Djpp, Ubersatti
SISTEI.I MANAIEMEN UNGKUNGAN
PT DJASA UBERSAKTI TbK
PROSEDUR
LINGKUNGAN
LEVEL II
DISTRIBUSI DOKUI{EN
Status Dokumen
Distribusi Stempel
RIWAYAT DOKUMEN
Keterangan
Revisi
Tanggal (Tuliskan sub-bab dan perihal yang diubah serta alasan
Ke
perubahan)
PROSEDUR No. Dokumen: Revisi:
PTDU-PRO-ENV-09 0
1. TUJUAN
Prosedur mencakup pengendalian operasional yang memiliki dampak lingkungan pada aktivitas PT
Djasa Ubersakti Tbk untuk mencegahan cemaran tersebar ke lingkungan.
2. REFERENSI
2.1. ISO 14001:2015 Klausul 8.1. Perencanaan dan Pengendalian Operasional
2.2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
2.3. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan dan Perlindungan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
2.4. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
3. RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku diseluruh area aktivitas opersional PT Djasa Ubersakti Tbk meliputi aktivitas
pengelolaan bahan / material berbahaya dan limbahnya serta penerapan housekeeping.
4. DEFINISI
4.1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak Lingkungan Hidup, dan/atau
membahayakan Lingkungan Hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain.
4.2. Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang
karena sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak dan atau mencemarkan lingkungan dan membahayakan kesehatan
manusia.
4.3. Limbah Non B3 adalah sisa dari kegiatan produksi atau jasa yang berupa benda padat baik
organik maupun non organik seperti kertas, logam, kayu, plastik, karet, scrap dan kain yang
tidak berbahaya menurut penggolongan / karakteristik B3 yang ditetapkan.
4.4. Bahaya adalah suatu potensi yang menumbulkan efek merugikan terhadap kehidupan,
kesehatan, asset perusahaan atau lingkungan sekitar.
4.5. Risiko adalah kemungkinan yang dapat diukur dari suatu kejadian yang menimbulkan bahaya
bagi kehidupan kesehatan harta benda atau lingkungan.
4.6. LDKB (Lembar Data Keselamatan Bahan) / MSDS ( Material Safety Data Sheet)
adalah dokumen yang berisii informasi , penting penggunaanya yang aman, penggolongan,
Prosedur keadaan darurat, dan informasi penting lainnya
4.7. Manifest adalah formulir penyerahan B3 dari penghasil ke pengumpul B3 yang sah.
PROSEDUR No. Dokumen: Revisi:
PTDU-PRO-ENV-09 0
4.8. 5R adalah suatu sistem manajemen tata graha / manajemen ketata rumah tanggaan /
Management housekeeping, yang dilakukan dalam rangka mengelola tempat kerja, dimana
tempat yang dimaksud dalam hal ini adalah tempat / lingkungan dimana kita bekerja baik itu
di area kerja perkantoran maupun di area kerja gudang, area kerja bengkel, area kerja
laboratorium, area kerja produksi dan area pendukung lainnya seperti fasilitas publik dll. 5R
merupakan singkatan dari bahasa kanji Jepang Yaitu : Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu Dan
Shitsuke dan dalam bahasa Indonesia diistilahkan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
o Ringkas Adalah kegiatan memisahkan segala sesuatu barang yang benar benar
diperlukan dan kemudian menyingkirkan yang tidak diperlukan dari tempat kerja
o Rapi Adalah kegiatan menata tata letak peralatan dan perlengkapan kerja dengan rapi
sehingga memudahkan untuk mencari, mudah untuk menemukan dan mudah untuk
mengembalikan dan segalanya selalu siap pada saat diperlukan.
o Resik Adalah kegiatan membersihkan tempat kerja, mesin dan perlengkapan/ peralatan
kerja dari debu dan kotoran yang melekat secara teratur agar kondisi tempat kerja,
mesin dan peralatan/ perlengkapan kerja selalu dalam keadaan bersih dan terhindar dari
kerusakan, degradasi dan abnormality
o Rawat Adalah kegiatan memelihara fasilitas tempat kerja, mesin, peralatan serta
barang secara teratur agar tidak terdapat lagi barang yang tidak diperlukan di area kerja,
tidak terjadi ketidak teraturan di tempat kerja dan tidak terdapat kotoran/ kerusakan
serta berusaha menjaga dan mempertahankan kondisi optimal
o Rajin Adalah kegiatan membudayakan dan membiasakan bekerja sesuai dengan sistem
dan prosedur serta mengembangkan prilaku prilaku kerja karyawan yang positif di
tempat kerja sebagai sebuah kebiasaan yang disiplin
5. TANGGUNG JAWAB
5.1. Karyawan bertanggung jawab melaksanakan prosedur ini sesuai kaidah-kaidah yang
ditetapkan.
5.3. Kepala Departemen Human Capital dan General Affairs bertanggung jawab dalam
pelaksanaan management housekeeping di tingkat korporasi dan mengkoordinasikan
pelaksanaan prosedur ini di setiap area kerja.
5.4. Departemen HSE bertanggung jawab untuk memberikan akses terkait informasi yag relevan
dengan prosedur ini dan berkoordinasi bersama Bagian terkait jika terdapat komunikasi
eksternal yang dibutuhkan.
PROSEDUR No. Dokumen: Revisi:
PTDU-PRO-ENV-09 0
5.5. Direktur dan Wakil Manajemen bertanggung jawab memastikan prosedur ini dijalankan di
masing – masing area kerja sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
6. URAIAN PROSEDUR
6.1. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Limbah B3
6.1.1. Identifikasi B3
1. Setiap bagian yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun (B3) harus
menunjuk penanggung jawab, dan mengikuti instruksi kerja yang ada atau
petunjuk pada MSDS.
2. Identifikasi bahaya dapat diketahui dari simbol yang ada pada MSDS atau pada
label.
6.1.2. Penggunaan B3 di Aktivitas Operasional dan Perkantoran
1. Pada aktivitas operasional dan perkantoran yang menggunakan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3), karyawan harus memahami bahaya yang dihasilkan baik untuk
keselamatan dan kesehatan maupun lingkungan.
2. B3 harus diberikan label identifikasi yang jelas sesuai MSDS jika ada atau sesuai
potensi bahayanya.
3. Jika terdapat potensi penggunaannya menimbulkan tumpahan atau cemaran
maka karyawan harus mempersiapkan tindakan pencegahannya, seperti:
a. Potensi cemaran udara; disiapkan perangkap debu, blower, exhaust dan
sebagainya untuk menangkap cemaran debu atau material agar tidak
tercemar ke lingkungan sekitar.
b. Potensi cemaran tanah; dengan membuat sistem yang memungkinkan
cemaran dari aktivitas dapat tertampung (secondary containment).
c. Potensi cemaran air; dengan membuat sistem yang memungkinkan cemaran
dari aktivitas dapat tertampung (secondary containment), menghindari
saluran-saluran air pada saat aktivitas berlangsung.
6.1.6. Penyimpanan
1. Setiap karyawan yang menyimpan B3 dan atau limbahnya dalam gudang
penyimpanan harus mendapatkan izin dan menginformasikan kepada HSE.
2. Penempatan B3 mengacu kepada sifat bahan itu sendiri, diupayakan tidak ada
percampuran dua atau lebih bahan kimia yang diduga akan menimbulkan resiko
kebakaran atau ledakan karena reaksi silang. Informasi bahan kimia dapat dilihat
di MSDS.
3. Penempatan bahan atau limbah kimia harus dilengkapi dengan dengan MSDS
dan label kimia yang disiapkan oleh HSE.
6.1.7. Pelaporan
1. Karyawan harus mendaftarkan bahan yang akan dipakai pada aktivitas masing-
masing, yang digolongkan sebagai B3 kepada HSE dan disetujui oleh pimpinan
bagian pengguna dengan melampirkan MSDS bahan tersebut.
2. Bahan baru dapat dibeli dan digunakan setelah mendapat persetujuan dari
bagian pengawas.
3. Pembuangan limbah B3 dilaporkan kepada Dinas Lingkungan Hidup sesuai jangka
waktu yang ditetapkan.
6.2.2. Penampungan
1. Pada tempat-tempat atau aktifitas yang menghasilkan limbah non B3
ditempatkan tong sampah non B3 untuk menampung sampah/limbah tersebut.
PROSEDUR No. Dokumen: Revisi:
PTDU-PRO-ENV-09 0
6.2.3. Penanganan
1. Secara reguler petugas kebersihan mengumpulkan limbah non B3 dari masing-
masing bagian.
2. Sampah/limbah non B3 kemudian dikumpulkan di TPS masing-masing area.
3. Sampah/limbah non B3 selanjutnya secara reguler akan dibawa ke tempat
pembuangan akhir atau akan diserahkan ke pihak ketiga.
6.3.2. Sosialisasi
Pada tahap ini, rencana pelaksanaan program 5R dan prosedur 5R perlu
disosialisasikan pada seluruh karyawan. Semua personil / karyawan yang ada dalam
sistem operasi internal perusahaan dipastikan harus mendapatkan pelatihan sistem 5R
yang dilaksanakan secara periodik, berjenjang dan berkesinambungan dengan tujuan
agar tidak terjadi salah persepsi dan salah pengertian dalam menjalankan sistem 5R,
baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Sasaran kegiatan pelatihan yang
dilaksanakan secara berjenjang ditujukan kepada karyawan yang berada pada tingkat
manajemen atas, manajemen menengah / madya dan tingkat manajemen bawah
serta seluruh staff / pelaksana / operator serta mitra kerja.
6.3.3. Penerapan
1. Pembagian Area
Pada tahap ini, kegiatan penerapan 5R yang dilakukan adalah membagi seluruh
area yang ada di perusahaan tanpa kecuali baik area kerja karyawan (Kantor,
Gudang, Bengkel/ Workshop, operasional, dan lain lain) termasuk untuk area/
fasilitas umum karyawan, mitra kerja maupun tamu.
PROSEDUR No. Dokumen: Revisi:
PTDU-PRO-ENV-09 0
6. Review Implementasi 3R
Hasil penerapan di review secara menyeluruh terhadap penerapan Ringkas – Rapi
– Resik apakah telah sesuai dengan target dan rencana yang telah ditetapkan.
Apabila setelah dievaluasi masih terdapat kekurangan atau hal hal yang masih
menyimpang terhadap penerapan prinsip prinsip Ringkas – Rapi – Resik, maka
Penanggung Jawab Area harus mengulang kembali penerapan Ringkas – Rapi –
Resik secara reguler sampai betul betul telah sesuai dengan prinsip prinsip
penerapan Ringkas – Rapi – Resik. Apabila dalam evaluasi menyeluruh terhadap
penerapan prinsip prinsip Ringkas – Rapi – Resik telah sesuai, maka langkah
selanjutnya adalah melaksanakan langkah penerapan Rawat.
6.3.4. Pembiasaan
Tahap pembiasaan ini ditujukan untuk memastikan bahwa karyawan dapat mengerti,
memahami dan sekaligus mentaati segala aturan / tata cara menjaga dan
menerapkan manajemen tata graha/ ketata rumahtanggan atau 5R / good house
keeping yang baik di tempat kerja.
6.3.6. Pembudayaan
Untuk memastikan sistem 5R terselenggara dengan baik dan konsisten perlu didukung
dengan program program pelestarian dan pembudayaan. Ada 5 (lima) kegiatan pokok
pada tahap Pelestarian dan pembudayaan dalam sistem 5R yaitu meliputi:
1. Mempromosikan gerakan kebersihan melalui program 5R
Untuk menanamkan budaya 5R, perlu dibentuk suatu system yang mampu
memberikan ancangan mental pada seluruh karyawan tentang pentingnya 5R
sebagai sarana peningkatan mutu dan produktivitas perusahaan. Berbagai
kegiatan pendukung yang bisa diterapkan untuk memperkuat sistem 5R adalah :
o 5 menit bersih sebelum dan sesudah bekerja (harian)
o Jumat bersih (mingguan)
o Patroli Housekeeping dan safety setiap 1 bulan sekali
o 3 bulanan (Internal Audit 5R & Pemilihan Area Terbaik)
2. Sharing Program 5R
Dalam rangka memperkuat penerapan sistem 5R agar tetap terjaga
konsistensinya, perlu dilakukan pendekatan program yang secara psicologis
mampu sebagai penggerak/ memotivasi program 5R seperti pelaksanaan program
Studi banding 5R di lingkungan internal perusahaan yang telah berhasil
penerapkan sistem 5R, maupun kegiatan studi banding 5R yang dilakukan di luar
perusahaan yang telah berhasil menerapkan sistem 5R.
8. REKAMAN
8.1. Formulir Logbook Limbah B3 No. Form: PTDU-FRM-ENV-09-01
8.2. Formulir Neraca Limbah B3 No. Form: PTDU-FRM-ENV-09-02
8.3. Formulir Neraca Limbah B3 Tahunan No. Form: PTDU-FRM-ENV-09-03
8.4. Formulir Penyerahan Limbah B3 No. Form: PTDU-FRM-ENV-09-04
8.5. Formulir Masterlist B3 No. Form: PTDU-FRM-ENV-09-05
8.6. Formulir Audit 5R No. Form: PTDU-FRM-ENV-09-06
9. LAMPIRAN
9.1. Tidak Ada