Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIKUM SPPK

HYDRANT
GEDUNG APARTEMEN CITY SQUARE

Disusun Oleh :
Cynthia Verliana 0519140102
Fahestine Putri Arianto 0519140106
Nurwahyuningtias 0519140114
Rizki Ramadhan Hsb 0519140120
Wahyuningtyas 0519140126
1
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2021
Daftar Isi

Daftar Isi..................................................................................................................ii

Daftar Gambar ...................................................................................................v

Daftar Tabel ..................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2

1.3 Tujuan.................................................................................................2

1.4 Manfaat...............................................................................................3

1.5 Ruang Lingkup...................................................................................3

BAB II Tinjauan Pustaka.........................................................................................4

2.1 Gedung................................................................................................4

2.1.1 Deskripsi Apartemen.................................................................4

2.1.2 Deskripsi Apartemen.................................................................5

2.2 Teori Dasar Kebakaran.......................................................................6

2.2.1 Teori Dasar Api.........................................................................6

2.2.2 Teori Segitiga Api (Fire Triangle)............................................6

2.2.3 Teori bidang empat api (Tetrahedron of Fire)..........................8

2.2.4 Klasifikasi Kebakaran...............................................................9

2.2.5 Klasifikasi Bahaya Hunian......................................................10

2.2.6 Klasifikasi Bahaya...................................................................12


2.3 Hydrant System.................................................................................13

2.3.1 Tipe Stand Pipe Untuk Hydrant..............................................13

2.3.2 Kelas Sistem Stand Pipe.........................................................14

2.3.3 Perencanaan Sistem Hydrant..................................................15

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................23

3.1 Diagram Alir.....................................................................................23

3.2 Langkah – Langkah Perancangan.....................................................24

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN.............................................28

4.1 Identifikasi Bahaya Tiap Ruangan....................................................28

4.2 Nozzle dan Jarak Pancaran Terjauh..................................................29

4.3 Kebutuhan Hydrant Tiap Lantai.......................................................30

4.4 Perancangan Kebutuhan Air Pada Sistem Hydrant..........................31

4.5 Perancangan Reservoir (Bak Tampung Air).....................................33

4.6 Perhitungan Kecepatan Aliran Sistem Perpipaan.............................33

4.7 Perhitungan Headloss Mayor dan Minor..........................................36

4.8 Head Pompa yang Dibutuhkan Hydrant...........................................40

4.9 Daya Pompa......................................................................................41

4.10Pembahasan......................................................................................42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................43

6
2Daftar Gambar
Gambar 2.1 Teori Segitiga Api.......................................................................7
Gambar 2.2 Teori Tetrahedron of Fire...........................................................8
Gambar 2.3 Jarak Pancaran Terjauh (Xmax)...............................................16
Gambar 2.4 Moody Diagram........................................................................18
Gambar 2.5 Minor loss coefficients for pipe entrances................................18
Gambar 2.6 Loss coefficients for flow through sudden area changes..........19
Gambar 2.7 Loss coefficients for gradual contraction.................................19
Gambar 2.8 Minor Loss Coefficients for Pipe Entrances.............................19
Gambar 4.1 Tabel efisiensi pompa...............................................................42
3Daftar Tabel
Tabel 4.1 Identifikasi Bahaya Kebakaran Tiap Ruang ................................28
Tabel 4.2 Perhitungan Jumlah Hydrant........................................................31
Tabel 4.3 Loss Coefficient (k) Pipe Equipment............................................37
Tabel 4.4 Total Headloss Minor...................................................................40
1 BAB I
PENDAHULUAN
3.1 Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi,
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja menjadi sangat penting. Hal ini
dikarenakan kerugian yang dialami apabila terjadi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Salah satu permasalahan kecelakaan terbesar di dunia adalah
masalah kebakaran, karena apabila terjadi kebakaran akan banyak pihak
yang dirugikan, antara lain pihak investor, para pekerja, pemerintah maupun
masyarakat luas. Walaupun perkembangan teknologi semakin pesat,
kejadian kebakaran tetap meningkat dan tidaklah berkurang (Prawira, 2009).
Terjadinya kebakaran tidak hanya dapat menghilangkan harta benda
maupun nyawa, akan tetapi menganggu keberlangsungan kegiatan
operasional sehingga menganggu stabilitas dan kontinuitas kegiatan yang
pada akhirnya menyebabkan semakin besarnya kerugian financial yang
ditanggung oleh perusahaan (Harlinanto, 2015). Berdasarkan Situs
Masyarakat Profesi Proteksi Kebakaran Indonesia (MP2KI), kebakaran
yang terjadi di DKI Jakarta dari Tahun 1998-2008 sebanyak 8243 kasus
dengan kerugian mencapai kurang lebih 1,2 triliun rupiah.
Upaya penanggulangan kebakaran harus menjadi komitmen dari pihak
yang terlibat seperti pihak perusahaan, pemerintah dan masyarakat. Hal ini
dikarenakan kebakaran merupakan suatu musibah yang dapat menimbulkan
berbagai macam kerugian. Salah satu upaya penanggulangan kebakaran
terutama mencegah dan mengurangi akibat buruk dari kebakaran adalah
dengan tersedianya sarana proteksi kebakaran otomatis yang memenuhi
standar.
Salah satu cara pencegahan kebakaran dengan menggunakan Hydant
dianggap lebih efektif untuk memadamkan kebakaran secara dini, agar
kebakaran tidak membesar dan dapat segera dipadamkan, maka pada
kondisi seperti inilah perlu dilakukan perancangan terhadap sistem sarana
pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada Hydrant di suatu gedung.
3.2 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas pada praktikum SPPK
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara untuk membuat rancangan hydrant system?
2. Bagaimana persyaratan untuk merancang Hydrant System menurut
NFPA 14?
3. Bagaimana cara melakukan perhitungan jumlah hydrant yang
dibutuhkan?
4. Bagaimana cara merancang peletakan hydrant yang tepat?
5. Faktor – faktor apa saja yang dipertimbangkan dalam perancangan
system hydrant?
6. Bagaimana rekomendasi perancangan hydrant yang sesuai untuk gedung
Apartemen 4 lantai?

3.3 Tujuan
Tujuan dalam laporan penugasan Sistem Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran modul Hydrant adalah :
1. Mengetahui cara untuk membuat rancangan hydrant system.
2. Mengetahui persyaratan untuk merancang Hydrant System menurut
NFPA 14.
3. Mengetahui cara melakukan perhitungan jumlah hydrant yang
dibutuhkan.
4. Mengetahui cara merancang peletakan hydrant yang tepat.
5. Mengetahui Faktor – faktor yang dipertimbangkan dalam perancangan
system hydrant.
6. Mengetahui rekomendasi perancangan hydrant yang sesuai untuk
gedung Apartemen 4 lantai.
3.4 Manfaat
Manfaat dari Perancangn Sistem Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran modul Detektor adalah :
1. Mampu merencanakan Hydrant System menurut NFPA 14.
2. Memberikan rekomendasi perancangan hydrant yang sesuai untuk
gedung Apartemen 4 lantai.

3.5 Ruang Lingkup


Laporan Perancangan Sistem Pencegahan dan Penanggulangan
Kebakaran ini dikhususkan untuk Hydrant System Kebakaran, dan dibuat
berdasarkan aturan – aturan sesuai standar NFPA 14. Perancangan ini dibuat
untuk Gedung Apartemen 4 Lantai.
4BAB II
Tinjauan Pustaka

4.1 Gedung

Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu


dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas
dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial dan budaya, maupun kegiatan
khusus (Perda DKI, 2010).

4.1.1 Deskripsi Apartemen


Menurut Peraturan Daerah DKI No. 7 tahun 2010 tentang
Bangunan Gedung memiliki fungsi bangunan gedung yaitu :
1. Fungsi hunian
Mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal manusia
yang meliputi:
a. Rumah tinggal tunggal
b. Rumah tinggal deret
c. Rumah tinggal susun
d. Rumah tinggal sementara.
2. Fungsi keagamaan
Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan ibadah
yang meliputi:
a. Bangunan masjid termasuk mushola
b. Bangunan gereja termasuk kapel
c. Bangunan pura
d. Bangunan vihara
e. Bangunan kelenteng.
3. Fungsi usaha
Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan
kegiatan usaha yang meliputi:
a. Bangunan gedung perkantoran
b. Bangunan gedung perdagangan
c. Bangunan gedung perindustrian
d. Bangunan gedung perhotelan
e. Bangunan gedung wisata dan rekreasi
f. Bangunan gedung terminal
g. Bangunan gedung tempat penyimpanan.
4. Fungsi sosial dan budaya
Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan
kegiatan sosial dan budaya yang meliputi bangunan gedung:
a. Pelayanan pendidikan
b. Pelayanan kesehatan
c. Kebudayaan
d. Laboratorium
e. Pelayanan umum.
5. Fungsi khusus
Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan
kegiatan yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi tingkat
nasional atau yang penyelenggaraannya dapat membahayakan
masyarakat di sekitarnya dan/atau mempunyai risiko bahaya
tinggi yang meliputi:
a. Bangunan gedung untuk reaktor nuklir
b. Instalasi pertahanan dan keamanan.

4.1.2 Deskripsi Apartemen


Bangunan ini merupakan Apartemen dengan lantai 4 dimana
terdapat unit – unit Apartemen pada lantai dua hingga enam, ruang
musholla, toilet, minimarket, cafe, foodcourt, marketing office,
laundry, resepsionis & lobby, gym, ruang cctv, staff, dan warehouse di
lantai satu. Apartemen ini memiliki luas area sebesar 1503 m2.
Apartemen ini terdapat jumlah unit apartemen sebanyak 13 unit kamar
ditiap lantainya pada lantai 2 hingga 4. Ukuran masing – masing ruang
di bangunan apartemen yaitu, Musholla (5x10 meter), Minimarket (75
meter2), Café (5x10 meter), Foodcourt (5x15 meter), Marketing office
(5x5 meter), laundry (5x10 meter), resepsionis & lobby (5x15 meter),
gym (5x10 meter), ruang cctv (5x5 meter), staff (5x5 meter),
warehouse (5x5 meter), koridor lt.1 (575 meter2), unit kamar (5x10
meter), koridor lt.2 – lt. 6 (475 meter2), dan halaman apartemen di lt.1.
Apartemen ini dapat dikategorikan sebagai Apartemen yang memiliki
tingkat Bahaya tertentu ketika terjadi bencana kebakaran dan dapat
menyebabkan kerugian yang besar jika tidak dilengkapi dengan sistem
pemadam kebakaran.

4.2 Teori Dasar Kebakaran


4.2.1 Teori Dasar Api
Definisi api menurut National Fire Protection Association
(NFPA) adalah suatu massa zat yang sedang berpijar yang dihasilkan
dalam proses kimia oksidasi yang berlangsung dengan cepat dan
disertai dengan pelepasan energy/panas. Timbulnya api ini sendiri
disebabkan oleh adanya sumber panas yang berasal dari berbagai
bentuk energi yang dapat menjadi sumber penyulutan dalam segitiga
api.

4.2.2 Teori Segitiga Api (Fire Triangle)


Secara sederhana susunan kimiawi dalam proses kebakaran
dapat digambarkan dengan istilah “Segitiga api”. Teori ini
menjelaskan bahwa untuk berlangsungnya proses nyala ai diperlukan
adanya tiga unsure okok yaitu bahan yang dapat terbakar (fuel),
oksigen (O2) yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator dan
panas yang cukup.
Gambar 2.1 Teori Segitiga Api
(Sumber: pmdlk.blogspot.com /2018/11/ teori-segitiga-api)

Ketiga unsure tersebut meliputi:


a. Bahan Bakar
Bahan bakar adalah semua jenis bahan yang mudah
terbakar. Dilihat dari wujudnya, bahan bakar dibedakan menjadi 3
yaitu:
1. Bahan bakar padat : kayu, kertas, karet, plastic, dll.
2. Bahan bakar cair : bensin, spirtus, solar, oli, dll.
3. Bahan bakar gas : LPG dan lain sebagainya

b. Oksigen
Udara disekitar kita mengandung 21% oksigen. Dalam
keadaan normal, bahan bakar mudah bergabung dengan oksigen.
Karena oksigen adalah suatu gas pembakar, maka keberadaan
oksigen aan sangat menentukan keaktifan pembakaran. Suatu
tempat dinyatakan masih mempunyai keaktifan pembakaran, bila
kadar oksigen lebih dari 15%. Sedangkan pembakaran tidak akan
terjadi bila kadar oksigen di udara kurang dari 12%. Oleh karena
itu salah satu teknik pemadaman api yaitu dengan cara
menurunkan kadar oksigen di sekitar daerah pembakaran menjadi
kurang dari 12%.
c. Panas
Panas berasal dari matahari, energi mekanik (benturan,
gesekan), kompresi, listrik dan reaksi kimia perpindahan panas
dapat radiasi.

Reaksi antara ketiga unsure tersebut hanya akan menghasilkan


suatu nyala api apabila kadar setiap unsure seimbang. Jika salah satu
unsure berkurang maka nyala api akan berkurang dan menyebabkan
api padam dengan sendirinya.

4.2.3 Teori bidang empat api (Tetrahedron of Fire)


Teori segitiga api mengalami perkembangan yaitu dengan
ditemukannya unsur keempat yaitu terjadinya api yaitu rantai reaksi
kimia. Konsep ini dikenal dengan teori tetrahedron of fire. Teori ini
dtemukan berdasarkan penelitian dan pengembangan bahan pemadam
tepung kimia (dry chemical) dab halon (halogenated hydrocarbon).
Ternyata jenis bahan pemadam ini mempunyai kemampuan memutus
rantai reaksi kontinuitas proses api (Fatmawati, 2009).

Gambar 2.2 Teori Tetrahedron of Fire


(Sumber: https://www.kajianpustaka.com/2018/11/teori-api-dan-
tahapan-kebakaran-dan-cara-pemadaman.html)

Teori Tetrahedron of fire ini didasarkan bahwa dalam panas


pembakaran yang normal akan timbul nyala, reaksi kimia yang terjadi
menghasilkan beberapa zat hasil pembakaran seperti CO, CO 2, SO2,
asap dan gas. Hasil lain dari hasil ini adalah adanya radikal bebas dari
atom oksigen dan hydrogen dalam bentuk hidroksil (OH). Bila 2 (dua)
gugus OH pecah menjadi H2O dan radikal bebas O. O radikal ini
selanjutnya akan berfungsi lain sebagai umpan pada proses
pembakaran sehingga disebut reaksi pembakaran berantai (Fatmawati,
2009).

4.2.4 Klasifikasi Kebakaran


Klasifikasi Kebakaran Klasifikasi kebakaran yang dimiliki di
Indonesia mengacu pada standard National Fire Protection
Association (NFPA Standard No. 10, for the installation of portable
fire extinguishers) yang telah dipakai oleh PERMENAKERTRANS
RI No. Per. 04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
Menurut NFPA 10 Tahun 2018 Klasifikasi Kebakaran antara
lain yaitu:
 Kelas A
Kebakaran pada benda mudah terbakar yang menimbulkan
arang/karbon (contoh: kayu, kertas, karton/kardus, kain, kulit,
plastik)
 Kelas B
Kebakaran pada benda cair dan gas yang mudah terbakar
(contoh: bahan bakar, besin, lilin, gemuk, minyak tanah, thinner)
 Kelas C
Kebakaran pada benda yang menghasilkan listrik atau yang
mengandung unsur listrik
 Kelas D
Kebakaran pada logam mudah terbakar (contoh: sodium,
lithium, radium)
 Kelas K
Kebakaran pada bahan masakan (contoh: nabati, lemak
hewani, lemak)
4.2.5 Klasifikasi Bahaya Hunian
Klasifikasi bahaya hunian ini dimaksudkan untuk dapat
disesuaikan dengan sarana dan prasarana emergency, klasifikasi
tersebut, terdiri dari:
1. Bahaya kebakaran ringan ialah hunian yang mempunyai nilai
kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas rendah, serta menjalarnya api lambat.
Yang termasuk hunian bahaya kebakaran ringan antara lain:
o Ibadah
o Perkantoran
o Klub
o Perumahan
o Tempat pendidikan
o Rumah Makan
o Tempat Perawatan
o Hotel
o Lembaga
o Rumah Sakit
o Perpustakaan
o Penjara
o Museum

2. Bahaya kebakaran sedang kelompok yakni hunian yang


mempunyai kemudahan terbakar rendah penimbunan bahan yang
mudah terbakar sedang dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 10 meter
dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang.
 Yang termasuk hunian bahaya kebakaran sedang kelompok I
antara lain:
o Parkir Mobil
o Pabrik Susu
o Pabrik Roti
o Pabrik Elektronika
o Pabrik Minuman
o Binatu
o Pengalengan
o Pabrik Permata
o Pabrik Barang Gelas
 Bahaya kebakaran sedang kelompok II, yakni hunian yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan
bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4
meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang,
sehingga menjalarnya api sedang. Yang termasuk hunian bahaya
kebakaran sedang kelompok II antara lain:
o Penggilingan Gandum atau Beras
o Pabrik Bahan Makanan
o Pabrik Kimia
o Pertokoan Dengan Pramuniaga Kurang Dari 50 Orang
 Bahaya kebakaran sedang kelompok III, yakni hunian yang
mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi
kebakaran, melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api
cepat. Yang termasuk hunian bahaya kebakaran sedang
kelompok III antara lain:
o Pameran
o Gudang (Cat, Minuman keras)
o Pabrik Ban
o Pabrik Permadani
o Bengkel Mobil
o Studio Pemancar
o Penggergajian Kayu
o Pabrik Pengolahan Tepung
o Pertokoan Yang Pramuniaga lebih dari 50 orang
3. Bahaya kebakaran berat, yakni hunian yang mempunyai nilai
kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas tinggi dan penjalaran api cepat. Yang termasuk
hunian bahaya kebakaran berat:
o Pabrik Kimia, Bahan Peledak dan Cat
o Pabrik Korek Api, Kembang Api
o Pemintalan Benang
o Studio Film dan Televisi
o Penyulingan Minyak
o Pabrik Karet Busa, Plastik Busa

4.2.6 Klasifikasi Bahaya


Berdasarkan NFPA 10 tahun 2018 dijelaskan mengenai
klasifikasi bahaya kebakaran diantaranya:
a. Bahaya Rendah, light (low) hazard Bahaya ini merupakan bahan-
bahan yang mudah terbakar dimana bahaya ini meliputi area
kantor, hotel, motel, aula dan kelas. Pengelempokkan bahaya ini
untuk mengantisipasi agar bahan-bahan ini tidak mudah
menyebarkan bahaya kebakaran.
b. Bahaya sedang Ordinary (Moderate) Hazard Bahaya ini merupakan
bahan-bahan yang mudah terbakar dengan cepat dimana bahaya ini
meliputi area gudang, pertokoan, bengkel, laboratorium,
showroom, garasi.
c. Bahaya Tinggi, Extra (High) Hazard Lokasi ini merupakan bahaya
kebakaran kelas A yang mudah terbakar dan kelas B yang mudah
menyala. Dimana area ini meliputi ruang reparasi pesawat dan
kapal, dapur, pekerjaan yang berhubungan dengan kayu dan ruang
pameran.
4.3 Hydrant System
Hydrant adalah alat yang dilengkapi dengan selang dan mulut pancar
untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan
pemadaman kebakaran. Menurut NFPA 14 sistem hydrant terdiri dari :
1. Sumber Persediaan Air
2. Pompa-Pompa Kebakaran
3. Selang Kebakaran
4. Kopling Penyambung, Dan Perlengkapan Lainnya.
Sistem instalasi hydrant yaitu suatu sistem pemadam kebakaran tetap
yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui
pipa- pipa dan selang kebakaran.Sistem ini terdiri dari sistem persediaan air,
pompa, dan selang kebakaran dimana akan disesuaikan dengan NFPA dan
SNI yang berlaku.

4.3.1 Tipe Stand Pipe Untuk Hydrant


Tipe sistem stand pipe untuk hydrant menurut NFPA 14 dan SNI
03-1745-2000 yaitu :
1. Automatic-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai
air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis.
2. Automatic-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi
dengan udara bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti
dry pipe valve, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya
secara otomatis dengan membuka suatu hose value.
a. Menghemat kerja pompa
b. Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm berbunyi,
sehingga air akan segera mengalir untuk menanggulangi
kebakaran.
3. Semi Automatic-Dry
Merupakan sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan
suatu alat seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem
perpipaannya dengan cara mengaktifkan suatu alat pengontrol jarak
jauh yang terletak pada setiap hose connection. Suplai air harus
mampu memenuhi kebutuhan sistem.
4. Manual-Wet
Merupakan suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai
air yang sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam
pipanya, namun tidak memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan
sistem.Suplai air sistem diperoleh dari fire department pumper.
5. Manual-Dry
Merupakan suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air
yang permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire
department pumper, untuk kemudian dipompakan ke dalam sistem
melalui fire department connection

4.3.2 Kelas Sistem Stand Pipe


Kelas sistem pipa tegak menurut NFPA 14 ada beberapa kelas
antara lain :
a. Kelas I
Merupakan suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan
hose connection berdiameter 2½ inchi untuk mensuplai airnya,
khususnya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan orang-
orang yang terlatih untuk menangani kebakaran berat.
b. Kelas II
Merupakan suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan
hose connection berdiameter 1½ inchi untuk mensuplai airnya,
digunakan oleh penghuni gedung atau petugas pemadam kebakaran
selama tindakan pertama. Pengecualian dapat dilakukan dengan
menggunakan hose connection 1 inchi jika kemungkinan bahaya
sangat kecil dan telah disetujui oleh instalasi atau pejabat yang
berwenang.
c. Kelas III
Merupakan suatu sistem yang harus menyediakan baik hose
connection berdiameter 1½ inchi untuk digunakan oleh penghuni
gedung maupun hose connection berdiameter 2½ inchi untuk
digunakan oeh petugas pemadam kebakaran ada orang-orang yang
telah terlatih untuk kebakaran berat.

4.3.3 Perencanaan Sistem Hydrant


1. Kebutuhan Air dan Volume Reservoir Pada Sistem Hydrant

Perhitungan volume reservoir pada sistem hydrant


dimaksudkan untuk menampung air saat FHP atau Fire Hydrant
Pillar dan IHB atau Indoor Hydrant Box saat bekerja, dimana
sistem hydrant bekerja dalam jangka waktu tertentu.Dengan
keterbatasan waktu diharapkan petugas pemadam kebakaran dapat
datang tepat waktu. Sesuai dengan NFPA 14 menyatakan bahwa
waktu minimum flow rate sebesar 30 menit. Menurut NFPA 14
maksimim flow rate yang dianjurkan antara lain :
 Diameter hose connection 2.5 in (65 mm) = 250 gpm (946
L/min)
 Diameter hose connection 1.5 in (40 mm) = 100 gpm (379
L/min)
Volume reservoir hydrant dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut :
V = Qair X t
Keterangan :
V = volume reservoir pada sistem hydrant (L)
Q = flow rate (L/min)
t = lama waktu sistem hydrant bekerja (min)

2. Perhitungan Radius Jangkauan Hydrant


Perhitungan radius jangkauan pada sistem hydrant sangatlah
penting terkait dengan area proteksi / area pelayanan sistem
hydrant itu sendiri. Dalam perhitungan radius jangkauan pada
hydrant ada beberapa hal yang harus dijadikan variabel antara lain
kecepatan aliran, sudut elevasi pancuran, dan debit / flow rate
berdasarkan NFPA 14. Menghitung radius jangkauan ada 3 hal
yang harus dihitung, antara lain :
1.Kecepatan sebelum dan sesudah.
2.Tinggi maksimum
3.Jarak jangkauan air saat menyentuh tanah.
Penggunaan rumus untuk menentukan 3 hal tersebut dapat
menggunakan rumus GLBB dibawah ini :
 Jarak Pancar Maksimum

Gambar 2.3 Jarak Pancaran Terjauh (Xmax)


(Sumber : NFPA 14)

V1 = dan V2 =
Dimana :
V1 : kecepatan sebelum (m/sec)
V2 : kecepatan sesudah (m/sec)
Q : flow rate (L/min)
A : luas penampang nozzle (m2)

 Tinggi maksimum
H = 𝑽𝒐2𝒔𝒊𝒏2𝜶2𝒈
Dimana :
H : Ketinggian maksimum pancuran (m)
Vo : kecepatan sebelum (m/sec)
α : sudut elevasi (°)
 Jarak jangkauan air saat menyentuh tanah

X=
Dimana :
X : jarak (m)
Vo : kecepatan sebelum (m/sec)
α : sudut elevasi (°)

3. Perhitungan Total Kerugian Pada Sistem Hydrant


a) Head Loss Mayor
Kerugian gesekan didalam pipa bergantung pada panjang
pipa.Kerugian gesekan pada pipa panjang dapat disebut
kerugian gesekan mayor atau headloss mayor.Ada beberapa
variabel dalam menentukan headloss mayor salah satunya
adalah panjang pipa, diameter pipa, kecepatan aliran yang
direkomendasikan, dan bahan yang digunakan. Untuk
menghitung besarnya kerugian akibat gesekan didalam pipa
digunakan persamaan:

Keterangan :
Hl : Head karena kerugian gesekan friction (m)
L : Panjang saluran (m)
D : Diameter dalam saluran (m)
V : Kecepatan rerata aliran (m/s)
g : kecepatan grafitasi (m/s2)
f : Koefisien kerugian gesekan (Bilangan
Reynold/Re)
*Ket: Untuk memperoleh nilai f dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 2.4 Moody Diagram
(Sumber : Pritchard, Philip J.2011)

b) Head Loss Minor


Kerugian head pada equipment atau komponen tambahan
dalam perancangan sistem hydrant dapat ditulis sebagai berikut:

hlm =
Keterangan :
hlm : Head karena kerugian gesekan friction (m)
V : Kecepatan rata-rata aliran (m/s)
g : kecepatan grafitasi (m/s2)
k : Koefisien kerugian gesekan (Bilangan
Reynold/Re)

Gambar 2.5 Minor loss coefficients for pipe entrances


(Sumber : Pritchard, Philip J.2011)

Gambar 2.6 Loss coefficients for flow through sudden


area changes
(Sumber : Pritchard, Philip J.2011)

Gambar 2.7 Loss coefficients for gradual contraction


(Sumber : Pritchard, Philip J.2011)
Gambar 2.8 Minor Loss Coefficients for Pipe Entrances
(Sumber :Cruise, James F.2007)

4. Head Pompa Yang Dibutuhkan Untuk Hydrant


Head dalam perpompaan dapat didefinisikan sebagai energi
tiap satuan berat atau tekanan diperlukan untuk memompa cairan
melewati sistim pada laju tertentu. Dalam instalasi pompa head
dibedakan menjadi :
1. Head statis yaitu tidak dipengaruhi debit hanya beda tekanan
dan ketinggian
2. Head dinamis yaitu head yang dipengaruhi oleh debit terdiri dari
losses karena gesekan, fitting dan diameter saat masuk dan
keluar saluran.

Head total pompa dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan berikut

HLp =
Dimana :
HLp = Head tekanan
P2 = 4,43 x 105 N/m2
P1 = 105 N/m2 (Tekanan Atmosfer 1 atm)
ρ = 998,2 Kg/m3 (pada suhu 20 – 31°C)\

H = HL + Hml + HLp + Ha + V2/2g


Dimana :
H = Head total Pompa (m)
HL = Berbagai kerugian head di pipa (m)
Hml = Berbagai kerugian head (m)
HLp = Head tekanan
Ha = Head statis total (m)
V2/2g = Head kecepatan pengeluaran (m)
Perhitungan pada sistem hydrant didasarkan pada:
1. Flow pada standpipe terjauh minimum adalah 500 gpm (1893
l/mnt) sedangkan pada stadpipe lainnya (tambahannya)
minimum harus 250 gpm (946 l/mnt).
2. Jumlah total tidak boleh lebih dari 1250 gpm (4731 l/mnt).
Namun jika luas area melebihi 80000 ft (7432 m2) maka
standpipe kedua terjauh bisa didesain untuk 500 gpm.
3. Flow minimum pada hydrant adalah 400 l/mnt

5. Tekanan Pada Unit Beban Terjauh


Tekanan pada unit beban terjauh didefinisikan sebagai tekanan
yang dibutuhkan untuk menyalurkan air dari dalam reservoir menuju
titik terjauh istalasi hydrant yang dipasang pada gedung
tersebut.Tekanan pada unit beban terjauh juga merupakan salah satu
indikator dalam menentukan daya yang diperlukan pompa. Dalam
menentukan tekanan pada unit terjauh dapat digunakan menggunakan
rumus berikut :
P2 = 𝑷𝟏/𝝆𝒈+ 𝑽𝟐/𝟐𝒈+(𝒁𝟏−𝒁𝟐)+𝑯+(𝑯𝒍)(𝝆𝒈)
Dimana :
H= Head total Pompa (m)
P2 = Tekanan pada unit bebban terjauh
P1 = 105 N/m2 (Tekanan Atmosfer 1 atm)
Ρ = 998,2 Kg/m3 (pada suhu 20 – 31 °C)
Hl = headloss total (m)
V= 3 m/s

6. Daya Pompa Pada Sistem Hydrant


Pompa merupakan salah satu perlengkapan yang sangat penting
dalam instalasi hydrant.Dalam merencanakan suatu sistem bagian per
bagian tidak dapat dipisahkan, perencaan harus dilakukan secara
menyeluruh mulai dari tahap desain sampai kalkulasi.Sama seperti
halnya sisten hydrant mulai dari tahap desain peletakaan sampai
spesifikasi yang harus digunakan perlu diperhatikan. Sebagai contoh
dalam memaksimalkan kinerja sisstem hydrant harus didukung
dengan spesifikasi pompa sesuai dengan kebutuhannya, antara lain
daya pompa yang digunakan harus sesuai dengan desain perpipaan
pada sistem hydrant tersebut.
Daya pompa merupakan hal yang sangat penting, karena sebagi
indikator mampu atau tidaknya menyalurkan air dari reservoir sampai
titik terjauh sistem perpipaan. Dalam menghitung daya pompa agar
sesuai dengan desain yang dibuat dapat menggunakan rumus sebagai
berikut :

BHP =
Dimana :
BHP = Brake Horse Power / daya pompa (Kw)
Hl = headloss total (m)
𝜑𝑝 = efisiensi pompa (didapat dari tabel efissiensi
pompa)
𝜌 = 998,2 Kg/m3 (pada suhu 20-31 °C)
5BAB III
METODE PENELITIAN
5.1 Diagram Alir
Mulai

Studi Literatur

Perumusan
Masalah

Data Pengumpulan
Sekunder Data

Menentukan Jumlah Pilar hydrant

Menentukan Volume Air Hydrant

Menentukan Sistem Perpipaan

Menentukan Daya Pompa


Hydrant

Analisa Perhitungan

Tidak
Apakah perhitungan sesuai NFPA

Gambar Instalasi Hydrant

Menentukan Biaya Instalasi


Hydrant

Kesimpulan dan Saran

Selesai
5.2 Langkah – Langkah Perancangan
Dalam pengerjaan perancangan ini diperlukan proses yang
terstruktur dan langkah-langkah yang sistematis dalam pelaksanaannya.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari
perancangan ini dijelaskan dalam uraian sebagai berikut :
1. Mengumpulkan Data
Pada tahap awal, perancang harus menentukan layout gedung
apartemen terlebih dahulu sebelum melakukan langkah berikutnya.
Penentuan layout apartemen ini yang nantinya akan menentukan rute
penyelamatan.

2. Studi Literatur
Studi literatur merupakan suatu metode untuk mendapatkan data –
data yang lengkap dalam penyusunan laporan. Studi literatur dibutuhkan
untuk menunjang kelengkapan dasar teori, cara kerja peralatan,
penanganan masalah, penggunaan material atau bahan, perbaikan alat,
dan lain-lainnya yang ada hubungannya dengan penyusunan laporan ini.
Studi literature yang akan digunakan adalah :
a. SNI 03-1735-2000, tentang tata cara perencanaan akses bangunan dan
akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung.
b. SNI 03-1745-2000, tentang tata cara perencanaan dan pemasangan
sistem pipa tegak dan selang untuk encegahan bahaya kebakaran pada
bangunan atau gedung.
c. NFPA-14, Standar untuk Instalasi Selang dan Pipa tegak.
d. NFPA-20, Standar untuk Instalasi Pompa Sentrifugal.
e. NFPA-15, Standar untuk Sistem Semprotan Air Tetap
f. Kepmenaker No.186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja.
3. Perumusan Masalah
Menentukan permasalahan yang ada dalam pencegahan dan
penanggulangan kebakaran dengan sistem hidrant pada Gedung
Apartemen 6 lantai dengan memperhatikan kemampuan pengerjaan,
waktu, dan biaya yang dikeluarkan guna mendapatkan hasil yang
optimal.

4. Perencanaan jumlah dan penempatan pilar hidrant


Jumlah dan penempatan pilar hidran disesuaikan pada kebutuhannya
dengan mengacu pada luas area dan besar kecilnya bahaya kebakaran
yang ada dengan menggunakan persamaan diatas.

5. Perencanaan volume air hydrant


Kapasitas air hidran merupakan jumlah air yang dibutuhkan hidran
dalam memadamkan api supaya api tersebut menjadi padam.
Kapasitas air disesuaikan dengan klasifikasi bangunan serta klasifikasi
hunian. Setelah kapasitas air hidran ditentukan selanjutnya
menentukan volume air hidran yang akan dibuat berdasarkan lamanya
waktu yang di butuhkan dalam pemadaman kebakaran. Untuk sumber
air hidran diperoleh dari PDAM daerah setempat dengan membuat
tandon besar dengan ukuran tertentu dan diletakkan pada area khusus
bebas dari bangunan di atasnya. Untuk mengetahui volume minimum
persediaan air hidran maka dihitung dengan mengunakan persamaan
diatas.

6. Perencanaan sistem perpipaan


Sistem perpipaan merupakan bagian yang penting dalam instalasi
hidran.Semua komponen hidran membutuhkan pipa untuk
menghubungkan komponen satu dengan komponen yang
lainnya.Dalam perencanaan sistem perpipaan ini yang perlu
diperhatikan adalah mengenai pemilihan bahan material pipa, ukuran
pipa, dan jenis pipanya.Dari hasil perancangan maka harus diketahui
head loss dan tekanan dari pipa tersebut yaitu dengan menggunakan
persamaan diatas.

7. Perencanaan daya pompa air


Jenis pompa air yang akan digunakan untuk perencanaan sistem
instalasi hidran ini harus memiliki daya pompa yang cukup untuk
memberikan tekanan air dalam proses pemadaman api mengingat
adanya tekanan hilang yang disebabkan oleh gesekan pipa, selang,
nozel, tinggi bangunan, jarak bangunan dan kerugian tekanan lainnya.
Selain itu pompa air harus siap difungsikan setiap saat jika
dibutuhkan.Untuk memperoleh tekanan air yang cukup, daya pompa
direncanakan sesuai dengan kebutuhan hidran.Daya pompa dan
kebutuhannya dihitung dengan menggunakan persamaan persamaan
diatas.

8. Analisa Perhitungan
Setelah semua data diolah dan dihitung selanjutnya dianalisa untuk
mengetahui pemecahan masalah yang ada pada perencanaan hidran
seperti jumlah dan pelertakan pilar hidran, gambar perencanaan
instalasi hidran, volume bak air hidran, daya pompa air yang
digunakan, serta biaya material pemasangan instalasi hidran tersebut.
Jika perhitungan yang telah dilakukan sudah memenuhi standard yang
ada yaitu NFPA 14 Tahun 2018, maka perencanaan tersebut dapat
disimpulkan.Tetapi jika perhitungannya tidak memenuhi standard
yang ada, maka harus dilakukan perhitungan ulang sampai
perhitungan tersebut memenuhi.

9. Gambar perencanaan instalasi hidran


Hasil rangkaian dari perencanaan komponen-komponen hidran
seperti pompa air, perpipaan, pilar hidran, dllnya mulai dari awal hingga
akhir adalah berupa gambar perencanaan instalasi hydrant.
10. Menghitung biaya material pemasangan instalasi hidran.
Dalam perencanaan instalasi hidran ini, estimasi biaya perlu
dilakukan agar besarnya biaya pemasangan instalasi hidran dapat
dipersiapkan terlebih dahulu sehingga tidak mengalami kesalahan hitung.

11. Kesimpulan dan Saran


Dari perencanaan system instalasi hidran yang sudah dibuat maka
selanjutnya dapat diambil kesimpulan yang dapat menjawab tujuan dari
penyusunan laporan ini.
6BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Bahaya Tiap Ruangan


Berikut merupakan analisis Identifikasi Bahaya Kebakaran tiap lantai
pada bangunan Apartemen 4 Lantai :

Tabel 4.1 Identifikasi Bahaya Kebakaran Tiap Ruang Apartemen 6 Lantai


Lanta Klasifikasi
Luas Fungsi Potensi Bahaya
i Kebakaran
Potensi bahaya
Difungsikan sebagai
kebakarannya yaitu Termasuk
lobby, café,
akibat adanya sumber api klasifikasi
1531,25 minimarket, marketing
1 terbuka yang mengenai kebakaran kelas
m2 office, laundry, gym,
barang – barang yang A. (NFPA 10
musholla, warehouse,
mudah terbakar, dan tahun 2018)
dan foodcourt
konsleting listrik
Potensi bahaya
kebakarannya yaitu
akibat adanya sumber api
terbuka yang mengenai
Difungsikan sebagai Termasuk
barang – barang yang
tempat istirahat / klasifikasi
1531,25 mudah terbakar,
2–6 berkunjung / tinggal kebakaran kelas
m2 konsleting listrik dalam
tamu sebagai A. (NFPA 10
ruang, kebakaran
pengganti rumah tahun 2018)
peralatan memasak,
peralatan tidur, dan
barang – barang
elektronik
4.2 Nozzle dan Jarak Pancaran Terjauh
Ukuran nozzle disesuaikan dengan bentuk ruangan, dalam NFPA
disebutkan dalam NFPA 14 ukuran nozzle standar harus 1.5 in atau 38.1 mm
dan 2.5 in atau 63.5 mm. Untuk hydrant gedung atau hydrant box menggunakan
1.5 in atau 38.1 mm, ukuran nozzle lebih besar dari 1.5 in atau 38.1 mm tidak
perlu digunakan. Untuk hydrant luar gedung atau hydrant pillar ukuran nozzle
menggunakan 2.5 in atau 63.5 mm.
A. Diameter 1,5” = 0,0381 m
 Luas lubang Nozzle (Ao)
Ao = ᴫr2
= 3,14.(0,01905)2
= 0,001139m2
 Kecepatan aliran nozzle diameter 1,5”

V =

=
= 5,549 m/s
 Jarak jangkauan terjauh (Xt)

Xt =

=
= 3,141 m

B. Diameter 2,5” = 0,0635 m


 Luas lubang Nozzle (Ao)
Ao = ᴫr2
= 3,14.(0,03175)2
= 0,003165 m2
 Kecepatan aliran nozzle diameter 1,5”

V =

=
= 4,96 m/s

 Jarak jangkauan terjauh (Xt)

Xt =

=
= 2,51 m

4.3 Kebutuhan Hydrant Tiap Lantai


Pada gedung Apartemen ini dapat diketahui berapa kebutuhan hydrant
pada tiap lantainya meninjau dari NFPA-14, Standar untuk Instalasi Selang
dan Pipa tegak. Pada gedung Apartemen ini merupakan salah satu gedung
yang membutuhkan proteksi cukup baik karena akan selalu dipenuhi
pengunjung tiap hari dan tiap waktu, dalam NFPA 14 dapat diklasifikasikan
dengan class II yang artinya mengunakan hose connection 1.5 in (40 mm)
dan panjang selang 40 m.
Kebutuhan hydrant dapat dilihat pada tabel dibawah :
r = 40 m + 3,141 m = 43,141 m
Luas proteksi area :
= 3.14 × (43,141)2
= 5844 m2
Tabel 4.2 Perhitungan Jumlah Hydrant
Lantai Perhitungan Hasil Jumlah Keterangan
Hydrant
Lantai 1 1531,25 / 5844 0,262 1 1 hydrant gedung
Lantai 2 1531,25 / 5844 0,262 1 1 hydrant gedung
Lantai 3 1531,25 / 5844 0,262 1 1 hydrant gedung
Lantai 4 1531,25 / 5844 0,262 1 1 hydrant gedung
Dari perhitungan diatas maka dapat diperkirakan kebutuhan hydrant pada
Gedung Apartemen sebanyak 5 hydrant dengan rincian 1 hydrant halaman dan 4
hydrant gedung.

4.4 Perancangan Kebutuhan Air Pada Sistem Hydrant


Berdasarkan NFPA 14 – 2018 laju aliran minimum untuk sistem pipa
tegak hidraulik terjauh sebesar 946 liter/menit untuk hydrant halaman dan
379 liter/menit untuk hydrant gedung. Berdasarkan NFPA 14 – 2018
pasokan minimum yang harus tersedia untuk kebutuhan sistem sekurang-
kurangnya untuk 30 menit.
a. Halaman
Volume hydrant halaman sejumlah 1
V = 946 liter/menit x 30 menit x 1
= 28380 liter
= 28,38 m3
b. Lantai 1
Volume hydrant gedung sejumlah 1
V = 379 liter/menit x 30 menit x 1
= 11370 liter
= 11,37 m3
c. Lantai 2
Volume hydrant gedung sejumlah 1
V = 379 liter/menit x 30 menit x 1
= 11370 liter
= 11,37 m3
d. Lantai 3
Volume hydrant gedung sejumlah 1
V = 379 liter/menit x 30 menit x 1
= 11370 liter
= 11,37 m3
e. Lantai 4
Volume hydrant gedung sejumlah 1
V = 379 liter/menit x 30 menit x 1
= 11370 liter
= 11,37 m3
Volume hydrant total Islamic center :
= 28,38 m3 + 11,37 m3 + 11,37 m3 + 11,37 m3 + 11,37 m3
= 73,78 m3
Jadi kebutuhan total volume air untuk hydrant yang dibutuhkan untuk
Gedung Apartemen adalah sebesar 73,78 m3.

4.5 Perancangan Reservoir (Bak Tampung Air)


Bak air (reservoir) untuk persediaan air juga tidak boleh di isi penuh atau
harus ada freeboard. Oleh karena itu dari hasil volume air yang dibutuhkan
sistem dapat ditentukan klasifikasi konstruksi bak air (reservoir). Dari volume
total air yang dibutuhkan yaitu 73,78 m 3, maka dimensi reservoir dapat
ditentukan. Bentuk reservoir yang diinginkan adalah berbentuk kubus sehingga
dimensinya p x l x t nya adalah :
Dimensi reservoir total
= 3˅73,78
= 4,2 m
Maka dimensi p x l x t = 4,2 m × 4,2 m × 4,2 m

 Tinggi freeboard = =

4,2 / 0,75 =
1,05 = 0.75 Tf
Tf = 1,4 m

 Tinggi bak = 4,2 m + 1,4 m = 5,6 m


Sehingga dimensi reservoir menjadi 4,2 m × 4,2 m × 5,6 m

 Perhitungan Pipa Suction agar kondisi aman


t pipa suction = (t dimensi bak yang dibutuhkan + 1 m) + t freeboard
= (4,2 m + 1 m) + 1,4 m
= 5,2 m + 1,4 m
= 6,6 m

4.6 Perhitungan Kecepatan Aliran Sistem Perpipaan


Pipa yang digunakan dalam pemasangan instalasi hydrant adalah
Galvanized iron karena pipa ini berfungsi sebagai pipa khusus proteksi
kebakaran dan banyak digunakan serta mudah dipasang. Ukuran pipa
dengan NPS 8 in untuk pipa isap (suction) dan NPS 6 in untuk pipa
pengeluaran (discharge) dengan pipe schedule number 40, maka sesuai
ASTM A795 disebutkan tebal minimal pipa adalah tidak lebih dari 12,5%
dari diameter pipa terluar.

1. Pipa Suction
Diketahui : Massa jeni air (ρ) = 996 kg/m3
Percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s2
Debit air (Q) = 397 liter/menit = 0,397 m3/menit
Diameter luar pipa = 8” = 0,2032 m
Panjang pipa = 6,6 m

 Tebal Pipa
= diameter luar pipa x 12,5 %
= 0,2032 x 0,125
= 0,0254 m
 Diameter dalam pipa
= Diameter luar pipa – (diameter luar pipa x 12,5 %)
= 0,2032 – (0,2032 x 0,125)
= 0,2032 – 0,0254
= 0,1778 m
 Luas Pipa Suction

A =

=
= 0,02482 m2
 Kecepatan aliran

v =
= 0,379 m3/menit :0,02482 m2
= 15,27 m/menit
= 0.2545 m/s

2. Pipa discharge
Diketahui : Massa jeni air (ρ) = 996 kg/m3
Percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s2
Debit air (Q) = 397 liter/menit = 0,397 m3/menit
Diameter luar pipa = 6” = 0,1524 m
Panjang pipa = 20 m
 Tebal Pipa
= diameter luar pipa x 12,5 %
= 0,1524 x 0,125
= 0,01905 m
 Diameter dalam pipa
= Diameter luar pipa – (diameter luar pipa x 12,5 %)
= 0,1524 – (0,1524 x 0,125)
= 0,1524 – 0,01905
= 0,13335 m
 Luas Pipa Discharge

A=

=
= 0,01396 m2
 Kecepatan aliran

v=
= 0,379 m3/menit : 0,01396 m2
= 27,15 m/menit
= 0,4525 m/s

4.7 Perhitungan Headloss Mayor dan Minor


A. Head loss mayor
1. Pipa Suction
Diketahui : e = 0,15 mm = 0,00015 m
D iameter dalam pipa 8” = 0,1778 m
Massa jeni air (ρ) = 996 kg/m3
Percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s2
μ air = 1 x 10-3 kg/ms
v = 0.2545 m/s
Panjang pipa = 6,6 m

a. = = 0,00084

b. Re =

=
=
= 51507,5 = 5,15075 x 104
c. F = 0,019

Hlmayor =
= 0,019 x 6,6/0,1778 x 0,25452/2.9,8
= 0,00245 m
2. Pipa Discharge
Diketahui : e = 0,15 mm = 0,00015 m
Diameter dalam pipa 6” = 0,13335 m
Massa jeni air (ρ) = 996 kg/m3
Percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s2
μ air = 1 x 10-3 kg/ms
v = 0,4525 m/s
Panjang = 20 m

a. = = 0,00112

b. Re = =

=
= 60099,5 = 6,00995 x 104
c. f = 0,0199

Hlmayor =
=

=
= 0,0311 m

Jadi, Total Headloss mayor adalah sebagai berikut


Hlmayor = Hlmayor pipa suction + Hlmayor pipa
discharge
= 0,00245 m + 0,0311 m
= 0,03355 m

B. Headloss Minor
Tabel 4.3 Loss Coefficient (k) Pipe Equipment
Loss
No. Equipment Bahan Jumlah
Coefficient (k)
Elbow 90°
1. Galvanized 1,5 3
(regular threaded)
Tee Joint (branch
2. Galvanized 2,0 6
flow threaded)
3. Globe Valve Galvanized 10 6
0,18
4. Reducer Galvanized (AR = 0,56 1
contraction)

1. Elbow 90° pada pipa suction (1 buah)


Diketahui : Diameter dalam pipa 8” = 0, 1778m
Massa jenis air (ρ) = 996 kg/m3
Percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s2
v = 0,2545 m/s
Hlminor =

=
= 0,0099 m

2. Elbow 90° pada pipa discharge (2 buah)


Diketahui : Diameter dalam pipa 6” = 0,13335 m
Massa jenis air (ρ) = 996 kg/m3
Percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s2
v = 0,4525 m/s

Hlminor =

=
= 0,0313 m

3. Tee joint (6)


Diketahui : Diameter dalam pipa 6” = 0,13335 m
Massa jenis air (ρ) = 996 kg/m3
Percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s2
v = 0,4525 m/s

Hlminor =

=
= 0,0369 m

4. Globe Valve (6)


Diketahui : Diameter dalam pipa 6” = 0,13335 m
Massa jenis air (ρ) = 996 kg/m3
Percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s2
v = 0,4525 m/s
(g) = 9,8 m/s2
Hlminor =

=
= 0,1228 m

5. Reducer
Diketahui : Diameter dalam pipa 8” = 0,1778 m
Massa jenis air (ρ) = 996 kg/m3
Percepatan gravitasi (g) = 9,8 m/s2
v = 0,2545 m/s

Hlminor =

=
= 0,001189 m

Tabel 4.4 Total Headloss Minor


No
Equipment Jumlah Hlminor ƩHlminor
.
Elbow 90°
1. pada pipa 1 0,0099 m 0,0099 m
suction
Elbow 90°
2. pada pipa 2 0,0313 m 0,0626 m
discharge
3. Tee 6 0,0369 m 0,2214 m
4. Globe Valve 6 0,1228 m 0,736 m
5. Reducer 1 0,001189 m 0,001189 m
Total 1,031089 m

Jadi Headloss total ialah sebagai berikut :


HL = Hlmayor + Hlminor
= 0,03355 m + 1,031089 m
= 1,0646 m

4.8 Head Pompa yang Dibutuhkan Hydrant


Diketahui : P2 = 4,43 x 105 N/m2
P1 = 105 N/m2 (Tekanan Atmosfer 1 atm)
ρ = 996 Kg/m3 (pada suhu 20-31 oC)
g = 9,8 m/s2

Hlp =

=
= 35,063 m
Sehingga head pompa adalah sebagai berikut : (dalam hal ini Ha
diabaikan)

H = Hlp + Hlmayor + Hlminor + Ha +

= 35,063 m + 1,0646 m + m
= 35,063 m + 1,0646 m + 0,00614 m
= 36,1337 m

4.8 Head Pompa yang Dibutuhkan Hydrant


Dimana :
H = Head total Pompa
P2 = Tekanan pada unit bebban terjauh
P1 = 105N/m2 (Tekanan Atmosfer 1 atm)
ρ = 996 Kg/m3(pada suhu 20-31 oC )
HL = headloss total (m)
V = 3 m/s (NFPA)
P2 =

= 10,245 + 0,00092 + 5,4 + 36,1337 + 10391,34768


= 10.443,127 m

4.9 Daya Pompa


Dimana :
BHP = Brake Horse Power / daya pompa (Kw)
Hl = headloss total (m)
𝜑𝑝 = efisiensi pompa (dicari terlebih dahulu)
𝜌 = 998,2 Kg/m3 (pada suhu 20 – 31°C)
Q = flow rate (L/min)
Berdasarkan gambar tabel berikut tentang efisiensi pompa dengan Q =
0,379 m menit, efisiensi (ηp) yang digunakan sebesar 55%.

Gambar 4.9 Tabel efisiensi pompa

BHP =
=
= 3.938,32 Watt
= 3,94 Kw

4.10 Pembahasan
Pada Gedung Apartemen terdapat 1 pilar hydrant dan 4 hydrantbox
indoor dengan rincian setiap lantainya terdapat pada tabel 4.2. Panjang pipa
suction atau isap sepanjang 6,6 m sedangan panjang pipa dishcarge terjauh
adalah 20 m. Head loss total sistem perpipaan ini adalah 1,0646 m. Untuk
instalasi hidran ini menggunakan daya pompa sebesar 3,94 Kw. Kebutuhan
air yang diperlukan sebesar 379 liter per menit dalam waktu 30 menit
sehingga volume dari bak reservoir yang dirancang adalah 73,78 m3.

7BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa perhitungan, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam perencanaan sistem intstalasi hydran di Gedung Apartemen :
1. Bangunan Gedung Apartemen menggunakan hydrant jenis hydrant
gedung dan hydrant halaman/pilar. Jumlah pilar hydrant pada Gedung
Apartemen adalah 1 buah pilar hydrant dan 4 hydrant box indoor pada
setiap lantai.
2. Menggunakan Pipa suction 8” dengan panjang pipa terjauh 6,6 m, Pipa
discharge 6” dengan panjang pipa terjauh 20 m. Selain itu, juga terdapat
beberapa equipment pendukung yaitu 3 buah elbow 90 derajat pada pipa
suction 1 buah dan pipa discharge 2 buah , 6 buah tee joint dan 6 buah
globe valve. Semua pipa dan equipment menggunakan bahan galvanized
iron. Memiliki Headloss total sebesar 1,0646m.
3. Volume reservoir hydrant dapat disesuaikan langsung dengan hasil
perhitungan yang didapatkan melalui perhitungan flow rate, namun harus
ditambahkan dengan panjang freeboard untuk keamanan. Dalam
perancangan ini volume air yang dibutuhkan adalah sejumlah 73,78 m3.
4. Pilar hydrant dan kotak hydrant di letakkan pada tempat yang
aman,mudah di jangkau dan di dekat jalur ERP.
5. Gedung Apartemen menggunakan pompa dengan daya 3,94 Kw.
5.2 Saran
Sebelum melakukan pemasangan instalasi hydrant pada gedung,
sebaiknya yang harus kita lakukan terlebih dahulu adalah :
1. Sebelum menganalisa lebih detail seluruh perhitungan, seharusnya diberi
pembekalan teori yang lebih intensif agar bisa hasil analisa dapat
dipertanggung jawabkan dengan baik.
2. Memperhatikan dan mempelajari dahulu denah gedung yang akan di
instalasi / dipasang sistem hydrant.
3. Memperhatikan terutama mengenai peraturan NFPA 14 yang mengatur
mengenai pipa tegak dan instalasi hydrant.
4. Memberikan perhitungan dan pertimbangan yang harus disesuaikan
dengan NFPA 14 dan peraturan yang mendukung.
DAFTAR PUSTAKA

Kepmenaker No.186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di


Tempat Kerja

NFPA-14. 2018 Standard for the Installasion of Standpipe and Hose Systems

NFPA-15. 2018 Standard for Water Spray Fixed Systems for Fire Protection

NFPA-20.2018 Standard for the Installasion of Stationary Pump for Fire


Protection

NFPA-22. 1998. Standard for Water Tanks for Private Fire Protection

Pritchard, Philip J.2011.


LAMPIRAN

Gambar Desain Peletakan Pilar Hidran dan Lt.1


Gambar Peletakan Hydran Lt. 2 – Lt. 4

Anda mungkin juga menyukai