Anda di halaman 1dari 39

 Audiometri  Audire dan Metrios yang

berarti mendengar dan mengukur (uji


pendengaran).
 Tujuan  mengetahui tingkat/ambang
batas pendengaran seseorang dan jenis
gangguannya bila ada.
 Audiometri nada murni  tes
pendengaran kuantitatif yang menilai
jenis dan derajat ketulian
Indikasi Audiometri
 Penurunan pendengaran
 Telinga berdengung (Tinitus)
 Rasa penuh di telinga
 Riwayat keluar cairan
 Riwayat terpajan bising
 Riwayat trauma
 Riwayat pemberian obat ototoksik
Istilah dalam Audiometri Nada Murni

Nada murni
Bising NB (narrow band) dan WN (white noise)
Frekuensi
Intensitas bunyi
Ambang dengar
Nilai nol audiometri
Standar ISO dan ASA
Notasi pada audiogram
Jenis dan derajat ketulian
Gap dan masking
 Nada murni  bunyi yang hanya memilki satu
frekuensi , dinyatakan dalam jumlah getaran per
detik.
 Bising  bunyi yang memilki banyak frekuensi,
terdiri dari narrow band (spektrum terbatas) dan
white noise (spektrum luas).
 Frekuensi  nada murni yang dihasilkan oleh
getaran oleh suatu benda yang sifatnya harmonis
sederhana, dinyatakan dalam Hertz (Hz).
 Intensitas bunyi  dinyatakan dalam desibel (dB).
dB HL (hearing loss), dB SL (sensation level), dB SPL
(sound pressure level)
 Ambang dengar  bunyi nada murni yang
terlemah pada frekuensi tertentu yang masih
dapat di dengar oleh seseorang.
 Ambang dengar : hantaran udara (AC),
hantaran tulang (BC)
 Nilai nol audiometrik (audiometrik zero)
dalam dB HL & dB SL  intensitas nada murni
terkecil pada suatu frekuensi tertentu yang
masih dapat diterima oleh rata-rata orang
dewasa muda (18-30 tahun)
Persiapan Pasien
Pemeriksaan
kemampuan Memberikan
komunikasi instruksi secara
penderita singkat dan
sebelum sederahana
pemeriksaan Pemeriksaan
Liang Telinga • Penderita
• Telinga mana yang
mampu menekan tombol
• Periksa dan (atau mengangkat
mendengar lebih
bersihkan dahulu tangan) saat
jelas
liang telinga dari mendengar sinyal
• Telinga mana yang serumen dan
lebih sering yang diberikan.
sekret
digunakan • Saat sinyal tidak
bertelepon terdengar,
• Daya tahan penderita diminta
terhadap suara untuk tidak
yang keras menekan tombol
• Penderita duduk dikursi
• Penderita tidak boleh melihat gerakan
Posisi pemeriksa
• Minimal menghadap 30o dari posisi
Pemeriksaan pemeriksa

• Nada harus diberikan selama 1 – 2


detik
• Nada harus diberikan secara acak
Presentasi (ireguler)
• Pasien tidak boleh :
Sinyal • Melihat gerakan pemeriksa
• Menebak interval waktu pemberian
sinyal
SYARAT PEMERIKSAAN
AUDIOMETRI
Persiapan Alat
 Nyalakan Power Audiometer 10 Menit
sebelum pemeriksaan
 Tombol :
 Output : untuk memilih earphone (kiri atau
kanan), AC atau BC,
 Frekuensi : Memilih nada
 Hearing Level : Mengatur Intensitas
 Tone : Memberikan Sinyal
 Masking : Memberikan bunyi Masking pada
NTE (Non-Test Ear) apabila diperlukan
AUDIOMETRI
Mekanisme Audiometri
 Bunyi dihasilkan dari dua sumber  earphone
dan oskilator atau vibrator hantaran tulang.
 Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui ear
phone atau melalui bone conductor  telinga
orang yang diperiksa pendengarannya.
 Hasil pemeriksaan  audiogram
 Ear phone  ketajaman pendengaran melalui
hantaran udara,
 Bone conductor telinga  mengukur hantaran
tulang
 Audiogram  gambaran kepekaan
pendengaran pada berbagai frekuensi.
 Frekuensi  aksisnya dan intensitas  sebagai
ordinatnya
 Simbol hantaran udara (Air Conduction =AC) 
garis lurus penuh ( ) yang diperiksa antara 125
– 8000 Hertz.
 Simbol hantaran tulang (Bone Conduction =
BC)  terputus – putus (---) intensitas yang
diperiksa 250 – 4000 Hertz
 Penilaian audiogram  gambaran audiogram
dan simbol, informasi dalam audiogram, jenis
dan derajat gangguan pendengaran, dan
metode masking
Simbol Audiogram
Pemeriksaan Air Conduction (AC)
 Mulai pada telinga yang lebih baik
 Frekuensi :
 Mulai pada 1000 Hz, kemudian naik setinggi 1 oktaf ke 8000 Hz,
dan kembali lagi ke 500 Hz dan 250 Hz.
 Sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang pada frekuensi 1000 Hz.
 Bila terjadi perubahan 20 dB atau lebih, antar oktaf perlu
dilakukan pemeriksaan pada ½ oktaf.
 Intensitas awal diperoleh dengan memberikan sinyal yang
terdengar jelas (50 dB atau 60 dB)
 Bila tidak terdengar, naikkan 20 dB secara gradual hingga
memperoleh respon
 Bila ada respon, turunkan 10 dB hingga tidak terdengar
 Bila telah tidak terdengar, naikkan 5 dB hingga terdengar.
 Lakukan berulang hingga diperoleh ambang terendah
 Ambang terendah diperoleh pada respon terhadap 2 kali
perangsangan ulangan dengan cara yang sama (turun 10 dB, naik
5 dB)
 Lakukan cara tersebut pada semua frekuensi
Pemeriksaan Bone Conduction (BC)

 Hanya dilakukan bila ambang AC


meningkat. Bila AC berada dalam
batas normal, BC tidak diperlukan
 Vibrator harus dipasang pada mastoid
pasien dengan baik.
 Cara pemeriksaan sama dengan AC,
tetapi dengan frekuensi dan intensitas
yang terbatas (500 Hz s.d. 4000 Hz,
hanya sampai 45 dB – 80 dB)
Audiogram Normal
• Bila pendengaran
normal, ambang dengar
untuk hantaran udara
maupun hantaran tulang
tercatat sebesar 0 dB.
• AC dan BC sama atau
kurang dari 25 dB
• AC dan BC berhimpit,
tidak ada gap
Tuli Konduktif
 Gangguan konduktif  gangguan hantaran
udara yang lebih besar daripada hantaran
tulang.
 Tuli konduktif murni, koklea yang baik (intak)
 hantaran tulang normal, 0 dB pada
audiogram.
 Penyebab  penyumbatan liang telinga,
serumen, OMA, OMSK, penyumbatan tuba
eustachius.
 Gap antara hantaran tulang dengan hantaran
udara  beratnya ketulian konduktif.
Tuli Konduktif
BC normal atau kurang dari 25
dB, AC lebih dari 25 dB
Antara AC dan BC terdapat gap
Tuli Sensorineural
 Tuli sensorineural  ambang pendengaran
hantaran tulang dan udara lebih dari 25 dB.
 Tuli sensorineural  gangguan koklea,
N.auditorius (N.VIII)  pusat pendengaran
termasuk kelainan yang terdapat di dalam
batang otak.
 Gangguan pada koklea terjadi  dua cara,
pertama sel rambut di dalam koklea rusak,
kedua karena stereosilia dapat hancur.
 Terjadi  infeksi virus, obat ototoksik, terpapar
bising yang lama, kongenital.
Tuli Sensorineural
AC dan BC lebih dari 25 dB
AC dan BC berhimpit
Tuli Campuran
 Tuli campuran  komponen kondutif
dan sensorineural.
 Ambang hantaran udara lebih jelek
dibandingkan dengan ambang hantaran
tulang >10 dB, dan ambang hantaran
tulang dibawah 25 dB
 Perbedaan antara level hantaran udara
dan tulang dikenal sebagai “jarak udara-
tulang” atau “air-bone gap”.
Tuli Campuran
BC lebih dari 25 dB
AC lebih besar dari BC, terdapat
gap
 Audiogram  pendengaran normal atau tuli.
 Derajat ketulian  dihitung hanya ambang
dengar hantaran udara saja.
 Ambang Dengar (AD) =
AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + AD 4000 Hz
4
Derajat Ketulian (ISO)
 0-25 dB pendengaran normal,
 26-40 dB gangguan pendengaran ringan,
 41-60 dB gangguan pendengaran sedang,
 61-90, dB gangguan pendengaran berat,
 >90 dB gangguan pendengaran sangat
berat.
Masking
 Menaikkan ambang dengar pada telinga yang
tidak diperiksa dengan memberikan bunyi
bising
 Mencegah telinga yang tidak diperiksa ikut
mendengar rangsang bunyi yang diberikan di
telinga yang sedang diperiksa
 Tergantung Interaural Attenuation/IA (pada
hantaran udara)
 Tergantung adanya A-B gap (selisih antara
hantaran udara dan hantaran tulang min.
10 dB pada 2 frekuensi yang berurutan )
pada telinga yang sedang diperiksa (pada
hantaran tulang)
Cross Hearing
 Bila kita menguji seseorang yang diketahui
tidak mampu mendengar di telinga kirinya,
dan intensitas bunyi di earphone telinga
kiri dinaikkan terus menerus, maka akan
menyebabkan vibrasi tengkorak
 Bila vibrasi dari telinga kiri tsb cukup kuat,
maka bunyi akan menyeberang melalui
tengkorak dan merangsang telinga kanan
(cross over)
 Bila vibrasi tsb cukup besar maka bunyi
akan terdengar oleh telinga kanan (cross
hearing)
INTERAURAL ATTENUATION (IA)
IA merupakan besar energi bunyi yang hilang
(attenuate) pada waktu menyeberangi kepala
(melalui hantaran tulang) dan diterima oleh
koklea sisi yang lain

Nilai IA hantaran udara tergantung pada


frekuensi dan jenis transduser yang dipakai

Nilai IA hantaran tulang dianggap nol


Pertimbangan dilakukan MASKING
• Curiga bahwa pasien kemungkinan
mendengar pada telinga yang tidak diperiksa
(Non Test Ear = NTE)
• Ada keraguan tentang kemungkinan terjadi
cross-hearing
• Jangan dilakukan masking bila ada alasan
kuat untuk tidak melakukan seperti pada
pasien yang bingung
SYARAT MASKING HANTARAN UDARA

 Bila terdapat perbedaan intensitas antara hantaran


udara telinga yang diperiksa (AC Test Ear = TE)
dengan hantaran tulang telinga yang tidak
diperiksa (BC Non Test Ear = NTE) minimal
sebesar interaural attenuation (IA) sesuai dengan
frekuensi dan transduser yang dipakai
Nilai Interaural Attenuation berdasarkan
frekuensi dan jenis transduser (Stach)

Frekuensi Supra-aural Insertphone Vibrator BC


(TDH 49) (ER-3A)
(Hz) (dB) (dB) (dB)
250 40 75
500 40 75 0
1000 40 60 0
2000 45 55 0
4000 50 65 0
8000 50 65
SYARAT MASKING HANTARAN TULANG

 Bila terdapat A-B gap (selisih 10 dB atau lebih


antara hantaran udara dan hantaran tulang
pada 2 frekuensi berurutan) pada telinga yang
diperiksa
Sebelum masking
Setelah masking

Anda mungkin juga menyukai