Anda di halaman 1dari 6

Laporan Kasus

Diagnosis dan Tatalaksana Diabetes Mellitus tipe 2


1

Vanya Genevieve Orapau 2Suzanna Ndraha


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
2
Departemen Penyakit Dalam RSUD Koja, Jakarta Utara, Jakarta, Indonesia
1

Abstrak
Introduksi :
Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik adanya
hiperglikemia yang disebabkan gangguan sekresi insulin, kerja insulin ataupun keduanya.
Keadaan hiperglikemia kronik inilah yang berhubungan dengan terjadinya disfungsi dan
kerusakan berbagai organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan juga pembuluh darah.
Artikel ini akan melaporkan penemuan kasus kaki diabetik dengan DMT2 dan
penatalaksanaannya pada pasien berumur 57 tahun.
Kasus :
Perempuan berusia 57 tahun datang dengan keluhan luka pada telapak kaki kanan sejak 1
minggu yang lalu. Luka tersebut disertai nyeri dan panas sehingga pasien susah berjalan, luka
dengan panjang 3,5 cm dengan kedalaman 1 cm serta terdapat adanya pus dan sedikit darah.
Keluhan lain berupa pasien merasakan pusing. Pasien mengaku mempunyai riwayat kencing
manis sejak 5 tahun yang lalu dan terkontrol dengan mengkonsumsi metformin. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan luka dengan derajat wagner 2. Pada hasil lab leukosit 12,33
cell/mm3.
Diskusi :
Pada kasus ini, tatacara diagnosis untuk penyakit kaki diabetik dengan diabetes mellitus
sudah baik dan sesuai dengan kriteria. Terapi yang diberikan juga sudah sesuai.
Kesimpulan :
Tatacara diagnosis dan terapi yang tepat pada pasien penyakit kaki diabetik dengan diabetes
mellitus di RSUD Koja sudah sesuai standar.
Kata kunci : kaki diabetik, diabetes mellitus

Diabetes Mellitus Diagnosis and Therapy


1

Vanya Genevieve Orapau 2Suzanna Ndraha

Laporan Kasus
1

Faculty of Medicine, Krida Wacana Christian University


Internal Medicine Department, Koja General Hospital, North Jakarta, Jakarta, Indonesia

Abstract
Introductions:
Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases with characteristic presence of
hyperglycemia due to impaired insulin secretion, insulin action or both. This is a state of
chronic hyperglycemia associated with dysfunction and damage to various organs, especially
the eyes, kidneys, nerves, heart and blood vessels. This article reports the discovery of cases
of diabetic foot with type 2 diabetes and its management in patients aged 57 years.
Case:
57-year-old female presents with injuries to the right foot since 1 week ago. These injuries
are accompanied by pain and heat so that the patient can hardly walk, wound up with a
length of 3.5 cm with a depth of 1 cm and contained pus and blood. Another complaint be
patient feel dizzy. Patients admitted to a history of diabetes since 5 years ago and controlled
by taking metformin. On physical examination found injuries to the degree wagner 2. In lab
results 12.33 leukocyte cell / mm3.
Discussion:
In this case, the procedures for the diagnosis of diabetic foot disease in diabetes mellitus has
been good and in accordance with the criteria. Therapy was given also appropriate.
Conclusions:
Procedures for proper diagnosis and treatment in patients with diabetic foot disease in
diabetes mellitus Koja Hospital are already compliant.
Keywords: diabetic foot, diabetic mellitus

Pendahuluan
Diabetes mellitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan
2

karakteristik adanya hiperglikemia yang


disebabkan gangguan sekresi insulin, kerja

Laporan Kasus
insulin ataupun keduanya. Keadaan
hiperglikemia
kronik
inilah
yang
berhubungan dengan terjadinya disfungsi

dan kerusakan berbagai organ terutama


mata, ginjal, saraf, jantung dan juga
pembuluh darah.1

Pada DM tipe 2, biasanya pasien


mempunyai sel beta yang masih berfungsi
(walau terkadang memerlukan insulin
eksogen tetapi tidak bergantung seumur
hidup). DM tipe 2 ini bervariasi mulai dari
yang predominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif, sampai yang
predominan gangguan sekresi insulin
bersama resistensi insulin. Pada DM tipe 2
resistensi insulin terjadi pada otot, lemak
dan hati serta terdapat respons yang
inadekuat pada sel beta pankreas. Terjadi
peningkatan kadar asam lemak bebas di
plasma, penurunan transpor glukosa di
otot, peningkatan produksi glukosa hati
dan peningkatan lipolisis. Defek yang
terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh
gaya hidup yang diabetogenik (asupan
kalori yang berlebihan, aktivitas fisik
yang
rendah,
obesitas)
ditambah
1,2
kecenderungan secara genetik.

emas untuk membandingkan prevalensi


diabetes antar berbagai kelompok etnik di
seluruh dunia. Pada negara berkembang
yang laju pertumbuhan ekonominya sangat
menonjol, misalnya Singapura prevalensi
diabetes sangat meningkat dibandingkan
10 tahun lalu.1

Terdapat beberapa faktor risiko diabetes


mellitus tipe 2 seperti adanya riwayat
keluarga (orang tua atau saudara kandung),
obesitas, kurang beraktivitas, ras atau etnik
tertentu
(Amerika-Afrika,
Amerika,
Amerika-Asia),
memiliki
gangguan
toleransi glukosa, riwayat diabetes
gestasional atau pernah melahirkan bayi
dengan berat badan > 4 kg, hipertensi
(140/90), kadar HDL < 35 mg/dl dan/atau
trigliserida >250 mg/dl, sindrom polikista
ovarium atau acanthosis nigricans, riwayat
penyakit vascular. Faktor lingkungan
sangat berperan pada lebih dari 90%
semua populasi diabetes. Prevalensi pada
bangsa kulit putih sekitar 3-6%dari orang
dewasanya. Angka ini merupakan baku
3

Manifestasi klinik penyakit diabetes


mellitus terdiri dari gejala klasik 3P yakni
seperti poliuri (sering kencing), polidipsi
(sering terasa haus), dan polifagi (banyak
makan) dan adanya penurunan berat
badan. Selain 3P terdapat juga keluhan lain
yang menyertai seperti kesemutan,
gangguan
penglihatan,
gatal/bisul,
gangguan ereksi pada pria dan juga
keputihan pada wanita.3
Berdasarkan
American
Diabetes
Association (ADA) tahun 2007, diagnosa
diabetes melitus dapat ditegakkan dengan
beberapa kriteria yaitu gejala diabetes
klasik (poliuri, polidipsi, dan penurunan
berat badan) ditambah dengan kadar gula
darah random >200mg/dl, kadar glukosa
puasa 126 mg/dl, kadar glukosa OGTT
200 mg/dl. Tatalaksana diabetes mellitus
terdapat 4 pilar yakni edukasi, pengaturan
diet, aktivitas fisik dan obat-obatan.1,3,4

Laporan Kasus
Perempuan berusia 57 tahun datang
dengan keluhan luka pada telapak kaki
kanan sejak 1 minggu yang lalu. Luka
tersebut disertai nyeri dan panas sehingga
pasien susah berjalan, luka dengan panjang

Laporan Kasus
3,5 cm dengan kedalaman 1 cm serta
terdapat adanya pus dan sedikit darah.
Keluhan lain berupa pasien merasakan
pusing. Pasien mengaku mempunyai
riwayat kencing manis sejak 5 tahun yang
lalu dan terkontrol dengan mengkonsumsi
metformin. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran compos mentis,
tekanan darah 150/70 mmHg, suhu 37,2C,
serta termasuk dalam wagner derajat 2.
Pada hasil laboratorium didapatkan
leukosit 12,33 cell/mm3. Lalu pasien
dirawat di ruang rawat inap RSUD Koja.
Pada terapi, pasien diberikan Infus NaCl
0,9% 500 cc dalam 24 jam, injeksi
Ceftriaxon 3x1gr, injeksi mecobalamin
3x1gr, Insulin R 24U, Metformin 2x500mg
PO. Untuk diet, diterapkan diet DM 2000
kkal.
Pada perawatan hari ke-1, pada pasien
ditemukan masalah kaki diabetik, diabetes
mellitus dan hipertensi. Pasien masih
merasakan nyeri pada luka di kaki kanan
serta pusing. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran compos mentis,
tampak sakit ringan, tekanan darah 150/90
mmHg. Terapi dilanjutkan.
Pada perawatan hari ke-2 (perjalanan
penyakit hari ke-6), keluhan nyeri pada
luka di kaki kanan. Pada pemeriksaan fisik
yang didapatkan tekanan darah 140/80
mmHg, GDS pkl 05.00: 135mg/dL, pkl
11.00: 215 mg/dL, pkl 17.00: 226 mg/dL.
Terapi dilanjutkan.
Pada hari perawatan ke-4, keluhan nyeri
pada kaki yang luka yakni kaki kanan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 130/80 mmHg. Pada hasil rontgen
pedis dextra, kesannya yakni tidak tampak

gambaran osteomyelitis pada pedis kanan.


Terapi dilanjutkan.
Pada hari perawatan ke-6, keluhannya
masih terasa nyut-nyutan pada kaki yang
luka yakni kaki kanan. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 130/80
mmHg. Dari hasil ini, maka masalah kaki
diabetik dengan DM tipe 2 teratasi
sebagian dan penyakit jantung hipertensi
sementara teratasi dan pasien dipulangkan
hari ke-8 perawatan.
Diskusi
Pada pasien ini dipikirkan kaki diabetik
dengan DM tipe 2 karena dari anamnesis
didapatkan luka yang tidak kunjung
sembuh serta pada pemeriksaan fisik
didapatkan luka dengan panjang 3,5 cm
dengan kedalaman 1 cm serta terdapat
adanya pus dan sedikit darah. Pada
pemeriksaan fisik kita dapatkan tekanan
darah 150/70 mmHg. Sedangkan dari
pemeriksaan laboratorium, kita dapatkan
kadar leukosit 12,33 cell/mm3, GDS 122
mg/dl. Manifestasi pada pasien ini sesuai
dengan kaki diabetik dengan diabetes
mellitus tipe 2 serta hipertensi.1
Pada terapi yang diberikan, pasien ini
diberikan terapi antibiotik, obat diabetik
oral dan obat anti-hipertensi seperti
ceftriaxone, metformin, ARB.3,4,5
Simpulan
Pasien wanita berusia 57 tahun, dengan
diagnosa kaki diabetik dengan DM tipe 2,
dinyatakan sementara membaik dan
terkontrol setelah dirawat inap di RSUD
Koja, dengan terapi antibiotik seperti
ceftriaxone, obat diabetik oral seperti
metformin dan obat anti-hipertensi dari
golongan ARB dalam 6 hari perawatan.

Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Ed 5(3).
Jakarta: Interna Publishing; 2010.
2. Guyton, A,. Hall, J,. 2006. Insulin,
Glucagon, and Diabetes Mellitus in:
Medical
Physiology.
Elsevier
Saunder: Philadelphia.
3. Setyohadi B, Arsana PM, Suryanto
A, Soebroto AY, Abdullah M.
6.
7.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.

Kegawatdaruratan penyakit dalam.


Jakarta: Interna Publishing; 2011.
4. Departemen
Farmakologi
dan
Terapeutik FKUI. Farmakologi dan
terapi. Ed 5. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2008.
5. Hughes
AD,
Schachter
M.
Hypertension and blood vessels.
Hughes AD, Schachter M. Hipertensi
dan pembuluh darah. Br Med Bull
2006;50:356-70
8.
9.

24.
25.
26.
27.

Anda mungkin juga menyukai