Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM SOUND LEVEL METER

Laporan ini dibuat sebagai syarat


Dalam Mata Kuliah Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Studi Kesehatan Masyarakat

OLEH
Nama : Anggraini Agustini
NIM : 10011281823185
Kelompok : Tujuh 7
Dosen : Mona Lestari S.K.M., M.K.K.K
: Poppy F
Asisten :

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWJAYA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Unsafe Condition adalah keadaan yang tidak diinginkan yang menganggu
kenyaman, salah satunya kenyaman pendengaran. Peraturan Pemerintah Menteri
Lingkungan Hidup (1996) menyatakan kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh kebisingan tentunya
menimbulkan dampak, baik dari segi psikologis, fisiologis, komunikasi, dan
pendengaran. Dalam penelitian Suyatno (2010) menyatakan bahwa dalam
kehidupan sehari-hari, terutama aktifitas bekerja, banyak hal yang sering
dibicarakan mengenai kenyamanan dalam bekerja, salah satunya adalah
terganggunya kenyamanan tersebut yang disebabkan oleh bunyi bising yang
diterima.
Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan. Menurut
Suma’mur (1984) biing adalah suara yang tidak dikehendaki yang dapat
mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Efek atau pengaruh dari
kebisingan bisa berupa gangguan pendengaran dan gangguan bukan pendengaran.
Desibel (dB) merupakan satuan dari kebisingan. Salah satu penyebab
rusaknya reseptor pendengaran Corti pada telinga dalam adalah intensitas 85 dB.
Yang mengakibatkan ketulian saraf koklea dan biasanya terjadi pada kedua
telinga.

Pada dasarnya, manusia dapat mendengar bunyi pada frekuensi 20 Hz –


20.000 Hz.Oleh karena itu, diperlukan sound level meter untuk mengetahui
tingkat kebisingannya dan seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan ke
lingkungan sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu Sound Level Meter ?
b. Bagaimana prinsip kerja Sound Level Meter ?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui apa itu Sound Level Meter ?
b. Mengetahui bagaimana prinsip kerja Sound Level Meter ?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sound Level Meter

Sound Level Meter adalah alat ukur dengan basis sistem pengukuran
elektronik menurut Burchla dan Mclachan (1992). Standar alat ukur pengukur
kebisingan berbasis elektronik adalah Sound Level Meter. Menuruut Anizar
(2010), Sound Level meter (SLM) biasanya dipakai untuk mengukur tingkat
kebisngan pada saat tertentu. Manusia dapat mendengar bunyi pada frekuensi 20
Hz – 20.000 Hz. Oleh karena itu, diperlukan sound level meter untuk mengetahui
tingkat kebisingannya dan seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan ke
lingkungan sekitarnya.

Sound Level Meter digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan di


lingkungan kerja, di sumber bising dan pada pekerja.

Biasanya alat ini digunakan untuk mengidentifikasi tempat-tempat yang


tingkat kebisingannya lebih tinggi dari aturan batas maksimum yakni 85 dBA.
Alat ini terdiri dari Microphone, alat penunjuk elektronik, amplifilter, 3 skala
pengukuran A,B,C.

1. Skala Pengukuran A untuk memperlihatkan perbedaan kepekaan yang


besar pada frekuensi rendah dan tinggi yang menyerupai reaksi telinga
untuk intensitas rendah
2. Skala Pengukuran B untuk memperlihatkan kepekaan telinga untuk bunyi
dengan intensitas sedang.
3. Skala Pengukuran C untuk skala dengan intensitas tinggi

2.2 Jenis Sound Level Meter

Ada 2 jenis alat untuk mengukur tekanan suara, ada yang kelas 1 dan kelas 2.
Komponen elektronik menentukan variasi dari suara di dalam suatu area.  Kelas
pengukur tingkat kebisingan ditentukan oleh standar internasional yang relevan.
Alat ini ditentukan oleh Standar Internasional seperti IEC 61672-1: 2013 atau BS
EN 61672-1: 2003.

Standar-standar ini menentukan berbagai kriteria akurasi, kinerja, dan


kalibrasi yang kompleks dan harus dipenuhi agar sesuai dengan kerjanya. Dalam
Standar, ada dua tingkat toleransi yang diijinkan dan ini dikenal sebagai kelas 1
dan kelas 2. Kelas 1 lebih akurat dibandingkan dengan kelas 2. Pengukur suara
kelas 1 sering disebut pengukur level tinggi dan pengukur level kebisingan kelas 2
adalah pengukur standart. Anda dapat menggunakan kelas 1 karena memiliki
toleransi yang lebih sempit juga memiliki respons yang lebih akurat. Alat kelas 1
dapat mengukur suara pada frekuensi yang lebih luas daripada kelas 2. Oleh
karena itu, kelas 1 dipandang lebih akurat daripada kelas 2. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa meteran kelas 2 memiliki toleransi yang lebih luas oleh sebab
itu hasilnya kurang akurat

2.3 Nilai Ambang Batas

Sound Level Meter digunakan untuk dapat mengukur kebisingan antara 30


– 130 dB dalam satuan dBA dari frekuensi antara 20 sampai 20.000Hz.

2.4 Dampak Kesehatan

Sanders dan Mc Cormick, 1987, dan Pulat, 1992, dalam Tarwaka (2004)
menyatakan bahwa pengaruh pemaparan kebisingan secara umum ada dua
berdasarkan tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu
pemaparan, yaitu:

1. Pengaruh kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB)

a. Pengaruh kebisingan intensitas tinggi terjadinya kerusakan pada


indera pendengaran yang dapat menurunkan pendengaran baik
yang bersifat sementara maupun permanen atau ketulian.
b. Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis
kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui.
c. Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat
menyebabkan gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan
darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah
perifer terutama tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat,
gangguan sensoris dan denyut jantung, risiko serangan jantung
meningkat, dan gangguan pencernaan.
d. Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat dari suatu proses
produksi demikian hebatnya, sehingga masyarakat sekitarnya
protes menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan.

Biasanya, bising bernada tinggi sangat mengganggu kenyamanan, apalagi


bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa
peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh
darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan
gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor
vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan efek pusing/vertigo.
Perasaan mual, susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising
terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah,
sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.

2. Pengaruh kebisingan intensitas rendah (di bawah NAB) Secara


fisiologis intensitas kebisingan yang masih di bawah NAB tidak
menyebabkan kerusakan pendengaran, namun demikian kehadirannya
sering dapat menurunkan performasi kerja, sebagai salah satu penyebab
stres dan gangguan kesehatan lainnya. Stres yang disebabkan karena
pemaparan kebisingan dapat menyebabkan antara lain:

a. Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan


tidur.
b. Gangguan reaksi psikomotorik.
c. Kehilangan konsentrasi.
d. Gangguan konsentrasi antara lawan bicara. Penurunan performasi
kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada kehilangan
efisiensi dan produktivitas.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Komponen dari Sound Level Meter itu ada mikrofon serta sirkuit elektronik
seperti attenuator, scala indocator, LCD panel, dan 3 jaringan respon frekuensi
dan amplifier . Namun sebelumnya jaringan ini harus di standarisasi untuk
memberikan pendekaran yang tepat saat melakukan pengukuran kebisingan.

Bagian-bagian dari sound level meter antara lain adalah:

1. microphone
2. display
3. alarm LED
4. windscreen
5. weighting key
6. fast/slow key
7. power key
8. max/hold key
9. Hi/Lo key

3.2 Prosedur Kerja

Pada dasarnya, sound level meter mampu mendeteksi getaran yang terjadi.
Getaran yang dihasilkan sebuah benda akan menimbulkan terjadinya perubahan
tekanan udara, yang selanjutnya akan ditangkap oleh sistem peralatan. Kemudian
jarum analog akan menunjukkan angka yang merupakan indikator tingkat
kebisingan suatu benda dan dinyatakan dengan nilai dB. Agar dapat menangkap
kebisingan suatu benda, maka alat diarahkan ke sumber suara setinggi telinga.
Cara kerja Sound Level Meter adalah sebagai berikut

1. Perlu dipastikan bahwa terpasang baterai di alat SLM tersebut.


2. Melakukan kalibrasi alat untuk memastikan nilai akurasi saat
melakukan pengukuran. Kalibrasi ideal adalah 90% ke atas, dengan
menggunakan alat kalibrasi yang dimasukkan ke microphone. Alat
dikalibrasikan dengan 114 dB (A).Selanjutnya, yaitu menentukan
range dan satuan yang akan digunakan. Satuan yang digunakan pada
umumnya yaitu dB (decibel).
3. Memastikan bahwa windscreen pada microphone sudah terpasang
agar suara angin tidak masuk ke dalam alat. Selain itu, akan mencegah
debu apabila alat ditempatkan pada ruangan yang berdebu, sehingga
microphone dapat terjaga.
4. Lalu, microphone diarahkan ke sumber suara yang akan diukur. Terakhir, alat
akan menunjukkan angka sebagai tingkat kebisingan suara.

Dalam menggunakan SLM harus diperhatikan beberapa hal ini, yang


pertama jika mengukur di suatu ruangan maka haru dipastikan posisi jauh dari
dinding, lantai, dan pembatas besar lainnya. Karena hal itu dapat meyebabkan
level sinyal menjadi jarang yang berakibat pada berubahnya suatu sistem menjadi
lebih meningkat jauh dari tingkat kebisingan yang sesungguhya. Yang kedua
jangan dekat dengan benda yang bergerak, karena akan menimbulkan terjadinya
sebuah perubahan pada tekanan udara. Yang terakhir harus diarahkan ke sumber
suara, setinggi telinga agar dapat menangkap kebisingan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai