PENYAKIT AKIBAT KERJA II
TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALALEHER
Disusun oleh:
Nama : Annisa Zakiroh
NPM : 1806273774
Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Jenny Bashiruddin, Sp.THTKL(K)
Program Magister Kedokteran Kerja
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Januari 2020
1. Bagaimana menegakkan diagnosis NIHL dengan 7 langkah?
1) Langkah 1: Menentukan Diagnosis Klinis
Gejala : bisa tanpa gejala, pendengaran berkurang perlahan dan progresif bila
terpajan bising terusmenerus, umumnya bersifat simetris; telinga berdenging;
mengalami kesulitan mendengar bicara ditempat ramai; nyeri bila mendnegar
suara keras
Pemeriksaan fisik dan otoskopi : tidak ada kelainan
Pemeriksaan Penunjang
o Uji penala: Tes Rinne (+), Weber tidak ada lateralisasi (merupakan tuli
sensorineural)
o Audiogram:
Terdapat takik di frekuensi 3000 Hz, 4000 Hz, atau 6000 hz dengan
pemulihan pada frekuensi 8000 Hz
Takik ini biasanya terjadi pada salah satu dari ketiga frekuensi di atas
dan frekuensi di sekitarnya akan juga terpengaruh jika pajanan bising
terus berlanjut.
Lokasi Takik tergantung pada frekuensi kebisingan yang dialami di
tempat kerja dan ukuran dari liang telinga pasien
Pada NIHL awal ratarata ambang pendengaran di frekuensi rendah
(500, 1000, dan 2000 Hz) lebih baik dibandingkan ratarata ambang
dibandingkan terdalam dari takik.
Adanya takik ini berbeda dengan presbiskusis yang juga
mengakibatkan kehilangan pendengaran frekunsi tinggi tetapi dengan
pola downsloping tanpa pemulihan di frekuensi 8000 Hz
2) Langkah 2: Menentukan pajanan yang ada di lingkungan kerja
Mengetahui jenis pekerjaan, terutama yang berhubungan kebisingan di
lingkungan kerja yang bersifat kontinyu atau intermitten
Mengetahui penggunaan bahanbahan kimia yang digunakan/dihasilkan selama
melakukan pekerjaannya.
3) Langkah 3: Menentukan hubungan antara pajanan di lingkungan kerja dengan
penyakit
Pajanan bising kontinyu atau intermitten dapat menyebabkan NIHL
Pajanan bahan kimia yang bersifat ototoksik atau neurotoksik perifer dapat
menyebabkan Sensorineural Hearing Loss
Hasil pemeriksaan audiometri secara berkala terdapat standard threshold shift
(menurut OSHA) atau significant
4) Langkah 4: Menentukan kecukupan pajanan untuk dapat menyebabkan terjadinya
penyakit
Saat berbicara harus berteriak dalam jarak 1 meter
Intensitas pajanan bising di tempat kerja (jika sudah pernah diukur)
Efek akut pajanan bising kontinu atau intermitten dapat segera timbul (berupa
temporary threshold shift)
Efek kronik: durasi minimal pajanan 6 bulan dengan pajanan harian 93 dB(A)
bagi individu yang paling rentan. setiap kenaikan 3 Db dalam pajanan bising,
menurunkan setengah waktu awitan timbulnya efek.
Mengetahui Penggunaan APD telinga ketika bekerja di lingkungan kerja
dengan pajanan kontinyu atau intermitten (Jangan lupa perhatikan NRR pada
APD telinga yang digunakan)
Mengetahui penggunaan Alat Pelindung Pernafasan atau sarung tangan ketika
beekrja dengan bahan kimia yang bersifat ototoksik/neurotoksik perifer
5) Langkah 5: Menentukan adanya faktor individu
Riwayat gangguan pendengaran sebelumnya (congenital/bawaan)
Penyakit degeneratif seperti : diabetes mellitusm hipertensi
Riwayat oenggunaan obat ototoksik (Gnetamisin, kanamisin, neomysin,
streptomisin, dll)
Riwayat trauma
6) Langkah 6: Menentukan faktor di luar pekerjaan yang dapat menyebabkan
penyakit
Cari tahu apakah ada hobi/kebiasaan mendengarkan musik keras atau sering
menggunakan earphone dengan intensitas keras untuk mendnegarkan musik atau
suara keras
7) Langkah 7: Menentukan Penyakit Akibat Kerja atau Bukan Penyakit Akibat Kerja
Bila terdapat pajanan bising kontinu atau intermitten dengan intensitas pajanan di
atas 85 Db dan terdapat tuli sensorineural bilateral, simetris dengan karakteristik
audiogram seperti Langkah 1
2. Berapa NAB yang diperbolehkan?
3. 7 Program Konservasi Pendengaran
1) Identifikasi Sumber Kebisingan (walkthrough survey)
2) Analisis Kebisingan (SLM, Octave Band Analyzer)
3) Kontrol kebisingan
4) Tes Audiometri
5) Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)
6) APD (Alat Pelindung Diri)
7) Pencatatan dan pelaporan data
4. 3 Kontrol Kebisingan
1) Kontrol Kebisingan = Engineering Control
• Penggantian alat: mengganti mesin yang memiliki tingkat kebisingan tinggi
• Isolasi: Menggunakan pelindung alat seperti sound box, sound enclosure
• Pembatasan transmisi sumber bising (Sound Barrier: sound proof materials)
• Desain Akustik: sound absorbent materials
2) Kontrol Adminitrasi = Administrative Control
• Rotasi posisi bekerja
• Pengaturan Produksi: hindari bising yang terjadi terus menerus
• Gunakan kontrol dan monitor kebisingan
• Training Program Konservasi Pendengaran: fungsi pendengaran dan
perlindungannya
• Tes Audiometri
3) Alat Pelindung Diri = Personal Protective Equipment
• Untuk mengurangi jumlah energi akustik yang masuk ke mekanisme
pendengaran.
• Alat pelidung diri yang dapat digunakan yaitu Earplugs, Earmuffs, dan
Helmet.
5. Bagaimana cara menghitung kumulatif pajanan bising?
Pengukuran untuk mengetahui tingkat pemaparan bising terhadap tenaga kerja
selama 8 jam kerja (1 shift) secara akumulatif:
a. Alat yang digunakan Noise Dosimeter yang terpasang pada baju tenaga kerja
yang akan diperiksa
b. Setiap tenaga kerja pindah lokasi diganti event baru
c. Dicatat lamanya tenaga kerja dilokasi tersebut/tiap lokasi yang ditempati
d. Tingkat pemaparan bising akumulatif selama 1 shift (8 jam kerja) dapat
dihitung sebagai berikut:
Dimana…
o C1, 2, … = Intensitas bising di area 1, 2, …
o T1, 2, … = Lamanya terpajan di area 1, 2, …
o D = Dosis pajanan harian (8 jam)
Kesimpulan:
pengendalian administrasi
o Apabila hasil D = atau >0,5; maka pekerja tersebut harus mengikuti Program
Konservasi Pendengaran
6. Bagaimana cara menghitung kecacatan pendengaran akibat bising?
Cacat pendengaran akibat kerja:
1. Unilateral (monoaural)
2. Bilateral (binaural)
Derajat Tuli
• Normal : ambang dengar < 25 dB
• Tuli ringan : 25 – 40 dB
• Tuli sedang : 40 – 55 dB
• Tuli sedang berat : 55 – 70 dB
• Tuli berat : 70 – 90 dB
• Tuli sangat berat : > 90 dB
a. Tuli monoaural:
Jumlahkan nilai ambang dengar dari 4 frekuensi yaitu 500 Hz, 1000 Hz, 2000
Hz, dan 4000 Hz.
Hitung Average Hearing Threshold Level (HTL ratarata) = jumlah nilai
ambang dengar dibagi 4.
Hasil HTL ratarata dikurangi 25 dB
Sisanya dikali dengan 1,5% % kecacatan tuli monaural
b. Tuli binaural:
Telinga yang lebih baik hasilnya dikali 5 (1)
Telinga yang leih buruk dijumlah hasil (1) (2)
Hasil (2) dibagi 6 % kecacatan tuli binaural
7. Gaambarkan audiogram!
a. Normal
b. Tuli konduktif ringan
c. Tuli sensorineural berat