• Kondisi ini bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari penyakit • Contohnya cedera telinga, masalah akibat dari penyakit vaskular, atau kehilangan pendengaran yang muncul seiring bertambahnya usia. EPIDEMIOLOGI
• Tinnitus merupakan kondisi yang bisa
dialami semua orang dari segala usia. • Tetapi kondisi ini umumnya dialami oleh lansia yang berusia di atas 65 tahun KLASIFIKASI TINNITUS
• Subjektif ( suara hanya bias didengar oleh penderita)
dapat terjadi pada kasus otologik, metabolik, neurologi, kardiovaskuler, obat-obatan ototoksik psikogenik • Objektif ( suara bias didengar oleh pemeriksa ) kasus yang dapat terjadi berupa vascular, mioklonus, temporomandibular joint disease. ETIOLOGI • kerusakan pada telinga bagian dalam. Ini merupakan penyebab dari sebagian besar tinnitus. Pada kondisi normal, bunyi yang masuk ke telinga akan dikirim ke otak oleh saraf-saraf pendengaran setelah sebelumnya melalui struktur yang mengandung sel-sel sensitif bunyi. Struktur ini disebut sebagai koklea. Tetapi jika terjadi kerusakan pada koklea, proses pengiriman sinyal akan terputus dan otak akan terus mencari sinyal-sinyal dari koklea yang tersisa sehingga menyebabkan bunyi tinnitus. • Kehilangan pendengaran karena lanjut usia. Kepekaan saraf pendengaran akan berkurang seiring bertambahnya usia sehingga kualitas pendengaran kita akan menurun. • Pajanan suara atau bunyi yang nyaring, contohnya mendengar musik yang terlalu nyaring melalui earphone, pekerja pabrik yang menangani mesin-mesin berat, atau mendengar bunyi ledakan yang keras. • Penumpukan kotoran dalam telinga. Ini akan menghalangi pendengaran dan bisa memicu iritasi pada gendang telinga. • Infeksi pada telinga tengah. • Pertumbuhan tulang telinga yang abnormal. • Penyakit Meniere. • Cedera kepala atau leher. • Efek samping obat-obatan tertentu, seperti antibiotik, kina, antidepresan tertentu, serta aspirin. • Hipertiroidisme. • Pecahnya gendang telinga. • Neuroma akustik. • Gangguan kardiovaskular, misalnya hipertensi atau aterosklerosis. GEJALA TINNITUS
• tinnitus ditandai dengan munculnya bunyi-bunyi
tertentu pada telinga, seperti bunyi berdenging, berdesis, atau bahkan siulan. Bunyi ini bisa terdengar pada salah satu atau kedua telinga penderita. • Sebagian besar bunyi tinnitus juga hanya bisa terdengar oleh penderitanya ( subjektif ). Tetapi ada juga tinnitus yang terkadang bisa terdengar oleh dokter yang memeriksa kondisi telinga pasien ( objektif) PATOFISIOLOGI TINNITUS
• Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area
auditoris yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri. Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah seperti bergemuruh atau nada tinggi seperti berdenging. DIAGNOSA •Anamnesis • Kualitas dan kuantitas tinnitus • Lokasi, pada telinga sebelah kanan/ kiri , atau keduanya • Sifat bunyi :, apakah mendenging, mendengung, menderu, ataupun mendesis dan bunyi lainnya • Apakah bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau malam hari • Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan pendengaran serta gangguan neurologik lainnya. • Lama serangan tinitus : -berlangsung hanya dalam satu menit kemudian hilang suatu keadaan yang fisiologis, jika tinitus berlangsung selama 5 menit dianggap patologik. • Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat-obatan dengan sifat ototoksik • Kebiasaan sehari-hari terutama merokok dan meminum kopi • Riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik • Riwayat infeksi telinga dan operasi telinga • Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik pada pasien dengan tinitus dimulai dari pemeriksaan auskultasi dengan menggunakan stetoskop pada kedua telinga pasien. suara tinitus objektif, maka harus ditentukan sifat dari suara tersebut. jika suara yang didengar serasi dengan pernapasan, maka kemungkinan besar tinitus terjadi karena tuba eustachius yang paten. Jika suara yang di dengar sesuai dengan denyut nadi dan detak jantung, maka kemungkinan besar tinitus timbul karena aneurisma, tumor vaskular, vascular malformation, dan venous hum. Jika suara yang di dengar bersifat kontinua, maka kemungkinan tinitus terjadi karena venous hum atau emisi akustik yang terganggu. Suara tinnitus subjektif diperiksa dengan audiometri • Pemeriksaan Penunjang Apabila belum ditemukan penyebabnya maka dilakukan CT scan ataupun MRI. Dengan pemeriksaan tersebut dapat menilai ada tidaknya kelainan pada saraf pusat. Kelainannya dapat berupa multipel sklerosis, infark dan tumor. PENCEGAHAN
• a. Hindari suara-suara yang bising, jangan terlalu sering
mendengarkan suara bising (misalnya diskotik, konser musik, walkman, loudspeaker, telpon genggam) • b. Batasi pemakaian walkman, jangan mendengar dengan volume amat maksimal • c. Gunakan pelindung telinga jika berada di tempat bising. • d. Makanlah makanan yang sehat dan rendah garam • e. Minumlah vitamin yang berguna bagi saraf untuk melakukan perbaikan, seperti ginkogiloba, vit A dan E TATALAKSANA
• 1. lektrofisiologik, yaitu memberi stimulus
elektroakustik (rangsangan bunyi) dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinnitus masker • 2. Psikologik, yaitu dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidakmembahayakan dan bisa disembuhkan, serta mengajarkan relaksasi dengan bunyi yang harus didengarnya setiap saat • 3. Terapi medikametosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, transquilizer, antidepresan sedatif, neurotonik, vitamin dan mineral. • 4. Tindakan bedah, dilakukan pada tumor akustik neuroma. Namun, sedapat mungkin tindakan ini menjadi pilihan terakhir, apabila gangguan denging yang diderita benar-benar parah. TERIMA KASIH