RIWAYAT PERUBAHAN
1.1. Memberikan pedoman mengenai standar Alat Pelindung Diri (APD) kepada PIC (Person in Charge)
dalam melaksanakan pengadaan dan pengelolaan Alat Pelindung Diri (APD).
1.2. Menyediakan prosedur standar penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan lokasi di area
yang menjadi tanggung jawa PT Prima Indojaya Mandiri.
1.3. Memastikan karyawan secara sadar dan konsisten menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dalam rangka
mengurangi paparan (exposure reduction) risiko, sehingga karyawan dapat mencegah terjadinya dampak
kerugian.
2. RUANG LINGKUP
2.1. Proses dalam SOP ini dimulai dari adanya identifikasi kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan
regulasi, dokumen risk profile, dokumen CTI (Crtitical Task Inventory), persyaratan dari customer/client,
MSDS (Material Safety Data Sheet), sampai dengan dilakukan penyusunan standar dalam pengadaan,
penggunaan, pemeliharaan dan penggantian Alat Pelindung Diri di seluruh area kerja yang menjadi
tangung jawab PT Prima Indojaya Mandiri.
3. REFERENSI
4.1. Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang
yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
4.2. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncakan atau tidak diinginkan di mana dua bahaya atau
lebih bertmeu dan mengakibatkan kerugian baik berupa cidera, penyakit akibat kerja, kerusakan harta
benda maupun lingkungan pada tempat derajat apapun. Definisi ini juga mencakup ‘near miss’.
4.3. Kerugian adalah segala kerugian apapun yang disebabkan oleh kecelakaan dan mencakup penyakit
akibat kerja, cidera, kerusakan harta benda dan pencemaran lingkungan.
4.4. Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang diderita oleh pekerja yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja tanpa menghiraukan keparahan. Jenis PAK ini
mengacu kepada daftar Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang telah ditetapkan oleh Keppres No. 22 Tahun
1993 Penyakit Akibat Kerja.
4.5. Kasus Pertolongan Pertama (First Aid) adalah semua cidera ringan yang memerlkan penanganan
pertolongan pertama dasar di pos P3K/ruangan P3K/klinik. Hal ini mencakup kasus yang pada umumnya
disebut ‘Medical Treatment Case’ (MTC).
4.6. Lots Time Injury (LTI) adalah kecelakaan yang menyebabkan hilangnya waktu kerja akibat dari cidera
sehingga korban tidak dapat kembali mengerjakan tugas biasa/normal pada shift berikutnya. Hal ini
mencakup penyakit akibat kerja yang menyebabkan cacat permanen.
4.7. Fatal Injury/meninggal adalah kecelakaan tabang yang mengakibatkan meninggal dunia dalam waktu 24
jam terhitung dari waktu terjadi kecelakaan tersebut.
4.8. Near miss/hampir celaka adalah kejadian yang kemungkinan besar berpotensi mengakibatkan cidera
atau penyakit atas seseorang atau kerusakan pada alat, property atau lingkungan.
4.9. Kecelakaan Lingkungan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan atau idak diinginkan di mana dua
bahaya atau lebih bertemu dan mengakibatkan kerusakan atau pencemaran lingkungan.
4.10. Kerusakan Harta Benda adalah kerusakan pada harta benda perusahaan akibat kecelakaan, dapat
bersifat kerusakan ringan atau berat.
4.11. Observasi Pemenuhan dan APD adalah identifikasi penggunaan APD di lokasi kerja (termasuk) yang
terkait dengan potensi bahaya yang ada. Sumber hasil observasi adalah dokumen; risk profile, CTI
(Critical Task Inventory), persyaratan dari customer/client dan MSDS (Material Safety Data Sheet). Hasil
inspeksi dan observasi penggunaan APD ini selanjutnya didokumentasikan.
4.12. MSDS (Material Safety Data Sheet)/Lembara Data Material Keselamatan adalah dokumen teknis atau
data yang menguraikan atau menggambarkan tentang komposisi, karakteristik, bahaya fisik dan
kesehatan, cara penanganan dan penyimpanan yang aman, prosedur khusu yang diperlukan untuk
kesiapsiagaan dan tangap darurat suatu bahan/material.
4.13. CTI (Critical Task Inventory)/Invetaris Tugas Kritis adalah dokumen yang berisi tentang rincain semua
tiugas yang ada dan dilakukan di semua lokasi kerja PT Prima Indojaya Mandiri, termasuk di dalamnya
mengenai APD yang harus digunakan, paparan kesehatan yang mungkin timbul dan langkah
pengendalian/pelatihan, sehingga tugas tersebut dapat dilakukan dengan aman.
5.1. Dengan berlakunya SOP ini, maka penyusunan standar dalam pengadaan, penggunaan & pemeliharaan
serta penggantian APD harus mengiktu ketentuan yang ada dalam SOP ini.
5.2. Dept. Manager bertanggung jawab untuk ;
5.2.1. Memastikan bahwa observasi penggunan APD telah dilakukan di setiap area kerja yang menjadi
tanggung jawabnya.
5.2.2. Memastikan bahwa karyawan telah memakai APD dengan cara yang baik dan benar.
5.3. Section Head/Superintendent bertanggung jawab untuk ;
5.2.1. Melakukan pemenuhan APD sesuai dengan hasil survey pemenuhan dan penggunaan alat
pelindung diri di areanya.
5.3.2. Memastikan bahwa APD telah digunakan secara baik, benar dan konsisten oleh semua karyawan
yang menjadi tanggung jawabnya.
5.3.3. Memastikan semua karyawan, sub-kontraktor, supplier dan tamu yang memasuki area kerja telah
memenuhi standar ini.
5.3.4. Memastikan karyawan telah dijelaskan cara menggunakan dan merawat APD.
5.3.5. Menerapkan sanksi sesui Peraturan Perusahaan (PP) bagi yang tidak menggunakan APD.
5.4. Supervsior/Officer bertanggung jawab untuk;
5.4.1. Memastikan karyawan merawat APD agar selalu dalam kondisi baik.
5.4.2. Melakukan inspeksi dan observasi rutin minimal satu bulan sekali terhadap pemenuhan dan
standar APD ke semua bawahannya untuk memastikan APD dalam kondisi yang baik.
5.5. Setiap Karyawan bertanggung jawab untuk ;
5.5.1. Mentaati Peraturan tentang APD.
5.5.2. Merawat APD agar senantiasa dalam kondisi baik.
5.5.3. Memastikan dirinya telah mengetahui dan memahami APD yang harus digunakan saat bekerha di
lokasi kerjanya.
5.6. SHE Departement bertanggung jawab untuk ;
5.6.1. Menyusun dan meninjau ulang daftar standar APD, peninjauan ulang didasarkan pada umpan balik
dari Project Manager/Dept. Head/HSE Section, dokumen CTI (Critical Task Inventory) dokumen
Risk Profile, dokumen MSDS, regulasi atau informasi/umoan balik/persayaratan dari
customer/client.
5.6.2. Menentukan dan menetapkan kebijakan dan prosedur tentang APD.
5.6.3. Memfasilitasi pelatihan kepada karyawan dalam hal penggunaan dan perawatan APD sehingga
karyawan memiliki pemahaman tentang pentingnya menggunakan APD secara benar.
5.6.4. SHE Section site melakukan survey pemenuhan dan penggunaan APD di masing-masing site
dengan mengacu kepada prosedur APD ini.
5.6.5. Memberikan standar APD kepada Departemen yang melakukan pembelian APD.
STANDART OPERATION PROCEDURE
5.6.6. Bekerja sama dengan MIS Departemen membuat sistem on-line untuk pengeluaran APD
di semua lokasi. Hal ini mempermudah monitoring penggunaan dan pencegahan
keselamatan dalam penggunaan APD.
5.7. Departemen yang melakukan pembelian wajib mematuhi standar APD saat melakukan
pengadaan APD. Jika terdapat APD yang belum standar saat dilakukan pembelian, maka
Departemen ini wajib mengkomunikasikan dan meminta pertimbangan hal tersebut kepada HSE
Departemen.
5.8. Pengundang Tamu (Visitor Sponsor) harus memastikan setiap tamu memakai APD selama
melakukan kunjungan di area yang diwajibkan menggunakan APD.
5.9 Jenis APD secara garis besar jenis APD terbagi ke dalam :
5.9.1. Pelindung Kepala
5.9.2. Pelindung Mata dan Muka
5.9.3. Pelindung Pendengaran
5.9.4. Pelindung Pernafasan
5.9.5. Pelindung Jari dan Tangan
5.9.6. Pakaian Pelindung
5.10. Petugas Keamanan membantu dalam menegakkan peraturan penggunaan APD yang benar
oleh karyawan, sub-kontraktor dan tamu di area yang diwajibkan menggunakan APD.
5.11. P2K3 (Panitia Pembinaan Keselamatan, Kesehatan Kerja) perlu mengadakan review
penggunaan dan keefektifan dari APD, termasuk untuk standar dan prosedur ini dalam periode
minimal 1 kali dalam satu tahun atau merujuk pada hasil review insiden, cidera, penyakit yang
ditimbulkan terkait dengan pekerjaannya, dan data dari lokasi kerja.
5.12. Selain pengeluaran APD untuk pertama kali, APD yang rusak pada pengeluaran-pengeluaran
berikutnya harus menggunakan sistem penggantian, yaitu APD rusak ditukar dengan APD baru.
Penggantian APD yang hilang atau dicuri dilakukan atas kebijakan supervisor langsung atau
STANDART OPERATION PROCEDURE
penanggung jawab area unit kerja, atau karyawan dapat dikenai sanksi sesuai peraturan
perusahaan yang berlaku penggantian APD yang hilang atau dicuri, rusak karena kecerobohan
atau kelalaian dari karyawan tersebut.
5.13. Apabila ditemukan tidak memakai APD, karyawan wajib diberikan Sanksi Funishment sesuai
aturan yang berlaku di wilayah IUP PT. Bara Alam Utama oleh atasan.
6. ALUR PROSES
Alur Proses Alat Pelindung Diri secara lebih rinci dapat dilihat pada halaman 7/9 sampai dengan 9/9.
7. KERTAS KERJA
7.1. Formulir No. SHE/03/F-068/R-00 Request Personal Protective Equipment
7.2. Formulir No. SHE/03/F-069/R-00 Penerimaan & Pengembalian / Penggantian APD
7.3. Formulir No. SHE/03/F-067/R-00 Inspeksi APD
7.4. Formulir No. SHE/03/F-066/R-00 Berita Acara Kerusakan / Kehilangan APD
Tidak
Tidak
14. Karyawan menggunakan APD secara baik dan konsisten di area yang
diwajibkan menggunakan APD.
15. Dept. Head melakukan inspeksi dan observasi rutin mengenai mengenai
penggunaan dan pemeriharan APD . SHE Dept. ikut terlibat apabila
diperlukan.
18. Karyawan menggunakan APD secara baik dan konsisten di area yang
diwajibkan menggunakan APD.
2. Karyawan yang APD rusak atau hilang membuat formulir Berita Acara
Kerusakan /Kehilangan APD.
8. Warehouse Dept. mengganti dengan APD yang baru. Khusus untuk APD
sepatu, sepatu pengganti diberikan tanda untuk menghindari penukaran
dengan merk lain di luar Perusahaan.