0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
26 tayangan18 halaman
Audiometri adalah tes untuk mengukur tingkat pendengaran seseorang dengan menggunakan alat audiometer. Tes ini berguna untuk menentukan ambang pendengaran rata-rata seseorang, menilai efektivitas program konservasi pendengaran, serta mendeteksi adanya gangguan pendengaran akibat paparan bising berlebihan. Hasil tes ini ditampilkan dalam bentuk audiogram yang menunjukkan tingkat suara terendah yang masih dapat didengar pada berbagai
Audiometri adalah tes untuk mengukur tingkat pendengaran seseorang dengan menggunakan alat audiometer. Tes ini berguna untuk menentukan ambang pendengaran rata-rata seseorang, menilai efektivitas program konservasi pendengaran, serta mendeteksi adanya gangguan pendengaran akibat paparan bising berlebihan. Hasil tes ini ditampilkan dalam bentuk audiogram yang menunjukkan tingkat suara terendah yang masih dapat didengar pada berbagai
Audiometri adalah tes untuk mengukur tingkat pendengaran seseorang dengan menggunakan alat audiometer. Tes ini berguna untuk menentukan ambang pendengaran rata-rata seseorang, menilai efektivitas program konservasi pendengaran, serta mendeteksi adanya gangguan pendengaran akibat paparan bising berlebihan. Hasil tes ini ditampilkan dalam bentuk audiogram yang menunjukkan tingkat suara terendah yang masih dapat didengar pada berbagai
LAB D4 K3 FK UNS Dasar Teori • Audir : Mendengar • Metrios : mengukur (uji pendengaran)
Audiometer : Alat untuk mengetahui level
pendengaran. Audiogram : Hasil tes audiometeri yang berbentuk diagram • Audiometri monitoring/Pemantauan audiometri dimaksudkan untuk menentukan tingkat ambang dengar secara akurat dan praktis bukan pemeriksaan diagnostik.
• Pemantauan audiometri dilakukan dengan
memberikan nada murni frekwensi tertentu pada hantaran udara sehingga dapat ditentukan tingkat suara terendah yang masih dapat terdengar. Program konservasi pendengaran • Identifikasi dan analisis sumber bising • Kontrol kebisingan dan kontrol administrasi • Tes audiometri berkala • Alat pelindung diri • Motivasi dan edukasi pekerja • Pencatatan dan pelaporan data • Evaluasi program Per Undang-Undangan • UU no 13 tahun 2003 “tenaga kerja mewajibkan perusahaan memiliki sistem manajemen K3 (SM-K3) terkait dengan sistem manajemen perusahaan. • UU no 3 tahun 1992 “Jamsostek menetapkan ketulian akibat kerja sebagai penyakit yang diberikan kompensasi berupa uang. • Kepres no 22 tahun 1993 Penyakit akibat hubungan kerja dan ketulian akibat kerja termasuk di dalamnya. • Kepmenaker no 2 tahun 1980 yang mengatur pemeriksaan kesehatan bagi karyawan. • Kepmenaker no 3 tahun 1992 tentang pelayanan kesehatan kerja di perusahaan. • Permenaker No.13 tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan kimia di tempat kerja Syarat pemeriksaan audiometri • Syarat Alat alat audiometer terkalibrasi. • Syarat Diperiksa Orang yang diperiksa kooperatif, tidak sakit, mengerti instruksi, dapat mendengarkan bunyi di telinga, sebaiknya bebas pajanan bising sebelumnya minimal 12-14 jam, • Syarat Pemeriksa paham mengenai anatomi&fisiologi telinga, Mengerti cara melakukan pengukuran audiometri, interpretasi audiogram • Ruangan pemeriksaan sebaiknya memiliki kekedapan suara maksimal 40 dB. Pemeriksaan audiometri yang tepat bila dilakukan pada tingkat kebisingan latar belakang rendah AUDIOGRAM Manfaat
• Sebagai Pemeriksaan awal (baseline data)
• Menentukan efektivitas program konservasi pendengaran. (jika hasil pemeriksaan kebisingan tidak menunjukkan peningkatan tingkat paparan bising dan hasil audiometri tidak ada perubahan, maka program konservasi pendengaran tsb efektif ). Peralatan dan Bahan • Audiometri nada murni dg hantaran udara • Audiogram (kertas pencatat berupa grafik dengan garis horizontal dari kiri ke kanan mulai dari frekwensi 500-8000 Hz, dan garis vertikal dari atas ke bawah yang menunjukkan tingkat intensitas suara dalam dB). • Spidol/Bolpoint berwarna • Sumber listrik Cara Kerja
• Hindari paparan bising selama 16 jam sebelum
dilakukan pemeriksaan. • Lakukan pemeriksaan telinga luar apakah ada sumbatan, bila terdapat sumbatan harus dibersihkan terlebih dahulu. • Ditanyakan apakah ada gangguan pendengaran dan adakah perbedaan kemampuan mendengar pada kedua telinga. • Duduk dalam ruangan kedap suara (≤ 40 dB) atau duduk dalam ruangan tenang (≤ 40 dB) menghadap ke arah yang berlawanan dengan operator) INTERPRETASI HASIL
• Hasil ambang pendengaran pada frekuensi 500 Hz, 1000Hz,
2000Hz, 4000Hz dijumlah lalu dibagi 4 • Hasil tersebut dianggap sebagai ambang pendengaran • Analisis mengenai : Ambang pendengaran dibandingkan dengan tabel derajat ketulian menurut WHO-1992 atau bisa menggunakan kriteria menurut Permenaker No 25/MEN/VII/2008 Tingkat pendengaran (Hearing Threshold Level) Rata-rata tingkat bunyi terendah yang masih dapat terdengar pada frekuensi 500, 1000, 2000 dan 3000 Hz. Tingkat Ketulian Tingkat pendengaran dikurangi 25 dB (Low Fance) Prosentase ketulian Prosentase Ketulian • Koreksi Presbicusys untuk perhitungan prosentase ketulian : sesudah umur 40 tahun, setiap kenaikan 1 tahun Low Fance naik 0,5 dB. • Perhitungan prosentase ketulian : – Monoaural ( 1 telinga) Tingkat pendengaran dikurangi Low Fance terkoreksi kemudian dikalikan 1,5% – Biaural ( 2 telinga) Prosentase Ketulian Monoaural yang lebih baik dikalikan 5 ditambah Prosentase Ketulian Monoaural lainnya dibagi 6. Contoh : Prosentase Ketulian Telinga Kanan 3%, Prosentase Ketulian Kiri 2%, maka Prosentase Ketulian 2 Telinga (Biaural) sebesar (5 x 2% + 3%) : 6 = 2,166% INTERPRETASI HASIL
Perubahan ambang dengar rata-rata dibanding
dengan audiogram sebelumnya dianggap signifikan bila lebih besar dari 10 dB pada frekuensi 500, 1000, 2000, 3000, dan 4000 Hz Pergeseran ambang dengar bermakna signifikan bila lebih 10 dB pada frekuensi 3000, 4000 dan 6000 Hz. Standar Threshold Shift adalah 10 dB Pergeseran ambang dengar bermakna signifikan bila lebih dari 15 dB pada salah satu dari frekuensi 3000, 4000 dan 6000 Hz Derajat Ketulian WHO - 1992 Ambang Nilai Ketulian Penampilan Dengar > 81 dB 5 Kedua telinga tdk dpt (tuli sangat berat pd 2 mendengar kata yg diucapkan telinga) 61 – 80 dB 4 Tdk dpt mendengar percakapan (Tuli berat pd 2 telinga) kecuali diteriakkan pd sisi telinga 41 – 60 dB 3 Tdk dpt mendengar percakapan (tuli sedang pd 2 telinga) kecuali dg suara keras jarak krng dr 3 m 26 – 40 dB 2 Tdk dpt mendengar percakapan (Tuli ringan pd 2 telinga) kecuali dg suara keras > 25 dB (1 1 Ketulian hanya terjadi pd 1 telinga) (Tuli pd 1 telinga) telinga < 25 dB (2 0 Kedua telinga nilai ambang telinga) (normal) dengar normal Kriteria Nilai Ambang Pendengaran Permenaker No 25/MEN/VII/2008
Kriteria Nilai Ambang Keterangan
Dengar (dB) Normal ≤ 25 Dalam pembicaraan biasa tidak ada kesukaran mendengar suara perlahan Tuli Ringan 25 – 40 Dalam pembicaraan biasa terdapat kesukaran mendengar Tuli sedang 40 – 55 Seringkali terdapat kesukaran untuk mendengar pembicaraan biasa Tuli sedang berat 55 – 70 Kesukaran mendengar suara pembicaraan kalau tidak dengan suara keras Tuli berat 70 – 90 Hanya dapat mendengar suara yang sangat keras Tuli sangat berat > 90 Sama sekali tidak mendengar pembicaraan INTERPRETASI AUDIOGRAM
Frekuensi percakapan adalah 500, 1000, 2000, dan 3000 Hz
Untuk menentukan ambang dengar rata-rata (pure Tone Average/PTA), jumlahkan nilai ambang dengar pada frekuensi percakapan tersebut kemudian dibagi 4 Gambaran patogenomonik audiogram ketulian akibat bising dilihat pada frekuensi 4000 Hz berbentuk takik (V) Diharapkan semua tes audiogram tenaga kerja dalam batas normal, artinya tidak ada ambang dengar yang lebih dari 25 dB terutama pada frekuensi 500 hz dan 1000 Hz, jika ada kemungkinan background noise terlalu tinggi. Penandaan pada audiochart : Untuk hantaran udara, untuk telinga kanan tanda O warna merah dan untuk telinga kiri tanda X warna biru Untuk hantaran tulang, untuk telinga kanan tanda > dan untuk telinga kiri tanda < Terimakasih