Anda di halaman 1dari 15

PT.

PIGEON INDONESIA
Formulir F-ISO-K3L-02A/R0

RANGKUMAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3 (Kesehatan, Keamanan Kerja) Tgl Berlaku Revisi

No Peraturan atau Persyaratan Judul Rangkuman Isi Point Persyaratan Standar Gap Evaluasi Pemenuhan
Bukti Pemenuhan CAPA Status **) Persiapan Rencana PIC
Kelanjutan
I. Undang-Undang K3

1 Undang-Undang No 1 Tentang Keselamatan Kerja. Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan hak tenaga kerja untuk: Hak tenaga kerja dan kewajiban pengurus dalam - - 1. Bukti Pemberian APD - C - - GA-HSE
Tahun 1970 a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai atau ahli K3 2. APD Matrix
keselamatan kerja. 3. Bukti Pemakaian APD
b. Memakai APD yang diwajibkan 4. Memasang syarat/Sign K3 di tempat kerja
c. Memenuhi dan mentaati syarat-syarat K3
d. Meminta pengurus agar dilaksanakan semua syarat K3 yang diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 serta APD yang diwajibkan
diragukan olehnya,kecuali dalam hal khusus ditentukan lain oleh pegawai
pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

Pengurus diwajibkan:
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
syarat K3 yang diwajibkan.
b. Memasang semua gambar K3 yang diwajibkan dan bahan pembinaan
lainnya pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dalam tempat
kerja yang dipimpinnya.
c. Menyediakan APD yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada
dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang yang memasuki
tempat kerja tersebut dan disertai dengan petunjuk pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja.
2 Undang-Undang Republik tentang Ketenagakerjaan. Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan dengan - - - 1. Buku Perjanjian Kerja Bersama - C - - Mgr. HR
Indonesia No 13 Tahun melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah.
2003 Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan :
a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi;
b. mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
c. memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
kesejahteraan; dan
d. meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

II. Peraturan Pemerintah terkait K3


1 PP_NO_84_2010 Penyelenggaraan Program Jamsostek Besar jaminan kecelakaan kerja: Penyelenggaraan program jamsostek dan - - 1. Perogram pemberian Jamsostek kepada setiap - - - - Mgr. HR
karyawan
a. Santunan jaminan kecelakaan kerja
b. Pengobatan dan perawatan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk -
dokter -obat -operasi -rontgen,laboratorium, perawatan puskesmas, rumah
sakit umum pemerintahan kelas 1 atau swasta yang setara - gigi -mata
c. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja
d. Biaya pengangkutan tenaga kerja dari tempat kejadian kecelakaan ke rumah
sakit diberikan biaya penggantian.
2 Peraturan Pemerintah No Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian Perusahaan yang telah menerapkan SMK3, wajib - Sistem 1. Penetapan Kebijakan K3 - NC - - GA dan MR
50 Tahun 2012 Kesehatan Kerja sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Manajemen 2. Perencanaan K3
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang Pemerintah Keselamatan 3. Pelaksanaan rencana K3
aman, efisien dan produktif. Penerapan SMK3 bertujuan untuk: dan Kesehatan 4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja kerja (SMK3) 5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3
yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi Belum
sepenuhnya
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja diterapkan
dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja dan serikat pekerja

c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk


mendorong produktivitas.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) meliputi:
a. Penetapan kebijakan K3
b. Perencanaan K3
c. Pelaksanaan rencana K3
d. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
e. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3
Dalam menyusun kebijakan, pengusaha paling sedikit harus:
1. Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi :
a. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko

Page 1 of 15
kerja (SMK3) 5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3
Belum
sepenuhnya
diterapkan

PT. PIGEON INDONESIA


Formulir F-ISO-K3L-02A/R0

RANGKUMAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3 (Kesehatan, Keamanan Kerja) Tgl Berlaku Revisi

No Peraturan atau Persyaratan Judul Rangkuman Isi Point Persyaratan Standar Gap Evaluasi Pemenuhan
Bukti Pemenuhan CAPA Status **) Persiapan Rencana PIC
Kelanjutan
b. Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor yang lebih
baik
c. Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayanakan
d. Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang
berkaitan dengan keselamatan
e. Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan
2. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-menerus

3. Memperhatikan masukan dari pekerja dan serikat pekerja. Kebijakan K3


memuat:

a. Visi
b. Tujuan perusahaan
c. Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan
d. Kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara
menyeluruh yang bersifat umum dan operasional

Dalam menyusun rencana K3 pengusaha harus mempertimbangkan:


a. Hasil penelaahan awal
b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian resiko
c. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
d. Sumber daya yang dimiliki
Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam
pemenuhan persyaratan K3. Kegiatan meliputi:

a. Tindakan pengendalian
b. Perancangan (design) dan rekayasa
c. Prosedur dan instruksi kerja
d. Penyerahan sebagai pelaksanaan pekerja
e. Pembelian/pengadaan barang dan jasa
f. Produk akhir
g. Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri

h. Rencana dan pemulihan keadaan darurat


Pengusaha dalam melaksanakan kegiatan harus:
a. Menunjukan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi kerja dan
kewenangan di bidang K3
b. Melibatkan seluruh pekerja/buruh
c. Membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja/buruh,
orang lain selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain
yang terkait.
d. Membuat prosedur informasi
e. Membuat prosedur pelaporan
f. Mendokumentasikan seluruh kegiatan.
Pada saat peraturan pemerintah ini berlaku, perusahaan yang telah menerapkan
SMK3, wajib menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini paling
lama 1 tahun.
3 Kepmen no 187 Tahun Pengendalian Bahan Kimia di Tempat Kerja Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya yang dilakukan untuk 1. Wajib Menyediakan Lembar Data Keselamatan 1. Format LDKB 1. format F-QC-ICM-07A/RO Matrix Bahan Kimia 1. Membuat C - - QC Lab
1999 mencegah dan atau mengurangi risiko akibat penggunaan bahan kimia Bahan menggunakan belum isi LDKB sesuai
berbahaya di tempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat kerja dan lingkungan. lampiran II kepmen laporan belum format
Pengendalian bahan kimia berbahaya sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi : 187 sesuai kepman
187
a. penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan label
b. penunjukan petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia. Lembar data keselamatan 2. Penunjukan Petugas K3 Kimia dan Ahli Kimia 2. Belum ada 2. Membuat NC - - Mgr. QC
bahan meliputi keterangan tentang : penunjukan Surat
a. Identitas bahan dan perusahaan Petugas K3 Penunjukan
b. Komposisi bahan Kimia dan Ahli
c. Identifikasi bahaya Kimia
d. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K
e. Tindakan penanggulangan kebakaran
Page 2 of 15
3 Kepmen no 187 Tahun Pengendalian Bahan Kimia di Tempat Kerja
PT. PIGEON INDONESIA
1999
Formulir F-ISO-K3L-02A/R0

RANGKUMAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3 (Kesehatan, Keamanan Kerja) Tgl Berlaku Revisi

No Peraturan atau Persyaratan Judul Rangkuman Isi Point Persyaratan Standar Gap Evaluasi Pemenuhan
Bukti Pemenuhan CAPA Status **) Persiapan Rencana PIC
Kelanjutan
f. Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan
g. Penyimpanan dan penanganan bahan
h. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri
i. Sifat fisika dan kimia
j. Stabilitas dan reaktifitas baha
k. Informasi toksikolog
l. Informasi ekologi
m. Pembuangan limbah
n. Pengangkutan bahan
o. Informasi peraturan perundang-undangan yang berlaku
p. Informasi lain yang diperlukan
Label sebagaimana dimaksud keterangan mengenai :
a. Nama produk
b. Identifikasi bahay
c. Tanda bahaya dan artinya
d. Uraian risiko dan penanggulangannya
e. Tindakan pencegahan
f. Instruksi dalam hal terkena atau terpapar
g. Instruksi kebakaran
h. Instruksi tumpahan atau bocoran
i. Instruksi pengisian dan penyimpanan
j. Referensi
k. Nama, alamat dan nomor telepon pabrik pembuat atau distributor
Kriteria bahan kimia berbahaya terdiri dari:
a. Bahan beracun
b. Bahan sangat beracun
c. Cairan mudah terbaka
d. Cairan sangat mudah terbakar
e. Gas mudah terbakar
f. Bahan mudah meledak
g. Bahan reaktif
h. Bahan oksidator
Sifat kimia, fisika dan toksik, bahan kimia sebagaimana, ditetapkan sebagai
berikut
a. Bahan beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD50 > 25 atau < 200
mg/kg berat badan, atau Kulit : LD50 > 25 atau < 400 mg/kg berat badan,
atau Pernafasan : LC50 > 0,5 mg/l dan 2 mg/l
b. Bahan sangat beracun dalam hal pemajanan melalui Mulut : LD50 ≤ 25
mg/kg berat badan, atau Kulit : LD50 ≤ 25 mg/kg berat badan, atau
Pernafasan : LC50 ≤ 0,5 mg/l.
Bahan kimia yang termasuk kriteria cairan mudah terbakar, cairan sangat mudah
terbakar dan gas mudah terbakar, ditetapkan dengan memperhatikan sifat kimia
dan fisika. Sifat fisika dan kimia ditetapkan sebagai berikut:

a. Cairan mudah terbakar dalam hal titrik nyala > 21° C dan < 55° C pada
tekanan 1 (satu) atmosfir;
b. Cairan sangat mudah terbakar dalam hal titik nyala < 21° C dan titik didih >
20°C pada tekanan 1 (satu) atmosfir.
c. Gas mudah terbakar dalam hal titik didih < 20° C pada tekanan 1 (satu)
atmosfir.
4 Permen 37 Pasal 4 Tahun Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pelaksanaan syarat-syarat K3 Bejana Tekanan atau Tangki Timbun sebagaimana Perusahaan wajib mensertifikasi tabung bejana - - 1 Bukti Sertifikasi Bejana Bertekanan dan - C - - GA-HSE
2016 Bejana Tekanan Dan Tangki Timbun dimaksud dalam Pasal 2 meliputi kegiatan perencanaan, pembuatan, bertekanan dan tanki timbun Tangki Timbun
pemasangan, pengisian, pengangkutan, pemakaian, pemeliharaan, perbaikan,
modifikasi, penyimpanan, dan pemeriksaan serta pengujian. Syarat-syarat K3
perencanaan Bejana Tekanan dan Tangki Timbun sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 meliputi:
a pembuatan gambar konstruksi/instalasi dan cara kerjanya;
b perhitungan kekuatan konstruksi;
c pemilihan dan penentuan bahan pada bagian utama harus memiliki tanda
hasil pengujian dan/atau sertifikat bahan yang diterbitkan oleh lembaga yang
berwenang;
d menyediakan lembar data keselamatan asetilen dan aseton, khusus
pembuatan bejana penyimpanan asetilen dan aseton; dan
c pembuatan gambar konstruksi alat perlindungan dan cara kerjanya.
Pembuatan Bejana Tekanan dan Tangki Timbun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), juga meliputi:
Page 3 of 15
4 Permen 37 Pasal 4 Tahun Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Perusahaan wajib mensertifikasi tabung bejana - - 1 Bukti Sertifikasi Bejana Bertekanan dan - C - - GA-HSE
2016 Bejana Tekanan Dan Tangki Timbun bertekanan dan tanki timbun Tangki Timbun

PT. PIGEON INDONESIA


Formulir F-ISO-K3L-02A/R0

RANGKUMAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3 (Kesehatan, Keamanan Kerja) Tgl Berlaku Revisi

No Peraturan atau Persyaratan Judul Rangkuman Isi Point Persyaratan Standar Gap Evaluasi Pemenuhan
Bukti Pemenuhan CAPA Status **) Persiapan Rencana PIC
Kelanjutan
a pembuatan spesifikasi prosedur pengelasan WPS (Welding
Procedure Spesification) dan pencatatan prosedur kualifikasi PQR
[Procedure Qualification Record) bila dilaksanakan dengan
pengelasan;
b pembuatan harus sesuai dengan gambar rencana;
c perencanaan jumlah Bejana Tekanan atau Tangki Timbun yang akan d
d penomoran seri pembuatan; dan
e rencana jenis zat pengisi.
Pemakaian Bejana Tekanan dan Tangki Timbun sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian sebelum digunakan serta
dilakukan pemeliharaan secara berkala. WPS (Welding Procedure Spesiflcation)
dan pencatatan prosedur kualifikasi PQR (Procedure Qualification Record)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan ayat (3) huruf e dilakukan
evaluasi penilaian oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis.

5 Kepmen no 186 Tahun Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan Melakukan Pengendalian Setiap Sumber Energi, Acuan dapat dilihat Belum 1. Tim Penanggulangan Kebakaran Membuat NC - GA-HSE
2. Report Drill Penanggulangan Kebakaran
1999 kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja. Kewajiban Mengendalikan penyebaran Asap panas dan gas, pada lampiran diklasifikasikap 3. Pengendalian Sumber Energi Klasifikasi
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja meliputi: Membentuk Tim Penanggulangan Kebakaran Kepmen no 186 thn otensi bahaya 4. Pengendalian penyebaran asap panas dan gas potensi
Melakukan Fire Drill, Memiliki buku rencana 1999 dan bahaya dan
a. Pengendalian setiap bentuk energi
penanggulangan keadaan darurat kebakaran Perhitungan kompetensi
b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi;
rasio tim
c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas
Klasifikasi, penanggulan
d, Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja
Kualifikasi dan gan
e. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala Kompetensi kebakaran
Personel
f. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi penanggulang
tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga an kebakaran
kerja dan tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat. ditempat kerja

Buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran antara lain:


a. Informasi tentang sumber potensi bahaya kebakaran dan cara
pencegahannya
b. Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi kebakaran di
tempat kerja
c. Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya
kebakaran
d. Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat bahaya kebakaran.
Pembentukan unit penanggulangan kebakaran dengan memperhatikan jumlah
tenaga kerja dan atau klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran. Klasifikasi
tingkat potensi bahaya kebakaran sebagaimana terdiri:
a. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran ringan
b. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran ringan sedang
c. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran ringan sedang
d. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran ringan sedang III
e. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran berat.
Unit penanggulangan kebakaran terdiri dari:
a. Petugas peran kebakaran
b. Regu penanggulangan kebakaran
c. Koordinator unit penanggulangan kabakaran
d. Ahli K3 spesialis penaggulangan kebakaran sebagai penaggungjawab teknis
Regu penanggulangan kebakaran mempunyai tugas:
a. mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran
b. melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran
c. memberikan penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap
awal
d. membantu menyusun baku rencana tanggap darurat penanggulangan
kebakaran
e. memadamkan kebakaran;
f. mengarahkan evakuasi orang dan barang
g. mengadakan koordinasi dengan instansi terkait
h. memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan;
i. mengamankan seluruh lokasi tempet kerja
j. melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran

Page 4 of 15
PT. PIGEON INDONESIA
Formulir F-ISO-K3L-02A/R0

RANGKUMAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3 (Kesehatan, Keamanan Kerja) Tgl Berlaku Revisi

No Peraturan atau Persyaratan Judul Rangkuman Isi Point Persyaratan Standar Gap Evaluasi Pemenuhan
Bukti Pemenuhan CAPA Status **) Persiapan Rencana PIC
Kelanjutan
6 Peraturan Pemerinrtah No Pengawasan Ketenagakerjaan Pengawasan Ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan Pelatihan peningkatan pengawasan - - - - - - - -
21 Tahun 2010 pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. ketenagakerjaan
Peningkatan kualitas pengawas ketenagakerjaan dilakukan melalui pendidikan
dan pelatihan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembinaan pengawasan ketenagakerjaan meliputi:
a. Kelembagaan
b. Sumber daya manusia pengawas ketenagakerjaan
c. Sarana dan prasarana
d. Pendanaan
e. Administrasi
f. Sistem informasi pengawasan ketenagakerjaan
7 Peraturan Pemerintah No Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pembatasan Sosial Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan 1. Mewajibkan seluruh karyawan dan orang yang - - 1. IM Aturan Penggunaan Masker yang - - - - -
21 Tahun 2020 Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah pembatasan masuk area PT Pigeon menggunakan masker
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang 2. Larangan masuk bagi pekerja yang pilek, demam dikelurakan oleh Dept HR
diduga terinfeksi Corona Virus Diseo.se 2019 (COVID-191 dan nyeri tenggorekan 2. Pembersihan fasilitas umum 4 jam sekali
sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan 3. Penerapan higiene yang di monitor oleh Dept GA
penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-I9). 4. Melakukan rekayasa engginer
5. Melakukan pengukuran suhu badan 3. Memberikan skat akrilik pada setiap meja /
6. Menerapkan Physical distanching menyediakan face shield
7. Membagi jalur naik dan turun tangga 4. Penerapan WFH dan pemindahan
8. Menyediakan transportasi jemputan khusus.
beberapa karyawan ke gedung satelite guna
menjaga jumlah kapasitas pekerja tidak lebih
dari 50%
5. Laporan Pengukuran Suhu Badan
6. Melakukan Phisical distancing dalam setiap
aktifitas dan area kerja
7. Mengatur jam istirahat karyawan agar
tidak membuat penumpukan di area kantin
8. Mengganti bus jemputan dengan yang
muatan yang lebih besar untuk menerapkan
50% penumpang.

8 Peraturan Pemerintah No Peraturan Pemerintah (PP) tentang Kesehatan Kerja Penyelenggaraan Kesehatan Kerja Standar Kesehatan Kerja daiam upaya pencegahan Belum ada 1. Hasil MCU Bekerjasama NC Memilih Menambahka SPV GA
88 Tahun 2019 a. pencegahampenyakit; penyakit meliputi:
b. peningkatrrn kesehatan; a. identifikasi, penilaian, dan pengendalian potensi kerjasama 2. HIRA all Dept dengan klinik klinik yang n daftar klinik
c. penanganan penyakit; dan bahaya kesehatan; dengan tenaga 3. Pemberian susu untuk karyawan + vitamin terdekat memiliki yang sudah
d. pemulihan kesehatan. b. pemenuhan persyaratan kesehatan lingkungan medis (dokter) C fasilitas bekerjasama
Penyelenggaraan Kesehatan Kerja ditujukan kepada setiap orang yang berada di kerja;
Tempat Kerja. c. pelindungan kesehatan reproduksi; untuk 4. Kerjasama RS rujukan (contoh ke dalam
Penyelenggaraan Kesehatan Kerja wajib dipenuhi oleh Pengurus atau Pengelola d. pemeriksaan kesehatan; penempatan di 5. Breafing pagi/ Safety talk :mobil prosedur
Tempat Kerja dan Pemberi Kerja di semua Tempat Kerja. e. penilaian kelaikan bekerja; klinki PT ambulan, emergency
f. pemberian imunisasi dan/atau profilaksis bagi
Pekerja berisiko tinggi; Pigoen Siap siaga response
g. pelaksanaan kewaspadaan standar; dan Indonesia 24 jam)
h. surveilans Kesehatan Kerja.

Standar Kesehatan Kerja dalam upaya peningkatan


kesehatan meliputi:
a. peningkatan pengetahuan kesehatan;
b. pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat;
c. pembudavaen keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Tempat I(erja;
penerapan gizi kerja; dan
e. peningkatan kesehatan fisik dan mental

Standar Kesehatan Kerja dalam upaya


penanganan penyakit meliputi: a. pertolongan
pertama pada cedera dan sakit yang terjadi di
Tempat Kerja; b. diagnosis dan tata laksana
penyakit; dan c. penanganan kasus
kegawatdaruratan medik danf atau rujukan.

Page 5 of 15
PT. PIGEON INDONESIA
Formulir F-ISO-K3L-02A/R0

RANGKUMAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3 (Kesehatan, Keamanan Kerja) Tgl Berlaku Revisi

No Peraturan atau Persyaratan Judul Rangkuman Isi Point Persyaratan Standar Gap Evaluasi Pemenuhan
Bukti Pemenuhan CAPA Status **) Persiapan Rencana PIC
Kelanjutan
) Standar Kesehatan Kerja dalam upaya
pemulihan
kesehatan meliputi:
a. pemulihan medis; dan
b. pemulihan kerja.
III. Peraturan Menteri terkait K3
1 Permenakertrans RI No 1 tentang Kewajiban Latihan Hygienen Perusahaan Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga para medis diwajibkan untuk Kewajiban latihan untuk tenaga para medis - - 1. Sertifikat Petugas P3K - C - - GA-HSE
Tahun 1979 Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga mendapatkan latihan dalam bidang Hygiene perusahaan, kesehatan dan dalam bidang hygiene perusahaan, kesehatan
Paramedis Perusahaan. keselamatan kerja. dan keselamatan kerja.

1. Setiap tenaga para medis yang telah dapat menyelenggarakan latihan akan
mendapatkan sertifikat
2. Sertifikat tenaga kerja medis yang bersangkutan telah memenuhi syarat-
syarat untuk menyelenggarakan pelayanan hygiene perusahaan dan
kesehatan kerja sesuai fungsinya.
2 Permenakertrans RI No 2 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja 1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang Pemeriksaan kesehatan (MCU) tenaga kerja - - 1. Laporan Hasil Rekapitulasi Pemeriksaan - C - - GA Spv
Tahun 1980 Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja. dilakukan dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan Kesehaatan PT Pigeon Indonesia
pekerjaan. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja ditunjukan agar tenaga
kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya,
tidak mempunyai penyakit menular yang akan menganai tenaga kerja lainnya.
Semua perusahaan dalam pasal 2 ayat (2) Undang-undang No.1 Th 1970
harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap,
kesegaran jasmani, rontgen paru-paru, laboratorium rutin, serta pemeriksaan
lain yang dianggap perlu.

2. Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-


waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter.
pemeriksaan kesehatan berkala untuk mempertahankan derajat kesehatan
tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya.
pemeriksaan kesehatan berkala sekurang-kurangnya 1 tahun sekali.
pemeriksaan meliputi fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru,
laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
jika ditemukan gangguan-gangguan kesehatan pada tenaga kerja pada
pemeriksaan berkala, pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk
memperbaiki dan sebab-sebab untuk menjamin terselenggaranya keselamat
dan kesehatan kerja.
3. Pemeriksaan kesehatan khusus untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh
dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan
tenaga kerja tertentu. pemeriksaan kesehatan khusus terhadap:
a. Tenaga kerja yang mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari 2 minggu
b. Tenaga kerja berusia diatas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan
tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan
tertentu.
c. Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai
gangguan-gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus
sesuai kebutuhan.
3 Permenaker No 09 Tahun Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Pekerjaan Bekerja pada Ketinggian sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pengusaha dan/atau Pengurus wajib - - 1. Prosedur Bekerja di ketinggian - C - - GA - HSE
2016 Pada Ketinggian 2 wajib memenuhi persyaratan K3 yang meliputi: menerapkan K3 dalam 2. Penerapan Prosedur di area kerja (Surat
a. perencanaan; Bekerja Pada Ketinggian. Izin Kerja Aman)
b. prosedur kerja;
c. teknik bekerja aman;
d. APD, Perangkat Pelindung Jatuh, dan Angkur; dan
e. Tenaga Kerja.

Page 6 of 15
PT. PIGEON INDONESIA
Formulir F-ISO-K3L-02A/R0

RANGKUMAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3 (Kesehatan, Keamanan Kerja) Tgl Berlaku Revisi

No Peraturan atau Persyaratan Judul Rangkuman Isi Point Persyaratan Standar Gap Evaluasi Pemenuhan
Bukti Pemenuhan CAPA Status **) Persiapan Rencana PIC
Kelanjutan
4 Permenakertrans RI No 4 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan PEMASANGAN Pengurus harus bertanggung jawab terhadap - - 1. Bukti Pemasangan dan Pemerliharaan - C - - GA - HSE
Tahun 1980 Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. (1) Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada ditaatinya peraturan ini. APAR
posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta 2. Pengisian APAR
dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. 3. Layout letak APAR
(2) Pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) harus sesuai dengan lampiran
I.
(3) Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm dari
dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan
bersangkutan.
(4) Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan
jenis dan penggolongan kebakaran seperti tersebut dalam lampiran 2.
(5) Penempatan tersebut ayat (1) antara alat pemadam api yang satu dengan
lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter,
kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan Kerja.
(6) Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.

PEMEIHARAAN
(1) Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun,
yaitu:
a. pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;
b. pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan;
(2) Cacat pada alat perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui waktu
pemeriksaan, harus segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti dengan
yang tidak cacat
Semua alat pemadam api ringan sebelum diisi kembali harus dilakukan
pemeriksaan sesuai ketentuan dan kemungkinan harus dilakukan tindakan
sebagai berikut:
a. Isinya dikosongkan secara normal;
b. Setelah seluruh isi tabung dialihkan keluar, katup kepala dibuka dan tabung
serta alat-alat diperiksa.
c. Apabila dalam pemeriksaan alat-alat tersebut ayat (1) terdapat adanya cacat
yang rnenyebabkan kurang amannya alat pemadam api dimaksud, maka segera
harus diadakan penelitian.
d. Bagian dalam dan luar tabung, harus diteliti untuk memastikan bahwa tidak
terdapat tubang-lubang atau cacat karena karat.
e. Setelah cacat-cacat yang mungkin mengakibatkankelemahan konstruksi
5 Permenakertrans RI No 3 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja. Pelayanan kesehatan adalah usaha kesehatan dengan tujuan: Pelayanan kesehatan tenaga kerja Pemeriksaan Belum 1. Sudah dilakukan MCU berkala dan Khusus - NC - - GA Spv
diperbaiki, alat pemadam api harus diuji kembali dengan tekanan.
Tahun 1982 a. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik kesehatan sebelum dilakukan
maupun mental. kerja, pemeriksaan pemeriksaan
b. Melindungi tenaga kerja setiap gangguan kesehatan yang timbul dari berkala dan sebelum kerja
pekerjaan atau lingkungan kerja. pemeriksaan khusus
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik tenaga kerja
d. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja
yang menderita sakit.
Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja meliputi:
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan
khusus
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerja terhadap tenaga kerja

c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja


d. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
e. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat
kerja
f. Pertolongan pertama pada kecelakaan
g. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan
h. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada
pengurus.
Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja, pengurus
wajib memberikan pelayanan kesehatan kerja sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Page 7 of 15
PT. PIGEON INDONESIA
Formulir F-ISO-K3L-02A/R0

RANGKUMAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3 (Kesehatan, Keamanan Kerja) Tgl Berlaku Revisi

No Peraturan atau Persyaratan Judul Rangkuman Isi Point Persyaratan Standar Gap Evaluasi Pemenuhan
Bukti Pemenuhan CAPA Status **) Persiapan Rencana PIC
Kelanjutan
Pengurus wajib memberikan kebebasan profisional kepada dokter yang
menjalankan pelayanan kesehatan kerja, dokter dab tenaga kesehatan dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan kerja, bebas memasuki tempat-tempat kerja
untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan dan mendapatkan keterangan-
keterangan yang diperlukan. pengurus wajib memberikan laporan pelaksanaan
pelayanan kesehatan kerja
6 Permenaker RI No 2 Tahun Tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis. Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik adalah sistem atau rangkaian alarm Perusahaan harus memiliki instalasi alarm - - 1. Sertifikat Instalasi alaram kebakaran - C - - GA-HSE
1983 kebakaran yang menggunakan detektor panas, detektor asap, detektor nyala api kebakaran automatik automatik
dan titik panggil secara manual. Sistem alarm kebakaran harus mempunya 2. Layout Instalasi alarm Kebakaran
gambar instalasi lengkap dan mencantumkan . letak detektor dan kelompok automatik
alarm, gambar instalasi harus sesuai dengan instalasi yang terpasang sebenarnya
dan disahkan oleh direktur atau pejabat yang ditunjukan. Setiap kelompok alarm
harus dilengkapi dengan:
a. Indikator alarm yang berupa lampu merah atau sarana lain yang setaraf
b. Indikator yang mengeluarkan isyarat palsu yang berupa lampu kuning
c. Penguji alarm berupa fasilitas pengujian untuk simulasi detektor dalam
membangkitkan alarm
d. Pengujian kepalsuan fasilitas pengujian kesalahan
e. Sekelar penyakat dilengkapi lampu putih dengan tulisan "SEKAT" dan untuk
indikator gabungan dengan tulisan "SEKAT KELOMPOK"
f. Tanda pengenal untuk sekelar atau indikator yang ditempatkan dibagian
depan panil indikator
Detektor asap harus dapat bekerja baik dan kepekaannya tidak terpengaruh oleh
variasi yang bergerak dalam batas kurang atau lebih 10% dari tegangannya.;

Bila detektor asap dipasang secara terbenam, maka alas dari elemen
penginderannya harus berada sekurang-kurangnya 40 mm dibawah permukaan
langit-langit.
Detektor nyala api harus mempunyai sifat yang stabil dan kepekaannya tidak
terpengaruh oleh adanya perubahan tegangan dalam batas kurang atau lebih
10% tegangan nominalnya.
Kepekaan dan kestabilan detektor nyala api sehingga bekerjaannya tidak
terganggu oleh adanya cahaya radiasi yang berlebihan atau perubahan suhu dari
0°C sampai 65°C.
7 Permenaker RI No 4 Tahun Tentang Pesawat Tenaga dan Produksi. Yang diatur oleh peraturan menteri adalah keselamatan dan kesehatan kerja di K3 di tempat kerja memliki pesawat tenaga dan - - 1. Sertifikat Mesin Produksi - - - - -
1985 tempat kerja dimana PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI dibuat, dipasang dan produksi
dipakai. Pesawat Tenaga dan Produksi dimaksud adalah:
a. Penggerak mula
b. Perlengkapan transmisi tenaga mekanik
c. Mesin perkakas kerja
d. Mesin Produksi
e. Dapur
Semua alat pelindung harus direncanakan, dibuat, dipasang dan digunakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelindung atau penutup harus dibuat:
1. Dari metal atau pelat yang berlubang-lubang atau kawat teranyam dengan
bingkai besi siku, pipa besi atau batang besi penjual dari kayu, plastik atau
bahan lainnya yang sesuai dengan penggunaannya.
2. Alat-alat perlindung dari besi yang tingginya kurang dari 75 cm dan luas
permukaan tidak lebih dari 1 m2 harus mempunyai ukuran diameter
minimum 1 cm untuk besi pejal atau 20 x 20 x 3 mm untuk besi siku.
3. Alat-alat perlindung dari besi yang tingginya kurang dari 75 cm dan luas
permukaan tidak lebih dari 1 m2 harus mempunyai ukuran diameter
minimum 20 cm untuk pipa besi atau 25 x 25 x 3 mm untuk besi siku.

Setiap pesawat Tenaga dan Produksi sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih
dahulu dengan standar uji yang telah ditentukan. Pengujian Pesawat Tenaga dan
Produksi dilaksanakan selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sekali. Pemeriksaan berkala
dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali. Pemeriksaan dan Pengujian dimaksud dalam pasal ini
dilakukan oleh Pegawai Pengawas dan atau Ahli Keselamatan Kerja kecuali ditentukan
lain.

Page 8 of 15
PT. PIGEON INDONESIA
Formulir F-ISO-K3L-02A/R0

RANGKUMAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3 (Kesehatan, Keamanan Kerja) Tgl Berlaku Revisi

No Peraturan atau Persyaratan Judul Rangkuman Isi Point Persyaratan Standar Gap Evaluasi Pemenuhan
Bukti Pemenuhan CAPA Status **) Persiapan Rencana PIC
Kelanjutan
8 Permenaker RI No 4 Tahun Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus Pengusaha wajib membentuk P2K3 di tempat Setiap pengusaha - 1. Struktur Panitia P2K3 yang telah di - Clouse Clouse Clouse GA-Spv
1987 Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan kerja atau pengurus yang laporkan ke Dinas Ketenaga Kerjaan
Keselamatan Kerja. berfungsi membantu pimpinan perusahaan atau pengurus untuk akan mengangkat
menyelenggarakan dan meningkatkan usaha keselamatan kerja, higene Ahli Keselamatan
perusahaan dan kesehatan kerja, membantu pengawasan ditaatinya ketentuan- Kerja
ketentuan peraturan perundangan bidang keselamatan dan kesehatan kerja. harus mengajukan
Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib permohonan secara
membentuk P2K3, tempat kerja yang dimaksud : tertulis kepada
a Tempat kerja memperkerjakan 100 orang atau lebih Menteri.
b Tempat kerja memperkerjakan kurang dari 100 orang tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai resiko
besar akan terjadi peledakan, kebakaran, keracunan .
9 Permenaker RI No 2 Tahun tentang Pengawasan Instalasi-instalasi Penyalur 1. Instalasi penyalur petir harus direncanakan, dibuat, dipasang dan dipelihara - - - 1. Sertifikat Pengujian Instalasi Penyalur Petir - C - - GA Spv
1989 Petir. sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dan atau standard yang
diakui; 1. Setiap instalasi penyalur petir dan bagian harus dipelihara agar
selalu bekerja dengan tepat, aman dan memenuhi syarat

2. Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji:


a. Sebelum penyerahan instalasi penyalur petir dan instalatir kepada pemakai;
b. Setelah ada perubahan atau perbaikan suatu bangunan dan atau instalasi
penyalur petir;
c. Secara berkala setiap dua tahun sekali;
d. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir;

3. Pemeriksaan dan pengujian instalasj penyalur petir dilakukan oleh pegawai


pengawas, ahli keselamatan kerja dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk;

10 PERMENAKERTRANS_NO._PER.15_MEN_VIII_2008
Pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja P3K di tempat kerja adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K, fasilitas Rasio Jumlah Petugas - 1. Foto Ruang P3K - C - - GA-HSE
tepat kepada pekrja/buruh atau orang lain yang berada ditempat kerja, yang mengalami P3K dan pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat P3K dan pekerja, Jenis 2. Layout, Foto dan keterangan Kotak P3K
sakit atau cidera di tempat kerja. Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K, fasilitas kerja. kotak P3K dan jumlah 3. Licance Petugas P3L dan keterangan jumlah
P3K dan pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja. Fasilitas P3K meliputi: kotak P3K petugas P3K

a. Ruang P3K,
b. Kotak P3K
c. Alat evakuasi dan alat transportasi
d. Fasilitas tambahan berupa APD atau peralatan khusus ditempat kerja yang
memiliki potensi bahaya.
Perusahaan harus penyediaan ruang P3K meliputi:
a. Memperkerjakan pekerja/buruh 100 orang atau kebih,
b. Memperkerjakan pekerja/buruh kurang dari 100 orang dengan potensi
bahaya tinggi.
persyaratan ruang P3K sebagia berikut:
a. Lokasi ruang P3K: - dekat dengan toilet/kamar mandi - dekat dengan
jalan - mudah dijangkau dari area kerja - dekat dengan tempat parkir
kendaraan.
b. Mempunyai luas minimal untuk menampung satu temppat tidur pasien
lainnya. dan masih terdapat Ruang gerak bagi seorang petugas P3K
serta penempatan fasilitas P3K
c. Bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu dan jalan yang cukup
lebar untuk memindahkan korban.
d. Diberi tanda dengan papan nama yang jelas dan mudah dilihat
e. Sekurang-kurangnya dilengkapi dengan: -wastafeldengan air mengalir
-kertas tisue/lap kotak P3K dan isi - tempat tidur dengan bantal dan
selimut -sabun dan sikat -tempat sampah kursi tunggu bila diperlukan.
Kotak P3K harus memenuhi persyaratan :
a. Terbuat dari bahan yang kuat kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih
dengan lambang P3K berwarna hijau.
Penempatan kotak P3K:
a. Tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi tanda arah yang jelas,
cukup cahaya serta mudah diangkat apabila akan digunakan
b Disesuaikan dengan jumlah pekerja/buruh, jenis dan jumlah kotak P3K
c. Dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih
masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah
pekerja/buruh

Page 9 of 15
PT. PIGEON INDONESIA
Formulir F-ISO-K3L-02A/R0

RANGKUMAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3 (Kesehatan, Keamanan Kerja) Tgl Berlaku Revisi

No Peraturan atau Persyaratan Judul Rangkuman Isi Point Persyaratan Standar Gap Evaluasi Pemenuhan
Bukti Pemenuhan CAPA Status **) Persiapan Rencana PIC
Kelanjutan
d. Tempat kerja pada lantai yang berbeda di gedung bertingkat, maka masing-
masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K.
11 Permen No. 05 Tahun 2018 Keselamatan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Permenaker nomor 5 tahun 2018 memuat syarat-syarat yang lebih lengkap Syarat-syarat tentang K3 Lingkungan Kerja Melakukan pengukuran - 1. Hasil Pengujian dari Unilab dan Dinas - C - - GA-Spv
di area kerja sesuai Lingkungan Hidup
tentang K3 Lingkungan Kerja untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih yang dipersyaratkan
sehat dan selamat. Ada hal-hal baru yang dimuat dalam Permenaker No 5/2018
ini yaitu :
1 Faktor Ergonomi, adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas Tenaga
Kerja, disebabkan oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang meliputi
cara kerja, posisi kerja, alat kerja, dan beban angkat terhadap tenaga kerja.
Faktor ergonomi ini tidak ada dalam 3 peraturan yang dicabut oleh
PERMENAKER No 5/2018. Faktor ergonomi dijelaskan lebih lengkap dalam
Lampiran Permenaker No 5/2018. Penjelasan tersebut meliputi pengumpulan
data antropometri pekerja dan penggunaannya, desain lay out tempat kerja,
desain manual handling di tempat kerja, dan penilaian batas beban angkat
aman. Lampiran terkait faktor ergonomi ini terbilang lengkap dan detail
sehingga sangat membantu kita dalam membuat tempat kerja yang lebih
2 ergonomis.
Faktor Psikologi adalah faktor yang mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja,
disebabkan oleh hubungan antar personal di Tempat Kerja, peran dan
tanggung jawab terhadap pekerjaan. Sama seperti faktor ergonomi, faktor
psikologi juga tidak ada dalam 3 peraturan yang dicabut oleh Permenaker No
5/2018 . Pengukuran faktor psikologi di tempat kerja menggunakan metode
survey dengan 7 skala. Survey tersebut meliputi tujuan tugas pekerjaan,
waktu untuk pertemuan-pertemuan yang tidak penting, tugas kompleks yang
dikerjakan dan lain-lain.
3 Standar iklim kerja dingin, tekanan dingin adalah pengeluaran panas akibat
pajanan terus menerus terhadap dingin yang mempengaruhi kemampuan
tubuh untuk menghasilkan panas sehingga mengakibatkan hipotermia (suhu
tubuh di bawah 36 derajat Celsius). Standar iklim kerja dingin ini tidak dimiliki
oleh Permenaker No 13/2011. Standar iklim kerja dingin meliputi tabel
standar di mana terdapat suhu dingin, kecepatan angin, suhu actual yang
dirasakan dan tingkat bahaya. Standar iklim kerja dingin juga menjelaskan
tentang istirahat yang harus diambil untuk shift kerja 4 jam.
4 K3 Lingkungan Kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Lingkungan Kerja
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan Tenaga Kerja melalui pengendalian Lingkungan Kerja dan
penerapan Higiene Sanitasi di Tempat Kerja. Istilah K3 lingkungan kerja ini
sudah dipakai sebagai salah satu bidang regulasi K3 bersama dengan bidang
regulasi K3 yang lain seperti Pesawat Uap dan Bejana Tekan, Penanggulangan
Kebakaran, Mekanik, Konstruksi, Kesehatan Kerja, Kelembagaan K3. Namun,
untuk definisi dan pengaturan detailnya baru ada di Permenaker No 5/2018
ini.
5 Ahli Higiene Industri, adalah seseorang yang mempunyai kompetensi yang
mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap di bidang Higiene Industri
yang mempunyai kualifikasi Ahli Muda Higiene Industri (HIMU), Ahli Madya
Higiene Industri (HIMA), dan Ahli Utama Higiene Industri (HIU). Ahli higiene
industri ini belum diatur dalam 3 regulasi yang dicabut oleh Permenaker No
5/2018. Kompetensi Ahli Higiene Industri ini diwajibkan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh lisensi K3 Ahli K3 Lingkungan Kerja. Dalam
Permenaker nomor 5 tahun 2018, pengukuran dan pengendalian Lingkungan
Kerja harus dilakukan oleh Personil K3 bidang Lingkungan Kerja.
6 Metoda uji, dalam 3 regulasi K3 yang dicabut oleh Permenaker No 5/2018,
tidak diatur dengan metoda uji apa parameter-parameter yang diwajibkan
untuk diukur. Permenaker No 5/2018 mewajibkan pengukuran dengan
metoda uji yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 6. Dalam hal metoda uji belum ditetapkan dalam
Standar Nasional Indonesia, pengukuran dapat dilakukan dengan metoda uji
lainnya sesuai dengan standar yang divalidasi oleh lembaga yang berwenang.

Page 10 of 15
PT. PIGEON INDONESIA
Formulir F-ISO-K3L-02A/R0

RANGKUMAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3 (Kesehatan, Keamanan Kerja) Tgl Berlaku Revisi

No Peraturan atau Persyaratan Judul Rangkuman Isi Point Persyaratan Standar Gap Evaluasi Pemenuhan
Bukti Pemenuhan CAPA Status **) Persiapan Rencana PIC
Kelanjutan
7 Penerapan higiene dan sanitasi, Permenaker No 5/2018 menggantikan
Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 tahun 1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan di tempat Kerja karena memang
Permenaker 5 tahun 2018 juga mencakup Penerapan Higiene dan Sanitasi di
tempat kerja. Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan
kegiatannya kepada usaha kesehatan individu maupun usaha pribadi hidup
manusia. Sanitasi adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan
kegiatan kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Beberapa hal
yang baru dalam Permenaker 5 tahun 2018 terkait dengan higiene dan
sanitasi bangunan antara lain adalah kewajiban untuk melakukan pengecatan
ulang dinding dan langit-langit paling sedikit 5 tahun sekali, jumlah jamban
yang bertambah 1 setiap kelipatan 40, jumlah dan persyaratan jamban untuk
area konstruksi atau tempat kerja sementara. Selain itu juga terdapat
persyaratan untuk pembuangan sampah termasuk pembalut.

8 Pemeriksaan dan Pengujian K3, perikasaan ketenagakerjaan adalah


serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan untuk
memastikan ditaatinya pelaksanaan peraturan perundangan ketenagakerjaan
di Perusahaan atau Tempat Kerja. Pengujian Ketenagakerjaan adalah kegiatan
penilaian terhadap objek Pengawasan, Ketenagakerjaan melalui perhitungan,
analisis, pengukuran dan/atau pengetesan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan atau standar yang berlaku. Pemeriksaan dan
Pengujian K3 bisa dilakukan secara internal atau melibatkan lembaga
eksternal. Secara internal, pemeriksaan dan pengujian K3 harus dilakukan
oleh Personil K3 bidang Lingkungan Kerja. Secara eksternal, bisa dilakukan
oleh UPTP Ketenagakerjaan, Direktorat Bina K3 beserta UPT Bidang K3, UPTD
bidang pelayanan Pengujian K3 atau lembaga lain yang terakreditasi dan
ditunjuk Menteri.
9 Pelaporan pemeriksaan dan pengujian, apabila pelaporan pemeriksaan dan
pengujian dilakukan oleh lembaga eksternal, maka hasil pemeriksaan dan
pengujian wajib disampaikan kepada Unit Pengawasan Ketenagakerjaan.
Pelaporan pemeriksaan dan pengujian tersebut harus menggunakan template
yang tersedia pada Permenaker No 5/2018 dan juga didistribusikan kepada
perusahaan.
10 Stiker tidak memenuhi persyaratan K3, apabila area kerja yang telah dilakukan
pemeriksaan dan pengujian tidak memenuhi persyaratan K3, maka stiker
peringatan dari Kementerian Tenaga Kerja yang dibubuhi stempel akan
diberikan kepada area kerja.
12 PMK No.70 Tahun 2016 Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Pengelolaan bahaya kesehatan di lingkungan kerja industri maupun pemenuhan Standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja - - 1. pengujian Kesehatan Lingkungan Kerja dari - C - - GA-HSE
Industri persyaratan kesehatan lingkungan merupakan salah satu aspek penting dalam industri Unilab dan dinas lingkungan Kerja
penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja seperti yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014
tentang Kesehatan Lingkungan.

Lingkungan kerja industri yang sehat merupakan salah satu faktor yang
menunjang meningkatnya kinerja dan produksi yang secara bersamaan dapat
menurunkan risiko gangguan kesehatan maupun penyakit akibat kerja.
Lingkungan kerja industri harus memenuhi standar dan persyaratan kesehatan
lingkungan kerja industri sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi.
Standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri terdiri atas nilai
ambang batas, indikator pajanan biologi, dan persyaratan kesehatan lingkungan
kerja industri. Ketentuan mengenai standar dan persyaratan kesehatan
lingkungan kerja industri sebelumnya telah diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
Namun demikian seiring dengan perkembangan industri yang pesat dengan
melibatkan teknologi dan proses yang bervariasi, dapat berpeluang munculnya
variasi bahaya kesehatan yang berpotensi memajan bekerja. Oleh karena itu perlu
dilakukan penyesuaian atau perubahan terhadap Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1405/Menkes/SK/XI/200.
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri sepanjang mengatur standar dan persyaratan
kesehatan lingkungan kerja industri, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Page 11 of 15
PT. PIGEON INDONESIA
Formulir F-ISO-K3L-02A/R0

RANGKUMAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3 (Kesehatan, Keamanan Kerja) Tgl Berlaku Revisi

No Peraturan atau Persyaratan Judul Rangkuman Isi Point Persyaratan Standar Gap Evaluasi Pemenuhan
Bukti Pemenuhan CAPA Status **) Persiapan Rencana PIC
Kelanjutan
13 Permenaker RI No 5 Tahun tentang Pesawat Angkat dan Angkut. Pesawat angkat dan angkut ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk - - - 1. Sertifikat Pesawat Angkat Angkut - C - - -
1985 memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau barang atau orang secara
vertikal dan horizontal dalam jarak yang ditentukan. Peralatan angkat antara lain
adalah lier, takel, peralatan angkat listrik, pesawat pneumatik, gondola, keran
angkat, keran magnit, keran lokomotif, keran dinding dan keran sumbu putar. Tali
baja yang digunakan untuk mengangkat harus:
b. Mempunyai faktor keamanan sekarang sekurang-kurang 3 1/2 kali beban
maksimim
c. Tidak boleh ada sambungan
d. Tidak ada simpul, belitan, kusut, berjumbai dan terkupas
Tali baja harus diberi pelumas yang tidak mengandung asam atau alkali
Tali baja dilarang digunakan jika terdaoat kawat yang putus , aus atau karat
sesuai dengan ketentuan sebagai berikutnya:
a. 12 % untuk tali baja 6 x 7 pada panjang 50 cm
b. 20 % untuk tali baja 6 x 19 pada panjang 50 cm
c. 25 % untuk tali baja 6 x 37 pada panjang 50 cm
d. 25 % untuk tali baja 6 x 61 pada panjang 50 cm
e. Untuk tali baja khusus:
- 12% untuk tali baja seal pada panjang 50 cm
- 15% untuk tali baja lilitan potongan segi tiga pada panjang 50 cm
Semua bagian kerangka lier dan dongkrak harus terbuat dari logam
Kerangka dan tabung pengangkat lier dan dongkrak harus dibuat dengan angka
keamanan sekurang-kurangnya:
a. 12 untuk besi tuang
b. 8 untuk baja tuang
c. 5 untuk baja konstruksi atau baja tempa
Kaki dari kerangka lier atau dongkrak harus dipancangkan pada fondasi secara
kuat dan kokoh.
Liar atau dongkrak yang digerakkan dengan tenaga uap:
a. Tidak boleh bocor
b. Uap bekasnya tidak menghambat pandangan operator
Pesawat angkutan diatas landasan dan diatas permukaan antara lain: truk-truk
derek, traktor, gerobak, forklip dan kereta gantung.
Semua peralatan pelayanan pelayanan pesawat angkutan diatas landasan dan
diatas permukaan
a. Dikonstruksiharus dibuat
cukup sedemikian
kuat rupa sehingga
dan rata dengan mempunyai
memperhatikan kecepatan,
keseragaman
jenis dalam
roda danfungsi,
ban gerak dan warnanya.
yang digunakan.
Pesawatb. angkutan diatas landasan dengan motor bakar harus dijalanakan dengan
Tidak mempunyai belokan dengan sudut yang tajam, tanjakan yang
aman sesuai dengan
terjal, kecepatan
jalan yang bebas yang telah ditentukan.
dari peralatan Lantai kerja yang dilalui
yang rendah.
pesawat angkutan landasan harus:
c. Mempunyai tanda-tanda pada kedua sisi disepanjang jalan.
14 Permenaker RI No 2 Tahun tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Menteri tenaga kerja atau pejabat yang ditunjukan berwenang menunjukan ahli Persyaratan, kriteria dalam penunjukan Penunjukan, - 1. Sertifikat Ahli K3 M Shokim - C - - GA-HSE
1992 Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja. keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kerja dengan kriteria: kewajiban dan wewenang ahli keselamatan dan Kewajiban dan 2. Sertifikat Ahli K3 Endah Nofianty S
a. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan tenaga kerja lebih kesehatan kerja. Wewenang Ahli
dari 100 orang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di PT
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus memperkerjakan tenaga kerja kurang Pigeon Indonesia
dari 100 orang akan tetapi menggunkan bahan, proses, alat atau instalasi
yang besar risiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

Ahli keselamtan dan kesehatan kerja harus memenuhi persyaratan berpendidikan


sarjana, sarjana muda atau sederajat dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Sarjana dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang keahlian nya


sekurang-kurangnya 2 tahun
2. Sarjana muda atau sederajat dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang
keahliannya sekurang-kurangnya 4 tahun
3. Berpendidikan sarjana, sarjana muda atau sederajat dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Berbadan sehat
b. Berkelakuan baik
c. Bekerja penuh di instalasi yang bersangkutan
d. Lulus seleksi dari tim penilaian
Penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan berdasarkan
permohonan tertulis dari pengurus atau pimpinan instalasi kepada menteri
tenaga kerja, permohonan harus melampirkan:
a. Daftar riwayat hidup

Page 12 of 15
PT. PIGEON INDONESIA
Formulir F-ISO-K3L-02A/R0

RANGKUMAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3 (Kesehatan, Keamanan Kerja) Tgl Berlaku Revisi

No Peraturan atau Persyaratan Judul Rangkuman Isi Point Persyaratan Standar Gap Evaluasi Pemenuhan
Bukti Pemenuhan CAPA Status **) Persiapan Rencana PIC
Kelanjutan
b. Surat keterangan pengalaman kerja dibidang keselamatan dan
kesehatan kerja
c. Surat keterangan berbadan sehat dari dokter
d. Surat keterangan pemeriksaan psykologi yang menyatakan sesuai untuk
melaksanakan tugas sebagai ahli keselamatan dan kesehatan kerja

e. Surat keterangan pemeriksaan psykologi yang menyatakan sesuai untuk


melaksanakan tugas sebagai ahli keselamatan dan kesehatan kerja

f. Surat keterangan pernyataan bekerja penuh dari perusahaan/instalasi


yang bersangkutan
g. Foto copy ijazah atau surat tanda tamat belajar terakhir
h. Sertifikat pendidikan khusus keselamatan dan kesehatan kerja
15 Permenaker RI No 1 Tahun tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Perusahaan yang menyelenggarakan sendiri pemeliharaan kesehatan dapat Penyelenggaraan pemeliharaan program - - 1. Perjanjian Kerja sama dengan Klinik - C - - GA-HSE
1998 Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Dari Paket dengan cara: kesehatan bagi tenaga kerja Moderen Cikande
Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga a. Menyediakan sendiri atau bekerja sama dengan fasilitas pelaksana 2. Perjanjian kerja sama dengan RS Sari Asih
Kerja. pelayanan kesehatan (PPK)
b. Bekerjasama dengan badan yang menyelenggarakan pemeliharaan
kesehatan
c. Bersama beberapa perusahaan menyelenggarakan suatu pelayanan
kesehatan
1. Kepesertaan meliputi tenaga kerja laki-laki maupun wanita dan keluarga yang
terdiri dari suami atau istri dan anak yang sah
2. Anak dimaksud adalah anak kandung, anak angkat dan anak tiri yang berusia
sampai dengan 21 tahun, belum bekerja, belum menikah dengan pembatasan
sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang anak.
Paket jaminan pemeliharaan kesehatan dengan manfaat lebih baik dari pada
jaminan kesehatan dasar jaminan sosial tenaga kerja yang diberikan kepada
tenaga kerja dan keluarganya meliputi:
a. Rawat jalan tingkat pertaman
b. Rawat jalan tingkat lanjutan
c. Rawat inap
d. Pemeriksaan kehamilan dan persalinan
e. Penunjukan diagnostik
f. Pelayanan khusus
g. Gawat darurat
Pengaturan penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
tenaga kerja dan keluarganya harus tercantum secara rinci dalam peraturan
perusahaan dan kesepakatan kerja bersama atau pada tempat yang mudah
dibaca oleh pekerja.
Pengawasan Ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan
pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
Peningkatan kualitas pengawas ketenagakerjaan dilakukan melalui pendidikan
dan pelatihan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembinaan pengawasan ketenagakerjaan meliputi:
a. Kelembagaan
b. Sumber daya manusia pengawas ketenagakerjaan
c. Sarana dan prasarana
d. Pendanaan
e. Administrasi
f. Sistem informasi pengawasan ketenagakerjaan
16 Kep.51/men/1999 Nilai ambang batas faktor fisika ditempat kerja NAB iklim kerja menggunakan parameter ISBB Pengusaha atau pengurus harus melaksanakan Pengukuran harus - 1. Hasil Pengujian dari Unilab dan Dinas - C - - GA-HSE
NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 desi Bell A (dB A). ketentuan-ketentuan dalam Keputusan tidak boleh melebihi Lingkungan Hidup
NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada Menteri ini. dari nilai yang sudah
lengan dan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat menjadi standart kep
(m/det2 ). 51/men/1999
NAB radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro
NAB radiasi sinar ultra ungu ditetapkan sebesar 0,1 mikro Watt per sentimeter
persegi (µW/cm2 ).
Pengukuran dan penilaian faktor fisika di tempat kerja dilaksanakan oleh Pusat
dan atau Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja atau pihak-pihak lain yang
ditunjuk.

Page 13 of 15
PT. PIGEON INDONESIA
Formulir F-ISO-K3L-02A/R0

RANGKUMAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3 (Kesehatan, Keamanan Kerja) Tgl Berlaku Revisi

No Peraturan atau Persyaratan Judul Rangkuman Isi Point Persyaratan Standar Gap Evaluasi Pemenuhan
Bukti Pemenuhan CAPA Status **) Persiapan Rencana PIC
Kelanjutan
17 Per.08/men/VII/2010 Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk Pengusaha wajib menyediakan APD APD yang diberikan - 1. Bukti Pemberian APD - C - - GA-HSE
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh harus berstandart SNI 2. APD Matrix
dari potensi bahaya di tempat kerja. Pengusaha atau perusahaan waib
menyediakan APD bagi pekerja ata buruh di tempat kerja dan harus sesuai
dengan standar nasional indonesia (SNI) atau standar yang berlaku. APD
dimaksud meliputi:
a. Pelindung kepala,
b. Pelindung mata dan muka
c. Pelindung telinga,
d. Pelindung opernapasan beserta perlengkapannya,
e. Pelindung tangan
f. Pelindung kaki dan g. pakaian pelindung,
g. Alat pelindung jatuh perorangan dan
h. Pelampung
Pengusaha wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu
mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja, serta pekerja atau orang
lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai
dengan potensi baj=haya dan resiko. Pengusaha atau pengurus wajib
melaksanakan manajemen APD ditempat kerja, manajemen APD sebagai berikut:

a. Identifikasi kebutuhan dan syarat APD


b. Pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan
kebutuhan/kenyamanan
c. Pelatihan pekerja/buruh

d. Penggunaan,perawatan,penyimpanan
e. Penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan
f. Pembinaan g.inspeksi dan
g. Evaluasi dan pelaporan
APD yang rusak, retak, tidak dapat berfungsi, kadaluarsa serta mengandung
bahan berbahaya harus dibuang atau dimusnahkan. Pemusnahan APD yang
mengandung bahan berbahaya harus dilengkapi dengan berita acara
pemusnahan.
18 Permenaker RI No 3 Tahun Tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan 1. Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di Melaporkan dan memeriksa kecelakaan - - 1. Pelaporan Kecelakaan - C - - GA-HSE
1998 Kecelakaan. tempat kerja yang dipimpinnya Kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) menggunakan formulir yang dipersyaratkan.
terdiri dari: kecelakaan kerja; penyakit akibat kerja; kebakaran atau peledakan
atau bahaya pembuangan limbah; kej adian berbahaya lainnya.
2. Pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.
Pegawai pengawas dalam melaksanakan pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dengan mempergunakan formulir laporan
pemeriksaan dan pengkajian sesuai Lampiran II untuk kecelakaan kerja, Lampiran
III untuk penyakit akibat kerja, Lampiran
IV untuk peledakan, kebaliaran dan bahaya pembuangan limbah dan Lampinn V
untuk bahaya lainnya.
IV. Instruksi Menteri terkait K3
1 Instruksi Menteri Tenaga tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Berkas rencana sitem proteksi kebakaran meliputi antara lain : -Uraian kriteria Membuat Berkas rencana sistem ptensi - - 1. Izin Layak Fungsi Instalasi Kebakran - C - - GA Spv
Kerja No 11 Tahun 1997 Kebakaran. desain; -Gambar perencanaan; -Spesifikasi teknik. Masing-masing dibuat kebakaran dengan mengacu pada formulir yang
rangkap 3 (tiga) dan setelah diperiksa oleh pegawai pengawas yang ada di peraturan instruksi mentri tenaga kerja no
berwenang kemudian dikirimkan kepada Direktur PNKK untuk diterbitkan 11 tahun 1997
pengesahan/persetujuan gambar rencana tersebut.

V. Surat Edaran dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan


Pengawasan Ketenagakerjaan terkait K3

Page 14 of 15
PT. PIGEON INDONESIA
Formulir F-ISO-K3L-02A/R0

RANGKUMAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


K3 (Kesehatan, Keamanan Kerja) Tgl Berlaku Revisi

No Peraturan atau Persyaratan Judul Rangkuman Isi Point Persyaratan Standar Gap Evaluasi Pemenuhan
Bukti Pemenuhan CAPA Status **) Persiapan Rencana PIC
Kelanjutan
1 Surat keputusan Direktur Tenaga Kerja RI No 84 Tahun 1998 tentang Cara Ruang lingkup Petunjuk Pengkajian Kecelakaan ini meliputi analisis (Lampiran II, III, IV, V, VI, dan VII Peraturan - - 1. Pelaporan Kecelakaan - C - - GA Spv dan
Jenderal Pembinaan Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik kecelakaan di tempat kerja yang terdiri dari kecelakaan kerja, penyakit akibat Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/98 GA-HSE
Hubungan Industrial dan Kecelakaan. kerja, peledakan, kebakaran dan bahaya pembuangan limbah serta kejadian tanggal 26 Februari 1998).
Pengawasan berbahaya lainnya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Ketenagakerjaan No. 03/MEN/98 tanggal Februari 1998.
Departemen

2 Keputusan Direktur tentang Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan Setiap teknisi yang diserahi tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan Memiliki teknisi K3 Listrik - Belum 1. Sertifikat teknisi K3 Listrik - NC - -
Jenderal Pembinaan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik. pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan, pemeriksaan, pengujian dan mempunyai
Hubungan Industrial dan perbaikan instalasi listrik harus memenuhi syarat kompetensi keselamatan dan Teknisi K3
Pengawasan kesehatan kerja listrik yang dibuktikan dengan sertifikat dan lisensi keselamatan Listrik
Ketenagakerjaan No 311 dan kesehatan kerja listrik.
Tahun 2002

VI. Keputusan Mentri Ketenagakerjaan terkait K3

VII. Peraturan Presiden

Page 15 of 15

Anda mungkin juga menyukai