Anda di halaman 1dari 31

PEMERIKSAAN

AUDIOMETRI
Pembimbing :
dr. Bara Ade Wijaya.,Sp.THT-KL

Disusun Oleh:
Mery Amdika Desianti (21360076)
Kepaniteraan Klinik Ilmu THT-KL
RS. Pertamina – Bintang Amin
FK. Universitas Malahayati
2022
DEFINISI
Audiologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk
fungsi pendengaran yang erat hubungannya dengan
habilitasi dan rehabilitasinya.

Audiologi Dasar ialah Pengetahuan mengenai nada murni , bising,


gangguan pendengaran serta cara pemeriksaannya. Pemeriksaan
Pendengaran yang dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
Tes Penala,Tes Berbisik, danAudiometri Nada murni
Tes Pendengaran
Tes pendengaran dilakukan dengan :

Tes Penala  Kualitatif

Tes Berbisik  Semi-Kuantitatif

Tes Audiometri Nada Murni  Kuantitatif


TES PENALA
• Telinga manusia secara fisiologis dapat mendengar nada
antara 20-18.000 Hz.
Tes Rinne • Pendengaran sehari-hari yang paling efektif  500-2000Hz 
penggunaan garpu tala untuk pemeriksaan 512, 1024 dan
2048Hz
Tes Weber • Bila tidak memungkinkan menggunakan 3 garpu tala 
Tes penala gunakan garpu tala 512Hz karena penggunaan garpu tala ini
Tes tidak terlalu dipengaruhi suara bising sekitar
Schwabach

Tes Bing
Tes Rinne
Tes rinne adalah test untuk membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang
pada telinga pasien

Cara :

 Beritau pasien bahwa akan dilakukan pemeriksaan


telinga dan cara kerjanya
 Getarkan garpu tala frekuensi 512Hz
 Letakan garpu tala tegak lurus pada tulang mastoid
pasien, sampai pasien tidak mendengar
 Pindahkan garpu tala kedepan MAE pasien
VIDEO TES RINNE

 Bila masih terdengarRinne positif (normal/tuli sensorineural)


Tidak terdengar  Rinne negatif (tuli konduktif)
Tes Webber
Tes weber adalah test untuk membandingkan hantaran tulang pendengaran telinga kiri
dan telinga kanan

Cara
 Beritau pasien bahwa akan dilakukan
pemeriksaan telinga dan cara kerjanya
 Getarkan garpu tala frekuensi 512Hz
 Letakan tegak lurus di garis medial kepala
(vertex, dahi, dan gigi seri tengah)
 Minta pasien menunjukan telinga mana dengan
suara lebih keras/lateralisasi.
 Bila mendengar pada satu telinga  lateralisasi ke
telinga tersebut.
 Bila kedua telinga tidak mendengar atau sama-sama
mendengar  tidak ada lateralisasi
VIDEO TES WEBBER

etasi :
Intepr
 Normal : Tidak ada lateralisasi
 Tuli sensorineural : Lateralisasi ketelinga yang sehat
 Tuli Konduktif : Lateralisasi kesisi yang sakit
Test Schwabach

Tes schwabach adalah membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksa


dengan syarat pendengaran pemeriksa normal
Cara

Beritau pasien bahwa akan dilakukan pemeriksaan telinga dan cara kerjanya
• Getarkan garpu tala frekuensi 512Hz
• Letakan tegak lurus garpu tala pd palatum mastoid pemeriksa sampai
tidak terdengar
• Secepatnya pindahkan garpu tala ke palatum mastoid pasien
 Bila pasien masih mendengar = schwabach memanjang
 Bila pasien tdk mendengar, ada 2 kemungkinan:
schwabach memendek atau schwabach normal

• Lakukan pemeriksaan tersebut secara terbalik.


 Bila pemeriksa tdk mendengar  schwabach pasien normal
 Bila pemeriksa masih mendegar schwabach pasien memendek
VIDEO TES
SCHWABACH
VIDEO TES
SCHWABACH
Intepretasi :
Pemeriksa masih dapat Schwabach memendek
mendengar

Pemeriksa tidak mendengar Diulang  penala diletakkan pada


prosessus mastoid pemeriksa
terlebih dahulu

Pasien masih mendengar 


Scwabach memanjang

Pasien dan pemeriksa masih Schwabach pasien = Schwabach


dapat mendengar pemeriksa
Interpretasi Tes Penala
Tes Rinne Tes Waber Tes Schwabach Diagnosis

+ Tidak ada Lateralisasi Sama dengan Pemeriksa Normal

Tuli
- Laterlisasi Ke sisi sakit Memanjang
konduktif
Tuli
+ Leteralisasi sisi sehat Memendek
sensorineural
Tes Bing (Tes Oklusi)
 Tragus telinga pasien ditekan hingga menutup liang
telinga sehingga terdapat tuli konduktif ± 30 dB
 Penala digetarkan dan diletakkan pada pertengahan
kepala (seperti tes Weber)

Hasil pemeriksaan :
 Lateralisasi ke telinga yang ditutup  normal
 Bunyi bertambah keras pada telinga yang ditutup  tuli
konduktif
VIDEO TES BING
Tes Berbisik
 Bersifat semi-kuantitatif
EP R ETASI
 Tujuan : menentukan derajat INT
ketulian secara kasar
 Menggunakan ruangan yang
cukup tenang dengan panjang
minimal 6 meter
VIDEO TES
BERBISIK
Tes Audiometri
Nada Murni
DEFINISI

Audiometri nada murni atau Pure Tune Audiometry


(PTA) adalah salah satu jenis uji pendengaran untuk
menilai fungsi pendengaran.

Audiogram adalah suatu catatan grafis yang diambil


dari hasil tes pendengaran dengan menggunakan alat
berupa audiometer, yang berisi grafik batas ambang
pendengaran pada berbagai frekuensi terhadap
intensitas suara dalam desibel.
TUJUAN PEMERIKSAAN

• Menentukan ti ngkat intensitas terendah


dalam desibel dari ti ap frekuensi yg masih
bisa didengar, atau ambang pendengaran
dari bunyi tersebut.

• Menentukan jenis ketuliannya (tuli konduktif, tuli


sensorineural , dan tuli campuran).
INDIKASI
 Adanya penurunan fungsi pendengaran
 Adanya telinga berbunyi dengung (Tinitus)
 Riwayat keluar cairan dari telinga
 Riwayat trauma pada telinga
 Riwayat terpajan bising
 Riwayat pemakaian obat ototoksik
 Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga
 Adanya gangguan keseimbangan
Syarat Pemeriksaan Audiometri

 Alat audiometer yang baik → terkalibrasi


 Lingkungan pemeriksaan yang tenang → ruang kedap suara
 Keterampilan pemeriksa yang cukup handal:
 Orang yang diperiksa harus kooperatif, dapat mengerti instruksi,
dapat mendengarkan bunyi di telinga, dan sebaiknya bebas
pajanan bising sebelumnya minimal 12- 14 jam

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons from Flaticon, and
infographics & images by Freepik
■ Terdapat dua sumber yaitu :
 Sumber pertama : earphone yang ditempelkan pada telinga

bertujuan untuk mengukur ketajaman pendengaran


melalui hantaran udara
 Sumber kedua : suatu osilator atau vibrator hantaran tulang yang
ditempelkan pada mastoid (atau dahi) melalui satu head band
bertujuan untuk mengukur hantaran tulang pada tingkat
intensitas nilai ambang
Vibrator

Earphone Audio ossilator


VIDEO TES
AUDIOMETRI
AUDIOG

RAMSumbu Y menggambarkan
intensitas suara yang
diukur dalam
desibel (dB) satuan

● Sumbu X menggambarkan
frekuensi yang diukur
dalam satuan Hertz (Hz).
INTERPRET
ASI
 0 - 25 dB : normal
 >25 – 40 dB : tuli ringan
 >40 – 55 dB : tuli sedang
 >55 – 70 dB : tuli sedang berat
 >70 – 90 dB : tuli berat
 > 90 dB : tuli sangat berat
CONTOH AUDIOGRAM PENDENGARAN NORMAL (TELINGA KANAN)

        Normal :   AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB


                         AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone gap
CONTOH AUDIOGRAM TULI KONDUKTIF (TELINGA KANAN)

   Tuli Konduktif        :    BC normal atau kurang dari 25 Db


AC lebih dari 25 dB
Antara AC dan BC terdapat air-bone gap
CONTOH AUDIOGRAM TULI SENSORI NEURAL (TELINGA KANAN)

Tuli sensori neural  :  AC dan BC lebih dari 25 dB


AC dan BC berimpit, tidak ada air-bone gap
CONTOH AUDIOGRAM TULI CAMPUR (TELINGA KANAN) 

Tuli Campur  :    BC lebih dari 25 dB


 AC lebih besar dari BC, terdapat air-bone gap
Follow up
● Follow up berguna untuk mengetahui perkembangan
perbaikan pendengaran dan follow up biasanya dilakukan
pada pekerja yang sering mengalami pajanan bising
berulang.
● Follow up audiogram pada pasien yang bukan pekerja
yang sering mengalami pajanan bising dilakukan setiap :

○ Setiap 3 Bulan - Selama tahun pertama diagnosis

○ Setiap 6 Bulan - Selama tahun-tahun prasekolah

○ Setiap Tahun – Selama usia sekolah


TERIMAKA
SIH

Anda mungkin juga menyukai