PEMERIKSAAN AUDIOMETRI
A. TUJUAN
Membuat audiogram hasil pemeriksaan audiometri tenaga kerja dengan
memberikan nada murni pada hantaran udara baik dalam pemeriksaan awal maupun
pemeriksaan berkala.
B. STANDAR ACUAN
ANSI 3.6-1969 tentang spesifikasi audiometer
C. DASAR TEORI
Pengukuran pada hantaran udara berupa pemberian nada murni ke liang telinga
luar, kemudian nada tersebut berjalan melalui telinga tengah ke telinga dalam. Sedangkan
pengukuran nada hantaran tulangberupa penempatan vibrator nada murni di prosesus
mastoid (bagian dari tulang kepala di belakang telinga). Signal nada tersebut kemudian
menggetarkan tulang temporal, dalam hal ini nada tidak mengikuti aliran hantran udara
tetapi merangsang telinga dalam secara langsung melalui hantaran tulang.
Tingkat intensitas suara minimum yang dapat didengar oleh telinga orang muda
sehat adalah 20 mikropaskal, hal ini dikenal sebagai tingkat akustik 0 db. Pada audiometri
digunakan tingkat referensi lain yang dikenal sebagai tingkat ambang dengar 0 db. Pada
frekuensi ± 3000 Hz, tingkat ambang dengar lebih tinggi 10 db diatas tingkat akustik. Hasil
pemeriksaan normal berada dalam kisaran ≤ 25 db pada seluruh frekwensi. Bila terdapat
kecenderungan hasil pemeriksaan melebihi 25 db terutama pada frekwensi 500 atau 1000
Hz, kemungkinan terdapat perbedaan latar belakang kebisingan ruang pemeriksaan yang
terlalu bising. Bila terdapat perbedaan > 40 db antara telinga kanan dan kiri, maka
dilakukan prosedur masking untuk menentukan tingkat ambang dengar sebenarnya.
Audiogram orang yang menderita tuli akibat bising awal menunjukan tingkat
ambang dengar normal pada frekwensi 500-2000 Hz dan penurunan tingkat ambang dengar
pada frekwensi 3000-6000 Hz dengan puncaknya pada frekwensi 4000 Hz, kemudian
membaik pada frekwensi 8000 Hz. Frekwensi rendah menunjukan kuatnya pembicaraan
dan frekwensi tinggi memberikan kejelasan pembicaraan. Pada tuli akibat mereka tidak
bermasalah dengan adanya kerasnya suara tetapi mereka tak dapat mendengar kejelasan
pembicaraan khususnya konsonan t, k dan p.
Dalam menghitung cacat akibat bising (NIHL) diperlukan audiogram nada murni
pada saat mulai bekerja di lingkungan bising dan audiogram yang terakhir. Bila audiogram
pada saat mulai bekerja pada lingkungan bising tidak ada, maka anggap ambang
pendengeran yang dulu adalah 25 db. Juga diperlukan umur pekerja untuk koreksi terhadap
penurunan akibat pertambahan umur (koreksi presbicusis) dimana tiap kenaikan 1 tahun
setelah umur 40 tahun ambang pendengaran ditambah 0,5 dB. Dengan catatan tidak boleh
dari 12,5 dB.