Anda di halaman 1dari 16

1.

DEFINISI

Audiometri berasal dari kata audire dan metrios yang berarti mendengar
dan mengukur (uji pendengaran).

Audiometri tidak saja dipergunakan untuk

mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk


menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan
pendengaran Nada murni berarti bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi,
dinyatakan dalam jumlah getaran per detik. Audiometri nada murni/ pure tune
audiometry (PTA) adalah salah satu jenis uji pendengaran untuk menilai fungsi
pendengaran.

2,6

2. MANFAAT AUDIOMETRI

Untuk mengukur batas pendengaran pada hantaran udara


dan tulang serta derajat atau tipe ketulian.

Hasil rekaman dapat disimpan dan digunakan untuk


rujukan masa akan datang.

Audiogram berguna sebagai acuan untuk pengunaan alat


bantu dengar.

3. TUJUAN AUDIOMETRI

Kegunaan diagnostik penyakit telinga

Mengukur kemampuan pendengaran dalam menangkap


percakapan sehari-hari. Atau validitas sosial pendengaran
seperti untuk tugas dan pekerjaan, apakah butuh alat bantu
dengar, ganti rugi seperti dalam bidang kedokteran

kehakiman dan asuransi.

Skrining pada anak balita dan sekolah dasar

Monitor pekerja yang bekerja di tempat bising.

4. ISTILAH DALAM AUDIOMETRI NADA MURNI

a) Nada murni (pure Tone): merupakan bunyi yang hanya


mempunyai satu frekuensi, dinyatakan dalam jumlah getaran per
detik.
b) Bising: merupakan bunyi yang mempunyai banyak frekuensi,
terdiri dari spectrum terbatas (Narrow band), spektrum luas (White
noise).
c) Frekuensi : merupakan nada murni yang dihasilkan oleh getaran
suatu benda yang sifatnya harmonis sederhana (simple harmonic
motion). Dengan satuannya dalam jumlah getaran per detik
dinyatakan dalam Hertz (Hz).
d) Intensitas bunyi: dinyatakan dalam desibel (dB). Dikenal dB HL
(hearing level), dB SL (sensation level), dB SPL (sound pressure
level). dB HL dan dB SL dasarnya adalah subjektif, dan inilah
yang biasanya digunakan pada audiometer, sedangkan dB SPL
digunakan apabila ingin mengetahui intensitas bunyi yang

sesungguhnya secara fisika (ilmu alam).2,7


e) Ambang dengar: merupakan bunyi nada murni yang terlemah
pada frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga
seseorang. Terdapat ambang dengar menurut konduksi udara (AC)
dan menurut konduksi tulang (BC). Bila ambang dengar ini
dihubung-hubungkan dengan garis, baik AC maupun BC, maka
akan didapatkan audiogram. Dari audiogram dapat diketahui jenis
dan derajat ketulian.2,7
f) Nilai nol audiometrik (audiometric zone) dalam dB HL dan dB
SL, yaitu intensitas nada murni yang terkecil pada suatu fekuensi
tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga rata-rata dewasa
muda yang normal (18-30 tahun). Pada tiap frekuensi intensitas
nol audiometrik tidak sama. Pada audiogram angka-angka
intensitas dalam dB bukan menyatakan kenaikan linier, tetapi
merupakan kenaikan logaritmik secara perbandingan. Terdapat dua
standar yang dipakai adalah ISO (International Standard
Organization) dan ASA (American standard Association). Dengan
nilai berupa 0dB ISO = -10 dB ASA atau 10dB ISO = 0 dB ASA.2,7
g) Notasi pada audiogram. Untuk pemeriksaan audiogram dipakai
grafik AC, yaitu dibuat dengan garis lurus penuh (intensitas yang
diperiksa antara 125 8000 Hz) dan grafik BC yaitu dibuat
dengan garis terputus-putus (intensitas yang diperiksa: 250 4000
Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru sedangkan untuk telinga
kanan, warna merah.2,7

Gambar 1 : simbol-simbol notasi pada audiogram 7


5. MEKANISME KERJA AUDIOMETRI
Audiometri nada murni merupakan uji sensitivitas prosedur masing
masing telinga dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi
nada-nada murni dari frekuensi bunyi yang berbeda beda, yaitu 250, 500, 1000,
2000, 4000 dan 8000 Hz dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan desibel (dB).
Bunyi dihasilkan dari dua sumber yaitu sumber pertama adalah dari earphone
yang ditempelkan pada telinga, manakala sumber kedua adalah suatu osilator atau
vibrator hantaran tulang yang ditempelkan pada mastoid (atau dahi) melalui satu
head band. Vibrator menyebabkan osilasi tulang tengkorak dan menggetarkan
cairan dalam koklear.
Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui ear phone atau melalui bone
conductor ke telinga orang yang diperiksa pendengarannya.1 Hasil pemeriksaan
digambar sebagai audiogram dan akan diperiksa secara terpisah, untuk bunyi yang
disalurkan melalui ear phone mengukur ketajaman pendengaran melalui hantaran
udara, sedangkan melalui bone conductor telinga mengukur hantaran tulang pada
tingkat intensitas nilai ambang. Dengan membaca audiogram yang dihasilkan kita
dapat mengetahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang.
Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran
normal dan berusia sekitar 18-30 tahun merupakan nilai ambang baku

pendengaran untuk nada murni.1,2 Tujuan pemeriksaan adalah menentukan tingkat


intensitas terendah dalam dB dari tiap frekuensi yang masih dapat terdengar pada
telinga seseorang, dengan kata lain ambang pendengaran seseorang terhadap
bunyi.2
6. SYARAT PEMERIKSAAN AUDIOMETRI NADA MURNI
a) Alat Audiometer7
terdiri dari enam komponen utama yaitu;
1. Oksilator yang menghasilkan berbagai nada murni,
2. Amplifier untuk menaikkan internsitas nada murni hingga dapat
terdengar,
3. Pemutus (interrupter) yang memungkinkan pemeriksa menekan dan
mematikan tombol nada murni secara halus tanpa tedengar bunyi lain,
4. Attenuator agar pemeriksa dapat menaikkan dan menurunkan intensitas
ke tingkat yang dikehendaki,
5. Earphone yang mengubah gelombang listrik menjadi bunyi yang dapat
didengar,

gambar 2. Contoh earphone supra aural5


6. Bone vibrators

Merupakan suatu transducer yang dirancang untuk memberi tekanan pada


tulang bila diletakkan secara berkontak langsung dengan tengkorak. Nilai
konduksi tulang pada audiometri nada murni dapat diukur dengan
menggunakan alat seperti di bawah ini :

gambar 3. Bone-conduction vibrator6


7. sumber suara pengganggu (masking) yang sering diperlukan untuk
meniadakan bunyi ke telinga yang tidak diperiksa. Narrow band masking
noise atau garis selubung suara sempit merupakan suara putih atau white
noise (sejenis suara mirip aliran uap atau deru angin) yang sudah disaring
dari enegi suara yang tidak dibutuhkan uantuk menyelubungi bunyi
tertentu yang sedang digarap. Ini adalah bunyi masking yang paling efektif
untuk audiometerik nada murni.

Gambar 4. Contoh alat audiometer

Pada audiometri terdapat pilihan nada dari oktaf yaitu 125, 250, 500, 1000, 2000,
4000 dan 8000 Hz yang memungkinkan intensitas lebih dari 110 dB. Standar alat
yang digunakan berdasarkan BS EN 60645-1(IEC 60645-1).2,6,7
b) Lingkungan Pemeriksaan yang Baik
Orang yang diperiksa seharusnya dapat dilihat sepenuhnya oleh pemeriksa.
Orang tersebut tidak boleh melihat atau mendengar pemeriksa dan audiometernya.
Pemeriksaan dilakukan di dalalam ruangan dengan tingkat kebisingan terendah
sehingga kepekaan pendengaran pasien tidak terganggu. Suara tambahan tidak
boleh lebih dari 38 dB. Pemeriksaan ini sesuai standard BS EN ISO 8253-1.6,7
c) Kontrol Infeksi
Alat yang telah terkena kontak dengan pasien harus dilakukan prosedur
kontrol infeksi. Alat yang dipakai harus dibersihkan dan disinfeksi setiap kali
pemakaian. Pemakaian disposable ear phone sangat direkomendasikan. Pemeriksa
harus cuci tangan dengan sabun ataupun alkohol sebelum menyentuh pasien.6

7. PROSEDUR PEMERIKSAAN
Sebelum dilakukan pemeriksaan, anamnesis mengenai riwayat penyakit harus
telah didapatkan dan pemeriksaan otoskopi telah dilakukan. Tanyakan apakah
menderita tinnitus atau apakah tidak tahan suara keras. Tanyakan pula telinga
yang mendengar lebih jelas. 2,6

Pemeriksaan liang telinga


Untuk memastikan kanal tidak tersumbat. Telinga harus bebas dari

serumen. Alat bantu dengar harus dilepas setelah instruksi pemeriksa


sudah dijalankan. 8

Pemberian instruksi

Berikan perintah yang sederhana dan jelas. Jelaskan bahwa akan


terdegar serangkaian bunyi yang akan terdengar pada sebelah telinga.
Pasien harus memberikan tanda dengan mengangkat tangannya, menekan
tombol atau mengatakan ya setiap terdengar bunyi bagaimanapun
lemahnya.1

Pemasangan earphone atau bone conductor

Lepaskan dahulu kacamata atau giwang, regangkan headband, pasangkan di


kepalanya dengan benar, earphone kanan ditelinga kanan kemudian
kencangkan sehingga terasa nyaman. Perhatikan membrane earphone tepat di
depan liang telinga di kedua sisi.1,2

Seleksi telinga

Mulailah dengan telinga yang sehat dahulu. 5

Urutan frekuensi

Prosedur dasar pemeriksaan ini adalah,


a) dimulai dengan signal nada yang sering didengar (familiarization),
b) pengukuran ambang pendengaran.
Dua cara menentukan nada familiarization:1,6
i.

Dengan memulai dari 1000 Hz, dimana pendengaran paling stabil, lalu
secara bertahap meningkatkan oktaf lebih tinggi hingga terdengar.

ii.

Pemberian nada 1000 Hz pada 30 dB. Jika terdengar, lakukan pemeriksaan


ambang pendengaran. Jika tidak terdengar nada awal di tinggkatkan
intensitas bunyi hingga 50 dB, dengan menaikkan tiap 10 dB hingga
tedengar.

Familiarization tidak selalu dilakukan pada setiap kasus. Terutama pada kasus
forensic atau pasien dengan riwayat ketulian.6

Masking

Pada pemeriksaan audiometri, kadang-kadang perlu diberi masking. Suara


masking, diberikan berupa suara seperti angina (bising), pada headphone
telinga yang tidak diperiksa supaya telinga yang tidak diperiksa tidak dapat
mendengar bunyi yang diberikan pada telinga yang diperiksa. Pemeriksaan
dengan masking dilakukan apabila telinga yang diperiksa mempunyai
pendengaran yang mencolok bedanya dari telinga yang satu lagi. Oleh karena
AC pada 45 dB atau lebih dapat diteruskan melalui tengkorak ke telinga
kontralateral, maka pada telinga kontralateral (yang tidak diperiksa) diberi
bising supaya tidak mendengar bunyi yang diberikan pada telinga yang
diperiksa.2,7,8
Tujuan masking.5
Tujuan utama dari uji audiologi dasar ialah untuk menilai fungsi auditoris
dari masing-masing telinga. Tetapi ada beberapa keadaan pada uji konduksi udara
dan uji konduksi tulang dimana hal ini tidak terjadi. Meskipun nada murni atau
rangsangan bicara diberikan melalui transducer kepada telinga yang diuji, telinga
yang tidak diuji pun dapat berkontribusi secara parsial bahkan total terhadap
respon yang diobservasi. Apabila kita menduga telinga yang tidak diuji berespon
selama pengujian telinga yang satunya, rangsangan masking harus diberikan pada
telinga yang sedang diuji untuk mengurangi partisipasinya.
Saat-saat menggunakan masking.5
Masking kontralateral diperlukan kapanpun ada kemungkinan bahwa
sinyal uji dapat diterima oleh telinga yang sedang tidak diuji. IA (interaural
attenuation) adalah salah satu faktor utama yang dipertimbangkan saat
mengevaluasi perlunya masking.

audiometri nada murni konduksi udara :


masking kontralateral diperlukan selama audiometri nada
murni- konduksi udara apabila ambang konduksi udara pada
telinga yang diuji setara atau melebihi ambang konduksi tulang
telinga yang tidak diuji oleh suatu nilai IA konservatif
(misalnya , ambang konduksi tulang tanpa masking).
ACtest ear BCnontest ear IA

audiometri nada murni konduksi tulang :


Penggunaan masking kontralateral diindikasikan apabila hasil
audiometri konduksi tulang tanpa masking menunjukkan
adanya suatu air-bone gap pada telinga yang diuji sebesar
15dB atau lebih besar.
Air Bone Gap test ear 15 dB

dimana
Air bone gap=ACtest earunmasked BC

Sementara itu ASHA merekomendasikan bahwa , masking


kontralateral harus digunakan apabila ada potensi air-bone gap
sebesar 10 dB atau lebih.
Pemilihan masking5
Audiometer diagnostic standar memiliki 3 piihan rangsang masking:

10

narrowband noise, speech spectrum noise, and white noise. Tujuan utama kita
adalah untuk memilih suatu masker yang efisien. Suatu masker yang efisien
adalah masker yang menghasilan tingkatan masking yang efektif dengan tingkat
tekanan suara keseluruhan.
8. INTERPRETASI AUDIOGRAM
Terdapat ambang dengar menurut konduksi udara (AC) dan menurut
konduksi tulang (BC). Apabila ambang dengar ini dihubungkan dengan garis, baik
AC maupun BC, maka akan didapatkan didalam audiogram.
i.

7,8,9,10

Audiogram Normal

Secara teoritis, bila pendengaran normal, ambang dengar untuk hantaran


udara maupun hantaran tulang tercatat sebesar 0 dB. Pada anakpun keadaan
ideal seperti ini sulit tercapai terutam pada frekuensi rendah bila terdapat
bunyi lingkungan (ambient noise). Pada keadaan tes yang baik, audiogram
dengan ambang dengar 10 dB pada 250, 500 Hz 0 dB pada 1000, 2000,4000,
10000 Hz pada 8000 Hz dapat dianggap normal.7

1.
Gambar 5. Gambar audiogram pada orang normal
ii.

Tuli Konduktif

Diagnosis gangguan dengar konduktif ditegakkan berdasarkan prinsip

11

bahwa gangguan konduktif (telinga tengah) menyebabkan gangguan hantaran


udara yang lebih besar daripada hantaran tulang.

Pada keadaan tuli konduktif

murni, keadaan koklea yang baik (intak) menyebabkan hantaran tulang


normal, yaitu 0 dB pada audiogram.2,6,7
Pengecualian adalah pada tuli konduktif karena fiksasi tulang stapes
(misalnya pada otosklerosis). Disini terdapat ambang hantaran tulang turun
menjadi 15 dB pada 2000Hz. Diperkiran keadaan ini bukan karena ketulian
sensorineural, tapi belum diketahui sebabnya. Penyebab ketulian koduktif
seperti penyumbatan liang telinga, contohnya serumen, terjadinya OMA,
OMSK, penyumbatan tuba eustachius. Setiap keadaan yang menyebabkan
gangguan pendengaran seperti fiksasi kongenitalm fiksasi karena trauma,
dislokasi rantai tulang pendengaran, juga akan menyebabkan peninggian
amabang hantaran udara dengan hantaran tulang normal. Gap antara hantran
tulang dengan hantaran udara menunjukkan beratnya ketulian konduktif.2,7
Derajat ketulian yang disebabkan otitis media sering berfluktuasi.
Eksarsebasi dan remisi sering terjadi pada penyakit telinga tenga terutama
otitis media serosa. Pada orang tua sering mengeluhkan pendengaran anaknya
bertambah bila sedang pilek, sesudah berenang atau sedang tumbuh gigi. dapat
juga saat perubahan pada musim tertentu karena alergi.
Penurunan Pendengaran akan menetap sekitar 55-60 dB pada pasien otitis
media. Selama koklea normal, gangguan pendengaran maksimum tidak
melebihi 60 dB. Konfigurasi audiogram pada tuli konduktif biasanya
menunjukkan pendengaran lebih pada frekuensi rendah. Dapat pula berbentuk
audiogram yang datar.2,7

12

Gambar 6 . Audiogram tuli konduktif7


iii.

Tuli Sensorineural (SNHL)


Tuli sensorineural terjadi bila didapatkan ambang pendengaran hantaran
tulang dan udara lebih dari 25 dB. Tuli sensorineural ini terjadi bila terdapat
gangguan koklea, N.auditorius (NVIII) sampai ke pusat pendengaran termasuk
kelainan yang terdapat didalam batang otak. Kelainan pada pusat pendengaran
saja (gangguan pendengaran sentral) biasanya tidak menyeababkan gangguan
dengar untuk nada murni, namun tetap terdapat gangguan pendengaran
tertentu.
Gangguan pada koklea terjadi karena dua cara, pertama sel rambut
didalam koklea rusak, kedua karena stereosilia dapat hancur. Proses ini dapat
terjadi karena infeksi virus, obat ototoxic, dan biasa terpapar bising yang lama,
dapat pula terjadi kongenital. Istilah retrokoklea digunakan untuk sistem
pendengaran sesudah koklea, tetapi tidak termasuk korteks serebri (pusat
pendengaran), maka yang termasuk adalah N.VIII dan batang otak.7
Berdasarkan hasil audiometrik saja tidak dapat membedakan jenis tuli
koklea atau retrokoklea.

Maka perlu dilakukan pemeriksaan khusus. Pada

ketulian Meniere, pendengaran terutama berkurang pada frekuensi tinggi. Tuli


sensorineural karena presbikusis dan tuli suara keras biasanya terjadi pada
nada dengan frekuensi tinggi.7

13

Apabila tingkat konduksi udara normal, hantaran tulang harusnya normal


pula. Bila konduksi udara dan konduksi tulang keduaduannya abnormal dan
pada level yang sama, maka pastilahnya masalah terletak pada koklea atau N.
VIII, sedangkan telinga tengah normal.7

Gambar 7. Audiogram tuli sensorineural7


iv.

Tuli Campuran
Kemungkinan tarjadinya kerusakan koklea disertai sumbatan
serumen yang padat dapat terjadi. Level konduksi tulang menunjukkan
gangguan fungsi koklea ditambah dengan penurunan pendengaran karena
sumbatan

konduksi

udara

mengambarkan

tingkat

ketulian

yang

disebabkan oleh komponen konduktif.7

Gambar 8 . Audiogram tuli campuran

14

9.

JENIS DAN DERAJAT KETULIAN SERTA GAP

Dari audiogram dapat dilihat apakah pendengaran normal (N) atau tuli, jenis
ketulian yaitu tuli konduktif, tuli sensorineural atau tuli campur.
Derajat ketulian berdasarkan ISO 1964:8,10,11,12
AMBANG
PENDENGARAN
0-25 dB
26-40 dB
41-54 dB

INTERPRETASI
Normal
Tuli ringan
Tuli sedang
Tuli sedang

55-70 dB

berat
Tuli berat
Tuli total

71-90 dB
>90 dB

Nilai ambang dengar dapat diukur dengan menggunakan perhitungan


seperti yang berikut: Menambahkan ambang dengar 500Hz, 1000Hz, 200Hz,
4000Hz lalu dibagi 4.2,10,11
Misal,

ambang

dengar

(AD)

AD 500 Hz+ AD 1000 Hz+ AD 2000 Hz+ AD 4000 Hz


4

DAFTAR PUSTAKA
1

1. Levine S. Audilogi. Dalam : BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta.


Penerbit Buku Kedokteran EGC;1997; 46-74.

15

2. Soepardi, Efiaty Arsyad et al. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga.


Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala Leher.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI; 2008; 10-22.
3. Sherwood, Lauralee. Human Physiology. 6thed. USA: The Thomson
Corporation. 2007
4. Guyton A.C. Physiology of The Human Body. 11th ed. Philadelphia: W.B.
Saunders Company. 2003.
5. Katz, Jack. Handbook Of Clinical Audiology. 7th ed. Philadelphia: Wolters
Kluwer. 2009.
6. Dhingra PL: Assessment of hearing, Disease of ENT, 4 th edition: Elsevier:
2007
7. Kutz, Joe Walter ; Meyers, Arlend ; Bauer, Carol A, et al. Audiology PureTone Testing. [cited on 22th Mei 2012]. Available from:
http://www.emedicine.medscape.com/article/1822962-overview
8. Hopkins, Johns. Pure Tone Audiometry. [cited on 22th Mei 2012]. Available
from : http://www.johnshopkinsmedicine.org/puretoneaudiometry.html
9. Carol J.Y. How To Read An Audiogram. [cited on 31th Mei 2012]. Available
from:http://www.wou.edu/education/sped/wrocc/HT%20Read%20Audiogram
%20web.pdf
10.
Timothy C.H. Audiometry. Pure Tone Audiometry. [cited on 31th Mei
2012]. Available from: http://www.dizzinessandbalance.com/testing/hearing/audiogram.html
11. General Practice Notebook. Audiogram Pure Tone. [cited on 31th Mei 2012].
Available from: http://www.gpnotebook.co.uk/simplepage.cfm?ID=845873165
12.

American Speech-Language-Hearing Association. (2005). Guidelines for


Manual Pure-Tone Threshold Audiometry [cited on 31th Mei 2012]. Available
from http://www.asha.org/docs/pdf/GL2005-00014.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai