Anda di halaman 1dari 11

D

Djpp, Ubersatti
SISTEI.I MANAIEMEN UNGKUNGAN
PT DJASA UBERSAKTI TbK

PROSEDUR

PENG EN DALIAN OPERASIONAL

LINGKUNGAN
LEVEL II

Pengesahan Nama Jabatan Tanda

Disiapkan Oleh Kepala Departemen


Fery Firman S.
HSE

Diperiksa Oleh AbadiTarigan Wakil l'hnajemen

Disetujui Oleh Heru futranto Urektur Utama

DISTRIBUSI DOKUI{EN
Status Dokumen
Distribusi Stempel

Dept. Operasional, Dept. SDM, Dept. Mutu


Dept. Pengadaan, Dept. Legal & Admin
Dept. QS & Teknilq DepL Peralatan
Dept. Keuangan, Dept. Pajak, Dept. Akunting
Dept. Pemasaran, Dept. Sistem IT
PROSEDUR No. Dokumen: Revisi:
PTDU-PRO-ENV-09 0

PENGENDALIAN OPERASIONAL Halaman:


Tanggal Efektif:
LINGKUNGAN 10 Maret 2022
2 dari
11

RIWAYAT DOKUMEN

Keterangan
Revisi
Tanggal (Tuliskan sub-bab dan perihal yang diubah serta alasan
Ke
perubahan)
PROSEDUR No. Dokumen: Revisi:
PTDU-PRO-ENV-09 0

PENGENDALIAN OPERASIONAL Halaman:


Tanggal Efektif:
LINGKUNGAN 10 Maret 2022
3 dari
11

1. TUJUAN
Prosedur mencakup pengendalian operasional yang memiliki dampak lingkungan pada aktivitas PT
Djasa Ubersakti Tbk untuk mencegahan cemaran tersebar ke lingkungan.

2. REFERENSI
2.1. ISO 14001:2015 Klausul 8.1. Perencanaan dan Pengendalian Operasional
2.2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
2.3. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan dan Perlindungan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
2.4. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

3. RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku diseluruh area aktivitas opersional PT Djasa Ubersakti Tbk meliputi aktivitas
pengelolaan bahan / material berbahaya dan limbahnya serta penerapan housekeeping.

4. DEFINISI

4.1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak Lingkungan Hidup, dan/atau
membahayakan Lingkungan Hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain.

4.2. Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang
karena sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak dan atau mencemarkan lingkungan dan membahayakan kesehatan
manusia.
4.3. Limbah Non B3 adalah sisa dari kegiatan produksi atau jasa yang berupa benda padat baik
organik maupun non organik seperti kertas, logam, kayu, plastik, karet, scrap dan kain yang
tidak berbahaya menurut penggolongan / karakteristik B3 yang ditetapkan.

4.4. Bahaya adalah suatu potensi yang menumbulkan efek merugikan terhadap kehidupan,
kesehatan, asset perusahaan atau lingkungan sekitar.
4.5. Risiko adalah kemungkinan yang dapat diukur dari suatu kejadian yang menimbulkan bahaya
bagi kehidupan kesehatan harta benda atau lingkungan.
4.6. LDKB (Lembar Data Keselamatan Bahan) / MSDS ( Material Safety Data Sheet)
adalah dokumen yang berisii informasi , penting penggunaanya yang aman, penggolongan,
Prosedur keadaan darurat, dan informasi penting lainnya

4.7. Manifest adalah formulir penyerahan B3 dari penghasil ke pengumpul B3 yang sah.
PROSEDUR No. Dokumen: Revisi:
PTDU-PRO-ENV-09 0

PENGENDALIAN OPERASIONAL Halaman:


Tanggal Efektif:
LINGKUNGAN 10 Maret 2022
4 dari
11

4.8. 5R adalah suatu sistem manajemen tata graha / manajemen ketata rumah tanggaan /
Management housekeeping, yang dilakukan dalam rangka mengelola tempat kerja, dimana
tempat yang dimaksud dalam hal ini adalah tempat / lingkungan dimana kita bekerja baik itu
di area kerja perkantoran maupun di area kerja gudang, area kerja bengkel, area kerja
laboratorium, area kerja produksi dan area pendukung lainnya seperti fasilitas publik dll. 5R
merupakan singkatan dari bahasa kanji Jepang Yaitu : Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu Dan
Shitsuke dan dalam bahasa Indonesia diistilahkan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
o Ringkas Adalah kegiatan memisahkan segala sesuatu barang yang benar benar
diperlukan dan kemudian menyingkirkan yang tidak diperlukan dari tempat kerja
o Rapi Adalah kegiatan menata tata letak peralatan dan perlengkapan kerja dengan rapi
sehingga memudahkan untuk mencari, mudah untuk menemukan dan mudah untuk
mengembalikan dan segalanya selalu siap pada saat diperlukan.

o Resik Adalah kegiatan membersihkan tempat kerja, mesin dan perlengkapan/ peralatan
kerja dari debu dan kotoran yang melekat secara teratur agar kondisi tempat kerja,
mesin dan peralatan/ perlengkapan kerja selalu dalam keadaan bersih dan terhindar dari
kerusakan, degradasi dan abnormality

o Rawat Adalah kegiatan memelihara fasilitas tempat kerja, mesin, peralatan serta
barang secara teratur agar tidak terdapat lagi barang yang tidak diperlukan di area kerja,
tidak terjadi ketidak teraturan di tempat kerja dan tidak terdapat kotoran/ kerusakan
serta berusaha menjaga dan mempertahankan kondisi optimal
o Rajin Adalah kegiatan membudayakan dan membiasakan bekerja sesuai dengan sistem
dan prosedur serta mengembangkan prilaku prilaku kerja karyawan yang positif di
tempat kerja sebagai sebuah kebiasaan yang disiplin

5. TANGGUNG JAWAB

5.1. Karyawan bertanggung jawab melaksanakan prosedur ini sesuai kaidah-kaidah yang
ditetapkan.

5.2. Kepala Departemen / Kepala Bagian / Pelaksana pekerjaan / pengawas / atasan


langsung bertanggung jawab memastikan karyawan yang berada di bawah tanggung
jawabnya melaksanakan prosedur ini dan mendorong untuk melakukan perbaikan
berkelanjtuan.

5.3. Kepala Departemen Human Capital dan General Affairs bertanggung jawab dalam
pelaksanaan management housekeeping di tingkat korporasi dan mengkoordinasikan
pelaksanaan prosedur ini di setiap area kerja.

5.4. Departemen HSE bertanggung jawab untuk memberikan akses terkait informasi yag relevan
dengan prosedur ini dan berkoordinasi bersama Bagian terkait jika terdapat komunikasi
eksternal yang dibutuhkan.
PROSEDUR No. Dokumen: Revisi:
PTDU-PRO-ENV-09 0

PENGENDALIAN OPERASIONAL Halaman:


Tanggal Efektif:
LINGKUNGAN 10 Maret 2022
5 dari
11

5.5. Direktur dan Wakil Manajemen bertanggung jawab memastikan prosedur ini dijalankan di
masing – masing area kerja sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan.

6. URAIAN PROSEDUR
6.1. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Limbah B3
6.1.1. Identifikasi B3
1. Setiap bagian yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun (B3) harus
menunjuk penanggung jawab, dan mengikuti instruksi kerja yang ada atau
petunjuk pada MSDS.
2. Identifikasi bahaya dapat diketahui dari simbol yang ada pada MSDS atau pada
label.
6.1.2. Penggunaan B3 di Aktivitas Operasional dan Perkantoran
1. Pada aktivitas operasional dan perkantoran yang menggunakan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3), karyawan harus memahami bahaya yang dihasilkan baik untuk
keselamatan dan kesehatan maupun lingkungan.
2. B3 harus diberikan label identifikasi yang jelas sesuai MSDS jika ada atau sesuai
potensi bahayanya.
3. Jika terdapat potensi penggunaannya menimbulkan tumpahan atau cemaran
maka karyawan harus mempersiapkan tindakan pencegahannya, seperti:
a. Potensi cemaran udara; disiapkan perangkap debu, blower, exhaust dan
sebagainya untuk menangkap cemaran debu atau material agar tidak
tercemar ke lingkungan sekitar.
b. Potensi cemaran tanah; dengan membuat sistem yang memungkinkan
cemaran dari aktivitas dapat tertampung (secondary containment).
c. Potensi cemaran air; dengan membuat sistem yang memungkinkan cemaran
dari aktivitas dapat tertampung (secondary containment), menghindari
saluran-saluran air pada saat aktivitas berlangsung.

6.1.3. Penanganan Tumpahan B3 dan Limbahnya


1. Persiapan sebelum Operasi
a. Setiap kali akan melakukan penanganan harus selalu menggunakan Alat
Pelindung Diri sesuai MSDS.
b. Setiap kali akan melakukan penanganan tumpahan hendaknya harus
dikenali terlebih dahulu jenis B3, bahaya dan penanganannya melalui MSDS
(Material Safety Data Sheet).
c. Jika tumpahan yang terjadi besar, karyawan melaporkan kejadian kepada
atasan langsung atau HSE agar ditangani sesuai Prosedur Kesiagaan Dan
Tanggap Darurat. Minta bantuan personil lain untuk membantu
2. Proses Pembersihan
a. Jika sumber tumpahan telah di ketahui sesegera mungkin untuk
menghentikan sumber tumpahan terlebih dahulu (jika sumber tumpahan
dapat di hentikan saat itu).
PROSEDUR No. Dokumen: Revisi:
PTDU-PRO-ENV-09 0

PENGENDALIAN OPERASIONAL Halaman:


Tanggal Efektif:
LINGKUNGAN 10 Maret 2022
6 dari
11

b. Blok aliran tumpahan/ceceran agar tidak menyebar luas (bloking dapat


dilakukan dengan membuat paritan, tanggulan, menebar serbuk
gergaji/pasir, atau menutup valve tanggulan jika ada).
c. Beri penadah pada sumber tumpahan, sumber tumpahan harus tertampung
dengan baik dan wadah tidak bocor (jenis wadah bisa dalam bentuk apa
saja). Jika sumber tumpahan masih mengalami kebocoran dan efektif untuk
dilakukan penadahan pada saat itu.

6.1.4. Penanganan Limbah B3


1. Secara sifat penanganannya dibagi menjadi:
a. Kolektif, prosedur penanganan limbah B3 mengikuti prosedur yang
diterpakan oleh Pelanggan / Pemilik proyek.
b. Mandiri, prosedur penanganan limbah B3 merujuk pada prosedur ini dan
dilakukan secara mandiri oleh internal perusahaan bekerjasama dengan
pihak ketiga yang tersertifikasi.
2. Setiap pengguna (penghasil limbah B3) bertanggung jawab terhadap pengelolaan
bahan kimia yang digunakan dari aktivitas yang dihasilkan.
3. Masing-masing penghasil limbah B3 mengidentifikasi jenis limbah B3.
4. Penanganan limbah B3 harus menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.
5. Penghasil limbah B3 wajib mengumpulkan limbah B3 yang dihasilkan di TPS
Limbah B3 yang telah disediakan atau sampah B3 untuk area kantor.
6. Penghasil yang berada di workshop wajib mencatat hasil limbah B3 pada formulir
neraca limbah B3.
7. Penghasil limbah B3 mengangkut limbah B3 ke TPS dengan menggunakan APD
yang distandarkan.
8. Masa simpan limbah B3 di dalam TPS harus sesuai dengan aturan yang
dipersyaratkan.

6.1.5. Penyerahan Limbah B3


1. Setelah jumlah limbah B3 di TPS mencukupi atau mendekati batas maksimal
simpan, limbah B3 selanjutnya diserahkan kepada pihak ketiga
2. Penghasil limbah B3 sebelum menyerahkan limbah B3 dan membawa ke TPS
terlebih dahulu harus memperhatikan kemasan dari limbah B3 yakni kondisi
kemasan tidak boleh bocor dan tidak keropos agar tidak terjadi kebocoran pada
saat di TPS.
3. Di saat akan menyerahkan limbah B3 penghasil harus melapor terlebih dahulu ke
HSE departemen.
4. Para penghasil di haruskan mengisi form yang telah di sediakan dan telah di
tandatangani atau di ketahui SPV/foreman/pengawas lapangan yang
bertanggung jawab pada area tersebut.
5. Setiap kemasan tidak boleh bercampur harus terpisah sesuai jenis limbah B3, tiap
kemasan harus di pasang simbol sesuai standar symbol dan kemasan tertutup
rapat.
PROSEDUR No. Dokumen: Revisi:
PTDU-PRO-ENV-09 0

PENGENDALIAN OPERASIONAL Halaman:


Tanggal Efektif:
LINGKUNGAN 10 Maret 2022
7 dari
11

6. Penghasil limbah B3 tidak di perbolehkan meninggalkan limbah B3 di luar TPS


tanpa seizin petugas TPS.
9. Pihak ketiga sebagai pengumpul / pengelola limbah B3 harus mempunyai ijin dari
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Ijin yang dimaksud harus
sesuai dengan jenis limbah B3 yang dihasilkan.
10. Pihak transporter harus mempunyai ijin dari Dirjen Perhubungan Darat
Kementrian Perhubungan Republik Indonesia dan mendapat rekomendasi dari
Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
11. Pihak ketiga yang ditunjuk mengisi Berita Acara Pemeriksaan Limbah B3 bersama
dan berkewajiban memberikan Dokumen Limbah B3 (manifes) yang sudah
ditandatangani oleh penghasil dan transporter.

6.1.6. Penyimpanan
1. Setiap karyawan yang menyimpan B3 dan atau limbahnya dalam gudang
penyimpanan harus mendapatkan izin dan menginformasikan kepada HSE.
2. Penempatan B3 mengacu kepada sifat bahan itu sendiri, diupayakan tidak ada
percampuran dua atau lebih bahan kimia yang diduga akan menimbulkan resiko
kebakaran atau ledakan karena reaksi silang. Informasi bahan kimia dapat dilihat
di MSDS.
3. Penempatan bahan atau limbah kimia harus dilengkapi dengan dengan MSDS
dan label kimia yang disiapkan oleh HSE.

6.1.7. Pelaporan
1. Karyawan harus mendaftarkan bahan yang akan dipakai pada aktivitas masing-
masing, yang digolongkan sebagai B3 kepada HSE dan disetujui oleh pimpinan
bagian pengguna dengan melampirkan MSDS bahan tersebut.
2. Bahan baru dapat dibeli dan digunakan setelah mendapat persetujuan dari
bagian pengawas.
3. Pembuangan limbah B3 dilaporkan kepada Dinas Lingkungan Hidup sesuai jangka
waktu yang ditetapkan.

6.2. Pengelolaan Limbah Non B3


6.2.1. Identifikasi
1. Sumber limbah non B3 dapat berasal dari kegiatan perkantoran, limbah cair
domestik, dan/kegiatan/fasilitas lainnya.
2. Limbah organik yang termasuk limbah non B3 adalah kertas, karton, kayu, koran,
tissue, sisa makanan dll.
3. Limbah non organik yang termasuk limbah non B3 adalah plastik, pecahan kaca,
karet, metal, potongan pipa, sisa bahan bangunan, potongan besi, drum dan
potongan kabel

6.2.2. Penampungan
1. Pada tempat-tempat atau aktifitas yang menghasilkan limbah non B3
ditempatkan tong sampah non B3 untuk menampung sampah/limbah tersebut.
PROSEDUR No. Dokumen: Revisi:
PTDU-PRO-ENV-09 0

PENGENDALIAN OPERASIONAL Halaman:


Tanggal Efektif:
LINGKUNGAN 10 Maret 2022
8 dari
11

2. Tempat sampah diberi identitas berupa penamaan Sampah Limbah Non B3


3. Tempat sampah ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah diakses oleh
seluruh karyawan PT Djasa Ubersakti Tbk.
4. Setiap karyawan/unit kerja yang menimbulkan limbah non B3, diharuskan
membuang sampah pada tempat yang telah disediakan (tempat sampah limbah
non B3).

6.2.3. Penanganan
1. Secara reguler petugas kebersihan mengumpulkan limbah non B3 dari masing-
masing bagian.
2. Sampah/limbah non B3 kemudian dikumpulkan di TPS masing-masing area.
3. Sampah/limbah non B3 selanjutnya secara reguler akan dibawa ke tempat
pembuangan akhir atau akan diserahkan ke pihak ketiga.

6.3. Penerapan 5R di Tempat Kerja


6.3.1. Persiapan
Sebelum penerapan sistem 5R, perlu ada dukungan dan komitmen manajemen mulai
tingkat Manajemen Tingkat Atas, Manajemen Menengah/ Madya dan Manajemen
Bawah. Pembentukan komitmen penerapan 5R ditujukan untuk memastikan bahwa 5R
merupakan kebutuhan perusahaan dan menjadi alat manajemen untuk peningkatan
budaya kerja karyawan yang produktif disamping untuk tujuan mengamankan dan
melindungi seluruh asset milik perusahaan. Dukungan dan komitmen manajemen
dijabarkan secara operasional dalam bentuk : dukungan Pemikiran untuk kelancaran
program, dukungan biaya implementasi, dukungan tenaga untuk suksesnya program
dan lain lain yang dapat mensukseskan program implementasi 5R.

6.3.2. Sosialisasi
Pada tahap ini, rencana pelaksanaan program 5R dan prosedur 5R perlu
disosialisasikan pada seluruh karyawan. Semua personil / karyawan yang ada dalam
sistem operasi internal perusahaan dipastikan harus mendapatkan pelatihan sistem 5R
yang dilaksanakan secara periodik, berjenjang dan berkesinambungan dengan tujuan
agar tidak terjadi salah persepsi dan salah pengertian dalam menjalankan sistem 5R,
baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Sasaran kegiatan pelatihan yang
dilaksanakan secara berjenjang ditujukan kepada karyawan yang berada pada tingkat
manajemen atas, manajemen menengah / madya dan tingkat manajemen bawah
serta seluruh staff / pelaksana / operator serta mitra kerja.

6.3.3. Penerapan
1. Pembagian Area
Pada tahap ini, kegiatan penerapan 5R yang dilakukan adalah membagi seluruh
area yang ada di perusahaan tanpa kecuali baik area kerja karyawan (Kantor,
Gudang, Bengkel/ Workshop, operasional, dan lain lain) termasuk untuk area/
fasilitas umum karyawan, mitra kerja maupun tamu.
PROSEDUR No. Dokumen: Revisi:
PTDU-PRO-ENV-09 0

PENGENDALIAN OPERASIONAL Halaman:


Tanggal Efektif:
LINGKUNGAN 10 Maret 2022
9 dari
11

2. Penentuan Penanggung Jawab Area


Setelah area yang ada di perusahaan telah ditentukan / ditetapkan menurut
kebutuhan, selanjutnya adalah menetapkan penanggung jawab area. Penanggung
jawab area secara umum dibawah tanggung jawab kelola oleh seorang yang
memiliki jabatan setingkat Kepala Departemen atau Kepala Bagian yang ditunjuk.

3. Identifikasi dan Observasi Kondisi Area Kerja


Setelah pembagian area kerja dan penanggung jawab telah ditetapkan, langkah
selanjutnya adalah setiap penanggung jawab area kerja yang sudah ditetapkan
melakukan identifikasi dan observasi pada area kerja yang menjadi tanggung
jawabnya untuk melihat dan mengevaluasi secara detail kondisi fisik tempat kerja,
situasi kerja, cara dan metode kerja, disiplin kerja termasuk kepedulian terhadap
standar - standar kerja yang dimiliki perusahaan. Identifikasi dan observasi yang
dilakukan ditujuan untuk mengetahui secara obyektif, kondisi riil yang ada pada
area terhadap praktek praktek kerja karyawan yang dikaitkan dengan prinsip
prinsip 5R.
4. Merekam Kondisi Awal Area Kerja
Dilakukan perekaman / pendokumentasian secara fisik terhadap area kerja yang
akan direncanakan untuk diterapkan sistem 5R melalui media foto, video dll yang
ditujukan untuk mengetahui kondisi awal. Perekaman kondisi awal dibuat dengan
tujuan untuk sebagai pembanding setelah penerapan 5R telah dicapai.

5. Implementasi 3R (Ringkas, Rapi dan Resik)


Setelah didapatkan data awal serta perekaman kondisi fisik area kerja,
selanjutnya penanggung jawab area mulai melakukan penerapan 3R secara
bertahap dimulai dari Ringkas – Rapi – Resik.

6. Review Implementasi 3R
Hasil penerapan di review secara menyeluruh terhadap penerapan Ringkas – Rapi
– Resik apakah telah sesuai dengan target dan rencana yang telah ditetapkan.
Apabila setelah dievaluasi masih terdapat kekurangan atau hal hal yang masih
menyimpang terhadap penerapan prinsip prinsip Ringkas – Rapi – Resik, maka
Penanggung Jawab Area harus mengulang kembali penerapan Ringkas – Rapi –
Resik secara reguler sampai betul betul telah sesuai dengan prinsip prinsip
penerapan Ringkas – Rapi – Resik. Apabila dalam evaluasi menyeluruh terhadap
penerapan prinsip prinsip Ringkas – Rapi – Resik telah sesuai, maka langkah
selanjutnya adalah melaksanakan langkah penerapan Rawat.

7. Implementasi R-4 (Rawat)


Setelah implementasi Ringkas – Rapi – Resik telah sesuai prinsip prinsip penerpan
5R, maka berikutnya adalah melaksanakan R-4 (Rawat) dengan membuat standar
standar Ringkas – Rapi – Resik yang dipakai sebagai panduan kerja oleh seluruh
karyawan yang berada pada area kerja yang bersangkutan.
PROSEDUR No. Dokumen: Revisi:
PTDU-PRO-ENV-09 0

PENGENDALIAN OPERASIONAL Halaman:


Tanggal Efektif:
LINGKUNGAN 10 Maret 2022
10 dari
11

8. Implementasi R-5 (Rajin)


Setelah implementasi Rawat telah sesuai prinsip prinsip penerapan 5R, maka
berikutnya adalah melaksanakan R-5 (Rajin) sesuai prinsip prinsip 5R yang
dipakai sebagai panduan kerja oleh seluruh karyawan yang berada pada area
kerja yang bersangkutan.

6.3.4. Pembiasaan
Tahap pembiasaan ini ditujukan untuk memastikan bahwa karyawan dapat mengerti,
memahami dan sekaligus mentaati segala aturan / tata cara menjaga dan
menerapkan manajemen tata graha/ ketata rumahtanggan atau 5R / good house
keeping yang baik di tempat kerja.

6.3.5. Evaluasi Berkelanjutan


Setelah implementasi 5R dilaksanakan dengan penuh komitmen dan konsisten oleh
seluruh pelaku sistem, maka tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi
berkelanjutan (Continous Evaluation). Dalam evaluasi berkelanjutan ini beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan adalah: melakukan kegiatan lomba 5R secara periodik,
melakukan audit 5R secara mandiri, pemberian reward dan punishment dll yang
sesuai dengan prinsip prinsip 5R.

6.3.6. Pembudayaan
Untuk memastikan sistem 5R terselenggara dengan baik dan konsisten perlu didukung
dengan program program pelestarian dan pembudayaan. Ada 5 (lima) kegiatan pokok
pada tahap Pelestarian dan pembudayaan dalam sistem 5R yaitu meliputi:
1. Mempromosikan gerakan kebersihan melalui program 5R
Untuk menanamkan budaya 5R, perlu dibentuk suatu system yang mampu
memberikan ancangan mental pada seluruh karyawan tentang pentingnya 5R
sebagai sarana peningkatan mutu dan produktivitas perusahaan. Berbagai
kegiatan pendukung yang bisa diterapkan untuk memperkuat sistem 5R adalah :
o 5 menit bersih sebelum dan sesudah bekerja (harian)
o Jumat bersih (mingguan)
o Patroli Housekeeping dan safety setiap 1 bulan sekali
o 3 bulanan (Internal Audit 5R & Pemilihan Area Terbaik)
2. Sharing Program 5R
Dalam rangka memperkuat penerapan sistem 5R agar tetap terjaga
konsistensinya, perlu dilakukan pendekatan program yang secara psicologis
mampu sebagai penggerak/ memotivasi program 5R seperti pelaksanaan program
Studi banding 5R di lingkungan internal perusahaan yang telah berhasil
penerapkan sistem 5R, maupun kegiatan studi banding 5R yang dilakukan di luar
perusahaan yang telah berhasil menerapkan sistem 5R.

7. DIAGRAM ALUR PROSES


7.1. Tidak ada.
PROSEDUR No. Dokumen: Revisi:
PTDU-PRO-ENV-09 0

PENGENDALIAN OPERASIONAL Halaman:


Tanggal Efektif:
LINGKUNGAN 10 Maret 2022
11 dari
11

8. REKAMAN
8.1. Formulir Logbook Limbah B3 No. Form: PTDU-FRM-ENV-09-01
8.2. Formulir Neraca Limbah B3 No. Form: PTDU-FRM-ENV-09-02
8.3. Formulir Neraca Limbah B3 Tahunan No. Form: PTDU-FRM-ENV-09-03
8.4. Formulir Penyerahan Limbah B3 No. Form: PTDU-FRM-ENV-09-04
8.5. Formulir Masterlist B3 No. Form: PTDU-FRM-ENV-09-05
8.6. Formulir Audit 5R No. Form: PTDU-FRM-ENV-09-06

9. LAMPIRAN
9.1. Tidak Ada

Anda mungkin juga menyukai