MASTER CLASS
THT - KL
Jakarta
Jl padang no 5, manggarai, se3abudi, jakarta selatan
T. 021 8317064 | BB. 5a999b9f/293868a2
WA. 081380385694/081314412212
Medan
Jl. Se3abudi no. 65 G, medan P
T. 061 8229229 | BB. 24BF7CD2
w w w . o p t I m a p r e p . c o m
Anatomi Telinga
Membran Timpani
– Warna pu3h mengkilat seper3 mu3ara
– Perubahan warna
• Merah : hiperemi akibat radang
• Hitam : fungi
• Kuning : fungi
• Pu3h: fungi atau asidum borikum pulveratum
– Perubahan posisi
• Retraksi : malnubrium mallei memendek karena tertarik ke medial
dan lebih horizontal
• Bombans: membrana 3mpani terdesak ke latera, cembung, warna
merah
– Perubahan struktur
• Perforasi: sentral atau marginal, a3k
• Ruptura : akibat trauma (berbentuk bintang)
• Sikatriks: bekas perforasi yang sudah menutup
AUDIOLOGI
Tes Pendengaran
• Hasil tes pendengaran dapat dinilai secara kuan3ta3f
(tajam pendengaran), dan secara kualita3f (ketulian)
• Tes bisik
– Syarat ruangan sunyi, 3dak ada echo, serta ada jarak
sepanjang 6 M
– Penderita
• Mata ditutup agar 3dak bisa lihat gerak bibir pemeriksa
• Telinga yang akan diperiksa dihadapkan ke pemeriksa
• Telinga yang 3dak diperiksa ditutup agar 3dak salah hasil
• Minta penderita mengulang dengan keras, kata – kata yang
dibisikkan
• Teknik pemeriksaan :
– Penderita dan pemeriksa sama – sama berdiri, penderita
tetap ditempat, pemeriksa yang berpindah tempat
– Mulai jarak 1 m, dibisikkan 5 atau 10 kata
– Bila semua kata dapat didengar pemeriksa mundur kejarak
2 m disibisikkan lagi sampai jarak dimana penderita
mendengar 80% kata – kata mendengar 4 dari 5 kata yang
dibisikkan), pada jarak itulah tajam pendengaran pasien.
Uji Penala
• Cara Pemeriksaan :
– Tes Rinne à penala digetarkan, tangkainya diletakkan pada
prosesus mastoid, setelah 3dak terdengar penala diletakkan
depan telinga
• Posi3f (+) bila masih terdengar
• Nega3f (-) bila 3dak terdengar
– Tes Weber à penala digetarkan dan tangkai penala
dilerakkan di garis tengah kepala
– Tes Swabach à penala digetarkan, tangkai penala diletakkan
pada prosesus mastoideus sampai 3dak terdengar bunyi, lalu
segera pindahkan pada prosesus mastoid pemeriksa
• Memendek bila pemeriksa masih mendengar
Tes Penala
Rinne Weber Schwabach
Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
Audiologi Nada Murni
Audiometri nada murni:
• Ambang Dengar (AD): bunyi nada murni terlemah pada
frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga
seseorang.
• Perhitungan derajat ketulian:
(AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + AD 4000 Hz) / 4
• Derajat ketulian:
– 0-25 dB : normal
– >25-40 dB : tuli ringan
– >40-55 dB : tuli sedang
– >55-70 dB : tuli sedang berat
– >70-90 dB : tuli berat
– >90 dB : tuli sangat berat
TULI
• Tuli konduk3f:
– gangguan hantaran
suara di telinga luar-
telinga tengah
• Tuli sensorineural:
– Lesi di labirin, nervus
auditorius, saraf
pusat
• Tuli campuran
– Terdapat gabungan
keduanya
Tuli
• Tuli kondukAf • Tuli Sensorineural
• Kelainan di telinga luar : • Tuli sensorineural
– Kelainan kongenital : – Tipe koklea
• Atresia liang telinga – Tipe retrokoklea
• Mikro3a
• Pemeriksaan Audiometri
– O33s Eksterna
khusus :
– Osteoma liang telinga
– Berfungsi untuk membedakan
– Sumbatan serumen tuli 3pe koklea atau
• Kelainan di telinga tengah : retrokoklea
– Gangguan fungsi tuba – Jenis tes :
eustakhius • SISI,ABLB,ToneDecay,
– Barotrauma • Tympanometri,Bekessy,BERA,
• Elektrokokleografi,OAE
– O33s media
– Otosklerosis,
Timpanosklerosis
– Hemo3mpanum
– Dislokasi tulang pendengaran
Tuli Sensorineural
• Presbikusis • Tuli akibat bising (NIHL = Noise Induced
• Atrofi & perubahan vaskuler pd stria Hearing Loss)
vaskularis. Degenerasi sel-sel rambut • Kerusakan bagian organ Cor3 :
penunjang di organ Cor3. Berkurangnya membran, stereosilia, sel rambut,
jumlah & ukuran sel ganglion & saraf • Klinis:
• Klinis: – pendengaran terganggu biasanya bilateral
– Usia >60 tahun – Telinga berdenging
– pendengaran berkurang perlahan & – Riwayat terpajan bising dalam jangka waktu
progresif, simetris, lama
– Telinga berdenging – Bising > 85 dB >8 jam perhari atau 40 jam
– Tidak enak berbicara di tempat ramai perminggu
(Cocktail party deafness) – Pada gangguan pendengaran cukup berat,
– Bila mendengar suara keras terasa nyeri sukar menangkap percakapan
(recruitment) – Uji Penala : R: +, W : tak ada lateralisasi,
– Uji Penala : R: +, W lateralisasi ke telinga atau lateralisasi ke sisi yg lebih baik (tuli
sehat (tuli sensorineural) sensorineural)
– Audiogram : tuli sensorineural penurunan – Audiogram : tuli sensorineural, penurunan
biasanya mulai frek.>1000Hz pada frek 3000- 6000Hz, terdapat takik pd
frek 4000Hz (“Kahart Notch”)
– Audiometri tutur : gangguan diskriminasi
wicara – Audiometri tutur : gangguan diskriminasi
wicara
Tuli Sensorineural
• Tuli akibat obat ototoksik
• Kerusakan sel rambut, stria vaskularis
• Klinis:
– pendengaran terganggu Kadang disertai ver3go
– Telinga berdenging
– Riwayat konsumsi obat ototoksik : aminoglikosida, diure3k, an3
inflamasi (salisilat), an3 malaria (Klorokuin), an3 Kanker (CIS
pla3num)
– Uji Penala : R: +, W : tak ada lateralisasi, atau lateralisasi ke sisi
yg lebih baik (tuli sensorineural)
– Audiogram : tuli sensorineural, penurunan tajam pada pada
frekuensi 3nggi
– Audiometri tutur : gangguan diskriminasi wicara
OTITIS EKSTERNA
OAAs Eksterna
Tanda OE:
• Nyeri jika aurikel ditarik ke belakang
atau tragus ditekan.
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
O33s Externa
• OAAs eksterna difus (swimmer’s ear)
– E3ologi: Pseudomonas, Staph. albus, E. coli.
– Kondisi lembab & hangat à bakteri tumbuh
– Sangat nyeri, liang telinga: edema, sempit, nyeri
tekan (+), eksudasi
– Jika edema berat à pendengaran berkurang
– Th/: AB topikal, kadang perlu AB sistemik
– AB: ofloxacin, ciprofloxacin, colis3n, polymyxin B,
neomycin, chloramphenicol, gentamicin, &
tobramycin.
– Ofloxacin & ciprofloxacin: AB tunggal dengan
spektrum luas untuk patogen o33s eksterna.
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
O33s Externa
• Malignant oAAs externa (necroAzing OE)
– Pada pasien diabe3k lansia atau imunokompromais.
Tatalaksana
Asam asetat 2% dalam alkohol atau povidon iodine 5%
atau an3fungal topikal (nista3n/clotrimazol 1%)
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003.
Diagnos3c handbook of otorhinolaryngology.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Otomikosis (Fungal O33s Externa)
Akut
O33s Media Efusi
(Air Bubble (+))
Infeksi (-)
Kronik
Glue Ear
Oklusi tuba
Akut
< 3 bulan
Infeksi (+) O33s Media
Kronik
> 3 bulan
O33s Media
OAAs Media Efusi
• Radang mukoperiosteum rongga telinga tengah yang ditandai dengan
adanya cairan dan membrane 3mpani yang utuh.
• Klasifikasi: Eksuda3va (Aero33s, Barotrauma), Serosa (Kataralis),
Mukoid (Glue Ear)
• Gejala:
– Telinga seper3 tertutup atau penuh
– Tinnitus nada rendah
– Tuli konduk3f
– Displakusis (mendengar suara ganda
• Terapi:
– Cari pencetusnya
– Medikamentosa: steroid, dekongestan, an3histamin
– Definip: pemasangan ear ven<la<on tube (grommet tube)
• Terjadi ke3ka suatu
oklusi tuba 3dak
teratasi. Terjadi
pengumpulan cairan
serosa di dalam
cavum 3mpani
dengan gejala khas
berupa gelembung
udara pada
pemeriksaan otoskop
(Air Bubble)
• Pseudomonas aeruginosa 31 %,
Bakteri aerob : • Klebseilla pneumoniae 27%
• Proteus mirabilis 16%
OMK Tubo3mpanal
(BENIGNA / TIPE AMAN)
• Peradangannya terjadi pada regio 3mpani posterior
(epi3mpani dan retro3mpani).
• Dijumpai pada semua umur
• Sering menimbulkan komplikasi serius akibat drainase
yang kurang baik dikarenakan adanya diafragma 3mpani,
sehingga sering disebut sebagai OMK Maligna
• Tipe A3koantral ini memiliki dua bentuk manifestasi klinis,
antara lain:
– Timpanomastoid
• Ditemukan perforasi membrane 3mpani di a3k atau marginal dengan
discharge yang purulent dan berbau. Tipe ini dapat menimbulkan
komplikasi mastoidi3s.
– Kolesteatoma
• Jenis kolesteatoma yang terjadi akibat OMK maligna hanya
kolesteatoma akuisita sekunder.
OMK a3koantral
(MALIGNA / TIPE BAHAYA)
OMSK Maligna dan Benigna
Kelainan Tipe Benigna Tipe Maligna
Epitel fisiologis
bertransfromasi akibat:
• Invaginasi membran
3mpani
• Invasi epithelial
• Metaplasia
• Hiperplasia sel basal
Gejala
Otorrhea
Gangguan pendengaran
Pencitraan
• Stenver
• Schuller
• Lateral
• CT Scan
• Mri
Audiometri
Tatalaksana
OMSK Benigna
yang baik
– Menghindari Mastoidektomi radikal
rekurensi infeksi Jenis Pembedahan dengan modifikasi
(operasi Bondy)
– Mencegah komplikasi
– Mempertahankan/ Miringoplas<
memperbaiki fungsi
pendengaran
Timpanoplas<
Pembagian Komplikasi OAAs Media
(Souza dkk, 1999)
Komplikasi O33s Media dibagi menjadi:
• Komplikasi Intratemporal à telinga
tengah, rongga mastoid, telinga
dalam (Mastoidi3s, Facial palsy,
Labrynthi3s, Labrynthine fistula
Petrosi3s, Postauricular fistula
Subperiosteal abscess)
• Komplikasi Ekstratemporal :
– Komplikasi intrakranial à abses
ekstradura, abses subdura, abses
otak, meningi3s, tromboflebi3s sinus
lateralis, hidrosefalus o3kus
– Komplikasi ekstrakranial à abses
retroaurikuler, abses Bezold’s, abses
Luc’s, abses Citelli, abses zigoma3kus
Komplikasi OMSK
MASTOIDITIS
• Peradangan pada mukoperiost selule mastoid atau tulang
mastoid
• Tanda dan Gejala: Otorea yang profusE, Discharge kuning,
kental, dan berbau, Rasa sakit di belakang telinga spontan
atau dipresipitasi dengan penekanan, Tuli konduksi.
• Terdapat dua bentuk
kolesteatoma pada Kolesteatom
manusia, yakni
kolesteatoma kongenital
dan kolesteatoma akuisita.
• Kolesteatoma sendiri
merupakan kantung atau
jaringan abnormal di telinga
tengah yang berisi sel epitel
gepeng berlapis
terkera3nisasi dan sifatnya
destruk3f sehingga dapat
merusak tulang-tulang
pendengaran.
Kolesteatoma Kongenital
• Berasal dari sisa-sisa embrional ectoderm
• Sering juga disebut sebagai primary epidermoid tumor
• Bisa terdapat di telinga (apex os petrosus atau kavum
3mpani) maupun luar telinga (ginjal atau sinus
paranasal)
• Penegakan diagnosis:
– Tidak ada riwayat infeksi sebelumnya (o33s media)
– Tidak terdapat oklusi tuba
– Membran 3mpani intak
– Lokasi umumnya di apex os petrosus sehingga sering
menimbulkan parese N VII
Kolesteatoma Akuisita
Primer
– Disebabkan oleh obstruksi tuba kronik sehingga terjadi retraksi
membrane shrapnel à membentuk kantung di epi3mpani
– Sering juga disebut sebagai retraksi kolesteatoma atau invaginasi
kolesteatoma
Sekunder
– Kausa utamanya iala o33s media kronik
– Bersifat invasive dan agresif sehingga dapat menyebabkan erosi
tulang pendengaran, labirini3s, meningi3s, dan parese N VII
– Hipotesa penyebab kolesteatoma jenis ini:
• Teori Metaplasia
– Peradangan persisten à epitel kavum 3mpani mengalami metaplasia dari
kolumner à kuboid à skuamosa à kolesteatoma.
• Teori Imigrasi
– Perforasi marginal à epitel kulit canalis auditorius eksternus masuk ke dalam
kavum 3mpani à kolesteatoma.
RHINITIS
DIAGNOSIS CLINICAL FINDINGS
Riwayat atopi. Gejala: bersin, gatal, rinorea, konges3. Tanda: mukosa
RINITIS ALERGI
edema, basah, pucat atau livid, sekret banyak.
belum diketahui; Dicetuskan oleh rangsang non-spesifik à asap, bau, alkohol, suhu,
ETIOLOGI
makanan, kelembaban, kelelahan, emosi/stres
Anamnesis: Hidung tersumbat bergan3an kiri dan kanan, tergantung posisi pasien
disertai sekret yang mukoid atau serosa yang dicetuskan oleh rangsangan non
spesifik
DIAGNOSIS Rinoskopi anterior: Edema mukosa hidung, konka merah gelap atau merah tua
dengan permukaan konka dapat licin atau berbenjol (hipertrofi) disertai sedikit sekret
mukoid
Penunjang: Eosinofilia ringan, tes alergi hasil (-)
Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
Rhini3s Medikamentosa
• Patofisiologi rhini3s medikamentosa 3dak diketahui sepenuhnya.
• Diduga karena penurunan produksi norepinefrin endogen oleh mekanisme
feedback. Pada pemakaian dekongestan jangka panjang/penghen3an pemakaian,
saraf simpa3s 3dak bisa menjaga vasokonstriksi karena produksi norepinefrin
tersupresi.
Rhini3s Medikamentosa
• Tatalaksana:
– Edukasi untuk menghen3kan pemakaian
dekongestan
– Minggu pertama penghen3an adalah yang paling
berat.
– Kos3kosteroid nasal dapat membantu
meringankan gejala withdrawal. KS oral jangka
pendek, 5-10 hari dapat menyertai KS nasal.
Atrophic Rhini3s/Ozaena
• Atrophic rhini3s is a chronic condi3on characterized by:
– progressive atrophy of the nasal mucosa
– nasal crus3ng
– nasal dryness (caused by atrophy of glandular cells)
– Fetor/foul smell from the nose
– Other symptoms: epistaxis, loss of smell, cacosmia (even normal
smells are perceived as foul) and nasal obstruc3on
• Onset usually at puberty, more common in female
• E3ology:
– Primary: Klebsiella ozaena
– Secondary: auer sinonasal surgery/trauma, granulomatous
diseases (sarcoidosis, leprosy), and infec3ons (tuberculosis and
syphilis).
Atrophic Rhini3s
ExaminaAon Treatment
• Rhinoscopy: widening of • Nasal douching/irriga3on
nasal cavity • Removal of crusts by
• CT scan: atrophy of forceps or suc3on
turbinates • Topical an3bio3c for severe
infec3on characterized by
purulent secre3ons/fever
• Surgical management
• Hen3kan perdarahan
– Bersihkan hidung dari darah & bekuan
– Pasang tampon sementara yang telah dibasahi adrenalin
1/5000-1/10000 atau lidokain 2%
– Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan
hwp://www.3pdisease.com/2013/12/sinusi3s-sinus-infec3on-causes.html
Mangunkusomo E., Soetjipto D. Sinusi3s dalam Soepardi E. A. et al : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. FKUI. 2007
Diagnosis
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisikà rinoskopi anterior dan posterior
• Foto polos: posisi waters, PA, lateral. Tapi hanya menilai
sinus-sinus besar (maksila & frontal). Kelainan yang tampak:
perselubungan, air fluid level, penebalan mukosa.
• CT scan: mampu menilai anatomi hidung & sinus, adanya
penyakit dalam hidung & sinus, serta perluasannya → gold
standard. Karena mahal, hanya dikerjakan utk penunjang
sinusi3s kronik yang 3dak membaik atau pra-operasi untuk
panduan operator.
• Sinuskopi à pungsi menembus dinding medial sinus maksila
atau meatus inferior dengan alat endoskop.
Mangunkusomo E., Soetjipto D. Sinusi3s dalam Soepardi E. A. et al : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. FKUI. 2007
Rhinosinusi3s
• Terapi rhinosinusi3s
– Tujuan:
• Mempercepat penyembuhan
• Mencegah komplikasi
• Mencegah perubahan menjadi kronik
– Prinsip:
• Membuka sumbatan di kompleks osteomeatal (KOM) → drainasi & ven3lasi
pulih
– Farmakologi:
• AB amoksisilin 10-14 hari
• Dekongestan
• Lain-lain: analge3k, mukoli3k, steroid oral/topikal, NaCl
– Operasi
• untuk sinusi3s kronik yang 3dak membaik, sinusi3s disertai kista atau kelainan
ireversibel, polip ekstensif, komplikasi (kelainan orbita, intrakranial,
osteomieli3s, kelainan paru), sinusi3s jamur.
hwps://id.pinterest.com/yamahafreddy/skull-sinuses-facial-bones/ imageradiology.blogspot.co.id/2012/09/x-ray-pns-posi3on-occipito-frontal.html
Modalitas X-Ray
Foto Deskripsi
Waters Maxillary, frontal, & ethmoidal sinus
Sistem vesAbular:
– Perifer: kanalis semisirkularis & organ otoli3k (sakula
dan utrikula), nervus ves3bularis
– Sentral: batang otak, serebelum, lobus temporal.
VerAgo
Peripheral VerAgo Central VerAgo
Involving Inner ear, ves3bular nerve Brainstem, cerebellum,
cerebrum
Onset Sudden Gradual
Nausea, vomizng Severe Varied
Hearing symptom Ouen Seldom
Neurologic symptom - Ouen
Compensa3on/resolu3on Fast Slow
Spontaneous nystagmus Horizontal, rotatoir Ver3cal
Posi3onal nystagmus Latency (+), fa3gue (+) Latency (-), no fa3gue (-)
Calory nystagmus Paresis Normal
Nystagmus
Nystagmus of
Nystagmus consists central origin
of slow eye characteris3cally is
movement in one worsened by
direc3on followed fixa3on of gaze,
by rapid recovery
NYSTAGMUS while peripheral
movement in the nystagmus may be
opposite direc3on. ameliorated.
hwp://emedicine.medscape.com
VerAgo of Central Origin
CONDITION DETAILS
Cerebellopon3ne
Benign tumours in the interal auditory meatus
tumours
Pemeriksaan Gangguan
Keseimbangan Sentral
• Finger to nose to finger test
• Past poin3ng test
• Heel to shin test
• Disdiadokinesis
• Tandem Gait Test
Disdiadokinesis
Heel to shin
Tandem Gait
Ver3go of peripheral origin
CondiAon Details
BPPV Brief, posi3on-provoked ver3go episodes caused by
abnormal presence of par3cles in semisircular canal
Meniere’s disease An excess of endolymph, causing distension of
endolympha3c system (ver3go, 3nnitus, sensorineural
deafness)
Ves3bular neuroni3s Ves3bular nerve inflamma3on, most likely due to virus
Acute labyrinthi3s Labyrinth inflamma3on caused by viral or bacterial
infec3on
Labyinthine infarct Compromises blood flow to labyrinthine
Labyrinthine concussion Damage auer head trauma
Perylimnph fistula Labyrinth membrane damage resul3n in perylimph
leakage into middle ear
Diagnosis Ver3go
Medikamentosa Ver3go
Terapi kausal : sesuai dengan penyebab
Terapi simptoma3k :
• Ca-entry blocker (mengurangi ak3vitas eksitatori SSP dengan menekan pelepasan
glutamat, menekan ak3vitas NMDA spesial channel, bekerja langsung sebagai
depressor labirin):
• Flunarisin (Sibelium) 3x 5-10 mg/hr
• An3histamin (efek an3kolinergik dan merangsang inhibitory; monoaminergik dengan
akibat inhibisi n. ves3bualris) : Cinnarizine 3 x 25 mg/hr, Dimenhidrinat (Dramamine)
3 x 50 mg/hr.
• Histaminik (inhibisi neuron po3sinap3k pada n. ves3bularis lateralis) : Betahis3ne
(Merislon) 3 x 8 mg. (dianggap lebih efek3f dibandingkan flunarizin)
• Feno3azine (pada kemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di M. oblongata):
Chlorpromazine (largak3l) : 3 x 25 mg/hr
• Benzodiazepine (Diazepam menurunkan res3ng ac3vity neuron pada n. ves3butaris) 3
x 2-5 mg/hr
• Pengobatan simptoma3k otonom (mis. muntah) : Metoclopramide (Primperan,
Raclonid) 3 x 10 mg/hr
BPPV
BPPV dan Non-BPPV
– Menurut neurotologi secara umum Ver3go Perifer terdiri
atas dua jenis gangguan yakni: BPPV dan Non-BPPV
– Manifestasi ver3go ves3buler perifer non-BPPV
diantaranya adalah Penyakit Meniere, Labirini3s, akibat
ototoksisitas, hingga neuroma akus3k.
Ver3go Periver: BPPV vs nonBPPV
BPPV Non-BPPV
Tidak selalu diprovokasi gerakan
Diprovokasi gerakan kepala
kepala
Diagnosis: Perasat Dix-Hallpike, Diagnosis: Head Thrust (Impulse) Test,
Sidelying, Roll Dynamic Visual Acuity Test
Nistagmus ves3buler pada tes posisi:
Nistagmus vesAbuler pada tes posisi:
arah ke sisi telinga yang sehat, 3dak
arah ke sisi telinga yang sakit,
terdapat masa laten, dapat terjadi
terdapat masa laten, dapat terjadi
reverse nistagmus, 3dak selalu
reverse nistagmus, terdapat decay
ditemukan decay (fenomena
(fenomena kelelahan).
kelelahan).
Sistem Ves3bular
Sistem Ves3bular
Sistem Ves3bular
• BPPV disebabkan oleh debris yang berasal dari
utrikulus (nama lama: otolith, nama baru: canalith)
masuk ke kanalis semisirkularis & melekat pada kupula
atau mengambang di dalam endolimf.
Labirini3s
• Disebut juga sebagai o33s interna (inflamasi pada labirin atau
saraf VIII ganglion koklearis)
• Biasanya menyebabkan ver3go dan tuli mendadak
• Ketulian melibatkan sistem konduk3f dan sensorineural
• E3ologinya masih belum diketahui pas3, namun diduga akibat
infeksi (seringnya virus), cedera kepala, hingga stress dan
alergi.
• Merupakan salah satu indikator dari OMSK Maligna
Neuri3s Ves3buler
• Disebut juga sebagai epidemic ver3go
• E3ologi terbanyak akibat infeksi virus pada ganglion
ves3bularis
• Serangan ver3go mendadak dengan intensitas berat
(sering ditemukan nistagmus spontan) disertai dengan
gejala otonom hebat (mual/muntah)
• Dapat ditemukan SNHL namun kasusnya sangat jarang
ditemukan, biasanya pasien hanya mengeluhkan
adanya 3nnitus.
• Penyebab tersering ke dua gangguan ves3buler perifer
TRAUMA MAKSILOFASIAL
Fraktur Nasal
– Adanya riwayat trauma hidung dan epistaksis.
– Pemeriksaan radiologi sederhana dapat dilakukan dengan
foto polos kepala proyeksi waters, darisana dapat
dievaluasi septus dorsal pirmaida dan dinding lateral
hidung.
– Tatalaksana:
• Reduksi tertutup, indikasi:
» Fraktur tulang hidung unilateral atau bilateral
» Fraktur dari kompleks nasoseptal dengan deviasi nasal kurang dari
setengah panjang dorsum nasi
• Reduksi terbuka
Fraktur KOMPLEKS NOE
(Naso-Orbita-Ethmoid)
• Arah benturan ke bagian sentral wajah
dengan kekuatan yang sebenarnya
3dak begitu besar.
• Biasanya berhubungan dengan; trauma
basis kranii, trauma orbita, dan trauma
duktus nasolakrimal.
• Mekanisme: Nasal piramid menerima
tekanan yang kuat sehingga prosesus
frontalis maksila dan prosesus nasal-
frontalis terdorong ke belakang à
fraktur nasoethmoid.
Fraktur Zigoma
• Lazim juga dikenal sebagai Tetrapod Fracture à 4 ar3kulasi:
maksila, frontal, sfenoid, dan temporal.
• Tanda Gejala: Asimetri wajah (tonjolan pipi berkurang, lebaw
wajah meningkat), gangguan saraf N.II, dystopia kantus
lateral, diplopia, trismus.
FRAKTUR MAKSILA
(LEFORT I - TRANSVERSAL)
• Bagian yang terkena: Foramen ethmoid anterior, foramen
ethmoid posterior, kanalis op3kus, fisura orbitalis superior,
fisura orbitalis inferior, fosa lakrimalis, dan septum nasi.
• Bagian yang terkena: Kanalis auditorius eksterna, fossa
glenoid, lateral pterigoid plate, fosa lakrimal, spina
nasalis, foramen infraorbita.
FRAKTUR MAKSILA
(LEFORT II - PYRAMID)
FRAKTUR MAKSILA
(LEFORT III – craniofacial disjunc<on)
• Bagian yang terkena: Foramen magnum, konka
media, konka inferior, septum nasi, prosesus
pterogoideus, lamina pterigoid medial, lamina
pterigoid lateral, proses zigoma3kus, os malar.
Fraktur Mandibula
• Mandibula merupakan struktur tulang yang berbentuk seper3
tapal kuda, dan memiliki tujuh porsi.
• Ar3kulasio dengan dasar tengkorak melalui TMJ bilateral.
• Tanda Gejala: disrupsi arkus mandibular, asimetri,
glossoptosis, displacement segment mandibular
(menyebabkan maloklusi), disrupsi meatus akus3kus
eksternus, trimus, laserasi intraoral, anestesi pada bibir
bawah, gusi, dan gigi karena nervus alveolaris inferior
terkena.
Fraktur Mandibula
TONSILITIS
Tonsilli3s
• Acute tonsilli3s:
– Viral: similar with acute rhini3s +
sore throat
– Bacterial: GABHS, pneumococcus, S.
viridan, S. pyogenes.
• Detritus → follicular tonsilli3ts
• Detritus coalesce → lacunar tonsilli3s.
• Sore throat, odinophagia, fever, malaise,
otalgia.
• Th: penicillin or erythromicin
• Chronic tonsilli3s
– Persistent sore throat, anorexia, dysphagia, &
pharyngotonsillar erythema
– Lymphoid 3ssue is replaced by scar à widened
crypt, filled by detritus.
– Foul breath, throat felt dry.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Diagnos3c handbook of otorhinolaryngology.
Tonsili3s
• Indikasi tonsilektomi:
– Serangan tonsili3s lebih dari 3ga kali pertahun walau
dengan terapi adekuat
– Menimbulkan maloklusi gigi dan gangguan pertumbuhan
orofasial.
– Sumbatan jalan nafas
– Infeksi kronis seper3 rhini3s, sinusi3s dan peritonsili3s.
– Nafas berbau
– Tonsili3s berulang yang disebabkan oleh grup A
streptococcus beta hemoli3kus
– Hipertrofi tonsil yang curiga keganasan
– O33s media efusa/ o33s media supura3f.
Tonsilektomi
SUBMANDIBULAR Fever, neck pain, swelling below the mandible or tongue. Trismus ouen
ABSCESS found. If spreading fast à bilateral, celluli3s à ludwig angina
ISPA, Seluli3s ec
Komplikasi Penjalaran Penjalaran
ETIOLOGI limfadeni3s penjalaran
tonsili3s infeksi infeksi
retrofaring infeksi
Therapy
Needle aspira3on: if pus (-) à celluli3s à an3bio3c. If pus (+) à abscess .
If pus is found on needle aspirate, pus is drained as much as possible.
Abses Peritonsil
• Abses peritonsil terjadi akibat komplikasi tonsili3s akut atau infeksi yang
bersumber dari kelenjar mucus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya
unilateral
• Biasanya kuman penyebabnya sama dengan kuman penyebab tonsili3s.
• Selain gejala dan tanda tonsili3s akut, terdapat juga odinofagia (nyeri
menelan) yang hebat, biasanya pada sisi yang sama juga dan nyeri telinga
(otalgia), muntah (regurgitasi), mulut berbau (foetor ex ore), hipersalivasi,
suara sengau, dan (trismus), serta pembengkakan kelenjar submandibula
dengan nyeri tekan
• Pada stadium permulaan (stadium infiltrat), selain pembengkakan, tampak
permukaan hiperemis.
• Bila proses berlanjut, daerah tersebut lebih lunak dan kekuningan. Tonsil
terdorong ke tengah, depan, dan bawah, uvula bengkak, dan terdorong ke
sisi kontralateral.
• Bila terus berlanjut, peradangan jaringan di sekitarnya menyebabkan
iritasi m.pterigoid interna, sehingga 3mbul trismus.
Infiltrat peritonsil Abses peritonsil
Waktu (setelah 1—3 hari 4—5 hari
tonsili3s akut)
Trismus Biasanya kurang/ 3dak ada Ada
• Rinoskopi posterior:
– Massa tumor kenyal, warna abu-abu, merah muda, kebiruan
– Mukosa tumor hipervaskularisasi, dapat ulserasi
• Sifat: secara histologi jinak, secara klinis ganas karena dapat mendestruksi tulang
Diffuse swelling (arrow) is seen in the
molar region on the right side of the face.
Epiglottitis P
E V
• Epiglottis (E) –
wide (thumb-
like)
C
• Vallecula -
shallow Epiglottis (E)
• Trachea - Vallecula (V)
normal Vocal cords (C)
• Prevertebral Trachea (T)
T
soft tissue - Prevertebral soft
normal tissue (P)
Epiglottis (E)
X-ray diagnosis? Vallecula (V)
15-month-old boy with fever,
mild stridor, and barking Vocal cords (C)
cough. Trachea (T)
Prevertebral soft tissue (P)
Croup P
• Epiglottis - normal E V
• Vallecula - normal
• Trachea (T) – narrow,
subglottic edema C
• Prevertebral soft tissue -
normal
Ha169
Epiglo33s
• Diff Diagnosis: Croup
– Dilata3on of the hypopharynx
– Dila3on of the laryngeal ventricle
– Narrowing of the subglozc trachea
– Epiglozs is normal
• Tx:
– Secure airway
– May require intuba3on or emergency tracheostomy
– Some use IV steroids
– Empiric an3bio3c therapy
Acute Viral croup Bacterial Spasmodic R.P.
epiglohAs croup croup abscess
Diphteria ClassificaAon
• Respiratory diphtheria
– Nasal diphtheria
• Pilek ringan dangan atau tanpa gejala sistemik
• Sekret hidung
• Tampak pseudomembran pu3h pada septum nasi
– Pharyngeal and tonsillar diphtheria
• nyeri tenggorok
• Bull-neck (bengkak pada leher)
• Pseudomembran purulen berwarna pu3h
keabuan di faring, tonsil, uvula, palatum
– Laryngeal diphtheria
• Stridor progresif dan suara parau, batuk kering
• Demam 3nggi, lemah, sianosis, pembengkakan
KGB leher
• Cutaneous diphtheria
– Any break in the skin, can became infected
with diphteria
– It made ulcera3on and usually covered by a
gray-brown pseudomembrane
178
hwp://4.bp.blogspot.com/
Diueri
• Pemeriksaan :
– Pemeriksaan Gram & Kultur; sediaan berasal dari swab tenggorok, jika
bisa diambil dibawah selaput pseudomembran
– Kultur bisa menggunakan medium cys3ne tellurite blood agar (CTBA),
medium hoyle dan medium 3nsdale à medium selek3f untuk kultur
Corynebacterium diphtheriae
– Untuk megisolasi Corynebacterium digunakan agar darah telurit (Mc
Leod), sebagai media selek3f, setelah inkubasi selama 24 jam koloni
bakteri terlihat berwarna abu-abu tua-hitam.
– Selanjutnya untuk biakan murni Corynebacterium digunakan media
perbenihan Loeffler dalam tabung
– Pemeriksaan : Pemeriksaan Gram & Kultur; sediaan berasal dari swab
tenggorok, jika bisa diambil dibawah selaput pseudomembran