AUDIOMETRI
Ketulian akibat kerja akibat terpapar kebisingan yang terjadi selama waktu
kerja dapat bersifat parsial atau total mengenai satu atau kedua telinga dan ketulian
bersifat sensorineural. Istilah ketulian akibat bising digunakan sebagai suatu
kelainan yang terjadi karena sifat kumulatif dari paparan bising, kerusakan bersifat
permanen dan timbul setelah beberapa tahun terpapar kebisingan diatas NAB.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ketulian akibat bising yang permanen
antara lain : faktor intensitas paparan bising, lamanya seseorang terpapar
kebisingan dan kepekaan seseorang terhadap kebisingan.
a. Prinsip Pemeriksaan
Ambang dengar (hearing threshold) adalah intensitas terendah yang masih dapat
didengar, dinyatakan dalam dB.
Pemberian rangsangan bunyi pada telinga melalui hantaran udara pada frekwensi
tertentu dengan intensitas paling rendah yang masih dapat didengar, hasilnya
adalah grafik audiogram.
Kepekaan terhadap nada murni diukur pada frekwensi 500, 1000, 2000, 3000,
4000, 6000 dan 8000 Hz.
Kisaran normal ambang dengar antara 0 – 25 dB.
b. Persiapan pemeriksaan.
Sebelum pemeriksaan probondus harus terbebas dari paparan bising minimal
selama 16 jam untuk menghindari adanya temporary threshold shift (TTS).
8)Kriteria Audiogram
a.Untuk membuat base line (pre employment).
Ambang dengar rata-rata frekwensi percakapan tidak melebihi 25 dB.
b.Untuk tujuan monitoring,
Bandingkan perubahan ambang dengar rata-rata audiogram awal bekerja dengan
audiogram yang baru.
Pergeseran ambang dengar bermakna signifikan bila terjadi perubahan ambang
dengar rata-rata lebih dari 10 dB pada frekwensi 3000; 4000; 6000 dan 8000 Hz.
Standard Threshold Shift (STS) adalah 10 dB
Pergeseran ambang dengar bermakna signifikan bila terjadi perubahan ambang
dengar lebih dari 15 dB pada salah satu frekwensi 3000; 4000; 6000 atau 8000 Hz.