Pasal 1 point 1:
SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif.
Pasal 2 point 2:
K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Pasal 1 point 7:
Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan
independen terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan
untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan
dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.
Tujuan Penerapan SMK3:
Pasal 2
• Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan
terintegrasi;
• Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,
pekerja/buruh dan atau serikat pekerja/serikat buruh; serta
• Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien
untuk mendorong produktivitas.
Pasal 3
• Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan
nasional tentang SMK3 (ayat 1).
• Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam Lampiran 1,
Lampiran II, dan Lampiran III (ayat 2).
Tujuan Penerapan SMK3:
Pasal 4
• Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3, sebagai pedoman
perusahaan dalam menerapkan SMK3.
• Instansi pembina sektor usaha dapat
mengembangkan pedoman penerapan SMK3
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Permen ESDM RI No. 38 Tahun 2014 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara
Permen PU RI No. 05 Tahun 2014 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang PU
Pemenkes RI No. 66 Tahun 2016 tentang Penerapan SMK3 RS
Permenkes RI No. 52 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Permenhub RI No. 69 Tahun 2018 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Perkeretaapian
Permenhub RI No. 85 Tahun 2018 tentang SMK Perusahaan Angkutan
Umum
Permen PUPR RI No. 10 tahun 2021 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Konstruksi
Permen ESDM RI No. 10 tahun 2021 tentang Keselamatan
Ketenagalistrikan
Pasal 5:
1. Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di
perusahaannya.
2. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku bagi perusahaan:
- Mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100
(seratus) orang; atau
- Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
ACT
PLAN
CHECK
Pasal 6 DO
Kategori Kritikal
Temuan yang mengakibatkan fatality/kematian.
Kategori Mayor
– Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan;
– Tidak melaksanakan salah satu prinsip SMK3; dan
– Terdapat temuan minor untuk satu kriteria audit di beberapa
lokasi.
Kategori Minor
Ketidakkonsistenan dalam pemenuhan persyaratan peraturan
perundang-undangan, standar, pedoman, dan acuan lainnya.
Pengawasan (Pasal 18)
Terdiri dari:
6 Bab
34 Pasal
56 ayat
Lampiran:
1. PEDOMAN PEMBINAAN AUDITOR SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
2. CONTOH PENETAPAN DIREKTUR JENDERAL/KEPALA DINAS
PROVINSI TENTANG PERUSAHAAN WAJIB AUDIT EKSTERNAL
SMK3
3. PEDOMAN PELAKSANAAN AUDIT EKSTERNAL SMK3
4. BENTUK SERTIFIKAT PERAK TIAP TINGKAT KATEGORI
PERUSAHAAN
5. BENTUK SERTIFIKAT EMAS TIAP TINGKAT KATEGORI
PERUSAHAAN
6. BENTUK BENDERA PERAK DAN BENDERA EMAS
Pasal 2:
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang
terintegrasi dengan sistem di perusahaan.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
bagi perusahaan:
a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100
(seratus) orang; atau
b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
Pasal 3
(1) Perusahaan yang telah melaksanakan penerapan SMK3 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan penilaian penerapan SMK3 melalui
Audit Eksternal SMK3 oleh Lembaga Audit SMK3 yang ditunjuk oleh
Menteri.
(2) Penilaian penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terhadap:
a. perusahaan yang secara sukarela mengajukan permohonan Audit
SMK3;
b. perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi antara lain
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, minyak dan gas
bumi;
c. perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi berdasarkan
penetapan Direktur Jenderal dan/atau Kepala Dinas Provinsi.
(3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c berdasarkan
hasil pemeriksaan dan pengujian di perusahaan oleh pengawas
ketenagakerjaan.
Lembaga Audit:
Pasal 4: Pengajuan permohonan
Pasal 5: Penetapan permohonan oleh Menteri
Pasal 6: Perpanjangan jangka waktu Lembaga Audit SMK3
Pasal 7: Kewajiban Lembaga Audit SMK3
Pasal 8: Larangan bagi Lembaga Audit SMK3
Pasal 9: Pencabutan izin Lembaga Audit SMK3
Auditor SMK3:
Pasal 10: Klasifikasi Auditor
Pasal 11: Penunjukan Auditor Eksternal Junior SMK3
Pasal 12: Lulus dalam Pembinaan Auditor SMK3
Pasal 13: Penunjukan Auditor Senior SMK3
Pasal 14: Jangka waktu Auditor Eksternal dan Junior SMK3
Pasal 15: Perpanjangan jangka Waktu Auditor Eksternal dan Junior
SMK3
Pasal 16: Pencabutan SK Penunjukan Auditor Eksternal dan Junior
SMK3
Pasal 18
Auditor SMK3 mempunyai kewajiban:
a. melaksanakan Audit SMK3 sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. merahasiakan hasil Audit SMK3 kepada
pihak-pihak yang tidak berkepentingan; dan
c. mematuhi peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja di perusahaan.
Kewenangan Auditor SMK3
Pasal 19 Auditor SMK3 mempunyai kewenangan:
a. memasuki semua tempat kerja yang terkait
dengan Audit SMK3;
b. memberikan penilaian hasil Audit SMK3;
c. meminta perusahaan memberikan keterangan,
menunjukkan dokumen dan menyediakan
petugas pendamping dalam pelaksanaan Audit
SMK3; dan
d. menghentikan pelaksanaan Audit SMK3 apabila
belum ada sistem yang dibangun dan/atau
keadaan yang membahayakan Auditor SMK3.
MEKANISME AUDIT SMK3
Pasal 20
(1) Pelaksanaan penilaian penerapan SMK3
melalui Audit Eksternal SMK3 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dilakukan
berdasarkan kategori:
a. tingkat awal dengan pemenuhan terhadap
64 kriteria Audit SMK3;
b. tingkat transisi dengan pemenuhan
terhadap 122 kriteria Audit SMK3; dan
c. tingkat lanjutan dengan pemenuhan
terhadap 166 kriteria Audit SMK3.
Pasal 21
(1) Lembaga Audit SMK3 wajib membuat perencanaan
pelaksanaan Audit SMK3 dan menyampaikan kepada
Menteri atau Direktur Jenderal dengan salinan
disampaikan kepada Dinas Provinsi.
(2) Pelaksanaan Audit SMK3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit dilakukan melalui tahapan:
a. pertemuan pembuka;
b. proses Audit SMK3;
c. pertemuan tim Auditor SMK3;
d. pertemuan penutup; dan
e. penyusunan laporan Audit SMK3.
(3) Dalam hal diperlukan, Lembaga Audit SMK3 dapat meminta
informasi pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di
perusahaan kepada Dinas Provinsi.
Pasal 23
Lembaga Audit SMK3 menyampaikan laporan Audit
SMK3 kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Dinas Provinsi dan pengurus
perusahaan yang di audit dengan bentuk laporan
sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Pasal 24
Laporan Audit SMK3 menjadi pertimbangan Menteri
untuk memberikan penghargaan sesuai dengan
tingkat penerapan dan kategori penilaian hasil Audit
SMK3.
PENILAIAN HASIL AUDIT SMK3
Pasal 25 Penilaian terhadap kriteria Audit SMK3 meliputi:
a. kategori kritikal;
b. kategori mayor; dan
c. kategori minor.
Pasal 26
(1) Penilaian terhadap kriteria Audit SMK3 dengan kategori
kritikal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a
ditetapkan terhadap temuan pada peralatan/mesin/pesawat/
instalasi/bahan, cara kerja, sifat kerja, lingkungan kerja dan
proses kerja yang dapat menimbulkan korban jiwa.
(2) Penilaian terhadap kriteria Audit SMK3 dengan kategori
kritikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
ditindaklanjuti dengan tindakan koreksi paling lambat dalam
jangka waktu 1x24 jam.
Pasal 27
(1) Penilaian terhadap kriteria Audit SMK3 dengan kategori mayor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b ditetapkan terhadap:
a. tidak terpenuhinya peraturan perundang-undangan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja;
b. tidak melaksanakan salah satu prinsip SMK3; dan
c. terdapat temuan minor untuk satu kriteria Audit SMK3 di
beberapa lokasi.
(2) Tidak melaksanakan salah satu prinsip SMK3 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dibuktikan apabila terdapat salah
satu kriteria yang berkesinambungan yang tidak dilaksanakan.
(3) Temuan minor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dibuktikan apabila terdapat 3 (tiga) temuan lokasi dengan kriteria
minor.
(4) Penilaian terhadap kriteria Audit SMK3 dengan kategori mayor
sebagaimana dimaksud ayat (1), harus ditindaklanjuti dengan
tindakan koreksi paling lambat dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.
Pasal 28
Penilaian terhadap kriteria Audit SMK3 dengan kategori minor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf c ditetapkan terhadap
ketidakkonsistenan dalam pemenuhan persyaratan peraturan
perundang-undangan, standar, pedoman, dan acuan lainnya.
Pasal 29
(1) Dalam hal terdapat perbedaan interpretasi penilaian kriteria
Audit SMK3 antara perusahaan dengan Lembaga Audit SMK3
maka para pihak yang tidak menerima hasil Audit SMK3 dapat
mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal.
Pasal 30
(1) Tingkat pencapaian penerapan SMK3 bagi setiap
perusahaan yang telah melakukan penilaian penerapan
SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
meliputi:
a. tingkat penilaian penerapan kurang, apabila tingkat
pencapaian penerapan sebesar 0 - 59%;
b. tingkat penilaian penerapan baik, apabila tingkat
pencapaian penerapan sebesar 60 - 84%;
c. tingkat penilaian penerapan memuaskan, apabila
tingkat pencapaian penerapan sebesar 85% - 100%.