Anda di halaman 1dari 22

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH

B3 DAN LIMBAH

DEPARTEMENT HSE

Disiapkan Diperiksa Disetujui


Rev Tanggal Status Dokumen
HSE Coordinator Manager Direktur

0 21Jan 2020

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 1 of


22
Aditya Sendi Yuliana Lenny Rustam H

DAFTAR ISI

1. FUNGSI KERJA ....................................................................................... 3


2. DASAR. ................................................................................................... 3
3. TUJUAN ................................................................................................. 3
4. RUANG LINGKUP ................................................................................. 3
5. DOKUMEN TERKAIT ............................................................................ 3
6. PENGERTIAN ........................................................................................ 3
7. BATASAN .............................................................................................. 4
8. PROSEDUR KERJA .............................................................................. 4
9. UKURAN KEBERHASILAN ................................................................... 21
10. LAMPIRAN
10.1 Diagram alir PKO Identifikasi Klasifikasi Minimalisasi dan
Pengolahan Limbah............................................................................ 22

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 2 of


22
PROSEDUR PENGELOLAAN
SAMPAH B3 DAN LIMBAH
1. FUNGSI KERJA
a. Direktur.
b. Perwakilan Manajemen
c. Staf K3LL.
d. Karyawan.

2. DASAR
a. Pedoman Sistem Manajemen Perusahaan PT. Cahaya Teknik Putra Nusantara No.
PEDOMAN-01/CTPN/I/2018.
b. Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan PT. Cahaya Teknik Putra Nusantara No. PEDOMAN-
01/CTPN/I/2018.

3. TUJUAN
Sebagai petunjuk kerja untuk melakukan identifikasi klasifikasi minimalisasi dan
pengolahan limbah.

4. RUANG LINGKUP
Seluruh proses bisnis Perusahaan PT. Cahaya Teknik Putra Nusantara dan pihak yang
terkait.

5. DOKUMEN TERKAIT
a. Manifest limbah

6. PENGERTIAN
a. Identifikasi adalah suatu cara untuk mencari data secara detail dari seseorang atau
kejadian.
b. Klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut
kaidah atau standar yang ditetapkan.
c. Minimalisasi adalah suatu cara untuk menekan sekecil mungkin nilai yang
muncul.
d. Pengolahan adalah suatu alat atau proses mengubah bentuk sesuatu ke bentuk
yang lain.

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 3 of


22
7. BATASAN
Identifikasi klasifikasi minimalisasi dan pengolahan limbah dilaksanakan terbatas
hanya untuk lingkungan perusahaan PT. Cahaya Teknik Putra Nusantara.

8. PROSEDUR KERJA
a. Identifikasi Limbah
Dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), identifikasi dan
karakteristik limbah B3 adalah hal yang penting dan mendasar. Di dalam pengelolan
limbah B3, prinsip pengelolaan tidak sama dengan pengendalian pencemaran air dan
udara yang upaya pencegahannya di source point sedangkan pengelolaan limbah B3
yaitu from candle to grave. Yang dimaksud dengan from candle to grave adalah
pencegahan pencemaran yang dilakukan dari sejak dihasilkannya limbah B3 sampai
dengan ditimbun/dikubur (dihasilkan, dikemas, digudangkan/penyimpanan,
ditransportasikan, di daur ulang, diolah, dan ditimbun/dikubur). Pada setiap fase
pengelolaan limbah tersebut ditetapkan upaya pencegahan pencemaran terhadap
lingkungan dan yang menjadi penting adalah karakteristik limbah B3 nya, hal ini
karena setiap usaha pengelolaannya harus dilakukan sesuai dengan karakteristiknya.
Menurut PP No. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3, pengertian limbah
B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan
atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Dari definisi diatas, semua limbah yang sesuai dengan definisi tersebut dapat
dikatakan sebagai limbah B3 kecuali bila limbah tersebut dapat mentaati peraturan
tentang pengendalian air dan atau pencemaran udara. Misalnya, limbah cair yang
mengandung logam berat tetapi dapat diolah dengan water treatment dan dapat
memenuhi standar effluent limbah yang dimaksud maka limbah tersebut tidak
dikatakan sebagai limbah B3 tetapi dikategorikan limbah cair yang pengawasannya
diatur oleh Pemerintah.

i. Identifikasi Limbah B3
Alasan diperlukannya identifikasi limbah B3 adalah :
1. Mengklasifikasikan atau menggolongkan apakah limbah tersebut merupakan
limbah B3 atau bukan.
2. Menentukan sifat limbah tersebut agar dapat ditentukan metode penanganan,
penyimpanan, pengolahan, pemanfaatan atau penimbunan.
3. Menilai atau menganalisis potensi dampak yang ditimbulkan terhadap
lingkungan atau kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 4 of


22
4. Mencocokkan jenis limbah dengan daftar jenis limbah B3 sebagaimana
ditetapkan pada lampiran 1 (table 1, 2 dan 3 PP 85/1999).
5. Apabila tidak termasuk dalam jenis limbah B3 seperti lampiran tersebut,
maka harus diperiksa apakah limbah tersebut memiliki karakteristik : mudah
meledak, mudah terbakar, beracun, bersifat reaktif, menyebabkan infeksi dan
atau bersifat infeksius.
6. Apabila kedua tahap telah dijalankan dan tidak termasuk dalam limbah B3
maka dilakukan uji toksikologi.

ii. Karakteristik Limbah b3


Selain berdasarkan sumbernya (lampiran 1,2 dan 3 PP 85/1999), suatu limbah
dapat diidentifikasi sebagai limbah B3 berdasarkan uji karakteristik. Karakteristik
limbah B3 meliputi ;
1. Mudah meledak
2. Mudah terbakar
3. Bersifat reaktif
4. Beracun
5. Menyebabkan infeksi
6. Bersifat korosif
Suatu limbah diidentifikasikan sebagai limbah B3 berdasarkan
karakteristiknya apabila dalam pengujiannya memiliki satu atau lebih kriteria
atau sifat karakteristik limbah B3.

b. Klasifikasi Limbah
Peraturan Pemerintah No. 18/1999 mendeefinisikan limbah B3 sebagai berikut :
”Limbah bahan Limbah bahan berbahaya dan beracun (83) adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena
sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lain”.
Klasifikasi limbah B3 di Indonesia didasarkan atas 2 hal, yaitu karakteristik dan
sumber limbah tersebut. PP-18/1999 mengkategorikan limbah B3 berdasarkan
sumbernya dari mana limbah tersebut dihasilkan. Sistematika klasifikasi ini identik
dengan yang digunakan oleh US-EPA, yaitu limbah kelas F, K, P, dan U seperti yang
tercantum dalam RCRA.

8.2.1. Di Indonesia, klasifikasi limbah B3 berdasarkan sumbernya dibagi menjadi 3


golongan.

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 5 of


22
8.2.1.1. Limbah B3 dari sumber yang non-spesifik: Suatu limbah dinyatakan
sebagai limbah B3 jika limbah tersebut mengandung salah satu atau
lebih senyawa kimia seperti yang tercantum dalam Daftar I dari PP-
18/1999.

8.2.1 .2. Limbah B3 dari sumber yang spesifik: Suatu limbah dinyatakan
sebagai limbah B3 jika limbah tersebut berasal dari industri seperti
yang tercantum dalam Daftar 2 dari PP-18/1999.

8.2.1 .3. Limbah B3 dari sisa kemasan, tumpahan, bahan kadaluwarsa: Suatu
limbah dinyatakan limbah B3 jika limbah tersebut merupakan sisa
kemasan, tumpahan, ataupun bahan kadaluwarsa dari suatu produk
yang mengandung salah satu atau lebih senyawa kimia seperti yang
tercantum dalam Daftar 3 dari pp-18/1999.

8.2.2. Jika limbah yang dimaksud tidak tercantum dalam daftar tersebut di atas,
PP-18/1999 lebih lanjut menetapkan bahwa limban dimaksud dapat
diklasifikasikan sebagai limban B3 lika limbah tersebut memiliki satu atau
lebih sifat-sifat berikut ini.

8.2.2.1 . Mudah Meledak

Limbah mudah meledak (explosive) adalah limbah yang pada


temperatur dan tekanan standar dapat meledak atau melalui reaksi
kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan
sekitarnya. Limbah B3 yang paling berbahaya adalah limbah kimia
jenis peroksida organik, karena selain bersifat oksidator kuat juga
mempunyai sifat kimia tidak stabil. Kebanyakan senyawa ini
sangat sensitif terhadap guncangan, gesekan, dan panas, serta dapat
terdekomposisi secara eksotermis dengan melepas panas yang
sangat tinggi. Contohnya antara lain adalah asetil peroksida,
benzoil peroksida, kumen peroksida, dan asam perasetat. Limbah
lain yang bersifat eksplosif adalah limbah kimia jenis monomer
yang mempunyai kemampuan berpolimerisasi secara spontan
sambil melepaskan gas bertekanan serta panas yang tinggi.
Contohnya antara lain butadiena dan metakrilat.

8.2.2.2. Mudah Terbakar

Limbah mudah terbakar (flammable) adalah limbah yang


mempunyai salah satu sifat sebagai berikut :
PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 6 of
22
8.2.2.2.1. Limbah berupa cairan: mengandung alkohol kurangdari
24% (vol) dan atau mempunyai titik nyala tidak lebih dari
600C.
8.2.2.2.2. Limbah bukan berupa cairan: pada suhu dan tekanan
standar dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui
gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan, dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran yang terus menerus.
8.2.2.2.3. Merupakan limbah bertekanan yang mudah terbakar.
8.2.2.2.4. Merupakan limbah pengoksidasi.

Walaupun limbah ini kebanyakan adalah jenis pelarut


organik, namun dapat pula berbentuk padat seperti
kalium, litium hidrida, dan natrium hidrida, yang apabila
berkontak dengan udara dapat terbakar secara spontan.
Limbah B3 jenis ini dinamakan limbah pyrophoric.

8.2.2.3. Reaktif

Limbah reaktif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat


berikut :
8.2.2.3.1. Pada keadaan normal tidak stabil dan dapat
menyebabkan perubahan tanpa peledakan.

8.2.2.3.2. Dapat bereaksi hebat dengan air.


8.2.2.3.3. Apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap, atau asap beracun
dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan
manusia dan lingkungan
8.2.2.3.4. Merupakan limbah sianida, sulfida atau amoniak yang
pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan
gas, uap, atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
8.2.2.3.5. Mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan
standar.

8.2.2.3.6. Dapat menyebabkan kebakaran karena melepas atau


menerima oksigen, atau limbah peroksida organik yang
tidak stabil dalam suhu tinggi. Limbah jenis ini dapat
bereaksi secara spontan jika berkontak atau bercampur
dengan air atau udara. Contohnya asam sulfat bereaksi
PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 7 of
22
secara spontan dengan air menghasilkan panas yang
tinggi (eksotermis). Beberapa jenis logam seperti
kalium, natrium, dan litium juga reaktif terhadap air
menghasilkan gas hidrogen yang mudah terbakar.
Limbah lain yang berbentuk debu yang sangat halus dari bahan
logam, katalis, atau batu bara reaktif terhadap udara dan
berpotensi terbakar atau meledak. Adapun bahan pengoksidasi
(oksidan) bersifat reaktif terhadap bahan organik seperti asam
nitrat, hipoklorit, dan perklorat.

8.2.2.4. Menyebabkan Infeksi

Limbah yang menyebabkan infeksi (infeksius) adalah limbah-


limbah yang berpotensi menginfeksi makhluk hidup. Contohnya
antara lain peralatan medis bekas pakai, bagian tubuh yang
diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terinfeksi, limbah
laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit
yang dapat menular. Limbah jenis ini umumnya berupa limbah
rumah sakit atau laboratorium klinik.

8.2.2.5. Korosif

Limbah korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi


(terbakar) pada kulît atau mengkorosikan baja. Limbah ini
mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah yang
bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang
bersifat basa. Limbah korosif dapat merusak atau menghancurkan
jaringan makhluk hidup akibat adanya efek kimia. Contohnya
adalah asam, basa, dan halogen yang mana efeknya terhadap
tubuh manusia antara lain iritasi, terbakar, dan hancurnya jaringan
tubuh.

8.2.2.6. Beracun berdasarkan TCLP Test

Limbah beracun (toksik) adalah limbah yang mengandung racun


yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan, yang penentuannya
dilakukan dengan pengujian Toxicity Characteristic Leaching
Procedure. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui mobilitas
bahan pencemar yang terkandung dalam suatu limbah akibat
adanya efek pencucian (leaching). Metode ini dikembangkan oleh
US-EPA untuk mengetahui tingkat bahaya air rembesan (leachate)
dari suatu landfill limbah domestik, yang pada waktu itu juga
PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 8 of
22
digunakan sebagai landfill limbah B3 (co-disposal). Nilai ambang
batas TCLP ditetapkan oleh pemerintah dalam PP-18/1999. Jika
nilai TCLP untuk suatu parameter tertentu melampaui nilai baku
mutu, maka limbah tersebut dikategorikan sebagai limbah B3.

8.2.2.6. Beracun berdasarkan Toxicity Test

Limbah beracun (toksik) adalah limbah yang mengandung racun


dengan bahaya akut, yang penentuannya dilakukan dengan uji
toxicity bio-assay.

Uji ini adalah penentuan dosis (gram pencemar per kilogram berat
badan) yang dapat menyebabkan kematian 50% populasi makhluk
hidup yang dijadikan percobaan (LD50). Pengujian ini biasanya
menggunakan hewan percobaan seperti mencit, tikus, kelinci,
anjing, dan lain-lain, Sejumlah limbah B3 dimasukkan ke dalam
tubuh binatang percobaan tersebut melalui beberapa rute (kecuali
pernafasan) seperti intravena, mulut, kulit, anus, mata, dsb. Dosis
limbah B3 divariasikan sesuai dengan berat tubuh binatang
percobaan. Apabila nilainya lebih kecil dari 15 gram per kilogram
berat badan hewan uji, maka limbah tersebut dikategorikan limbah
B3. Data toksisitas (LD50) untuk bahan murni (bukan campuran)
dapat pula diperoleh dari MSDS atau referensi lainnya seperti
Sax's Dangerous Properties.

c. Minimalisasi Limbah
Definisi minimalisasi adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas,
dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi dengan jalan
reduksi pada sumbernya dan atau pemanfaatan limbah. Pengertian reduksi
limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas
dan tingkat bahaya limbah yang menyebar ke lingkungan secara preventif pada
sumber pencemar.

8.3.1. Minimisasi menjadi konsep yang baik kerena memiliki beberapa


keuntungan antara lain, yaitu :

8.3.1.1. Minimalisasi limbah menghemat berbagai sumber daya yang


sangat berharga seperti mineral, energi, hutan alami dan lahan.

8.3. I .2. Minimalisasi limbah dapat menghemat uang dengan berbagai cara
yang dilakukan seperti: lebih sedikit uang digunakan untuk

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 9 of


22
membeli material, biaya pembuangan limbah dapat dikurangi,
bisnis menjadi lebih efisien

8.3.1.2. Minimalisasi limbah dapat mengurangi dampak terhadap


lingkungan seperti mengurangi areal yang rusak akibat sumber
daya alam, permanenan dan pembuangan limbah, membutuhkan
lebih sedikit bahan bakar fosil dalam menghasilkan energi panas,
mengurangi efek rumah kaca dan polusi

8.3.2. Pada konteks kemasyarakatan, ada beberapa perilaku berwawasan


lingkungan yang baik untuk diterapkan. Perilaku tersebut berorientasi pada
pencegahan pencemaran lingkungan yang terangkum dalam 3R (Recycle,
Reuse dan Reduce) yaitu:
8.3.2.1. Recycle
8.3.2.1.1. Memilah antara sampah organik dan non organic.
8.3.2.1.2. Mendaur ulang segala yang dapat didaur ulang : plastik,
kupasan buah segar dan sayur mayur, kertas dan
kardus, gelas dan kaleng.

8.3.2.2. Reuse
8.3.2.2.1. Memilih alat rumah tangga atau elektronik yang hemat
energi.
8.3.2.2.2. Mencari merk yang memperhatikan lingkungan.
8.3.2.2.3. Menggunakan tas belanja yang mudah di daur ulang.
8.3.2.2.4. Menggunakan kendaraan umum untuk bepergian.

8.3.2.2.5. Mulai menggunakan energi bahan bakar alternatif yang


tidak hanya dari bahan energi fosil, misalnya biogas,
biodisel, surya sel dan sebagainya.

8.3.2.2.6. Mengurangi emisi CFC dan emisi pengganti CFC


dengan tidak menggunakan aerosol dan menggunakan
energi efisien.

8.3.2.2.7. Memilih peralatan yang mempunyai usia pakai lebih


lama.

8.3.2.3. Reduce
8.3.2.3.1. Memakai listrik seperlunya.

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 10 of


22
8.3.2.3.2. Menanam pohon untuk menyerap gas karbon dioksida
yang ada di udara.

8.3.2.3.3. Hemat dalam menggunakan air.

8.3.2.3.4. Menggunakan sepeda atau berjalan kaki untuk jarak


yang tidak begitu jauh.

8.3.2.3.5. Mengurangi penggunaan barang-barang yang tidak


dapat di daur ulang.

8.3.2.3.6. Mengurangi penggunaan produk yang tingkat


kebutuhannya rendah.
Selain dengan cara-cara diatas, ada beberapa cara lain yang biasa juga
diklaim oleh perusahaan tentang produk yang mereka produksi, yakni:
8.3.2.4. Compostable.

Dimaksudkan bagi produk-produk yang jika material-materialnya


dipilah bisa dijadikan kompos, pada kurun waktu tertentu akan
aman tanpa memberikan dampak buruk bagi lingkungan
sekitarnya dan setiap komponen dari produk tersebut dapat terurai
secara alami.
8.3.2.5. Recycled Content.

Ditujukan untuk material-material yang telah dipastikan bisa di


daur ulang selama proses manufacturing (pre-consumer) atau
setelah produk ini jatuh ke tangan konsumen dan digunakan (post-
consumer)

8.3.2.6. Source Reduction.

Praktisnya dengan menyediakan kemasan produk dengan sistem


refill.

8.3.2.7. Ozone Safe/Ozone Friendly.

Suatu produk tidak seharusnya diiklankan sebagai ozone friendly


atau sebagai produk yang tidak mengandung CFC jika temyata
masih mengandung berbagai bahan kimia yang dapat
meningkatkan penipisan lapisan ozon. Umumnya CFC dipakai
pada kaleng atau botol dengan sistem sprai atau aerosol dan lemari
es.

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 11 of


22
Sebenarnya dalam konteks lingkungan secara global, sikap yang paling
berwawasan lingkungan adalah mengurangi produksi dan konsumsi sumber
daya alam. Misalnya dalam kasus pemanasan global yang diakibatkan oleh
C02 khususnya kendaraan bermotor. Beberapa solusi yang telah ditawarkan
yaitu reuse, mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar nabati
biofuel, misalnya dari jagung atau kedelai. Namun kebijakan tersebut
membawa dampak naiknya harga bahan pangan tersebut di sejumlah
negara akibatnya rakyat miskin semakin sulit kehidupannya.

Atau mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar biofuel seperti jarak
atau kelapa sawit. Kebijakan tersebut menyebabkan konversi hutan di
beberapa negara. Konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit berarti
mengurangi penyerap C02 yang berarti berkontribusi juga pada pemanasan
global atau menyelesaikan masalah dengan masalah baru, Solusi yang
terbaik adalah mengurangi (reduce) penggunaan bahan yang dapat
mengeluarkan C02 misalnya menggunakan kendaaran umum ketika
bepergian atau berkontribusi pada pengurangan C02 dengan melakukan
penghijauan.

Contoh lainnya adalah perbedaan antara makanan yang dikemas pabrik


atau tidak. Pihak yang pro makanan dikemas pabrik mengatakan, makanan
yang dikemas pabrik akan mengurangi timbulnya berbagai macam limbah,
karena produk samping seperti kupasan kulit maupun sisa sayuran masih
dapat dimanfaatkan lagi untuk makanan ternak maupun bahan bakar.
Ditambah lagi kemasan dari pabrik dapat membuat makanan tetap segar
selama beberapa bulan. Sedangkan makanan yang tidak dikemas pabrik,
hasil samping akan terbuang sia-sia dan makanan cepat busuk. Sedangkan
pihak yang pro makanan tidak dikemas pabrik mengatakan, terlalu banyak
energi yang digunakan untuk menghasilkan makanan pabrik. Tambahan
lagi bahan pengawet yang digunakan dapat mencemari tubuh dalam jangka
panjang. Perdebatan tersebut tidak kunjung usai, yang terbaik adalah
mengurangi konsumsi makanan. Dalam agama Islam ada perintah puasa
bagi umatnya yang tidak hanya memiliki dimensi vertikal tetapi juga
horizontal yaitu mengurangi penggunaan sumber daya alam.

Dalam kaitannya dengan pola konsumsi berkelanjutan, mengurangi pola


konsumsi salah satu caranya dengan mengurangi keinginan kita.
Soemarwoto dalam tulisannya di Harian Kompas (22-08-1981)
membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan diartikan sebagai
sesuatu yang terbatas dan diperlukan untuk mencapai kesehatan, keamanan
dan aspek-aspek yang berkaitan secara manusiawi. Keinginan diartikan
PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 12 of
22
kebalikannya; tidak ada batasnya, selalu ingin lebih banyak, menanjak
tiada batas (the rising demand). Bertolak dari definisi diatas, keinginan
yang sesungguhnya mendominasi berbagai ragam persoalan-persoalan
dunia, mulai dari individu hingga global universal. Misalnya keinginan
untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan mengeksploitasi
kekayaan-kekayaan sumber-sumber alam tanpa banyak mengindahkan
etika lingkungan. Banyak orang kaya makin kaya dan yang miskin kian
sengsara. Tidak ada cara lain agar dunia ini harmoni dan berkelanjutan
kecuali dengan cara mengurangi keinginan kita yang tidak terbatas.

Pengaturan pola produksi dan konsumsi berkelanjutan telah banyak


ditetapkan oleh masyarakat internasional, pemerintah pusat maupun
daerah, dan swasta. Pengaturan tersebut terdapat dalam kebijakan dan
instrumen manajemen lingkungan.

8.3.3. Pola produksi berkelanjutan harus dikelola baik pada level internasional,
regional, nasional maupun lokal. Pengelolaannya tercantum dalam
manajemen lingkungan. Manajemen lingkungan didefinisikan sebagai
implementasi yang terencana dan sistematis dari sasaran dan strategi
lingkungan yang dibuat oleh perusahaan (Janicke, Kunig, Stitzel, 1999:290
sebagaimana dikutip oleh Freizer, 2003:2). Adapun manajemen lingkungan
mengandung 7 elemen yang terdiri dari:

8.3.3.1. Analisis dampak dan impak terhadap lingkungan


8.3.3.2. Menentukan kebijakan lingkungan
8.3.3.3. Membuat target dan sasaran lingkungan
8.3.3.4. Menentukan program lingkungan
8.3.3.5. Membentuk sistem manajemen lingkungan
8.3.3.6. Melaksanakan audit lingkungan
8.3.3.7. Melakukan komunikasi lingkungan (Dyllick, 1999:5)
sebagaimana dikutip oleh Freier, 2003:2)

Dengan melihat gambar 4 diatas yaitu adanya kepatuhan pada peraturan


atau hukum-hukum lingkungan sebagai dasar utama tanggung jawab
lingkungan perusahaan, lalu melakukan eco-efficiency melalui produksi
bersih (cleaner production) serta adanya manajemen lingkungan yang baik,
maka tanggung jawab lingkungan dunia usaha dapat dilihat dalam 3
tahapan seperti yang dikemukakan di dalam Industry and Environment
Vol.21 No 1-2, Januari-Juni 1998. Jurnal tersebut mendefinisikan "dunia
usaha yang bertanggungjawab" ke dalam 3 tahap proses yaitu:

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 13 of


22
Tahap pertama: kepatuhan pada hukum-hukum yang berlaku secara
nasional. Pada tahap ini dunia usaha secara mendasar harus menjalankan
kepatuhan pada peraturan-peraturan di tingkat nasional dalam hal standar
terhadap lingkungan, kesehatan dan keamanan kerja. Dunia usaha juga
telah membuka diri terhadap emisi yang diatur, mengadopsi piagam kode
perilaku yang dipromosikan oleh asosiasi industri. Akan tetapi pada tanap
ini, monitoring dan pelaporan masih dilakukan dengan terbatas sedikit
sekali. Persepsi dunia usaha terhadap lingkungan masih merupakan suatu
pengeluaran (expense) dari pada sebagai suatu kesempatan (opportunity).

Tahap kedua: kepatuhan pada hukum-hukum yang berlaku dan juga


menjalankan eco-efficiency. Pada tahap ini telah dilakukan pendekatan
yang lebih proaktif terhadap pembangunan berkelanjutan, khususnya
diperlihatkan melalui kegiatan yang secara ekonomi sangat baik (eco-
effciency). Pada tahap ini, dunia usaha juga menetapkan sasaran dan target
bagi kinerja lingkungannya. Melakukan perbaikan lingkungan yang terus
menerus, melakukan pemantauan dan pelaporan dari implementasi
terhadap kode-kode perilaku yang dibuat oleh asosiasi industri. Perusahaan
juga melaksanakan standar pelaksanaan yang sama di setiap bagiannya di
dunia ini. Bekerja dengan pemasok untuk memperbaiki kinerja lingkungan
(Supply Chain Management). Mempublikasikan laporan kinerja
lingkungannya dengan data-data kuantitatif. Namun dalam tahap ini masih
adanya laporan yang terbatas mengenai isu sosial, namun telah terbuka
terhadap dialog dengan pemerintah dan juga lembaga swadaya masyarakat
(NGO's).
Tahap ketiga: kepatuhan pada hukum-hukum yang berlaku, melakukan
eco-efficiency dan redefinisi usaha yang strategis. Suatu redefinisi dari
strategi dan kebijakan untuk memasukkan "tiga hal mendasar" dari
pembangunan berkelanjutan, yaitu kemakmuran ekonomi, kualitas
lingkungan, dan kesetaraan sosial. Hal ini diimplementasikan di setiap
divisi dari perusahaan (baik itu bagian pemasaran, penjualan, promosi
maupun pembuatan produk) dan juga di semua pelaksanaannya di dunia.
Membuat desain ulang terhadap proses, produk dan pelayanan untuk
mengintegrasikan "tiga hal mendasar'. Dalam tahap ini perusahaan aktif
menjadi mitra di dalam pembangunan/implementasi dari perjanjian-
perjanjian internasional. Perusahaan juga sangat peduli dengan
"masyarakat perlu mengetahui" (public right to know) dan prinsip
pencegahan. Mengembangkan indikator-indikator berkelanjutan dalam
konsultasi dengan stakeholder, perusahaan ini juga digunakan sebagai
pembanding bagi kinerja lingkungan, ekonomi dan sosial di antara maupun

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 14 of


22
antara sektor industri. Melakukan audit sosial, transparansi, keterbukaan
dan kontribusi aktif terhadap dialog dengan seluruh stakeholder.
Pengelolaan lingkungan juga berkenaan dengan pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun atau disingkat limbah B3. Terkait dengan judul
penelitian ini, beberapa bahan promo tools seperti vynil yang merupakan
material baliho atau billboard termasuk bahan yang sukar di daur ulang.
Dan jurnlahnya sangat banyak menjelang peşta demokrasi atau ketika suatu
perusahaan hendak memperkenalkan suatu prodük baru ke masyarakat.
Limbah B3 dari definisi menurut UU no 18 tahun 1999 tentang limbah B3
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lain. Berdasarkan definisi diatas jumlah billboard yang
sangat banyak dan sulit terurai termasuk limbah B3. Oleh karena itu perlu
dikelola.

8.3.4. Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,


penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan
penimbunan limbah B3. Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada
penghasil untuk mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan
racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan. Suatu bahan
dikategorikan sebagai limbah B3 apabila memiliki salah satu atau lebih
karakteristik sebagai berikut:

8.3.4.1. Mudah meledak;

8.3.4.2. Mudah terbakar;

8.3.4.3. Bersifat reaktif;

8.3.4.4. Beracun;

8.3.4.5. Menyebabkan infeksi; dan

8.3.4.6. Bersifat korosif.

8.4. Pengolahan Limbah

8.4.1. Hierarki Pengolahan Limbah B3

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 15 of


22
8.4.2. Pelaku Pengolahan Limbah B3

8.3.4.1. Penghasil

8.3.4.2. Pengumpul

8.3.4.3. Pengangkut

8.3.4.4. Pemanfaat

8.3.4.5. Pengolah

8.3.4.6. Penimbun

8.4.3. Perizinan Pengelolaan Limbah B3

8.4.3.1. Wajib ijin dari KLH untuk penyimpanan, pengumpulan,


pemanfaatan, pengolahan, penimbunan, ijin operasi alat
(incenerator, tank cleaning).
8.4.3.2. Rekomendasi KLH untuk: Pengangkutan (ijin dari Dephub).

8.4.3.3. Pemanfaatan sebagai kegiatan utama (ijin dari instansi


berwenang).

8.4.3.4. Lokasi pengolahan/penimbunan (ijin dari BPN).


8.4.3.5. Tata cara permohonan ijin (SK Ka. Bapedal No. 68/1994).

8.4.3.6. Wajib AMDAL (kegiatan utama, komersil) kecuali pengumpul


minyak pelumas bekas dan slop oil (cukup IJKL & UPL).

8.4.3.7. Keputusan ijin selama 45 hari sejak permohonan diterima.

8.4.4. Minimalisasi Limbah B3


PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 16 of
22
8.4.4.1. Reduksi pada sumber dengan pengolahan bahan.

8.4.4.2. Subsitusi bahan, yaitu mengganti penggunaan bahan yang


memiliki potensi menimbulkan limbah B3 dalam jumlah besar dan
bersifat sangat toksik dengan bahan yang memiliki potensi
menimbulkan limbah B3 lebih rendah dan kurang toksik dan
bahkan tidak toksik.
8.4.4.3. Pengaturan operasi kegiatan, yaitu mengatur jalannya proses
produksi secara sistematis dan terencana dengan
mempertimbangkan pemilihan proses produksi yang dapat
mengurangi timbulnya pencemaran.
8.4.4.4. Penerapan teknologi bersih.

8.4.5. Penyimpanan & Pengumpulan Limbah B3

8.4.5.1. Penyimpanan sementara limbah B3 adalah bagian pengolahan


limbah B3 yang bertujuan menyimpan sementara limbah B3 yang
dihasilkan sendiri di lokasi penghasil limbah B3 sampai dengan
suatu keekonomisan pengolahan lebih lanjut tercapai.

8.4.5.2. Menyimpan limbah B3 maksimal 90 hari, kecuali bagi penghasil


dengan jumlah timbulan limbah B3 lebih kecil dari 50 kg per hari.

8.4.5.3. Pengumpulan limbah B3 adalah bagian pengelolaan limbah B3


yang bertujuan menyimpan sementara limbah yang dihasilkan dari
beberapa sumber di luar lokasi penghasil sampai dengan suatu
keekonomisan pengelolaan lebih lanjut tercapai

8.4.5.4. Pengumpulan limbah B3 maksimal 90 hari.

8.4.5.5. Teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 sesuai dengan


ketentuan yang berlaku sebagaimana Kepdal No.
1/BAPEDAL/09/1995.

8.4.6. Persyaratan Pengangkutan Limbah B3

8.4.6.1. Pengangkutan limbah B3 adalah bagian dari pengolahan limbah


B3 yang bertujuan untuk memindahkan limbah B3 dari satu
pelaku ke pelaku yang lain.

8.4.6.2. Harus mendapat rekomendasi dari KLH dan ijin dari Departemen
Perhubungan.

8.4.6.3. Harus memiliki dokumen limbah B3.


PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 17 of
22
8.4.6.4. Pengangkutan limbah B3 harus menggunakan alat angkut khusus
yang dirancang sedemikian rupa yang dapat menjamin keamanan
dan keselamatan proses pengangkutan.

8.4.6.5. Melaporkan kegiatan pengangkutan limbah B3.

8.4.7. Pemanfaatan Limbah B3

Pemanfaat limbah B3 adalah bagian dari kegiatan pengolahan limbah B3


yang bertujuan memproses limbah B3 menjadi suatu produk melalui daur
ulang (recycling), perolehan kembali (recovery) dan penggunaan kembali
(reuse) (3R).
Prinsip-prinsip:
8.4.7.1. Aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia

8.4.7.2. Mempunyai proses produksi yang handal


8.4.7.3. Mempunyai standar mutu produk dan permintaan pasar
8.4.7.4. Pemanfaat sebagai kegiatan utama, izin dari instansi teknis -
rekomendasi dari KLH

8.4.7.5. Pemanfaat bukan sebagai kegiatan utama, izin dari KLH.

8.4.7.6. Pemanfaatan yang tidak memerlukan izin

8.4.7.7. Terintegrasi dengan proses produksi


8.4.7.8. Hasil pemanfaatan kembali ke proses produksi
8.4.7.9. Belum masuk alat pengendali pencemaran

8.4.8. Pengolahan Limbah B3

Pengolahan limbah B3 adalah bagian dari pengelolaan limbah B3 yang


bertujuan untuk mengurangi, memisahkan, mengisolasi dan atau
menghancurkan sifat/ kontaminan yang berbahaya. Dapat berupa:

8.4.8.1. Pengolahan fisika - kimia

8.4.8.2. Pengolahan biologis

8.4.8.3. Pengolahan thermal

8.4.9. Pengolahan Fisika Kimia

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 18 of


22
Tujuan untuk mengurangi, memisahkan, mengisolasi, mengubah sifat
kimia dan menambah kestabilan, Jenis: Air stripping, Carbon absorption,
Steam stripping, Chemical oxidation, Membrane process dan
Solidification/stabilization.

8.4.10. Pengolahan secara Biologis

8.4.10.1. Dengan bantuan mikroorganisme, mendegradasi senyawa


organik menjadi senyawa/ unsur dasar.
8.4.10.2.Hanya dapat untuk senyawa organik.

8.4.10.3.Relatif murah dan sederhana.


8.4.10.4.Perlu pemilihan mikroorganisme, aklimatisasi, metoda yang
tepat, tempat yang luas, waktu yang lama dan nutrient tambahan.
8.4.10.5.Perlu ultimate indicator.
8.4.10.6.Biodegradation & bioregulation.

8.4.11. Pengolahan secara Thermal

Dengan bantuan panas mendestruksi senyawa organik atau menstabilkan


senyawa anorganik Persyaratan:

8.4.11.1. Limbah: pada umumnya untuk senyawa organik, flash point <
400C.

8.4.11.2. Insenerator: type, suhu pembakaran, waktu tinggal, tinggi stack,


air supply, fuels

8.4.11.3. Emisi

8.4.11.4. Efisiensi pembakaran

8.4.1 1.5. DRE dan dioxin (hanya untuk yang membakar POHCs)

8.4.12. Penimbunan Limbah B3

Penimbun limbah B3 adalah bagian dari pengelolaan limbah B3 berupa


penempatan permanen limbah B3 di dalam tanah yang memperhatikan
persyaratan lokasi, rancang bangun, operasi dan pasca operasi.

8.4.13. Persyaratan Lokasi Penimbunan Limbah B3

8.4.13.1. Lokasi merupakan daerah yang bebas banjir 100 tahunan.

8.4.13.2. Bebas potensi bencana alam (banjir, longsor, gempa bumi).


PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 19 of
22
8.4.13.3. Tidak terdapat aquifer dibawahnya (minima 4 m).

8.4.13.4. Berjarak minimal 500 m dari aliran sungai yang mengalir


sepanjang tahun.

8.4.13.5. Curah hujan kecil.

8.4.14.Persyaratan Limbah yang Boleh Ditimbun

8.4.14.1. Memenuhi baku mutu TCLP

8.4.14.2. Telah melalui proses stabilisasi/solidifikasi, insenerasi,


pengolahan lainnya.

8.4.14.3. Tidak bersifat flammable, explosive, reactive, infectious

8.4.14.4. Tidak mengandung zat organic > 10%

8.4.14.5.Tidak mengandung PCB/dioksin.

8.4.14.6.Tidak mengandung radioaktif.

8.4.14.7.Tidak berbentuk cair/lumpur.

8.4.15. Persyaratan Bekas Lokasi Landfill

8.4.15.1. Memiliki perencanaan: pemeliharaan, system deteksi kebocoran,


drainase air tanah.

8.4.15.2. Uji laboratorium seccara periodic.

8.4.15.3. Pelaporan tiap 3 bulan ke BAPEDAL.

8.4.15.4. Bertanggungjawab terhadap pemeliharaan serta dampak yang


timbul, selama 30 tahun sejak ditutupnya landfill.

8.4.16. Hal-hal yang Dilarang Dalam Pengelolaan Limbah B3

8.4.16.1. Membuang B3 langsung ke lingkungan.

8.4.15.2. Pengenceran limbah B3.

8.4.15.3. Impor limbah B3.

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 20 of


22
8.4.15.4. Ekspor limbah B3, kecuali memenuhi persyaratan dan ada
persetujuan dari negara penerima dan KLH.

8.4.17. Fasilitas Pengolahan Limbah B3

8.4.17.1. PPLI B3 di Jawa Barat (Cileungsi — Bogor) – Operasi

8.4.17.2. PPLI B3 di Jawa Timur (Cerme — Gresik) — Pemilihan Investor


oleh Pemerintah Daerah Jatim dan Gresik.

8.4.17.3. PPLI B3 di Kalimantan Timur (Sepaku - Kutai) - Pemilihan


Investor oleh Pemerintah Daerah Kaltim.

8.4.17.4. PPLI B3 di Batam — Tidak ditemukan lokasi yang memenuhi


syarat tempat penimbunan.

8.4.17.5. PPLI B3 di Sumatera bagian utara - (Lhok Seumawe - Aceh) -


belum mencapai skala ekonomi.

8.4.18. Hal yang Didapatkan Dengan Mengolah Limbah

8.4.18.1. Kualitas lingkungan hidup terjaga

8.4.18.2. Merupakan salah satu komponen agar:

1. Penilaian PROPER baik.

2. Penilaian Audit Lingkungan baik


3. Bisa meminta sertifikasi ISO 14001

9. UKURAN KEBERHASILAN

9.1. Terlaksananya identifikasi, klarifikasi, minimalisasi dan pengolahan limbah


sesuai perundang-undangan.

9.2. Terlaksananya dokumentasi.

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 21 of


22
10. LAMPIRAN

10.1. Diagram alir PKO Identifikasi Klasifikasi Minimalisasi dan Pengolahan Limbah.

PROSEDUR PENGELOLAAN SAMPAH B3 DAN LIMBAH Page 22 of


22

Anda mungkin juga menyukai