Anda di halaman 1dari 61

TULI AKIBAT BISING

PENDAHULUAN

 Gangguan pendengaran akibat bising


(Noise Induced Hearing Loss / NIHL)
 Penyakit utama akibat kerja
 Tuli sensori neural
 Bilateral dan progresif
 Tidak dapat disembuhkan/permanen
 DAPAT DICEGAH
 Faktor resiko mempengaruhi derajat ketulian

 Kontrol ketat dari dinas terkait


◦Pajanan bising 85 dB, 8 jam sehari, 5 hari seminggu, setelah 10 th
 7% populasi berisiko tuli akibat bising (TAB).
◦Intensitas kebisingan di lingkungan penerbangan lebih dari 100
dB.
◦Program konservasi pendengaran sangat penting.
PREVALENSI

◦ Survey di Lakespra tahun 2000 – 2001, dari 482 penerbang


TNI AU berbagai umur dan lama kerja, ditemukan 59
orang (sekitar 8%) yang mengalami gangguan
pendengaran akibat bising.
◦ Hendarmin (1971) : 50% pekerja di pabrik es dan di
manufacturing plant pertamina jkt. menderita ketulian.
PROSES MENDENGAR

◦ Telinga luar : pengumpul gelombang suara.

◦ Telinga tengah : mekanisme penguatan bunyi melalui


sistem timpane-esikuler sebesar 22,1 kali (28 dB).

◦ Telinga dalam : koklea dan labirin.


PROSES MENDENGAR
KOKLEA (RUMAH SIPUT)

◦ Mengubah energi mekanik


menjadi energi listrik
◦ Organ Corti sebagai organ
sensorik
◦ Organ Corti, inervasi afferen
dan efferen.
◦ Bagian basal koklea, reseptor
nada tinggi, apeks nada
rendah.
SEL RAMBUT (DI KOKLEA)
FREKUENSI

 Jumlah getaran udara permenit yang


menggetarkn membran/tulang pendengaran
 Mempengaruhi tinggi-rendah suara
 Satuan : Hertz ( Hz )
FREKUENSI

20 - 20,000 Hz

200 - 6,800 Hz
INTENSITAS
 Berhubungan dengan kekerasan suara
 Satuan : Decibels (dB)
0 dB - Ambang pendengaran
65 dB - Pecakapan sehari-hari
85 dB - Ambang kerusakan karena bising
120 dB - Ambang ketidak-nyamanan
140 dB - Ambang nyeri
160 dB - Robeknya gendang telinga
BISING (NOISE)

BENTUK SUARA YANG TIDAK


DIINGINKAN. CAMPURAN BEBERAPA
FREKUENSI YANG MENGGANGGU
PENDENGARAN MANUSIA.
Steady Noise : Bising terus menerus pada
intensitas tinggi dan frekuensi yang
luas
Impulse Noise : Bising intensitas tinggi
dalam waktu singkat
INTENSITAS
BISING
BISING DALAM PENERBANGAN

◦ Intensitas bising dalam pesawat > 100 dB.


◦ Soeratmo, BFX., dkk (1996) bising C-130 di
Lanud ABD antara 103 – 107 dB.
◦ Di AS bising C – 130 : 115 – 123 dB (propeler)
dan 105 – 117 dB (di kokpit).
◦ Kuronen, dkk (1997) : pada overflight Mig
21/F-18 (ketinggian 50 m) bising antara 142 –
149 dB
SUMBER BISING DI PESAWAT

◦ Jenis mesin (piston, turbofan, turbojet)


◦ Friksi aerodinamik
◦ Vibrasi struktur pesawat
◦ Sistem komunikasi
◦ Putaran propeler
◦ Secondary auxilliary power unit
EFEK BISING

Tergantung dari intensitasnya, bising dapat menyebabkan :


◦ Adaptasi fisiologis akibat paparan suara 70 dB atau lebih kecil,
pemulihan setelah 0,5 detik.
◦ Peningkatan ambang dengar sementara (TTS), pemulihan dalam
beberapa menit/jam
◦ Peningkatan ambang dengar menetap (PTS), ireversibel (NIHL)
◦ Lain-lain : fatique, rasa cemas, tegang dan
peningkatan tekanan darah
KERENTANAN THD BISING

◦ Jenis kelamin (pria lebih rentan)


◦ Warna kulit (banyak melanin tahan bising)
◦ Usia (usia memperberat TAB)
◦ Paparan bising sebelumnya
◦ Pengaruh obat ototoksik (asetosal, kina, garamisin,
kanamisin, streptomisin)
◦ Gangguan vaskuler (aterosklerosis, DM )
PATOLOGI KOKLEA
BEBERAPA JENIS TULI
TULI KONDUKTIF
◦ Kerusakan atau gangguan pada telinga luar dan telinga tengah.

◦ Terganggunya transmisi mekanik dari suara ke telinga dalam.


TULI SARAF

◦ Kerusakan pada koklea


◦ Paling banyak disebabkan oleh bising
◦ Diawali gangguan pada frekuensi tinggi
TULI AKIBAT BISING

Noise Induced Hearing Loss


◦ Tuli menetap karena pajanan bising keras yang
cukup lama di lingkungan kerja
◦ Jenis : tuli saraf koklea
◦ Umumnya terjadi pada kedua telinga.
◦ Tiba-tiba dan tidak bisa diprediksi
◦ Intensitas bising antara 85-140dB
◦ Tidak ada keluhan fisik
TULI AKIBAT BISING

Noise Induced Hearing Loss


◦ Diawali gangguan pada frekuensi 4000 Hz (3000-
6000 Hz)
◦ Progresivitas ketulian berhenti, ketika paparan bising
dihentikan
◦ “Dok, saya bisa mendengar tetapi tidak jelas apa
yang diucapkannya”.
GEJALA KLINIS

◦ Gangguan pendengaran sejak lama/pelahan.


◦ Gangguan komunikasi pembicaraan
◦ Cocktail party deafness, sulit menangkap bunyi
konsonan daripada bunyi vokal
◦ Tinnitus nada tinggi, semula hilang timbul Tinnitus
merupakan keluhan menonjol
◦ Konsentrasi berkurang
◦ Fatique dan gangguan kualitas tidur
GEJALA KLINIK
6%
Tinnitus
No Tinnitus
94%

Pekerja tanpa paparan bising

79%
Tinnitus
No Tinnitus
21%

Pekerja dengan paparan bising


TANDA BAHAYA

◦ Tinitus yang menetap setelah terekposed bising

◦ Sering salah komunikasi dalam pembicaraan


normal
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS

◦ Anamnesis
◦ Tentang intensitas, lama paparan perhari
maupun perminggu, lama kerja di lokasi
bising.
◦ Riwayat ketulian dalam keluarga.
◦ Penggunaan obat ototoksik.
◦ Riwayat trauma kepala.
DIAGNOSIS

◦ Otoskopik : Membran Timpani normal.


◦ Tes Penala : Weber lateralisasi ke telinga yang lebih baik, Schwabach
memendek.
◦ Audiometri : takik terbesar pada frekuensi 4000 Hz. (“Boiler Maker’s
Notch”)
◦ SISI / Speech audiometri : rekrutmen +
◦ BERA : utk diferensiasi dgn kelainan tuli saraf lain di retrokoklea.
AUDIOGRAM

 Digunakan untuk menentukan ambang


dengar seseorang dan jenis tulinya
 Sebagai audiogram acuan (kondisi awal
seseorang)
 Dikatakan normal apabila ambang dengar
seseorang lebih rendah atau sama dengan
20 dB untuk semua frekuensi
AUDIOGRAM
AUDIOGRAM

dB
Belum terpapar bising usia 25 tahun

Tidak terpapar bising usia 55 tahun

Terpapar bising setelah usia 55 tahun

Hz
PENGOBATAN

◦ Tidak ada pengobatan medikamentosa /


pembedahan untuk NIHL/TAB.
◦ Pencegahan dengan alat pelindung telinga.
◦ Rotasi kerja bila mungkin.
◦ Oksigen hiperbarik pada tahap akut.
◦ Tahap lanjut  alat bantu dengar
PROGNOSIS

◦ Kurang baik, karena sifat tuli saraf koklea


yang tidak dapat diobati dengan obat atau
pembedahan.
◦ Pencegahan terjadinya ketulian lebih
penting.
PENCEGAHAN DAN USAHA
PENANGGULANGAN

PROGRAM PERLINDUNGAN PENDENGARAN/


HEARING CONSERVATION PROGRAMME

MULTIDISIPLIN : DINAS TERKAIT,


ENGINEERING, KOMANDAN SATUAN,
PERSONEL KESEHATAN
ELEMEN PROGRAM

1. Identifikasi sumber kebisingan


2. Surveilans dan analisis kebisingan
3. Pengendalian kebisingan secara teknis
4. Pengendalian kebisingan secara administratif
5. Surveilans kesehatan pendengaran
6. Komunikasi, informasi dan edukasi
7. Audit
8. Evaluasi
Identifikasi sumber
kebisingan
 Sound survey
 Pemeriksaan perorangan : sound dosimetry

Intensitas bising meningkat 5dB waktu


paparan yang diperkenankan harus dikurangi
separuhnya (OSHA)
Intensitas dan Waktu Paparan Bising

Intensitas Bising (dB) Waktu Paparan perhari (jam)


85 8
87.5 6
90 4
92.5 3
95 2
100 1
105 ½
110 ¼
(Occupational Safety and Health Administration)
Pengendalian secara teknis
1) Rekayasa lingkungan (Environmental
Engineering)
2) Proteksi perorangan.
 Ear Muff
 Ear Plug (Plastik lunak, Foam Polyurethane,
Silikon)
 Helmets
PRE-FORMED EARPLUGS
◦ Single Flange : NRR=23dB
◦ 5 color-coded sizes:
◦ White (Extra Small)- 10% of the population
◦ Green (Small)- 25%
◦ Orange (Medium)-30%
◦ Blue (Large)- 40%
◦ Red (Extra Large)- 25%
FITTING TECHNIQUE
PRE-FORMED EARPLUGS
◦ NRR = 26dB
◦ 3 color coded sizes:
◦ Green (Small)= 10% of the population
◦ Orange (Medium)=80%
◦ Blue (Large)= 30%
FITTING TECHNIQUE
HAND-FORMED EARPLUGS
 Noise Reduction Rating (NRR)=29dB
HAND-FORMED EARPLUGS
FITTING TECHNIQUE
Circumaural Noise Muffs

◦ Noise Reduction Rating (NRR)=23dB


HEADSETS

Proteksi pendengaran dan


komunikasi radio
HELMETS

Pada penerbang tempur


COMBAT EARPLUGS

Masukkan ke telinga warna kuning pada Inpulse


Noises dan warna hijau pada Steady Noises
COMMUNICATION EAR PLUG (CEP)

New Hearing Protection


DOUBLING UP

◦ Pada Steady noises


120dB atau lebih

◦ Gunakan earplugs
bersama dengan
circumaural earmuffs
Pengendalian secara administratif

 Rotasi kerja secara


periodik
 Pembatasan jam kerja
 Khusus personil di
lingkungan bising
Surveilans kesehatan pendengaran

1. Pemeriksaan audiometri
personel saat masuk
(pertama dinas, masuk
kesatuan)
2. Pemeriksaan audiometri
berkala (ILA, MEDEX)
Komunikasi, informasi dan edukasi
Penyuluhan bagi personil yang beresiko kena bising

1. Anatomi, fisiologi, patofisiologi


telinga serta
terjadinya “NIHL”
2. Menunjukkan audiogram teman
sejawat yang
terdiagnosis “NIHL”
3. Pencegahan & penanganan
“NIHL”
4. Poster/brosur alat-alat
perlindungan telinga
AUDIT

Penyimpanan data yang meliputi :


 Riwayat pekerjaan
 Riwayat medis
 Keterangan pemaparan kebisingan
 Status pendengaran : awal, serial audiogram
 Riwayat pengobatan
EVALUASI
 Dapat bekerja + protektor telinga
 Dipindahkan ke bagian tanpa bising
 Dirujuk ke spesialis THT
 Konsekuensi atau Kompensasi ??
KESIMPULAN

◦ Intensitas kebisingan di dunia penerbangan secara


potensial membahayakan fungsi pendengaran ( > 100 dB ).
◦ Upaya pencegahan tuli akibat bising belum sepenuhnya
berhasil, prevalensi TAB/ NIHL pada penerbang TNI AU
masih cukup tinggi (8%).
SARAN
Perlu sosialisasi dan edukasi
berkesinambungan tentang
bising, akibat kebisingan serta
program konservasi pendengaran
pada personel TNI AU
SILAHKAN PILIH

SEKARANG MASA TUA

Anda mungkin juga menyukai