Anda di halaman 1dari 16

KEBIJAKAN SMK3

PP 50 TAHUN 2012
1. PENGERTIAN SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) adalah bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif
2. K3 adalah
Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan Kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
3. AUDIT SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap
pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah
direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di Perusahaan
4. Tujuan SMK3
a. Meningkatkan efektifitas perlindungan, keselamatan dan Kesehatan kerja yang
terencana, terstruktur, terukur dan terintregasi
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur menejemen, pekerja/buruh dan atau serikat pekerja, serikat buruh
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong
produktifitas
5. Upaya pencapaian sasaran bidang K3
a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas personil dan lembaga K3
b. Implementasi SMK3
c. Menyusun, menetapkan dan menerapkan Strategi Nasional Pelaksanaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) :
- Bulan K3
- Penghargaan K3 (Zero Accident, SMK3 dan Pembina K3)
- Pembudayaan Prilaku K3
- Pemeriksaan dan Pengujian K3
- Membangun Statistik Kecelakaan Kerja
- Mendorong Peran Serta Masyarakat dalam Pelaksanaan K3
- Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dan pengukuran lingkungan kerja
6. Dasar hukum penerapan SMK3
Pasal 87 UU No. 13 tahun 2003
1. Setiap Perusahaan wajib menerapkan system menejemen keselamatan dan Kesehatan
kerja yang terintregasi dengan system menejemen Perusahaan
2. Ketentuan mengenai penerapan system manajamen keselamatan dan Kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan peraturan pemerintah
7. PP NO. 50 TAHUN 2012
- 22 pasal
- Lampiran 1 tentang pedoman penerapan SMK3
- Lampiran 2 tentang pedoman penilaian penerapan SMK3
- Lampiran 3 tentang laporan audit SMK3
8. Penerapan SMK3
a. Wajib bagi Perusahaan
- Mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 orang
- Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
- Dalam menerapkan SMK3 memperhatikan peraturan perUndang-undangan,
konvensi atau standar internasional.
b. Penerapan SMK3 meliputi
1. Penetapan kebijakan K3
2. Perencanaan K3
3. Pelaksanaan rencana K3
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja k3 (pemeriksaan, pengujian, pengukuran, audit)
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja (SMK3)
9. Penetapan kebijakan K3
a. Melakukan tinjauan awal kondisi K3, meliputi
- identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
- perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik;
- peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;
- kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan
dengan keselamatan; dan
- penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
b. Memperhatikan peningkatan kinerja menejemen k3 secara terus menerus
c. Memperhatikan masukan dari pekerja/buruh
10. Kebijakan K3 paling sedikit memuat
a. Visi
b. Tujuan Perusahaan
c. Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan
d. Kerangka dan program kerja yang mencangkup kegiatan Perusahaan secara
menyeluruh yang besifat umum dan atau operasional
11. Perencanaan K3
Mempertimbangkan :
a. Hasil penelaahan awal
b. Identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko; peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya; dan
c. Sumber daya yang dimiliki
12. Rencana K3
a. Tujuan dan sasaran
b. Skala prioritas
c. Upaya pengendalian bahaya
d. Penetapan sumber daya
e. Jangka waktu pelaksanaan
f. Indicator pencapaian
g. System pertanggungjawaban
13. Pelaksanakan rencana K3
a. Sumber daya manusia harus memiliki:
- kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat; dan
- kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi
dan/atau surat penunjukkan dari instansi yang berwenang.
b. Prasarana dan sarana sebagaimana paling sedikit terdiri dari:
- organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3;
- anggaran yang memadai;
- prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian; dan

- instruksi kerja
c. Dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam pemenuhan
persyaratan perUU.
Kegiatan tersebut :
a. Tindakan pengendalian
b. Perancangan (design) dan rekayasa;
c. Prosedur dan instruksi kerja;
d. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan;
e. Pembelian/pengadaan barang dan jasa;
f. Produk akhir;
g. Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri; dan
h. Rencana dan pemulihan keadaan darurat
Penting
• Kegiatan a – f dilaksanakan berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko.
• Kegiatan g dan h dilaksanakan berdasarkan potensi bahaya, investigasi dan analisa
kecelakaan
d. Agar seluruh kegiatan bisa berjalan, maka harus :
- Menunjuk SDM yang kompeten dan berwenang dibidang K3
- Melibatkan seluruh pekerka/buruh
- Membuat petunjuk K3
- Membuat prosedur informasi
- Membuat prosedur pelaporan
- Mendokumentasikan seluruh kegiatan
Pelaksanaan kegiatan diintegrasikan dengan kegiatan manajemen perusahaan
14. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja
a. Melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran dan audit internal SMK3 dilakukan
oleh sumber daya manusia yang kompeten
b. Dalam hal perusahaan tidak mempunyai SDM dapat menggunakan pihak lain
c. Hasil pemantauan dilaporkan kepada pengusaha
d. Hasil tersebut digunakan untuk untuk melakukan tindakan pengendalian
e. Pelaksanaan pemantauan & Evaluasi dilakukan berdasarkan peraturan PerUU
15. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3
a. Menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3,
b. Dilakukan terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi
c. Hasil peninjauan digunakan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja,
d. Perbaikan dan peningkatan kinerja dilaksanakan dalam hal :
- Terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;
- Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
- Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
- Terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;
- Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemiologi;
- Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;
- Adanya pelaporan; dan/atau
- Adanya masukan dari pekerja/buruh.
16. Pembuktian Penerapan SMK3
- Untuk internal : dilakukan Perusahaan
- Eksternal : dilakukan oleh Lembaga audit (yang telah ditunjuk Menakertrans)
17. Penilaian Melalui Audit SMK3
Meliputi:
1. Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
2. Pembuatan dan pendokumentasian rencana K3;
3. Pengendalian perancangan dan peninjauan kontrak;
4. Pengendalian dokumen;
5. Pembelian dan pengendalian produk;
6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3;
7. Standar pemantauan;
8. Pelaporan dan perbaikan kekurangan;
9. Pengelolaan material dan perpindahannya;
10. Pengumpulan dan penggunaan data;
11. Pemeriksaan SMK3; dan
12. Pengembangan keterampilan dan kemampuan

- Untuk perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi wajib melakukan


penilaian penerapan SMK3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
- Hasil audit sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan SMK3
18. Pedoman Penilaian Penerapan SMK3
a. Kriteria audit SMK3
b. Penetapan kriteria audit tiap tingkat pencapaian penerapan SMK3
c. Ketentuan penilkaian hasil audit SMK3
(1) Hasil audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dilaporkan kepada Menteri dengan
tembusan disampaikan kepada menteri pembina sektor usaha, gubernur, dan
bupati/walikota sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan SMK3.
(2) Bentuk laporan hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam
pedoman yang tercantum dalam Lampiran III sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Pemerintah ini

19. Kriteria Audit SMK3


- Penilaian tingkat awal sebanyak 64 kriteria;
- Penilaian tingkat transisi sebanyak 122 kriteria;
- Penilaian Tingkat Lanjutan 166 kriteria;

20. Tingkat Penilaian Penerapan SMK3


- Untuk tingkat pencapaian penerapan 0-59% termasuk tingkat penilaian penerapan
kurang.
- Untuk tingkat pencapaian penerapan 60-84% termasuk tingkat penilaian
penerapan baik.
- Untuk tingkat pencapaian penerapan 85-100% termasuk tingkat penilaian
penerapan memuaskan
21. Penilaian Kriteria SMK3
a. Kategori Kritikal
Temuan yang mengakibatkan fatality/kematian.
b. Kategori Mayor/ Major
- Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan;
- Tidak melaksanakan salah satu prinsip SMK3; dan
- Terdapat temuan minor untuk satu kriteria audit di beberapa lokasi.
- Tidak melakukan evaluasi
- Tidak melakukan prinsip k3
c. Kategori Minor
Ketidakkonsistenan dalam pemenuhan persyaratan peraturan perundang-
undangan, standar, pedoman, dan acuan lainnya.
22. Pengawasan
1. Pengawasan SMK3 dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi
dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen;
b. Organisasi;
c. Sumber daya manusia;
d. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang K3;
e. Keamanan bekerja;
f. Pemeriksaan, pengujian dan pengukuran penerapan SMK3;
g. Pengendalian keadaan darurat dan bahaya industri;
h. Pelaporan dan perbaikan kekurangan; dan
i. Tindak lanjut audit.
23. Peran Pengawas Ketenagakerjaan Dalam Pelaksanaan Audit
- Penetapan perusahaan wajib audit di luar sektor tambang dan migas,
- Pelaksanaan audit (mekanisme audit),
- Pembinaan dan pengawasan Lembaga Audit ,
- Pembinaan dan pengawasan Auditor,
- Pemeriksaan terhadap laporan hasil audit
- Pelaksanaan tindak lanjut audit (pembinaan perusahaan)
24. Sanksi Administratif Pasal 190 UU No. 13 Tahun 2003
Pelanggaran pasal 87 dikenakan sanksi administratif
Sanksi administratif berupa :
a. Teguran;
b. Peringatan tertulis;
c. Pembatasan kegiatan usaha;
d. Pembekuan kegiatan usaha;
e. Pembatalan persetujuan;
f. Pembatalan pendaftaran;
g. Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi;
h. Pencabutan ijin.

25. Manfaat dari Penerapan SMK3 berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja. No.Per
05/Men/96 :
a. Bagi Perusahaan
1. Mengetahui pemenuhan perusahaan terhadap peraturan perundangan dibidang
K3
2. Mendapatkan bahan umpan balik bagi tinjauan manajemen dalam rangka
meningkatkan kinerja SMK3
3. Mengetahui efektifitas, efisiensi dan kesesuaian serta kekurangan dari
penerapan SMK3
4. Mengetahui kinerja K3 di perusahaan
5. Meningkatkan image perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan daya
saing perusahaan
6. Meningkatkan kepedulian dan pengetahuan tenaga kerja mengenai K3 yang
juga akan meningkatkan produktivitas perusahaan
7. Terpantaunya bahaya dan risiko di perusahaan
8. Penanganan berkesinambungan terhadap risiko yang ada diperusahaan
9. Mencegah kerugian yang lebih besar kepada perusahaan
10. Pengakuan terhadap kinerja K3 diperusahaan atas pelaksanaan SMK3
b. Bagi Pemerintah
1. Sebagai salah satu alat untuk melindungi hak tenaga kerja di bidang K3
2. Meningkatkan mutu kehidupan bangsa dan image bangsa di forum
internasional
3. Mengurangi angka kecelakaan kerja yang sekaligus akan meningkatkan
produktifitas kerja/nasional
4. Mengetahui tingkat penerapan terhadap peraturan perundangan
LAPORAN PKL
1. P2K3

Permenaker No 4 Tahun 1987 


Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100 orang/lebih
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari 100 orang tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi  yang memiliki resiko besar akan terjadinya
terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radio aktiv
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(P2K3)

DASAR HUKUM P2K3


1. Pasal 10,  Undang-undang No. 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. Per. Menaker No. 04/Men/1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
3. Per. Menaker No. 02/Men/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban Dan Wewenang
Ahli Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. : Kep. 155/Men/1984 Tentang Penyempurnaan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Kep.125/Men/82, Tentang
Pembentukan, Susunan Dan Tata Kerja Dewan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Nasional, Dewan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Wilayah Dan Panitia Pembina
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Latar belakang p2k3


 Meningkatkan komitmen pimpinan perusahaan
 Mempercepat pengambilan keputusan
 Pengawasan tidak langsung

Tujuan pembentukan P2K3


1. Mendorong Kerjasama Manajemen dan Pekerja terhadap masalah dan penyelesaian
masalah K3
2. Menyediakan Forum Dialog yang konstruktif dan reguler antara Manajemen dan Pekerja 
3. Memainkan peranan yang penting dalam pengembangan program pengendalian bahaya di
tempat kerja
4. Mengkomunikasikan dan menyebarluaskan informasi K3
5. Menyampaikan rekomendasi K3 kepada Manajemen

Manfaat P2K3
 Mengembangkan kerjasama bidang K3
 Meningkatkan kesadaran dan partisipasi tenaga kerja terhadap K3
 Forum komunikasi dalam bidang K3
 Menciptakan tempat kerja yang nihil kecelakaan dan penyakit akibat kerja

Pasal 10 UU No. 1 Tahun 1970 P2K3


Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk P2K3 guna mengembangkan kerja sama saling
pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha dan tenaga kerja untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban bersama bidang K3 dalam rangka melancarkan usaha produksi

Susunan P2K3, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

Permennaker No. Per. 04/Men/1987 P2K3 & Tata Cara Penunjukan AK3
1. Pasal 1 pengertian
2. Pewajiban pengusaha
3. Kenaggotaaan/ personal P2K3
4. Tugas dan fungsi P2K3

Pengertian P2K3 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disebut P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara
pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi
efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk meringankan beban tugas pengusaha/pengurus khususnya dalam bidang K3 maka
perlu dibentuk P2K3

Ketentuan umum P2K3


 Kerja dengan kriteria tertentu pengusaha/pengurus wajib membentuk P2K3.
 Keanggotaan P2K3 bersifat Bipartit terdiri dari unsur pengusaha & pekerja yang
susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan anggota.
 Ketua P2K3 adalah Pemimpin Perusahaan.
 Sekretaris P2K3 adalah Ahli K3 dari perusahaan yang bersangkutan.
 P2K3 dibentuk oleh pengusaha atau pengurus dan disahkan oleh Ka.Disnaker Provinsi
setempat.
 Menyampaikan laporan kegiatan P2K3 sekurang-kurangnya 3 bulan sekali kepada
Ka.Disnaker Provinsi  setempat

KEWAJIBAN PENGUSAHA/PENGURUS MEMBENTUK P2K3

Tempat kerja dimaksud ialah:


1. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang atau lebih.
2. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari 100 orang, akan
tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko yang besar akan
terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif.

KEANGGOTAAN P2K3
 Keanggotaan P2K3 terdiri unsur Bipartit (pengusaha dan pekerja)
 Susunan pengurus P2K3 terdiri dari : Ketua, Sekretaris, Anggota
o Ketua P2K3 : unsur Pimpinan Perusahaan TOP Management, Decision/ Policy Meker
o Sekertaris : Ahli K3 dari perusahaan yang bersangkutan
o Anggota : Perwakilan dari tiap unit kerja yang telah memahami k3

Tugas P2k3 adalah Memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada
pengusaha/pengurus mengenai masalah K3

FUNGSI  P2K3

1. Menghimpun dan mengolah data tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja
2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
 Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan
keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara
penanggulangannya.
 Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja;
 Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
 Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya;
3. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
1. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;
2. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;
3. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja;
4. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta mengambil
langkah-langkah yang diperlukan;
5. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja,hygiene
perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi;
4. Membantu pengusaha atau pengurus dalam:
6. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan penyelenggarakan makanan di
perusahaan;
7. Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;
8. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;
9. Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja, melakukan
pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan;
10. Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higiene perusahaan dan kesehatan
kerja.

5. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijakan manajemen dan pedoman kerja dalam
rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja,
ergonomi dan gizi tenaga kerja

KHARAKTERISTIK UMUM PENGURUS DAN ANGGOTA P2K3


 Mempunyai tujuan yang sama : “menjadikan tempat kerja yang aman  dan sehat untuk
semua orang”
 Melakukan pertemuan secara regular
 Melakukan  komunikasi : antara pengusaha/ pengurus dan tenaga kerja
 Sebagai team penyelesaian masalah K3 (problem solving team)

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB KETUA  P2K3 (I)


 Memainkan peran kunci dalam :
- Melibatkan semua  anggota P2K3 dalam pelaksanaan K3 di tempat kerja
- Memanfaatkan keterampilan dan pengalaman bersama dalam menyelesaikan masalah
K3
- Mendorong anggota untuk memberikan kontribusi  peningkatan K3 di tempat kerja
- Menghadirkan anggota P2K3 dan memimpin langsung  pertemuan regular P2K3
- Mendistribusikan Informasi hasil pertemuan regular dan tindak lanjutnya

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB KETUA P2K3 (II)


Tanggung jawab ketua P2K3 :
 Merencanakan rapat regular
 Menyelenggarakan dan memimpin rapat
 Menindaklanjuti hasil keputusan rapat

PERAN DAN TANGGUNGJAWAB SEKRETARIS P2K3


a. Mempersiapkan rapat regular P2K3
b. Menyusun notulen rapat P2K3
c. Menghimpun semua agenda dan hasil keputusan rapat P2K3
d. Menyebarluaskan  notulen rapat, laporan dan informasi K3 kepada anggota P2K3
e. Menegaskan dan mengklarifikasi hasil keputusan rapat yang telah dicapai

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB ANGGOTA P2K3

 Menghadiri rapat-rapat P2K3


 Memberikan kontribusi ide, saran dan pengalaman dalam rapat P2K3
 Menghimpun dan mendapatkan  informasi apabila ditugaskan oleh rapat P2K3
 Mengkaji masalah K3 yang ada di tempat kerja
 Mempelajari usul dan saran karyawan untuk dibawa dalam rapat P2K3
 Mengkomunikasikan hasil rapat P2K3 di unit kerja masing-masing
 Membantu melakukan inspeksi K3 dan investigasi kecelakaan kerja

Rapat P2k3
Rapat P2K3 minimal dilaksanakan setiap bulan. Rapat tersebut akan membahas antara lain :
1. Masalah K3 yang yang belum dapat diselesaikan/dipecahkan 
2. Tindak lanjut hasil penyelidikan kecelakaan/insiden yang terjadi di perusahaan.
3. Tindak lanjut hasil inspeksi/patroli dan audit yang dilakukan periode sebelumnya.
4. Peninjauan ulang program K3 yang telah dijalankan.
5. Kebutuhan pelatihan dan kompetensi para personil.
6. Dan lain-lain yang berhubungan dengan K3 dan Lingkungan.

Pembinaan K3
Intern : personil, pogram, operasional
Ekstern : seminar, lokakorya, kursus, study bading
Kemnaker/disnakertrans : kunjungan pegawai pengawas, monitoring laporan

Peran ahli k3
 Sebagai sekretaris pada P2K3 di lini fungsional
 Memfollow up rekomendasi atau saran dan perkembangan yang telah disepakati kedua
belah pihak di lini structural

Ketentuan Ahli K3
 Pendidikan Sarjana dengan pengalaman kerja sesuai bidang keahliannya sekurang-
kurangnya 2 tahun, atau
 Pendidikan Sarjana Muda/sederajat dengan pengalaman kerja sesuai bidang keahliannya
sekurang-kurangnya 4 tahun
 Berbadan sehat & berkelakuan baik
 Bekerja penuh di instansi/perusahaan yang bersangkutan.
 Penunjukan Ahli K3 ditetapkan berdasarkan permohonan tertulis dari pengurus atau
pimpinan instansi kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
 asa berlaku penunjukan selama 3 (tiga) tahun
 Perpanjangan penunjukan dapat diajukan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang
ditunjuk
 Permohonan perpanjangan dengan melampirkan :
     - semua lampiran sebagaimana permohonan awal
     - salinan keputusan penunjukan Ahli K3 yang lama
     - surat pernyataan dari pengurus/pimpinan instansi 
        mengenai prestasi yang bersangkutan
     - rekapitulasi laporan kegiatan

Penunjukan dapat dicabut apabila :


- Pindah tugas ke instansi/perusahaan lain
- Mengundurkan diri
- Meninggal dunia
- Tidak memenuhi per-UU-an K3
- Melakukan kesalahan & kecerobohan
- Dengan sengaja atau kecerobohan membuka rahasia perusahaan
KEWAJIBAN AHLI K3
 Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan K3 sesuai dengan bidang
yang ditentukan.
 Memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk sesuai keputusan
penunjukannya yaitu tiap 3 bulan atau ditentukan lain bagi Ahli K3 Umum serta 
 Setiap selesai memberikan jasa bagi Ahli K3 yang berada pada perusahaan jasa.
 Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang di dapat
berhubungan dengan jabatannya.
 Tembusan laporan ditujukan kepada :
- Dinas Tenaga Kerja Propinsi
- Satwasker Wilayah Masing2
- Direktur Pengawasan Norma K3 
 Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan / instansi yang didapat
berhubungan dengan jabatannya

Wewenang ahli k3
 Memasuki tempat kerja sesuai dengan penunjukan.
 Meminta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat K3 di tempat
kerja sesuai sengan penunjukan.
 Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan memberikan
persyaratan serta pembinaan K3 yang meliputi :
• Keadaan dan fasilitas tenaga kerja
• Keadaan mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta peralatan lainnya
• Penanganan bahan-bahan
• Proses produksi
• Sifat pekerjaan
• Cara kerja
• Lingkungan kerja

Bottom up planning : masukan temuan rekomendasi, p2k3 management, kebijakan dan


komitmen, peraturan perusahaan kesepatan kerja Bersama, top down (command)

Rekomendasi Adalah saran pertimbangan kepada pihak-pihak yang terkait

Sifat rekomendasi :
  Tidak mengikat
  Tidak dapat memaksa

Recommendation  (Oxford dictionary) berarti mengatakan yang baik kepada orang lain atau
pernyataan/dokumen tentang sesuatu kepada seseorang agar dapat mempertimbangkan dengan
baik
Lembaga K3 yang diberikan tugas untuk memberikan rekomendasi K3 oleh ketentuan peraturan
:

 Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja/DK3N


 Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah/DK3W 
 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja/P2K3

Dalam pasal 2 Kep. Menaker No. Kep.155/MEN/1984 tentang Pembentukan, Susunan dan Tata
Kerja DK3N, DK3W dan P2K3, disebutkan tentang Tugas Pokok nya :
a. DK3N sebagai suatu badan pembantu di tingkat nasional ialah memberikan saran-saran dan
pertimbangan baik diminta maupun tidak  kepada Pemerintah cq. Meneteri Tenaga Kerja;   
b. DK3W (wilayah)
c. P2K3 sebagai suatu badan pembantu di tempat kerja memberikan saran-saran dan
pertimbangan, baik diminta maupun tidak kepada pengusaha/pengurus tempat kerja ybs.
jo. pasal 4 ayat (1) Per.Menaker No. Per-04/MEN/1987

laporan p2k3 tiap bulan dan tiap 3 bulan sekali (pasal 12)

pengajuan pengesahan p2k3


1. Pengajuan surat permohonan 
2. Dilampiri dengan nama dan alamat perusahaan, bidang usaha, jumlah tenaga kerja,
susunan pengurus P2K3 dan jabatan dalam perusahaan
3. Sertifikat dan SKP ahli K3 umum bagi sekretaris P2K3 yang masih berlaku.
4. Akan diterbitkan SK Pengesahan P2K3

P3K
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

 Pengertian P3k: Upaya P3K secara cepat dan tepat kepada pekerja/buruh atau orang lain
ditempat kerja.
 Pengertian PETUGAS P3K : Pekerja/buruh yangditunjuk perusahaan dan diberi tugas
tambahan utk melaksanakan P3K.

TUGAS PETUGAS P3K


 Melaksanakan tindakan P3K ditempat kerja
 Merawat Fasilitas P3K ditempat kerja
 Mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku kegiatan
 Melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus

FASILITAS P3K DITEMPAT KERJA


 Ruang P3K
 Kotak P3K dan Isi
 Alat Evakuasi dan alat Transportasi
 Fasilitas tambahan utk APD dan peralatan    khusus (shower , tampat cucimata) sesuai  
potensi bahaya.

KEWAJIBAN PENGURUS
 Memasang pemberitahuan tentang nama dan lokasi petugas P3K ditempat kerja yang
mudah terlihat Petugas P3K menggunakan tanda khusus yang mudah dikenali. (Pasal 7)

 Menyediakan ruang P3K bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja 100 orang atau
lebih atau mempekerjakan kurang dari 100 orang dengan potensi bahaya tinggi (Pasal 9)

SYARAT RUANG P3K

a. Lokasi : Dekat dengan toilet/kamar mandi, Dekat jalan keluar  Mudah dijangkau dari area
kerja, Dekat dengan tempat parkir kendaraan.
b. Luas minimal cukup utk satu tempat tidur pasien dan terdapat ruang yang memungkinakan
penolong berge    rak secara leluasa dan penempatan fasilitas P3K
c. Bersih, terang, ventilasi baik, pintu dan jalan cukup lebar utk memindahkan korban
d. Diberi tanda dengan papan nama yang jelas dan mudah dilihat
e. Sekurang-kurangnya dilengkapi dengan :
 Wastafel dengan air mengalir, Kertas tisue/lap
 Usungan/tandu, Bidai/spalk, Kotak P3K dan isi
 Tempat tidur, bantal dan selimut  Tempan penyimpanan peralatan
 Sabun dan sikat
 Pakaian bersih utk penolong
 Tempat sampah
 Kursi tunggu bila perlu.

SYARAT KOTAK P3K


a. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, warna dasar putih dengan lambang P3K
warna hijau
b. Isi kotak P3K sesuai dengan ketentuan
c. Penempatan kotak P3K
 Mudah dilihat dan dijangkau, tanda arah yang jelas, cahaya cukup dan mudah diangkat bila
diperlukan
 Jumlah disesuaikan dengan jmlj pekerja/buruh
 Jarak 500 meter antar unit kerja harus tersedia kotak P3K
 Utk tempat kerja bertingkat kotak P3K disediakan di tiap lantai.
RASIO JUMLAH PETUGAS P3K DG JML PEKERJA/BURUH
  Jumlah Jumlah Petugas P3K
Klasifikasi Tempat Kerja Pekerja/Buruh
Tempat Kerja dg potensi bahaya 25 - 150 1 orang
rendah > 150 1 orang untuk setiap 150 orang
atau kurang

Tempat Kerja dg potensi bahaya ≤ 100 1 orang


tinggi > 100 1 orang untuk setiap 100 orang
atau kurang

JUMLAH PEKERJA/BURUH,JENIS KOTAK P3K DAN JUMLAH KOTAK P3K

 JUMLAH JENIS KOTAK JUMLAH KOTAK P3K TIAP SATU


PEKERJA/BURUH P3K UNIT KERJA

< 26 A 1 Kotak A
26 S/D 50 B/A 1 Kotak B atau
2 Kotak A
51 S/D 100 C/B/A 1 Kotak C atau
2 Kotak B atau
 4 Kotak A atau
1 Kotak B & 2 Kotak A
Setiap 100 C/B/A 1 Kotak C atau
2 Kotak B atau
 4 Kotak A atau
1 Kotak B & 2 Kotak A

ISI KOTAK P3K


 NO. ISI KOTAK A KOTAK B KOTAK C
(Utk 25 org) (Utk 50 (Utk 100 org)
org)
1. Kasa Steril terbungkus 20 40 40
2. Perban (Lebar 5 cm) 2 4 6
3.  Perban (Lebar  10 cm) 2 4 6
4. Plester (Lebar 1,25 cm) 2 4 6
5. Plester Cepat 10 15 20
6. Kapas (25 gram) 1 2 3
7. Kain segitiga (Mitela) 2 4 6
8. Gunting 1 1 1
9. Peniti 12 12 12
10. Sarung tangan disposible 2 3 4
11. Masker 2 4 6
12. Pinset 1 1 1
13. Lampu Senter 1 1 1
14. Gelas untuk cuci mata 1 2 3
15. Kantong plastik bersih 1 1 1
16. Aquades ( 100 ml) 1 1 1
17. Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1
18. Alkohol 70 % 1 1 1
19. Buku Panduan P3K 1 1 1
20. Buku catatan  1 1 1
21.  Daftar Isi Kotak  1 1 1

Dokumen Pengawasan Norma P3K Di Tempat Kerja :


1. Syarat fasilitas P3K
o Ruangan
o Peralatan
o Kotak P3K dan Isinya
2. Syarat petugas P3K
o Sertifikat pelatihan P3K
o Jumlah petugas

Anda mungkin juga menyukai