Anda di halaman 1dari 6

ELEMEN SMK3 KONTRAKTOR KKS

(ELEMEN 9 & 10)

Elemen 9: Pemantauan, Pengukuran, dan Evaluasi


 Ekspektasi
1. Perusahaan mengembangkan dan menetapkan sistem pengukuran kinerja K3.
2. Perusahaan mengembangkan dan menetapkan audit SMK3.
Organisasi harus mengukur apa yang sedang mereka lakukan untuk menerapkan
kebijakan K3, untuk menilai bagaimana efektifitas mereka mengendalikan risiko, dan
seberapa baik mereka mengembangkan budaya K3 positif. Pemantauan dan pengukuran
yang dilakukan manajemen dapat menjadi sinyal bagi para pekerja mengenai komitmen
manajemen terhadap K3 sehingga dapat berperan meningkatkan budaya K3.

 Leading Performance Indicators


Tujuan indikator dan ukuran kinerja adalah:
- Untuk mengetahui apa yang terjadi di sekitar kita.
- Untuk menilai bagaimana hasil yang dicapai.
- Mengetahui apa yang terjadi pada saat ini.
- Sebagai rambu peringatan untuk menunjukkan adanya bahaya atau masalah yang
perlu diperbaiki.
Indikator dapat dikelompokkan atas 2 bagian:
- Lagging Indicator (Pengukuran Reaktif), yaitu indikator yang memberikan indikasi
hasil (outcome) dari kinerja sebelumnya.
- Leading Indicator (Pengukuran Aktif), yaitu indikator yang menunjukkan unjuk
kinerja yang sedang berjalan yang akan mempengaruhi kinerja mendatang.

 Sistem Pengendalian Aktif


Sistem pengendalian aktif memberikan masukan bagi perusahaan tentang kinerjanya
sebelum suatu kecelakaan, insiden, atau penyakit akibat kerja. Pemantauan ini mencakup
pencapaian sasaran dan rencana kerja khusus, operasional dari SMK3, dan pemenuhan
terhadap standar kinerja yang ditetapkan. Hasil pemantauan ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam meningkatkan sistem pengendalian risiko dan SMK3.
Berbagai bentuk dan tingkat pemantauan aktif antara lain:
- Prosedur rutin untuk memonitor sasaran tertentu, misalnya laporan atau hasil triwulan
atau bulanan.
- Penilaian berkala untuk memeriksa apakah sistem yang berkaitan dengan promosi
budaya K3 telah terpenuhi. Salah satu contoh adalah dengan melihat apakah sasaran
yang sesuai bagi manajer telah ditetapkan dan telah dilakukan peninjauan kinerjanya
secara berkala.
- Pemeriksaan tempat kerja, fasilitas, dan peralatan yang sistematis oleh pihak terkait,
untuk memastikan bahwa tindakan pencegahan yang efektif telah dilaksanakan di
tempat kerja.
- Pemantauan lingkungan dan survei kesehatan untuk memeriksa sistem pengamannya
telah efektif dan untuk mendeteksi adanya gangguan-gangguan terhadap kesehatan.
- Observasi langsung secara sistematik ke tempat kerja untuk memantau perilaku dan
pemenuhan standar, peraturan khususnya yang berkaitan dengan pengendalian
bahaya.
- Penerapan sistem audit.
Keberhasilan dari sistem pemantauan aktif ditentukan oleh kualitas perencanaan, standar
kinerja, dan spesifikasi yang telah ditetapkan sebagai tolak ukur untuk menilai kinerja K3.
Pemantauan aktif harus sejalan dengan peringkat bahaya. Salah satu bentuk pemantauan
aktif adalah inspeksi K3. Kegiatan inspeksi difokuskan kepada daerah yang memiliki
potensi bahaya besar, atau yang memberikan peluang terbesar untuk pengendalian
bahaya. Inspeksi tempat kerja merupakan unsur penting dalam pemantauan aktif, hal ini
dapat menjadi bagian dari prosedur pemeliharaan tempat kerja dan peralatan yang berlaku
di dalam perusahaan, termasuk inspeksi yang diwajibkan sesuai dengan perundangan.
Persyaratan dan pendekatan inspeksi yang baik mencakup antara lain:
- Formulir inspeksi yang dirancang dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan
sehingga mampu menghindarkan terjadinya “over look”.
- Ringkasan daftar tindakan perbaikan yang memuat nama, batas waktu, penanggung
jawab, dan penerapannya.
- Analisa berkala mengenai hasil inspeksi untuk mengetahui trend penyimpangan yang
ada di tempat kerja.
- Informasi tambahan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan
program inspeksi seperti kekerapan, sasaran inspeksi, dan ketelitiannya.

 Menerapkan Standar Kinerja


Standar kinerja diperlukan untuk mengetahui mengenai kontribusi semua pihak dalam
melaksanakan SMK3. Standar kinerja bagi pekerja di semua tingkatan diperlukan untuk
memastikan:
- SMK3 yang dikembangkan telah efektif.
- Implementasi SMK3 telah sesuai, misalnya pengaturan manajemen, sistem
pengendalian risiko, pengamanan tempat kerja, dll.
- Pemberian penghargaan bagi personal yang berprestasi dalam pencegahan
kecelakaan.
Standar kinerja K3 dapat mencakup upaya pencegahan (aktif) dan hasil kinerja yang
dikenal dengan hasil atau output.
- Formulasi kebijakan dan implementasi.
- Metoda akuntabilitas.
- Safety Meeting.
- Keterlibatan pekerja dalam penilaian risiko dan penyusunan prosedur kerja.
- Pengumpulan informasi dari sumber eksternal.
- Keterlibatan manajer senior dalam program K3 (safety tour, investigasi kecelakaan,
safety meeting, dsb.)
- Penyiapan dokumentasi K3, standar kinerja, peraturan dan prosedur K3.
- Rencana dan sasaran K3.
- Proses penilaian risiko.
- Implementasi sistem penilaian risiko di tempat kerja.
- Pelaporan kecelakaan, insiden, dan investigasi.
- Audit dan tinjau ulang.

 Sistem Pengendalian Reaktif


Pemantauan reaktif sesuai dengan definisinya dilaksanakan setelah suatu kejadian dan
termasuk dalam identifikasi dan pelaporan:
- Kecelakaan atau kasus penyakit akibat kerja.
- Kerusakan terhadap sarana.
- Insiden termasuk hampir celaka.
- Potensi bahaya.
- Penyimpangan atau pelanggaran standar kinerja.
 Audit SMK3
Keberhasilan dalam implementasi SMK3 tidak akan dapat diketahui tanpa melakukan
audit. Hasil audit akan memberikan informasi yang jelas mengenai pencapaian program
kerja dan implementasi SMK3 di perusahaan. Tujuan utama audit adalah untuk
mengetahui kelebihan dan kelemahan yang ada di dalam perusahaan dibandingkan
dengan tolak ukur atau acuan yang baku. Tujuan audit K3 adalah untuk mengetahui
kelebihan dan kelemahan pelaksanaan K3 di perusahaan dibanding dengan standar atau
perundangan yang berlaku. Tujuan audit antara lain:
- Memastikan bahwa semua pengaturan manajemen telah tersedia.
- Sistem pengendalian bahaya telah tersedia dilaksanakan dan dipelihara.
- Memastikan bahwa semua persyaratan perundangan telah terpenuhi.
Sistem audit K3 yang efektif memiliki karakteristik sbb.:
- Dilaksanakan oleh suatu regu atau individu yang kompeten yang sudah menerima
pelatihan spesifik untuk melakukan audit K3.
- Auditor independen terhadap unit yang diaudit.
Audit dimaksudkan untuk menilai elemen-elemen penting berikut:
1. Kebijakan: tujuan, lingkup, dan kelengkapannya.
2. Organisasi:
- Penerimaan tanggung jawab mengenai K3 oleh manajemen lini dan
kelengkapan pedoman untuk pelaksanaan pengendalian.
- Kecukupan prosedur untuk keterlibatan dan konsultasi K3 bagi para pekerja.
- Ketercukupan pengaturan tentang komunikasi dan informasi.
- Ketercukupan pengaturan untuk memastikan kompetensi dari seluruh pekerja.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan:
- Sistem pengendalian bahaya di tempat kerja.
- Ketercukupan pengaturan mengenai pengendalian risiko dan pencegahan
kecelakaan.
- Ketercukupan sumber daya yang diperlukan untuk pengelolaan K3.
- Rencana jangka panjang untuk meningkatkan K3.
4. Sistem Pengukuran: kecukupan dan keterkaitannya dengan kinerja K3.
5. Sistem Tinjau Ulang: kemampuan perusahaan untuk belajar dari pengalaman dan
meningkatkan kinerjanya.
6. Proses Audit K3:
- Pengumpulan informasi mengenai SMK3.
- Mengambil kesimpulan tentang kecukupan dan kinerja.
7. Pengumpulan Informasi: ditentukan oleh tingkat dan ketelitian dari audit. Dalam
melakukan audit, auditor memperoleh informasi dari 3 sumber diantaranya
wawancara individu, pemeriksaan dokumen, dan peninjauan lapangan.
8. Membuat Penilaian: pemenuhan SMK3 dinilai dengan melakukan perbandingan
antara apa yang ditemukan dengan tolak ukur, standar atau “benchmark”. Untuk itu,
seorang auditor harus memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai persyaratan
keselamatan kerja yang berlaku seperti perundangan, code atau standar yang berkaitan
dengan sesuatu masalah.
9. Pemantauan Audit
Sebagaimana proses lainnya, kegiatan audit harus juga dipantau untuk memastikan
bahwa audit telah dilaksanakan dengan baik dan konsisten melalui sistem pemantauan
antara lain:
- Memastikan bahwa audit K3 diterima sebagai suatu alat manajemen yang
positif dan dilakukan secara serius oleh semua tingkat manajemen.
- Memastikan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan.
- Audit tidak dilakukan hanya sekedar formalitas tetapi digunakan sebagai
upaya perbaikan dan peningkatan menyeluruh dari kinerja K3 perusahaan.
- Memastikan kompetensi dari tenaga auditor.
- Memastikan bahwa hasil audit diimplementasikan.

Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengembangkan sistem audit yang baik antara
lain:
- Membentuk tim audit yang baik dengan uraian dan tanggungjawab yang jelas.
- Memberikan pelatihan bagi anggota tim audit agar mampu melakukan audit dengan
baik.
- Menetapkan prosedur dan protokol audit.
- Menyiapkan daftar periksa audit.
- Menentukan jadual audit.
- Menentukan pelaksanaan audit (internal atau eksternal).
- Melaksanakan audit.
- Menindaklanjuti hasil audit dan mensosialisasikan kepada semua pihak terkait.
Elemen 10: Tinjau Ulang Manajemen
 Ekspektasi
1. Perusahaan mengembangkan, menetapkan, dan melakukan tinjau ulang manajemen.
2. Hasil tinjau ulang dijadikan masukan untuk peningkatan berkelanjutan (continual
improvement) SMK3, kebijakan dan sasaran K3
Tinjauan manajemen merupakan langkah terakhir dalam siklus SMK3. Hasil audit dan
tinjauan manajemen ini merupakan umpan balik yang memungkinkan perusahaan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kinerja K3 di dalam perusahaan secara terus-
menerus.

 Peninjauan Kinerja
Peninjauan kinerja K3 adalah proses aktif untuk melihat dan mengetahui apakah sasaran
kinerja yang ditetapkan telah tercapai, dan mengambil langkah yang diperlukan untuk
memperbaikinya.

 Hal penting untuk menjamin keberhasilan tinjauan manajemen diantaranya:


- Adanya prosedur yang jelas mengenai proses tinjau ulang manajemen.
- Keterlibatan aktif manajemen puncak dalam forum tinjau ulang (tidak sekadar
diwakilkan).
- Agenda tinjau ulang manajemen yang jelas dan terarah misalnya:
o Hasil audit SMK3 internal atau eksternal.
o Kinerja K3 dibanding dengan sasaran dan target yang ditetapkan.
o Kendala yang dihadapi dalam pencapaian sasaran dan target.
o Peraturan perundangan yang berpengaruh terhadap bisnis perusahaan.
o Strategi bisnis perusahaan.
o Kebijakan manajemen di berbagai bidang yang memiliki dampak K3.
o Klaim dari pihak luar (konsumen, mitra kerja atau masyarakat luas).

Anda mungkin juga menyukai