PENDENGARAN
Jenis gangguan pendengaran Derajat gangguan pendengaran Letak lesi Penyebab gangguan pendengaran
Watch test
Tes klinikal Speech test Tes penala Pemeriksaan pendengaran
Tes khusus
Impedance audiometry
F INGER
FRICTION TEST
pemeriksaan kasar namun suatu metode yang cepat untuk skrining. Pemeriksaan dilakukan dengan menggesekkan ibu jari dengan jari lainnya di depan telinga pasien
WATCH
TEST
Sebuah jam yang berdetik diletakkan pada jarak tertentu dengan telinga yang diperiksa, kemudian diukur jarak dimana detik jam mulai terdengar.
S PEECH
Normalnya : mendengar suara percakapan dari jarak 12 meter (40 kaki) dan suara berbisik jarak 6 meter (20 kaki)
Pasien berdiri dengan telinga yang diperiksa menghadap pemeriksa dengan jarak 6 meter. Mata pasien ditutup untuk mencegah pasien membaca gerakan bibir dan telinga yang tidak diperiksa di tutup dengan tragus oleh assistant.
T UNING
FORK TEST
garfu tala dengan frekuensi yang berbeda seperti 128, 256, 512, 1024, 2048, 4096 Hz
Ideal : 512 Hz
Garfu tala dengan fekuensi yang rendah memproduksi vibrasi tulang sementara garfu tala dengan frekuensi yang tinggi mempunyai decay time yang pendek.
bergetar diletakkan secara vertikal, kira-kira 2cm dari muara liang telinga.
BC : ujung pemegang
T ES
RINNE
hantaran melalui udara dibandingkan dengan hantaran melalui tulang. garfu tala yang bergetar diletakkan di tulang mastoid pasien dan apabila pasien sudah tidak mendengar, garfu tala dibawa ke depan meatus. Sekiranya pasien masih mendengar, ini bermakna AC lebih panjang dari BC.
Tes Rinne positif pasien normal / tuli sensorineural. Rinne negatif tuli konduktif.
Tes Rinne negatif juga mengindikasikan adanya gap antara hantaran udara dan tulang sebanyak 15-20dB.
-ve
-ve
-ve
Gap : 45-60 dB
T ES
WEBER
Lateralisasi suara dengan garpu tala 512 Hz mengindikasikan gangguan pendengaran konduktif sebanyak 15-25 dB pada telinga ipsilateral atau tuli sensorineural pada telinga kontralateral.
hantaran tulang pasien dibandingkan dengan pemeriksa (dengan menganggap telinga pemeriksa normal).
Liang telinga pasien dan pemeriksa ditutup menggunakan tragus cegah bunyi masuk melalui hantaran udara. tuli konduktif, pasien dan pemeriksa mendengar bunyi garfu tala pada durasi waktu yang sama. tuli sensorineural, waktu pasien mendengar bunyi garfu tala memendek.
T ES
SCHWABACH
Hantaran tulang pasien dibandingkan dengan telinga pemeriksa namun liang telinga tidak ditutup.
Tes Schwabach memendek pada tuli sensorineural dan memanjang pada tuli konduktif.
T ES
BING
menilai hantaran tulang dan memeriksa efek oklusi pada liang telinga.
Garfu tala yang bergetar diletakkan di tulang mastoid dan liang telinga ditutup dan dibuka berselang seli dengan menekan tragus ke dalam. normal /tuli sensorineural dengar lebih kuat atau jelas sewaktu liang telinga ditutup dan kurang jelas sewaktu liang telinga dibuka ( Bing positif) tuli konduktif tidak ada perbedaan sewaktu liang telinga dibuka atau ditutup ( Bing negatif).
T ES
GELLE
menilai hantaran tulang dan memeriksa efek peningkatan tekanan udara pada liang telinga sewaktu mendengar.
meletakkan garfu tala yang bergetar pada tulang mastoid sementara tekanan udara di liang telinga diatur menggunakan spekulum Siegel.
positif normal / tuli sensorineural.
T ES
STENGER
pemeriksaan tuli anorganik (stimulasi atau pura-pura tuli). Cth: tuli telinga kiri prinsip masking telinga normal karena efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar bunyi; jadi telinga kanan tidak akan terdengar bunyi.
T ES
BERBISIK
Semikuantitatif menentukan derajat ketulian secara kasar. ruangan cukup tenang, dengan panjang minimal 6 meter nilai normal tes berbisik :5/6-6/6.
T ES
AUDIOMETRI
A UDIOMETRI
NADA MURNI
Audiometer alat elektronik yang menghasilkan nada murni dan intensitas bunyi dapat ditingkatkan atau diturunkan secara bertahap dengan rentang 5dB. ambang hantaran udara diukur pada frekuensi 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000 dan 8000 Hz Ambang dengar hantaran tulang diukur pada frekuensi 250, 500, 1000, 2000 dan 4000 Hz Hasil audiogram
Perbedaan antara ambang dengar pada hantaran udara dan tulang (A-B gap) merupakan derajat tuli konduktif.
Normal tidak ada gap antara hantaran tulang dan udara sedangkan pada pemeriksaan garfu tala menunjukkan AC>BC.
Untuk mengukur ambang dengar melalui hantaran udara dan tulang dan skaligus menentukan tipe dan derajat gangguan pendengaran Merekod pada grafik audiogram untuk tujuan rujukan pada masa hadapan. Audiogram penting untuk preskripsi alat bantu dengar. Membantu untuk mencari derajat kecacatan untuk tujuan medikolegal. Membantu untuk prediksi ambang resepsi bicara.
D ERAJAT
TULI
S PEECH
AUDIOMETRY
kemampuan pasien untuk mendengar dan memahami suatu bicara parameter yang diuji
speech reception threshold (SRT) merupakan intensitas minimal dimana 50% kata-kata dapat diulang dengan benar oleh pasien.
Normal SRT adalah 10dB dari rata-rata ambang dengar nada murni dari 3 frekuensi bicara yaitu 500,1000 dan 2000 Hz
SRT > 10dB dari ambang dengar nada murni gangguan pendengaran fungsional.
speech discrimination score mengukur kemampuan pasien untuk memahami perbicaraan.
Mencari ambang resepsi bicara yang berkorelasi dengan rata-rata 3 frekuensi bicara dari audiogram nada murni.
Membedakan gangguan pendengaran organik dan nonorganik Mencari intensitas untuk skor diskriminasi. Ini membantu dalam preskripsi alat bantu dengar untuk setting volume untuk diskriminasi maksimal.
B EKESY
AUDIOMETRY
alat self-recording dimana variasi frekuensi nada murni secara otomatis akan berubah dari frekuensi rendah ke tinggi sambil dikontrol oleh pasien dengan menggunakan tombol. Prinsip pemeriksaan ini adalah dengan nada yang terputus (pulse tone) dan nada yang terus menerus (continous).
TIMPANOMETRI
Prinsip sebagian tenaga bunyi diserap oleh membran timpani manakala selebihnya dipantulkan.
keadaan dalam kavum timpani cairan, gangguan rangkaian tulang pendengaran ( ossicular chain), kekakuan atau kelenturan membran timpani
TIMPANOMETER
udara di liang telinga daripada tekanan positif ke tekanan normal kemudian ke tekanan negatif.
T ES FUNGSI TUBA
EUSTACHIUS
Timpanometri juga bisa digunakan untuk mengetahui fungsi tuba eustachius Tekanan negatif dan tekanan positif (-200 atau +200 mmH2O) dibuat pada telinga tengah dan pasien diminta untuk menelan sebanyak 5 kali dalam jangka waktu 20 detik. Kemampuan dalam menyeimbangkan tekanan tersebut mengindikasikan bahwa fungsi tuba eustachius normal.
A COUSTIC REFLEX
MEASUREMENT
bunyi yang kuat yaitu 70-100 dB di atas ambang dengar suatu telinga, menyebabkan kontraksi otot stapedius bilateral
Refleks yang terlibat
Ipsilateral : n.viii nukleus koklear ventral nukleus n.viii m.stapedius ipsilateral Kontralateral : n.viii nukleus koklear ventral nukleus olivary medial superior kontralateral nukleus n.viii kontralateral m.stapedius kontralateral
F UNGSI
deteksi lesi pada n.viii. deteksi lesi pada n.vii ketiadaan refleks stapedius pada individu dengan pendengaran normal mengindikasikan adanya lesi di n.vii bagian proksimal berdekatan dengan stapedius. Deteksi lesi pada batang otak refleks ipsilateral +ve ,refleks kontralateral ve
Rekruitment
Short increment sensitivity index
REKRUITMENT
Fenomena terjadi peningkatan sensitifitas pendengaran yang berlebihan di atas ambang dengar.
mengetahui kelainan koklea, dengan memakai fenomena rekrutmen keadaan koklea yang dapat mengadaptasi secara berlebihan peninggian intensitas yang kecil, sehingga pasien dapat membedakan selisih intensitas yang kecil. membedakan lesi koklear dengan lesi retrokoklear
menentukan ambang dengar pasien terlebih dahulu. berikan rangsangan 20dB di atas ambang rangsang diberikan tambahan ransang 5dB, lalu diturunkan 4 dB, 3 dB, 2dB dan terakhir 1 dB pasien dapat membedakannya, berarti tes SISI positif.
mengukur kelelahan saraf dan deteksi lesi di retrokoklear. Normal bisa mendengar nada berterusan selama 60 detik. kelelahan saraf individu tersebut berhenti mendengar sebelum 60 detik.
Kelelahan (decay) lebih dari 25dB merupakan diagnostik untuk lesi retrokoklear.
nada dengan frekuensi 4000Hz dan intensitas 5dB di atas ambang dengar pasien diberikan secara berterusan selama 60 detik
berhenti mendengar sebelum 60 detik,intensitas dinaikkan sebanyak 5dB. diteruskan sehingga pasien bisa mendengar nada selama 60 detik, atau tidak ada tahap (level) di atas ambang dengar dimana nada bisa didengar selama 60 detik.
E VOKED
RESPONSE AUDIOMETRY
ELECTROCOCHLEOGRAPHY
merekam gelombang-gelombang yang khas dari evoke electropotential yang meningkat dalam koklea dan n.viii sebagai respond terhadap stimulus auditorik dalam 5 milidetik yang pertama. Respons dalam 3 bentuk fenomena
A UDITORIC BRAINSTEM
RESPONSE
merekam potential listrik yang dikeluarkan oleh sel koklea selama menempuh perjalanan mulai telinga dalam hingga inti-inti terntentu di batang otak menggunakan elektroda permukaan yang dilekatkan pada kulit kepala atau dahi dan prosessus mastoideus atau lobulus telinga.
Prinsip menilai perubahan potential listrik di otak setelah pemberian rangsangan sensoris berupa bunyi.
O TOACOUSTIC
EMISSION
Merupakan respons koklea yang dihasilkan oleh selsel rambut luar yang dipancarkan dalam bentuk energi akustik
Sel-sel rambut luar dipersarafi oleh serabut saraf eferen dan mempunyai elektromotilitas pergerakkan sel-sel rambut induksi depolarisasi sel. sel rambut dalam dipersarafi serabut aferen mengubah suara menjadi bangkitan listrik dan tidak ada pergerakkan dari sel rambut sendiri.
Mikrofon menangkap suara yang dihasilkan oleh koklea setelah pemberian stimulus
Probe dihubungkan dengan komputer untuk mencatat respon yang timbul dari koklea
Spontaneus otoacoustic emission (SOAE) Emisi otoakustik Evoked otoacoustic emission (EOAE)
C ENTRAL
AUDITORY TEST
gangguan pendengaran pada bayi dan anak harus diketahui sedini mungkin. derajat ketulian yang dialami seorang anak/bayi hanya bersifat ringan mempengaruhi kemampuan bicara dan berbahasa. Program skrining pada bayi dan anak yang mempunyai risiko tinggi terhadap gangguan pendengaran.
A ROUSAL
TEST
Suatu bunyi bising narrow band dengan frekuensi tinggi diberikan selama 2 detik pada bayi yang sedang tidur (light sleep)
skrining untuk bayi baru lahir dimana bayi diletakkan di dalam cradle perilaku bayi seperti pergerakan kaki dan tangan atau respirasi bayi dimonitor oleh transducer respons terhadap stimulus auditorik. skrining bayi dengan tuli sedang, tuli berat dan tuli sangat berat
ABR
B EHAVIOUR OBSERVATION
AUDIOMETRY
Moros reflex pergerakan ekstremitas secara tibatiba dan ekstensi kepala apabila diberikan stimulus bunyi dengan intensitas 80-90dB.
refleks cochleopalpebra mengedip mata sebagai respon terhadap bunyi yang kuat. caesation reflex berhenti melakukan aktivitas atau mulai menangis apabila mendengar stimulus bunyi dengan intesitas 90dB.
D ISTRACTION
TECHNIQUE
C ONDITIONING
TECHNIQUES
V ISUAL REINFORCEMENT
AUDIOMETRY
digunakanpada bayi berusia sekitar 7 atau 8 bulan hingga anak usia 3 tahun. dilatih untuk menoleh ke arah sumber bunyi apabila mendengar bunyi. Stimulus bunyi diberikan bersamaan dengan stimulus visual bayi akan memberi respons orientasi atau melokalisir bunyi dengan cara menoleh ke arah sumber bunyi.
P LAY
AUDIOMETRY
Pemeriksaan play audiometry (conditioned play audiometry) meliputi teknik melatih anak untuk mendengar stimulus bunyi disertai pengamatan respons motorik spesifik dalam suatu aktivitas permainan. anak dilatih (conditioned) untuk memasukkan benda tertentu ke dalam kotak segera setelah mendengar bunyi.
S EKIAN