Anda di halaman 1dari 61

ANATOMI DAN FISIOLOGI

PENDENGARAN

Disampaikan oleh:
Moehtadi Algaruti
Hearing Center
TELINGA LUAR

• DAUN TELINGA ( PINNA )

• LIANG TELINGA (KANALIS AKUSTIKUS


EKSTERNUS )

• LAPISAN LUAR GENDANG TELINGA


( MEMBRAN TIMPANI )
TELINGA TENGAH

• TULANG PENDENGARAN
( MALEUS, INKUS, STAPES )

• GENDANG TELINGA
( MEMBRAN TIMPANI )
TELINGA DALAM

RUMAH SIPUT
( KOKLEA )
JENIS GANGGUAN
PENDENGARAN
• Penurunan sensitivitas pendengaran

• Gangguan sistem saraf pendengaran

• Penurunan pendengaran fungsional


PENURUNAN SENSITIVITAS
PENDENGARAN

• Tuli konduktif

• Tuli sensorineural

• Tuli Campur
TULI KONDUKTIF

• Gangguan penghantaran bunyi pada telinga


luar dan telinga tengah
• Terdapat air- bone gap
• Fungsi koklea baik
• Speech perception dengan amplifikasi baik
TULI SENSORINEURAL

• Gangguan penghantaran bunyi pada telinga


dalam
• Terdapat penurunan ambang dengar pada
air-bone conduction
• Terjadi penurunan fungsi koklea
• Speech perception dengan amplifikasi < tuli
konduktif
TULI CAMPUR

• Gangguan penghantaran bunyi pada telinga


luar, tengah dan dalam
• Gambaran audiogram terdapat penurunan
ambang bone conduction dari nilai normal
dengan air conduction yang lebih jelek
• Speech perception dengan amplifikasi tidak
sebaik pada tuli konduktif murni
DERAJAT KETULIAN

• ISO
-10 – 25 dB : Normal
26 – 40 dB: Tuli ringan
41 – 60 dB: Tuli sedang
61 – 90 dB: Tuli berat
≥ 90 dB : Tuli sangat berat
DERAJAT KETULIAN

• ANSI
-10 – 10 dB : Normal
11 – 25 dB: Minimal
26 – 40 dB: Tuli ringan
41 – 55 dB: Tuli sedang
56 – 70 dB: Tuli sedang ke berat
71 – 90 dB: Tuli berat
≥ 90 dB : Tuli sangat berat
Konfigurasi
audiogram dlm klinik
audiologi

(sfaisa )
OTOSKOPI

perforasi

oedem

utuh
TES PENALA

• Weber
• Rinne
• Bing
• Schwabach
• Stenger
Menggetarkan
garpu tala

• Arah getaran kedua kaki garpu tala


• Ketukkan kedua ujung GT ke tumit sepatu, benda
keras yang dilapisi bantalan lunak ( tidak boleh ke
meja kayu / besi tanpa bantalan )
( sfaisa 2005)
TES WEBER

• Tes untuk mengetahui ada tidaknya


lateralisasi

• Dapat membantu untuk mengetahui jenis


ketulian
CARA

• Getarkan penala
• Letakkan penala pada linea mediana
(verteks, dahi, incisivus, dagu)
• Tanyakan apakah suara terdengar lebih
keras di salah satu telinga atau sama pada
kedua telinga
RESPON

• Suara terdengar lebih keras pada telinga


yang mengalami keluhan
• Suara terdengar lebih keras pada telinga
yang lebih baik
• Suara terdengar sama kuat pada kedua
telinga
• Kedua telinga tidak dapat mendengar bunyi
INTERPRETASI

• > keras pada telinga dengan keluhan,


kemungkinan: tuli sensorineural
• > keras pada telinga yang lebih baik,
kemungkinan: tuli konduktif
• Terdengar sama kuat pada kedua telinga,
kemungkinan: ambang pendengaran pada kedua
telinga sama
• Tidak terdengar bunyi pada kedua telinga,
kemungkinan: ambang pendengaran tidak
mencukupi
TES RINNE

Tes untuk membedakan


persepsi hantaran udara dengan
hantaran tulang
CARA

• Getarkan penala
• Letakkan penala ± 2,5 cm dari kanalis
akustikus eksternus
• Kemudian letakkan penala pada mastoid
• Tanyakan klien mendengar lebih keras saat
penala diletakkan di depan telinga atau
mastoid
RESPON

• Suara terdengar lebih keras saat penala di


depan telinga
• Suara terdengar lebih keras saat penala di
mastoid
• Tidak dapat mendengar bunyi
INTERPRETASI
• Terdengar lebih keras saat penala di depan telinga (Rinne
+)
kemungkinan kasus SNHL atau pendengaran normal
• Terdengar lebih keras saat penala dimastoid
(Rinne -)
kemungkinan kasus tuli konduktif
• Tidak dapat mendengar bunyi, kemungkinan ambang
pendengaran tidak mencukupi
• Terdengar lebih keras saat penala di mastoid pada kasus
ULD
(Rinne false -)
TES BING

Tes untuk mengetahui ada


tidaknya efek oklusi
CARA

• Getarkan penala
• Letakkan penala pada mastoid, kemudian
tekan tragus klien sampai dengan menutup
kanalis akustikus eksternus
• Tanyakan apakah ada perbedaan kuatnya
bunyi pada saat telinga terbuka dengan
telinga tertutup
RESPON

• Suara terdengar lebih kuat saat telinga


tertutup
• Suara terdengar sama kuat pada saat
telinga terbuka dan tertutup
• Tidak dapat mendengar bunyi
INTERPRETASI

• Suara terdengar lebih keras saat telinga


tertutup: (Bing +)
kemungkinan SNHL atau normal
• Suara terdengar sama kuat saat telinga
terbuka dan tertutup: (Bing - )
kemungkinan tuli konduktif
• Tidak dapat mendengar bunyi, mungkin
ambang pendengaran tidak mencukupi
AUDIOMETRI NADA MURNI

DASAR TEORI, METODE PEMERIKSAAN DAN


INTERPRETASI

Disampaikan oleh :
Moehtadi Algaruti
Hearing Center
SYARAT PEMERIKSAAN
AUDIOMETRI NADA MURNI

• Orang yang diperiksa


• Alat audiometer terkalibrasi
• Ruangan pemeriksaan
• Orang yang melakukan pemeriksaan
(operator)
ORANG YANG DIPERIKSA

• Bebas bising minimal 12 – 14 jam


• Kooperatif
• Mengerti instruksi yang diberikan
• Tidak dalam keadaan sakit
KALIBRASI AUDIOMETRI

• CEK HARIAN
• CEK RUTIN SETIAP BULAN
• CEK RUTIN SETIAP 4 BULAN
• CEK TAHUNAN
CEK HARIAN

Kontrol secara visual dan cek dengan


mendengarkan stimulus bunyi
1. Semua switch dicek : longgar atau terlalu keras
2. Semua kabel headphone terpasang dengan baik
3. Earphone cushion dalam keadaan baik
4. Kalibrasi dengan telinga yang normal, bila
terdapat perbedaan ≥ 10 dB pada hampir
seluruh frekuensi maka alat audiometer tidak
dapat digunakan
1. Cek linearitas hearing level dengan mendengarkan
frekuensi 2000 Hz, kenaikan 5 dB terdengar
kenaikan ringan tapi jelas tanpa ada suara
tambahan lain
2. Cek linearitas frekuensi
3. Cek kabel dengan mendengarkan bunyi pada
frekuensi 2000 Hz sebesar 60 dB dengan
continuos tone sambil merubah posisi kabel dan
tidak menimbulkan suara lain.
• Cek tombol untuk pemberian stimulus pada
2000 Hz sebesar 60 dB dan tidak timbul suara
lain
• Cek suara sekitar pada saat memakai
headphone
• Cek keketatan headband
RUANGAN PEMERIKSAAN

• Pemeriksaan audiometri yang tepat bila


dilakukan pada kebisingan sekitar rendah
• Pada umumnya makin rendah frekuensi
yang diperiksa, makin besar kemungkinan
dipengaruhi oleh suara lingkungan.
Pemeriksaan dilakukan di ruang kedap
suara ( max. 40 dB SPL )
OPERATOR

• Memiliki pengetahuan tentang


pemeriksaan audiometri nada murni
• Terampil dalam melakukan pemeriksaan
audiometri nada murni
• Sabar dan telaten dalam melakukan
pemeriksaan audiometri nada murni
AUDIOMETRI NADA MURNI
• Hantaran udara /
air conduction / AC

• Tes hantaran tulang /


bone conduction / BC

( sfaisa 2005)
A

Jenis transduser :
• Insertphone B C

• Circum-aural phone
• Supra-auralphone
• Bone vibrator

(sfaisa )
Prosedur pemeriksaan
audiometri nada murni
• Instruksi jelas dan dimengerti, misal :
pasien diminta menekan tombol bila
mendengar bunyi
• Memasang headphone dengan benar, tepat
dan nyaman
• Pasien duduk dikursi dengan posisi tidak
dapat melihat operator pada saat
melakukan pemeriksaan
• Pemberian sinyal ± 1 – 2 detik
URUTAN PEMERIKSAAN

1. Periksa telinga yang lebih baik


2. Mulai pada frekuensi 1000 Hz
3. Berikan bunyi ± 1 – 2 detik
4. Berikan bunyi dengan intensitas
familiarity sebesar 40 dB untuk dugaan
pendengaran normal dan 60 dB untuk
dugaan tuli ringan
5. Bila tidak ada respon naikkan intensitas
sebesar 20 dB
1.6. Gunakan prinsip“ turun 10 dB, naik 5
dB”
2.7. Ambang dengar ditentukan bila pasien
merespon 3 dari 5 stimulus yang diberikan
3.8. Selanjutnya lakukan pemeriksaan pada
frekuensi 2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hz, kembali
ke frekuensi 1000 Hz kemudian lanjutkan
pemeriksaan ke frekuensi 500 Hz, 250 Hz
9.Bila ada perbedaan ≥ 20 dB pada dua
frekuensi yang berdekatan periksa frekuensi
tengah
10.Lakukan pemeriksaan seperti langkah di atas
untuk telinga satunya.
MASKING

DASAR TEORI, METODE PEMERIKSAAN DAN


INTERPRETASI

Disampaikan oleh :
Moehtadi Algaruti
Hearing Center
INDIKASI MASKING

• Kecurigaan terjadinya cross over hearing


• A-B gap di telinga yang di tes
• Ambang test ear mencapai IA minimum
(AC)
MASKING AC-BC

AC BC

Masking awal 30 dB SL 20 dB SL

Syarat masking tambahan ≥ 20 dB ≥ 15 dB

Masking tambahan 20 dB 20 dB
250 Hz : 15 dB
Efek oklusi - 500 Hz : 15 dB
1000 Hz : 10 dB
EFEK OKLUSI

• Efek oklusi pada masking bone conduction


diberikan bila pada NTE tidak terdapat gap
TES AUDIOMETRI TUTUR
• Menilai ambang pemahaman percakapan
• Cross check ambang PTA ( SRT)
• Membantu membedakan jenis ketulian
• Memberi estimasi kemampuan komunikasi
AUDIOMETRI TUTUR

• SRT : Speech Reception Treshold


• SDT : Speech Detection Treshold
• WDS : Word Discrimination Score
• WRS : Word Recognition Score
• SPIN : Speech In Noise
SRT / SDT

• Mengetahui ambang pengenalan bicara


• Menggunakan daftar kata bisilabik
• Penilaian pada intensitas tertentu klien
dapat mengulang dengan benar 50 %
• Cross check dengan PTA ± 7 dB
CARA
• Mulai pada 25 dB SL
• Perdengarkan materi tes daftar kata bisilabik
sebanyak 10 kata
• Bila klien dapat mengulangi seluruh kata dengan
benar turunkan intensitas sebesar 5 dB
• Ulangi langkah di atas sampai didapatkan hasil 50 %
benar, dimana pada intensitas tertentu klien dapat
mengulangi separuh dari daftar kata yang
diperdengarkan
CONTOH DAFTAR KATA BISILABIK
Sabun besar tikus
telor
Pipi salon kamar gula
Umur ilmu banyak
kembar
Nasi dingin lidah
becak
Kuda enak panah
tempat
WDS / WRS
• Mencari kemampuan maksimum klien dalam
mengulangi kata yang diperdengarkan
• Yang dinilai adalah pemahaman kata bukan
hanya ambang pengenalan bicara
• Menggunakan daftar kata monosilabik
CARA
– PTA ≤ 80 dB mulai dari 80 dB
– Perdengarkan materi tes sebanyak satu baris yang terdiri
dari 25 kata
– Tekan tombol correct bila klien dapat mengulangi kata
dengan benar, tekan incorrect bila salah
– Bila mencapai 80 %, turunkan intensitas sebesar 10 dB dan
lakukan langkah seperti diatas
– Bila < 80 %, naikkan intensitas sebesar 10 dB dan lakukan
langkah seperti di atas
– Lakukan tes minimal pada tiga intensitas sehingga
didapatkan gambaran grafik audiometri tutur
CONTOH KATA MONOSILABIK
Bon klir mas dong
Sporttas kol klop
Es blik lat pos
Drill stangkas boor
Teh rem klem
Pan sip pom
Grup lob nak
CONDITIONING BEHAVIORAL
RESPONSE

• COR (conditioned observation reflex)

• VRA (visual reinforcement audiometry)

• Conditioned play audiometry


USIA CONDITIONING BEHAVIORAL
RESPONSE

• COR : 6 bulan - 18 bulan

• VRA : 18 bulan - 30 bulan

• CPA : 30 bulan - 42 bulan


CARA
• Siapkan dua orang pemeriksa, pertama (T1) untuk
memberikan stimulus bunyi dari balik dinding bercermin yang
kedua (T2) untuk mengobservasi perilaku anak
• Berikan sinyal pada intensitas tinggi yang signifikan ≥ 80 dB,
berikan sinyal berulang sehingga anak familiar dengan bunyi
yang diberikan
• Bila anak sudah familiar dengan bunyi tsb berikan reward
berupa lampu atau mainan warna-warni pada visual box yang
ada di lokasi yang sama dengan speaker box yang
mengeluarkan bunyi
• Hindari kesalahan interpretasi karena respon yang tidak pasti
yang ditunjukkan oleh si anak
CARA
• Lakukan pemeriksaan sampai dengan intensitas
terendah dimana pasien masih dapat memberikan
respon
• T1-T2 harus dapat bekerjasama pada saat
memberikan sinyal bunyi dan reward sehingga
respon yang didapat merupakan respon yang valid
• T1-T2 harus memiliki dasar keilmuan VRA yang cukup
serta memiliki kemampuan dan kejelian dalam
menilai respon anak
CARA
• Frekuensi pemeriksaan mulai dari 250 Hz-8000
Hz
• Bila kondisi anak tidak memungkinkan periksa
frekuensi 500 Hz-4000 Hz
• Lakukan pemeriksaan dalam waktu yang
seefektif mungkin untuk menghindari
kemungkinan pasien merasa bosan
TERIMA KASIH
Jangan pernah berhenti sampai disini,Karena disana masih banyak ilmu yang
belum kita ketahui# the kinghadi

Anda mungkin juga menyukai