Anda di halaman 1dari 14

PT.

ENERGY PERSADA NUSANTARA

STANDARD OPERATING PROCEDURE

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO

Nomor Dokumen : 01-SOP-HSE-EPN-2023


Tanggal Efektif : 04 Januari 2023
Revisi : 0
Jumlah Halaman : 9

Distribusi Dokumen:
1. Kantor PT. EPN-Jakarta
2. Kepala Departemen
3. Dokumen Kontrol

NO. ISI HAL.


Lembar Pengesahan ………………………………………………………………………........................... 1
Daftar Isi …...………......................................................................................................... 1
Catatan Pengendalian Dokumen & Catatan Sosialisasi Dokumen ……………………......... 2
1. Tujuan ……………................................................................................................. 3
2. Ruang lingkup …….............................................................................................. 3
3. Referensi …………................................................................................................ 3
4. Definisi ……………................................................................................................. 3
5. Tanggung Jawab …............................................................................................. 3
6. Prosedur …………................................................................................................. 4
7. Dokumen terkait …............................................................................................. 6
Lampiran

Dibuat oleh, Disetujui oleh,

Kukuh Suryo A Buddy Hendrawan


HSE Officer Kepala Teknik Tambang
No. Dokumen 01-SOP-HSE-EPN -2023
STANDARD OPERATING PROCEDURE
Tanggal Efektif 04 Januari 2023
Revisi 0
MANAJEMEN RISIKO
Halaman 2 dari 9

CATATAN PENGENDALIAN DOKUMEN


Tanggal No. Revisi Halaman Bagian Uraian Revisi

CATATAN SOSIALISASI DOKUMEN


Tanggal Peserta Keterangan
No. Dokumen 01-SOP-HSE-EPN -2023
STANDARD OPERATING PROCEDURE
Tanggal Efektif 04 Januari 2023
Revisi 0
MANAJEMEN RISIKO
Halaman 3 dari 9

1. TUJUAN
1.1 Melakukan identifikasi bahaya dan aspek, penilaian risiko dan peluang, serta penentuan
tindakan pengendaliannya
1.2 Melakukan peninjauan IBPR
1.3 Melakukan sosialisasi IBPR kepada seluruh personil terkait (termasuk tamu, Mitra Kerja
dan Sub-Mitra kerja)
1.4 Melakukan pengendalian pekerjaan sesuai dengan yang direkomendasikan di dalam IBPR
1.5 Melakukan pemantauan dan evaluasi Efektivitas action plan

2. RUANG LINGKUP
2.1 Prosedur ini meliputi semua aktivitas perusahaan yang berpotensi menimbulkan dampak
posistif (peluang) dan negatif (risiko) terkait :
2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Keselamatan Operasional & Lingkungan
2.1.2 Reputasi perusahaan
2.1.3 Operasional perusahaan
2.1.4 Kewajiban penaatan peraturan dan persyaratan lainnya
2.1.5 Finansial
2.1.6 Isu-isu dari internal maupun eksternal
2.1.7 Kebutuhan dan ekspektasi setiap pemangku kepentingan perusahaan
2.1.8 Risiko dan peluang yang dicakup di dalam prosedur ini adalah risiko dan peluang yang ada
pada tingkat teknis hingga ke tingkat strategis

3. REFERENSI
3.1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
3.2 Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup
3.3 PP No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3.4 Permen ESDM No. 26 tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah pertambangan yang baik
dan Pengawas Pertambangan Mineral dan Batubara
3.5 ISO 14001 Persyaratan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan
3.6 ISO 45001 Persyaratan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
No. Dokumen 01-SOP-HSE-EPN -2023
STANDARD OPERATING PROCEDURE
Tanggal Efektif 04 Januari 2023
Revisi 0
MANAJEMEN RISIKO
Halaman 4 dari 9

4. DEFINISI
4.1 Action Plan adalah tindakan yang dilakukan untuk mengelola risiko dan peluang yang
dapat berkontribusi pada keberlangsungan perushaan dan pencapaian tujuan system
Manajemen K3L
4.2 Aspek Lingkungan adalah elemen dari aktivitas atau produk atau jasa dari perusahaan
yang dapat berinteraksi dengan lingkungan
4.3 Hazard adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan cidera atau
penyakit akibat kerja atau kombinasi dari keduanya.
4.4 Dampak (Impact) adalah setiap efek yang terjadi pada perusahaan yang disebabkan oleh
suatau peristiwa atau Tindakan, baik sebagian atau keseluruhan yang menguntungkan
maupun yang merugikan. Dampak lingkungan berarti efek tersebut di atas yang terjadi
terhadap lingkungan
4.5 Peluang adalah kombinasi antara kemungkinan terjadi suatu kejadian dengan besaran
konsekuensi (posistif/manfaat) yang dapat diterima oleh perusahaan.
4.6 Risk (resiko) adalah adalah kombinasi tingkat kemungkinan dengan tingkat keparahan dari
dari suatu kejadian/paparan.
4.7 Acceptable Risk adalah resiko yang telah dikurangi ke tingkat yang dapat ditoleransi oleh
perusahaan dengan memperhatikan persyaratan peraturan dan kebijakan perusahaan.
4.8 Unacceptable Risk adalah dimana nilai Resiko cukup tinggi (berdasarkan hasil penilaian
resiko) sehingga diperlukan tindakan pengendalian.
4.9 Konsekuensi adalah dampak yang dihasilkan dari suatu tindakan atau peristiwa
4.10 Kemungkinan adalah tingkat kemungkinan suatu Tindakan atau peristiwa
4.11 Konsultasi adalah kegiatan komunikasi dua arah yang bertujuan memberikan pemahaman
atau masukan dari suatu pihak (narasumber) kepada pihak lainnya (yang meminta
masukan)
4.12 Peluang (opportunity) adalah kombinasi anatara kemungkinan terjadinya suatu kejadian
dengan besaran konsekuensi (positif/manfaat) yang dapat di terima perusahaan
4.13 Aspect adalah elemen dari aktivitas/produk atau jasa dari perusahaan yang dapat
berinteraksi dengan lingkungan.
4.14 Penilaian Risiko (risk assesment) adalah proses untuk mengevaluasi potensi risiko apakah
termasuk yang dapat diterima (acceptable) atau tidak diterima (unacceptable)
4.15 Program/Aktivitas Kerja (activity plan) adalah tindakan yang dilakukan untuk mencapai
objective/target yang telah ditentukan.
No. Dokumen 01-SOP-HSE-EPN -2023
STANDARD OPERATING PROCEDURE
Tanggal Efektif 04 Januari 2023
Revisi 0
MANAJEMEN RISIKO
Halaman 5 dari 9

4.16 (Hazard Identification adalah proses untuk mengetahui Hazard yang ada dan
mendefinisikan karaktetistiknya.
4.17 Risk Assesment adalah proses untuk mengevaluasi Risk yang timbul dari Hazard,
mengevaluasi kecukupan pengendalian yang dilakukan serta menentukan apakah Risk
diterima atau tidak.
4.18 Hazard Identification & Risk Assessment (IBPR) adalah proses untuk mengetahui Hazard
yang ada dan menguraikan karakteristiknya serta proses untuk mengevaluasi Risk yang
timbul dari Hazard, mengevaluasi kecukupan pengendalian yang ada dan menentukan
apakah Risk dapat diterima atau tidak.

5. TANGGUNG JAWAB
5.1 Kepala Teknik Tambang
5.1.1 Memastikan prosedur ini terlaksana dan terpelihara sesuai dengan ruang lingkup
5.1.2 Memberikan persetujuan Objective Target Program (OTP).
5.1.3 Memastikan IBPR dibuat dan dilaksanakan diseluruh Departemen.
5.1.4 Mengambil keputusan yang dianggap perlu agar pelaksanaan IBPR berjalan lancar.
5.2 Departemen HSE.
5.2.1 Memantau dan mengontrol implementasi dari prosedur ini sesuai ruang lingkup.
5.2.2 Berkoordinasi dengan Dept. Head bila ditemukan ketidaksesuaian terhadap data-
data IBPR dan OTP.
5.2.3 Berkonsultasi dengan Wakil Manajemen PT Energy Persada Nusantara terkait
dengan IBPR dan OTP.
5.2.4 Memastikan salinan/copy seluruh record IBPR, OTP dan Activity Plan dipelihara.
5.3 Kepala Departemen
5.3.1 Memastikan IBPR, OTP dan Activity Plan dilaksanakan di area yang menjadi tanggung
jawabnya sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya.
5.3.2 Memantau pelaksanaan IBPR sesuai dengan persyaratan dalam prosedur ini.
5.3.3 Memantau pelaksanaan OTP dan Activity Plan di area yang menjadi tanggung
jawabnya.
No. Dokumen 01-SOP-HSE-EPN -2023
STANDARD OPERATING PROCEDURE
Tanggal Efektif 04 Januari 2023
Revisi 0
MANAJEMEN RISIKO
Halaman 6 dari 9

6. PROSEDUR
6.1 Pengindentifikasian Aktivitas Kerja
Setiap Departemen PT Energy Persada Nusantara mengidentifikasi aktivitas, peralatan,
fasilitas kerja dan hal-hal lain yang dipertimbangkan dalam penetapan IBPR (daftar bahaya,
aspek lingkungan, risiko bisnis, peluang dan tindak pengendaliannya), yaitu:
6.1.1 Kegiatan rutin maupun non rutin, termasuk aktivitas start up (commissioning) dan
shut down.
6.1.2 Perubahan pada organisasi, lingkungan kerja, kegiatan atau material
6.1.3 Modifikasi terhadap system manajemen keselamatan pertambangan termasuk
perubahan sementara dan dampaknya terhadap operasional, proses dan kegiatan
6.1.4 Fasilitas yang baru dibangun, peralatan atau proses yang baru diperkenalkan serta
kegiatan dan instansi perusahaan jasa pertambangan di dalam lokasi kerja
6.1.5 Kondisi normal dan abnormal dan atau kondisi proses serat potensi insiden dan
keadaan darurat selama siklus pemakaian produk dan atau siklus lamanya proses
6.1.6 Ketidakpatuhan terhadap rekomendasi sebelumnya, standar dan atau prosedur
Keselamatan Pertambangan yang ada atau ketidakpatuhan terhadap tindaklanjut
rekomendasi inside.
6.1.7 Faktor personal pekerja, termasuk prilaku manusia, kemampuan, kompetensi dan
factor manusia lain
6.1.8 Aktivitas desain terhadap era kerja, proses, instalasi, pemesinan/peralatan,
pengaturan kerja dan prosedur pengoperasian, termasuk adaptasinya terhadap
kemampuan pekerja.
6.1.9 Sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/peralatan sarana, prasarana, instalasi dan
peralatan pertambangan
6.1.10 Pengamanan instalasi
6.1.11 Kelayakan sarana, prasarana, instalasi serta peralatan pertambangan
6.1.12 Kompetensi tenaga Teknik
6.1.13 Hasil kajian teknis pertambangan dan evaluasinya
6.1.14 Faktor eksternal seperti : budaya, politik, hukum, keungan, teknologi, ekonomi,
alam dan lingkungan yang kompetetif secara local, nasional, regional dan
internasional
6.1.15 Setiap masukan (input) dan keluaran (output) baik yang dikehendaki maupun yang
tidak dikehendaki terkait aktivitas saat ini dan saat lampau, produk, layanan, serta
pengembangan atau modifikasinya.
No. Dokumen 01-SOP-HSE-EPN -2023
STANDARD OPERATING PROCEDURE
Tanggal Efektif 04 Januari 2023
Revisi 0
MANAJEMEN RISIKO
Halaman 7 dari 9

6.1.16 Seluruh aktivitas kerja yang memiliki pengaruh terkait dengan reputasi,
keberlangsungan operasional, kinerja operasional dan keungan perusahaan.
6.1.17 Pendorong utama dan perkembangan isu yang berdampak terhadap tujuan
organisasi
6.1.18 Persepsi dan nilai-nilai dari para pemangku kepentingan eksternal
6.1.19 Kegiatan semua orang yang memiliki akses ke tempat kerja termasuk yang
dilakukan oleh subkontraktor
6.1.20 Fasilitas yang baru dibangun, peralatan atau proses yang baru diperkenalkan serta
kegiatan dan instalasi perusahaan subkontractor dan tamu.
6.1.21 Bahaya-bahaya teridentifikasi yang berasal dari luar lokasi kerja yang dapat
membahayakan keselamatan dan Kesehatan orang di tempat kerja yang berada
dalam kendali perusahaan
6.1.22 Bahaya-bahaya yang timbul disekitar tempat kerja akibat kegiatan yang berkaitan
dengan pekerjaab yang berada dalam kendali perusahaan.
6.1.23 Infrastruktur peralatan dan bahan-bahan di tempat kerja yang disediakan pihak lain
6.1.24 Kewajiban hukum yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan penilaian risiko
serta pengendalian yang diperluakan
6.1.25 Hal-hal lain yang mempengaruhi keselamatan pertambangan dan lingkungan
6.1.26 Potensi peluang yang dapat dilakukan
6.2 Penyusunan IBPR
Berdasarkan hasil pengidentifikasian aktivitas kerja di atas seluruh Departemen PT
Energy Persada Nusantara Menyusun IBPR yang dilakukan mandiri atau kelompok dengan
melibatkan partisipasi dan konsultasi dengan personil yang relevan, dengan menggunakan
formulir IBPR
6.3 Peninjauan IBPR
Manajer Departemen terkait dan risk assesment section melakukan penipuan terkait
IBPR yang telah disiapkan. Setelah disetujui, IBPR disahkan oleh Manajer Dept terkait.
Aktivitas dengan nilai risiko dan peluang signifikan dan tinggi menjadi masukan pada proses
pengelolaan risiko dan peluang
6.4 Publikasi IBPR
Document controller melakukan publikasi melalui email atau WA atau papan
pengumuman
No. Dokumen 01-SOP-HSE-EPN -2023
STANDARD OPERATING PROCEDURE
Tanggal Efektif 04 Januari 2023
Revisi 0
MANAJEMEN RISIKO
Halaman 8 dari 9

6.5 Sosialisasi IBPR


Seluruh Dept mensosialisasikan hasil identifikasi bahaya dengan tingkat risiko tinggi
dan signifikasm yang perlu , serta pengendaliannya kepada seluruh personil terkait di
Departemenya (termasuk tamu dan subcon). Pelaksanaan sosialisasi dapat dilakukan pada
waktu P5M, safety talk atau media lainnya yang lebih efektif.
6.6 Pengendalian pekerjaan sesuai rekomendasi IBPR
Seluruh Dept melakukan pengendalian sesuai dengan yang telah direkomendasikan
di dalam IBPR. Pengendalian dapat dilakukan dengan memprioritaskan tindakan yang akan
dilakukan terlebih dahulu dengan pertimbangan bahwa Tindakan tersebut dapat mengatasi
risiko dan peluang yang signifikan bahwa pengendalian telah dilakukan dan memadai untuk
mengatasi risiko dan peluang tersebut.
6.7 Pemutakhiran IBPR
Departemen terkait dan HSE Departemen melakukan peninjauan ulang IBPR jika
terjadi hal-hal berikut:
 Kecelakaan, penyakit akibat kerja atau kejadian barbahaya terkait K3L
 Komplian yang berkaitan dengan K3L, pemangku kepentingan
 Perubahan/ modifikasi alat/unit, kegiatan, organisasi atau material
 Kegiatan atau alat/unit baru
 Ketidaksesuaian dari hasil audit
 Perubahan system manajemen K3L pertambangan
 Perubahan peraturan/regulasi
Jika tidak terdapat 8 hal tersebut di atas maka peninjauan dan pemutak IBPR
dilakukan minimal 1 tahun sekali
6.8 Penyusunan Tujuan, sasaran & program K3L
6.8.1 Proses Penyusunan Tujuan, Sasaran & Program K3L
6.8.1.1 Control/pengendalian yang dapat dilaksanakan secara langsung tanpa
membutuhkan kesiapan sumber daya financial, orang Depart atau sumber
daya lain, dapat segera dilaksanakan oleh Departemen terkait.
6.8.1.2 Control/pengendalian yang tidak dapat dilaksanakan secara langsung, dapat
diajukan kepada pihak manajemen dengan menjadikannya sebagai
Objective/tujuan, Target/sasaran dan Program (OTP).
6.8.1.3 Ketentuan OTP adalah sebagai berikut :
No. Dokumen 01-SOP-HSE-EPN -2023
STANDARD OPERATING PROCEDURE
Tanggal Efektif 04 Januari 2023
Revisi 0
MANAJEMEN RISIKO
Halaman 9 dari 9

a. IBPR yang tidak dapat dilaksanakan secara langsung atau membutuhkan


dukungan dari pihak manajemen (misal: financial, material, personil, dll).
b. Merupakan Regulasi Pemerintah.
c. Keputusan Manajemen.
6.8.1.4 Pengajuan OTP disampaikan kepada KTT PT Energy Persada Nusantara
melalui HSE Departement.

6.8.2 Pengesahan program


6.8.2.1 OTP yang disetujui Project Manager dimasukkan ke dalam usulan budget
tahunan oleh Dept. In Charge (DIC) dan ditindaklanjuti dengan menyusun
Activity Plan
6.8.2.2 Perubahan OTP harus melalui persetujuan KTT PT Energy Persada
Nusantara.
6.9 Penyelesaian Activity Plan
6.9.1 Activity Plan harus diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
6.9.2 Activity Plan yang telah selesai dilaksanakan dilaporkan kepada K3L System Section
S&H Dept. dengan menyertakan bukti penyelesaiannya.
6.10Job Safety Analysis (JSA)
6.10.1 Pekerjaan yang belum tercakup dalam IBPR diizinkan untuk dilaksanakan dengan
terlebih dahulu membuat Job Safety Analysis (JSA)
6.10.2 JSA yang telah dibuat, harus segera dilanjutkan menjadi IBPR setelah pekerjaan
selesai.

7. DOKUMEN TERKAIT
7.1 Form IBPR
7.2 Form JSA

8. TINJAUAN DAN PEMANTUAN AKAN DILAKUKAN SECARA PERIODIK 6 BULAN SEKALI ATAU
BILA ADA PERUBAHAN PROSES KEGIATAN/APABILA TERJADI KECELAKAAN KERJA,
KECELAKAAN ALAT, PAK (PENYAKIT AKIBAT KERJA) DAN LAIN-LAIN.
No. Dokumen 01-SOP-HSE-EPN -2023
STANDARD OPERATING PROCEDURE
Tanggal Efektif 04 Januari 2023
Revisi 0
MANAJEMEN RISIKO
Halaman 10 dari 9

ANALISA BAHAYA

Sebelum memulai pekerjaan pada ketinggian, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu berbagai
kemungkinan, apakah terdapat cara lain agar pekerjaan tidak perlu harus dilakukan pada ketinggian. Jika
terdapat kemungkinan cara lain, sehingga pekerjaan dapat dilakukan tanpa harus berada di ketinggian yang
dapat menyebabkan bahaya, maka pekerjaan di ketinggian harus dibatalkan.

Untuk pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian (bukan hal rutin), maka terlebih dahulu perlu dilakukan
identifikasi bahaya dan penilaian resiko (IBPR), dan inspeksi terhadap keamanan tempat/ lokasi dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut:
Ketinggian dan kecuraman lokasi kerja;
Kecuraman lereng, jika bekerja pada sebuah lereng;
Jenis pekerjaan;
Jenis APD, Handrailing atau safety life dan sarana lainnya (toe board, dll).

Dari hasil identifikasi bahaya dan penilaian resiko (IBPR) yang telah dibuat, kemudian untuk pekerjaan yang
memiliki resiko bahaya ekstrem, maka dikembangkan job safety analysis (JSA) sebagai persyaratan sebelum
dikeluarkannya surat ijin kerja.
No. Dokumen 01-SOP-HSE-EPN -2023
STANDARD OPERATING PROCEDURE
Tanggal Efektif 04 Januari 2023
Revisi 0
MANAJEMEN RISIKO
Halaman 11 dari 9

Persiapan Alat Pelindung Diri


SOP Bekerja Pada Ketinggian

Setiap pekerja yang bekerja di tempat kerja dengan beda ketinggian dan memiliki potensi jatuh yang
meyebabkan terjadinya cidera, tempat kerja tersebut tidak memiliki pencegahan resiko terjatuh (tidak terdapat
pegangan tangan/handrail, maka:
harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) full body safety harness;
lanyard dari safety harness harus dikaitkan pada struktur yang kokoh.

1. Pemeriksaan terhadap alat pelindung jatuh sebelum digunakan harus dilakukan untuk memastikan alat
pelindung jatuh dapat digunakan dengan baik sesuai dengan jenis pekerjaannya.

2. Sabuk pengaman (full body harness yang dilengkapi dengan lanyard), dikaitkan sama atau lebih tinggi
dari bahu pekerja. Tempat mengkaitkan harus kokoh dan kuat dan dapat menahan 3 kali beban
pekerja.

3. Sebelum sabuk pengaman digunakan maka harus terlebih dahulu diperiksa dengan teliti terlebih
dahulu, dan apabila ditemukan kerusakan atau kondisi yang tidak aman, maka sabuk pengaman
tersebut tidak boleh dipakai.

4. Alat pelindung jatuh harus selalu terpasang dengan baik dan digunakan setiap saat selama bekerja.

5. Lanyard full body harness harus dilengkapi absorbent dan double lanyard bila pekerjaan lebih dari 4
meter.
No. Dokumen 01-SOP-HSE-EPN -2023
STANDARD OPERATING PROCEDURE
Tanggal Efektif 04 Januari 2023
Revisi 0
MANAJEMEN RISIKO
Halaman 12 dari 9

Pelatihan Penggunan APD


1. Personil yang melakukan pekerjaan yang beresiko terhadap jatuh, maka harus diberikan pelatihan
tentang kesadaran mengenai bahaya dan resiko bekerja di ketinggian;
2. Personil menerima pelatihan mengenai penggunaan dan perawatan safety harness dan peralatan
bekerja di ketinggian lainnya yang benar.
3. Personil yang belum mendapatkan pelatihan, petunjuk dalam bekerja diketinggian, maka dilarang
untuk melakukan pekerjaan di ketinggian.
No. Dokumen 01-SOP-HSE-EPN -2023
STANDARD OPERATING PROCEDURE
Tanggal Efektif 04 Januari 2023
Revisi 0
MANAJEMEN RISIKO
Halaman 13 dari 9

.
Bekerja Pada Ketinggian
Setiap pekerjaan di ketinggian harus selalu dalam pengawasan setiap saat dan telah mendapatkan surat
ijin bekerja sebelum memulai pekerjaan, khususya pekerjaan yang bersifat spesifik/ project.
Untuk pekerjaan rutinitas dan Inspeksi saat diketinggian diwajibkan memakai Body Harness dan APD
lainnya yang sesuai dengan potensi bahayanya tanpa harus mendapatkan surat ijin bekerja.
No. Dokumen 01-SOP-HSE-EPN -2023
STANDARD OPERATING PROCEDURE
Tanggal Efektif 04 Januari 2023
Revisi 0
MANAJEMEN RISIKO
Halaman 14 dari 9

Keadaan Darurat
1. Bila saat melakukan aktivitas atau bekerja diketinggian,mendengar informasi terjadi kondisi darurat
perlu diperhatikan beberapa langkah berikut:
2. Tetap tenang, jangan panik pastikan informasi tersebut benar adanya;
3. Tetap waspada dan jangan tergesa-gesa, segera hentikan pekerjaan;
4. Keselamatan jiwa adalah prioritas, segera turun dari lokasi pekerjaan;
5. Segera berlari kearea evakuasi atau sesuai petunjuk tim evakuasi;
6. Supervisor memastikan pekerjanya lengkap

Anda mungkin juga menyukai