Anda di halaman 1dari 93

Tom Ardi 11-2012-015

Audiologi
Audiologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk fungsi pendengaran yang erat hubungannya dengan Hablitasi dan rehablitasi.
Hablitasi : Usaha untuk memberikan fungsi yang

seharusnya di miliki Rehablitasi :Usaha untuk mengembalikan fungsi yang pernah di miliki

Audiologi
Audiologi Medik terbagi atas : Audiologi dasar Audiologi Khusus

Audiologi dasar
Audologi Dasar ialah Pengetahuan mengenai Nada Murni , Bising, Ganngguan pendengaran serta cara pemeriksaannya . pemeriksaan Pendengaran yang dilakukan dengan beberapa cara yaitu : Tes Penala Tes Berbisik Audiometer Nada murni

Audiologi khusus
Audiologi Khusus Untuk membedakan Tuli Saraf Koklea dengan Retro Koklea Audiometri obyektif Test tuli untuk tuli anorganik Audiologi anak Audiologi industry

Test penala
Test Rinne ialah test untuk membandingkan melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang di periksa

Test Rinne
Cara Pemeriksaan : Penala digetarkan tangkainya diletakkan di processus mastoid, setelah tidak terdengar penala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif (+), bila tidak terdengar disebut Rinne negatif (-).

Test Rinne

Test Weber
Test Waber ialah test untuk membandingkan hantaran tulang pendegaran telinga kiri dan telinga kanan

Test Weber
Cara Pemeriksaan :

Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala Bila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.

Test Weber

Test Schwabach
Test Schwabach ialah membandingkan hantaran tulang yang diperiksa dengan Pemeriksa dengan syarat pendegaran pemeriksa normal

Test Schwabach
Cara Pemeriksaan: Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan pada processus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada processus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal.

Test Schwabach
Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut

Schwabach memendek bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada processus mastoideus pemeriksa lebih dulu bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut schwabach sama dengan pemeriksa.

Test Schwabach

Tes Rinne Positif

Tes Weber Lateralisasi tidak ada

Tes Schwabach
Sama dengan pemeriksa

Interpretasi Normal

Negatif

Lateralisasi ke Memanjang telinga yang sakit Lateralisasi ke Memendek telinga yang sehat

Tuli Konduktif

Positif

Tuli sensorineural

Tes Bing
Cara Pemeriksaan: Tragus telinga yang diperiksa ditekan sampai menutup liang telinga sehingga terdapat tuli konduktif kira-kira 30 dB. Penala digetarkan dan diletakkan pada pertengahan kepala (seperti pada tes Weber)

Tes Bing
Penilainan : Bila terdapat lateralisasi ke telinga yang ditutup berarti telinga tersebut normal atau tuli saraf. Bila bunyi pada telinga yang ditutup tidak bertambah keras berarti telinga tersebut tuli konduktif.

Test Berbisik
Pemeriksaan ini bersifat semi kuantitatif menentukan derajat ketulian secara kasar.
Hal ini dilakukan pada Ruangan yang tenang dengan panjang menimal 6 meter . pada nilai normal tes berbisik 5/6 - 6/6

Audiometri Nada Murni


Pada Audiometri nada murni perlu di ketahui beberapa istilah: Nada Murni Bising Frekuensi Intensitas Bunyi Ambang Dengar Nilai 0 Audiometrik

Audiometri Nada Murni


Notasi pada audiogram : Grafik AC, yaitu dibuat garis lurus penuh Grafik BC dibuat dengan garis terputus-putus Untuk telinga kiri dipakai warna biru sedangkan telinga kanan warna merah. Pada interpretasi audiogram harus ditulis: (a) Telinga yang mana, (b) Apa jenis ketuliannya, (c) Bagaimana derajat ketuliannya.

Audiometri Nada Murni


Jenis Ketulian terbagi atas : Tuli konduktif Tuli sensoneural Tuli Campur

Audiometri Nada Murni

Normal : AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone gap

Audiometri Nada Murni

Tuli sensori neural : AC dan BC lebih dari 25 dB AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone gap

Audiometri Nada Murni

Tuli Konduktif

BC normal atau kurang dari 25 dB AC lebih dari 25 dB Antara AC dan BC terdapat air-bone gap

Audiometri Nada Murni

Tuli Campur : BC lebih dari 25 dB AC lebih besar dari BC, terdapat air-bone gap

Derajat Ketulian
Derajat ketulian (menurut buku FKUI) : Normal : 0 25 dB Tuli ringan : 26 40 dB Tuli sedang : 41 60 dB Tuli berat : 61 90 dB Tuli sangat berat : > 90 dB

Derajat Ketulian
Ada pula referensi yang menggolongkan derajat ketulian sebagai berikut (berlaku di Poliklinik THT RSWS) : Normal : -10 26 dB Tuli ringan : 27 40 dB Tuli sedang : 41 55 dB Tuli sedang-berat : 56 70 dB Tuli berat : 71 90 dB Tuli total : > 90 dB

Audiometri Khusus
Untuk mempelajari audiometri Khusus di perlukan pemahaman istilah recuiment dan decay

Audiometri Khusus
Recuiment ialah suatu fenomena terjadi sensitifitas pendengaran yang berlebihan di atas ambang dengar keadaan ini khas untuk tuli koklea . Pada kelainan koklea pasien dapat membedakan bunyi 1 db sedangkan pada orang normal baru bisa membedakan ya pada 5 db Decay: ( Kelelahan) merupakan adaptasi abnormal merupakan tanda khas pada tuli retrokoklea, saraf pendegaran cepat lelah bila dirasang terus menerus. Bila dibeli istirahat akan pulih kembali

Audiometri Khusus
Fenomena Decay dan Recuitment dapat dilacak dengan Pemeriksaan : Tes SISI ( Short sensitivity Index ) Tes ABLB ( Alternate Binaural loudness) Test kelelahan ( Tone Decay ) Audiometri tutur Audiometri bekesay

Tes Sisi
Tes ini khas untuk mengetahui adaya kelainan koklea

dengan memakai fenomena rekuitmen

Tes Sisi
Cara pemeriksaan: Menentukan ambang dengar pasien terlebih dahulu Misalnya 30db kemudian diberi 20 db diatas abang rangsang yaitu 50 db. Setelah itu diberikan tambahan 5 db lalu diturunkan 4 db lalu 3 kemudian 2 dan 1 db bila pasien dapat membedakan maka TEST dinyatakan +

Tes Sisi
Interpretasi: Bila 20 kali benar maka 100% Dikatakan rekrutmen positif bila skor antara 70-100% Bila skor 0-70% maka tidak khas ( normal atau tuli perspektif lain)

Tes ABLB
Pada Test ABLB diberikan intesitas bunyi tertentu

pada ferkuensi yang sama pada kedua telinga, sampai kedua telingah mencapai presepsi yang sama ,Yang disebut balans negative. Bila balans tercapai terdapat recuitmen positif

Tes ABLB

Test Kelelahan ( Tone Decay )


Terjadi kelelahan saraf oleh karena perasangan terus menerus .
Ada 2 cara : TTD = Treshold tone decay STAT= Supra threshold Adaptasi tes

TTD
Cara pemeriksaan: memberikan Persangan secara terus menerus dengan intensitas sesuai dengan ambang dengar . Misalnya 40 db bila setelah 60 detik masih tetap mendengar maka test dinyatakan negative jika sebaliknya terjadi kelelelahan atau tidak mendegar maka test dinyatakan + Kemudian intesitas Bunyi ditambah 5 db jadi 45 db maka pasien dapat mrndengar lagi,rangsangan dilakukan dengan 45 db selama 60 detik dan seterusnya

TTD
Intepretasi: Penambahan 0-5 = Normal 10-15 = Ringan 20-25 = Sedang >30 = Berat

STAT
Cara pemeriksaan : Prinsipnya pemeriksaan pada 3 Frekuensi( 500 hz 1000 hz dan 2000 hz) pada 110 db SPL = 100 db Sl Intepretasi: Bila Nada Murni pada frekwensi ( 500 hz 1000 hz dan 2000 hz) pada 110 db SPL diberikan secara terus menerus selama 60 detik Bila terjadi kelelahan maka tes dinyatakan +

Audiometri Tutur
Audiometri tutur Pada tes ini dipakai satu suku kata dan 2 suku kata, Kata kata ini disusun dalam daftar Phonetically balance Word LBT ( PB,LIST) Cara Pemeriksaan: Pasien disuruh mengulanngi kata kata yang di dengar melalui kaset tape recorder Pada tuli saraf koklea , Pasien sulit membedakan bunyi S,R,H,C,H,CH Sedangkan pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi

Audiometri Tutur
Misalnya pada tuli perseptif koklea, kata kadar di dengar kasar atau sebaliknya.
Guna pemeriksaan ini untuk menilai kemampuan pasien dalam berkomunikasi sehari-hari dan untuk menilai pemberian ABD

Audiometri Tutur
Dinilai dengan menggunakan speech discrimination score: 90 100 % berari Pendengaran Normal 75 90 % Tuli Ringan 60 75 % Tuli sedang 50 - 60 % Kesukaran dalam mengikuti pembicaraan < 50 % Tuli Berat

Audiometri Bekesy
Audiometri Bekessy Prinsipnya mengunakan Nada yang terputus dan Continyu Bila ada suara masuk maka pasien menekan tombol Ditemukan grafik seperti gigi gergaji Garis yang Menaik adalah priode suara yang dapat didengar Garis yang turun ialah suara yang tidak di dengar Pada telinga normal amplitude 10 db sedangkan pada Recuitmen amplitude lebih kecil

Audiometri Bekesy
Normal Nada Terputus dan terus menerus Berimpit Tuli Saraf Koklea Nada terputus dan terus menerus berimpit hanya sampai frekwensi 1000 hz dan grafi kotinue makin kecil

Tuli f Retro koklea

Nada Terputus dan terus menerus berpisah

Audiometri Objektif
Terdapat 4 cara pemeriksaan yaitu : Audiometri Impedans Electro kokleo grafi Envoke rensponse Audiometri Otoacoustic Emission/ OAE

Elektrokokleografi
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas

koklea dan saraf pendengaran. Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan fungsi pendengaran sensorineural. Elektrokokleografi dan respon auditoris batang otak bisa digunakan untuk menilai pendengaran pada penderita yang tidak dapat atau tidak mau memberikan respon bawah sadar terhadap suara. Misalnya untuk mengetahui ketulian pada anak-anak dan bayi atau untuk memeriksa hipakusis psikogenik (orang yang berpura-pura tuli).

Elektrokokleografi
Jalur saraf dari setiap telinga menyilang ke sisi otak

yang berlawanan, karena itu kelainan pada otak kanan akan mempengaruhi pendengaran pada telinga kiri. Kelainan pada batang otak bisa mempengaruhi kemampuan dalam menggabungkan pesan yang tidak lengkap menjadi pesan yang bermakna dan dalam menentukan sumber suara.

Audiometri Impedans
pemeriksaan audiometri impedans diperiksa kelenturan membrane timpani dengan tekanan tertentu pada meatus akustikus eksterna.

Audiometri Impedans
Didapatkan istilah: a. Timpanometri, yaitu untuk mengetahui keadaan dalam kavum timpani. kekakuan membrane timpani dan membran timpani yang sangat lentur. b. Fungsi tuba Eustachius (Eustachian tube function), untuk mengetahui tuba Eustachius terbuka atau tertutup. c. Refleks stapedius. Pada telinga normal, refleks stapedius muncul pada rangsangan 70-80 dB di atas ambang dengar.

Audiometri Impedans
Audiometri Impedans telah dianggap semakin penting artinya dalam rangkaian pemeriksaan audiologi. Timpanometri merupakan alat pengukur tak langsung dari kelenturan (gerakan) membrana timpani dan sistem osikular dalam berbagai kondisi tekanan positif, normal, atau negatif.

Audiometri Impedans
Timpanometer adalah alat yang digunakan dalam pemeriksaan timpanometri. Pada dasarnya Timpanometer terdiri dari 4 bagian : 1. Oscilator : Alat yang menghasilkan/memproduksi bunyi/nada bolak-balik (biasanya 220 Hz), suara yang dihasilkan tersebut masuk ke earphone dan diteruskan ke liang telinga. 2. Sebuah mikrofon dan meter pencatat sound pressure level dalam liang telinga.

Audiometri Impedans
3. Sebuah pompa udara dan manometer yang

dikalibrasi dalam milimeter air (-600 mmH2O s.d +1.200 mmH2O). Suatu mekanisme untuk mengubah dan mengukur tekanan udara dalam liang telinga 4. Compliancemeter : untuk menilai bunyi yang diteruskan melalui mikrofon.

Timpanometer

Timpanometer

Timpanometer

Timpanometri
Cara Pemeriksaan: Probe, setelah dipasangi tip yang sesuai, dimasukkan ke dalam liang telinga tertutup dengan ketat. liang telinga yang tertutup cepat diberikan tekanan 200 mmH2O melalui manometer. Membrana timpani dan untaian tulang-tulang pendengaran akan mengalami tekanan dan terjadi kekakuan ,sehingga tak ada energi bunyi yang dapat diserap melalui jalur ini ke dalam koklea. Dan jumlah energi bunyi yang dipantulkan kembali ke dalam liang telinga luar akan bertambah.

Timpanometri
Tekanan kemudian diturunkan sampai titik di mana

energi bunyi diserap dalam jumlah tertinggi keadaan ini menyatakan membran timpani dan untaian tulang pendengaran dalam compliance yang maksimal. Pada saat compliance maksimal ini dicapai, tekanan udara dalam rongga telinga tengah sama dengan tekanan udara dalam liang telinga luar. Jadi tekanan dalam rongga telinga tengah diukur secara tak langsung.

Timpanometri
Tekanan dalam liang telinga luar kemudian

diturunkan lagi sampai -400 mmH2O Timpanometri merupakan salah satu dari 3 pengukuran imitans yang banyak digunakan dalam menilai fungsi telinga tengah secara klinis, di samping imitans statik dan ambang refleks akustik.

Timpanometri
Intepretasi 1. Tipe A terdapat pada fungsi telinga tengah yang normal. mempunyai bentuk khas, dengan puncak imitans berada pada titik 0 daPa dan penurunan imitans yang tajam dari titik 0 ke arah negatif atau positif. Kelenturan maksimal terjadi pada atau dekat tekanan udara sekitar, memberi kesan tekanan udara telinga tengah yang normal.

Timpanometri

Timpanogram Normal

Timpanometri
2. Tipe As. Terdapat pada otosklerosis dan keadaan membran timpani yang berparut. Timpanogram kelihatan seperti tipe A (normal), di mana puncak berada atau dekat titik 0 daPa, tapi dengan ketinggian puncak yang secara signifikan berkurang. Huruf s di belakang A berarti stiffness atau shallowness. Kelenturan maksimal terjadi pada atau dekat tekanan udara sekitar, tapi kelenturan lebih rendah daripada tipe A. Fiksasi atau kekauan sistem osikular seringkali dihubungkan dengan tipe As.

Timpanometri

Timpanogram Tipe As

Timpanometri
3. Tipe Ad. Terdapat pada keadaan membran timpani yang flaksid atau diskontinuitas dari tulang-tulang pendengaran. Timpanogram kelihatan seperti tipe A (normal), tetapi dengan puncak lebih tinggi secara signifikan dibandingkan normal. Huruf d di belakang A berarti deep atau discontinuity. Tipe Ad dikaitkan dengan diskontinuitas sitem osikular atau suatu membrana timpani mono metrik.

Timpanometri

Timpanogram Tipe Ad

Timpanometri
4. Tipe B Timpanogram tidak memiliki puncak melainkan pola cenderung mendatar, atau sedikit membulat yang paling sering dikaitkan dengan cairan di telinga tengah (misalnya pada otitis media efusi. ECV dalam batas normal, terdapat sedikit atau tidak ada mobilitas pada telinga tengah. Bila tidak ada puncak tetapi ECV > normal, ini menunjukkan adanya perforasi pada membran timpani.

Timpanometri

Timpanogram Tipe B

Timpanometri
5. Tipe C Terdapat pada keadaan membran timpani yang retraksi dan malfungsi dari tuba Eustachius. Tekanan telinga tengah dengan puncaknya di wilayah tekanan negatif di luar -150 mm H2O indikatif ventilasi telinga tengah miskin karena tabung estachius disfungsi.

Timpanometri

Timpanogram Tipe C

Timpanometri

Envoke Response Audiometry


Brainstem Evoke Response Audiometri

(BERA) merupakan tes neurologik untuk fungsi pendengaran batang otak terhadap rangsangan suara (click).

Envoke Response Audiometry


Manfaat: untuk mengantisipasi gangguan Perkembangan bicara pada bayi baru lahir menentukan sumber gangguan pendengaran apakah di cochlea atau retro choclearis mengevaluasi brainstem (batang otak) gangguan pendengaran disebabkan karena psikologis atau fisik screening medical check up

Envoke Response Audiometry


Cara Kerja BERA: 1. Pembangkitan potensial yang ditimbulkan dengan suara singkat atau nada khusus yang ditransmisikan dari transduser akustik dengan menggunakan earphone atau headphone 2. Bentuk gelombang yang ditimbulkan dari respon tersebut dinilai dengan menggunakan elektrode permukaan yang biasannya diletakkan pada bagian vertex kulit kepala dan pada lobus telinga

Envoke Response Audiometry


3. Pencatatan rata-rata grafiknya diambil berdasarkan

panjang gelombang/amplitudo dalam waktu. 4. Puncak dari gelombang yang timbul ditandai dengan I-VII. Bentuk gelombang tersebut normalnya muncul dalam periode waktu 10 millisecond setelah rangsangan suara (click) pada intensitas tinggi (7090 dB tingkat pendengaran normal/normal hearing level [nHL]).

Envoke Response Audiometry

Envoke Response Audiometry


BERA merupakan: Suatu potential listrik di otak, sebagai akibat rangsangan bunyi, yang direkam dengan menem- pelkan elektroda di kulit kepala.

Envoke Response Audiometry


Komponen Bentuk Gelombang: Gelombang I: Respon gelombang BERA I merupakan gambaran yang luas dari potensial aksi saraf auditori gabungan pada bagian distal dari CN VIII. Respon tersebut dipercaya berasal dari aktivitas aferen dari serabut saraf CN VIII saat meninggalkan cochlea dan masuk ke canalis auditori internal. Gelombang II: gelombang BERA II ditimbulkan oleh nervus VIII proksimal saat memasuki batang otak.

Envoke Response Audiometry


Gelombang III: gelombang BERA III muncul dari

aktivitas saraf urutan kedua arises from di dalam atau di dekat nukleus cochlearis. Literatur menyatakan bahwa gelombang III ditimbulkan pada bagian caudal dari pons auditori. Gelombang IV: gelombang BERA IV diperkirakan muncul dari neuron urutan ketiga pontine yang kebanyakan terletak pada kompleks olivary superior, tetapi kontribusi tambahan untuk terbentuknya gelombang IV dapat datang dari nukleus cochlearis dan nukleus dari lemniskus lateral.

Envoke Response Audiometry


Gelombang V: pembentukan gelombang V

kemungkinan merupakan dari aktivitas dari struktur auditori anatomik multipel. Gelombang V dipercaya berasal dari sekitar colliculus inferior. Gelombang VI dan VII: Gelombang VI dan VII dianggap berasal dari thalamus (medial geniculate body)

Envoke Response Audiometry


Penilaian BERA: 1. Masa laten absolute gelombang I,III,V 2. Beda masing-masing masa laten absolute (interwave latency I-V,I-III,III-V) 3. Beda masa laten absolute teelinga kanan dan kiri 4. Beda masa laten pada penurunan intensitas bunyi 5. Rasio amplitude gelombang V/I yaiitu rasio antara nilai puncak gelombang V kepuncak gelombang I. yang akan meningkat dengan menurunya intensitas.

Otoacoustic Emission
Pemeriksaan OAE merupakan pemeriksaan

elektrofisiologik untuk menilai fungsi koklea yang objektif, otomatis, tidak invasif, mudah, tidak membutuhkan waktu lama dan praktis sehingga sangat efisien untuk program skrining pendengaran bayi baru lahir

Otoacoustic Emission
Dikenal 2 jenis pemeriksaan OAE yaitu : Spontan OAE Evoked OAE.
Spontan OAE dapat timbul tanpa adanya stimulus bunyi, namun tidak semua manusia memiliki Spontan OAE sehingga manfaat klinisnya tidak diketahui.

Otoacoustic Emission
Evoked OAE adalah OAE yang terjadi pasca pemberian stimulus, dibedakan menjadi : 1. Transient Evoked OAE(TEOAE) 2. Distortion Product OAE (DPOAE)

Transient Evoked OAE (TEOAE)


Cara Pemeriksaan: digunakan stimulus bunyi click yang onsetnya sangat cepat (milidetik) dengan intensitas sekitar 40 desibel. Secara otomatis akan diperiksa 4 6 jenis frekuensi. Spektrum frekuensi yang dapat diperiksa TEOAE adalah 500 - 4500 Hz untuk orang dewasa dan 5000 6000 Hz pada bayi. TEOAE tidak terdeteksi pada ketulian > 40 dB.

Transient Evoked OAE (TEOAE)


Intepretasi: Bila TEOAE pass berarti tidak ada ketulian koklea bila TEOAE reffer berarti ada ketulian koklea lebih dari 40 dB. Umumnya hanya digunakan untuk skrining pendengaran bayi atau anak.

Distortion Product OAE (DPOAE)


Mempergunakan 2 buah stimulus bunyi nada murni

sekaligus, yang berbeda frekuensi maupun intensitasnya. Spektrum frekuensi yang dapat diperiksa lebih luas dibandingkan dengan TEOAE, dapat mencapai frekuensi tinggi (10.000 Hz)

Distortion Product OAE (DPOAE)


Manfaat: untuk mendiagnosis auditori neuropati monitoring pemakain obat ototoksik pemaparan bising, menentukan prognosis tuli mendadak (sudden deafness) gangguan pendengaran lainnya yang disebabkan oleh kelainan koklea.

Otoacoustic Emission

Otoacoustic Emission

Otoacoustic Emission

Pemeriksaan Tuli Anorganik


Pemeriksaan ini di perlukan untuk memeriksa

seseorang yang pura pura tuli ( menginkan asuransi ) Cara Stenger memberikan 2 nada suara yang bersamaan pada ke 2 teliga, Kemudian pada sisi yang sehat nada di jauhkan Dengan Audiometri nada murni secara berulang dalam satu minggu , Hasil audiogram berbeda Dengan Impedans

AUDIOLOGI ANAK
Cara memeriksanya dengan beberapa cara : Neometer dibunyikan suara kemudian perhatikan reaksi anak Free field test- Dilakukan pada ruangan Kedap suara anak sedang bermain kemudian diberikan rangsang bunyi , Perhatikan reaksiya Screening Untuk screening ( Tapis masal ) dipakai hantaran udara saja dengan Frekwensi 500 hz, 1000 hz, 2000 hz

Anda mungkin juga menyukai