a. Tirah baring sempurna (total bed rest) istirahat fisik dan mental selama dua minggu
untuk mengilangkan atau mengurangi stres yang besar pengaruhnya pada keadaan
kegagalan neurovaskular.
b. Vasodilatansia injeksi yang cukup kuat disertai dengan pemberian tablet vasodilator
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Evaluasi
Evaluasi pendengaran dilakukan setiap minggu selama 1 bulan. Perbaikan pendengaran
tuli mendadak adalah sebagia berikut:
a. Angat baik, apabila perbaikan >30 dB pada 5 frekuensi
b. Sembuh, apabila perbaikan ambang oendengaran <30 dB pada frekuensi 250 Hz, 500
Hz, 1000 Hz, 2000 Hz dan <25dB pada frekuensi 4000 Hz.
c. Baik, apabila rerata perbaikan 10-30 dB pada 5 frekuensi
d. Tidak ada perbaikan, apabila terdapat perbaikan <10 dB pada 5 frekuensi
Apabila gangguan pendengaran tidak sembuh dengan pengobatan diatas, maka dapat
dipertimbangkan pemasangan alat bantu dengar. Apabila dengan ABD masih belum dapat
berkomunikasi maka dilakukan psikoterapi dengan tujuan agar pasien dapat menerima
keadaannya.
Prognosis
Prognosis tuli mendadak tergantung pada beberapa faktor yaitu kecepatan pemberian obat,
respon 2 minggu pengobatan pertama, usia, derajat tuli saraf dan adanya faktor
predisposisi.
2. Noise Induced Hearing Loss (Gangguan Pendengaran Akibat Bising)
Definisi
Gangguan pendengaran akibat bising adalah gangguan pendengaran yang disebabkan
akibat terpajan oleh bising yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising
lingkungan kerja. Sifat ketuliannya adalah tuli sensorineural koklea dan pada umumnya
terjadi pada kedua telinga.
Secara umum, bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Secara audiologik bising adalah
campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi. Bising yang intensitasnya 85 dB
2
dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran corti di telinga dalam. Yang
sering mengalami kerusakan adalah alat corti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000
Hz 6000 Hz dan yang terberat kerusakan alat corti untuk reseptor bunyi yang
berfrekuensi 4000 Hz.
Gejala
Kurang pendengaran disertai tinitus atau tidak. Bila sudah cukup berat disertai keluhan
sukar menangkap percakapan dengan kekerasan biasa dan bila sudah lebih berat
percakapan yang keras pun sulit dimengerti.
a. Reaksi adaptasi merupakan respons kelelahan akibat rangsangan oleh bunyi dengan
intensitas 70 dB SPL/kurang, keadaan ini merupakan fenomena fisiologi pada saraf
telinga yang terpajan
b. Peningkatan ambang dengar sementara, merupakan keadaan terdapatnya peningkatan
ambang dengar akibat pajanan bising dengan intensitas yang cukup tinggi. Pemulihan
dapat terjadi dalam beberapa menit/jam.
c. Peningkatan ambang dengar menetap, merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan
ambang dengar menetap akibat pajanan bising dengan intensitas sangat tinggi
berlangsung singkat atau berlangsung lama yang menyebabkan kerusakan pada
berbagai struktur koklea, antara lain organ corti, sel rabut, stria vaskularis, dll.
Diagnosis
a. Anamnesis pernah/sedang bekerja di lingkungan bising dalam jangka waktu lama
biasanya >5 tahun.
b. Tes penala: rinne (+), weber lateralisasi ke telinga yang sehat, schwabach memendek,
kesan jenis ketulian sensorineural.
c. Audiometri nada murni: tuli sensorineural pada frekuensi 3000-6000 Hz dan pada
frekuensi 4000 Hz terdapat takikan (notch)
d. Pemeriksaan audiologi khusus seperti SISI (short increment sensitivity index), ABLB
(alternate binaural loudness balance), MLB (monoaural loudness balance), audiometri
bekesy, audiometri tutur (speech audiometry): hasil menunjukan adanya rekrutmen
yang patognomonik untuk tuli sensorineural koklea. Rekrutmen adalah suatu
fenomena pada tuli sensorineural koklea, dimana telinga yang tuli menjadi lebih
sensitif terhadap kenaikan intensitas bunyi yang kecil pada frekuensi tertentu setelah
terlampaui ambang dengarnya.
Penatalaksanaan
Diagnosis
Kriteria diagnosis:
a. Vertigo hilang timbul
b. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf
c. Menyingkirkan penyebab dari sentral, misalnya tumor N. VIII.
Pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk mengutkan diagnosis. Bila dalam anamnesis
terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada pemeriksaan didapatkan tuli
sensorineural maka kita sudah dapat mendiganosis penyakit meniere, sebab tidak ada
penyakit lain yang bisa menyebabkan perbaikan dalam tuli sensorineural, kecuali penyakit
meniere. Tes gliserin untuk membuktikan adanya hidrops, selain itu juga berguna untuk
menentukan prognosis tindakan operatif pembuatan shunt.
Pengobatan
Pada saat datang, biasanya diberikan obat simptomatik seperti sedatif, dan bila diperlukan
dapat diberikan anti muntah. Bila diagnosis ditemukan, maka pengobatannya sesuai
dengan penyebabnya. Khusus untuk penyakit meniere, maka diberikan obat vasodilator
perifer untuk mengurangi tekanan hidrops endolimfa. Dapat pula tekanan endolimfa ini
disalurkan ke tempat lain dengan jalan operasi yakni membuat shunt.
4. Presbikusis (Tuli Saraf Pada Geriatri)
Definisi
Presbikusis adalah tuli sensorineural frekuensi tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65
tahun, simetris pada telinga kiri dan kanan. Presbikusis dapat dimulai pada frekuensi
1000 Hz.
Etiologi
Umunya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga
mempunyai
hubungan
dengan
faktor
herediter,
pola
makanan,
metabolisme