DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
KELAS A2
SEMESTER VIII
PROGRAM STUDI
VOKASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2018
BAB II
PEMBAHASAN
SMK3 menurut PP No. 50 tahun 2012 pasal 1 adalah Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman efisien dan
produktif.
SMK3 ini wajib untuk dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang mana tertera pada
PP No. 50 tahun 2012 pasal 5 bahwa :
Prinsip dasar SMK3 menurut PP No.50 tahun 2012 adalah sebagai berikut :
1) Kebijakan K3
Didalam kebijakan ini tertuang visi dan misi perusahaan, tujuan perusahaan,
komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan dan kerangka dan program kerja yang
mencangkup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum atau
oeprasional yang dimana perusahaan ( top management ) harus menyebarluaskan
kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada seluruh pekerja dan pihak yang terkait di
perusahaan.
2) Perencanaan K3
Didalam perencanaan K3 ini tertuang rencana K3 yang di susun dan ditetapkan
perusahaan dengan mengacu pada kebijakan K3 dengan mempertimbangkan hasil
penelaahan awal, IBPR, peraturan perundang-undangan, dan sumber daya yang
dimiliki dimana harus melibatkan ahli K3, P2K3, wakil pekerja dan pihak lain yang
terkait yang paling sedikit memuat tentang tujuan dan sasaran skala proritas, upaya
mengendalian bahaya, penetapan sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator
pencapaian, upaya pengendaian bahaya, penetapan, penetapan sumber daya, jangka
waktu pelaksanaan, indikator penyampaian dan sistem pertanggung jawaban.
Audit SMK3 ini merupakan cara yang digunakan untuk melakukan penilaian penerapan
terhadap SMK3 yang dimana :
1) Jika audit internal, akan dapat dilakukan hanya jika ada tugas langsung dari
pimpinan yang menyatakan untuk melaksanakan audit internal di perusahaan
tersebut oleh P2K3 perusahaan.
2) Jika audit eksternal, akan dapat dilakukan hanya jika perusahaan terkait ingin
melakukan audit SMK3 (auditi) dengan mengirimkan permohonan untuk
melaksanakan audit oleh badan audit idenpenden ( audit eksternal) dan mengirimkan
permohonan tersebut kepada pemerintah atau Kemenaker untuk disetujui lalu
kemudian permohonan tersebut dimasukkan dahulu kedalam Rencana Tahunan
Audit (RTA). Setelah disetujui maka pemerintah atau Kemenaker menunjuk badan
audit idenpenden untuk melaksanakan audit tersebut di perusahaan yang
mengirimkan permohonan sebelumnya.
Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan
bukti sumber bahaya yang didapatkan ditempat kerja. Hsil audit harus digunkan oleh
pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen.
Kemudian, hasil temuan dari pelaksanaan pematauan dan evaluasi kinerja serta audit
SMK3 harus didokumtasikan dan digunakan untuk tindakan perbaikan dan pencagahan.
Pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit SMK3 dijamin pelaksanaannya secara sistemtik
dan efektif oleh pihak manajemen.
Penilaian penerapan SMK3 terhadap 122 (seratus dua puluh dua) kriteria.
Perusahaan yang memenuhi 122 (seratus dua puluh dua) kriteria, kriteria
tersebut sebagaimana tercantum kolom 3 dan kolom 4 pada Tabel 1 (Pada
lampiran II).
3. Kategori Tingkat Lanjutan
Perusahaan yang memenuhi 166 (seratus enam puluh enam) kriteria, kriteria
tersebut sebagaimana tercantum dalam kolom 3, kolom 4, dan kolom 5 pada
Tabel 1 (Pada lampiran II).
Tingkat penilaian penerapan SMK3 ditetapkan sebagai berikut:
1. Kategori Kritikal
Temuan yang mengakibatkan fatality/kematian.
2. Kategori Mayor
3. Kategori Minor
Dalam hal penilaian perusahaan termasuk kategori kritikal atau mayor, maka dinilai
belum berhasil menerapkan SMK3 dan penilaian tingkat penerapan SMK3 tidak
mengacu pada Tabel 2.
Berikut kriteria audit yang tertera sebagai salah satu pedoman penilaian penerapan
SMK3.
1.1 Kebijakan K3
1.1.5 Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara berkala
untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan perubahan yang
terjadi dalam perusahaan dan dalam peraturan perundang-undangan.
1.2.1 Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkan
kepada semua pihak yang terkait dalam perusahaan di bidang K3 telah
ditetapkan, diinformasikan dan didokumentasikan.
1.2.3 Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan bertanggung jawab atas kinerja
K3 pada unit kerjanya.
1.2.4 Pengusaha atau pengurus bertanggung jawab secara penuh untuk menjamin
pelaksanaan SMK3.
1.2.5 Petugas yang bertanggung jawab untuk penanganan keadaan darurat telah
ditetapkan dan mendapatkan pelatihan.
1.2.6 Perusahaan mendapatkan saran-saran dari para ahli di bidang K3 yang berasal
dari dalam dan/atau luar perusahaan.
1.2.7 Kinerja K3 termuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan lain yang
setingkat.
1.3.3 Pengurus harus meninjau ulang pelaksanaan SMK3 secara berkala untuk
menilai kesesuaian dan efektivitas SMK3.
2.1.5 Rencana kerja dan rencana khusus yang berkaitan dengan produk,
proses, proyek atau tempat kerja tertentu telah dibuat dengan menetapkan
tujuan dan sasaran yang dapat diukur, menetapkan waktu pencapaian dan
menyediakan sumber daya.
2.2.3 Manual SMK3 mudah didapat oleh semua personil dalam perusahaan
sesuai kebutuhan.
2.4 Informasi K3
2.5 Hasil Dari Analisa Laporan Audit Internal SMK3 Pada PT. Adhi Karya
(Persero) TBK
Hasil audit dari sistem manajemen keseleamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang
diterapkan oleh PT. Adhi Karya (Persero) TBK pada tempat kerjanya di Jl. Raya Pasar
Minggu – Jakarta Selatan telah memenuhi 87% dari kriteria-kriteri audit SMK3 ada
lampiran 2 peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 untuk
tingkat pencapaian lanjutan.
Untuk selanjutnya PT. Adhi Karya (Persero) yang berlokasi seperti disebutkan diatas
direkomendasikan untuk mendapatkan sertifikat SMK3 dengan pencapaian
MEMUASKAN karena masuk dalam range (85%-100%).
Elemen 1. Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen
1.1. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1.1.1. Kebijakan K3
Terdapat kebijakan K3 yang tertulis, bertanggal, ditandatangani oleh pengusaha
atau pengurus, secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3 serta komitmen
terhadap pengingkatan K3.
Hasil analisa :
Perusaahn membuat kebijakan K3 tertulis, bertanggal dan isinya
mencakup tujuan dan pernyataan komitmen perusahaan mengenai
pelaksanaan K3 ditempat kerja.
Pada sub elemen 1.1.1. tidak terdapat temuan, kebijakan K3 pada PT.
Abadi Sejahtera telah memenuhi syarat.
1.1.2. Kebijakan disusun oleh pengusaha dan/atau pengurus setelah melalui proseS
konsultasi dengan wakil tenaga kerja.
Hasil analisa :
Proses konsultasi bias dalam bentuk suatu rapat yang membahas
perumusan isi kebijakan dimana peserta rapat bias dari anggota P2K3 (
wakil tenaga kerja)/ wakil departemen dan atau serikat pekerja. Lihat
pada notulasi rapat pembahasan kebijakan ini.
1.1.3. Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan K3 kepada seluruh tenaga kerja,
tamu, kontraktor, pelanggan dan pemasok dengan tata cara cepat.
Hasil analisa :
Bentuk komunikasi kebijakan K3 ini bias melalui, penempelan,
pembacaan saat briefing pagi, kartu pengenal visitor, lampiran dalam
kontrak, materi berifing bagi tamu, papan pengumuman di pintu masuk,
pelatihan pengenalan (induction training) dll.
1.1.4. Kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3 yang bersifat khusus.
Hasil analisa :
Kebijakan K3 khusus dibuat sesuai dengan kondisi tingkat risiko
perusahaan atau terkait dengan lintas departemen (tidak wajib harus ada),
contoh kebijakan mengenai penggunaan bahan peledak, radiasi, alcohol &
drugs, dll.
1.1.5. Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara berkala
untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut sesuai dengan perubahan yang
terjadi dalam perusahaan dan dalam peraturan perundang-undangan.
Hasil analisa :
Ada mekanisme untuk meninjau ulang isi kebijakan secara berkala missal
melalui rapat manajemen review meeting tahunan, rapat P2K3 atau rapat
lainnya. Bila ada perubahan nama perusahaan, manajemen, visi, dll maka
kebijakan juga harus direvisi. Jadwal waktu tinjauan sebaiknya
dicantumkan.
1.2. Tanggung Jawab dan Wewenang Untuk Bertindak
1.2.1. Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkan
kepada semua pihak yang terkait dalam perusahaan di bidang K3 telah
ditetapkan, diinformasikan dan didokumentasikan.
Hasil analisa :
Ada dokumen yang menjelaskan tanggung jawab dan wewenang seseorang
yang disahkan oleh manajemen perusahaan, seperti dalam hal ini
penunjukkan manajemen perresentative (MR) untuk mengambil tindakan
dan melapor mengenai K3, salah satu bentuk dokumen yaitu job
description/tanggung jawab K3 dalam manual k3, dll. Harus dipastikan
personil yang terkait mengetahui hal ini.
1.2.2. Penunjukan penanggung jawab K3 harus sesuai peraturan perundang-
undangan.
Hasil analisa :
Ada beberapa penanggung jawab K3 yang sesuai peraturan perundangan
yaitu; dokter perusahaan (Permenaker 01/MEN/1976), paramedic
(Permenaker 01/MEN/1979), Sekertaris P2K3 (Permenaker
02/MEN/1992), regu tim tanggap darurat (Kepmenaker 186/1999).
1.2.3. Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan atas kinerja K3 pada unit kerjanya.
Hasil analisa :
Bisa dilihat dalam job description, butki keterlibatan misalnya turut andil
dalam penilaian kinerja unit K3, ikut serta rapat K3 unit dan memantau
pencapaian kinerja unit K3.
1.2.4. Pengusaha atau pengurus bertanggung jawab secara penuh untuk menjamin
pelaksanaan SMK3
Hasil analisa :
Lihat tanggung jawab K3 manajemen baik dari kebijakan K3, manual
SMK3 atau job descnya. Bukti pelaksanaan dilihat pada kinerja 1.3.1.
sampai 1.3.3. apakah sudah melaksanakan tinjauan manajemen terkait
dengan SMK3.
1.2.5. Petugas yang bertanggung jawab untuk penanganan keadaan darurat telah
ditetapkan dan mendapatkan pelatihan.
Hasil analisa :
Perusahaan bias dilihat dari sertifikat pelatihan, dokumentasi latihan
darurat, absensi latihan.
1.2.6. Perusahaan mendapatkan saran-saran dari para ahli dibidang K3 yang berasal
dari dalam dan/atau luar perusahaan.
Hasil analisa :
Bisa berupa laporan kinerja K3 dari konsultan/pegawai pengawas (luar)
dan laporan audit internal K3, inspeksi K3, laporan study banding/bench
marking, dll dari dalam perusahaan.
1.2.7. Kinerja K3 termuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan lain yang
setingkat.
Hasil analisa :
Jelas. Kinerja K3 misal meliputi angka kecelakaan (FR&SR), jumlah
klaim kecelakaan, presentasi/penghargaan K3, % pencapaian target,dll.
1.3. TInjauan dan Evaluasi
1.3.1. Tinjauan terhadap penerapan SMK3 meliputi kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi telah dilakukan dicatat dan
didokumentasikan.
Hasil analisa :
Terdapat RTM yang membahas kebijakan, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi dilengkapi absen & notulen Rapat.
1.3.2. Hasil tinjauan dimasukan dalam perencanaan tindakan manajemen.
Hasil analisa :
Lihat pada notulen rapat tinjauan manajemen bentuk tindakan
perbaikan atau corrective action yang akan dilakukan apakah masuk
didalam program kerja tahun berikutnya.
1.3.3. Pengurus harus meninjau ulang pelaksanaan SMK3 secara berkala untuk
menilai kesesuaian dan efektivitas.
Hasil analisa :
Kegiatan tinjauan ulang ini dalam bentuk rapat tinjauan manajemen
yang agendanya sesuai dengan lampiran PP 50 Tahun 2012. Rapat
tinjauan manajemen ini dihadiri oleh top manajemen dan tidak dapat
disamakan dengan rapat bulanan P2K3.
1.4. Keterlibatan dan Konsultasi dengan Tenaga Kerja
1.4.1. Keterlibatan dan penjadwalan konsultasi tenaga kerja dengan wakil perusahaan
didokumentasikan dan disebarluaskan ke seluruh tenaga kerja.
Hasil analisa :
Ada dokumen tentang kegiatan konsultasi tenaga kerja (bukan wakil
tenaga kerja) dan wakil perusahaan contohnya bias forumserikat pekerja
yang salah satu agendanya mengenai K3 atau tenaga kerja dengan
kepengurusan P2K3 yang mewakili perusahaan. Dokumentasi bias dalam
bentuk notulensi kegiatan, jadwal atau time table kegiatan, jadwal atau
time table kegiatan. Wakil perusahaan adalah personil yang ditunjukan
oleh manajemen perusahan.
1.4.2. Terdapat prosedur yang memudahkan konsultasi mengenai perubahan-
perubahan yang mempunyai implikasi terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja.
Hasil analisa :
Prosedur tersebut dapat berupa pedoman atau tata cara atau tahapan
penyampaian masalah/issue K3 akibat perubahan ditempat kerja.
Perubahan yang dimaksud bias tempat kerja, cara kerja, alat dan bahan
yang dirasa pekerja membahayakan dirinya.
1.4.3. Perusahaan telah membentuk P2K3 sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Hasil analisa :
Buktinya dapat berupa dokumen surat penunjukan/pengesahan P2K3
dari Dinas Tenaga Kerja setempat.
6.5.3. Sarana dan peralatan produksi memiliki sertifikat yang masih berlaku sesuai
dengan persyaratan peraturan perundang-undangan dan standar.
Hasil Analisa : perusahaan memiliki sertifikat sarana produksi yang
masih berlaku. Beberapa sarana produksi tersebut antara lain bejana
tekan ( permenaker 01/MEN/1982), pesawat angkat dan angkut
(permenaker 05/MEN/1985 ). Lift (permenaker 03/MEN/1999 ). Pesawat
uap ( peraturan uap tahun 1930 ), untuk tepatnya mengacu pada lembar
objek pengawasan dan terdapat peralatan perusahaan yang masuk dalam
objek pengawasan.
6.5.4. Pemeriksaan, Pemeliharaan,Perawatan, Perbaikan dan setiap perubahan harus
dilakukan petugas yang kompeten dan berwenang.
Hasil Analisa :
6.5.5. Terdapat prosedur untuk mejamin bahwa jika terjadi perubahan terhadap
sarana dan peralatan produksi, perubhan tersebut harus ssesuai dengan
persyaratan perundang-undangan, standar dan pedoman teknis yang relevan.
Hasil Analisa :
6.5.6. Terdapat prosedur permintaan pemeliharaan sarana dan peralatan produksi
dengan kondisi K3 yang tidak memenuhi persyaratan dan perlu segera
diperbaiki.
Hasil Analisa :
6.5.7. Terdapat suatu sistem untuk penandaan bagi peralatan yang sudah tidak aman
lagi untuk digunakan atau sudah tidak digunakan.
Hasil Analisa :
6.5.8. Apabila diperlukan dilakukan penerapan sistem penguncian pengoprasian (
lock out system ) untuk mencegah agar sarana produksi tidak dihidupkan
sebelum saatnya.
Hasil Analisa :
6.5.9. Terdapat Prosedur yang dapat menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja atau orang lain yang berada di dekat sarana dan peralatan produksi pada
saat proses pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan.
Hasil Analisa :
6.5.10. Terdapat penanggung jawab untuk meyetujui bahwa saran dan peralatan
produksi telah aman digunakan setelah proses pemeliharaan, perawatan,
perbaikan atau perubahan.
Hasil Analisa :
6.6. Pelayanan.
6.6.1. Apabila perusahaan dikontrak untuk menyediakan pelayanan yang tunduk
pada
standar dan peraturan perundang-undangan mengenai K3, maka perlu disusun
prosedur untuk menjamin bahwa pelayanan memenuhi persyaratan.
Hasil Analisa :
6.6.2. Apabila perusahaan diberi pelayanan melalui kontrak dan pelayanan tunduk
pada
standar dan peraturan perundangan-undangan K3, maka perlu disusun
prosedur untuk menjamin bahwa pemberian pelayanan memenuhi
persyaratan.
Hasil Analisa :
6.7. Kesiapan untuk Menangani Keadaan Darurat.
6.7.1. Keadaan darurat yang potensial didalam dan/atau diluar tempat kerja telah
identifikasi dan prosedur keadaan darurat telah didokumentasikan dan di
informasikan agar diketahui oleh seluruh orang yang ada ditempat kerja.
Hasil Analisa :
6.7.2. Penyediaan alat atau sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan hasil
identifikasi dan di uji serta ditinjau secara rutin oleh petugas yang
berkompeten dan berwenang.
Hasil Analisa :
6.7.3. Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan
darurat yang sesuai dengan tingkat risiko.
Hasil Analisa :
6.7.4. Petugas penanganan keadaan darurat ditetapkan dan diberikan pelatihan
khusus serta diinformasikan kepada seluruh orang yang ada ditempat kerja.
Hasil Analisa :
6.7.5. Instruksi atau prosedur keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat
diperlihatkan secara jelas/menyolok dan diketahui oleh seluruh tenaga kerja
perusahaan.
Hasil Analisa :
6.7.6. Peralatan, dan sistem tanda bahaya keadaan darurat disediakan, diperiksa, diuji
dan dipelihara secaraberkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
standar dan pedoman teknis yang relevan.
Hasil Analisa :
6.7.7. Jenis, Jumlah, Penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan
darurat serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau standar dan
dinilai oleh petugas yang berkompeten dan berwenang.
Hasil Analisa :
6.8. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan.
6.8.1. Perusahaan telah mengevaluasi alat P3K dan menjamin bahwa sistem P3K
yang ada memenuhi peraturan perundang-undangan, standar dan pedoman
teknis yang berlaku.
Hasil Analisa :
6.8.2. Petugas P3K telah dilatih dan ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Hasil Analisa :
6.9. Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat.
6.9.1. Prosedur untuk pemulihan kondisi tenaga kerja maupun sarana dan peralatan
produksi yang mengalami kerusakan telah ditetapkan dan dapat diterapkan
sesegera mungkin setelah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Hasil Analisa :
8.3.3 Laporan pemeriksaan dan pengkajian berisi tentang sebab dan akibat serta
rekomendasi / saran dan jadwal waktu pelaksanaan perbaikan.
Hasil analisa : Perusahaan telah menetapkan personil perusahaan yang akan
melakukan penyelidikan. Kompetensinya bisa dilihat pada pelatihan atau
serifikasi pelatihan yang telah dimilikinya.
- Pada kriteria 8.3.3 tidak terdapat temuan mayor ataupun minor, karena
Perusahaan telah menetapkan personil perusahaan yang akan melakukan
penyelidikan.
8.3.4 Penanggung jawab untuk melaksanakan tindakan perbaikan atas laporan
pemeriksaan dan pengkajian telah ditetapkan.
Hasil Analisa : Dapat dilihat pada dokumen laporan kecelakaan dan dapat
dilihat siapa penanggung jawab tindakan perbaikan tersebut ?
Apakah beliau sudah diinformasikan mengenai
tanggungjawabnya ini ?
- Pada kriteria 8.3.4 tidak terdapat temuan mayor ataupun minor, karena
terdapat penanggung jawab yangmelaksanakan tindakan perbaikan atas
laporan pemeriksaan dan penkajian.
8.3.5 Tindakan perbaikan diinformasikan kepada tenaga kerja yang bekerja ditempat
terjadiknya kecelakaan. Verifikasi dilakukan dengan melihat proses saat
penyelidikan dilakukan . Apakah melibatkan tenaga kerja saat mengumpulkan
informasi atau saat mendiskusikan tindakan perbaikan
Hasil Analisa : verifikasi dilakukan dengan melihat proses saat penyelidikan
dilakukan. Apakah melibatkan tenaga kerja saat mengumpulkan informasi atau
saat mendiskusikan tindakan perbaikan yang akan dilakukan ? kroscek dengan
pekerja yang terkait atau sertakan tandatangan peserta.
- Pada kriteria 8.3.5 tidak terdapat temuan mayor ataupun minor, karena
verifikasi dilakukan dengan melihat proses saat penyelidikan dilakukan.
8.3.6 Pelaksaan tindakan perbaikan dipantau, didokumentasikan dan diinformasikan
kepada tenaga kerja.
Hasil analisa : perusahaan melakukan verifikasi terhadap tindakan perbaikan
yang diusulkan dalam laporan kecelakaan. Bentuknya dapat berupa status
laporan (closed) atau paraf pada tindakan perbaikan yang selesai.
Diinformasikan melalui media email atau papan informasi kepada seluruh
pekerja.
- Pada kriteria 8.3.6 tidak terdapat temuan mayor ataupun minor, karena
perusahaan telah verifikasi terhadap tindakan perbaikan yang diusulkan
dalam laporan kecelakaan.
8.4 Penanganan masalah
8.4.1 Terdapat prosedur untuk menangani masalah keselamatan dan kesehatan yang
timbul dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hasil analisa : ada prosedur penyampaian masalah-masalah K3 ditempat
kerja. Masalah ini bisa berupa hal-hal seperti : lingkungan kerja yang kurang
nyaman dan aman, cara kerja, kesehatan dalam bekerja atau keluhan lainnya.
- Pada kriteria 8.4.1 tidak terdapat temuan mayor ataupun minor, karena
terdapat prosedur penyampaian masalah-masalah K3 ditempat kerja.
12.1.3 Jenis pelatihan K3 bagi yang dilakukan harus disesuaikan dengan kebutuhan
untuk pengendalian potensi bahaya.
Hasil Analisa : lihat kembali pada matriks pelatihan K3 dengan disesuaikan
dengan job qualifikasinya dan disesuaikan dengan potensi
bahaya tempat bekerja. Perhatian khusus untuk pelatihan
yang dipersyaratkan oleh per UU seperti operator forkclift
crane, regu kebakaran dan ahli K3.
- Pada kriteria 12.1.3 tidak terdapat temuan mayor ataupun minor, karena
pelatihan K3 telah disesuaikan.
12.1.4 Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang berkompeten dan berwenang
sesuai peraturan perundang – undangan.
Hasil Analisa : kriteria ini terkait dengan pihak ketiga yang digunakan
jasanya untuk mengadakan pelatihan. Halini diatur dalam
Permenaker No. 04/MEN/1994 tentang perusahaan jasa
K3. Kesesuaian ini bisa dipastikan dalam kontrak
pembelian jasa.
- Pada kriteria 12.1.4 tidak terdapat temuan mayor ataupun minor, karena
pelatihan dilakukan oleh badan yang berkompeten dan berwenang sesuai
dengan perundang-undangan.
12.1.5 Terdapat fasilitas dan sumber daya memadai untuk pelaksanaan pelatihan
yang efektif.
Hasil Analisa : perusahaan menyediakan fasilitas ( kelas, board, OHP, LCD
dll ) dan sumber daya ( trainer, dana ) untuk kegiatan
pelatihan ( khususnya bila pelatihan ( khususnya bisa
pelatihan bersifat internal ).
- Pada kriteria 12.1.5 tidak terdapat temuan mayor ataupun minor, karena
terdapat fasilitas dan sumber daya yang memadai untuk dilaksanakannya
pelatihan.
12.3.2 Pelatihan diberikan kepada tenaga kerja apabila di tempat kerjanya terjadi
perubahan sarana produksi arau proses. Perubahan sarana produksi atau
proses
Hasil Analisa : perubahan sarana produksi atau proses dapat menimbulkan
bahaya baru maka tenaga kerja harus diinformasikan
mengenai bahaya ini.
- Pada kriteria 12.3.2 tidak terdapat temuan mayor ataupun minor, karena
tenaga kerja mendapat pelatihan ketika terjadi perubahan sarana produksi
atau proses.