Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

OMSK dengan atau tanpa kolesteatoma menjadi masalah kesehatan utama di

seluruh dunia dan menjadi beban khususnya di negara-negara berkembang (WHO,

2004).World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa penderita OMSK di

seluruh dunia berkisar antara 65 – 330 juta orang, dengan 94% berada di negara

berkembang. Sebanyak 60% (39 – 200 juta orang) mengalami kematian. Secara umum,

prevalensi OMSK di negara berkembang seperti India dilaporkan lebih tinggi yaitu 5,2

%. Angka prevalensi OMSK di Indonesia dilaporkan sebesar 3,6 %(Yarisman et al,

2017).

Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan hasil dari episode otitis media

akut yang ditandai dengan keluarnya cairan terus menerus dari telinga tengah melalui

perforasi membran timpani dimana hal ini merupakan penyebab penting dari gangguan

pendengaran (WHO, 2004).

OMSK dibagi menjadi 2 tipe, yaitu tipe tubotimpani atau tanpa kolesteatoma, dan

tipe atikoantral atau dengan kolesteatoma (Buchman, Levine and Balkany; 2003).

Sampai saat ini pengobatan kolesteatoma belum dijumpai kecuali tindakan

operasi yang merupakan pengobatan satu-satunya untuk eradikasi penyakit ini (Helmi,

2005). Jenis operasi untuk penanggulangan kolesteatoma adalah mastoidektomi dinding

runtuh yang harus merubah struktur telinga tengah dan dalam (Helmi, 2005).

1
Kolesteatoma diangkat dari tulang temporal dengan cara pembedahan reseksi baik

dengan radikal maupun modifikasi mastoidektomi. Kelemahan utama operasi ini adalah

bidang operasi yang sempit, dimana hal ini sering dikaitkan dengan tingginya tingkat

rekurensi kolesteatoma. MRI secara akurat dapat membedakan kolesteatoma yang

rekuren dengan jaringan granulasi pasca operasi untuk menghindari tindakan

pembedahan ulang yang tidak perlu. (Fathy. A, Ghany. A, 2015)

OMSK tipe bahaya dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya seperti

komplikasi intratemporal (fasialis parese) dan komplikasi intrakranial (meningitis, abses

otak) sehingga dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi

(Vitale and Ribeiro, 2007; Yarisman et al, 2017). Kolesteatoma merupakan kelainan

hiperproliferasi yang dihubungkan dengan terjadinya inflamasi kronis dan destruksi

tulang (Yarisman et al, 2017).

Resorpsi tulang-tulang pendengaran terjadi pada area lokal yang berdekatan

dengan perimatriks kolesteatoma atau jaringan granulasi. Perimatriks kolesteatoma

mengandung limfosit, monosit, fibroblas dan sel endotelial yang merupakan sumber dari

sitokin proinflamasi seperti TNF-α, IL-1 dan IL-6. Tingkat ekspresi TNF-α, IL-1 dan IL-

6 pada jaringan kolesteatoma lebih tinggi dibandingkan pada jaringan granulasi

(Kuczkowski et al, 2011). TNF-α berperan pada destruksi tulang secara langsung melalui

diferensiasi osteoklas dan secara tak langsung melalui matriks tulang yang terbuka. Hal

ini dilakukannya bersama dengan IL-1. ( Vitale et al, 2007).

Puguntano (Curanga fel-terrae Merr.) merupakan tanaman dari famili

Scrophulariaceae yang tumbuh di wilayah Asia seperti Indonesia, Malaysia, Filipina,

Cina dan India (Harahap et al, 2013). Di Indonesia, masyarakat desa Tiga Lingga

2
kabupaten Dairi provinsi Sumatera Utara telah menggunakan secara empiris daun

Puguntano dengan cara merebus daunnya. Tanaman ini diyakini dapat berkhasiat sebagai

penghilang rasa sakit, meningkatkan daya tahan tubuh, bahkan sebagai anti aging agar

kelihatan awet muda. Tanaman ini sudah mulai banyak dibudidayakan oleh masyarakat

setempat sebagai tanaman obat (sDepkes RI, 2000). Di beberapa daerah tanaman ini

dikenal dengan nama kukurang, tamah raheut dan empeduh tanah (Harahap et al, 2013).

Juwita (2009) dan SP3T Medan (2011) melaporkan bahwa daun puguntano mempunyai

potensi sebagai anti inflamasi dalam bentuk ekstrak ethanol (Harfina, Bahri dan Saragih,

2012).

Studi yang dilakukan Harahap et al (2013), menemukan bahwa ekstrak ethanol etanol

daun Puguntano yang diperoleh dari metode perkolasi dan sokletasi memiliki kandungan

fitokimia seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan steroid/terpenoid

(Harahap et al, 2013). Salah satu golongan senyawa kimia yang bertanggung jawab untuk

efek anti inflamasi adalah steroid/terpenoid, sehingga diduga steroid inilah yang

memberikan efek anti inflamasi dari daun Puguntano tersebut

Daun puguntano memiliki efek anti peradangan yang dapat digunakan pada

penyakit – penyakit yang mencetuskan reaksi inflamasi. Kolesteatoma pada OMSK

adalah salah satu sumber inflamasi yang menandakan keadaan yang cukup berat.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui tentang pengaruh

pemberian ekstrak ethanol daun Puguntano (Curanga fel-terrae Merr.) terhadap ekspresi

IL-1α pada biakan matriks kolesteatoma penderita OMSK tipe bahaya.

3
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut: Apakah ada perbedaan pemberian ekstrak ethanol daun Puguntano terhadap

ekspresi IL-1α pada biakan matriks kolesteatoma penderita OMSK tipe bahaya.

1.3. Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan kadar ekspresi IL-1α pada biakan matriks kolesteatoma penderita

OMSK tipe bahaya antara yang diberikan ekstrak ethanol daun Puguntano (Curanga fel-

terrae Merr.) dengan yang tidak.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah untuk membuktikan ekstrak ethanol daun Puguntano

dapat menurunkan ekspresi IL-1α pada biakan matriks kolesteatoma OMSK tipe bahaya.

1.4.2. Tujuan Khusus

 Mengetahui kadar ekspresi IL-1α pada biakan matriks kolesteatoma pada kontrol.

 Mengetahui kadar ekspresi IL-1α pada biakan matriks kolesteatoma yang diberikan

ekstrak ethanol daun Puguntano pada konsentrasi 1 mg/ml, 2 mg/ml dan 4 mg/ml.

 Menguji perbedaan kadar ekspresi IL-1α pada biakan matriks kolesteatoma pada

kontrol dibandingkan dengan biakan matriks kolesteatoma yang diberikan ekstrak

ethanol daun Puguntano pada konsentrasi 1 mg/ml, 2 mg/ml dan 4 mg/ml.

4
1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kemampuan

ekstrak ethanol daun Puguntano dalam menghambat agresifitas matriks kolesteatoma.

Dengan begitu diharapkan dapat diketahui manfaat dari daun puguntano dalam

tatalaksana kolesteatoma dan mencegah rekurensi pada OMSK tipe bahaya.

1.5.2. Manfaat untuk penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar tentang efektifitas

ekstrak ethanol daun Puguntano sebagai anti inflamasi sehingga dapat menjadi salah satu

acuan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai