12
Pemakaian/memakai APD (alat Pelindung Diri)
ayat 2
Pasal 12 Memenuhi dan mentaati semua syarat K3.
ayat 3
Pasal 12 Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat K3.
ayat 4
Pasal 12 Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan APD diragukan
ayat 5 olehnya
Kewajiban mentaati syarat K3 dan memakai APD bila memasuki area
Pasal 13
tempat kerja
Secara tertulis menempatkan syarat-syarat keselamatan kerja
Pasal 14
ditempat kerja, memasang sehelai ketentuan UU No. 1 tahun 1970,
ayat 1
pada tempatyang mudah dilihat
Pasal 14 Menyediakan APD secara Cuma-Cuma bagi tenaga kerja dan setiap
ayat 3 orang yang memasuki tempat kerja tersebut
Hak atas jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja yang hubungan
kerjanya telah berakhir sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
Pasal 3
diberikan apabila menurut hasil diagnosa dokter yang x
ayat 1
merawatpenyakit tersebut diakibatkan oleh pekerjaan selama tenaga
kerja yang bersangkutan masihdalam hubungan kerja
PERMENAKER Pasal 2 Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang
10 Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan x
NO.PER.03/MEN/1998 ayat 1 terjadi ditempat kerja dipimpinnya
SK DIRJEN PEMBINAAN
HUBUNGAN IINDUSTRIAL DAN pengisian dan penggunaan formulir pemeriksaan dan pengkajian
Cara pengisian formulir laporan dan analisis statistik
11 PENGAWASAN - kecelakaan serta analisi statik kecelakaan dilaksanakan dengan x
kecelakaan
KETENAGAKERJAAN DEPNAKER berpedoman pada petunjuk pelaksaan
RI NO.KEP.84/BW/1998
Aturan lama
Pasal 18 setiap badan usaha yang menimbulkan dampak besar wajib memiliki
x
ayat 1 AMDAL untuk memperoleh ijin melakukan usaha dan/ kegiatan
Pasal 20
Larangan membuang limbah ke lingkungan sekitar tanpa ijin x
ayat 1
Setiap kegiatan yang membuang limbah B3 bertanggung jawab atas
Pasal 35
kerugian yang terjadi dan berkewajiban membayar ganti atas kerugian x
ayat 1
jika twerjadi pencemaran lingkungan
Pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup
Pasal 9 serta pengamanan terhadap keseimbangan dan pelestarian sumber
2 Perindustrian x
ayat 4 daya alam
UU No. 5 Tahun 1984
Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya yang menyangkut
Pasal 15 keamanan dan keselamatan alat, proses serta kegiatan industri yang
ayat 1 dilakukannya
KEPMEN LH Pedoman Umum Upaya Pengelolaan LH Dan Pemantauan Rencana usaha atau kegiatan yang tidak ada dampak pentingnya
4 - x
NO.KEP.12/MENLH/3/1994 LH diharuskan untuk membuat UPL/UKL menurut peraturan yang berlaku
6
Kep Ka Bapedal RI No.KEP- Ukuran dampak penting Pertimbangan-pertimbangan yang diambil sebagai pedoman dalam x
056 tahun 1994 mengukur dampak penting lingkungan
UKL dan UPL wajib dilakukan oleh pemrakarsa usaha dan atau
Pasal 2
kegiatan dengan menggunakan formulir isian seperti terlampir dalam x
ayat 2
keputusan ini
Aturan lama
Tata Cara Memperoleh Ijin Penyimpanan, setiap usaha atau kegiatan dibidang penyimpanan,pengumpulan,
KEP KA.BAPEDAL
3 Pengumpulan,Pengoperasian Alat Pengolahahan, pasal 1 pengoperasian alat pengolahan, dan penimbunan akhir limbah B3 x
NO.KEP.68/BAPEDAL/05/1994
Pengolahan & Penimbunan Akhir Limbah B3 wajib mengajukan permohonan tertulis kepada BAPEDAL
berdasarkan permohonan izin tersebut, maka BAPEDAL melakukan
pasal 2 penelitian terhadap kelangkapan sesuai ketentuan yang x
dipersyaratkan.
KEP KA.BAPEDAL Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan & Setiap limbah B3 yang belum diketahui sifat dan karakteristiknya wajib
4 x
NO.KEP.01/BAPEDAL/09/1995 Pengumpulan Limbah B3 Pasal 1 dilakukan pengujian di laboratorium
hasil pengujian sifat dan karakteristik limbah B3,sebagaimana
disebutkan dalam pasal 1 wajib dilaporkan kepada BAPEDAL x
Pasal 2 setempat
Surat Edaran kepala Bapedal No : Penyimpanan atau pengumpulan minyak pelumas bekas hanya dapat
10 Penyerahan minyak pelumas bekas
08/SE/02/1997 dilakukan selama 90 hari sebelum diserahkan kepada pengumpul.
Aturan Baru
Pasal 18
x
ayat 1 setiap tempat penyimpanan B3 wajib diberikan simbol dan label
Pasal 22 setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib menjaga
x
ayat 1 keselamatan dan kesehatan kerja
Pasal 23 Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja dan pengawas
x
ayat 1 B3 wajib dilakukan uji kesehatan secara berkala.
setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib
Pasal 24 menanggulangi terjadinya kecelakaan dan atau keadaan darurat x
akibat B3.
Tata Cara Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Setiap usaha dan atau kegiatan minyak dan gas bumi serta kegiatan
Pasal 2
15 Bumi & Tanah Terkontaminasi Oleh Minyak Bumi Secara lain yang menghasilkan limbah minyak bumi wajib melakukan x
ayat 1
KEPMEN LH NO.128 TAHUN 2003 Biologis pengelolahan limbahnya
Pasal2 Pengelolahan minyak bumi dilakukan dengan metoda biologis yang
ayat2 meliputi: a)landfarming, b)biopile c)composting
IV. PENCEMARAN AIR
Inventarisasi quantitas dan qualitas air, penggolongan air, upaya
1 Pengendalian Pencemaran Air
PP NO 20 TAHUN 1990 pengendalian, perizinan dan sanksi.
KEPMEN LH Pasal 2 Baku mutu limbah cair untuk untuk jenis industri pelapisan logam. Ada
2 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
NO.KEP.51/MENLH/10/1995 ayat 1,2 dilampiran A II dan lampiran B II.
Kewajiban bagi industri yang telah beroperasi sebelum
Pasal 2
dikeluarkannya keputusan ini untuk memenuhi baku mutu limbah cair
ayat 3
dalam lampiran A dan B
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Pasal 2 Pengelolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
6
PP No. 82 2001 Air ayat 1 deselenggarakan secara terpadu dengan pendekatan Ekosistem
Penyelenggaraan pengelolahan kualitas air dan pengendalian
Pasal 3 pencemaran air sebagaimana dimaksud pasal 2 dapat dilaksanakan
oleh pihak ketiga
Pasal 3 Setiap usaha dan atau kegiatan yang akan membuang air limbah ke
ayat 1 air/sumber air wajib mendapatkan ijin tertulis dari bupati/walikota
Apabila mutu air lebih baik atau sama jika dibandingkan dengan kelas
Pasal 4
air sbgmn dimaksud dalam ayat 2 pasal 4 maka pemerintah wajib
ayat 1
menyusun program pengelolahan air
Pasal 4 Apabila mutu air lebih buruk maka pemerintah wajib mengumumkan
ayat 2 sumber air tersebut tercemar dan menyusun program pemulihan air
V. PENCEMARAN UDARA
Pasal 2 Kandungan CO, HC, dan ketebalan asap diukur pada kondisi
ayat 2 percepatan bebas.
1. Setiap penanggungjawab jenis kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (1) wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
berikut :a. membuat cerobong emisi yang dilengkapi sarana
pendukung dan alat pengaman.b. memasang alat ukur pemantauan
yang meliputi kadar dan laju alir volume untuk setiap cerobong emisi
yang tersedia serta alat ukur arah dan kecepatan angin.c. melakukan
KEPMEN LH pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong
2 Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Pasal 7
NO.KEP.13/MENLH/3/1995 emisi.d. menyampaikan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam huruf c kepada Gubernur dengan tembusan kepala
badan sekurang kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan.e. melaporkan
kepada Gubernur serta kepala badan apabila ada kejadian tidak
normal dan 2. Kepala badan menetapkan pedoman teknis pembuatan
unit pengendalian pencemaran udara sebagaimana dimaksud ayat (1)
pasal ini.
Bagi usaha atau kegiatan yang beroperasi :a. baku tingkat kebisingan
lebih longgar dari ketentuan dalam keputusan ini, wajib disesuaikan
dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun terhitung sejak
ditetapkan.b. baku tingkat kebisingan lebih ketat dari keputusan ini,
dinyatakan tetap berlaku.Dalam lamp. I baku tingkat kebisingan untuk
industi ditetapkan sebesar 70 dB(a).
Pasal 7
Bagi usaha atau kegiatan yang beroperasi :a. baku tingkat getaran
lebih longgar dari ketentuan dalam keputusan ini,wajib disesuaikan
dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun terhitung sejak
ditetapkan keputusan ini b. baku tingkat getaran lebih ketat dari
Pasal 7 keputusan ini, dinyatakan tetap berlaku.
Bagi usaha atau kegiatan yang beroperasi :a. baku tingkat kebauan
lebih longgar dari ketentuan dalam keputusan ini,wajib disesuaikan
Pasal 6 dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun terhitung sejak
ditetapkan keputusan ini.b. baku tingkat kebauan lebih ketat dari
keputusan ini, dinyatakan tetap berlaku.
Pasal 41
ayat 1 kendaraan bermotor tipe baru wajib menjalani uji tipe kebisingan.
bagi kendaraan bermotor tipe baru yang dinyatakan lulus uji tipe
Pasal 41
kebisingan sebagaimana dimaksud pd ayat (1) diberi tanda lulus uji
ayat 2
tipe kebisingan.
hasil uji tipe kebisingan kendaraan bermotor tipe baru wajib
Pasal 42
disampaikan kepada kepala instansi yg bertanggung jawab &
ayat 2
penangung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Keputusan Menteri Perindustrian No. Pencegahan Dan Penanggulangan Pencemaran Dalam melaksanakan kegiatan industri pengusaha diwajibkan untuk
6
12/M/SK/1/78 Lingkungan Sebagai Akibat Dari Usaha Industri mencegah dan menanggulangi terjadinya gangguan dan/atau
Pasal 1 pencemaran terhadap tata lingkungan hidup
X. KETENTUAN LAIN
1 PP No. 26 2002 Keselamatan Pengangkutan Zat Radioaktif
2 PP No. 27 2002 Pengelolaan Limbah Radioaktif
3 KP No. 196 1998 Bapedal
4 KP No. 10 2000 BAPEDAL
Tim Koordinasi Penanggulangan Pertambangan Tanpa
Izin, Penyalahgunaan bahan Bakar Minyak Serta
5
perusakan Instalasi Ketenagalistrikan & Pencurian Aliran
KP No. 25 2001 Listrik
6 KEP 03/MENLH/1/ 1997 Baku Mutu Limbah Cair Bagi kawasan Industri
7 UU No. 27 2003 Panas Bumi
8 UU No. 7 2004 Sumber Daya Air
Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang berlaku
9
PP No. 40 2003 Pada Kantor Meneg LH
Perubahan Atas KEPRES No 123 2001 Tentang Tim
10
KP No. 83 2003 Koordinasi Pengelolaan SD Air
11 KM No. 57 2002 Pejabat Pengawas LH Di Kementrian LH
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam
12
KM No. 127 2002 Pengelolaan Lingkungan
Tim Teknis Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam
13
KM No. 129 2002 Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pedoman Pengaduan Kasus Pencemaran &/ Perusakan
14
KM No. 19 2004 Lingkungan Hidup
Pendelegasian Kewenangan Untuk Menandatangani Surat
15
KM No. 49 2004 keputusan KA ANDAL
Pasal 3
Memeriksa kadar parameter baku mutu limbah cair sebagaimana
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di Jawa ayat 5
16 tersebut dalamlampiran keputusan ini sekurang-kurangnya 1 x dalam
Barat sebulan atas biaya perusahaan pada laboratorium rujukan yang
SK Gub No. 6 1999 ditetapkan berdasarkan keputusan gubernur
Tentang Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian
17
SK Gub No. 3 2004 Pencemaran Air
Peruntukan Air & Baku Mutu Air Pada Sumber Air Di
18
SK GUB No. 38 1991 JABAR
Pasal 1 Izin adalah pembuangan limbah cair yang sudah diolah terlebih
19 Retribusi Ijin Pengelolaan dan Pembuangan limbah cair
Perda Karawang 17/2001 butir g dahulu sehingga sesuai dengan batas mutu yang ditetapkan
Pasal 1 Retribusi adalah reribusi ijin pembuangan limbah cair kedalam badan
butir h sungan yang dibuangf dan kaar parameter yang telah ditetapkan
Pasal 1 Limbah cair adalah setiap limbah cair hasil samping kegiatan ekonomi
butir I atau proses produksi atas permukiman yang masuk atau dmasukkan
ke dalam badan sungai dalam jumlah atau kandungan dan cara
tertentu ynag tidak menyebabkan perubahan kwalitas sumbaer air
pasal 3 ijin yang dimaksud dalam pasal 2 tersebut dikeluarkan oleh dinas atas
ayati nama bupati didasarkan hasil kajian AMDAL atau UPL/UKL
24 Montreal Protocol Penipisan Lapisan Ozon
25 KYOTO Protocol Emisi
26 UU No. 23 1992 Tentang Kesehatan
UU : Undang Undang
PP : Peraturan Pemerintah
KEPRES : Keputusan Presiden
KEPMEN LH : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
KEPMENAKER : Keputusan Menteri Tenaga Kerja
PERDA : Peraturan Daerah
SK : Surat Keputusan
JAKPINDUM : Jaksa Muda Tindak Pidana Umum
MENKES : Menteri Kesehatan
Issued By : Approve By:
Title :
DEPARTEMEN
PRD SMK PDQA MTC WH Catatan
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
Keputusan Menaker untuk
x x x x
audit SMK3
Instruksi kepada
KaKandepnaker seluruh
x Indonesia untuk melakukan
pengawasan kegiatan
konstruksi bangunan
x x x x x
x x x x x
Kewajiban keikutsertaan
Jamsostek
x x x x x
Penggantian biaya
x x x x x
pengobatan/perawatan
Pelaporan kejadian
kecelakaan oleh perusahaan
kepada Disnaker setempat
Pelaksanaan pengelolaan
x x x x x
Lingkungan Hidup
x x x x x
x x x
x x x x
x x x x
x x x x x
Ketentuan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Obsolete)
x x x x
Obsolete
x x x x x
x x x x x
Tak termasuk Wajib Amdal
Untuk Aparatur Pemerintah
x x
x x x x
x x x x x
Aparatur Negara
x x x x x
Aparatur Negara
x x x x x
Tidak Termasuk Kategori Perlu AMDAL
x x x x x
x x
Internal Audit
x x x x x
x x x x x
x x x x x
Tidak wajib Amdal
UKL UPL
Upaya penyempurnaan
pengolahan limbah B3
(Obsolete)
x x x x x
Perolehan ijin oleh Bapedal
x x x x x
x x x x x
Pengujian Limbah B3
x x x x x
x x x x x
x x x x x
Dok Disposal
x x x x x
x x x x x
Ketentuan Pengolahan
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
Penimbunan Sementara
Pembedaan karekteristik
x x x x x
diberikan simbol
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
Waste Management
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
Kegiatan pemerintah
x x x x x
Sukarela
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x
x x x x x
x x x
x x
x x x
x x x x x -
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x
x x x
Tidak Mengelola Minyak Bumi
Tidak termasuk
Tidak termasuk
Sebagai Pedoman
Kegiatan Pemerintah
Uji Emisi
Tidak ada Emisi
Tugas Pemerintah
< 70 DB
Tugas Pemerintah
Tugas Pejabat Pemerintah
Aparatur Negara
Aparatur Negara
Aparatur Negara
Dokumen
Dokumen
Aparatur Pemerintah
Tidak Menghasilkan Limbah Cair
Tak Ada Kegiatan Ini
Instalasi Air
-
Aparatur Negara
Aparatur Negara
Sukarela
Aparatur Negara
Tugas Pemerintah
AC Split (CFC)
PERATURAN PERUNDANGAN Issued By :
TENTANG LINGKUNGAN HIDUP
DAN
KESESUAIANNYA DENGAN KONDISI USAHA Title :
Pasal Isi Ketentuan
No No Peraturan Judul ayat DEPARTEMEN
x x x
2 UU No. 3/1969 Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor Syarat-syarat bangunan yg digunakan oleh tenaga kerja : x x x
Penyediaan alat atau instansi proteksi kebakaran seperti sistem deteksi atau
alarm kebakaran dan alat pemadam api ringan, hydrant sprinkler atau
instalasi khusus yang handal dan mandiri melalui sprinkler atau instalasi
khusus yang handal dan mandiri melalui standart
Tersedianya jalan keluar untuk menyelamatkan diri yang aman, lancar dan
memadai sesuai jumlah orang dan bentuk konstruksi
bangunan.Terbentuknya organisasi tanggap darurat untuk menanggulangi
bila terjadi bahaya kebakaran.
Panduan pemasangan instalas hidrant untuk pencegahan Tata cara pemasangan instalasi hidrant untuk kebakaran dirumah dan
dan penanggulangan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
25 SKBI 3462-1987 DPU rumah dan gedung
BEJANA TEKAN,ALAT ANGKAT-ANGKUT,PESAWAT UAP & PRODUKSI
Bejana tekananadalah bejana selain pesawat uap didalamnya terdapat
tekanan yang melebihi dari tekanan luar dan dipakai untuk menampung
gas/campuran gas termasuk udara, baik ditempa menjadi cair dalam
keadaan larut atau beku.
26 Permenaker No. Per. 01/Men/1982 Bejana Tekan (compresor)
Peraturan ini berlaku untuk perencanaan, pembuatan, pengangkutan
,peredaran, perdagangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bejana tekanan.
Untuk bejana-bejana harus sertifikasi asli dari bahan konstruksi dari bahan
yang tidak memihak dan diakui.
Bejana-bejana tekanan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam dasar-dasar perhitungan kekuatan konstruksi bejana tekanan yang
ditetapkan.
Pesawat tenaga dan produksi harus diperiksa dan diuji sebelum dipakai,
setelah itu dilakukan pengujian 5 tahun sekali, pemeriksaan berkala 1 tahun
27 Permenaker No. Per. 04/Men/1985 Pesawat tenaga dan produksi sekali oleh pegawai pwngawasan atau ahli K3 ( pasal 135)
Pesawat angkat dan angkut harus diperiksa dan diuji sebelum dipakai
setelah 2 tahun dilakukan pemeriksaan dan pengujian berkala 1 tahun sekali
28 Permenaker No. Per. 05/Men/1985 Pesawat angkat dan angkut oleh pegawai pengawas atau ahli K3 ( pasal 138 ).
29 Permenaker No. Per. 01/Men/1989 Klasifikasi dan syarat-syarat operasi keran angkat Pasal 3 Kwalifikasi operator terdiri dari 3 : operator kelas I, II, dan III.
Pasal 4 Syarat operator kelas I : minimal SLTA, pengalaman dan keran angkat
ayat 1 minimal 5 tahun untuk kapasitas 50 ton, berkelakuan baik dari
polisi,berbadan sehat dari dokter, umur minimal 23 tahun, lulus paket A1,A2
+ A3, lulus ujian dari depnaker.
Pasal 4 Syarat operator kelas II : minimal SLTP, pengalaman dalam keran angkat
ayat 2 minimal 3 tahun untuk kapasitas 25-50 ton, berkelakuan baik dari polisi,
berbadan sehat dari dokter, umur minimal 21 tahun, lulus paket A1 + A2,
lulus ujian dari depnaker.
Pasal 4 Syarat operator kelas III : minimal SLTP, pengalaman dalam keranangkat
ayat 3 minimal 3 tahun untuk kapasitas 25 ton, berkelakuan baik dari polisi,
berbadan sehat dari dokter, umur minimal 20 tahun, luluspaket A1 , lulus
ujian dari depnaker.
Pasal 6 Sertifikat operator diterbitkan oleh Menteri atau pejabat yang bersangkutan
dinyatakan lulus.
UMUM
Pasal 5 Tiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk
30 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenaga kerjaan memperoleh pekerjaan.
Pasal 11 setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan atau meningkatkan dan
atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat,minat, dan
kemampuannya.
Pasal 12 Pengusaha bertanggung jawab atas peningkatan dan atau pengembangan
ayat 1 kompetensi pekerjanya melalui pelatihan kerja.
Pasal 31 Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
memiliki, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh
penghasilan yang layakdi dalam dan luar negeri.
Pasal 86 Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :a.
ayat 1 keselamatan dan kesehatan kerja.b. moral dan kesusilaan.c. perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama
Pasal 86 Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
pasal 2 produktifitas kerja
Pasal 86 Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilaksanakan
ayat 3 sesuai ketentuan
Pasal 87 Setiap perusahaan wajib menempatkan SMK3 yang terintegrasi dengan
ayat 1 sistem manajemen perusahaan.
Pasal 87 Ketentuan penerapan SMK3 diatur dengan undang-undang.
ayat 2
Pasal 104 Setiap pekerja berhak membantu serikat buruh.
ayat 1
Pasal 3 Persyaratan untuk ditunjuk sebagai ahli K3 :a. mempunyai keahlian
Persyaratan penunjukkan dan wewenang serta kewajiban ayat 2 khusus.b. Telah mengikuti pendidikan oleh depnaker transkop.c. mengetahui
31 Permenaker No. Per. 03/Men/1978 pegawai pengawasan K3 dan ahli K3. ketentuan-ketentuan peraturan perundangan
Pasal 5 Wewenang ahli K3 :a. memasuki tempat-tempat tertentu sesuai surat
ayat 1 pengangkatannya dan tempat kerja lain b. Meminta keterangan baik tertulis
maupun lisan kepada pengusaha,pengurus c. Memerintahkan agar
pengusaha, pengurus dan tenaga kerja melaksanakan d. Mengawasi
langsung terhadap ditaatinya UU K3 dan peraturan pelaksanaannya e.
memerintahkan kepada pengusaha dan pengurus untuk merubah atau e.
memerintahkan kepada pengusaha dan pengurus untuk merubah atau f.
Melarang penggunaan pesawat-pesawat maupun proses yang
membahayakan
Pasal 33 Pelanggaran peraturan menteri ini apabila tidak ditaati dapat dikenakan
sanksi
Pasal 2 Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 100 orang wajib
33 Permenaker No. Per. 04/Men/1987 Panitya P2K3 membentuk P2K3
Pasal 3 Susunan P2K3
Pasal 4 Tugas dan fungsi P2K3.
Pasal 5 Perusahaan wajib mengangkat ahli K3 ( bersertifikat dari depnaker ).
Pasal 6 Permohon penunjukkan ahli K3.
Pasal 12 P2K3 harus melaporkan kegiatannya sekurang-kurangnya 3 bulan sekali
kepada instansi terkait
Pasal 2 Perencanaan, pemasangan, penggunaan, pemeriksaan dan pengujian
ayat 1 instalasi listrik ditempat kerja harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan dalam SNI. 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum
Pemberlakuan SNI nomor SNI-04-0225-200 mengenai PUIL
instalasi listrik 200 ( PUIL 2000 ) ditempat kerja.
34 Kepmenakertrans No. Kep 75/Men/2002 2000 ditempat kerja.
Pasal 2 kewajiban mentaati SNI No. 04-0225-2000 mengenai PUIL 2000.
ayat 2
Pasal 3 Kewajiban penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
35 Permenaker No. Per. 05/Men/1996 SMK3
Pasal 4 Kewajiban perusahaan dalam penerapan SMK3.
Pasal 4 Menetapkan kebijakan K3.
ayat 1a
Pasal 4 Merencanakan pemenuhan kebijakan K3.
ayat 1b
Pasal 4 Menerapkan kebijakan K3.
ayat 1c
Pasal 4 Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan
ayat 1d tindakan kebaikan
Pasal 4 Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3.
ayat 1e
Pasal 5 Untuk pembuktian penerapan SMK3 harus dilakukan oleh badan audit
sertifikasi yang telah ditunjuk oleh depnaker.
Pasal 7 Perusahaan wajib melakukan surveillance 1 kali dalam 3 tahun.
Tempat kerja harus memiliki ventilasi yang cukup memiliki jalan keluar
Permenaker dan Transmigrasi No. Per- masuk yang aman
36 01/MEN/1980 K3 pada Konstruksi bangunan
Harus dipasang perancah yg kuat dan rapat yg dapat menahan dgn aman
tenaga kerja, peralatan dan bahan yg digunakan.
Lantai perancah harus dipasang pagar pengaman, apabila tingginya lebih
dari 2 meter
Persyatan keamanan dan keselamatan untuk semua peralatan yang
dipergunakan spt alat-alat angkat, tambang, mesin dan tangga.
Syarat penerangan sesuai jenis pekerjaan :'1- Penerangan darat minimal 5
lux 2'- Penerangan halaman jalan minimal 20 lux 3- Pekerjaan kasar sampai
500 lux/m persegi 4'- Pekerjaan sedang 500 sampai 1000 lux 5 - Pekerjaan
halus 1000 sampai 1500 lux 6- Ruang kantor 300 sampai 600 lux 7- Ruang
kantor besar 600 sampai 1500 lux
37 Permen Perburuhan no.7 thn 1964 Penerangan tempat kerja
Mengatur ketentuan umum, nilai batas, petugas dan ahli proteksi radiasi -
38 Kepres No. 11 thn 1975 Keselamatan kerja terhadap radiasi Ruang kantor besar 600 sampai 1500 lux
Kententuan kerja dgn zat-zat radio aktif, pengurusan sampah radio aktif
NAB terendah untuk tempat kerja 21 C ,NAB untuk kebisingan di tempat
39 Menaker, transmigrasi dan koperasi no. S Nilai ambang batas iklim kerja dan kebisingan kerja 85 dB
Approve By:
Title :
DEPARTEMEN
PDQA MTC WH
x x x
x x x
x x x
x
x
x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x x x
x
x
x
x x x
x x x
x
PERATURAN PERUNDANGAN Issued By :
TENTANG LINGKUNGAN HIDUP
DAN
KESESUAIANNYA DENGAN KONDISI USAHA Title :
Pasal ayat Isi Ketentuan
No No Peraturan Judul DEPA
Pasal 9 APAR tidak boleh dipasangdalam ruang/tempat yangsuhunya melebihi 49'C atau
turun sampai 44'C, kecuali dibuat khusus diluar suhu tersebut
Pasal 10 APAR ditempatkan dialam terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman
Pasal 11 Pemeriksaan APAR secara periodik.dilakuakan 2 x dalam setahun,dalam jangka 6
blndan 12 bulan
Pasal 12 Pemeriksaan APAR secara periodik setiap 6 bulan.meliputi (lihat pasal 12 aturan
ini)
Pasal 12 butir H APAR CO2 harus diperiksa dengan cara menimbang. Jika beratnya berkurang 10
% maka APAR harus diisi kembali.
Pasal 13 Pemeriksaan APAR secara periodik setiap 12 bulan. (lihat pasal 13 aturan ini)
Pasal 14 Petunjuk pemakaian APAR.
Pasal 15 Percobaan APAR secara berkala setiap 5 tahun sekali ( uji tekanan).
Pasal 16 Percobaan untuk APAR jenis CO2 ( uji tekan )
Pasal 17 Pencatatan pelaksanaan percobaan APAR ( uji tekan ).
Pasal 18 pasal Pengisian APAR.
23
Pasal 24 Pengurus bertanggung jawab dilaksanakannya peraturan ini.
Instansi alarm kebakaran otomatik adalah sistem atau rangkaian alarm kebakaran
yang menggunakan detektor panas, detektor asap,detektor nyala api dan titik
panggil secara manual serta perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem
alarm kebakaran.
2 Permenaker No. Per. 02/Men/1983 instalasi kebakaran otomatik.
(1) Setiap kelompok alarm harus melindungi maximum 1000 m2 luas lantai
dengan ketentuan jumlah detektor dan jarak penempatannya tidak boleh lebih
yang telah ditetapkan pada pasal 6 s/d 65/pasal 72 dan 78 dengan mengingat
Pasal 34 jenis detektornya
Menyimpang dari pasal 34 batas luas lantai untuk satu kelompok alarm kebakaran
dapat diperluas dengan syarat: a)Dalam bangunan yang tidak bertingkat dan tidak
terbagi2 satu kelompokalarm dapat melindungi area maksimum2000m2 luas
lantai, b) Ruang tersembunyi dengan luas tidak lebih dari 500m2 detektor dapat
dihubungkan dengan kelompok alarm yang dibawahnya jika luas yang dilindungi
tidak lebih 1000m2, c)lantai panggung dapat digabungkan dengan alarm
kebakaran lantai dibawahnya tidal lebih dari 1000m2
Pasal 35
Sumber Tenaga Listrik untuk sistem alarm kebakaran harus dengan tegangan
Pasal 36 tidak kurang dari 6 volt
Instalasi alrm kebakaran otomatik harus dilakukan pemeliharaan,pengujian
Pasal 57 berkala secara mingguan,bulanan dan tahunan
Pemeliharaan dan pengujian mingguan an: Membunyikan alarm secara
simulasi,memeriksa kerja lonceng,memeriksa tegangan dan keadaan baterai dan
menctatat seluruh sistem alarm dan mencatan hasilpemeliharaan serta pengujian
Pasal 58 buku catatan
Letak dan jarak detektor sistem deteksi panas anatara 2 detektor yang terbaik
adalah: 1)setiap 46m2 dengan tinggi langit2 dalam keadaan rata tidak lebih 3m
dipasang sekurang-kurangnya 1 detektor, 2) antara detektor tidal lebih 7m seluruh
ruangan bisa tidak lebih dari 10m dalam koridor, 3)jarak detektor paas dengan
tembok atau didndingpaling jauh 3m pd ruangan biasa6 m da;lam koridor dan
paling dekat 30 cm
Pasal 61 ayat 1
SNI 19-7055-2004 Kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi 1 Ruang lingkup Standar ini memuat kurikulum pelatihan hiperkes dan
pengurus dan anggota Panitia Pembina Keselamatan dan keselamatan kerja bagi pengurus dan anggota Panitia Pembina Keselamatan dan
4 Kesehatan Kerja (P2K3 perusahaan 1 Kesehatan Kerja (P2K3) perusahaan.
kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi pengurus dan anggota
P2K3 perusahaan serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar minimal yang
ditetapkan untuk diajarkan dan dievaluasi Dengan tujuan untuk memenuhi
persyaratan mengikuti uji sertifikasi kompetensi pengurus dan anggota P2K3
2.2 perusahaan di bidang hiperkes dan keselamatan kerja
kompetensi kemampuan atau kualifikasi yang harus dicapai pada suatu bidang
2.3 keahlian yang meliputi SArana kognitif, psikomotor dan afektif/sikap
Apabila dalam pelaksanaan terdapat keraguan atas jenis kegiatan usaha industri
dan tidak terdapat dalam Keputusan Negara Lingkungan Hidup sebgaimana
dimaksud ayat (2), yang diperkirakan berpotensi dampak penting Menteri
berkonsultasi dengan Menteri Negara Lingkungan Hidup mengenai penetapan
Pasal 4 ayat 3 wajib AMDAL bagi kegiatan industri yang bersangkutan.
Bagi kegiatan Usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau
secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya terhadap lingkungan hidup
Pasal 5 ayat 1 wajib disusun UKL dan UPL
Jenis kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
pasal 5 ayat 2 tercantum pada Lampiran II Surat Keputusan ini
Penyusunan UKL dan UPL sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk
Pasal 5 ayat 3 bagian dari AMDAL dan tidak dievaluasi oleh Komisi AMDAL.
Terhadap bahan dan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 dan
angka 2 yang masih ada setelah ditetapkan keputusannya ini hanya boleh
diperdagangkan dan dipergunakan sampai dengan 31 Desember 2007." 2.
Ketentuan lainnya yang tercantum dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan
pasal 4 perdagangan Nomor 410/MPP/Kep/9/1998 dinyatakan tetap berlaku
Standar Nasional Indonesia SNI 16- 2.1 Debu :partikel padat yang terbentuk karena adanya kekuatan alami atau
7058-2004 ICS 17.060 Badan mekanik seperti penghalusan (grinding), penghancuran (crushing), peledakan
7 Standardisasi Nasional Pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja (blasting), pengayakan (shaking) dan atau pengeboran drilling)
zona pernapasan:area setengah lingkaran dari lubang hidung tenaga kerja
dengan diameter 0,6 m di sekitar kepala dan bahu
3.4.1 Persiapan:a) Filter yang diperlukan disimpan di dalam desikator selama 24
jam agar mendapatkan kondisi stabil.b) Filter kosong pada 3.4.1 a) ditimbang
sampai diperoleh berat konstan, minimal tiga kali penimbangan, sehingga
diketahui berat filter sebelum pengambilan contoh, catat berat filter blanko dan
filter contoh masing-masing dengan berat B1 (mg) dan W1 (mg). Masing masing
filter tersebut ditaruh di dalam holder setelah diberi nomor (kode).c) Filter contoh
dimasukkan ke dalam low volume dust sampler holder dengan menggunakan
pinset dan tutup bagian atas holder. d) Pompa pengisap udara dikalibrasi dengan
kecepatan laju aliran udara 10 l/menit dengan menggunakan flowmeter (flowmeter
harus dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi).
Elektrode bumi alami :Bangunan beton yang terbuat dari baja tulangan beton
saling hubung atau bangunan logam bawah tanah yang sesuai, yang
karakteristiknya memenuhi persyaratan 2.5 dapat digunakan sebagai elektrode
bumi. Jika tulangan logam beton digunakan sebagai elektrode bumi,
Kesalinghubungannya harus diperhatikan secara khusus untuk mencegah pecah
mekanis dari beton.
CATATAN Pada beton pratekan, sebaiknya dipertimbangkan akibat dari lewatnya
arus luahan petir yang dapat menimbulkan stres mekanis yang tidak dapat
diterima
Penyamaan potensial adalah tindakan yang sangat penting untuk mengurangi
bahaya kebakaran dan ledakan serta bahaya kehidupan pada ruang terproteksi.
Penyamaan potensial dicapai dengan sarana konduktor IPP atau supresor surja
yang menghubungkan SPP, rangka logam bangunan, instalasi logam, BKE dan
instalasi listrik serta telekomunikasi di dalam ruang terproteksi. Jika dipasang
SPP, rangka logam di luar ruang terproteksi dapat terpengaruh. Hal ini sebaiknya
dipertimbangkan ketika merancang sistem tersebut. IPP untuk rangka logam
eksternal mungkin juga diperlukan.Jika SPP eksternal tidak dipasang tetapi
diperlukan proteksi terhadap efek petir pada saluran masuk pelayanan, maka
harus disediakan IPP.
Standar Nasional Indonesia Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di udara tempat
kerja ini dirumuskan untuk merevisi SNI 19-0232-1987, tentang Nilai Ambang
Batas bahan kimia di udara tempat kerja, agar diperolehnya keseragaman dan
rujukan secara nasional mengenai nilai ambang batas zat kimia di udara tempat
kerja yang disesuaikan dengan perkembangannya. Standar ini mengacu pada
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor: SE-01/MEN/1997 tentang Nilai
Ambang Batas faktor kimia di udara lingkungan kerja, hasil-hasil penelitian yang
dilakuan oleh Pusat Pengembangan Keselamatan Kerja dan Hiperkes,
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta hasil kajian dari beberapa
literatur.Standar ini disusun oleh Subpanitia Teknis Kesehatan dan Keselamatan
Kerja pada Panitia Teknis 94S, Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Standar ini
telah dikonsensuskan di Jakarta pada tanggal 6 Nopember 2003, yang dihadiri
oleh pengusaha, serikat pekerja, instansi pemerintah, organisasi profesi dan
Standar Nasional Indonesia SNI 19- perguruan tinggi.
0232-2005 ICS 13.040.30 Badan
Standardisasi Nasional
10 Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di udara tempat kerja
Standar ini memuat tentang Nilai Ambang Batas rata-rata tertimbang waktu (time
weightedaverage) zat kimia di udara tempat kerja, di mana terdapat tenaga kerja
yang dapat terpapar zat kimia sehari-hari selama tidak lebih dari 8 jam per hari
atau 40 jam per minggu, serta cara untuk menentukan Nilai Ambang Batas
campuran untuk udara tempat kerja yang mengandung lebih dari satu macam zat
kimia.
Nilai Ambang Batas paparan singkat yang diperkenankan (psd) kadar zat kimia di
udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui, agar tenaga kerja yang terpapar
pada periode singkat yaitu tidak lebih dari 15 menit, masih dapat menerimanya
tanpa mengakibatkan iritasi, kerusakan jaringan tubuh, maupun terbius
tempat kerja:setiap ruangan atau lapangan yang tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, di mana
tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya
Pengukuran intensitas penerangan ini memakai alat luxmeter yang hasilnya dapat
langsung dibaca.Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian
energi listrik dalam bentuk
arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala. Untuk alat digital, energi listrik
diubahmenjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.
Luxmeter dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi.
Tata cara - Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup
sensor.- Bawa alat ketempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik
pengukuran untuk intensitas penerangan setempat atau umum.- Baca hasil
pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga
didapat nilai angka yang stabil.- Catat hasil pengukuran pada lembar hasil
pencatatan untuk intensitas penerangan setempat seperti pada Lampiran C, dan
untuk intensitas penerangan umum seperti pada Lampiran D.-Matikan luxmeter
setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan.SNI 16-7062-2004
Dalam Surat Keputusan ini yang dimaksud dengan :1). Industri, jenis industri,
Keputusan Menteri Perindustrian No. Pedoman Teknis Penyusunan Pengendalian Dampak bidang usaha industri dan perusahaan industri adalah sebagaimana dimaksud
25O Tahun 1994 Terhadap Lingkungan Hidup Pada Sektor Industri Pasal 1 ayat 1 dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.
2. Pengelolaan lingkungan hidup, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), Kerangka Acuan (KA), Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL), Dampak
Penting, Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) , Pemrakarsa Instansi yang bertanggung jawab adalah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993
tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
Pasal 1 ayat 2
3. Upaya Pengengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) adalah rencana Kerja dan atau pedoman kerja yang berisi program
pengelolaan lingkungan yang dIbuat secara sepihak
oleh Pemrakarsa dan sifatnya mengikat
Pasal 1 ayat 3
4. Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) adalah pernyataan yang
dibuat oleh perusahaan industri yang sifatnya mengikat dalam menunjang
Pasal 1 ayat 4 program pembangunan industri yang berwawasan lingkungan.
5. Pencemaran akibat kegiatan industri atau pencemaran industri adalah
penurunan kualitas lingkungan hidup karena masuknya atau dimasukkannya zat
pencemar dalam bentuk padat, cair,gas,Kebisingan,debu, getaran dan lain
sebagainya yang berasal dari kegiatan industri yang kualitasnyamelebihi Nilai
Ambang Batas (NAB) yang berlaku kedalam lingkungan atau kedalam tanah,
badan air dan udara.
Pasal 1 ayat 5
6. Komisi AMDAL Pusat adalah Komisi yang dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Perindustrian yang bertugas dan memiliki wewenang untuk
Pasal 1 ayat 6 menilai dokumen AMDAL yang diajukan pemrakarsa.
7. Komisi AMDAL Daerah adalah Komisi yang dibentuk oleh Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I yang bertugas dan memiliki wewenang untuk menilai dokumen
Pasal 1 ayat 7 AMDAL yang diajukan pemrakarsa.
8. Pedoman Teknis Penyusunan AMDAL, UKL, UPL dan SPPL disingkat
Pedoman Teknis adalah Pedoman baku untuk penyusunan dokumen AMDAL,
UKL dan UPL serta SPPL bagi pemrakarsa dilingkunganDepartemen
Perindustrian
pasal 1 ayat 8
Kegiatan usaha Industri yang mempunyai potensi dampak penting dan berlokasi
di Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Kornplek Industri yang telah
dilengkapi studiAMDAL, tidakwajib disusun AMDAL tetapi wajib disusun RKL dan
RPL berdasarkan RKL dan RPL Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau
Pasal 9 ayat 1 Kornplek Industri yang bersangkutan.
Kegiatan usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau secara
teknologi dapat dikelola dampak pentingnya dan berlokasi di Kawasan Industri
atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri yang telah di studi AMDAL, wajib
Pasal 9 ayat 2 disusun UKL dan UPL.
Komisi AMDAL Pusat melakukan penilaian atau evaluasi AMDAL, RKL dan RPL
kegiatan usaha industri, Kawasan Industri, Kawasan Berikat dan Komplek Industri
yang Izin Usahanya dlberikan oleh Menteri atau Pejabat yang mendapat
pelimpahan wewenang untuk memberikan Izin Usaha baik dalam rangka PMA/
Pasal 10 ayat 1 PMDN maupun dalam rangka non PMA/PMDN.
Kegiatan usaha industri yang kewenangan pemberian Izin Usaha Industrinya oleh
Menteri telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah di Propinsi atau Kepala
Kantor Departemen Perindustrian di Kabupaten/Kotamadya, penilalan AMDAL,
Pasal 10 ayat 2 RKL dan RPL dilakukan oleh AMDAL Daerah.
Penilaian AMDAL, RKL dan RPL yang dilakukan oleh Komisi AMDAL Daerah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib mengikutsertakan Kepala Kantor
Pasal 10 ayat 3 Wilayah Departemen Perindustrian atau Pejabat yang ditunjuk.
Izin Tetap dan Izin Perluasana dari kegiatan usaha industri sebagaimana
dimaksud pada Pasal 4 dapat diberikan setelah perusahaan industri, perusahaan
kawasan berikat melaksanakan pengendalian dampaknya terhadap lingkungan
sebagaimana tercantum terhadap lingkungan hidup sebagaimana tercantum
Pasal 13 ayat 1 dalam RKL dan RPL yang disetujui oleh Menteri.
Izin Tetap dan Izin Perluasan dari kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud
Pasal 13 ayat 2 pada Pasal 5 dapat diberikan setelah penyusunan UKL dan UPL olh pemrakarsa.
Izin Tetap dan Izin Perluasan dan atau Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil dan
kegiatan industri sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 dapat diberikan setelah
Pasal 13 ayat 3 pembuatan SPPL oleh Pemrakarsa
Penyusunan AMDAL dapat dilakukan oleh Pemrakasa dengan melibatkan tenaga
ahlinya yang berkualifikasi ilmu lingkungan atau memakai jasa Konsultan
Pasal 14 ayat 1 Lingkungan.
Penyusunan UKL dan UPL dapat dilakukan Pemrakarsa melibatkantenaga ahli
Pasal 14 ayat 2 yang berkualifikasi ilmu lingkungan atau Konsultan Lingkungan.
Untuk memenuhi penilaian yang obyektif atas ANDAL, RKL dan RPL, UKL dan
UPL, pemrakarsa industri diwajibkan menggunakan laboratorium yang
Pasal 14 ayat 3 diakreditasi oleh Pemerintah.
Title :
DEPARTEMEN
PT PAM LYONNAISE JAYA
QUALITY FORM
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN PERUNDANGAN K3
IDENTIFICATION AND EVALUATION OF OHS LEGAL COMPLIANCE
Kesesuaian
No Peraturan Judul Aplikasi Pasal/Ayat Isi
Tidak/B
Ya elum
A K3 Umum dan SMK3
5 Peraturan Menteri Tenaga Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 3 Kewajiban perusahaan dalam penerapan
Kerja dan Transmigrasi R.I. SMK3.
No. Per.05/MEN/1996
11 Permenakertrans RI Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli BAB II Tata cara penunjukan Ahli K3
No.Per.02/MEN/1992 Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 3 sd
pasal 8 x
Pasal 6 Rapat-rapat
D Ketenagakerjaan
15 Permenaker RI Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan Pasal 2 Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan
No.Per.03/MEN/1998 dan penyakit akibat kerja, kebakaran, dan
peledakan.
Pasal 3 Kewajiban melaporkan kecelakaan berlaku
bagi perusahaan yang telah dan yang belum
mengikutsertakan tenaga kerja dalam x
program jamsostek.
Pasal 4 Pelaporan kecelakaan kepada kepala kantor
Depnaker dalam waktu tidak lebih dari 2x24
jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan.
Keputusan Menteri tenaga Tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja Pasal 2,3 Pembuktian penyakit akibat kerja ( PAK )
Kerja RI Kep-333/MEN/1989 x
17 Permenakertrans RI Pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja BAB I Kewajiban Pengurus dan Pengusaha
No.Per.15/MEN/VIII/2008
x
F Jamsostek
19 UU No.3 Tahun 1992 Jaminan sosial tenaga kerja Pasal 3 Setiap tenaga kerja berhak terhadap
ayat 2 jamsostek x
20 Kepres No.28 Tahun 1988 Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian Assuransi Sosial Tenaga Kerja x
Keputusan Menteri Tenaga Tentang Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Bagi BAB II Pemanfaatan pelayanan kesehatan kerja di
Kerja RI Kep-187/MEN/1998 Program Jaminan Pemeliharaan kesehatan Jaminan perusahaan
Sosial Tenaga Kerja x
H Kimia
23 Kepmenaker RI Pengendalian bahan kimia berbahaya Pasal 2 Pengusaha atau Pengurus yang
No.Kep.187/MEN/1999 menggunakan, menyimpan, memakai,
memproduksi dan mengangkut bahan kimia
berbahaya di tempat kerja wajib
x
mengendalikan bahan kimia berbahaya
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja.
J Kesehatan Kerja
28 Undang-undang No.23 tahun Kesehatan Pasal 23 Penyelenggaraan usaha kesehatan ditempat
1992 kerja (pelayanan kesehatan, pencegahan
kecelakaan kerja dan syarat kesehatan x
kerja)
29 Permenakertrans Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam Pasal 2 Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
x
No.Per.02/MEN/1980 penyelenggaraan keselamatan kerja
Pasal 3 Pemeriksaan kesehatan berkala x
Pasal 5 Pemeriksaan kesehatan khusus x
30 Permenakertrans Kewajiban melapor penyakit akibat kerja (PAK) Pasal 2 Melaporkan PAK secara tertulis kepada
No.Per.01/MEN/1981 kantor dirjen pembinaan hubungan
perburuhan dan perlindungan tenaga kerja x
31 Permenakertrans Pelayanan kesehatan tenaga kerja Pasal 2 Tugas pokok pelayanan kesehatan
No.Per.03/MEN/1982 (pemeriksaan kesehataan, pembinaan dan x
pengawasan kesehatan, P3K, dll)
32 Kepres No.22 tahun 1993 Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja Pasal 2 Jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja
yang menderita PAK pada saat masih ada
hubungan kerja maupun setelah hubungan x
kerja
33 SE Dirjen Binawas No. SE. Pengujian hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan Melakukan pemeriksaan hepatitis B dalam
07/BW/1997 tenaga kerja. pemeriksaan kesehatan perusahaan
dianjurkan untuk tidak memakai pengujian
serum HbsAg sebagai alat seleksi pada
pemeriksaan awal maupun berkala.
34 Kepmenaker RI Diagnosis dan pelaporan Penyakit Akibat Kerja All Diagnosis penyakit akibat kerja dilakukan
No.KEPTS.333/MEN/1989 melalui serangkaian pemeriksaaan klinis dan
pemeriksaan kondisi pekerjaan serta
lingkungannya untuk membuktikan adanya x
hubungan sebab akibat antara penyakit dan
pekerjaannya.
K Kebakaran
39 Permenakertrans RI Syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat A Pasal 4 Syarat pemasangan APAR
No.Per.04/MEN/1980 pemadam api ringan x
41 Kepmenaker RI Unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja Pasal 2 Penyedian sarana deteksi, alarm, pemadam
No.Kep.186/MEN/1999 ayat 2b kebakaran dan evakuasi. x
42 Instruksi Menaker Pengawasan khusus K3 penanggulangan kebakaran Penyediaan alat atau instansi proteksi
No.Ins.11/M/BW/1997 kebakaran (sistem deteksi, alarm, APAR, x
hidrant
Tersedia jalan keluar serta organisasi
tanggap darurat x
43 SKBI 3462-1987 DPU Panduan pemasangan instalas hidrant untuk Tata cara pemasangan instalasi hidrant
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran untuk kebakaran dirumah dan gedung x
pada bangunan rumah dan gedung
L Las
44 Permenakertrans RI Kwalifikasi juru las Pasal 4 Syarat-syarat juru las : berbadan sehat
No.Per.02/MEN/1982 ayat 1 sesuai surat keterangan dokter
Pasal 6, 7 Penggolongan juru las
N Konstruksi Bangunan
48 Peraturan Menteri Tenaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kontruksi Pasal 2,3 Kewajiban melaporkan pekerjaan konstruksi
Kerja dan Transmigrasi R.I. bangunan bangunan yang akan dilakukan ke disnaker
No. Per.01/MEN/1980 setempat dan penyusunan unit k3
49 Keputusan Bersama Menaker Keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan Pasal 3 Kewenangan Menteri Pekerjaan Umum
dan Menteri Pekerjaan Umum konstruksi dalam memberikan sanksi administratif
No. Kep. 174/MEN/1986. No.
104/KPTS/1986
50 Permenakertrans RI No. Kwalifikasi dan Syarat-syarat operator Keran Angkat BAB III Kwalifikasi dan syarat-syarat operator keran
Per.01/MEN/1989 angkat
59 SE Menaker No. SE. 86 Perusahaan catering yang mengolah makanan bagi Persyaratan dari perusahaan catering untuk
/BW/1989 tenaga kerja mendapat rekomendasi dari Depnaker
60 Instruksi Menteri No. ins. Peningkatan,pengawasan dan penertiban terhadap Peningkatan pengawasan dan penertiban
01/Men/1998 kantin dan toilet diperusahaan terhadap kantin dan toilet perusahaan
61 Instruksi Menteri No. ins. Pengawasan terhadap pengelolahan makanan ditempat Pengawasan Kepala Kanwil Depnaker
03/M/BW/1999 kerja terhadap pengelolaan makanan ditempat
kerja pada perusahaan di wilayah kerjanya
masing-masing.
S B3
62 Peraturan Menteri LH No.3 Tata cara pemberian simbol dan label B3 All Setiap kemasan B3 dan setiap tempat
tahun 2008 penyimpanan B3 wajib diberikan simbol dan x
label sesuai dengan klasifikasinya
Catatan:
UU : Undang Undang
PP : Peraturan Pemerintah
KEPRES : Keputusan Presiden
KEPMEN LH : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
KEPMENAKER : Keputusan Menteri Tenaga Kerja
PERDA : Peraturan Daerah
SK : Surat Keputusan
JAKPINDUM : Jaksa Muda Tindak Pidana Umum
MENKES : Menteri Kesehatan
No. : PLJ/EHS/006-QF-001
Version : 00
Application Date : 18/02/09
Page 1 of 1
Catatan
Telah terpenuhi
Telah terpenuhi
Belum terbentuk
Telah terpenuhi
Telah terpenuhi
Kesesuaian
No Peraturan Judul Aplikasi Pasal/Ayat Isi Catatan
Tidak/
Ya Belum
Point 2 : Pengurus diwajibkan memeriksa semua x Sudah dilakukan medhical Check Up,
tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya,
secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh
pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur
Point 2 : Pengurus hanya dapat memperkerjakan x Dilakukan training sebelum bekerja oleh
tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin masing-masing departemen
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami
syarat-syarat tersebut diatas
Point 3 : Pengurus diwajibkan menyelenggarakan x Sudah dilakukan training pemadaman
pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada kebakaran & P3K
dibawah pimpinannya, dalam pencegahan
kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula
dalam pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan
Pasal 13 Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, x Diwajibkan untuk semua operator dan orang
diwajibkan mentaati semua petunjuk, keselamatan yang memasuki area tempat kerja diwajibkan
kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang memakai APD yang sesuai
diwajibkan
Pasal 14 a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja x Sudah dibuatkan WI dan penempatan
yang dipimpinnya, semua syarat-syarat keselamatan undang-undang pada tempat kerja
kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini
dan semua peraturannya yang berlaku bagi tempat
kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja
2 Permenakertrans R.I. No. Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan A pasal 2 (1) Menteri Tenaga Kerja Atau Pejabat yang x PALYJA sudah memiliki 9 orang Ahli K3.
Per.02/MEN/1992 Wewenang Ahli Keselamatan dan ditunjuk berwenang menunjuk ahli keselamatan dan Yaitu Rully Sutansyah, Amos Harianja,
Kesehatan Kerja kesehatan kerja pada tempat kerja dengan kriteria Erizaldy Azwar, Rachmat Hidayat, Hans
tertentu dan pada perusahaan yang memberikan Victor, Teguh Suwarno, Aep Saepuloh, Peni
jasa di bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Ayu Rahmani, dan Alfansuri
3 Peraturan Menteri Tenaga Sistem Manajemen Keselamatan dan A Pasal 3 Kewajiban perusahaan dalam penerapan SMK3. Wajib bagi perusahaan yang
Kerja dan Transmigrasi R.I. Kesehatan Kerja memperkerjakan 100 orang tenaga kerja
No. Per.05/MEN/1996 x atau lebih dan atau yang mengandung
potensi bahaya yang dapat menimbulkan
PAK
Pasal 5, 6, Untuk pembuktian penerapan SMK3 harus Audit SMK3 sekurang-kurangnya 1 kali
dan 7 dilakukan oleh badan audit sertifikasi yang telah dalam 3 tahun. PALYJA belum diaudit
ditunjuk oleh depnaker. x sertifikasi SMK3
3 Kepmenaker Pelaksanaan Audit Sistem Manajemen NA Keputusan Menaker untuk audit SMK3
No.Kep.19/MEN/BW/97 Keselamatan dan Kesehatan Kerja x
5 Kepmenaker Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan A Sidak pelaksanaan K3 di perusahaan Dilakukan inspeksi K3 baik di produksi
No.Kep.96/M/BW/97 Kerja x maupun network
B Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
6 Permenakertrans R.I. No. Panitia Pembina Keselamatan dan A Pasal 2 Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih
Per.04/MEN/1987 Kesehatan Kerja serta Tata Cara dari 100 orang wajib membentuk P2K3 x
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
Pasal 12 P2K3 harus melaporkan kegiatannya sekurang- Belum dilaporkan secara rutin
kurangnya 3 bulan sekali x
7 Permenakertrans RI Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan A BAB II Tata cara penunjukan Ahli K3 Penunjukan ahli k3 ditetapkan berdasarkan
No.Per.02/MEN/1992 Wewenang Ahli Keselamatan dan pasal 3 sd permohonan tertulis dari pengurus atau
Kesehatan Kerja pasal 8 x pimpinan instansi kepada Menteri Tenaga
Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
D Ketenagakerjaan
9 Undang-undang RI No.13 Ketenagakerjaan A Pasal 86 Hak setiap perkerja untuk memperoleh perlindungan Perlindungan disesuaikan dengan peraturan
tahun 2003 atas K3 x perundangan yang berlaku (pasal 54)
Pasal 87 setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang Dalam proses implementasi OHSAS 18001
terintregasi dengan sistem manajemen perusahaan x
E Kecelakaan
10 Permenaker RI Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan A Pasal 2 Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan dan Pelaporan kejadian kecelakaan oleh
No.Per.03/MEN/1998 Kecelakaan penyakit akibat kerja, kebakaran, dan peledakan. x perusahaan kepada Disnaker setempat
(laporan P2K3)
Pasal 3 Kewajiban melaporkan kecelakaan berlaku bagi Sudah dilaporkan ke Jamsostek
perusahaan yang telah dan yang belum
mengikutsertakan tenaga kerja dalam program x
jamsostek.
Pasal 4 Pelaporan kecelakaan kepada kepala kantor
Depnaker dalam waktu tidak lebih dari 2x24 jam x
terhitung sejak terjadinya kecelakaan.
11 Keputusan Menteri tenaga Tentang Diagnosis dan Pelaporan A Pasal 2,3 Pembuktian penyakit akibat kerja ( PAK ) Belum terdeteksi adanya PAK
Kerja RI Kep-333/MEN/1989 Penyakit Akibat Kerja - -
Pasal 4 PAK yang ditemukan harus dilaporkan Kepada Belum terdeteksi adanya PAK
Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja - -
12 Permenakertrans RI Pertolongan pertama pada kecelakaan di A BAB I Kewajiban Pengurus dan pengusaha untuk Terdapat petugas P3K di masing-masing unit
No.Per.15/MEN/VIII/2008 tempat kerja menyediakan petugas P3K di tempat kerja dan x kerja
melaksanakan kegiatan P3K di tempat kerja
BAB II Petugas P3K di tempat kerja memiliki lisensi dan Petugas P3K mendapat training (dari SOS),
buku kegiatan P3K x perlu refreshment training
BAB III Fasilitas P3K di tempat kerja Tersedia kotak P3K dan isinya, tandu, dan
bidai di setiap unit kerja (perlu review)
x
F Jamsostek
13 UU No.3 Tahun 1992 Jaminan sosial tenaga kerja A Pasal 3 Setiap tenaga kerja berhak terhadap jamsostek Kewajiban keikutsertaan Jamsostek
ayat 2 x
14 Kepres No.28 Tahun 1988 Besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja dan A Penggantian biaya pengobatan/perawatan
Jaminan Kematian Assuransi Sosial x
Tenaga Kerja
15 Keputusan Menteri Tenaga Tentang Pemanfaatan Pelayanan A BAB II Pemanfaatan pelayanan kesehatan kerja di Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
Kerja RI Kep-187/MEN/1998 Kesehatan Bagi Program Jaminan perusahaan meliputi pemeriksaaan sebelum bekerja,
Pemeliharaan kesehatan Jaminan Sosial x pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan
Tenaga Kerja khusus
BAB III Tata cara pemanfaatan pelayanan kesehatan Dilaksanakan melalui perjanjian kerjasama
antara perusahaan dengan badan
x penyelenggara program jaminan
pemeliharaan kesehatan
G Asbes
16 Permenaker RI Keselamatan dan Kesehatan kerja A Pasal 5 Pengurus wajib melakukan pengendalian terhadap Aktivitas Palyja tidak menimbulkan debu
No.Per.03/MEN/1985 Pemakaian Asbes debu asbes yang terkandung diudara lingkungan asbes di lingkungan kerja
kerja dengan mengambil sample pada beberapa
tempat yang diperkirakan konsentrasi debu - -
asbesnya tinggi dalam setiap 3 bulan atau pada
frekuensi tertentu.
H Kimia
17 Kepmenaker RI Pengendalian bahan kimia berbahaya A Pasal 1 Pengusaha atau Pengurus yang menggunakan, Upaya untuk pengendalian sudah dilakukan.
No.Kep.187/MEN/1999 menyimpan, memakai, memproduksi dan Operator yang menggunakan Bahan Kimia
mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib menggunakan APD yang
wajib mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk x diperuntukkan
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.
Pasal 2 Pengendahan bahan kimia berbahaya sebagaimana Setiap B3 dilengkapi dengan MSDS. Sudah
di maksud pasal 2 meliputi: (a). penyediaan lembar memiliki Ahli K3 Kimia, namun belum
data keselamatan bahan (LDKB) memiliki Petugas K3 Kimia
dan label (b). Penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli x
K3 Kimia
Pasal 6 Lembar Data Keselamatan Bahan sebagaimana MSDS ditempatkan di lokasi yang
dimaksud dalam pasal 4 dan Label sebagaimana menggunakan bahan kimia, namun belum
dimaksud dalam pasal 5 diletakkan di tempat yang semua
mudah diketahui oleh tenaga kerja dan Pegawai x
Pengawas Ketenagakerjaan.
18 Peraturan Menteri LH No.3 Tata cara pemberian simbol dan label B3 A All Setiap kemasan B3 dan setiap tempat penyimpanan Setiap bahan kimia diberikan label
tahun 2008 B3 wajib diberikan simbol dan label sesuai dengan x
klasifikasinya
20 Permenakertrans Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan A Pasal 1 Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga Bekerjasama dengan provider kesehatan
No.Per.01/MEN/1979 K3 Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan paramedis di wajbkan untuk mengirimkan setiap dengan paramedis yang sudah sertifikasi
tenaga kerja tersebut untuk mendapatkan latihan hiperkes dan KK
dalam bidang hiperkes dan K3. - -
J Kesehatan Kerja
21 Permenakertrans Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja A Pasal 2 Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja Sudah dilakukan dalam perekrutan karyawan
x
No.Per.02/MEN/1980 dalam penyelenggaraan keselamatan
kerja Pasal 3 Pemeriksaan kesehatan berkala x Sudah dilakukan setiap tahun
Pasal 5 Pemeriksaan kesehatan khusus x Sudah dilakukan
22 Permenakertrans Kewajiban melapor penyakit akibat kerja A Pasal 2 Melaporkan PAK secara tertulis kepada kantor dirjen Belum terdeteksi adanya PAK
No.Per.01/MEN/1981 (PAK) pembinaan hubungan perburuhan dan perlindungan
tenaga kerja - -
23 Permenakertrans Pelayanan kesehatan tenaga kerja A Pasal 2 Tugas pokok pelayanan kesehatan (pemeriksaan
No.Per.03/MEN/1982 kesehataan, pembinaan dan pengawasan x
kesehatan, P3K, dll)
24 Kepres No.22 tahun 1993 Penyakit yang timbul akibat hubungan A Pasal 2 Jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja yang Hak bagi pekerja atas jaminan kesehatan
kerja menderita PAK pada saat masih ada hubungan kerja
kerja maupun setelah hubungan kerja x
25 SE Dirjen Binawas No. SE. Pengujian hepatitis B dalam pemeriksaan A All Melakukan pemeriksaan hepatitis B dalam Sudah terprogram dalam paket pemeriksaan
07/BW/1997 kesehatan tenaga kerja. pemeriksaan kesehatan perusahaan dianjurkan MCU
untuk tidak memakai pengujian serum HbsAg
sebagai alat seleksi pada pemeriksaan awal x
maupun berkala.
26 Kepmenaker RI Diagnosis dan pelaporan Penyakit Akibat A All Diagnosis penyakit akibat kerja dilakukan melalui Bekerjasama dengan provider MCU dengan
No.KEPTS.333/MEN/1989 Kerja serangkaian pemeriksaaan klinis dan pemeriksaan dokter dan paramedis yang sudah sertifikasi
kondisi pekerjaan serta lingkungannya untuk hiperkes dan KK
membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara - -
penyakit dan pekerjaannya.
27 Kepmenaker RI Nilai Ambang Batas faktor fisika di tempat Pasal 1, 10 Faktor Fisika adalah faktor didalam tempat kerja Sudah dilakukan pengukuran faktor fisik
No.Kep.51/MEN/1999 kerja yang bersifat fisika : iklim kerja, kebisingan, getaran,
dan gelombang mikro. Pengusaha atau pengurus x
harus melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam
keputusan ini
28 Kepmenkes RI Persyaratan lingkungan kerja perkantoran A All Parameter-parameter lingkungan kerja harus sesuai Sudah dilakukan pengukuran parameter
No.1405/Menkes/SK/XI/2002 dan industri persyaratan atau standar x lingkungan kerja
K Kebakaran
29 Permenakertrans RI Syarat-syarat pemasangan dan A Pasal 4 Syarat pemasangan APAR Aturan pemasangan APAR sesuai dengan
No.Per.04/MEN/1980 pemeliharaan alat pemadam api ringan x jenis dan penggolongan APAR
31 Kepmenaker RI Unit penanggulangan kebakaran di tempat A Pasal 2 Penyedian sarana deteksi, alarm, pemadam Akan diidentifikasi kebutuhan unit pemadam
No.Kep.186/MEN/1999 kerja ayat 2b kebakaran dan evakuasi. x otomatis
Pasal 2 Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan Dilakukan tiap tahun
ayat 2e kebakaran secara berkala x
Pasal 5 Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran PALYJA belum memiliki ahli K3 spesialis
ayat 4 x penanggulangan kebakaran
L Las
32 Permenakertrans RI Kwalifikasi juru las A Pasal 4 Syarat-syarat juru las : berbadan sehat sesuai surat
No.Per.02/MEN/1982 ayat 1 keterangan dokter x
34 Kepmenakertrans RI No.: Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Pasal 2 Perencanaan, pemasangan, penggunaan, Telah dibuatkan ringkasan dari PUIL yang
Kep.75/MEN/2002 (SNI) No. SMI-04-0225-2000 Mengenai pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik di tempat x dijadikan pedoman internal
Persyaratan Umum Instalasi Listrik kerja harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan
35 SK Dirjen Pembinaan 2000(PUIL 2000) di Tempat
Sertifikasi Kompetensi Kerja
Keselamatan dan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia
Hubungan Industrial Dan Kesehatan Kerja Tekhnisi Listrik. (SNI) No. SNI 04-0225-2000 mengenai Persyaratan
Pengawasan Ketenaga Umum Instalasi List
x
Kerjaan Depnaker RI No.
Kep.311/BW/2002
N Konstruksi Bangunan
36 Peraturan Menteri Tenaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada A Pasal 2,3 Kewajiban melaporkan pekerjaan konstruksi Pekerjaan konstruksi bangunan PALYJA di
Kerja dan Transmigrasi R.I. Kontruksi bangunan bangunan yang akan dilakukan ke disnaker lakukan oleh pihak kontraktor. Kewenangan
No. Per.01/MEN/1980 setempat dan penyusunan unit k3 x PALYJA untuk melakukan pengawasan
terhadap pekerjaan kontraktor
BAB VI Pemeriksaan dan pengujian secara berkala kabel PALYJA melakukan pengawasan terhadap
baja, tambang, rantai dan peralatan bantu yang alat angkat angkut yang digunakan oleh
digunakan untuk mengangkat, menurunkan atau x kontraktror
menggantungkan
37 Permenakertrans RI No. Kwalifikasi dan Syarat-syarat operator BAB III Kwalifikasi dan syarat-syarat operator keran angkat Palyja tidak memiliki operator keran angkat
Per.01/MEN/1989 Keran Angkat - -
O Bejana Tekan
Pasal 6 Pada pesawat tenaga dan produksi yang sedang Sudah implementasi LOTO
diperbaiki, tenaga penggerak harus dimatikan dan
alat pengontrol harus segera dikunci serta diberi
suatu tanda larangan untuk menjalankan pada x
tempat yang mudah dibaca sampai pesawat tenaga
dan produksi atau alat pengaman tersebut selesai
diperbaiki
40 8 Permenaker RI Pesawat angkat dan angkut A Pasal 4 Setiap pesawat angkat dan angkut harus dilayani Operator forklift yang ada di Palyja sudah
No.Per.05/MEN/1985 oleh operator yang mempunyai kemampuan dan memiliki SIO (dari Depnaker)
telah memiliki keterampilan khusus tentang Pesawat x
Angkat dan Angkut
Pasal 138 Pemeriksaan dan pengujian Pemeriksaan forklift, excavator, dan crane
x dilakukan setiap tahun
41 Peraturan Menteri Tenaga Perusahaan Jasa Keselamatan Dan Untuk menjadi PJK3 harus memenuhi persyaratan
Kerja RI No. Per. Kesehatan Kerja sebagai berikut : - -
04/MEN/1995
1. Berbadan hukum
2. Memiliki ijin usaha perusahaan
3. Memiliki NPWP
4. Memiliki bukti wajib lapor ketenaga kerjaan
5. Memiliki peralatan yang memadai sesuai usaha
jasanya
6. Memiliki ahli K3 yang sesuai dgn usaha jasanya
yang bekerja penuh pada perusahaan
7. Memiliki tenaga teknis sesuai usaha jasanya
Q Pengadaan makanan
42 SE Menaker No. SE. 01 Pengadaan kantin dan ruang makan NA All Pengadaan tempat makan untuk karyawan 50-200
/Men/1979 dan pengadaan kantin diperusahaan (jumlah
karyawan lebih dari 200 orang) x
Catatan:
UU : Undang Undang
PP : Peraturan Pemerintah
KEPRES : Keputusan Presiden
KEPMEN LH : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
KEPMENAKER : Keputusan Menteri Tenaga Kerja
PERMENLH : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
MENKES : Menteri Kesehatan
SK : Surat Keputusan
SE : Surat Edaran
Sheet1
Daftar Identifikasi Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan
1. Undang-undang No. 1
2. Undang -undang Republik Indonesia No.
3. 13
Undang -undang Republik Indonesia No.
21
5. Keputusan Presiden RI No 22
6. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1978
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1980
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1980
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.04/MEN/1980
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1981
12. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1982
13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1982
14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.03/MEN/1982
15. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1983
16. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.03/MEN/1985
17. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.04/MEN/1985
18. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.05/MEN/1985
Page 90
Sheet1
20. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1989
21. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1989
22. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1992
23. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.05/MEN/1995
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.05/MEN/1996
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.03/MEN/1998
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.03/MEN/1999
24 Keputusan Meneteri Tenaga Kerja No.
Kep 155/MEN/1984
Page 91
Sheet1
34. Surat Keputusan Direktorat Jenderal
Pembinaan Hubungan Industrial Dan
Pengawasan Ketenaga Kerjaan
Departemen Tenaga Kerja RI No.
Kep.84/BW/1998
Page 92
Sheet1
dentifikasi Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tentang Tahun
dikeluarkan
Keselematan Kerja 1970
Ketenagakerjaan 2003
Pengesahan ILO Convention No. 81 concerning Laboour Inspection in Industry and 2003
Comvmerce(Konvensi ILO no 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri
dan Perdagangan.
Tentang Tahun
dikeluarkan
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli 1987
Keselamatan Kerja
Page 93
Sheet1
Kwalifikasi dan Syarat-syarat operator Keran Angkat 1989
Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamtan dan Kesehatan Kerja 1992
Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift untuk pangangkutan Orang dan 1999
Barang.
Penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep.125/MEN/82 1984
Tentang Pembentukan, Susunan Dan Tata Kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional, Dewan Keselamatan dan Kesehatan KerjaWilayah Dan Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kegiatan Konstruksi 1986
Tentang Tahun
dikeluarkan
Page 94
Sheet1
Cara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik Kecelakaan 1998
Page 95