Anda di halaman 1dari 29

No.

Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 1 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Undang - undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang
1 2003
Ketenagakerjaan
Pasal 11 : Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan 1. Training
dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan 1 1 2.Assesmen Kompetensi
kemampuanya melalui pelatihan kerja.
Pasal 12 ayat 1 : Pengusaha bertanggung jawab atas peningkatan dan/atau
1 1
pengembangan kompetensi pekerjanya melalui pelatihan kerja

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran


2 1970
Negara No. 1 Tahun 1970)
Pasal 3 : ayat 1 : Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
1 1
keselamatan kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian - kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar 1. Prosedur Peraturan Perundangan &
atau rasiasi, suara dan getaran. Persyarata K3 Serta Evaluasi
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik Kepatuhannya
maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan 2. Resume Peraturan K3 dan Evaluasi
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai Kepatuhan
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
l. Memelihara kebersihan,kesehatan dan ketertiban
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaanya menjadi bertambah tinggi.
Pasal 9 : ayat 1 : Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
1 1
tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat
kerjanya 1. Safety induction karyawan baru
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat 2. Orientasi K3
kerjanya
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya
Pasal 11 : Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam
tempat kerja yang dipimpinya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Mentri Tenaga 1 1
Kerja
Pasal 12 : Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga
1 1
kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja
1. Laporan Ak3 Umum
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
2. Tanda Terima Jaminan Kecelakaan
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
Kerja
yang diwajibkan
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-
batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 2 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 13 : Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja diwajibkan
mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan 1 1
diri yang diwajibkan
Pasal 14 : Pengurus diwajibkan : 1 1
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat
keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat- 1. Perjanjian Kerja Bersama
tempat yang muda 2. Sign (Rambu-rambu K3)
3. Pembinaan K3
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja
yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja
c. Menyediakan secara Cuma-Cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja yang berada dibwah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap
orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk
yang diperlukan me
PERATURAN PRESIDEN NO 7 TAHUN 2019 TENTANG PENYAKIT AKIBAT
*3 KERJA
2019
Pasal 2 : 1 1
ayat 1 : Pekerja yang didiagnosis menderita Peyakit Akibat Kerja berdasarkan
keterangan Dokter berhak atas manfaat JKK meskipun hubungan kerja telah berakhir 1. Asuransi BPJS Ketenagakerjaan

ayat 2 : Hak atas manfaat JKK sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) diberikan
apabila Penyakit Akibat Kerja timbul dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun
terhitung sejak hubungan kerja berakhir

Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan


4 Pengawasan Ketenagakerjaan N0. KEP.311/BW/2002 tentang Sertifikasi 2002
Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik

1. Setiap teknisi yang diserahi tugas dan tanggung jawab dalam 1. Ahli K3 Teknisi Listrik
pekerjaan pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan, 2. Ahli K3 Listrik
pemeriksaan, pengujian dan perbaikan instalasi listrik harus
1 1
memenuhi syarat kompetensi keselamatan dan kesehatan kerja
listrik yang dibuktikan dengan sertifikat dan lisensi keselamatan
dan kesehatan kerja listrik
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Kep.186/MEN/1999 tentang Unit
5 1999
Penanggulangan Kebakaran di tempat Kerja
Pasal 2 :
ayat 1 : Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan
1 1
kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja
ayat 2 : Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat
kerja meliputi :
a. Pengendalian setiap bentuk energi
b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi
c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas
d. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja
e. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala
f. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran bagi tempat
kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 orang tenaga kerja dan atau tempat kerja
1. Tim tanggap darurat
yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat
2.AK3 Kebakaran
Pasal 3 : Pembentukan unit penanggulangan kebakaran dengan memperhatikan 3. Tim Kebakaran Kelas D
1 1
jumlah tenaga kerja dan atau klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran 4. APAR
5. Hydrant
Pasal 5 : Unit penanggulangan kebakaran terdiri dari : 1 1
6. Sign (rambu-rambu)
a. Petugas peran kebakaran 7. Training APAR
b. Regu penanggulangan kebakaran
c. Koordinator unit penanggulangan kebakaran
d. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 3 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 6 1 1
ayat 1 :Petugas peran kebakaran sekurang-kurangnya 2 orang untuk setiap jumlah
tenaga kerja 25 orang
ayat 2 : Regu penaggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penganggulangan
kebakaran, ditetapkan untuk tempat kerja tingkat resiko kebakaran ringan dan sedang I
yang mempekerjakan tenaga kerja 300 orang atau lebih atau setiap tempat kerja
tingkat resiko
ayat 3 : Koordinator unit penanggulangan kebakaran ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I sekurang-
kurangnya 1 orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100 orang.
Pasal 7 1 1
ayat 1 : Petugas peran kebakaran mempunyai tugas :
a. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat menimbulkan
bahaya kebakaran 1. Tim tanggap darurat
b. Memadamkan kebakaran pada tahap awal 2.AK3 Kebakaran
c. Mengarahkan evakuasi orang dan barang 3. Tim Kebakaran Kelas D
d. Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait 4. APAR
e. Mengamankan lokasi kebakaran 5. Hydrant
ayat 2 : Untuk dapat ditunjuk menjadi petugas peran kebakaran harus memenuhi 6. Sign (rambu-rambu)
syarat : 7. Training APAR
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Pendidikan minimal SLTP
c. Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I
Pasal 8 1 1
ayat 1 :Regu penanggulangan kebakaran mempunyai tugas :
a. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat menimbulkan
bahaya kebakaran
b. Melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran
c. Memberikan penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap awal
d. Membantu menyusun buku rencana tanggap darurat penanggulangan kebakaran
e. Memadamkan kebakaran
f. Mengarahkan evakuasi orang dan barang
g. Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait
h. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan
i. Mengamankan seluruh lokasi tempat kerja
j. Melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran
ayat 2 : Untuk dapat ditunjuk menjadi anggota regu penanggulangan kebakaran harus
memenuhi syarat :
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Usia minimal 25 tahun dan maksimal 45 tahun
c. Pendidikan minimal SLTA
d. Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I dan tingkat
dasar II
Pasal 9 1 1
ayat 1 : Koordinator unit penanggulangan kebakaran mempunyai tugas:
a. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari instansi
yang berwenang
b. Menyusun program kerja dan kegiatan tentang cara penanggulangan kebakaran
c. Mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran kepada
pengurus
ayat 2 : Untuk dapat ditunjuk sebagai koordinator unit penanggulangan kebakaran
harus memenuhi syarat :
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Pendidikan minimal SLTA
c. Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dengan masa kerja minimal 5 tahun
d. Telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I, tingkat
dasar II dan tingkat Ahli K3 Pratama
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 4 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per -02/MEN/1992 tentang P2K3
6 serta Tata Cara Penunjukan, Kewajiban, dan Wewenang Ahli 1992
Keselamatan Kerja
Pasal 3 : Untuk dapat ditunjuk sebagai ahli keselamatan dan kesehatan kerja harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut : Berpendidikan sarjana, Sarjana Muda atau 1 1
sederajat dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Sarjana dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang keahlianya sekurang-
kurangnya 2 tahun
2. Sarjana Muda atau sederajat dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidangnya
sekurang-kurangnya 4 tahun: berbadan sehat, berkelakuan baik, bekerja penuh di
instansi yang bersangkutan, lulus seleksi
Pasal 4, ayat 1 : Penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan
berdasarkan permohonan tertulis dari pengurus atau pimpinan instansi kepada 1 1
Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang ditunjuk.
pasal 9 : 1 1
ayat 1 : Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berkewajiban:
a. membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan
penunjukaanya. 1. Sertifikasi AK3 Umum
b. Memberikan laporan kepada menteri tnaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
2. Laporan AK3 dan P2K3
mengenai hasil pelaksanaan tugas
c. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansiyang didapat
berhubung dengan jabatanya.
Pasal 10 : 1 1
ayat 1: Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berwewenang untuk:
a. Memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukanya
b. Meminta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat - syarat
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja sesuai dengan keputusan
penunjukanya
c. Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan memberikan
persyaratan serta pembinaan keselamatan dan kesehatan kerjayang meliputi:
1. keadaan dan fasilitas tenaga kerja
2. keadaan mesin mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta peralatan lainya.
3. penanganan bahan bahan
4. pross produksi
5. sifat pekerjaan
6.cara kerja
7. lingkungan kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per -02/MEN/1989 tentang


7 1989
Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
Pasal 2 ayat 1 : Instalasi penyalur petir harus direncanakan,dibuat, dipasang dan Sertifikat instalasi penyalur petir
1 1
dipelihara sesuai dengan peraturan ini dan atau standar yang diakui
Pasal 3 : Sambungan-sambungan harus merupakan suatu sambungan elektris,
tidak ada kemungkinan terbuka dan dapat menahan kekuatan tarik samadengan 1 1
sepuluh kali berat penghantar yang menggantung pada sambungan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.09/MEN/VII/2010 tentang


8 2010
Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut SIO Operator Pesawat Angkat dan
Angkut
Pasal 5 : Operator Pesawat Angkat dan Angkut 1 1 Jobdesk Operator Pesawat Angkat
(1). Pesawat angkat dan angkut harus dioperasikan oleh operator pesawat angkat dan
dan Angkut
angkut yang mempunyai Lisensi K3 dan buku kerja sesuai jenis dan kualifikasinya
Pasal 6 : Operator peralatan angkat sebagaimana dimaksud pada ayat 1
1 1
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Operator kelas I
b. Operator kelas II
c. Operator kelas III
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 5 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 7. 1 1
1. Operator pesawat angkat sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2a harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat
b. Berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (Lima) tahun membantu pelayanan
dibidangnya
c. Berbadan sehat menurut keterangan dokter
d. Umur sekurang-kurangnya 19 Tahun, dan
SIO Operator Pesawat Angkat dan
e. Memiliki Lisensi K3 dan buku kerja. Angkut
2. Operator pesawat angkat sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2b harus
Jobdesk Operator Pesawat Angkat
memenuhi syarat sebagai berikut :
dan Angkut
a. Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat
b. Berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (Tiga) tahun membantu pelayanan
dibidangnya
c. Berbadan sehat menurut keterangan dokter
d. Umur sekurang-kurangnya 21 Tahun, dan
e. Memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
3. Operator pesawat angkat sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2c harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat
b. Berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (Satu) tahun membantu pelayanan
dibidangnya
c. Berbadan sehat menurut keterangan dokter
d. Umur sekurang-kurangnya 19 Tahun, dan
e. Memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Pasal 28. Kewenangan Operator dan Petugas 1 1
1. Operator Peralatan angkat kelas 1 sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2a
berwenang :
a. Mengoperasikan pesawat angkat sesuai dengan jenisnya dengan kapasitas lebih
dari 100 Ton atau tinggi menara lebih dari 60 meter dan
b. Mengawasi dan membimbing kegiatan operator kelas II dan Kelas III apabila perlu
didampingi oleh operator kelas II dan kelas III
2. Operator peralatan angkat kelas II sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2b
berwenang :
a. Mengoperasikan pesawat angkat sesuai dengan jenisnya dengan kapasitas lebih
dari 25 Ton sampai kurang dari 100 Ton atau tinggi menara lebih dari 40 meter sampai
dengan 60 meter dan
b. Mengawasi dan membimbing kegiatan operator kelas III apabila perlu didampingi
oleh operator kelas III
3. Operator peralatan angkat kelas III sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2c
berwenang : Mengoperasikan pesawat angkat sesuai dengan jenisnya dengan
kapasitas kurang dari 25 Ton atau tinggi menara sampai dengan 40 meter.
Pasal 34. Kewajiban Operator dan Petugas 1 1
(1). Operator pesawat angkat dan angkut bekewajiban untuk :
a. Melakukan pengecekan terhadap kondisi/kemampuan kerja pesawat angkat dan
angkut, alat-alat pengaman dan alat-alat perlengkapan lainnya sebelum
mengoperasikan pesawat angkat dan angkut.
b. Bertanggung jawab atas kegiatan pengoperasian pesawat angkat dan angkut dalam
keadaan aman
c. Tidak meninggalkan tempat pengoperasian pesawat angkat dan angkut, selama
mesin dihidupkan
d. Menghentikan Pesawat angkat dan angkut dan segera melaoprakan kepada atasan,
apabila alat pengaman atau perlengkapan pesawat angkat dan angkut tidak berfungsi
dengan baik atau rusak
e. Mengawasi dan mengkoordinasikan operator kelas II dan kelas III bagi operator
kelas I, dan operator kelas II mengawasi dan mengkoordinasikan operator kelas II
f. Mematuhi peraturan dan melakukan tindakan pengamanan yang telah ditetapkan
dalam pengoperasian pesawat angkat dan angkut
g. Mengisi buku kerja dan membuat laporan harian selama mengoperasikan pesawat
angkat dan angkut.
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 6 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
9 Permenaker RI Per.05/MEN/1985 Tentang Pesawat Angkat & Angkut 1985 Sertifikat Pesawat Angkat & Angkut
Pasal 2 : Bahan konstruksi serta perlengkapan dari pesawat angkat dan angkut Pengujian Pesawat Angkat & Angkut
1 1 Kompetensi Operataor Pesawat
harus cukup kuat, tidak cacat dan memenuhi syarat.
pasal 3 : 1 1 Angkat & Angkut
ayat 1 : Beban maksimum yang diizinkan dari pesawat angkat dan angkut harus ditulis Assesment Operator Pesawat Angkat
pada bagian yang mudah dilihat dan dibaca dengan jelas & Angkut
ayat 2 : Semua pesawat angkat dan angkut tidak boleh dibebani melebihi beban Kondisi fisik alat angkat & angkut
maksimum yang diizinkan
ayat 3 : Pengangkatan dan penurunan muatan pada pesawat angkat dan angkut
harus perlahan-lahan
ayat 4 : gerak mula dan berhenti secara tiba-tiba dilarang
Pasal 4 : Setiap pesawat angkat dan angkut harus dilayani oleh operator yang
mempunyai kemampuan dan telah memiliki keterampilan khusus tentang 1 1
pesawat angkat dan angkut
Pasal 7 : Baut pengikat yang dipergunakan peralatan angkat harus mempunyai
kelebihan ulir sekrup pada suatu jarak yang cukup untuk pengencang, jika perlu 1 1
harus dilengkapi dengan mur penjamin atau gelang pegas yang efektif
Pasal 9 : 1 1
ayat 1 : Tali baja yang digunakan untuk mengangkat harus :
a. Terbuat dari bahan baja yang kuat dan berkualitas tinggi
b. Mempunyai faktor keamaman sekurang-kurangnya 1/2 kali beban maksimum
c. Tidak boleh ada sambungan
d. Tidak ada simpul, belitan, kusut, berjumbai dan terkupas
Sertifikat Pesawat Angkat & Angkut
ayat 2 : Tali baja harus diberi pelumas yang tidak mengandung asam atau alkali Pengujian Pesawat Angkat & Angkut
ayat 3 : Tali baja harus diperiksa pada waktu pemasangan pertama dan setiap Kompetensi Operataor Pesawat
hari oleh operator serta sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu oleh Angkat & Angkut
tenaga yang berkeahlian khusus pesawat angkat dan angkut dari perusahaan Assesment Operator Pesawat Angkat
ayat 4 : Tali baja dilarang digunakan jika terdapat kawat yang putus, aus atau & Angkut
karat, sesuai dengan ketentuan : Kondisi fisik alat angkat & angkut
a. 12 % untuk tali baja 6x7 pada panjang 50 cm
b. 20 % untuk tali baja 6x19 pada panjang 50 cm
c. 25 % untuk tali baja 6x37 pada panjang 50 cm
d. 25 % untuk tali baja 6x61 pada panjang 50 cm
e. Untuk tali baja khusus
- 12 % Untuk tali baja seal pada panjang 50 cm
- 15 % untuk tali baja lilitan potongan segitiga pada panjang 50 cm
Pasal 10 : 1 1
ayat 1 : Tali serat untuk perlengkapan pengangkat harus dibuat dari serat alam atau
sintetis yang berkwalitas tinggi
ayat 2 : Tali serat sebelum digunakan harus diperiksa dan selama dalam pemakaian
untuk mengangkat tali harus diperiksa sesering mungkin dan sekurang kurangnya 3
bulan
ayat 3 : Pemeriksaan dilakukan akibat kikisan serat yang putus, terkelupas, berjumbai,
perubahan ukuran panjang atau penampang tali, kerusakan pada serat, perubahan
warna dan kerusakan lainya.
ayat 4 : Tali serat harus digulung pada tromol yang tidak mempunyai permukaan yang
tajam dan mempunyai alur sekurang-kurangnya sebesar diameter tali

Pasal 11 : 1 1
ayat 1 : Rantai harus diganti apabila :
a. Tidak sesuai dengan ketentuan yang direncanakan
b. Salah satu mata rantai mengalami perubahan panjang lebih dari 5 % dari ukuran
panjang rantai semula
c. Pengausan satu sama lainnya melebihi 1/4 dari diameter rantai semula
ayat 2 : Perbaikan rantai harus dilakukan oleh orang yang ahli
ayat 3 : Rantai dilarang :
a. Dipukul walaupun untuk maksud meluruskan atau memasang pada tempatnya
b. Disilang, diplintir, dikusutkan untuk dibuat simpul
c. Ditarik bila terhimpit beban
d. Dijatuhkan dari suatu ketinggian
e. Diberi beban kejutan
f. Digunakan untuk mengikat muatan
Pasal 12 : 1 1
ayat 1 : Sling harus dari rantai, tali baja atau tali serat dan mempunyai kekuatan yang
memadai
ayat 2 : Sling yang cacat dilarang dipakai
ayat 3 : Bila digunakan sling lebih dari satu beban harus dibagi rata
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 7 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 14 : 1 1
ayat 1 : Kait untuk mengangkat beban harus dibuat dari baja tempa yang dipanaskan
dan dipadatkan atau dari bahan lain yang mempunyai kekuatan yang sama
ayat 2 : Kait harus dilengkapi dengan kunci pengaman
Pasal 15 : 1 1
ayat 1 : Kekuatan tarik klem pengikat harus sekurang-kurangnya 1 1/2 kali tali
pengikat
ayat 2 : Klem pengikat untuk sangkar gantung harus mempunyai pengunci mur atau
dengan cara lain yang cukup memadai
Pasal 16 : Semua peralatan angkat harus dilengkapi dengan rem yang secara
efektif dapat mengerem suatu bobot yang tidak kurang dari 1 1/2 beban yang 1 1
diizinkan
Pasal 17 : 1 1
ayat 1 : Tali pengatur peralatan angkat harus diperlengkapi dengan peralatan gerakan
tali dan tanda arah yang jelas gerak muatan jika ditarik
ayat 2 : Tuas tali pengatur peralatan angkat harus secara tegas dibedakan terhadap
sekelilingnya
ayat 3 : Tuas tali pengatur setiap peralatan angkat harus mempunyai model yang
sama dalam satu perusahaan
Pasal 18 : Menaikkan, menurunkan dan mengangkat muatan dengan pesawat
pengangkat harus diatur dengan sandi isyarat yang seragam dan yang benar- 1 1 Sertifikat Pesawat Angkat & Angkut
benar dimengerti Pengujian Pesawat Angkat & Angkut
Pasal 19 : 1 1 Kompetensi Operataor Pesawat
ayat 1 : Apabila lebih dari seorang tenaga kerja yang bekerja pada peralatan angkat Angkat & Angkut
operator harus bekerja berdasarkan isyarat hanya dari satu orang yang ditunjuk Assesment Operator Pesawat Angkat
ayat 2 : Penjaga kait, penjaga rantai, penjaga bandul atupun orang lain yang ditunjuk & Angkut
harus kelihatan operator Kondisi fisik alat angkat & angkut
ayat 3 : Apabila operator menerima isyarat berhenti pesawat harus segera dihentikan
Pasal 20 : 1 1
ayat 1 : Muatan harus dinaikkan secara vertikal untuk menghindari ayunan pada waktu
diangkat
ayat 2 : Untuk mengangkat muatan diluar jangkauan pesawat harus diambil langkah-
langkah pengaman yang diperlukan dan disaksikan oleh yang bertanggung jawab
Pasal 21 : Sebelum memberikan isyarat untuk menaikkan muatan, pemberi
1 1
isyarat harus yakin bahwa ;
a. Semua tali, rantai, bandul atau perlengkapan lainnya telah dipasang sebagaimana
mestinya pada muatan yang diangkat
b. Muatan telah dibuat seimbang sebagaimana mestinya dan tidak akan menyentuh
benda sedemikian rupa sehingga sebagian dari muatan atau benda akan berpindah
Pasal 22 : Jika suatu muatan saat diangkat tidak berjalan sebagaimana
mestinya, operator harus segera membunyikan tanda peringatan dan 1 1
menurunkannya muatan untuk mengatur kembali
Pasal 23 : Operator peralatan angkat harus menghindari pengangkatan muatan
1 1
melalui orang-orang
Pasal 24 : Untuk memindahkan muatan berbahaya seperti logam cair ataupun
1 1
pengangkatan dengan magnit melalui tempat-tempat kerja maka :
a. Sebelumnya harus diberi peringatan secukupnya agar tenaga kerja mempunyai
kesempatan ketempat yang aman.
b. Jika tenaga kerja tidak dapat meninggalkan pekerjaan dengan segera, alat harus
dihentikan sampai tenaga kerja meninggalkan daerah yang berbahaya.
Pasal 25 : Peralatan angkat tidak diperbolehkan menggantung muatan pada
waktu mengalami perbaikan ataupun bagian bawahnya digunakan oleh mesin 1 1
yang bergerak
Pasal 26 : Jika peralatan angkut beroperasi tanpa muatan : 1 1
a. Penjaga sling atau penjaga rantai harus mengaitkan sling atau rantainya pada kait
secara kuat sebelum bergerak
b. Operator harus menaikkan kait secukupnya agar orang-orang dan benda-benda
tidak tersentuh
Pasal 27 : Operator alat kerek tidak boleh meninggalkan peralatannya dengan
1 1
muatan yang tergantung
Pasal 28 : Pesawat, alat-alat, bagian instalasi listrik pada peralatan angkut harus
dibuat, dipasang, dipelihara sesuai dengan ketentuan ketentuan instalasi listrik 1 1
yang berlaku
Pasal 29 : Semua peralatan angkat yang digerakkan dengan tenaga listrik harus
dilengkapi dengan alat batas otomatis yang dapat menghentikan motor bila 1 1
muatan melebihi posisi yang diizinkan
Pasal 101 : Semua perlengkapan pesawat angkutan diatas landasan dan diatas
1 1
permukaan sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu oleh operator
Pasal 103 : Pesawat angkutan diatas landasan sebelum memuat dan
membongkar muatan, rem harus digunakan, jika diatas tanjakan roda harus 1 1
diganjal
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 8 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 105 : Lantai kerja yang dilalui pesawat angkutan landasan harus : 1 1
a. Dikonstruksi cukup kuat dan rata dengan memperhatikan kecepatan, jenis roda dan
ban yang digunakan
b. Tidak mempunyai belokan dengan sudut yang tajam, tanjakan yang terjal, jalan yang
bebas dan pelataran yang rendah.
c. Mempunyai tanda-tanda pada kedua sisi disepanjang jalan.
Pasal 107 : Truck, truck derek, tractor dan sejenisnya harus dilengkapi dengan
1 1
lampu-lampu penerangan dan peringatan yang efektif
Pasal 112 : Forklift harus dilengkapi dengan atap pelindung operator dan bagian
1 1
yang bergerak atau berputar diberi tutup pengaman.
Pasal 113 : Dalam keadaan jalan garpu harus berjarak setinggi-tingginya 15 cm
1 1
dari permukaan tanah.
Pasal 114 : Bila mengendarai forklift dibelakang kendaraan lain harus berjarak
1 1
sekurang kurangnya 10 meter dari belakang kendaraan depanya.
Pasal 115 : Dilarang menggunakan forklift untuk tujuan lain selain untuk
1 1
mengangkat, mengangkut dan menumpuk barang.
Pasal 135 ayat 1 : Setiap pembuatan, peredaran, pemasangan, pemakaian,
perubahan, dan atau perbaikan teknis pesawat angkat dan angkut harus 1 1
mendapat pengesahan dari Direktur atau pejabat yang ditunjuknya. Sertifikat Pesawat Angkat & Angkut
Pasal 137 : Pembuatan dan pemasangan pesawat angkat dan angkut harus Pengujian Pesawat Angkat & Angkut
dilaksanakan oleh pembuat dan pemasang yang telah mendapat pengesahan 1 1 Kompetensi Operataor Pesawat
oleh Direktur atau pejabat yang ditunjuknya. Angkat & Angkut
Pasal 138 : 1 1 Assesment Operator Pesawat Angkat
ayat 1 : Setiap pesawat angkat dan angkut sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji & Angkut
terlebih dahulu dengan standart uji yang telah ditetapkan. Kondisi fisik alat angkat & angkut
ayat 2 : Untuk pengujian beban lebih, harus dilaksanakan sebesar 125 % dari jumlah
beban maksimum yang diujikan.
ayat 3 : Besarnya tahanan isolasi dan instalasi listrik pesawat angkat dan angkut harus
sekurang kurangnya memenuhi yang ditentukan dalam PUIL (Peraturan Umum
Instalasi Listrik)
ayat 4 : pemeriksaan dan pengujian ulang pesawat angkat dan angkut dilaksanakan
selambat-lambatnya 2 tahun setelah pengujian pertama dan pemeriksaan pengujian
ulang selanjutnya dilaksanakan 1 tahun sekali.
ayat 5 : Pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh pegawai pengawas dan atau ahli
1 1
keselamatan kerja kecuali ditentukan lain.
pasal 140 : Pesawat angkat dan angkut yang sudah dipakai sebelum peraturan ini
ditetapkan pengurus atau pengusaha yang memiliki pesawat angkat dan angkut
1 1
diwajibkan memenuhi ketentuan-ketentuan peraturan menteri ini dalam waktu 1 tahun
sejak berlakunya pe
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 38 Tahun 2016 Tentang
10 2016
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi
Pasal 2 :
ayat 1 : Pengurus dan/atau Pengusaha wajib menerapkan syarat-syarat K3 Pesawat
Tenaga dan Produksi
ayat 2 : Syarat-syarat K3 sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau standar yang berlaku
Pasal 4 :
ayat 1 : Pelaksanaan syarat-syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 meliputi kegiatan perencanaan, pembuatan, pemasangan
atau perakitan, pemakaian atau pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, perubahan
atau modifikasi, serta pemeriksaan dan pengujian.
Pasal 8 :
ayat 1 : Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilengkapi Alat Pengaman
ayat 2 : Semua bagian yang bergerak dan berbahaya dari Pesawat Tenaga dan
Produksi harus dilengkapi Alat Perlindungan
Pasal 9 : Alat Pengaman atau Alat Perlindungan dari pesawat atau mesin yang
sedang beroperasi, dilarang dipindahkan, diubah, atau digunakan untuk tujuan lain.
Pasal 14 : Tempat Kerja yang mengandung uap, gas, asap, yang mengganggu atau
berbahaya harus dilengkapi dengan alat penghisap.
Pasal 15 : Setiap Pesawat Tenaga dan Produksi harus diberi pelat nama yang
memuat data Pesawat Tenaga dan Produksi.
Pasal 16 :
ayat 1 : Perlengkpan dan instalasi listrik Pesawat Tenaga dan Produksi harus sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang listrik.
ayat 2 : Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilakukan pembumian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 20 : Pekerjaan yang menimbulkan serbuk, serpih, debu, gas, dan bunga api
harus dipasang Alat Pengaman dan Alat Perlindungan.
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 9 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 21 :
ayat 1 : Sebelum mesin dioperasikan, harus dilakukan pemeriksaan oleh operator
untuk menjamin keselamatan.
ayat 2 : Mesin yang sedang beroperasi harus selalu dalam pengawasan operator.
Pasal 22 : Operator dilarang meninggalkan Tempat Kerja pada waktu Pesawat
Tenaga dan Produksi sedang beroperasi.
Pasal 25 : Pelumasan dan pembersihan Peswat Tenaga dan Produksi harus
dilaksanakan dalam keadaan tidak beroperasi.
Pasal 26 : Pesawat Tenaga dan Produksi dilarang dicuci atau dibersihkan dengan
cairan yang mudah terbakar atau bahan beracun.
Pasal 27 :
ayat 1 : Pada Pesawat Tenaga dan Produksi yang sedang diperbaiki, tenaga
penggerak harus dimatikan dan alat pengontrol harus segera dikunci serta diberi tanda
larangan pengoperasian.
ayat 2 : Kunci dan tanda larangan pengopersian sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1
) tidak boleh dilepas sampai kegiatan perbaikan selesai dan dinyatan aman untuk
beroperasi.
Pasal 28 :
ayat 1 : Alat pengendali Pesawat Tenaga dan Produksi dibuat dan dipasang sehingga
mudah dicapai dan aman.
ayat 2 : Tempat operator mesin harus cukup luas, aman dan mudah dicapai.
Pasal 30 : Penggerak Mula harus dipasang dengan fondasi yang terpisah dari
bangunan Tempat Kerja.
Pasal 31 : Daya yang dihasilkan Penggerak Mula tidak boleh melebihi kapasitas.
Pasal 36 : Untuk Penggerak Mula yang memiliki cerobong, cerobong harus dapat
menjamin pembuangan gas buang secara sempurna, aman, dan tidak menyebabkan
pencemaran.
Pasal 40 :
ayat 1 : Mesin asah, mesin poles, dan mesin pelicin harus dilengkapi dengan tutup
atau kap pelindung dan pengisap.
ayat 2 : Mesin asah, mesin poles, dan mesin pelicin yang menggunakan cairan
pendingin, kap pelindung harus dirancang agar pembuangan cairan pendingin tetap
baik.
Pasal 110 :
ayat 1 : Pemasangan atau perakitan, pemeliharaan, perbaikan, perubahan atau
modifikasi Pesawat Tenaga dan Produksi dilakukan oleh teknisi K3 bidang Pesawat
Tenaga dan Produksi.
ayat 2 : Pengoperasian Pesawat Tenaga dan Produksi dilakukan oleh operator K3
bidang Pesawat Tenaga dan Produksi.
ayat 3 : Teknisi dan operator K3 bidang Pesawat Tenaga dan Produksi sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) dan ayat ( 2 ) harus memiliki kompetensi dan kewenangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 111 :
ayat 1 : Operator K3 bidang Pesawat Tenaga dan Produksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 110 ayat ( 2 ) meliputi :
a. operator penggerak mula;
b. operator mesin perkakas dan produksi; dan
c. operator tanur (furnace ).
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 10 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-02/MEN/1982
11 1982
tentang Kwalifikasi Juru Las di Tempat Kerja
Pasal 3 : 1 1
ayat 1 : Juru las dianggap terampil apabila telah menempuh ujian las dengan hasil
memuaskan dan mempunyai sertifikat juru las
ayat 2 : Juru las tersebut dianggap tidak terampil apabila selama 6 bulan terus
menerus tidak melakukan pekerjaan las sesuai dengan yang tercantum dalam sertifikat Kompetensi Juru Las
juru las Asessment Pengelasan
Pasal 4 ayat 1 : Peserta juru las harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1 1 Jobdesk juru las

a. Berbadan sehat baik physik maupun mental yang dinyatakan dengan surat
keterangan dokter pemeriksa kesehatan badan tenaga kerja sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
b. Berumur sekurang-kurangnya 18 tahun
c. Pernah mengikuti dan lulus latihan las dasar atau mereka yang oleh direktur
dianggap memenuhi syarat.
Pasal 6 : 1 1
ayat 1 : Juru las digolongkan atas :
a. Juru las kelas I
b. Juru las kelas II
c. Juru las kelas III
ayat 2 : Juru las kelas I boleh melakukan pekerjaan las yang dilakukan oleh juru las
kelas II dan III
ayat 3 : Juru las kelas II boleh melakukan pekerjaan las yang dilakukan oleh juru las
kelas III, tetapi dilarang mengelas jenis pekerjaan yang boleh dilakukan oleh juru las
kelas I
ayat 4 : Juru las kelas III dilarang melakukan pekerjaan las yang boleh dilakukan oleh
juru las kelas II atau kelas I
Pasal 7 : ayat 1:Pekerjaan las yang boleh dilakukan oleh juru las kelas I, II dan III
tetapi dilarang mengelas jenis kelas II dan III adalah seperti tersebut pada 1 1
lampiran I tabel 1
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per-04/MEN/1980
12 tentang Syarat-syarat Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api 1980
Ringan.
Pasal 2 : ayat 1:Kebakaran dapat digolongkan : 1 1
a. Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A)
b. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar (Golongan B)
c. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C)
d. Kebakaran logam (Golongan D)
ayat 2:Jenis alat pemadam api ringan terdiri dari :
a. Jenis cairan (air)
b. Jenis busa
c. Jenis tepung kering
d. Jenis gas (hydrocarbon berhalogen dsb) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Pasal 3 : Tabung alat pemadam api ringan harus diisi sesuai dengan jenis dan
1 1 Hydrant
konstruksinya
Pengecekan Berkala Alat Pemadam
Pasal 4 : 1 1
API
ayat 1 : Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada
Pengisisan selalu setiap dibutuhkan
posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi
Sosialisasi petunjuk penggunaan
dengan pemberian tanda pemasangan
APAR
ayat 2 : Pemberian tanda pemasangan tersebut harus sesuai dengan lampiran I
ayat 3 : Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adalah 125 cm dari dasar lantai
tepat di atas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan
ayat 4 : Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan
jenis dan penggolongan kebakaran seperti dalam lampiran 2
ayat 5 : Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau
kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditentukan lain
oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja
ayat 6 : Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah
Pasal 5 : Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yang
1 1
didapati sudah berlubang-lubang atau cacat karena karat
Pasal 6 : 1 1
ayat 1 : Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung
pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya
atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci
ayat 2 : Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus
diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal maksimum 2 mm
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 11 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
pasal 7 : 1 1
ayat 1 : Sengkang atau konstruksi penguat lainnya tidak boleh dikunci atau digembok
atau diikat mati
ayat 2 : Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman (safety glass) harus disesuaikan
dengan besarnya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari atau peti (box)
sehingga mudah dikeluarkan
Pasal 8 : Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga
bagian paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan
1 1
lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan
lebih rendah dengan syarat j
Pasal 9 : Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau
tempat dimana suhu melebihi 49oC atau turun sampai minus 44oC kecuali
1 1
apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas
tersebut di atas
Pasal 11 :
ayat 1 : Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 kali dalam setahun yaitu
a. Pemeriksaan dalam jangka 6 bulan
b. Pemeriksaan dalam jangka 12 bulan
ayat 2 : Cacat pada alat perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui waktu
pemeriksaan harus segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti dengan yang
tidak cacat
Pasal 14 : Petunjuk cara-cara pemakaian alat pemadam api ringan harus dapat
1 1
dibaca dengan jelas
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per -01/MEN/1980 tentang
13 1980
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan
Pasal 2 : setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan wajib
1 1
dilaporkan kepada direktur atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 3 :
ayat 1 : Pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan harus diusahakan pencegahan
atau dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap tenaga kerjanya.
ayat 2 : Sewaktu pekerjaan dimulai harus segera disusun suatu unit keselamatan dan
kesehatan kerja, hal tersebut harus diberitahukan kepada setiap tenaga kerja.
ayat 3 : Unit keselamatan dan kesehatan kerja tersebut meliputi usaha-usaha
pencegahan terhadap : kecelakaan, kebakaran, peledakan, penyakit akibat kerja,
pertolongan pertama pada kecelakaan dan usaha-usaha penyelamatan.
Pasal 4 : Setiap terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus
1 1
dilaporkan kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 5 : 1 1
ayat 1 : Di setiap tempat kerja harus dilengkapi dengan sarana untuk keperluan keluar
masuk dengan aman
ayat 2 : Tempat-tempat kerja, tangga-tangga lorong-lorong dan gang-gang tempat
orang bekerja atau sering dilalui harus dilengkapi dengan penerangan yang cukup
sesuai dengan ketentuan yang berlaku Ijin kerja dari kontraktor proyek
ayat 3 : Semua tempat kerja harus mempunyai ventilasi yang cukup sehingga dapat Tinjauan manajemen
mengurangi bahaya debu, uap dan bahaya lainnya Laporan Investigasi
Pasal 6 : Kebersihan dan kerapihan di tempat kerja harus dijaga sehingga bahan- Pengujian Iklim Kerja & Getaran
bahan yang berserakan, bahan-bahan bangunan, peralatan dan alat-alat kerja 1 1 Pengecekan Infrastruktur
tidak merintangi atau menimbulkan kecelakaan HIRA
Pasal 7 : Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin bahwa Safety Sign
peralatan perancah, alat-alat kerja, bahan-bahan dan benda-benda lainnya tidak Sosialisasi & training K3
1 1
dilemparkan, diluncurkan atau dijatuhkan kebawah dari tempat yang tinggi
sehingga menyebabkan kecelakaan.
Pasal 8 : Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang dilantai
yang terbuka, atap-atap atau panggung yang dapat dimasuki, sisi-sisi tangga
1 1
yang terbuka, semua galian-galian dan lubang-lubang yang dianggap berbahaya
harus diberi pagar atau
Pasal 9 : Kebisingan dan getaran ditempat kerja tidak boleh melebihi ketentuan
1 1
Nilai Ambang Batas yang berlaku.
Pasal 10 : Orang yang tidak berkepentingan, dilarang memasuki tempat kerja. 1 1
Pasal 11 : Tindakan harus dilakukan untuk mencegah bahaya terhadap orang
yang disebabkan oleh runtuhnya bagian yang lemah dari bangunan darurat atau 1 1
bangunan yang tidak stabil.
Pasal 12 : Perancah yang sesuai dan aman harus disediakan untuk semua
pekerjaan yang tidak dapat dilakukan dengan aman oleh seseorang yang berdiri
1 1
diatas konstruksi yang kuat dan permanen, kecuali apabila pekerjaan tersebut
dapat dilakukan dengan aman den
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 12 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 13 : 1 1
ayat 1 : Perancah harus diberi lantai papan yang kuat dan rapat sehingga dapat
menahan dengan aman tenaga kerja, peralatan dan bahan yang dipergunakan.
Ayat 2 : Lantai perancah harus diberi pagar pengaman, apabila tingginya lebih dari 2
meter.
Pasal 14 : Jalan-jalan sempit, jalan-jalan, jalan-jalan landasan (runway) harus dari
bahan dan konstruksi yang kuat, tidak rusak dan aman untuk tujuan pemakaiannya.
pasal 15 : 1 1
Ayat 1 : Perancah tiang kayu yang terdiri dari sejumlah tiang kayu dan bagian atasnya
dipasang gelagar sebagai tempat untuk meletakkan papan-papan perancah harus
diberi palang pada semua sisinya.
Ayat 2 : Untuk perancah tiang kayu harus digunakan kayu lurus yang baik.
Pasal 16 : 1 1
Ayat 1 : Perancah gantung harus terdiri dari angker pengaman, kabel-kabel baja
penggantung yang kuat dan sangkar gantung dengan lantai papan yang dilengkapi
pagar pengaman.
Ayat 2 : Keamanan perancah gantung harus diuji tiap hari sebelum digunakan.
Ayat 3 : Perancah gantung yang digerakkan dengan mesin harus menggunakan kabel
baja.
Pasal 17 : Perancah tupang sudut (outrigger cantilever) atau perancah tupang
siku (jib scaffold), hanya boleh digunakan oleh tukang kayu, tukang cat, tukang Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
1 1 Hydrant
listrik, dan tukang-tukang lainnya yang sejenis, dan dilarang menggunakan
panggung perancah terseb Pengecekan Berkala Alat Pemadam
pasal 18 : 1 1 API
Ayat 1 : Tangga yang digunakan sebagai kaki perancah harus dengan konstruksi yang Pengisisan selalu setiap dibutuhkan
kuat dan dengan letak yang sempurna. Perancah tangga hanya boleh digunakan untuk Sosialisasi petunjuk penggunaan
pekerjaan ringan. APAR
Ayat 2 : Dilarang menggunakan perancah jenis dongkrak tangga (laader jack) untuk
pekerjaan pada permukaan yang tinggi.
Ayat 3 : Perancah kuda-kuda hanya boleh digunakan sewaktu bekerja pada
permukaan rendah dan jangka waktu pendek.
Ayat 4 : Perancah siku dengan penunjang (bracket scaffold) harus dijangkarkan ke
dalam dinding dan diperhitungkan untuk dapat menahan muatan maksimum pada sisi
luar dari lantai peralatan.
Ayat 5 : Perancah persegi (square scaffold) harus dibuat secara teliti untuk menjamin
kestabilan perancah tersebut.
Pasal 19 : Perancah tupang jendela hanya boleh digunakan untuk pekerjaan-
pekerjaan ringan dengan jangka waktu pendek dan hanya untuk melalui jendela 1 1
terbuka dimana perancah jenis tersebut ditempatkan.
Pasal 20 : Tindakan pencegahan harus dilakukan agar dapat dihindarkan
pembebanan lebih terhadap lantai perancah yang digunakan untuk truck 1 1
membuang sampah.
Pasal 21 : Perancah pada pipa logam harus terdiri dari kaki, gelagar palang dan
pipa penghubung dengan ikatan yang kuat, dan pemasangan pipa-pipa tersebut 1 1
harus kuat dan dilindungi terhadap karat dan cacat-cacat lainnya. Ijin kerja dari kontraktor proyek
Tinjauan manajemen
Pasal 22 : Perancah beroda yang dapat dipindah-pindahkan (mobile scaffold)
1 1 Laporan Investigasi
harus dibuat sedemikian rupa sehingga perancah tidak memutar waktu dipakai.
Pengujian Iklim Kerja & Getaran
Pasal 23 : Perancah kursi gantung dan alat-alat sejenisnya hanya digunakan Pengecekan Infrastruktur
sebagai perancah dalam hal pengecualian yaitu apabila pekerjaan tidak dapat 1 1 HIRA
dilakukan secara aman dengan menggunakan alat-alat lainnya. Safety Sign
Pasal 24 : Truck dengan perancah bak (serial basket trucks) harus dibuat dan Sosialisasi & training K3
digunakan sedemikian rupa sehingga tetap stabil dalam semua kedudukan dan 1 1
semua gerakan.
Pasal 36 : 1 1
Ayat 1 : Semua tambang, rantai dan peralatan bantunya yang digunakan untuk
mengangkat, menurunkan atau menggantungkan harus terbuat dari bahanyang baik
dan kuat dan harus diperiksa dan diuji secara berkala untuk menjamin bahwa tambang
rantai dan peralatan
Ayat 2 : Kabel baja harus digunakan dan dirawat sedemikian rupa sehingga tidak
cacat karena membelit, berkarat, kawat putus dan cacat lainnya.
Pasal 37 : Bantalan yang sesuai harus digunakan untuk mencegah agar
tambang tidak menyentuh permukaan, pinggir atau sudut yang tajam atau 1 1
sentuhan lainnya yang dapat mengakibatkan rusaknya tambang tersebut.
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 13 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
pasal 38 :
Ayat 1 : Rantai-rantai harus dibersihkan dan harus dilakukan pemeriksaan berkala,
untuk mengetahui adanya cacat, retak, rangat atau cacat-cacat lainya.
Ayat 2 : Rantai-rantai yang cacat dilarang untuk dipergunakan.
Pasal 39 : 1 1
Ayat 1 : Beban maksimum yang diijinkan harus dikurangi apabila (sling) digunakan
pada bermacam-macam sudut.
Ayat 2 : Pengurangan tersebut (ayat 1) diatas harus dihitung kekuatannya dan beban
maksimum yang diijinkan yang telah dihitung tersebut harus diketahui betul oleh
tenaga kerja.
Pasal 41 : Kaitan (hooks) dan Pengunci (scackles) harus dibuat sedemikian rupa
1 1
sehingga beban tidak lepas.
Pasal 42 : 1 1
Ayat 1 : Mesin-mesin yang digunakan harus dipasang dan dilengkapi dengan alat
pengaman untuk menjamin keselamatan kerja.
Ayat 2 : Alat-alat pengaman tersebut (ayat 1) diatas harus terpasang sewaktu mesin
dijalankan.
Pasal 43 : 1 1
Ayat 1 : Mesin harus dihentikan untuk pemeriksaan dan perbaikan pada tenggang
waktu yang sesuai dengan petunjuk pabriknya.
Ayat 2 : Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menghindari terjadinya
kecelakaan karena mesin bergerak secara tiba-tiba.
Pasal 44 : Operator mesin harus terlatih untuk pekerjaannya dan haus mengetahui
1 1
peraturan keselamatan kerja untuk mesin tersebut.
Pasal 45 : 1 1
Ayat 1 : Alat-alat penggalian tanah yang digunakan harus dipelihara dengan baik
sehingga terjamin keselamatan dan kesehatan dalam pemakaiannya.
Ayat 2 : Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin kestabilan mesin
penggali tanah (power shevel) dan harus diusahakan agar orang yang tidak
berkepentingan dilarang masuk ke tempat kerja yang terdapat bahaya kejatuhan
benda.
Pasal 46 : Sebelum meninggalkan bulldozer atau scrapper, operator harus
melakukan tindakan pencegahan yang perlu untuk menjamin agar mesin-mesin 1 1
tersebut tidak bergerak.
Pasal 47 : Perlengkapan instansi pengolahan aspal harus direncanakan, dibuat
dan dilengkapi dengan alat-alat pengaman dan dijalankan serta dipelihara
1 1
dengan baik untuk menjamin agar tidak ada orang, yang mendapat kecelakaan
oleh bahan-bahan panas, api ter
Pasal 48 : 1 1
Ayat 1 : Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin agar kestabilan tanah
tidak membahayakan sewaktu mesin penggiling jalan digunakan.
Ayat 2 : Sebelum meninggalkan mesin penggiling jalan operator harus melakukan
segala tindakan untuk menjamin agar mesin penggiling jalan tersebut tidak bergerak
atau pindah tempat.
Pasal 49 : Mesin adukan beton (concrete mixer) yang digunakan harus
dilengkapi dengan alat-alat pengaman dan dijalankan serta dipelihara untuk
1 1
emnjamin agar tidak ada orang yang mendapat kecelakaan disebabkan bagia-
bagian mesin yang berputar atau bergerak
Pasal 50 : Mesin pemuat (loading machines) harus dilengkapi dengan kap (cab)
yang kuat dan dilengkapi dengan alat-alat pengaman sehingga tenaga kerja 1 1 Ijin kerja dari kontraktor proyek
tidak tergencet oleh bagian-bagian mesin yang bergerak. Tinjauan manajemen
Laporan Investigasi
Pasal 51 : Mesin-mesin pekerjaan kayu yang digunakan harus dipelihara dengan
1 1 Pengujian Iklim Kerja & Getaran
baik sehingga terjamin keselamatan dan kesehatan dalam pemakaiannya.
Pengecekan Infrastruktur
Pasal 52 : 1 1 HIRA
Ayat 1 : Gergaji bundar harus dilengkapi dengan alat-alat untuk mencegah bahaya Safety Sign
singgung dengan mata gergaji dan alat pencegah bahaya tendangan belakang, Sosialisasi & training K3
terkena serpihan yang beterbangan atau mata gergaji yang patah.
Ayat 2 : Tindakan pencegahan harus dilakukan agar daun gergaji bundar tidak terjepit
atau mendapat tekanan dari samping.
Pasal 53 : Daun gergaji pita harus dengan tegangan, dudukan dan ketajaman
yang memenuhi syarat dan harus tertutup kecuali bukan yang perlu untuk 1 1
menggergaji.
Pasal 54 : Mesin ketam harus dilengkapi dengan peralatan yang baik untuk
mengurangi bidang bukan serut yang membahayakan dan untuk mengurangi 1 1
bahaya tendangan belakang.
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 14 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 55 : 1 1
Ayat 1 : Alat-alat kerja tangan harus dari mutu yang cukup baik dan harus dijaga
supaya selalu dalam keadaan baik.
Ayat 2 : Penyimpanan dan pengangkutan alat-alat tajam harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga tidak membahayakan.
Ayat 3 : Perencanaan dan pembuatan alat-alat kerja tangan harus cocok untuk
keperluannya dan tidak menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Ayat 4 : Alat-alat kerja tangan boleh digunakan khusus untuk keperluannya yang telah
direncanakan.
Pasal 56 : Semua bagian-bagian alat-alat pneumatik termasuk selang-selang dan
selang sambungan harus direncanakan untuk dapat menahan dengan aman
1 1
tekanan kerja maksimum dan harus dilayani dengan hati-hati sehingga tidak
merusak atau menimbulkan kecelakaan
Pasal 57 : Alat penebak paku (Pawder actuated tools) harus dilengkapi dengan
alat pengaman untuk melindungi atau menahan pantulan kembali dari pak dan 1 1
benda-benda yang ditembakkan oleh alat tersebut.
Pasal 58 : 1 1
Ayat 1 : Traktor dan truck yang digunakan harus dipelihara sedemikian rupa untuk
menjamin agar dapat menahan tekanan dan muatan maksimum yang diijinkan dan
dapat dikemudikan serta direm dengan aman dalam situasi bagaimanapun juga.
Ayat 2 : Traktor dan truck tersebut ayat (1) pasal ini hanya boleh dijalankan oleh
pengemudi yang terlatih.
Pasal 67 : 1 1
Ayat 1 : Setiap pekerjaan, harus dilakukan sedemikian rupa sehingga terjamin tidak
adanya bahaya terhadap setiap orang yang disebabkan oleh kejatuhan tanah, batu
atau bahan-bahan lainnya yang terdapat dipinggir atau didekat pekerjaan galian.
Ayat 2 : Pinggir-pinggir dan dinding-dinding pekerjaan galian harus diberi pengaman
dan penunjang yang kuat untuk menjamin keselamatan orang yang bekerja didalam
lubang atau parit.
Ayat 3 : Setiap tenaga kerja yang bekerja dalam lubang galian harus dijamin pula
keselamatannya dari bahaya lain selain tersebut ayat (1) dan (2) diatas.
Pasal 68 : 1 1
Ayat 1 : Mesin pancang yang digunakan harus dipasang dan dirawat dengan baik
sehingga terjamin keselamatan dalaam pemakaiannya.
Ayat 2 : Mesin pancang dan peralatan yang dipakai harus diperiksa dengan teliti
secara berkala dan tidak boleh digunakan kecuali sudah terjamin keamanannya.
Pasal 69 : Tenaga kerja yang tidak bertugas menjalankan mesin pancang
1 1
dilarang berada disekitar mesin pancang yang sedang dijalankan.
Pasal 71 : Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menghindarkan agar
supaya pelat penahan (sheet piling) tidak berayun atau berputar yang tidak 1 1
terkendalikan oleh tekanan angin, roboh oleh tekanan air atau tekanan lainnya.
Pasal 72 : Pembangunan konstruksi beton harus direncanakan dan dihitung
dengan teliti untuk menjamin agar konstruksi dan penguatnya dapat memikul 1 1
beban dan tekanan lainnya sewaktu membangun tiap-tiap bagiannya.
Pasal 73 : 1 1
Ayat 1 : Usaha pencegahan yang praktis harus dilakukan untuk menghindari
terjadinya kecelakaan tenaga kerja selama melakukan pekerjaan persiapan dan
pembangunan konstruksi beton.
Ayat 2 : Pencegahan kecelakaan dimaksud ayat (1) pasal ini terutama adalah:
a. singgungan langsung kulit terhadap semen dan dapur.
b. kejatuhan benda-benda dan bahan-bahan yang diangkut dengan ember adukan
beton (concrete buckets);
c. sewaktu beton dipompa atau dicor pipa-pipa termasuk penghubung atau sambungan Ijin kerja dari kontraktor proyek
dan penguat harus kuat; Tinjauan manajemen
d. sewaktu pembekuan adukan (setting concrete) harus terhindar dari goncangan dan Laporan Investigasi
bahan kimia yang dapat mengurangi kekuatan; Pengujian Iklim Kerja & Getaran
e. sewaktu lempengan (panel) atau lembaran beton (slab) dipasang ke dalam Pengecekan Infrastruktur
dudukannya harus digerakkan dengan hati-hati. HIRA
f. terhadap melecutnya ujung besi betonyang mencuat sewaktu ditekan atau diregang Safety Sign
dan sewaktu diangkat atau diangkut; Sosialisasi & training K3
g. terhadap getaran sewaktu menjalankan alat penggetar (vibrator).
Pasal 74 : Setiap ujung-ujung mencuat yang membahayakan harus
1 1
dilengkungkan atau dilindungi.
Pasal 75 : Menara atau tiang yang dipergunakan untuk mengangkat adukan
beton (concrete bucket towers) harus dibangun dan diperkuat sedemikian rupa 1 1
sehingga terjamin kestabilannya.
Pasal 76 : Beton harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menjamin agar
pemetian beton (bekisting) dan penguatnya dapat memikul atau menahan 1 1
seluruh beban sampai beton menjadi beku.
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 15 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 78 : 1 1
Ayat 1 : Bagian-bagian konstruksi baja sedapat mungkin harus dirakit sebelum
dipasang.
Ayat 2 : Selama pekerjaan pembangunan konstruksi baja, harus dilakukan tindakan
pencegahan bahaya jatuh atau kejatuhan benda terhadap tenaga kerja.
Pasal 79 : Bagian atas dari lantai sumuran harus tertutup papan atau harus
dilengkapi dengan peralatan lain untuk melindungi tenaga kerja terhadap 1 1
kejatuhan benda.
Pasal 80 : Pemasangan rangka atap harus dilakukan dari peralatan perancah
1 1
atau tenaga kerja harus dilengkapi dengan peralatan pengaman lainnya.
Pasal 81 : Untuk melindungi tenaga kerja sewaktu melakukan pekerjaan
1 1
konstruksi, harus dibuatkan lantai kerja sementara yang kuat.
Pasal 86 : Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan diatas atap harus dilengkapi
dengan alat pelindug diri yang sesuai untuk menjamin agar mereka tidak jatuh 1 1
dari atap atau dari bagian-bagian atap yang rapuh.
Pasal 87 : 1 1
Ayat 1 : Dalam pekerjaan mengecat dilarang menggunakan bahan cat, pernis dan zat
warna yang berbahaya atau pelarut yang berbahaya.
Ayat 2 : Tindakan pencegahan harus dilakukan agar tukang cat tidak menghirup uap,
gas, asap dan debu yang berbahaya.
Ayat 3 : Apabila digunakan bahan cat yang mengandung zat yang dapat meresap
kedalam kulit, tukang cat harus menggunakan alat pelindung diri.
Pasal 88 : 1 1
Ayat 1 : Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menghindarkan timbulnya
kebakaran sewaktu mengelas dan memotong dengan las busur.
Ayat 2 : Juru las dan tenaga kerja yang berada disekitarnya harus dilindungi terhadap
serpihan bunga api, uap radiasi dan sinar berbahaya lainnya.
Ayat 3 : Penggunaan dan pemeliharaan peralatan las harus dilakukan dengan baik
untuk menjamin keselamatan dan kesehatan juru las dan tenaga kerja yang berada
disekitarnya.
Pasal 99 : 1 1
Ayat 1 : Alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuaikan dengan
sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing tenaga kerja harus disediakan
dalam jumlah yang cukup
Ayat 2 : Alat-alat termaksud pada ayat (1) pasal ini harus selalu memenuhi syarat-
syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditentukan.
Ayat 3 : Alat-alat tersebut ayat (1) pasal ini harus digunakan sesuai dengan
kegunaannya oleh setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja.
Ayat 4 : Tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja diwajibkan
menggunakan alat-alat termaksud pada ayat (1 pasal ini.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Kep.187/MEN/1999 tentang
14 1999
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di tempat Kerja
Pasal 1 : a. Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal
atau campuran yang berdasarkan sifat kimia atau fisika dan atau toksikologi 1 1
berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
Pasal 2 : Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai,
memproduksi dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib
1 1
mengendalikan bahan kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja
Pasal 3 : Pengendalian bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2 MSDS
1 1
meliputi : IK handling bahan kimia
a. Penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label Safety sign
b. Penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia
Pasal 4 : 1 1
ayat 1 : Lembar data keselamatan bahan meliputi keterangan tentang :
a. Identitas bahan dan perusahaan
b. Komposisi bahan
c. Identifikasi bahaya
d. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
e. Tindakan penanggulangan kebakaran
f. Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan
g. Penyimpanan dan penanganan bahan
h. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri
i. Sifat fisika dan kimia
j. Stabilitas dan reaktifitas bahan
k. Informasi toksikologi
l. Informasi ekologi
m. Pembuangan limbah
n. Pengangkutan bahan
o. Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku
p. Informasi lain yang diperlukan
ayat 2 : Bentuk lembar data keselamatan bahan sebagaimana tercantum dalam
lampiran I keputusan ini
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 16 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 5 : Label meliputi keterangan mengenai : 1 1
a. Nama produk
b. Identifikasi bahaya
c. Tanda bahaya dan artinya
d. Uraian resiko dan penanggulangannya
e. Tindakan pencegahan
f. Instruksi bahan dalam hal terkena atau terpapar
g. Instruksi kebakaran
h. Instruksi tumpahan atau bocoran
i. Instruksi pengisian dan penyimpanan
j. Referensi
k. Nama, alamat dan nomor tel pabrik pembuat atau distributor
Pasal 6 : Lembar data keselamatan bahan dan Label diletakkan di tempat yang
1 1
mudah diketahui oleh tenaga kerja dan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan
Pasal 7, ayat 1: Pengusaha atau pengurus wajib menyampaikan daftar nama,
sifat dan kuantitas bahan kimia berbahaya di tempat kerja dengan mengisi
1 1
formulir sesuai dengan contoh seperti tercantum dalam lampiran II keputusan
menteri ini kepada kantor departemen Tenaga Kerja
Pasal 9 : Kriteria bahan kimia berbahaya terdiri dari : 1 1
a. Bahan beracun
b. Bahan sangat beracun
c. Cairan mudah terbakar
d. Cairan sangat mudah terbakar
e. Gas mudah terbakar
f. Bahan mudah meledak
g. Bahan reaktif
h. Bahan oksidator
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1998 tentang
Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Izin Pelayanan Kesehatan
15 1998 Kontrak Kerjasama dengan RS
Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dasar
Jaminan Sosial Tenaga Kerja rekanan
Pasal 1 : Perusahaan yang menyelenggarakan sendiri pemeliharaan kesehatan Asuransi Kesehatan
1 1
dapat dengan cara :
a. Menyediakan sendiri atau bekerjasama dengan fasilitas pelaksana pelayanan
kesehatan (PPK)
b. Bekerjasama dengan badan yang menyenggarakan pemeliharaan kesehatan.
c. Bersama dengan beberapa perusahaan menyelenggarakan suatu perlayanan
kesehatan.
Pasal 2 : Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 dinyatakan dengan
manfaat lebih dari paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar jaminan sosial 1 1
tenaga kerja apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Liputan pelayanan kesehatan yang diberikan sekurang kurangnya harus memenuhi
ketentuan sebagaimana tercantum dalam bab II dan bab III peraturan ini.
b. Pelaksana pelayanan kesehatan yang ditunjuk harus memiliki izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
c. Pelaksana pelayanan kesehatan harus mudah dijangkau oleh tenaga kerja dan
Izin Pelayanan Kesehatan
keluarganya.
Kontrak Kerjasama dengan RS
Pasal 3 : 1 1
rekanan
ayat 1 : Kepesertaan meliputi tenaga kerja laki-laki maupun wanita dan keluarga yang
Asuransi Kesehatan
terdiri dari suami atau istri dan anak yang sah.
ayat 2 : Anak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah anak kandung, anak angkat
dan anak tiri yang berusia sampai denga 21 tahun, belum bekerja, belum menikah
dengan pembatasan sebanyak-banyaknya 3 orang anak
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : 03/Men/98 tentang Tata Cara
16 1998
Pelaporan Dan Pemeriksaan Kecelakaan.
Pasal 2 : 1 1
ayat 1 : Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang
terjadi di tempat kerja yang dipimpinya.
ayat 2 : Kecelakaan yang dimaksud adalah : Laporan Kecelakaan
a. Kecelakaan kerja Asuransi Kecelakaan
b. Kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan limbah.
c. Kejadian bahaya lainya
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 17 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 3 : Kewajiban melaporkan sebagaimana pasal 2 ayat 1 berlaku bagi
pengurus atau pengusaha yang telah dan yang belum mengikutkan pekerjanya
1 1
ke dalam program jaminan sosial tenaga kerja berdasarkan undang-undang no 3
tahun 1992.
Pasal 4 : 1 1
ayat 1 : Pengurus atau pengusaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 wajib
melaporkan secara tertulis kecelakaan sebagaimana dimaksud dalamm pasal 2 ayat 2
huruf a,b,c kepada kepala kantor departemen tenaga kerja setempat dalam waktu tidak
lebih dari 2 x 2
ayat 2 : Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan
secara lisan sebelum dilaporkan secara tertulis.
Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
17 2012
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 5 1 1
ayat 1 : setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya
ayat 2 : kewajban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi perusahaan :
mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 orang ; atau mempunyai tingkat
potensi bahaya tinggi Kebijakan K3
ayat 3 : ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Sasaran K3
ayat 4 : Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan Evaluasi Pencapaian K3
Pemerintah ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat Kepatuhan terhadap perundangan
memperhatikan konvensi atau standar internasional
Pasal 6 1 1
ayat 1 : SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) meliputi : penetapan
kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi
kinerja K3 dan peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3
ayat 2 : Penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam
pedoman yang tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor.147/MEN/1989 tentang
18 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Kerja bagi Program jaminan 1989
Pemeliharaan Kesehatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Pasal 2 : Perusahaan yang telah menyelenggarakan program pemeliharaan Asuransi Kesehatan
kesehatan dengan manfaat lebih baik dari paket jaminan pemeliharaan
1 1
kesehatan dasar jaminan sosial tenaga kerja harus te5tap memberikan
pelayanan kesehatan kerja kepada semua pekerjaseb
Peraturan menteri tenaga kerja nomor : per-04/Men/1987 tentang
19 1987
P2K3 dan tata cara penunjukan ahli K3 Sertifikat AK3
Pasal 2 1 1 Penunjukan P2K3
ayat 1 : setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu, pengusaha atau pengurus wajib Rapat P2K3
membentuk P2K3 Laporan P2K3
ayat 2 : Tempat kerja yang dimaksud ayat 1 adalah :
a. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang atau
lebih
b. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari 100
orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyairisiko
yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran dan penyinaranradio aktif.
Pasal 3 ayat 2 : Sekretaris P2K3 ialah ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari
1 1
perusahaan yang bersangkutan.
Sertifikat AK3
Pasal 4 : 1 1
Penunjukan P2K3
ayat 1 : P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta
Rapat P2K3
maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah kselamatan dan
Laporan P2K3
kesehatan kerja.
ayat 2 : Untuk melaksanakan tugas tersebut ayat 1, P2K3 mempunyai fungsi :
a. Menghimpun dan mengolah data tentang keselamatan dan kesehatankerja di
tempat kerja.
b. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja :
1. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan
keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya kebakaran, peledakan serta cara
penanggulanganya.
2. Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktifitas kerja
3. Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
4. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaanya.
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 18 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam :
1. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja
2. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik
3. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.
4. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta
mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
5. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja, higene
perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi.
6. Melaksanakan pemantauan terhadpa gizi kerja dan menyelenggarakan makanan di
perusahaan.
7. Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja
8. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja
9. Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja, melakukan
pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan
10. Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higene perusahaan dan
kesehatan kerja.
d. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higene
perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi tenaga kerja.
Pasal 12 : Sekurang-kurangnya 3 bulan sekali pengurus wajib menyampaikan
laporan tentang kegiatan P2K3 kepada Menteri melalui Kantor Depnaker 1 1
setempat.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi N0. 03/Men/1982
20 1982
tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
Pasal 3 : 1 1
ayat 1 : Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja.
ayat 2 : Pengurus wajib memberikan pelayanan kesehatan kerja sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 5 : Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dipimpin dan dijalankan
1 1
oleh seorang dokter yang disetujui oleh direktur.
Pasal 6 : 1 1
Sertifikat penunjukan dokter
ayat 1 : Pengurus wajib memberikan kebebasan profesional kepada dokter yang
perusahaan
menjalankan pelayanan kesehatan kerja.
ayat 2 : Dokter dan tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan Sosialisasi Kesehatan
kerja, bebas memasuki tempet tempat kerja untuk melakukan pemeriksaan Laporan pelayanan kesehatan kerja
pemeriksaan dan mendapatkan keterangan - keterangan yang diperlukan.
Pasal 7 : 1 1
ayat 1 : Pengurus wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pelayanan kesehatan
kerja kepada direktur.
ayat 2 : Tata cara bentuk laporan sebagaimana dimaksud ayat 1 ditetapkan oleh
direktur.
Pasal 8 : Dokter maupun tenaga kerja kesehatan wajib memberikan keterangan-
keterangan tentang pelaksanaan kesehatan kerja kepada pegawai pengawas 1 1
keselamatan dan kesehatan kerja jika diperlukan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi Nomor : Per-
21 1981
01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
Pasal 2 , ayat 1 : Apabila dalam pemeriksaan kesehatan bekerja dan
pemeriksaan kesehatan khusus sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
1 1 Laporan pelayanan kesehatan kerja
menteri tenaga kerja dan transmigrasi no. Per.02/Men/1980 ditemukan penyakit
akibat kerja yang diderita oleh tenaga kerja.
Pasal 3, ayat 1 : Laporan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat 1 harus dilakukan
1 1
paling lama 2 x 24 jam setelah penyakit tersebut dibuat diagnosanya.
Pasal 4 : 1 1
ayat 1 : Pengurus wajib dengan segera melakukan tindakan-tindakan preventiv agar
penyakit akibat kerja yang sama tidak terulang kembali diderita oleh tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinanya.
ayat 3 : Pengurus wajib menyediakan secara Cuma-Cuma semua alat perlindungan
diri yang diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinanya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
Pasal 5 : 1 1
ayat 2 : Tenaga kerja harus memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
ayat 3 : Tenaga kerja harus memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat pencegahan
penyakit akibat kerja .
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 19 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No. Per. 02 / Men /
22 1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan tenaga Kerja dalam 1980
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja. Medical Checkup Awal
Pasal 2 : 1 1 Medical checkup berkala
ayat 2 : Semua perusahaan sebagaimana tersebut dalam pasal 2 ayat 2 UU No.1
tahun 1970 harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
ayat 5 : Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja yang menjamin penempatan tenaga kerja sesuai dengan
kesehatan dan pekerjaan yang akan dilakukannya dan pedoman tersebut harus
mendapatkan persetujuan te
Pasal 3 : 1 1
ayat 2 : Semua perusahaan sebagaimana tersebut dalam pasal 2 ayat 2 diatas harus
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1
kali dalam setahun kecuali ditetukan lain oleh direktur jendral pembinaan hubungan
perburuhan
ayat 4 : Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan
kesehatan berkala sesuai dengan kebutuhan menurut jenis-jenis pekerjaan yang ada.
Pasal 5 : 1 1
ayat 1 : Pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-
pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan
tenagankerja tertentu.
ayat 3 : Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap :
a. tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan
perawatan yang lebih dari 2 minggu.
b. Tenaga kerja yang berusia diatas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga
kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
c. tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan
kesehatanya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.
ayat 3 : Pemeriksaan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan-
keluhan diantara tenaga kerja, atau atas pengamatan pegawai pengawas keselamatan
dan kesehatan kerja, atau atas penilaian pusat bina hyperkes dan keselamatan dan
balai-balainya a
Pasal 6 : 1 1
ayat 1 : perusahaan-perusahaan yang diwajibkan melakukan pemeriksaan kesehatan
sebagaimana pada pasal 2,3 dan 5 wajib membuat rencana pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus.
ayat 2 : Pengurus wajib membuat laporan dan menyampaikan selambat-lambatnya 2
bulan sesudah pemeriksaan kesehatan dilakukankepada direktur jendral bina
perlindungan tenaga kerja melalui kantor wilayah ditjen binalindung tenaga kerja
setempat.

Peraturan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : per-


23 01/men/1979 tentang Kewajiban latihan Hygiene perusahaan kesehatan 1979
dan keselamatan kerja bagi tenaga paramedis perusahaan.

Pasal 1 : Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga paramedis diwajibkan


untuk mengirimkan setiap tenaga tersebut untuk mendapatkan latihan dalam 1 1 Sertifikat hyperkes paramedis
bidang Hygine Perusahaan, kesehatan dan keselamatan Kerja.

Peraturan Menteri tenaga Kerja dan Transkop Nomor : per-01/men/1976


24 1976
tentang Kewajiban latihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan
Sertifikat hyperkes paramedis
Pasal 1 : Setiap perusahaan diwajibkan mengirimkan setiap dokter
perusahaanya untuk mendapatkan latihan dalam bidang Hygine Perusahaan, 1 1
kesehatan dan Keselamatan Kerja
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
25 2011
1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga
Pasal 3 : Setiap Jasa Boga harus memiliki izin usaha sesuai ketentuan perundang-
1 1
undangan Sertifikat Jasaboga
Pasal 5 : Pengelolaan makanan oleh jasa boga harus memenuhi higiene sanitasi dan
1 1
dilakukan sesuai cara pengelolaan makanan yang baik
Pasal 6 : Setiap tenaga penjamah makanan yang bekerja pada jasa boga, harus
memiliki sertifikat kursus higiene sanitasi makanan, berbadan sehat, dan tidak 1 1
menderita penyakit menular
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 20 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/MenKes/SK/XI/2002 tentang
26 Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri 2002 1 1

I. Umum
II. Air Bersih
III. Udara Ruangan
IV. Limbah
V. Pencahayaan diruangan
VI. Kebisingan di Ruangan
VII. Getaran di ruangan
VIII. Radiasi di ruangan
IX. Vektor Penyakit
X. Ruang dan Bangunan
XI. Toilet
XI. Instalasi
KepMenaKer No. 261/MEN/XI/2004 tentang Perusahaan yang Wajib
27 2004
Melaksanakan Pelatihan Kerja
Pasal 2. 1 1
Kompetensi karyawan
1. Perusahaan yang wajib meningkatkan kompetensi pekerja/buruhnya melalui
Training
pelatihan kerja adalah perusahaan yang mempekerjakan 100 orang pekerja atau lebih
2. Pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus mencakup sekurang- Laporan AK3
kurangnya 5% dari seluruh jumlah pekerja diperusahaan tersebut setiap tahun
Pasal 8 : Perusahaan melaporkan kegiatan pelatihan kerja periodik sesuai dengan UU
1 1
No 7 Tahun 1981 tentang wajib lapor ketenagakerjaan di perusahan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor.
28 PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama pada kecelakaan 2008
ditempat kerja
Pasal 2. 1 1
1. Perusahaan wajib menyediakan petugaas P3K dan fasilitas P3K ditempat kerja
2. Pengurus wajib melaksanakan P3K ditempat kerja
Pasal 3. 1 1
1. Petugas P3K ditempat kerja sebagaimana dimkasud dalam pasal 2 ayat 1 harus Kotak P3K
memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari kepala instansi yang bertanggung jawab Sertifikat First Aider
dibidang ketenagakerjaan setempat.
2. Untuk mendapatkan lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a. Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan
b. Sehat jasmani dan rohani
c. Bersedia ditunjuk menjadi petugas P3K
d. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar dibidang P3K ditempat kerja yang
dibuktikan dengan sertifikat pelatihan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor.
29 2010 Pengebonan APD oleh Karyawan
PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri
Pasal 2. 1 1 Rambu-rambu K3
1. Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh ditempat kerja Instruksi kerja penggunaan APD
2. APD sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 harus sesuai dengan Standart Training APD
Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku
3. APD sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 wajib diberikan oleh pengusaha
secara cuma-cuma.
Pasal 3 1 1
1. APD sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 meliputi:
a. pelindung kepala Pengebonan APD oleh Karyawan
b. pelindung mata dan muka Rambu-rambu K3
c. pelindung telinga Instruksi kerja penggunaan APD
d. pelindung pernafasan beserta kelengkapannya Training APD
e. pelindung tangan
f. pelindung
2. kaki
Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat 1, termasuk APD :
a. pakaian pelindung
b. alat pelindung jatuh perorangan
c. pelampung
Pasal 5 1 1
Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang
ramburambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.
Pasal 6 1 1
1. Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau
menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko
2. Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan
apabila APD yang disediakan tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan.
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 21 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 7: 1 1
1. Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja.
2 .Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. identifikasi kebutuhan dan syarat APD;
b. pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan/kenyamanan
pekerja / buruh;
c. pelatihan;
d. penggunaan, perawatan, dan penyimpanan;
e. penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan;
f. pembinaan;
g. inspeksi; dan
Pasal 8: 1 1
1. APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang
dan/atau dimusnahkan.
2. APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta mengandung bahan berbahaya,
harus dimusnahkan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan
3. Pemusnahan APD yang mengandung bahan berbahaya harus dilengkapi
dengan berita acara pemusnahan.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 609 Tahun


30 2012 tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan 2012 1 1 Manual Safety
Penyakit Akibat Kerja
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia RI No. 9 Tahun 2014
31 tentang Klinik 2014

Pasal 6 1 1
ayat 1 : bangunan klinik harus bersifat permanen dan tidak bergabung
dengan fisik bangunannya dengan tempat tinggal perorangan
ayat 2 : ketentuan tempat tinggal perorangan sebagaimana dimaksud pada Izin Tempat Pelayanan Kesehatan
ayat (1) tidak termasuk apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun,
dan bangunan yang sejenis
ayat 3 : bangunan klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan,
kenyamanan, dan kemudahan, dalam pemberian pelayanan serta
perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak anak dan orang lanjut
Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Jawa Timur Nomor 2 Tahun
32 1998 tentang Pelaksanaan Program Jaminan Resiko Kebakaran di 1998 1 1 Asuransi Kebakaran
Wilayah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II Se Jawa Timur

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 11 Tahun 2012 tentang


33 Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran 2012

Pasal 2 : Dengan nama Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran


dipungut retribusi atas pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat
1 1
pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan
jiwa oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 3 1 1
Objek retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran adalah pelayanan
pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan
kebakaran dan alat penyelamatan jiwa oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat
pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran dan alat penyelamatan
jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 31 Tahun 2015 tentang
34 Perubahan Atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 2015
Per.02/MEN/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
Pasal 49A : Pembuatan, pemasangan, dan/atau perubahan instalasi penyalur AK3 Listrik
petir harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian oleh Pengawas 1 1 Sertifikat instalasi penyalur petir
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik dan/atau Ahli K3 bidang Listrik Pengujian instalasi penyalur petir
Pasal 49B : Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam
pasal 49A digunakan sebagai bahan pertimbangan pembinaan dan/atau tindakan 1 1
hukum oleh Pengawas Ketenagakerjaan
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 22 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 12 Tahun 2015 tentang
35 2015
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja
AK3Listrik
Pasal 2 : Pengusaha dan/atau pengurus wajib melaksanakan K3 listrik di tempat kerja 1 1
Teknisi Listrik
Pasal 3 : Pelaksanaan K3 listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertujuan : Sertifikat PUIL
a. melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan orang lain yang berada di Pengawasan & Pengujian PUIL oleh
dalam lingkungan tempat kerja dari potensi bahaya listrik 1 1 pengawas ketenagakerjaan
b. menciptakan instalasi listrik yang aman, handal dan memberikan keselamatan
bangunan beserta isinya, dan
c. menciptakan
Pasal 4: tempat kerja yang selamat dan sehat untuk mendorong produktivitas 1 1
(1) Pelaksanaan K3 listrik sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 merupakan
pelaksanaan persyaratan K3 yang meliputi :
a. perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan, pemeliharaan
b. pemeriksaan dan pengujian
(2) Persyaratan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan pada kegiatan :
a. pembangkitan listrik
b. transmisi listrik
c. distribusi listrik, dan
d. pemanfaatan listrik
yang beroperasi dengan tegangan lebih dari 50 volt arus bolak balik atau 120 volt arus
searah
Pasal 5 : 1 1
(1) Kegiatan perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan dan pemeliharaan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 huruf a yang dilaksanakan pada kegiatan
pembangkitan, transmisi, distribusi dan pemanfaatan listrik wajib mengacu kepada
standar bidang kelistrikan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan terhadap instalasi,
perlengkapan, dan peralatan listrik
(3) Standar bidang kelistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Standar Nasional Indonesia
b. Standar Internasional, dan/atau
c. Standar Nasional Negara Lain yang ditentukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan
Spesialis K3 Listrik
Pasal 6 : 1 1
(1) Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 1 wajib dilakukan pada
pemasangan dan perubahan untuk kegiatan pembangkitan, transmisi, distribusi dan
pemanfaatan listrik
(2) Pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 1 wajib dilakukan pada
penggunaan untuk kegiatan pembangkitan, transmisi, distribusi dan pemanfaatan listrik
(3) Perencanaan, pemasangan, perubahan, dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 ayat 1 dilakukan oleh :
a. Ahli K3 bidang listrik pada perusahaan
b. Ahli K3 bidang listrik PJK3
(4) Dalam hal kegiatan yang dilaksanakan berupa pemasangan dan pemeliharaan
pada pembangkitan, transmisi, distribusi dan pemanfaatan listrik, dapat dilakukan oleh :
a. Teknisi K3 listrik pada perusahaan
b. Teknisi K3 listrik pada PJK3
Pasal 7 : Untuk perusahaan yang memiliki pembangkitan listrik lebih dari 200 kilo volt- 1 1
ampere wajib mempunyai Ahli K3 di bidang listrik
Pasal 8 : Ketemtiam dam tata cara penunjukan PJK3, Ahli K3 bidang Listrik dan
Teknisi K3 Listrik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dan pasal 7 dilaksanakan 1 1
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 9 1 1
(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 huruf b, merupakan
kegiatan penilaian dan pengukuran terhadap instalasi, perlengkapan dan peralatan
listrik untuk memastikan terpenuhinya standar bidang kelistrikan dan ketentuan AK3Listrik
peraturan perundang-undangan Teknisi Listrik
(2) Pengujian sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 huruf b merupakan
kegiatan penilaian, perhitungan, pengetesan dan pengukuran terhadap instalasi, Sertifikat PUIL
perlengkapan dan peralatan listrik untuk memastikan terpenuhinya standar bidang Pengawasan & Pengujian PUIL oleh
kelistrikan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. pengawas ketenagakerjaan
(3) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 wajib
dilakukan pada perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan, dan
pemeliharaan untuk kegiatan pembangkitan, transmisi, distribusi dan pemanfaatan
(4) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2
mengacu kepada standar bidang kelistrikan dan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5.
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 23 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 10 : 1 1
(1) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 1 dan ayat
2 dilakukan oleh :
a. Pengawas ketenagakerjaan spesialis K3 listrik
b. Ahli K3 bidang listrik pada perusahaan, dan/atau
c. Ahli K3 bidang listrik pada PJK3
(2) Pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan :
a. sebelum penyerahan kepada pemilik/pengguna
b. setelah ada perubahan/perbaikan, dan
AK3Listrik
c. secara berkala
(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a dan Teknisi Listrik
huruf b yang dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik dan Ahli Sertifikat PUIL
K3 bidang listrik pada PJK3 sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Pengawasan & Pengujian PUIL oleh
(4) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a dan pengawas ketenagakerjaan
huruf b yang dilakukan oleh Ahli K3 bidang listrik pada perusahaan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf b digunakan sebagai bahan pertimbangan pembinaan
dan/atau tindakan hukum oleh pengawas ketenagakerjaan.
(5) Pengesahan sebagaimana dimaksud pada 3 diterbitkan oleh Kepala Dinas Provinsi.

Pasal 11 : 1 1
(1) Pemeriksaan secara berkala sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat 2 huruf c
dilakukan paling sedikit 1 tahun sekali.
(2) Pengujian secara berkala sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat 2 huruf c
dilakukan papling sedikit 5 tahun sekali
(3) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaiamana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2
harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Provinsi
(4) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2
digunakan sebagai bahan pertimbangan pembinaan dan/atau tindakan hukum oleh
pengawas ketenagakerjaan
Pasal 12 : 1 1
Perusahaan yang menggunakan perlengkapan dan peralatan listrik wajib
menggunakan perlengkapan dan peralatan listrik yang telah mempunyai sertifikat yang
diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 33 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 12 Tahun 2015
36 2015
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja

Pasal 2 : Pengusaha dan / atau pengurus wajib melaksanakan K3 listrik di


1 1
tempat kerja
Pasal 4 1 1
1. Pelaksanaan K3 listrik sebagaimana dimaksud merupakan pelaksanaan
persyaratan K3 meliputi : perencanaan , pemasangan, penggunaan ,
perubahan, pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian
2. Persyaratan K3 listrik dilaksanakan pada kegiatan : Pembangkitan listrik,
transmisi listrik, distrik listrik, pemanfaat listrik yang beroperasi dengan Mempunyai Ahli K3 Listrik dan Teknisi
tegangan lebih dari 50 volt arus bolak balik atau 120 bolak balik arus searah. K3 Listrik
Pasal 5 1 1
1. Kegiatan perencanaan, pemasangan, penggunaan , perubahan dan
pemeliharaan yang dilaksanakan pada kegiatan pembangkitan , transmisi,
distribusi dan pemenfaat listrik wajib mengacu kepada standard bidang
kelistrikan dan ketentuan peraturan perundang undangan
2. standard bidang kelistrikan meliputi : standard nasional Indonesia ,
standard internasional , standard nasional negara lain yang ditentukan oleh
pengawas ketenagakerjaan spesialis K3 listrik
Pasal 7 : Perusahaan yang memiliki pembangkit listrik lebih dari 200 kilo volt
1 1
ampere wajib mempunyai ahli K3 bidang listrik
Pasal 9: Pemeriksaan dan pengujian wajib dilakukan pada perencanaan,
pemasangan, penggunaan, perubahan dan pemeliharaan untuk kegiatan 1 1
pembangkitan , transmisi distribusi dan pemanfaat listrik
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 24 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 10 1 1
1. Pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh :
a. Pengawas ketenagakerjaan spesialis K3 listrik
b. Ahli K3 bidang listrik pada perusahaan
c. Ahli K3 bidang listrik pada PJK3
2. Pemeriksaan dan pengujian dilakukan Mempunyai Ahli K3 Listrik dan Teknisi
a. sebelum penyerahan kepada pemilik/pengguna K3 Listrik
b. setelah ada perubahan/perbaikan
c. secara berkala
3. hasil peemriksaan digunakan sebagai bahan pertimbangan penerbitan
pengesahan dan / atau pembinaan dan / atau tindakan hukum
Pasal 11 1 1
1. Pemeriksaan secara berkala dilakukan paling sedikit 1 tahun sekali
2. Pengujian secara berkala dilakukan paling sedikit 5 tahun sekali
3. Pemeriksaan dan pengujian harus dilaporkan kepada kepala dinas propinsi

4. hasil pemeriksaan dan pengujian digunakan sebagai bahan pertimbangan


dan/ atau tindakan hukum oleh pengawas ketenagakerjaan
Pasal 12 : Perusahaan yang menggunakan perlengkapan dan peralatan listrik
wajib mengggunakan dan peralatan listik yang telah mempunyai sertifikat 1 0 1 Belum Mempunyai SLO
yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwenang
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
37 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan Pada 2016
Ketinggian
Pasal 2 : Pengusahan dan/atapengurus wajib menerapkan K3 dalam Bekerja di 1 1
Ketinggian
Pasal 3 : Bekerja pada ketinggian sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 wajib
memenuhi persyaratan K3 yang meliputi :
a. Perencanaan
b. Prosedur Kerja 1 1
c. Tehnik Bekerja Aman
d. APD, Perangkat Pelindung Jatuh dan Angkur
Prosedur ijin kerja
e. Tenaga
Pasal 4 : Kerja 1 1 Ijin kerja di ketinggian
(1) Pengusaha dan/atau pengurus wajib memastikan bahwa semua kegiatan bekerja Safety body harness
pada ketinggian yang menjadi tanggung jawabnya telah direncanakan dengan tepat,
dilakukan dengan cara yang aman dan diawasi
(2) Pengusaha dan/atau pengurus wajib memastikan bahwa bekerja pada ketinggian
hanya dilakukan jika situasi dan kondisi kerja tidak membahayakan keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja dan orang lain
Pasal 6 : 1 1
(1) Pengusaha dan/atau pengurus wajib mempunyai prosedur kerja sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 huruf b secara tertulis untuk melakukan pekerjaan pada
ketinggian
(3) Pengusaha dan/atau pengurus wajib memastikan bahwa prosedur kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diketahui dan dipahami dengan baik oleh tenaga
kerja dan/atau orang yang terlibat dalam pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 25 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
PERMENAKER NO. 37 TAHUN 2016 TENTANG KESELAMATAN DAN
38 KESEHATAN KERJA BEJANA TEKANAN DAN TANGKI TIMBUN 2016

Pasal 10 1 1
Pengurus dan / atau pengusaha yang mempunyai bejana penyimpanan gas atau
bejana transport harus mempunyai daftar atau register yang memuat :
a. Nomer seri pabrik pembuat
b. Riwayat nomer urut, nama pembuat, nama penjual dan naam pemilik bejana
penyimpanan gas
c. Nama gas yang diisikan
d. Volume air dalam liter
e. Tanggal , tekanan , dan hasil pengujian hidrostatis
Pasal 14 : Bejana penyimpanan gas, campuran gas dan / atau bejana transport harus
dilengkapi dengan katup penutup 1 1

Pasal 15 : Katup penutup pada bejana penyimpanan gas, campuran gas dan/atau Pemberian safety sign di area gudang
bejana transport harus diberi katup pelindung yang aman dan kuat 1 1
penyimpanan dan penyediaan APAR
Pasal 16: Bejana tekanan berisi gas atau cgas campuran yang dapat menimbulkan alat bantu / kereta untuk transportasi
tekanan melebihi dari yabg diperbolehkan harus diberi tingkap pengaman atau alat 1 1
pengaman sejenis yang dapat bekerja dengan baik.
Pasal 18 Bejana penyimpanan gas dan bejana transport harus diberi alat anti guling
1 1
dan tidak boleh terhubunh dengan tutup pelindung
Pasal 27 : lokasi penyimpanan bejana tekanan harus dipasang tanda bahaya
kebakaran, larangan merokok, larangan membawa korek api , alat-alat api lainnya dan 1 1
larangan membawa peralatan yang dapat menimbulkan peledakkan dan kebakaran.
Pasal 40 : Pemindahan bejana tekanan isi maupun kosong tidak boleh dilempar atau
dijatuhkan dan harus menggunakan alat bantu 1 1

Pasal 42 1 1
Ayat 1 : Bangunan tempat penyimapanan bejana penyimpanan gas dan bejana
transport dengan jumlah yang besar harus terbuat dari bahan yang tidak mudah
terbakar dan lantai harus terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan percikan api
Ayat 2: Bangunan mempunyai ventilasi yang cukup dan harus mempunyai pintu keluar
atau pintu penyelamatan
Pasal 43 : Bejanan tekanan yang tidak digunakan dilarang ditempatkan dalam satu
ruangan yang terdapat bejana tekanan sedang digunakan 1 1

Pasal 45 : 1 1
ayat 1 : Bejanan penyimpanan gas dan bejana transpot yang berisi gas yang berbeda
beda harus disimpan secara terpisah
ayat 2 : bejana penyimpanan gas dan bejanatransport yang telah berisi ditempat
terbuka harus dilindungi dari panas matahari dan hujan
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 26 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
39 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja 2018

Pasal 2 1 1
Pengusaha dan/ atau pengurus wajib melaksanakan syarat syarat K3 Lingkungan kerja

Pasal 3 : 1 1
Syarat syarat K3 Lingkungan Kerja sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2
Melliputi :
a. Pengendalian faktor fisika dan faktor kimia agar dibawah NAB
b. Pengendalian faktor biologi , faktor ergonomi dan faktor psikiologi kerja agar
memenuhi standard
c. Penyediaan fasilitas kebersihan dan sarana higiene di tempat kerja yang bersih dan
sehat
d. Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di bidang
lingkungan kerja
Pasal 4 1 1
Pelaksanaan syarat syarat K3 lingkungan kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
bertujuan untuk mewujudkan lingkungan kerja yang man, sehat dan nyaman dalam
rangka mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
Pasal 5 : 1 1
1. Pelaksanaan syarat syarat K3 lingkungan kerja sebagaimana dimaksud dalam
pasal 4 dilakukan melalui kegiatan :
a. Pengukuran dan pengendalian lingkungan kerja dan
b. Penerapan higiene dan sanitasi
2. Pengukuran dan pengendalian lingkungan kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi :
a. Fisika
b. Kimia
c. Biologi
d. Ergonomi dan
e. Psikologi
3. Penerapan higiene dan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi :
a. Bangunan tempat kerja
b. Fasilias Kebersihan
c. Kebutuhan udara dan Belum mempunyai Ahli K3
d. Tata laksana kerumahtanggaan Lingkungan
Pasal 6: 1 1
1. Pengukuran lingkungan kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (2)
dilakukan untuk mengetahui tingkat pajanan faktor fifika, faktor kimia, faktor biologi,
faktor ergonomi dan faktor psikologi terhadap tenaga kerja
2. Pengukuran lingkungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan metode uji yang ditetapkan standar Nasional Indonesia
3. Dalam hasil metode uji belum ditetapkan dalam standar Nasional Indonesia ,
pengukuran dapat dilakukan dengan metode uji lainnya sesuai dengan standar yang
telah divalidasi oleh lembaga yang berwenang
Pasal 7 : 1 1
1. Pengendalian lingkungan kerja sebagaimana dimaksud dalam pasla 5 ayat (2) huruf
a dan huruf b dilakukan agar tingkat pemajanan faktor fisika dan faktor kimia berada
dibawah NAB
2. Pengendalian lingkungan kerja sebagaimana dimaksud dalam pasla 5 ayat (2) huruf
c, huruf d dan huruf e dilakukan agar penerapan faktor biologi, faktor ergonomi dan
faktor psikologi memenuhi standard.
3. Pengendalian lingkungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2
dilakukan sesuai dengan hirarki pengendalian meliputi upaya :
a. Eliminasi
b. Substitusi
c. Rekayasa teknis
d. Sdministratif dan / atau
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 27 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 8 : 1 1
1. Pengukuran dan pengendalian faktor fisika sebagaimana dimaksud dalam pasla 5
ayat 2 huruf a meliputi :
a. Iklim kerja
b. Kebisingan
c. Getaran
d. Gelombang radio atau gelombang mikro
e, Sinar ultra ungu (ulrra violet )
f. Medan magnet statis
g. Tekanan udara dan
h. Pencahayaan
2. NAB faktor fisika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurf a sampai dengan
huruf f tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan mentri ini
pasal 26 1 1
1. Higiene dan sanitasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (3) huruf (a) harus
diterapkan pada setiap bangunan tempat kerja
2. Penerapan higiene dan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
a. Halaman
b. Gedung
c. Bangunan bawah tanah
pasal 27 1 1
1. Halaman sebagaimana dimaksud dalam pasal26 ayat 2 huruf a harus
a. Bersih , tertata rapi, rata dan tidak becek
b. Cukup luas untuk lalu lintas orang dan barang
2. Jika terdapat saluran air pembuangan pada halaman, maka saluran air harus
terttutup dan terbuat dari bahan yang cukup kuat serta air buangan harus mengalir dan
tidak boleh tergenang
pasal 28 1 1
1. Penerapan higiene dan sanitasi pada gedung sebagaimana dimaksud dalam pasal
26 ayat (2) huruf b meliputi :
a. dinding dan langit-langit
b. atap dan
c. lantai
2. Penerapan higiene dan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
untuk memastikan gedung dalam kondisi :
a. Terpelihara dan bersih
b. Kuat dan kokh strukturnya
c. cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2 (dua) meter persegi
per orang
Pasal 32 1 1 Belum mempunyai Ahli K3
1. Penerapan higiene dan sanitasi pada bangunan bawah tanah sebagaimana Lingkungan
dimaksud dalam pasal 26 ayat (2) huruf c dilakukan untuk memastikan bangunan
a. Mempunyai struktur yang kuat
b. Mempunyai sistem ventilasi udara
c. Mempunyai sumber pencahayaan
d. Mempunyai saluran pembuangan air yang mengalir dengan baik dan
e. Bersih dan terawat dengan baik
2. Dalam hal bangunan dibawah tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan ruang terbatas, penerapan higiene dan sanitasi dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
pasal 33 1 1
1. Faislitas kebersihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (3) huruf b harus
disediakan pada setiap tempat kerja
2. Fasilitas kebersihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi :
a. Toilet dan kelengkapannya
b. Loker dan ruang ganti pakaian
c. Tempat sampah
d. Peralatan kebersihan
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 28 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
Pasal 45 1 0 1
1. Pengukuran dan pengendalian lingkungan kerja sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5 ayat(2) harus dilakukan oleh personil K3 bidang lingkungan kerja
2. Personil K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Ahli K3 muda lingkungan kerja
b. Ahli K3 madya lingkungan kerja dan
c. Ahli K3 utama lingkungan kerja
3. Personil K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 bidang lingkungan kerja
4. Sertfikasi kompetensi personil K3 bidang lingkungan kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Kewenangan personil K3 bidang lingkungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibuktikan dengan lisensi K3 dan surat keputusan penunjukan
Pasal 46 1 0 1
Kompetensi personil K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (2) sesuai
standard kompetensi kerja nasional indonesia yang ditetapkan oleh mentri
pasal 47 1 0 1
Personil yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (2) huruf a
harus memenuhi persyaratan :
a. Berpendidikan paling rendah diploma 3 (tiga)
b.berpengalaman paling sedikit 1 tahun dalam membantu pengukuran dan
pengendalian lingkunagan kerja
c. Memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidangnya dan
d. Berbadan sehat berdasarkan surat keterangan dari dokter
Pasal 58 1 0 1
1. Setiap tempat kerja yang memiliki potensi bahay lingkungan kerja wajib dilakukan
pemeriksaan dan/ atau pengujian
2. Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan
mengamati, menganalisis membandingkan dan mengevaluasi kondisi lingkungan kerja
untuk memastikan terpenuhinya persyaratan sebagaiman dimaksud dalam pasal 3
pasal 59 1 0 1
1. Pemeriksaan dan/ atau pengujian sebagaimana dimaksud dalam pasal 58 ayat (!)
dilakukan secara internal maupun melibatkan lembaga eksternal dari luar tempat kerja
2. Pemeriksaan dan / atau pengujian internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk mengukur besaran pajanan sesuai dengan resiko lingkungan kerja dan
tidak mengugurkan kewajiban tempat kerja untuk melakukan pengukuran dengan pihak
eksternal
3. Pemeriksaan dan/ atau pengujian secara internal sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus dilakukan oleh personil K3 bidang lingkungan kerja
4. Lembaga eksternal yang dimaksud pada ayat 1 meliputi :
a. Unit Pelaksana Teknins Pengawasan Ketenaga kerjaan
b. Direktorat Bina keselamatan dan kesehatan kerja beserta unit pelaksana teknis
bidang K3
c. Unit Pelaksanan teknis daerah (UPTD) yang membidangi pelayanan pengujian K3
atau
d. Lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh mentri
5. Pemeriksaan dan/ atau pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan Belum mempunyai Ahli K3
oleh Lingkungan
a. Pengawas ketenagakerjaan spesialis K3 lingkungan kerja
b. Penguji K3 atau
c. Ahli K3 lingkungan kerja
pasal 60 1 0 1
Pemeriksaan dan / atau pengujian sebagaimana dimaksd dalam pasal 59 ayat (1)
meliputi
a. Pertama
c. Ulang dan
d. khusus
No. Lampiran : HSE/SPD/P/02-01
PT. STEEL PIPE INDUSTRY OF INDONESIA,Tbk Revisi :4
Halaman : 29 dari 29 .

RESUME PERATURAN K3 DAN EVALUASI KEPATUHAN

No. Kepatuhan
Nama Peraturan atau Kebijakan yang Diperlukan Tahun Jumlah Bukti Kepatuhan
Urut
Tidak Ya
40 API Specification Q1
4.3.3 Work Environment
The organization shall determine, provide, manage and maintain the work environment
neede to achieve conformity applicable to the manufacture of the product. Work Pengecekan lingkungan kerja
environment shall include : Prosedur infrastruktur
a. buildings, workplace, and associated utilities 1 1
b. process equipment and its maintenance (both hardware and software)
c. supporting services (e.g: transport, communication, information systems
d. conditions under which work is performed such as physical, environmental or other
41 factors.
Specification for Line Pipe (API Specification 5L 45th Edition)
10.2.7.1 Visual Inspection
Except as allowed by 10.2.7.2 each pipe shall be visually inspected to detect surface Pengukuran pencahayaan
defects with an illuminance of at least 300 lx (28 fc). Such inspection shall be over 1 1
the entire external survface and shall cover as much of the internal surface as is
practical.
42 SNI ISO 9001:2008 2008
6.4 Lingkungan Kerja
Organisasi harus menetapkan dan mengelola lingkungan kerja yang diperlukan untuk Pengujian Iklim Kerja
mencapai kesesuaian persyaratan produk. Catatan : istilah "lingkungan kerja" 1 1 secara internal dan eksternal
berhubungan dengan kondisi dimana pekerjaan dilaksanakan termasuk faktor fisik,
lingkungan dan faktor lainnya (seperti suara , suhu, kelembapan, pencahayaan atau
cuaca)
Jumlah 7 241 248

Kepatuhan 97%

Note :
* Peraturan Presiden No 7/2019 Tentang Penyakit Akibat Kerja, menggantikan Keputusan Presiden No 22/1993 Tentang Peyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja

Pasuruan , 17 July 2019


Disetujui Oleh : Diperiksa Oleh Dibuat Oleh :

Nyoman Surya Dharma Rosid Rosadi Fibrian Daniel


Plant Manager Kadept. HRGA & HSE Staff HSE

Anda mungkin juga menyukai